Jurnal Efitya Fitria Istifarin D0312033

(1)

commit to user

PEMBERDAYAAN PADA ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM (Studi Kasus Pemberdayaan oleh Sahabat Kapas

di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten)

Efitya Fitria Istifarin FitriaEfitya@gmail.com

IIB Class of Klaten Prison (Lapas IIB Klaten) coorperate with Sahabat Kapas in mentoring and empowering Children in Conflict with Law (Anak Berkonflik dengan Hukum /AKH). The purpose of this research is to describe empowerment of AKH in IIB Class of Klaten Prison by Sahabat Kapas. This research used structural functional theory by Talcott Parsons with A.G.I.L concepts (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency). This research was descriptive qualitative research by using single study case approach with single level analysis. Data were taken from informants and respondents by using snowball technique. The data collection were done by using interview, observation, and documentation. The data validated by using triangulation and the data were analyzed by using interactive model.

The result of the result are as follows: empowerment of AKH in IIB Class Klaten Prison was done by Sahabat Kapas as mentors, program executor, and also IIB Klaten Prison as facilitator. Empowerment of AKH in IIB Klaten Prison was indentified based on three sides of community empowerment perspective to make situation which support the developing of AKH (enabling), strengthen the potency of AKH (empowering), protect, and made the AKH be autonomous or not depend to charity. Mentoring and empowering were done through planning stage (discussion, dividing tasks, and socialization), executing stage (AKH mapping, family visitation, psychological treatment, screen printing, sewing, packaging, old newspaper recycling creation, film production, shows production), and evaluation stage (coordination, reporting the evaluation result, and also making continued program). There were also the supporting factors to the activities, as follows: great enthusiasm of AKH to the activities, the support of AKH family, the relation between Sahabat Kapas and IIB Klaten Prison. There were also obstacles to the activities, as follows: there were only few volunteers, the lack of time of the volunteers, fluctuation changes of AKH condition, the changes of AKH numbers, the limit of money, and the limit of monitoring times.

Keywords: Children in Conflict with Law (AKH), Mentoring, Empowerment.


(2)

commit to user A. Pendahuluan

Anak yang melakukan tindak pidana termasuk dalam kategori Anak Berkonflik dengan Hukum (AKH). Definisi AKH menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Peradilan Pidana Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. AKH yang melakukan tindak pidana akan mendapatan sanksi berupa hukuman pidana di Lembaga Pemasyarakatan. Salah satu Lembaga Pemasyarakatan yang membina AKH dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dewasa sekaligus adalah Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten. Sangat ironi apabila AKH terus disandingkan dengan WBP dewasa dalam satu lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. Suasana dan fasilitas di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang belum memadai, mendorong anak makin tertekan secara psikologis dan mental serta terisolasi dari lingkungan asalnya (Sutatiek, 2013; 41).

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten sama seperti Lembaga Pemasyarakatan pada umumnya yang memiliki fasilitas yang diperuntukkan bagi WBP tanpa membedakan WBP anak maupun dewasa. Dengan kondisi tersebut, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten tetap memberlakukan fasilitas bagi WBP secara umum walaupun di sana terdapat WBP anak yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satu langkah yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten adalah bekerjasama dengan LSM Sahabat Kapas untuk memenuhi hak-hak AKH termasuk melakukan pendampingan dan pemberdayaan pada AKH yang sedang menjalani hukuman pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten.

Pendampingan dan pemberdayaan yang dilakukan Sahabat Kapas pada AKH yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten bertujuan menyembuhkan trauma dan melakukan re-konsepsi diri pada diri AKH agar rasa percaya dirinya kembali pulih sehingga dapat kembali berbaur dengan masyarakat ketika sudah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan. Pemberdayaan sendiri dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses pemberian daya (kekuatan/kemampuan) kepada pihak yang belum berdaya (Sulistiyani, 2004; 77).


(3)

commit to user

Berbagai keterampilan terkait pemberdayaan diajarkan oleh Sahabat Kapas pada AKH dampingannya di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten agar AKH produktif dan memiliki kegiatan yang positif serta memiliki bekal keterampilan untuk memasuki dunia kerja pasca keluar dari Lembaga Pemasyarakatan.

