commit to user Berbagai keterampilan terkait pemberdayaan diajarkan oleh Sahabat Kapas pada
AKH dampingannya di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten agar AKH produktif dan memiliki kegiatan yang positif serta memiliki bekal keterampilan
untuk memasuki dunia kerja pasca keluar dari Lembaga Pemasyarakatan. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Klas
IIB Klaten tetap mengutamakan pendampingan dan pemenuhan hak AKH walaupun dengan menggunakan fasilitas WBP yang berlaku secara umum. Sangat
menarik apabila dilakukan penelitian terkait pemberdayaan pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten oleh Sahabat Kapas. Maka, penelitian
ini berfokus pada bagaimana pemberdayaan pada Anak Berkonflik dengan Hukum AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten oleh Sahabat Kapas.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dan Kantor Sahabat Kapas. Namun untuk pelacakan keberadaan AKH dan beberapa
relawan yang berhubungan dengan fokus penelitian, pengambilan data dilakukan di beberapa lokasi lain seperti tempat tempat tinggal informan dan responden
yaitu Klaten dan Tasikmadu Karanganyar. Penelitian ini dikaji menggunakan teori struktural fungsional Talcott Parsons dengan Konsep AGIL Adaptasi, Pencapaian
Tujuan, Integrasi, Pemeliharaan Pola. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan pendekatan studi kasus tunggal dengan single level analysis. Studi
kasus tunggal dengan single level analysis adalah studi kasus yang menyoroti perilaku individu atau kelompok individu dengan satu masalah penting Salim,
2001; 95. Sumber data diperoleh dari informan dan responden menggunakan teknik
purposive. Informan dan responden merupakan dua hal yang berbeda dimana informan adalah individu yang memiliki keahlian serta pemahaman terbaik
mengenai isu-isu tertentu sehingga disini informan merupakan narasumber, sementara responden adalah individu yang oleh pewawancara ingin mengetahui
informasi mengenai diri dari responden itu sendiri seperti pendiriannya, sikapnya, serta pandangannya terhadap isu tertentu Silalahi, 2006; 287. Menurut Bungin,
3
commit to user teknik purposive yaitu salah satu strategi yang paling umum didalam penelitian
kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kiteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu Bungin,
2011; 107. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk validitas data digunakan triangulasi sumber, di mana
triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber Sugiyono, 2009;
274. Sedangkan analisis data menggunakan model interaktif.
C. Hasil dan Pembahasan
Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan pada Warga Binaan Pemasyarakatan WBP.
WBP yang menjalani hukuman pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dikelompokkan menjadi dua yaitu WBP dewasa dan WBP anak AKH.
Kasus yang melatarbelakangi pada anak yang diposisikan sebagai AKH di Lapas IIB Klaten mayoritas adalah pencurian dan perlindungan anak. Dominasi kasus
pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten bersinggungan dengan masalah perlindungan anak yang berkaitan dengan kesusilaan, terlebih lagi
korbannya adalah anak di bawah umur yaitu berusia sekitar 15-17 tahun. Pasal yang dikenakan bagi AKH dengan masalah tindak asusila adalah Pasal 81 dan
Pasal 82 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
AKH merupakan WBP anak yang memiliki kebutuhan khusus dan berbeda apabila dibandingkan dengan WBP dewasa. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB
Klaten belum dapat memenuhi hak dan kebutuhan AKH secara penuh karena terbatasnya kemampuan dan fasilitas yang dimiliki. Hal ini mengingat bahwa
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten bukanlah Lembaga Pembinaan Khusus Anak LPKA yang dapat memenuhi kebutuhan AKH secara spesifik. Walaupun
begitu, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten tetap berupaya untuk memenuhi kebutuhan AKH selama berada di Lembaga Pemasyarakatan walaupun
4
commit to user harus dengan mengalihfungsikan beberapa fasilitas umum yang selama ini
kegunaannya disamaratakan antara WBP dewasa dan AKH. Secara khusus, terdapat dua fasilitas umum yang digunakan sebagai ruang
pendampingan bagi AKH. Fasilitas tersebut adalah perpustakaan dan tempat ibadah. Kedua fasilitas itu disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB
Klaten bagi seluruh WBP baik WBP dewasa maupun AKH. Namun untuk beberapa kegiatan, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten menggunakan
fasilitas tersebut untuk melakukan pendampingan dan pembinaan pada AKH. Misalnya saja tempat ibadah. Tempat ibadah dikategorikan sebagai ruang
pendampingan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten karena di tempat ibadah tersebut dilakukan pendampingan bimbingan mental terkait
keagamaan pada AKH. Terdapat berbagai kegiatan keagamaan yang diselenggarakan untuk menunjang pendampingan tersebut. Selain itu juga terdapat
kegiatan pendampingan sekaligus pemberdayaan pada AKH melalui kegiatan keterampilan sablon serta kegiatan belajar mengajar Kejar Paket C bagi AKH.
