HUBUNGAN DAYA TAHAN JANTUNG PARU DENGAN KONDISI PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA LAKI-LAKI PROGRAM STUDI PENJASKES FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009

(1)

PROGRAM STUDI PENJASKES FKIP

UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009

( SKRIPSI )

Oleh

AIRONI IRSYAHMA 0518011033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

PROGRAM STUDI PENJASKES FKIP

UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009

Oleh

AIRONI IRSYAHMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(3)

HUBUNGAN DAYA TAHAN JANTUNG PARU DENGAN KONDISI PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA LAKI-LAKI PROGRAM STUDI

PENJASKES FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009

Oleh Aironi Irsyahma

VO2 maks merupakan gambaran daya tahan jantung paru, makin tinggi nilai VO2 maks seseorang maka makin baik daya tahan jantung paru. Latihan fisik menurut cara dan aturan tertentu akan meningkatakan daya tahan jantung paru yang hasil akhirnya adalah peningkatan kebugaran jasmani, sehingga mereka yang terlatih dalam berolahraga akan memiliki daya tahan jantung paru yang lebih baik dibanding mereka yang jarang melakukan aktifitas olahraga. Dengan kebugaran jasmani yang baik, maka kondisi psikologis juga akan terpengaruh secara positif dan selanjutnya membentuk aspek-aspek atau ciri-ciri kepribadian atau gambaran kepribadian yang positif pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis pada mahasiswa Program Studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009.

Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif studi korelasi (Correlation Study) dengan menggunakan pendekatan belah lintang (cross sectional).


(4)

menggunakan kuesioner General Well-Being Scale dan pengukuran bangku Astrand-Ryhming terhadap sampel penelitian mahasiswa laki-laki program studi penjaskes FKIP Unila angkatan 2008 dan 2009 sebanyak 92 orang. Data kemudian diolah dengan analisa univariat yang menghasilkan distribusi frekuensi dan analisa bivariat dengan uji korelasisomers’d.

Hasil penelitian terhadap daya tahan jantung paru menunjukkan bahwa pada angkatan 2008 terdapat sejumlah 8 (17,8 %) subjek memiliki nilai VO2 maks yinggi dan 37 (82,2 %) subjek memiliki nilai VO2 maks baik, sedangkan pada angkatan 2009, terdapat sejumlah 39 (83 %) subjek memiliki nilai VO2 maks tinggi dan 8 (17 %) subjek memiliki nilai VO2 maks baik. Hasil Penelitian terhadap kondisi psikologis pada angkatan 2008 menunjukkan bahwa sejumlah 6 (13,3 %) subjek positif well-being, 7 (15,6 %) subjek positif rendah dan 32 (72,2 %) subjek marginal, sedangkan pada angkatan 2009 terdapat sejumlah 38 (80,9 %) subjek positif well-beingdan 9 (19,1 %) subjek positif rendah. Analisis bivariat mengenai hubungan daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 memberikan hasil p-value 0,000 < α (0,05) dan r = 0,768, hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna dan korelasi kuat antara daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis pada mahasiswa laki-laki program studi penjaskes FKIP Unila angkatan 2008 dan 2009


(5)

THE CORELATIONS BETWEEN CARDIORESPIRATORY ENDURANCE AND PSYCHOLOGICAL CONDITION ON PENJASKES

STUDENTS OF LAMPUNG UNIVERSITY YEAR 2008 AND 2009 By

Aironi Irsyahma

VO2 max is a symbol of cardiorespiratory endurance, the higher the value of VO2 max means the better cardiorespiratory endurance. Physical exercise according to certain rules will increase cardiorespiratory endurance and physical fitness, so they who are trained in sport exercise would have better cardiorespiratory endurance than those who rarely perform sports activities. Because of exercise, the psychological condition will also be positively affected and subsequently form aspects personality or traits personality in a positive well-being as well. This study aims is to determine the strength of the corelation between cardiorespiratory endurance and psychological condition on penjaskes students of lampung university year 2008 and 2009.

The study is a descriptive correlation study using a cross sectional approach. The study was conducted in University of Lampung on March 2012. The Data in this study are obtained using a General Well-Being Scale questionnaire and the Astrand-Ryhming bench measurements on samples of consist of 92 people. The


(6)

The results of cardiorespiratory endurance analysis showed that in subject 2008 there were a number of 8 (17.8%) subjects had high value VO2 max and 37 (82.2%) subjects had good value VO2max, while in the subject 2009, there were a number of 39 (83 %) subjects had high values VO2max and 8 (17%) subjects had good value VO2 maks. Research on the psychological condition of 2008 showed that six (13.3%) subjects have positive well-being, seven (15.6%) subject have low positive and 32 (72.2%) subjects have marginal, whereas in 2009 there are number of 38 (80.9%) subjects have positive well-being and nine (19.1%) subjects have low positive. Bivariate analysis on the corelation between cardiorespiratory endurance and psychological condition on penjaskes students year 2008 and 2009 gave results of p-value 0.000 < α (0.05) and r = 0.768, this means there is a meaningful relationship and a strong correlation between cardiorespiratory endurance and psychological condition on Penjaskes students University Lampung year 2008 and 2009.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL...v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Pemikiran... 6

F. Hipotesis... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani ... 8

B. Daya Tahan Jantung Paru... 9

1. Definisi... 9

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Daya Tahan Jantung Paru ... 10

a. Genetik ... 10

b. Jenis Kelamin... ... 11

c. Umur ... 11

d. Kebiasaan Merokok ... 12


(8)

C. Metode Pengukuran VO2maks ... 17

D. Kondisi Psikologis ... 21

1. Definisi Stres ... 21

2. Penggolongan Stres ... 21

3. Stresor dan Jenis-jenis Stresor ... 22

4. Reaksi Terhadap Stres... 25

a. Aspek Biologis ... 25

b. Aspek Psikologis ... 27

E. Psikologis Masa Remaja ... 28

1. Definisi Remaja... 28

2. Batasan Umur Untuk Remaja... 29

3. Aspek-aspek Perkembangan Masa Remaja ... 29

4. Ciri-ciri Masa Remaja ... 33

5. Stres Pada Remaja... 35

E. Olahraga dan Psikologi Remaja ... 37

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

D. Variabel Penelitian ... 41

E. Definisi Operasional... 41

F. Pengumpulan Data ... 42

G. Prosedur Penelitian... 42

H. Pengolahan Data... 44


(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 46

1. Analisis Univariat ... 47

a. Daya Tahan Jantung Paru ... 47

b. Kondisi Psikologis ... 48

2. Analisis Bivariat ... 49

B. Pembahasan... 50

1. Karekteristik Subyek ... 50

a. Jenis Kelamin ... 50

b. Umur ... 50

c. Kebiasaan Merokok ... 50

2. Daya Tahan Jantung Paru ... 51

3. Kondisi Psikologis ... 52

4. Hubungan Daya Tahan Jantung Paru dengan Kondisi Psikologis ... 53

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Kategori VO2maks dalam ml/Kg BB/menit ...20

2. Distribusi Sampling ...40

3. Definisi Operasional...41

4. Karakteristik Mahasiswa Angkatan 2008 ...46

5. Karakteristik Mahasiswa Angkatan 2009 ...46

6. Distribusi Nilai VO2maks Angkatan 2008 ...47

7. Distribusi Nilai VO2maks Angkatan 2009 ...47

8. Distribusi Nilai Kondisi Psikologis Angkatan 2008 ...48

9. Distribusi Nilai Kondisi Psikologis Angkatan 2009 ...48

10. Hubungan Daya Tahan Jantung Paru dengan Kondisi Psikologis Angkatan 2008 dan 2009 ...49


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Kerangka Teori...6 2. Kerangka Konsep ...7 3. Normogram Astrand-Ryhming ...20


(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik halaman

1. Distribusi Nilai VO2maks Angkatan 2008 dan 2009 ...47 2. Distribusi Kondisi Psikologis Angkatan 2008 dan 2009...48


(13)

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif dan ekonomis (UU No.23 tahun 1992), atas dasar definisi tersebut, maka manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik) dari unsur badan, jiwa dan sosial, yang tidak dititikberatkan pada penyakit tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dari kesejahteraan dan produktivitas sosial ekonomi.

Perkembangan jiwa yang baik sangat penting terutama dalam masa remaja. Pada masa ini, banyak terjadi perubahan, baik biologis, psikologis maupun sosial, tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat daripada proses pematangan kejiwaan (psikososial). Salah satu masa yang paling penting untuk perkembangan kejiwaan adalah masa akhir remaja (usia 19-21) atau lebih dikenal dengan adolesensi (Gunarsa, 2004).