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten tetap mengutamakan pendampingan dan pemenuhan hak AKH walaupun dengan menggunakan fasilitas WBP yang berlaku secara umum. Sangat menarik apabila dilakukan penelitian terkait pemberdayaan pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten oleh Sahabat Kapas. Maka, penelitian ini berfokus pada bagaimana pemberdayaan pada Anak Berkonflik dengan Hukum (AKH) di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten oleh Sahabat Kapas.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dan Kantor Sahabat Kapas. Namun untuk pelacakan keberadaan AKH dan beberapa relawan yang berhubungan dengan fokus penelitian, pengambilan data dilakukan di beberapa lokasi lain seperti tempat tempat tinggal informan dan responden yaitu Klaten dan Tasikmadu Karanganyar. Penelitian ini dikaji menggunakan teori struktural fungsional Talcott Parsons dengan Konsep AGIL (Adaptasi, Pencapaian Tujuan, Integrasi, Pemeliharaan Pola). Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan pendekatan studi kasus tunggal dengan single level analysis. Studi kasus tunggal dengan single level analysis adalah studi kasus yang menyoroti perilaku individu atau kelompok individu dengan satu masalah penting (Salim, 2001; 95).

Sumber data diperoleh dari informan dan responden menggunakan teknik

purposive. Informan dan responden merupakan dua hal yang berbeda dimana

informan adalah individu yang memiliki keahlian serta pemahaman terbaik mengenai isu-isu tertentu sehingga disini informan merupakan narasumber, sementara responden adalah individu yang oleh pewawancara ingin mengetahui informasi mengenai diri dari responden itu sendiri seperti pendiriannya, sikapnya, serta pandangannya terhadap isu tertentu (Silalahi, 2006; 287). Menurut Bungin,


(4)

commit to user

teknik purposive yaitu salah satu strategi yang paling umum didalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kiteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu (Bungin, 2011; 107). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk validitas data digunakan triangulasi sumber, di mana triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2009; 274). Sedangkan analisis data menggunakan model interaktif.

C. Hasil dan Pembahasan

Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan pada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). WBP yang menjalani hukuman pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dikelompokkan menjadi dua yaitu WBP dewasa dan WBP anak (AKH). Kasus yang melatarbelakangi pada anak yang diposisikan sebagai AKH di Lapas IIB Klaten mayoritas adalah pencurian dan perlindungan anak. Dominasi kasus pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten bersinggungan dengan masalah perlindungan anak yang berkaitan dengan kesusilaan, terlebih lagi korbannya adalah anak di bawah umur yaitu berusia sekitar 15-17 tahun. Pasal yang dikenakan bagi AKH dengan masalah tindak asusila adalah Pasal 81 dan Pasal 82 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

AKH merupakan WBP anak yang memiliki kebutuhan khusus dan berbeda apabila dibandingkan dengan WBP dewasa. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten belum dapat memenuhi hak dan kebutuhan AKH secara penuh karena terbatasnya kemampuan dan fasilitas yang dimiliki. Hal ini mengingat bahwa Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten bukanlah Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) yang dapat memenuhi kebutuhan AKH secara spesifik. Walaupun begitu, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten tetap berupaya untuk memenuhi kebutuhan AKH selama berada di Lembaga Pemasyarakatan walaupun


(5)

commit to user

harus dengan mengalihfungsikan beberapa fasilitas umum yang selama ini kegunaannya disamaratakan antara WBP dewasa dan AKH.

Secara khusus, terdapat dua fasilitas umum yang digunakan sebagai ruang pendampingan bagi AKH. Fasilitas tersebut adalah perpustakaan dan tempat ibadah. Kedua fasilitas itu disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten bagi seluruh WBP baik WBP dewasa maupun AKH. Namun untuk beberapa kegiatan, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten menggunakan fasilitas tersebut untuk melakukan pendampingan dan pembinaan pada AKH. Misalnya saja tempat ibadah. Tempat ibadah dikategorikan sebagai ruang pendampingan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten karena di tempat ibadah tersebut dilakukan pendampingan bimbingan mental terkait keagamaan pada AKH. Terdapat berbagai kegiatan keagamaan yang diselenggarakan untuk menunjang pendampingan tersebut. Selain itu juga terdapat kegiatan pendampingan sekaligus pemberdayaan pada AKH melalui kegiatan keterampilan sablon serta kegiatan belajar mengajar Kejar Paket C bagi AKH.

