Diskusi Perbedaan Kadar Kortisol Serum Pasien Kanker Serviks Stadium Lanjut Setelah Intervensi Psikoterapi Realitas dengan Terapi Standart Jurnal

4 Distribusi rerata kadar kortisol pada kelompok pasien kanker serviks yang mendapatkan kemoradiasi dengan psikoterapi realitas tampak lebih rendah 0.97+ 0.46 mgdL, dibandingkan dengan kelompok pasien kanker serviks yang mendapatkan kemoradiasi tanpa psikoterapi realitas 11.54 + 7.13 mgdL. Analisis uji t dengan menggunakan α=0.05 terbukti bahwa kadar kortisol pada kelompok pasien kanker serviks yang mendapatkan kemoradiasi dengan psikoterapi realistis dan kelompok pasien kanker serviks yang mendapatkan kemoterapi tanpa psikoterapi realitas terdapat perbedaan yang signifikan dimana nilai p=0.00 0.05. Hubungan antara psikoterapi realitas dengan penurunan kadar kortisol pada pasien kanker serviks. Pasien yang mendapatkan psikoterapi realitas kadar kortisol 1.47 mgdL sebanyak 12 kasus 80 dan kadar kortisol 1.47 mgdL sebanyak 3 kasus 20. Sedangkan pasien kanker serviks yang mendapatkan terapi standart tanpa psikoterapi realitas dengan kadar kortisol 1.47 mgdL sebanyak 3 kasus 20 dan kadar kortisol 1.47 mgdL sebanyak 12 kasus 80. Terdapat perbedaan yang bermakna penggunaan psikoterapi realitas pada kanker serviks stadium lanjut bila dibandingkan dengan terapi standart dengan p=0,001. Penggunaan psikoterapi realitas pada penderita kanker serviks stadium lanjut dapat menurunkan kadar kortisol menjadi 16 kali bila dibandingkan terapi standart.

4. Diskusi

Setelah dilakukan uji statistik pada data tersebut di atas kadar kortisol dengan uji t, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna p=0.001 antara nilai mean kadar kortisol pada kelompok kontrol terapi standart dengan kelompok perlakuan psikoterapi realitas, yang mana kelompok perlakuan mempunyai nilai rerata kadar kortisol lebih rendah dibanding dengan nilai rerata kadar kortisol kelompok kontrol atau psikoterapi realitas lebih efektif dibanding psikoterapi standart, karena psikoterapi realitas dapat menurunkan kadar kortisol yang berdampak pada penurunan stress dan meningkatkan kualitas hidup termasuk meningkatkan five years survival rate pasien. Wanita yang didiagnosis dengan kanker serviks khususnya stadium lanjut akan timbul stress emosional yang luar biasa dengan dampak menurunnya kualitas hidup wanita tersebut karena harus menjalankan kemoradiasi yang bertahap. Stres yang terjadi dapat menyebabkan perubahan pada psikoneuroimunologi pasien yang akan berdampak pada perlambatan penyembuhan perpustakaan.uns.ac.id commit to user 5 pasien dengan kanker serviks. Stress yang terjadi apabila tidak tertangani dengan baik akan berakibat terjadinya gangguan pada regulasi HPA axis, di mana keadaan ini akan merangsang kortek adrenal mensekresi kortisol, akibat meningkatnya produksi ACTH dari hipofisis anterior Deborah 2012. Pendapat ini sejalan dengan Limberaki 2011 pasien kanker yang menjalani kemoterapi berada pada kondisi stress biologis dan emosi yang kuat yang dapat menyebabkan peningkatan kortisol. Hasil penelitian dengan analisis regresi didapatkan bahwa psikoterapi realitas dapat menurunkan kadar kortisol sebesar 11,54 . Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Reiceh 2004 yang menyebutkan bahwa jika pasien kanker dalam keadaan stress, maka akan mempercepat perkembangan sel kankernya dan menyatakan pendapat bahwa pemberian psikoterapi untuk mengatasi stress akan menghambat perkembangan sel kanker dan memperbaiki regulasi sistem imun serta meningkatkan kualitas hidup termasuk meningkatkan five years survival rate pasien. Jarcho 2013 berpendapat bahwa selama stress akibat stressor psikologis dan juga stressor fisik korteks adrenal diaktifkan oleh hormon kortikotropin adrenal. Pengaktifan tersebut meningkatkan kerja korteks adrenal mensekresi hormon glukokortikoid steroid terutama kortisol. Kortisol bersifat bifasik artinya efek kadar kortisol pada stress akut akan menurunkan fungsi reseptor glukokortikoid yang berlainan dan efek kadar kortisol pada stressor psikologis akan meningkatkan fungsi reseptor glukokortikoid pada stress akut mempunyai kadar kortisol yang lebih tinggi daripada kadar kortisol pada stress psikologis yang kronis Jarcho, 2013. Pendapat ini sejalan dengan Soetrisno 2009 yang menyatakan bahwa stress yang akut akan menaikan kadar kortisol secara akut dan menghambat sistem imun sedangkan stressor psikologis akan menaikkan kadar kortisol secara bertahap dan memacu sistem imun. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya intervensi pemberian psikoterapi realitas pada pasien kanker serviks stadium lanjut dapat menurunkan kadar kortisol sebesar 11,54 dibandingkan terapi standart tanpa adanya intervensi pemberian psikoterapi realitas. Karena kortisol selama ini dikenal sebagai hormon stres yang merupakan suatu hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal kortisol disekresikan melalui serangkaian proses yang melibatkan HPA axis, dimana ini merupakan suatu kondisi yang dipersepsikan sebagai tekanan stress.impuls tersebut dikirim menuju thalamus yang kemudian direspon dengan keluarnya CRF Corticotropin Releasing Factor dari nukleus paraventrikular di hipothalamus. Setelah itu CRF merangsang Kelenjar Pituitari untuk mengeluarkan ACTH Adreno Corticotropin Hormon. Adanya sekresi ACTH tersebut menimbulkan sekresi glukokortikoid dari kortek adrenal Talbott, 2011. Peran dari psikoterapi realitas pada pengobatan pasien dengan kanker serviks stadium lanjut, diharapkan dapat menurunkan tingkat stress pada pasien yang akan menjalani pengobatan. Hal tersebut sangat berdampak positif karena memberikan ketenangan sehingga dapat menurunkan tingkat stress pada pasien dengan kanker serviks stadium lanjut.

5. Kesimpulan