Menurut Hollinshead, adolesensi ialah masa kehidupan seseorang dimana masyarakat tidak lagi memandangnya sebagai seorang anak, tetapi ia juga masih belum diakui sebagai seorang dewasa dengan segala hak dan kewajibannya (Gunarsa, 2004). Hal ini membuat fase remaja penuh dengan kesukaran dan persoalan yang dapat menjadi stresor yang mempengaruhi perkembangan psikologis remaja. Kegagalan dalam mengatasi stresor ini


(15)

menyebabkan remaja mengalami depresi, ketegangan, dan berbagai kondisi psikologis yang buruk (Utama, 2005).

Olahraga merupakan salah satu cara mendapatkan dan mempertahankan kesehatan, tidak hanya kesehatan fisik tetapi juga kesehantan mental. Olahraga berkaitan dengan perasaan nyaman dan bugar (wellness), serta keharmonisan kepribadian, dan olahraga dalam tim memberikan kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan kesehatan mental dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Hal ini berarti berolahraga secara teratur memiliki pengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang, yang tentunya juga berpengaruh terhadap kualitas kepribadiannya (Gunarsa, 2008).

Daya tahan jantung paru (kapasitas aerobik) adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994). Daya tahan jantung paru atau aerobic capacity merupakan salah satu indikator obyektif dalam mengukur aktivitas fisik dan merupakan komponen terpenting dalam meningkatkan kebugaran jasmani seseorang (Nieman, 2001).

Penelitian menunjukkan bahwa subyek yang memiliki kebugaran jasmani yang baik mempunyai penurunan respon stres yang signifikan terhadap bermacam tekanan mental. Nieman (2000) dalam penelitiannya membagi 35 pria dengan obesitas ringan, ke dalam dua kelompok exercise (EX) (N = 18), dan

nonexercise (NEX) (N = 17), dan meminta kelompok EX untuk melakukan latihan fisik ringan secara teratur selama 6 bulan, hasil penelitiannya menyatakan perbedaan yang bermakna terhadap skor totalGeneral Well-Being


(16)

dimana subjek kelompok EX memiliki positif well-being seiring dengan meningkatnya daya tahan jantung paru. Petruzello (2001) melibatkan 109 subjek dengan intensitas stresor tinggi, untuk melakukan latihan fisik ringan secara teratur, hasilnya terdapat penurunan sedikit, tetapi bermakna secara statistik pada tekanan darah sistolik dan diastolik (-4/-3 mmHg) subjek dibandingkan tekanan darah orang dewasa normal, hal ini membuktikan bahwa olahraga ringan mampu menurunkan tingkat ketegangan. Utama (2005) pada penelitiannya terhadap 60 orang remaja SMA yang tergabung dalam ekstrakurikuler olahraga memperoleh hasil bahwa sejumlah 46,67% subjek mempunyai nilai VO2 maks yang baik, dimana 43,3% diantaranya memiliki positifwell-being.

Mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009 merupakan kelompok mahasiswa dengan rentang usia 19-21 tahun, yang termasuk dalam masa remaja akhir atau adolesensi, dan mereka telah menyelesaikan beberapa mata kuliah praktek diantaranya Atletik, Senam, Renang, Tenis Meja, Sepak Bola, dan Bola Voli. Moeloek (1994) menyatakan bahwa latihan fisik menurut cara dan aturan tertentu akan meningkatakan efisiensi faal tubuh (daya tahan jantung paru) yang hasil akhirnya adalah peningkatan kebugaran jasmani, sehingga mereka yang terlatih dalam berolahraga akan memiliki daya tahan jantung paru yang lebih baik dibanding mereka yang jarang melakukan aktifitas olahraga. Dengan kebugaran jasmani yang baik, maka kondisi psikologis juga akan terpengaruh secara positif dan selanjutnya membentuk aspek-aspek atau ciri-ciri kepribadian atau gambaran kepribadian yang positif pula (Gunarsa, 2008).

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengajukan penelitian mengenai hubungan daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis pada mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009


(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran daya tahan jantung paru pada mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009 ? 2. Bagaimana gambaran kondisi psikologis pada mahasiswa program studi

Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009 ?

3. Seberapa besar hubungan antara daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis pada mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009 ?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Unila angkatan 2008 dan 2009

b. Tujuan Khusus:

1. Mengetahui daya tahan jantung paru

a. Mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Unila angkatan 2008 b. Mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Unila angkatan 2009 2. Mengetahui kondisi psikologis

a. Mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Unila angkatan 2008 b. Mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Unila angkatan 2009 3. Menganalisis seberapa besar hubungan antara daya tahan jantung paru

dengan kondisi psikologis pada mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009.


(18)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi subjek penelitian

Memberikan informasi mengenai pentingnya daya tahan jantung paru dalam mempengaruhi kondisi psikologis seseorang.

2. Bagi peneliti

Memberikan pengalaman mengenai cara dan proses berfikir ilmiah sebagai penerapan pengetahuan dan keterampilan yang sudah didapat dari bangku kuliah ke dalam kehidupan nyata di masyarakat.

3. Bagi masyarakat

Memberikan informasi mengenai pentingnya berolahraga secara teratur dalam meningkatakan kebugaran jasmani dan daya tahan jantung paru dan pengaruhnya terhadap kondisi psikologis seseorang.

4. Bagi institusi pendidikan

Memberikan informasi mengenai hubungan antara daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis.


(19)

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori (Devony, 2004; Santrock, 2001)

2. Kerangka Konsep

Daya tahan jantung paru (VO2maks) merupakan indikator dalam mengukur tingkat kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani yang baik, memungkinkan seseorang mampu menurunkan tingkat ketegangan, memberikan perasaan nyaman dan bugar (wellness), serta keharmonisan kepribadian sehingga memperbaiki kondisi psikologis dan membuat seseorang merasa lebih sehat.

Karakteristik - Genetik - Jenis Kelamin - Umur

Gaya Hidup

- Kebiasaan Merokok Olahraga

- Latihan Aerobik

Daya Tahan Jantung Paru (Kebugaran Jasmani)

Kondisi Psikologis (Positif Well-being)

Remaja

Biological Stress Family Stress School Stress Peer Stress Social Stress Penyakit Jantung Paru


(20)

Dari uraian tersebut penulis membuat suatu konsep bahwa daya tahan jantung paru merupakan variabel bebas sedangkan kondisi psikologis merupakan variabel terikat.

Gambar 2. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Dari kerangka konsep yang telah diterangkan di atas, maka dirumuskan hipotesis bahwa:

H0. Tidak terdapat hubungan dan korelasi bermakna antara daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis pada mahasiswa Program Studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009

H1. Terdapat hubungan dan korelasi bermakna antara daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis pada mahasiswa Program Studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009

Variabel bebas Daya Tahan Jantung Paru

(VO2 maks)

Variabel terikat Kondisi Psikologis (General Well-being Scale)


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari dengan cukup energi dan penuh kesiagaan, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, sehingga dapat menikmati waktu luang dan masih mempunyai cadangan energi untuk keperluan mendadak (Segal, 1998). Kebugaran jasmani menggambarkan potensi kemampuan kerja seseorang dalam kegiatan sehari-hari sekaligus menggambarkan status kesehatan. (Departemen Pendidikan Nasional, 2000).

Kebugaran jasmani dibedakan antara health related fitness dan skill related fitness(Nieman, 2000).

Health related fitness merupakan kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari : (Nieman, 2000)

1. Daya tahan jantung paru 2. Daya tahan otot

3. Kekuatan otot

4. Kelentukan/kelenturan 5. Komposisi tubuh


(22)

Sedangkan skill related fitness merupakan kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan terdiri dari : (Nieman, 2000)

1. Daya ledak otot 2. Kecepatan gerak 3. Kecepatan reaksi 4. Keseimbangan 5. Kelincahan 6. Koordinasi

B. Daya Tahan Jantung Paru

Daya tahan jantung paru merupakan komponen utama dalam kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan (Nieman, 2000). Seseorang dengan daya tahan jantung paru yang baik, memiliki jantung yang efisien, paru-paru yang efektif, peredaran darah yang baik pula, yang dapat mensuplai otot-otot sehingga yang bersangkutan mampu bekerja secara berkelanjutan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan (Nieman, 2000).

1. Definisi Daya Tahan Jantung Paru

Daya tahan jantung paru adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat maupun kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994).


(23)

Daya tahan jantung paru disebut jugaaerobic capacity/ kapasitas aerobik. Istilah aerobik digunakan sehubungan dengan kerja fisik yang memerlukan oksigen, penyaluran oksigen bersama sistem peredaran darah ke seluruh tubuh dan memanfaatkannya. Dalam laboratorium pengukuran yang paling objektif dilakukan dengan menghitung ambilan maksimal O2 (VO2maks) (Nieman, 2000).