Begitupun dengan perustakaan. Perpustakaan dikategorikan sebagai ruang pendampingan bagi AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten karena di perpustakaan tersebut Sahabat Kapas dapat melakukan pendampingan pada AKH. Pendampingan tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan. Selain sebagai tempat berkegiatan bersama Sahabat Kapas, perpustakaan juga sebagai tempat kegiatan sablon dan ruang pendampingan untuk proses kegiatan belajar mengajar program Kejar Paket C AKH. Kedua fasilitas tersebut berupa sarana dan prasarana yang memiliki tujuan untuk menunjang berlangsungnya proses pendampingan dan pembinaan WBP terkhusus AKH di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten.

Pendampingan dan pemberdayaan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten tidak dapat dilakukan seorang diri orang instansi terkait. Perlu ada kerjasama dengan pihak-pihak lain yang dapat membantu dan mendukung berjalannya proses pendampingan dan pemberdayaan tersebut. Harapannya adalah terjadi kerjasama yang baik dan berlanjut. Kerjasama tersebut dilakukan oleh Lapas IIB Klaten dan Sahabat Kapas dengan intansi atau pihak lain. Beberapa


(6)

commit to user

pihak yang menjadi relasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dalam melakukan pendampingan pada AKH antara lain Dinas Pendidikan Klaten terkait penyelenggaraan Kejar Paket C, Kementerian Pendidikan Pusat terkait bantuan dana untuk kegiatan pelatihan AKH, Kementerian Agama terkait memimpin kegiatan keagamaan, dan Sahabat Kapas terkait layanan rehabilitasi anak termasuk pendampingan dan pemberdayaan. Sedangkan pihak yang menjadi relasi Sahabat Kapas antara lain Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten terkait layanan rehabilitasi anak termasuk pendampingan dan pemberdayaan, relawan khusus Sahabat Kapas terkait pelatihan keterampilan, dan Yayasan Setara dan Unicef terkait pendanaan kegiatan pendampingan AKH.

Pendampingan yang dilakukan oleh Sahabat Kapas pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten meliputi tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bentuk kegiatan pada tahap perencanaan antara lain perundingan, pembagian tugas, dan sosialisasi. Pada kegiatan perundingan, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dan Sahabat Kapas berunding terkait program pendampingan bagi AKH. Pada kegiatan pembagian tugas, diperoleh hasil yaitu Lapas IIB Klaten menjadi pihak yang melakukan monitoring dan Sahabat Kapas sebagai pihak yang melakukan pendampingan. Sedangkan kegiatan sosialisasi merupakan sarana pendekatan pada AKH.

Bentuk kegiatan pada tahap pelaksanaan antara lain pemetaan AKH, visitasi keluarga, penanganan psikologi, bincang remaja, I have a dream, training motivasi, sablon, jahit, kreasi kertas koran bekas, produksi film, dan produksi pertunjukan. Kegiatan pemetaan AKH dilakukan untuk mengetahui kondisi psikologis AKH saat pertama masuk ke Lapas IIB Klaten. Sedangkan visitasi keluarga merupakan pendekatan pada keluarga AKH di luar Lapas untuk persiapan kepulangan AKH. Kegiatan penanganan psikologi dan bincang remaja merupakan bentuk penanganan trauma healing dengan menggunakan treatment serta program bagi AKH dalam menyikapi problematika remaja agar AKH belajar mengkomunikasikan masalah yang dihadapi.

Pada kegiatan I have a dream dan training motivasi, AKH diajak untuk merencanakan masa depan dan membuat rencana hidup serta pemberian motivasi


(7)

commit to user

bagi AKH untuk mempersiapkan diri menjadi lebih baik. Kegiatan sablon, jahit, kreasi kertas koran bekas, produksi film, dan produksi pertunjukan merupakan program bagi AKH untuk meningkatkan keterampilan dengan mendayagunakan potensi serta asahan kreasi diri masing-masing. Hal ini dilakukan agar AKH dapat tumbuh dan berkembang di Lapas dengan tidak dibatasi kreativitasnya untuk pembelajaran diri pasca keluar dari Lapas.