Begitupun dengan perustakaan. Perpustakaan dikategorikan sebagai ruang pendampingan bagi AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten karena di
perpustakaan tersebut Sahabat Kapas dapat melakukan pendampingan pada AKH. Pendampingan tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan. Selain sebagai
tempat berkegiatan bersama Sahabat Kapas, perpustakaan juga sebagai tempat kegiatan sablon dan ruang pendampingan untuk proses kegiatan belajar mengajar
program Kejar Paket C AKH. Kedua fasilitas tersebut berupa sarana dan prasarana yang memiliki tujuan untuk menunjang berlangsungnya proses
pendampingan dan pembinaan WBP terkhusus AKH di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten.
Pendampingan dan pemberdayaan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten tidak dapat dilakukan seorang diri orang instansi terkait. Perlu ada
kerjasama dengan pihak-pihak lain yang dapat membantu dan mendukung berjalannya proses pendampingan dan pemberdayaan tersebut. Harapannya adalah
terjadi kerjasama yang baik dan berlanjut. Kerjasama tersebut dilakukan oleh Lapas IIB Klaten dan Sahabat Kapas dengan intansi atau pihak lain. Beberapa
5
commit to user pihak yang menjadi relasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dalam
melakukan pendampingan pada AKH antara lain Dinas Pendidikan Klaten terkait penyelenggaraan Kejar Paket C, Kementerian Pendidikan Pusat terkait bantuan
dana untuk kegiatan pelatihan AKH, Kementerian Agama terkait memimpin kegiatan keagamaan, dan Sahabat Kapas terkait layanan rehabilitasi anak
termasuk pendampingan dan pemberdayaan. Sedangkan pihak yang menjadi relasi Sahabat Kapas antara lain Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten terkait
layanan rehabilitasi anak termasuk pendampingan dan pemberdayaan, relawan khusus Sahabat Kapas terkait pelatihan keterampilan, dan Yayasan Setara dan
Unicef terkait pendanaan kegiatan pendampingan AKH. Pendampingan yang dilakukan oleh Sahabat Kapas pada AKH di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Klaten meliputi tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bentuk kegiatan pada tahap perencanaan antara lain
perundingan, pembagian tugas, dan sosialisasi. Pada kegiatan perundingan, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dan Sahabat Kapas berunding terkait
program pendampingan bagi AKH. Pada kegiatan pembagian tugas, diperoleh hasil yaitu Lapas IIB Klaten menjadi pihak yang melakukan monitoring dan
Sahabat Kapas sebagai pihak yang melakukan pendampingan. Sedangkan kegiatan sosialisasi merupakan sarana pendekatan pada AKH.
Bentuk kegiatan pada tahap pelaksanaan antara lain pemetaan AKH, visitasi keluarga, penanganan psikologi, bincang remaja, I have a dream, training
motivasi, sablon, jahit, kreasi kertas koran bekas, produksi film, dan produksi pertunjukan. Kegiatan pemetaan AKH dilakukan untuk mengetahui kondisi
psikologis AKH saat pertama masuk ke Lapas IIB Klaten. Sedangkan visitasi keluarga merupakan pendekatan pada keluarga AKH di luar Lapas untuk
persiapan kepulangan AKH. Kegiatan penanganan psikologi dan bincang remaja merupakan bentuk penanganan trauma healing dengan menggunakan treatment
serta program bagi AKH dalam menyikapi problematika remaja agar AKH belajar mengkomunikasikan masalah yang dihadapi.