Blain berpendapat daya tahan jantung paru yang tinggi menunjukkan kemampuan untuk bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang cukup besar dalam periode waktu yang lama (Nieman, 2000).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Jantung Paru

a. Genetik

Daya tahan jantung paru dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat spesifik yang ada dalam tubuh setiap individu sejak lahir. Kita mewarisi banyak faktor yang memberikan kontribusi pada daya tahan jantung paru, seperti kapasitas maksimal sistem respiratory dan kardiovaskuler, jantung yang lebih besar, sel darah merah dan hemoglobin yang lebih banyak. Harris (1999) menyatakan bahwa herediter bertanggung jawab atas 2540% dari perbedaan nilai VO2 maks antar individu, dimana pengaruhnya hanya dapat diubah dengan latihan fisik. Akan tetapi faktor genetik ini sulit untuk diukur (Helgerud, 2003).


(24)

b. Jenis Kelamin

Daya tahan kardiovaskuler pada usia anak-anak, antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun setelah masa pubertas terdapat perbedaan. Rata-rata remaja putra memiliki kebugaran aerobik antara 15-25% lebih besar dari remaja putri dan ini tergantung pada tingkat aktivitas mereka, akan tetapi pada atlet remaja putri yang sering berlatih, hanya berbeda 10% dibawah atlet putra dalam usia yang sama dalam hal VO2maks (Harris, 1999).

Menurut Harris (1999), satu gram hemoglobin dapat bersatu dengan 1,34 ml oksigen. Pada pria dalam keadaan istirahat terdapat sekitar 15-16 gr hemoglobin pada setiap 100 ml darah dan pada wanita rata-rata 13,5 gr pada setiap 100 ml darah. Selain itu ukuran jantung pada wanita rata-rata lebih kecil dibanding ukuran jantung pada pria. Keadaan tersebut menyebabkan pria memiliki kapasitas aerobik yang lebih besar dibanding wanita. (Harris, 1999).

c. Umur

Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan suatu tendensi meningkat pada masa anak-anak dan mencapai maksimal di usia 20 - 30 tahun (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994). Daya tahan tersebut akan semakin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, dan 4-5% perdekade untuk individu yang aktif (Helgerud, 2003).


(25)

d. Kebiasan Merokok

Pada asap tembakau terdapat 4% karbon monoksida (CO). Afinitas CO pada hemoglobin 200-300 kali lebih kuat dari pada oksigen, hal ini berarti CO lebih cepat mengikat hemoglobin dari pada oksigen. Hemoglobin dalam tubuh berfungsi sebagai alat pengangkutan oksigen untuk diedarkan ke jaringan tubuh yang memerlukannya. Bila seseorang merokok 10-20 batang sehari di dalam hemoglobin mengandung 4,9% CO, maka kadar oksigen yang diedarkan ke jaringan pun akan menurun sekitar 5% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994).

e. Olahraga / Latihan Fisik

Pada olahraga / Latihan fisik, secara fisiologis, dikenal 3 macam sistem penghasil energi. Sistem penghasil energi tersebut antara lain (Guyton et all, 1996)

1. Sistem fosfagen

Sistem fosfagen menghasilkan energi yang cepat dan bertahan lama dalam waktu singkat. Energi yang dihasilkan dari sistem ini hanya untuk aktivitas fisik yang singkat. Contoh aktivitas yang menggunakan sistem energi ini adalah angkat berat dan melompat .

2. Sistem glikogen laktat

Sistem energi glikogen asam laktat menghasilkan energi dalam waktu sedang, setengah lebih lambat dari sistem fosfagen. Energi dari sistem ini digunakan pada tenis dan berenang 100 m


(26)

3. Sistem aerobik

Sistem aerobik berkaitan dengan oksidasi dari bahan makanan didalam mitokondria untuk menghasilkan energi dalam jumlah paling besar namun dalam jangka waktu yang lebih lama, contohnya pada lari marathon.

Sumber energi kontraksi otot adalah hidrolisis Adenosin Tripospat (ATP) yang berasal dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Tetapi, dalam olahraga zat nutrisi utama untuk energi adalah karbohidrat dan lemak. ATP dihasilkan melalui 2 mekanisme utama, yaitu metabolisme aerobik dan metabolisme anaerobik. Metabolisme aerobik berarti memerlukan O2. Metabolisme aerobik paling efisien dan merupakan sistem produksi utama, diaktifkan oleh aktivitas fisik dengan intensitas rendah dan berlangsung lama. Metabolisme anaerobik yang tidak memerlukan O2 biasanya terjadi pada keadaan yang memerlukan energi dalam waktu cepat seperti angkat berat dan lari 100 meter. Metabolisme ini kurang efisien dibanding aerobik dan terjadi jika tidak tersedia O2 yang cukup di jaringan saat latihan fisik. Energi dari hidrolisis ATP menjadi ADP digunakan untuk kerja mekanik, resintesis pospokreatin dan sisanya sebagai panas (Guyton et all, 1996)

Latihan yang bersifat aerobik yang dilakukan akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi dan dapat mengurangi lemak tubuh (Depkes RI, 1994). Cooper menyatakan bahwa daya tahan kardiorespirasi erat


(27)

kaitannya dengan sistem aerobik, karena aerobik sendiri adalah variasi latihan yang menstimulasi aktivitas jantung dan paru-paru dalam periode waktu tertentu untuk memberikan perubahan yang bermanfaat bagi tubuh. Oleh karena itu, kemampuan daya tahan kardiorespirasi seseorang dapat dinilai dari kapasitas aerobiknya (Nieman, 2000).

Latihan fisik memberikan pengaruh atau respon terhadap jantung, terhadap darah, pembuluh darah, dan sirkulasinya serta terhadap respirasi : (Guyton et all, 1996)

1. Respon jantung

Latihan fisik memberikan respon berupa membesarnya arteri koroner dan kapiler miokardium, meningkatnya aliran darah ke miokard, meningkatnya kontraktilitas miokard, meningkatnya massa miokardium, meningkatnya isi sekuncup, meningkatnya curah jantung, dan menurunnya denyut nadi saat istirahat.

2. Respon darah, pembuluh darah, dan sirkulasi

Peranan utama adanya latihan fisik pada sistem sirkulasi adalah meningkatkan cardiac output. Cardiac output yang meningkat akan meningkatkan suplai O2dan zat nutrisi ke sel otot serta meningkatkan pembawaan CO2dan sisa metabolisme lain dari jaringan otot. Selain itu sistem sirkulasi juga mengangkut hormon yang berperan dalam keseimbangan osmotik cairan tubuh, keseimbangan asam basa dan pengaturan panas.


(28)

3. Respon respirasi

Latihan fisik meningkatkan sistem ventilasi pulmonal sampai 20 kali lipat. Pada orang yang tidak terlatih peningkatan ventilasi sampai 100 liter/menit dan yang terlatih meningkat sampai 120 liter/menit dibanding saat istirahat yang hanya 6 liter/menit. Peningkatan CO2 dan penurunan kadar O2 dalam darah menyebabkan tubuh berkompensasi agar komposisi zat di dalam darah tetap dipertahankan dalam keadaan normal.

Latihan fisik mengakibatkan permukaan alveoli menjadi lebih luas, kapiler di dalam alveoli menjadi lebih aktif sehingga proses ventilasi dan difusi menjadi lebih optimal. Dengan demikian seseorang yang mempunyai daya tahan jantung paru yang tinggi menunjukkan kemampuan yang lebih baik untuk melepaskan sejumlah besar energi dalam jangka waktu yang lebih lama (Nieman, 2000).

Latihan aerobik dapat meningkatkan kemampuan fungsi tubuh dalam memanfaatkan oksigen sehingga fungsi tubuh seluruhnya dapat berlangsung optimal (Utama, 2005). Banyak penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kemampuan individu dalam mengatasi perubahan kondisi psikologis dalam dirinya. Tubuh yang sehat akan membentuk perkembangan mental yang baik, menjadikan seseorang lebih bersemangat, dan cenderung untuk tidak mengalami ketegangan dan stres (Utama, 2005).


(29)

Sebagai respon terhadap stres, terjadi 1500 reaksi biokimia di dalam tubuh, neurotransmitters diaktifkan, hormon dilepaskan, dan nutrien dimetabolisme. Fungsi kardiovaskuler dipercepat dan sebaliknya sistem gastrointestinal semakin memperlambat aktivitasnya. Energi tubuh lebih banyak digunakan untuk merespon stres. Beberapa hormon keluar sebagai respon terhadap stres ini, kortisol akan terus bersirkulasi di dalam tubuh dan menekan sistem imunitas sehingga berpotensi menimbulkan penyakit. Olahraga secara teratur sangat berguna untuk membuang produk-produk stres ini dengan menyediakan kesempatan untuk menggunakannya sehingga fungsi homeostatis kembali normal dan menurunkan pengaruh fisik akibat stres (Nieman, 2000).

Endorphin merupakan salah satu neurotransmitter yang termasuk ke dalam golongan endogen opiod yang dapat ditemukan pada serabut saraf. Endorphin diproduksi untuk menghancurkan asam amino besar dan peptide. Normalnya, kadar β-endorphin dalam darah mengikuti irama sirkardian seperti hormon-hormon ACTH lainnya. Konsentrasi terendah ditemukan pada saat malam hari dan tertinggi pada saat pagi hari (Grisell, 2008).