Bentuk kegiatan pada tahap evaluasi antara lain rapat koordinasi, pelaporan hasil evaluasi, dan perencanaan program lanjutan. Pada kegiatan rapat koordinasi, Sahabat Kapas memberi laporan kegiatan kepada pihak Lapas Klaten terkait program pendampingan pada AKH untuk kemudian dilakukan evaluasi. Selanjutnya pada kegiatan pelaporan hasil evaluasi, Sahabat Kapas dan Lapas Klaten membuat laporan hasil evaluasi kegiatan untuk perencanaan program lanjutan. Salah satu bentuk pembangunan yang berkelanjutan pada pendampingan AKH di Lapas Klas IIB Klaten adalah pembangunan kamar hunian ramah anak.

Proses pemberdayaan oleh Sahabat Kapas pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten yang dilakukan melalui berbagai keterampilan, tentunya dapat diidentifikasi berdasar perspektif pemberdayaan masyarakat melalui tiga sisi, dimana upaya memberdayakan masyarakat dapat menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang

(enabling), dapat memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

(empowering), serta dapat memberdayakan atau juga mengandung arti melindungi

(charity) (Mardikanto, 2010; 43). Sahabat Kapas berupaya untuk menciptakan

iklim yang memungkinkan potensi AKH berkembang melalui beberapa kegiatan seperti menulis diary, trauma healing, I have a dream, dan training motivasi.

Untuk memperkuat potensi atau daya yang dimiliki AKH pada tahapan

empowering yaitu dengan memberdayakan AKH melalui berbagai kegiatan

seperti sablon, jahit, kreasi kertas koran kekas, packaging, produksi film, dan produksi pertunjukan. Sahabat Kapas memiliki program pendampingan bagi AKH yang sudah bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten yang dimaksudkan untuk membantu AKH memperoleh akses yang dibutuhkan guna melindungi serta membuat AKH tersebut menjadi mandiri dan tidak bergantung


(8)

commit to user

pada Sahabat Kapas seperti pemberian izin kerja di tempat usaha sablon dan konveksi dari pihak Sahabat Kapas, pemberian izin usaha di depan Lapas Klaten bagi AKH yang sudah selesai menjalani binaan (bebas), serta pemberian dukungan moral untuk kepercayaan diri, sehingga AKH tersebut mulai rajin membantu usaha orangtua.

Perspektif pemberdayaan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dianalisis dengan menggunakan teori struktural fungsional. Pada tahap perencanaan, kegiatan perundingan, pembagian tugas dan sosialisasi termasuk aspek organisme perilaku dan merupakan dimensi adaptation dalam skema analisis struktural fungsional. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pemetaan AKH dan visitasi keluarga termasuk aspek sosial dan merupakan dimensi integratioin dalam struktural fungsional. Kegiatan penanganan psikologi, bincang remaja, I

have a dream, training motivasi, pelatihan keterampilan, pendampingan AKH

pasca keluar dari Lembaga Pemasyarakatan termasuk aspek kepribadian dan budaya dan merupakan dimensi goal attainment dalam skema analisis struktural fungsional. Pada tahap evaluasi, kegiatan rapat koordinasi termasuk aspek sosial dan merupakan dimensi integration dalam skema analisis struktural fungsional. Kegiatan pelaporan hasil evaluasi termasuk aspek sosial dan budaya, sedangkan kegiatan perencanaan program lanjutan termasuk aspek sosial, budaya, dan organisme perilaku di mana kedua kegaitan tersebut merupakan dimensi latent

pattern maintenance dalam skema analisis struktural fungsional.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan yaitu pemberdayaan pada Anak Berkonflik dengan Hukum (AKH) yang dikategorikan Anak-Anak dalam Kondisi Khusus dan Rentan (AKKR) di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dilakukan oleh Sahabat Kapas dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten sebagai fasilitator yang melakukan monitoring, sedangkan Sahabat Kapas sebagai pendamping dan pelaksana program. Pemberdayaan pada AKH di Lapas IIB Klaten diidentifikasi berdasar perspektif


(9)

commit to user

pemberdayaan masyarakat melalui tiga sisi, dimana upaya memberdayakan masyarakat dapat menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi AKH berkembang (enabling), dapat memperkuat potensi atau daya yang dimiliki AKH (empowering), serta dapat memberdayakan atau juga mengandung arti melindungi dan tidak membuat AKH tergantung pada berbagai program pemberian (charity).