Pada kegiatan I have a dream dan training motivasi, AKH diajak untuk merencanakan masa depan dan membuat rencana hidup serta pemberian motivasi
6
commit to user bagi AKH untuk mempersiapkan diri menjadi lebih baik. Kegiatan sablon, jahit,
kreasi kertas koran bekas, produksi film, dan produksi pertunjukan merupakan program bagi AKH untuk meningkatkan keterampilan dengan mendayagunakan
potensi serta asahan kreasi diri masing-masing. Hal ini dilakukan agar AKH dapat tumbuh dan berkembang di Lapas dengan tidak dibatasi kreativitasnya untuk
pembelajaran diri pasca keluar dari Lapas. Bentuk kegiatan pada tahap evaluasi antara lain rapat koordinasi, pelaporan
hasil evaluasi, dan perencanaan program lanjutan. Pada kegiatan rapat koordinasi, Sahabat Kapas memberi laporan kegiatan kepada pihak Lapas Klaten terkait
program pendampingan pada AKH untuk kemudian dilakukan evaluasi. Selanjutnya pada kegiatan pelaporan hasil evaluasi, Sahabat Kapas dan Lapas
Klaten membuat laporan hasil evaluasi kegiatan untuk perencanaan program lanjutan. Salah satu bentuk pembangunan yang berkelanjutan pada pendampingan
AKH di Lapas Klas IIB Klaten adalah pembangunan kamar hunian ramah anak. Proses pemberdayaan oleh Sahabat Kapas pada AKH di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Klaten yang dilakukan melalui berbagai keterampilan, tentunya dapat diidentifikasi berdasar perspektif pemberdayaan masyarakat
melalui tiga sisi, dimana upaya memberdayakan masyarakat dapat menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
enabling, dapat memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat empowering, serta dapat memberdayakan atau juga mengandung arti melindungi
charity Mardikanto, 2010; 43. Sahabat Kapas berupaya untuk menciptakan iklim yang memungkinkan potensi AKH berkembang melalui beberapa kegiatan
seperti menulis diary, trauma healing, I have a dream, dan training motivasi. Untuk memperkuat potensi atau daya yang dimiliki AKH pada tahapan
empowering yaitu dengan memberdayakan AKH melalui berbagai kegiatan seperti sablon, jahit, kreasi kertas koran kekas, packaging, produksi film, dan
produksi pertunjukan. Sahabat Kapas memiliki program pendampingan bagi AKH yang sudah bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten yang
dimaksudkan untuk membantu AKH memperoleh akses yang dibutuhkan guna melindungi serta membuat AKH tersebut menjadi mandiri dan tidak bergantung
7
commit to user pada Sahabat Kapas seperti pemberian izin kerja di tempat usaha sablon dan
konveksi dari pihak Sahabat Kapas, pemberian izin usaha di depan Lapas Klaten bagi AKH yang sudah selesai menjalani binaan bebas, serta pemberian
dukungan moral untuk kepercayaan diri, sehingga AKH tersebut mulai rajin membantu usaha orangtua.
Perspektif pemberdayaan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dianalisis dengan menggunakan teori struktural fungsional. Pada tahap
perencanaan, kegiatan perundingan, pembagian tugas dan sosialisasi termasuk aspek organisme perilaku dan merupakan dimensi adaptation dalam skema
analisis struktural fungsional. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pemetaan AKH dan visitasi keluarga termasuk aspek sosial dan merupakan dimensi integratioin
dalam struktural fungsional. Kegiatan penanganan psikologi, bincang remaja, I have a dream, training motivasi, pelatihan keterampilan, pendampingan AKH
pasca keluar dari Lembaga Pemasyarakatan termasuk aspek kepribadian dan budaya dan merupakan dimensi goal attainment dalam skema analisis struktural
fungsional. Pada tahap evaluasi, kegiatan rapat koordinasi termasuk aspek sosial dan merupakan dimensi integration dalam skema analisis struktural fungsional.
Kegiatan pelaporan hasil evaluasi termasuk aspek sosial dan budaya, sedangkan kegiatan perencanaan program lanjutan termasuk aspek sosial, budaya, dan
organisme perilaku di mana kedua kegaitan tersebut merupakan dimensi latent pattern maintenance dalam skema analisis struktural fungsional.
D. Kesimpulan