Ketika seseorang melakukan latihan fisik lebih dari 20 menit, maka

β-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hiphotalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan β-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan. Selain itu,


(30)

β-endorphin dapat meningkatkan semangat dan perasaan energik (Nieman, 2000). Penelitian terakhir telah mendapatkan bukti langsung bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar β-endorphin empat sampai lima kali dalam darah. Sehingga semakin banyak latihan maka akan semakin tinggi pula kadar β-endorphin (Grisell, 2008).

C. Metode Pengukuran VO2maks

VO2 maks merupakan gambaran daya tahan jantung paru atau ketahanan aerobik seseorang. Makin tinggi nilai VO2 maks seseorang maka makin baik kemampuan kardiovaskulernya.

Level tinggi VO2 maks menggambarkan fungsi yang tepat dari 3 sistem penting dalam tubuh, yaitu: (Nieman, 2000)

1. Sistem pernafasan, yang mengangkut oksigen dari udara dan mengangkutnya hingga ke darah.

2. Sistem kardiovaskuler, yang mengangkut dan mendistribusikan oksigen dalam darah ke seluruh tubuh.

3. Sistem muskuloskeletal, yang menggunakan oksigen untuk mengubah karbohidrat dan lemak menjadi ATP untuk digunakan dalam kontraksi otot serta produksi panas tubuh.

Karena alasan di atas, maka kapasitas aerobik seseorang dapat ditingkatkan atau diturunkan sebagai adaptasi ketiga sistem tersebut (Nieman, 2000).


(31)

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kapasitas aerobik seseorang adalah sebagai berikut: (Harsono, 2003)

• Peningkatan suplai darah ke otot

• Adaptasi enzimatik dan mitokondrial dari otot skelet

• Peningkatan aktivitas fisik

• Kadar glukosa darah

• Deplesi otot dan simpanan glikogen hati

• Dehidrasi

• Perubahan keseimbangan asam-basa

• Kemampuan mitokondria dalam menggunakan oksigen

Tes laboratorium adalah tes yang paling baik untuk mengukur ketahanan jantung dan paru dengan mengukur secara langsung ambilan O2 selama latihan. Namun penghitungan VO2 maks di laboratorium tersebut mahal, menghabiskan banyak waktu, dan membutuhkan tenaga ahli. Oleh karena itu cara ini tidak praktis digunakan dalam penelitian yang menggunakan subyek besar. Untuk itu telah dikembangkan tes lain yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode Astrand-Ryhming (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994).


(32)

Prosedur pengukuran dengan metode Astrand-Ryhming: (Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994)

1. Subyek berdiri tegap menghadap bangku Astrand-Ryhming yang mempunyai ketinggian 40 cm

2. Subyek penelitian harus berdiri tegak saat melangkah pada bangku dan tidak boleh menundukkan badan pada saat tes dengan bangku naik turun dilakukan.

3. Subyek penelitian diminta melangkah naik dan turun pada bangku Astrand-Ryhming dengan irama langkah yang mengikuti metronom sebanyak 90 langkah/menit.

4. Pada bunyi metronom ke-1 salah satu kaki naik ke atas bangku, pada bunyi ke-2 kaki yang lain naik ke atas bangku, pada bunyi ke-3 salah satu kaki turun ke lantai, dan pada bunyi ke-4 kaki yang lain turun ke lantai sehingga peserta tes berdiri tegak di lantai.

5. Segera saat tes dimulai, stopwatch mulai dijalankan, tes ini dilakukan selama lima menit dan pada menit kelima ini diharapkan terjadi keadaan steady statepada denyut jantung.

6. Segera setelah tes berakhir (keadaan steady state) denyut nadi dihitung selama 1 menit, kemudian dikonversikan ke dalam nomogram Astrand sehingga didapatkan nilai estimasi volume O2(ml/menit) pada berat badan yang sesuai.


(33)

Gambar 3. Normogram Astrand-Ryhming

Tabel 1. Kategori VO2maks dalam ml/Kg BB/menit No Kategori VO2maks Laki-laki

1 Tinggi ≥53 ml/KG BB/mnt

2 Baik 43–52 ml/KG BB/mnt

3 Sedang 34–42 ml/KG BB/mnt

4 Kurang 25–33 ml/KG BB/mnt

5 Sangat kurang ≤25 ml/KG BB/mnt

Sumber: Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PPKORI), 1999

Seperti terlihat pada tabel VO2 maks mempunyai satuan ml/Kg BB/mnt. Sebagai contoh VO2 maks 53ml/Kg BB/mnt artinya setiap Kg BB sanggup mengambil dan membawa oksigen sebanyak 53 ml dalam satu menit.


(34)

D. Kondisi Psikologis

Psikologis merupakan jiwa seseorang. Kondisi psikologis merupakan keadaan jiwa seseorang yang berkaitan dengan kepribadian yang dimilikinya yang merupakan organisasi dinamik dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhadap stres (Hassan, 2005).

1. Definisi Stres

Stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal yang dapat membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan, sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun psikologis untuk melakukan usaha-usaha penyesuaian diri terhadap situasi tersebut (Kemala, 2007)

2. Penggolongan Stres

Selye (dalam Rice,1992) menggolongkan stres menjadi dua golongan. Penggolongan ini didasarkan atas persepsi terhadap stres yang dialami:

a. Distress(stres negatif)

Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dinyatakan sebagai keadaan dimana Individu mengalami rasa cemas, takut, dan khawatir, sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.

b. Eustress(stres positif)

Merupakan perasaan yang memuaskan dan bersifat menyenangkan. Hanson (dalam Rice, 1992) mengemukakan frase joy of stress untuk


(35)

mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul akibat adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kewaspadaan, kesiagaan mental , kognisi, dan performansi individu.

WHO (2001) menyatakan kesehatan jiwa sebagai Well-being yaitu suatu keadaaan dimana individu dapat mengatasi stres kehidupan, menyadari potensi yang dimiliki, memiliki hubungan positif dengan orang sekitar, mampu bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi bagi komunitas. WHO menganjurkan penggunaan General Well-Being Scale

untuk mengevaluasi persepsi individu dalam menghadapi stres.

Nieman (2001) dalam penelitiannya menggunakan General Well-Being Scaledengan pembagian skala:

Positif well-being81110

Positifrendah 7680

Marginal7175

• Indikasiproblem stress5670

• Indikasidistress4155

3. Stresor dan Jenis-Jenis Stresor

Situasi, kejadian, atau objek apapun yang menimbulkan tuntutan dalam tubuh dan penyebab reaksi psikologis ini disebut stressor (Rice, 1992).

Stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik, seperti polusi udara, dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial, seperti interaksi sosial. Pikiran atau perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadistressor.


(36)

Lazarus & Cohen (dalam Berry, 1998) mengklasifikasikan stressor ke dalam 3 kategori yaitu:

1. Cataclysmic events

Fenomena besar atau tiba-tiba terjadi, kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang, seperti bencana alam

2. Personal stressors

Kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu, seperti krisis keluarga

3. Background stressors

Pertikaian atau permasalahan yang biasa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan

Ada beberapa jenis stressor psikologis (dirangkum dari Folkman,1984; Coleman, dkk, 1984 dalam Rice 1992) yaitu:

1. Tekanan (pressures)

Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya bahkan bila berlebihan dapat mengarah


(37)

pada perilaku maldaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi antara keduanya. Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus dijalani seseorang, atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.

2. Frustasi

Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depsresi.

3. Konflik

Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.

Ada 3 jenis konflik yaitu:

a. Aproach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang yang sulit menentukan keputusan di antara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan


(38)

b. Avoidance-avoidance confict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi disisi lain ia belum mampu secara mental dan financial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.

c. Approach-avoidance conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok.

4. Reaksi Terhadap Stres

a. Aspek Biologis

Walter Canon (dalam Safarino, 1994) memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebut reaksi tersebut sebagai fight-or-flight response karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-flight responsemenyebabkan individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi bila arousal yang tinggi terus-menerus muncul dapat membahayakan kesehatan individu.


(39)

Selye (Safarino,1994) mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus menerus muncul. Selye kemudian mengemukakan istilahGeneral Adaptation Syndrome(GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stresor:

1. Alarm Reaction

Tahapan pertama ini mirip dengan fight-or-flight response. Pada tahap ini arousal yang terjadi pada tubuh organisme berada di bawah normal yang untuk selanjutnya meningkat di atas normal. Pada akhir tahapan ini, tubuh melindungi organisme terhadap stresor. Tapi tubuh tidak dapat mempertahankan intensitas arousal

darialarm reactiondalam waktu yang sangat lama.

2. Stage of Resistance

Arousal masih tinggi, tubuh masih terus bertahan untuk melawan dan beradaptasi dengan stresor. Respon fisiologis menurun, tetapi masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.