Proses pendampingan dan pemberdayaan tersebut dilakukan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, terjadi perundingan antara Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dan Sahabat Kapas terkait program pendampingan dan pemberdayaan bagi AKH. Pada tahap pelaksanaan, Sahabat Kapas melakukan pendampingan sekaligus pemberdayaan pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dengan berpedoman pada silabus atau program pendampingan dan pemberdayaan yang sudah dibuat. Pada tahap evaluasi, Sahabat Kapas dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten melakukan koordinasi dan pelaporan hasil evaluasi serta membuat perencanaan program lanjutan.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi selama proses pendampingan dan pemberdayaan pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten oleh Sahabat Kapas. Faktor tersebut adalah faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung yang dapat membuat proses pendampingan pemberdayaan pada AKH berjalan lancar antara lain: antusias tinggi AKH pada kegiatan, adanya dukungan dari keluarga AKH, serta adanya relasi yang baik antara Sahabat Kapas dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten. Sedangkan faktor yang menghambat berjalannya proses pendampingan dan pemberdayaan pada AKH di antaranya: jumlah relawan sedikit, kurangnya totalitas dalam pembagian waktu, fluktuasi kondisi AKH yang selalu berubah, jumlah AKH terus berubah, keterbatasan dana, serta waktu kegiatan pendampingan yang terbatas.


(10)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Mardikanto, Totok, dan Poerwoko Soebiato. 2010. Pemberdayaan dalam

Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: UNPAR Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.

Sutatiek, Sri. 2013. Rekonstruksi Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana Anak di

Indonesia, Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Peradilan Pidana Anak.


(1)

commit to user

harus dengan mengalihfungsikan beberapa fasilitas umum yang selama ini kegunaannya disamaratakan antara WBP dewasa dan AKH.

Secara khusus, terdapat dua fasilitas umum yang digunakan sebagai ruang pendampingan bagi AKH. Fasilitas tersebut adalah perpustakaan dan tempat ibadah. Kedua fasilitas itu disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten bagi seluruh WBP baik WBP dewasa maupun AKH. Namun untuk beberapa kegiatan, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten menggunakan fasilitas tersebut untuk melakukan pendampingan dan pembinaan pada AKH. Misalnya saja tempat ibadah. Tempat ibadah dikategorikan sebagai ruang pendampingan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten karena di tempat ibadah tersebut dilakukan pendampingan bimbingan mental terkait keagamaan pada AKH. Terdapat berbagai kegiatan keagamaan yang diselenggarakan untuk menunjang pendampingan tersebut. Selain itu juga terdapat kegiatan pendampingan sekaligus pemberdayaan pada AKH melalui kegiatan keterampilan sablon serta kegiatan belajar mengajar Kejar Paket C bagi AKH.

Begitupun dengan perustakaan. Perpustakaan dikategorikan sebagai ruang pendampingan bagi AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten karena di perpustakaan tersebut Sahabat Kapas dapat melakukan pendampingan pada AKH. Pendampingan tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan. Selain sebagai tempat berkegiatan bersama Sahabat Kapas, perpustakaan juga sebagai tempat kegiatan sablon dan ruang pendampingan untuk proses kegiatan belajar mengajar program Kejar Paket C AKH. Kedua fasilitas tersebut berupa sarana dan prasarana yang memiliki tujuan untuk menunjang berlangsungnya proses pendampingan dan pembinaan WBP terkhusus AKH di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten.

Pendampingan dan pemberdayaan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten tidak dapat dilakukan seorang diri orang instansi terkait. Perlu ada kerjasama dengan pihak-pihak lain yang dapat membantu dan mendukung berjalannya proses pendampingan dan pemberdayaan tersebut. Harapannya adalah terjadi kerjasama yang baik dan berlanjut. Kerjasama tersebut dilakukan oleh Lapas IIB Klaten dan Sahabat Kapas dengan intansi atau pihak lain. Beberapa


(2)

commit to user

pihak yang menjadi relasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dalam melakukan pendampingan pada AKH antara lain Dinas Pendidikan Klaten terkait penyelenggaraan Kejar Paket C, Kementerian Pendidikan Pusat terkait bantuan dana untuk kegiatan pelatihan AKH, Kementerian Agama terkait memimpin kegiatan keagamaan, dan Sahabat Kapas terkait layanan rehabilitasi anak termasuk pendampingan dan pemberdayaan. Sedangkan pihak yang menjadi relasi Sahabat Kapas antara lain Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten terkait layanan rehabilitasi anak termasuk pendampingan dan pemberdayaan, relawan khusus Sahabat Kapas terkait pelatihan keterampilan, dan Yayasan Setara dan Unicef terkait pendanaan kegiatan pendampingan AKH.