3. Stage of Exhaustion

Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh. Sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat menyebabkan kematian.


(40)

b. Aspek Psikologis

Reaksi psikologis terhadap stres dapat meliputi:

1. Kognisi

Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif (Cohen dkk dalam Safarino, 1994). Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan deficit kognitif pada anak-anak (Cohen dalam Safarino,1994).

2. Emosi

Emosi terkait dengan stres. Individu sering menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Reaksi emosional yang muncul sebagai respon terhadap stres dapat berupa rasa takut,

phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih, dan rasa marah (Safarino, 1994)

3. Perilaku Sosial

Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain (Safarino, 1994). Individu dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif. Bencana alam dapat membuat individu lebih kooperatif, dalam situasi lain, individu dapat mengembangkan sikap bermusuhan (Sherif & Sherif dalam Safarino, 1994). Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat dapat menimbulkan perilaku agresif (Donnerstein & Wilson dalam Safarino, 1994). Stres juga dapat mempengaruhi perilaku membantu pada individu (Cohen & Spacapan dalam Safarino, 1994)


(41)

E. Psikologis Masa Remaja

Perkembangan psikologis berlangsung secara bertahap dan berlangsung secara terus menerus untuk mencapai kematangan mental seseorang. Salah satu masa yang penting adalah masa remaja yang merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa. Menurut Hollinshead, masa remaja ialah masa kehidupan seseorang dimana masyarakat tidak lagi memandangnya sebagai seorang anak, tetapi ia juga masih belum diakui sebagai seorang dewasa dengan segala hak dan kewajibannya (Hassan, 2005).

1. Definisi Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1992). Papalia (2001) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Papalia, 2001).


(42)

2. Batasan Umur Untuk Remaja

WHO menetapkan batasan usia 1020 tahun sebagai batasan usia remaja. WHO membagi kurun waktu usia tersebut dalam 2 tahun bagian yaitu remaja awal usia 10-14 tahun dan remaja akhir usia 15-20 tahun. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia remaja. Sedangkan di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang remaja adalah kurun usia 14-24 tahun (Sarwono, 2004).

Batasan usia yang telah ditetapkan adalah untuk tujuan operasional, tidak memperhatikan aspek sosial-psikologik orang-orang pada kurun usia tersebut. Dalam kenyataannya, orang-orang yang sama-sama berada dalam satu kurun usia dapat mempunyai keadaan sosial-psikologik yang berbeda-beda. Sebagian sudah menikah dan sebagian belum, ada yang sudah bekerja dan ada yang belum, ada yang sudah dewasa secara kejiwaan ada yang belum. Keadaan-keadaan seperti ini dapat dikatakan sebagai masa remaja yang diperpendek, dan keadaan yang sebaliknya dikatakan sebagai masa remaja yang diperpanjang (Haditono, 2004).

3. Aspek-aspek Perkembangan Masa Remaja

Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh, dan secara kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia, 2001).


(43)

Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik pada otak sehingga strukturnya menjadi semakin sempurna akan meningkatkan kemampuan kognitif.

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dengan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi yang memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia, 2001).


(44)

Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya (Papalia, 2001).

Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).


(45)

c. Perkembangan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia, 2001).

Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia, 2001).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Papalia, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.

Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).


(46)

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Conger, 1991). Papalia (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).

4. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis.

Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja (Papalia, 2001):

a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.

b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Perubahan fisik terjadi secara cepat, baik perubahan internal


(47)

seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

d. Perubahan nilai, dimana nilai-nilai yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.

e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi, di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.


(48)

5. Stres Pada Remaja

Gunarsa (2004) mengatakan secara umum penyebab stres pada remaja adalah:

a. Putus dengan pacar

b. Perbedaan pendapat dengan orang tua

c. Bertengkar dengan saudara perempuan dan laki-laki d. Perbedaan pendapat antara orang tua

e. Perubahan status ekonomi pada orang tua f. Sakit yang diderita oleh anggota keluarga g. Masalah dengan teman sebaya

h. Masalah dengan orang tua

Menurut Santrock (2001) ada beberapa sumber stres yang dialami remaja:

1. Biological stress

Pada umumnya perubahan fisik pada remaja terjadi sangat cepat, dari umur 12-14 tahun pada remaja perempuan dan antara 13 dan 15 tahun pada remaja laki-laki. Tubuh remaja berubah sangat cepat, remaja merasa bahwa semua orang melihat dirinya. Jerawat juga dapat membuat remaja stres, terutama bagi mereka yang mempunyai pikiran sempit tentang kecantikan yang ideal. Saat yang sama, remaja menjadi sibuk di sekolah, bekerja dan bersosialisasi, sehingga dapat membuat remaja kekurangan tidur. Hasil dari penelitian, mengatakan bahwa kekurangan tidur dapat menyebabkan stres


(49)

2. Family stress

Salah satu sumber utama stres pada remaja adalah hubungannya dengan orang tua dan keluarga, karena remaja merasa bahwa mereka ingin mandiri dan bebas, tapi di lain pihak mereka juga ingin diperhatikan

3. School stress

Tekanan dalam masalah akademik cenderung tinggi pada dua tahun terakhir di sekolah. Keinginan untuk mendapat nilai tinggi, atau keberhasilan dalam ujian, di mana remaja selalu berusaha untuk tidak gagal dapat menjadi penyebab stres.

4. Peer stress

Stres pada kelompok teman sebaya cenderung tinggi pada pertengahan tahun sekolah. Remaja yang tidak diterima oleh teman-temannya, mereka melakukan hal-hal negatif seperti merokok, minum alkohol dan menggunakan obat terlarang. Beberapa remaja merasa bahwa alkohol, rokok dan obat-obatan terlarang dapat mengurangi stres, tapi walau bagaimanapun secara psikologis itu semua tidak dapat mengurangi stres, tetapi justru meningkatkan stres

5. Social stress

Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang dewasa, karena mereka tidak diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat mereka. Pada saat yang sama mereka tahu bahwa mereka semua nantinya akan mewarisi masalah besar dalam kehidupan sosial, seperti perang, polusi, dan masalah ekonomi yang tidak stabil.


(50)

F. Olahraga dan Psikologi Remaja

Dalam masa adolesensi, kesalahan tersering adalah membiarkan remaja menganggur terlalu lama sehingga tidak sanggup menyesuaikan diri dengan perubahan cepat yang terjadi pada dirinya. Karena itu, anak remaja lebih sering menderita gangguan emosi seperti percobaan bunuh diri, skizofrenia, depresi, dan deviasi seksual.

Berbagai aktivitas fisik dapat dilakukan guna membentuk tubuh yang sehat. Olahraga dalam tim memberikan kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan kesehatan mental dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Olahraga juga berkaitan dengan perasaan nyaman dan bugar, serta keharmonisan kepribadian seseorang. Hal ini berarti berolahraga secara teratur memiliki pengaruh terhadap kondisi psikologis remaja, yang tentunya juga berpengaruh terhadap kualitas kepribadiannya. Karena berolahraga, maka kondisi psikis akan terpengaruh secara positif dan selanjutnya membentuk aspek-aspek atau ciri-ciri kepribadian atau gambaran kepribadian yang positif pula (Gunarsa, 2008).

Latihan aerobik akan meningkatkan kemampuan fungsi tubuh dalam memanfaatkan oksigen sehingga fungsi tubuh seluruhnya dapat berlangsung optimal. Tubuh yang sehat akan membentuk perkembangan mental yang baik, menjadikan seseorang lebih bersemangat, dan cenderung untuk tidak mengalami ketegangan dan stres (Utama, 2005).


(51)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif studi korelasi (Correlation Study) yang merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan potong lintang (cross sectional) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor dengan efek, dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2005).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di program studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung. Waktu dilaksanakannya penelitian ini adalah pada bulan Maret 2012.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa laki-laki program studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009 yang berjumlah 119 orang yang terdiri dari 58 orang angkatan 2008 dan 61 orang angkatan 2009.


(52)

n = 2. Sampel

Arikunto (2006) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Kriteria Inklusi:

• Seluruh mahasiswa laki-laki program studi Penjaskes FKIP Unila angkatan 2008 dan 2009 yang mengisi dan menandatangani informed consent

• Seluruh mahasiswa laki-laki program studi Penjaskes FKIP Unila angkatan 2008 dan 2009 yang hadir pada saat penelitian dan bersedia menjadi subjek penelitian

Kriteria Eksklusi:

• Mahasiswa yang menderita penyakit jantung

• Mahasiswa yang menderita asma

• Mahasiswa yang tidak mengikuti seluruh prosedur penelitian

Besarnya sampel yang digunakan berjumlah 92 orang ditentukan dengan menggunakan rumus (Nursalam, 2003) sebagai berikut:

N 1+N(d2) Keterangan:

n = Besarnya sampel

N = Total populasi (119 orang)


(53)

ni = x n

Untuk mencegah terjadinya drop out sampel, peneliti menambahkan sampel sebesar 10 % dari sampel pokok yaitu 9 orang. Dengan demikian total sampel yang dikumpulkan yaitu sebesar 92 + 9 = 101 orang, tetapi hanya 92 orang yang mengalami pengolahan data dan 9 orang sisanya digunakan sebagai data cadangan.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara proportional random sampling. Proporsional digunakan agar setiap subjek dalam sub populasi mendapat bagian atau kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Menurut Nasir (1988) prosedur pengambilan sampel dengan

proportional random samplingmenggunakan rumus sebagai berikut: Ni

N Keterangan:

ni = Jumlah sampel per sub populasi Ni = Total sub populasi

N = Total populasi n = Besarnya sampel

Berdasarkan rumus di atas diperoleh distibusi sampling sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Sampling

Angkatan 2008 2009 Jumlah

Populasi 58 61 119

Sampel 49 52 101

Teknik random sampling yang digunakan adalah dengan cara undian, yaitu dengan mengelompokkan populasi berdasarkan angkatan, memberi nomor urut pada masing-masing subjek populasi, kemudian nomor urut yang dibuat dimasukkan ke dalam gelas yang berlubang kemudian diambil sebanyak 49 kali untuk angkatan 2008 dan 52 kali untuk angkatan 2009.


(54)

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah daya tahan jantung paru sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kondisi psikologis.

E. Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1 Daya

tahan jantung paru

Nilai estimasi VO2maks yang didapatkan dari konversi denyut nadi hasil pengukuran Astrand-Ryhmingstep test ke dalam normogram Astrand-Ryhming Pengukuran Bangku Astrand-Ryhming Tinggi≥53 Baik 43-52 Sedang 34-42 Cukup 25-33 Kurang≤24 (PPKORI, 1999) Ordinal 2 Kondisi Psikologis Skor total keadaan General Well-Beingyang didapatkan dari penilaian kuesioner General Well-Being Scale Kuesioner General Well-Being Scale Positif (81-110) Positif Rendah (76-80) Marginal (71-75) Indikasi Problem Stress (56-70) Indikasi Distress (41-55) Ordinal


(55)

F. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti langsung dari sumber pertamanya. Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan penilaian kuesioner General Well-Being Scale dan pengukuran bangku Astrand-Ryhming terhadap subjek penelitian.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain yang telah terlebih dahulu mengumpulkannya. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari pihak program studi yaitu keterangan mengenai jumlah mahasiswa.

G. Prosedur Penelitian

1. Menetapkan populasi kemudian menyesuaikannya dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Menentukan nomor urut populasi, berdasarkan nomor absensi mahasiswa dimulai dari angkatan termuda dengan nomor urut terkecil.

3. Menetapkan sampel penelitian berdasarkan nomor urut tersebut secara

proportional random sampling.

4. Melakukan penilaian terhadap kondisi psikologis menggunakan kuesioner

General Well-Being Scale.

5. Melakukan pengukuran daya tahan jantung paru dengan prosedur tes bangku Astrand-Ryhming.


(56)

Prosedur pengukuran dengan metode Astrand-Ryhming: (Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994)

1. Subyek berdiri tegap menghadap bangku Astrand-Ryhming yang mempunyai ketinggian 40 cm

2. Subyek penelitian harus berdiri tegak saat melangkah pada bangku dan tidak boleh menundukkan badan pada saat tes dengan bangku naik turun dilakukan.

3. Subyek penelitian diminta melangkah naik dan turun pada bangku Astrand-Ryhming dengan irama langkah yang mengikuti metronom sebanyak 90 langkah/menit.

4. Pada bunyi metronom ke-1 salah satu kaki naik ke atas bangku, pada bunyi ke-2 kaki yang lain naik ke atas bangku, pada bunyi ke-3 salah satu kaki turun ke lantai, dan pada bunyi ke-4 kaki yang lain turun ke lantai sehingga peserta tes berdiri tegak di lantai.

5. Segera saat tes dimulai, stopwatch mulai dijalankan, tes ini dilakukan selama lima menit dan pada menit kelima ini diharapkan terjadi keadaan steady statepada denyut jantung.

6. Segera setelah tes berakhir (keadaan steady state) denyut nadi dihitung selama 1 menit, kemudian dikonversikan ke dalam nomogram Astrand sehingga didapatkan nilai estimasi volume O2(ml/menit) pada berat badan yang sesuai.


(57)

H. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakuan dengan menggunakan program

SPSS.17.00 for windows, meliputi beberapa tahap yaitu (Azwar, 2003):

a. Editing

Editing adalah tahap pemeriksaan data yang telah dikumpulkan apakah telah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, meliputi pemeriksaan pada kelengkapan data, kesinambungan data, dan keseragaman data.

b. Coding

Coding adalah tahap penyederhanaan data ke dalam kode-kode tertentu biasanya dalam bentuk angka sehingga memudahkan dalam proses pengolahan dan pemasukan data ke komputer.

c. Entry

Entry adalah tahap pemasukan data yang telah dikode ke dalam program komputer.

d. Tabulating

Tabulating adalah tahap pengelompokan data ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga memudahkan dalam analisa data. Bentuk tabel dalam penelitian dapat berupa tabel sederhana yang digunakan untuk melihat distribusi satu variabel atau tabel silang yang digunakan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.


(58)

I. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program

SPSS.17.00 for windows, yang meliputi:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian (Notoatmodjo, 2005). Analisis ini digunakan untuk menjelaskan secara deskriptif distribusi variabel-variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisa variabel yang diduga berhubungan (Notoatmodjo, 2005). Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Somers’d, dikarenakan hipotesis penelitian bersifat korelatif, skala variabel kategorik ordinal, dan terdapat variabel bebas dan variabel terikat (Dahlan, 2009).

Untuk menguji kemaknaan digunakanbatas kemaknaan sebesar 5% (α= 0,05). Hasil uji dikatakan ada hubungan yang bermakna apabila nilai p≤ α (p≤0,05). Hasil uji dikatakan tidak ada hubungan bermakna apabila nilai p > α (p>0,05). Selain menggunakan nilai p, hipotesis korelatif juga mengukur berapa besar hubungannya atau terdapat korelasi yang bermakna antara variabel A dengan variabel B. Interpretasi hasil uji korelasi juga didasarkan pada kekuatan korelasi (r). Kekuatan korelasi tersebut memiliki interpretasi sebagai berikut: 0,00-0,199 interpretasi sangat lemah

0,20-0,399 interpretasi lemah 0,40-0,599 interpretasi sedang 0,60-0,799 interpretasi kuat 0,80-1.000 interpretasi sangat kuat


(59)

Arikunto, S. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, A. 2003.Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binarupa Aksara

Badan Litbangkes Republik Indonesia. 2000.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Kesegaran Jasmani Warga Kebon Manggis, Jakarta Timur, Umur 20-39 tahun. Buletin Penelitian Kesehatan. Jakarta.

Conger, J.J. 1991.Adolescence and youth(4th ed). New York: Harper Collins Dahlan,S. 2009.Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika Devony, E. 2004.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Daya Tahan Jantung

Paru pada Siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Depok Tahun 2004. Tesis. Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas. Hal 2-51 Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes.

Jakarta : Depdiknas

Grisel, J. 2008.The Endorphin Story.Boston: Ally & Bacon

Gunarsa, S.D. 2004. Psikologi remaja. Cetakan Kedua Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, S.D. 2008. Psikologi Olahraga Prestasi. Cetakan kedua. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Guyton et.al. 1996. Textbook of Medical Physiology. W.B Saunders Company, Philadelphia, Pannsylvania

Haditono, SR. 2004. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Pres.


(60)

Coaching.Grasindo. Jakarta.

Hassan, R. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak I (Cetakan Kesebelas). Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Helgerud, J. et al. 2003. Aerobic Endurance Training Improves Soccer Performance. Norwegian University of Technology : Departement Of Sport Science.

Kemala, Indri. 2007. Stress Pada Remaja. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara

Nieman, D.C. 2001.The Effects of Moderate Exercise Training on Psychological well-being and Mood State in Men.Jurnal Sport Exercise Psychology

Nieman, D.C. 2000. Fitness and Sport Medicine An Introduction. Second Ed. Bull publishing Company : Palo alto, California

Notoatmodjo, S.2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Keperawatan

Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Papalia, D E et al.2001.Human development(8th ed.). Boston: McGraw-Hill Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Republik Indonesia (PPKORI). 1999.