Pendampingan yang dilakukan oleh Sahabat Kapas pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten meliputi tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bentuk kegiatan pada tahap perencanaan antara lain perundingan, pembagian tugas, dan sosialisasi. Pada kegiatan perundingan, Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dan Sahabat Kapas berunding terkait program pendampingan bagi AKH. Pada kegiatan pembagian tugas, diperoleh hasil yaitu Lapas IIB Klaten menjadi pihak yang melakukan monitoring dan Sahabat Kapas sebagai pihak yang melakukan pendampingan. Sedangkan kegiatan sosialisasi merupakan sarana pendekatan pada AKH.

Bentuk kegiatan pada tahap pelaksanaan antara lain pemetaan AKH, visitasi keluarga, penanganan psikologi, bincang remaja, I have a dream, training motivasi, sablon, jahit, kreasi kertas koran bekas, produksi film, dan produksi pertunjukan. Kegiatan pemetaan AKH dilakukan untuk mengetahui kondisi psikologis AKH saat pertama masuk ke Lapas IIB Klaten. Sedangkan visitasi keluarga merupakan pendekatan pada keluarga AKH di luar Lapas untuk persiapan kepulangan AKH. Kegiatan penanganan psikologi dan bincang remaja merupakan bentuk penanganan trauma healing dengan menggunakan treatment serta program bagi AKH dalam menyikapi problematika remaja agar AKH belajar mengkomunikasikan masalah yang dihadapi.

Pada kegiatan I have a dream dan training motivasi, AKH diajak untuk merencanakan masa depan dan membuat rencana hidup serta pemberian motivasi


(3)

commit to user

bagi AKH untuk mempersiapkan diri menjadi lebih baik. Kegiatan sablon, jahit, kreasi kertas koran bekas, produksi film, dan produksi pertunjukan merupakan program bagi AKH untuk meningkatkan keterampilan dengan mendayagunakan potensi serta asahan kreasi diri masing-masing. Hal ini dilakukan agar AKH dapat tumbuh dan berkembang di Lapas dengan tidak dibatasi kreativitasnya untuk pembelajaran diri pasca keluar dari Lapas.

Bentuk kegiatan pada tahap evaluasi antara lain rapat koordinasi, pelaporan hasil evaluasi, dan perencanaan program lanjutan. Pada kegiatan rapat koordinasi, Sahabat Kapas memberi laporan kegiatan kepada pihak Lapas Klaten terkait program pendampingan pada AKH untuk kemudian dilakukan evaluasi. Selanjutnya pada kegiatan pelaporan hasil evaluasi, Sahabat Kapas dan Lapas Klaten membuat laporan hasil evaluasi kegiatan untuk perencanaan program lanjutan. Salah satu bentuk pembangunan yang berkelanjutan pada pendampingan AKH di Lapas Klas IIB Klaten adalah pembangunan kamar hunian ramah anak.

Proses pemberdayaan oleh Sahabat Kapas pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten yang dilakukan melalui berbagai keterampilan, tentunya dapat diidentifikasi berdasar perspektif pemberdayaan masyarakat melalui tiga sisi, dimana upaya memberdayakan masyarakat dapat menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang

(enabling), dapat memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

(empowering), serta dapat memberdayakan atau juga mengandung arti melindungi

(charity) (Mardikanto, 2010; 43). Sahabat Kapas berupaya untuk menciptakan

iklim yang memungkinkan potensi AKH berkembang melalui beberapa kegiatan seperti menulis diary, trauma healing, I have a dream, dan training motivasi.