Materi Penataran Kesehatan Olahraga, Jakarta

Petruzzello et al. 2001.A Meta-analysis on Tthe Anxiety-reducing Effects of Acute and Chronic Exercise. New York: Springer-Verlag. Hal 143- 182

Rice, F.P. 1992. The Adolescent Development, Relationship & Culture (6th ed.). Boston: Ally & Bacon

Safarino, E. P. 1994.Health Psychology(2ndEd). New York : John Wiley Santrock, J.W. 2001.Adolescence(8th ed.). North America: McGraw-Hill. Sarwono, S.W.2004.Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Segal. 1998.Cardiorespiratory Fitness Level among US Youth 12-19 years.US. Utama, H.W. 2005. Hubungan Kebugaran Jasmani dan Kondisi Psikologis pada

Pelajar SMU 1 Prabumulih. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.


(61)

Bandar Lampung, Maret 2012 Kepada Yth,

Ketua Angkatan 2008/2009 Program Studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung Di tempat

Dengan hormat,

Melalui surat ini kami memberitahukan bahwa kami akan melaksanakan penelitian mengenai hubungan antara daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis pada mahasiswa Program Studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009. Oleh karena itu, kami memohon kepada saudara beserta teman-teman angkatan 2008 dan 2009 agar bersedia untuk ikut serta menjadi subjek penelitian pada penelitian ini. Adapun maksud/tujuan penelitian terlampir.

Demikianlah surat permohonan ini kami buat, atas perhatian dan kesediaan yang diberikan kami ucapkan terima kasih

Koordinator penelitian


(62)

Judul Penelitian:

Hubungan Daya Tahan Jantung Paru dengan Kondisi Psikologis pada Mahasiswa Program Studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009.

Tujuan :

1. Mengetahui daya tahan jantung paru mahasiswa Program Studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009.

2. Mengetahui kondisi psikologis mahasiswa Program Studi Penjaskes FKIP Uversitas Lampung angkatan 2008 dan 2009.

3. Menganalisis seberapa besar hubungan antara daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis pada mahasiswa Program Studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung angkatan 2008 dan 2009.

Manfaat :

Memberikan informasi mengenai daya tahan jantung paru dan kondisi psikologis dari mahasiswa yang menjadi subjek penelitian.

Rincian Pemeriksaan:

1. Mengukur Kondisi Psikologis menggunakanGeneral Well-being Scale


(63)

Setelah mendapat penjelasan secara lisan / tertulis dari peneliti, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Angkatan :

Dengan ini menyatakan bahwa saya tidak pernah menderita penyakit jantung / asma dan bersedia menjadi subjek penelitian.

Demikian persetujuan ini saya buat secara sukarela, dan bila nanti diperlukan atau oleh karena alasan yang kuat, saya berhak untuk mencabut persetujuan ini.


(64)

5 ( ) dalam semangat yang sangat sempurna 4 ( ) dalam semangat yang sangat baik

3 ( ) semangat saya sebagian besar cukup baik 2 ( ) semangat saya naik turun

1 ( ) semangat saya sebagian besar cukup turun 0 ( ) semangat saya sangat turun

2. Apakah anda pernah terganggu dengan rasa gelisah anda?

0 ( ) sangat sekali, sehingga saya sulit sekali melakukan pekerjaan dan melakukan sesuatu

1 ( ) sangat 2 ( ) cukup sering

3 ( ) beberapa sudah cukup untuk mengganggu saya 4 ( ) sedikit

5 ( ) tidak sama sekali

3. Pernahkah anda berada dalam perasaan yang kuat terhadap pikiran, sikap emosi dan perasaan anda?

5 ( )Ya, semuanya

4 ( )Ya, untuk sebagian besar 3 ( ) Umumnya ya

2 ( ) tidak terlalu

1 ( ) Tidak dan saya terganggu 0 ( )Tidak dan saya sangat terganggu

4. Pernahkah anda merasakan sangat sedih, patah semangat, tanpa harapan, atau memiliki sangat banyak masalah sehingga berpikiran bahwa semuanya itu sia-sia?

0 ( ) sangat sekali, sampai saya ingin menyerah 1 ( ) sangat sering

2 ( ) cukup sering

3 ( ) beberapa sudah cukup untuk mengganggu saya 4 ( ) sedikit


(65)

1 ( ) ya-dengan tekanan yang cukup besar 2 ( ) ya-cukup, lebih dari biasa

3 ( ) ya-cukup, tapi biasa 4 ( ) ya-sedikit

5 ( ) tidak sama sekali

6. Bagaimana kesenangan, kepuasan yang pernah anda rasakan dalam kehidupan pribadi anda?

5 ( ) sangat senang sekali, sehingga tidak ada yang lebih puas dan menyenangkan dari hal tersebut

4 ( ) sangat senang 3 ( ) cukup senang 2 ( ) puas

1 ( ) tidak puas 0 ( ) sangat tidak puas

7. Pernahkah anda beralasan sehingga membayangkan bahwa anda sedang kehilangan pikiran, atau kehilangan kendali terhadap cara bertindak, cara berpikir, cara berbicara, atau memori anda?

5 ( ) tidak pernah sama sekali 4 ( ) hanya sedikit

3 ( ) beberapa tapi saya tidak begitu risau 2 ( ) beberapa dan saya sedikit risau

1 ( ) beberapa dan saya cukup merisaukannya 0 ( ) sering dan saya sangat merisaukannya

8. Pernahkah anda merasa cemas, khawatir atau kacau? 0 ( ) sangat sekali, sampai saya sakit atau hampir sakit 1 ( ) sangat sering

2 ( ) cukup sering

3 ( ) beberapa, cukup untuk mengganggu saya 4 ( ) sedikit


(66)

3 ( ) cukup sering

2 ( ) lebih sedikit dari separuh waktu saya 1 ( ) jarang

0 ( ) tidak pernah

10. Pernahkah anda terganggu dengan berbagai penyakit, kelainan tubuh, nyeri, atau ketakutan terhadap kesehatan anda?

0 ( ) setiap waktu

1 ( ) hampir setiap waktu 2 ( ) sering dan sewaktu-waktu 3 ( ) beberapa waktu, kadang-kadang 4 ( ) sedikit

5 ( ) tidak pernah

11. Apakah kehidupan keseharian anda penuh dengan hal-hal yang menarik bagi anda?

5 ( ) setiap waktu

4 ( ) hampir setiap waktu 3 ( ) sering dan sewaktu-waktu 2 ( ) beberapa waktu, kadang-kadang 1 ( ) sedikit waktu

0 ( ) tidak pernah

12. Pernahkah anda merasa putus asa dan kecewa? 0 ( ) setiap waktu

1 ( ) sebagian besar

2 ( ) sering dan sewaktu-waktu 3 ( ) kadang-kadang

4 ( ) sedikit 5 ( ) tidak pernah


(67)

4 ( ) sebagian besar waktu 3 ( ) sering dan sewaktu-waktu 2 ( ) kadang-kadang

1 ( ) sedikit waktu

0 ( ) tidak pernah sama sekali

14. Pernahkah anda merasa capek atau kelelahan teramat sangat? 0 ( ) sepanjang waktu

1 ( ) sebagian besar waktu 2 ( ) sering dan sewaktu-waktu 3 ( ) kadang-kadang

4 ( ) sedikit waktu

5 ( ) tidak pernah sama sekali

Keterangan: Untuk masing-masing dari 4 skala berikut ini, menggambarkan perasaan saudara, lingkarilah angka-angka yang sedekat mungkin dengan perasaan saudara beberapa bulan terakhir

15. Seberapa perhatian atau khawatir anda terhadap kesehatan anda? tidak khawatir sama sekali sangat khawatir

10 8 6 4 2 0

16. Seberapa santai atau tegang anda selama ini?

sangat santai sangat tegang

10 8 6 4 2 0

17. Seberapa besar energi dan vitalitas yang anda miliki?

tidak ada energi sama sekali sangat berenergi dinamis

0 2 4 6 8 10

18. Seberapa depresi atau ceria anda selama ini?

sangat depresi/tertekan sangat ceria


(68)

FORMULIR TES KEBUGARAN

I. KETERANGAN UMUM

Nama :

Angkatan : 2008 / 2009 Jenis Kelamin :

Umur : Tahun

Kebiasaan Merokok : batang / hari

II. PEMERIKSAAN JASMANI

Tinggi badan : cm

Berat badan : Kg

Tekanan darah : mmHg Nadi istirahat : / menit

III.PEMERIKSAAN VO2Maks


(69)

(70)

Tabel KategoriGeneral Well-Being Scale

Tingkatan Stress Skor Total

Positif Well Being 81-100 Positif Rendah 76-80

Marginal 71-75

Indikasi problem stress 56-70 Indikasi distress 41-55

Serius 26-40

Berat 0-25

Sumber: Nieman D.C.Fitness and Sport Medicine An Introduction.

Bull Publishing Company, Palo Alto, California, 2000

Tabel Kategori VO2maks dalam ml/Kg BB/menit

No Kategori VO2maks Laki-laki

1 Tinggi ≥53

2 Baik 4352

3 Sedang 3442

4 Kurang 2533

5 Sangat kurang 25

Sumber: Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PPKORI).Materi Penataran kesehatan Olahraga, 1999


(71)

VO2Maks * Kondisi Psikologis Crosstabulation

Count

Kondisi Psikologis

Total Marginal Positif Rendah Positif

VO2Maks Baik 32 5 0 37

Tinggi 0 2 6 8

Total 32 7 6 45

Directional Measures

Value

Asymp. Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig. Ordinal by

Ordinal

Somers' d Symmetric .759 .074 3.959 .000

VO2Maks Dependent .624 .113 3.959 .000 Kondisi Psikologis

Dependent

.966 .025 3.959 .000

a. Not assuming the null hypothesis.


(72)

VO2Maks * Kondisi Psikologis Crosstabulation

Count

Kondisi Psikologis

Total Positif Rendah Positif

VO2Maks Baik 7 1 8

Tinggi 2 37 39

Total 9 38 47

Directional Measures

Value

Asymp. Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig. Ordinal by

Ordinal

Somers' d Symmetric .786 .117 3.380 .001

VO2Maks Dependent .751 .141 3.380 .001 Kondisi Psikologis

Dependent

.824 .122 3.380 .001

a. Not assuming the null hypothesis.


(73)

VO2Maks * Kondisi Psikologis Crosstabulation

Count

Kondisi Psikologis

Total Marginal Positif Rendah Positif

VO2Maks Baik 32 12 1 45

Tinggi 0 4 43 47

Total 32 16 44 92

Directional Measures

Value

Asymp. Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal

Somers' d Symmetric .851 .031 35.216 .000 VO2Maks Dependent .768 .038 35.216 .000

Kondisi Psikologis Dependent

.953 .027 35.216 .000

a. Not assuming the null hypothesis.


(74)

1. Tim Penguji

Ketua : dr. Khairun Nisa B, M.Kes, AIFO __________________

Sekretaris : dr. Ayla Karyus, M.Kes. __________________

Penguji

Bukan Pembimbing : dr. Nurul Islamy, M.Kes. __________________

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M.Biomed

NIP 19570424 198703 1 001


(75)

PENJASKES FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009

Mahasiswa : Aironi Irsyahma

Nomor Pokok Mahasiswa : 0518011033

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

dr. Khairun Nisa B, M.Kes, AIFO dr. Ayla Karyus, M.Kes

NIP 19740226 200112 2 002 NIP 19650929 199509 2 001

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M.Biomed


(76)

Bismillahirahmanirrahim

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia

dengan perantaraan kalam.

Dia mengajarkan menusia apa yang tidak diketahuinya .

(AL ALAQ : 1-5)

...maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? .

(Ar Rahman : 13)


(77)

Kupersembahkan sebuah karya kecilku ini kepada...

Papa, Mama, Papi, Mami, Desti, Kak Adi, Kak Ari, Bang Satria, Dik Ida, dan Keponakanku Yasir, Raya, Alia, Raihan, Ridho yang selalu mendukung, memberi semangat dan senatiasa mendoakan untuk kelancaran dan keberhasilanku.. Kalian adalah motivasi terbesar yang

membuat hidupku berarti, serta almamaterku tercinta FK UNILA We Are One, We Are Medic


(78)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Juli 1988, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, dari Bapak Ir.Hi. Syarifuddin Kholik, M.A.,MEc dan Ibu Hj. Aisyah Roni. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pembina, Bengkulu diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 5 Bengkulu pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 2 Bengkulu pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umum di SMA Negeri 2 Bengkulu pada tahun 2005. Tahun 2005, Penulis diterima dan terdaftar sebagai Mahasiswa Angkatan IV Program Studi Pendidikan Dokter Unila setelah melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2005.


(1)

Judul Skripsi : HUBUNGAN DAYA TAHAN JANTUNG PARU DENGAN KONDISI PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA LAKI-LAKI PROGRAM STUDI PENJASKES FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009

Mahasiswa : Aironi Irsyahma

Nomor Pokok Mahasiswa : 0518011033 Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

dr. Khairun Nisa B, M.Kes, AIFO dr. Ayla Karyus, M.Kes NIP 19740226 200112 2 002 NIP 19650929 199509 2 001

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP 19570424 198703 1 001


(2)

MOTTO

Bismillahirahmanirrahim

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia

dengan perantaraan kalam.

Dia mengajarkan menusia apa yang tidak diketahuinya .

(AL ALAQ : 1-5)

...maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? .


(3)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan sebuah karya kecilku ini kepada...

Papa, Mama, Papi, Mami, Desti, Kak Adi, Kak Ari, Bang Satria, Dik Ida, dan Keponakanku Yasir, Raya, Alia, Raihan, Ridho yang selalu mendukung, memberi semangat dan senatiasa mendoakan untuk kelancaran dan keberhasilanku.. Kalian adalah motivasi terbesar yang

membuat hidupku berarti, serta almamaterku tercinta FK UNILA We Are One, We Are Medic


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Juli 1988, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, dari Bapak Ir.Hi. Syarifuddin Kholik, M.A.,MEc dan Ibu Hj. Aisyah Roni. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pembina, Bengkulu diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 5 Bengkulu pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 2 Bengkulu pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umum di SMA Negeri 2 Bengkulu pada tahun 2005. Tahun 2005, Penulis diterima dan terdaftar sebagai Mahasiswa Angkatan IV Program Studi Pendidikan Dokter Unila setelah melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2005.


(5)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “HUBUNGAN DAYA TAHAN JANTUNG PARU DENGAN KONDISI PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA LAKI-LAKI PROGRAM STUDI PENJASKES FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009”

ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis menghaturkan Jazakumullah Khoiron Katsiro, semoga Allah membalas semua kebaikan kepada :

1. Dr. Sutyarso, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2. dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA selaku Pembimbing Akademik.

3. dr. Khairun Nisa Berawi M.Kes, AIFO, selaku Pembimbing Utama, terima kasih banyak atas waktu, ilmu, nasehat dan kesabarannya untuk memberikan bimbingan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. dr. Ayla Karyus, M.Kes, selaku Pembimbing Kedua, terima kasih atas segala ilmu, nasehat, dan dukungan yang diberikan.

5. dr. Nurul Islamy, M.Kes, selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. terima kasih untuk semua dukungan, masukan dan saran.


(6)

6. Seluruh dosen dan staf Tata Usaha Fakultas Kedokteran Unila, senang pernah mengenal dan berada bersama-sama dalam kampus kita tercinta .

7. Pak Pangat, Mas Kandar, Pak Budin, Mas Dar, Mas Mikdar, terimakasih atas bantuannya selama ini.

8. Sahabat-sahabatku tersayang Ade Mirza, Adityo Wibowo, Affandy Abdillah, Bagas.Andriyono, Harris Jaya T, Nyoman Satriawan. Senang rasanya tahu bahwa kalian masih ada di sampingku. Terimakasih buat semua pengertian dan semangatnya. Semangat!

9. Teman-teman yang tak kalah berjasa Adi, Edy, Hasan, Juli, Mike, Rosalin, Roi, Trio.

Special Thanks :

1. Papa, Mama, Aida, Kak Adi, Kak Ari serta keluarga yang selalu mencurahkan kasih, sayang, serta doa. Banyak cinta dan sayang untuk kalian. Hanya Allah yang dapat membalas semua itu.

2. Desti Wulan Handayan, istri tercinta, terkasih dan tersayang sepanjang masa yang selalu menemaniku dan tak henti-hentinya memberi kekuatan serta semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan penelitian yang akan datang. Akhirnya semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 25 Juli 2012 Penulis


Dokumen yang terkait

Hubungan Obesitas Sentral Dengan Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Laki-Laki

3 72 49

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA LAKI-LAKI FK UMM ANGKATAN 2008-2011

1 30 25

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA LAKI-LAKI Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Merokok Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 16

PERBEDAAN KETAHANAN TERHADAP STRES LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PERBEDAAN KETAHANAN TERHADAP STRES LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN 2007 dan 2008.

0 0 13

PENDAHULUAN PERBEDAAN KETAHANAN TERHADAP STRES LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN 2007 dan 2008.

0 0 4

DAFTAR PUSTAKA PERBEDAAN KETAHANAN TERHADAP STRES LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN 2007 dan 2008.

0 0 5

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Kissing, Necking, Petting, Intercourse (KNPI) pada Mahasiswa Laki-laki FIK UNNES (Studi Kasus Mahasiswa Laki-laki FIK Angkatan 2007).

0 0 2

PERBEDAAN RASIO RENTANG LENGAN-TINGGI BADAN PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2008 FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

0 1 1

HUBUNGAN DAYA TAHAN JANTUNG PARU DENGAN KONDISI PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKES FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009 Aironi Irsyahma, dr. Khairun Nisa B, M.Kes, AIFO Fakultas Kedokteran Univesitas Lampung No Telpon : 085840660

0 0 6

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GENDER LAKI-LAKI DENGAN MEKANISME PERTAHANAN PSIKOLOGIS Skripsi

0 0 76