Untuk memperkuat potensi atau daya yang dimiliki AKH pada tahapan

empowering yaitu dengan memberdayakan AKH melalui berbagai kegiatan

seperti sablon, jahit, kreasi kertas koran kekas, packaging, produksi film, dan produksi pertunjukan. Sahabat Kapas memiliki program pendampingan bagi AKH yang sudah bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten yang dimaksudkan untuk membantu AKH memperoleh akses yang dibutuhkan guna melindungi serta membuat AKH tersebut menjadi mandiri dan tidak bergantung


(4)

commit to user

pada Sahabat Kapas seperti pemberian izin kerja di tempat usaha sablon dan konveksi dari pihak Sahabat Kapas, pemberian izin usaha di depan Lapas Klaten bagi AKH yang sudah selesai menjalani binaan (bebas), serta pemberian dukungan moral untuk kepercayaan diri, sehingga AKH tersebut mulai rajin membantu usaha orangtua.

Perspektif pemberdayaan AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dianalisis dengan menggunakan teori struktural fungsional. Pada tahap perencanaan, kegiatan perundingan, pembagian tugas dan sosialisasi termasuk aspek organisme perilaku dan merupakan dimensi adaptation dalam skema analisis struktural fungsional. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pemetaan AKH dan visitasi keluarga termasuk aspek sosial dan merupakan dimensi integratioin dalam struktural fungsional. Kegiatan penanganan psikologi, bincang remaja, I

have a dream, training motivasi, pelatihan keterampilan, pendampingan AKH

pasca keluar dari Lembaga Pemasyarakatan termasuk aspek kepribadian dan budaya dan merupakan dimensi goal attainment dalam skema analisis struktural fungsional. Pada tahap evaluasi, kegiatan rapat koordinasi termasuk aspek sosial dan merupakan dimensi integration dalam skema analisis struktural fungsional. Kegiatan pelaporan hasil evaluasi termasuk aspek sosial dan budaya, sedangkan kegiatan perencanaan program lanjutan termasuk aspek sosial, budaya, dan organisme perilaku di mana kedua kegaitan tersebut merupakan dimensi latent

pattern maintenance dalam skema analisis struktural fungsional.

D.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan yaitu pemberdayaan pada Anak Berkonflik dengan Hukum (AKH) yang dikategorikan Anak-Anak dalam Kondisi Khusus dan Rentan (AKKR) di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dilakukan oleh Sahabat Kapas dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten sebagai fasilitator yang melakukan monitoring, sedangkan Sahabat Kapas sebagai pendamping dan pelaksana program. Pemberdayaan pada AKH di Lapas IIB Klaten diidentifikasi berdasar perspektif


(5)

commit to user

pemberdayaan masyarakat melalui tiga sisi, dimana upaya memberdayakan masyarakat dapat menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi AKH berkembang (enabling), dapat memperkuat potensi atau daya yang dimiliki AKH (empowering), serta dapat memberdayakan atau juga mengandung arti melindungi dan tidak membuat AKH tergantung pada berbagai program pemberian (charity).

Proses pendampingan dan pemberdayaan tersebut dilakukan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, terjadi perundingan antara Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dan Sahabat Kapas terkait program pendampingan dan pemberdayaan bagi AKH. Pada tahap pelaksanaan, Sahabat Kapas melakukan pendampingan sekaligus pemberdayaan pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten dengan berpedoman pada silabus atau program pendampingan dan pemberdayaan yang sudah dibuat. Pada tahap evaluasi, Sahabat Kapas dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten melakukan koordinasi dan pelaporan hasil evaluasi serta membuat perencanaan program lanjutan.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi selama proses pendampingan dan pemberdayaan pada AKH di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten oleh Sahabat Kapas. Faktor tersebut adalah faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung yang dapat membuat proses pendampingan pemberdayaan pada AKH berjalan lancar antara lain: antusias tinggi AKH pada kegiatan, adanya dukungan dari keluarga AKH, serta adanya relasi yang baik antara Sahabat Kapas dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Klaten. Sedangkan faktor yang menghambat berjalannya proses pendampingan dan pemberdayaan pada AKH di antaranya: jumlah relawan sedikit, kurangnya totalitas dalam pembagian waktu, fluktuasi kondisi AKH yang selalu berubah, jumlah AKH terus berubah, keterbatasan dana, serta waktu kegiatan pendampingan yang terbatas.


(6)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Mardikanto, Totok, dan Poerwoko Soebiato. 2010. Pemberdayaan dalam

Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: UNPAR Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.

Sutatiek, Sri. 2013. Rekonstruksi Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana Anak di

Indonesia, Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Peradilan Pidana Anak.