23
profesional melibatkan kepercayaan, tujuan dan nilai-nilai profesi. Perlu ada kemauan untuk mengerahkan usaha yang cukup atas nama profesi dan keinginan
untuk mempertahankan keanggotaan dalam profesi.
2.1.5 Intensitas Moral
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Intensitas adalah keadaan tingkatan atau ukuran intens. Sedangkan Moral adalah baik atau buruk yg diterima
secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb. Dapat disimpulkan intensitas moral adalah ukuran atau tingkatan baik atau buruk dari sebuah
perbuatan, sikap, kewajiban dll. Intensitas Moral adalah sebuah konstruk yang mencakup karakteristik-
karakteristik yang merupakan perluasan dari isu-isu yang terkait dengan isu moral utama dalam sebuah situasi yang akan memengaruhi persepsi individu mengenai
masalah etika dan intensi keperilakuan yang dimilikinya, Novius dan Arifin 2008. Jones 1991 mengungkapkan bahwa isu-isu intensitas moral secara
signifikan memengaruhi proses pembuatan keputusan moral. Jones mengidentifikasi bahwa ada enam elemen intensitas moral yang
memengaruhi proses pengambilan keputusan meliputi: 1
Besaran konsekuensi Magnitude of Consequences didefinisikan sebagai jumlah kerugian atau manfaat yang dihasilkan oleh pengorbanan atau
pemanfaatan dari sebuah tindakan moral. 2
Konsensus Sosial Social Consensus didefinisikan sebagai tingkat kesepakatan sosial bahwa sebuah tindakan dianggap salah atau benar.
24
3 Probabilitas Efek Probability of Effect merupakan sebuah fungsi bersama
dari kemungkinan bahwa tindakan tertentu akan secara aktual mengambil tempat dan tindakan tersebut akan secara aktual menyebabkan kerugian
manfaat yang terprediksi. 4
Kesegeraan Temporal Temporal Immediacy adalah jarak atau waktu antara saat terjadi dan awal mula konsekuensi dari sebuah tindakan moral tertentu
waktu yang makin pendek menunjukkan kesiapan yang lebih besar. 5
Konsentrasi Efek Concentration of Effect adalah sebuah fungsi infers dari jumlah orang yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh sebuah tindakan
yang dilakukan. Orang-orang yang memiliki perasaan kepentingan yang tertinggi akan bertindak secara amoral yang akan menghasilkan konsentrasi
efek tinggi. 6
Kedekatan Proximity adalah perasaan kedekatan sosial, budaya, psikologi atau fisik yang dimiliki oleh pembawa moral moral agent untuk si pelaku
dari kejahatan kemanfaatan dari suatu tindakan tertentu. Konstruk kedekatan ini secara intuitif dan alasan moral menyebabkan seseorang lebih
peduli pada orang-orang yang berada didekatnya secara sosial, budaya, psikologi ataupun fisik daripada kepada orang-orang yang jauh darinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Gudono 2007 menyatakan bahwa adanya pengaruh tidak langsung Intensitas Moral terhadap Intensi
Keperilakuan melalui masalah etika persepsian lebih tinggi dibandingkan pengaruh langsungnya. Penelitian yang dilakukan oleh Mapuasari 2014
menyatakan bahwa auditor dengan penalaran moral tinggi akan mengurangi
25
perasaan ketidaknyamanan dengan mengambil keputusan audit yang paling tepat. Auditor tersebut akan berhati-hati dalam memutuskan karena tidak ingin
melanggar kode etik.
2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Profesionalisme terhadap Tindakan Akuntan Melakukan
Whistleblowing
Menurut Tjiptohadi 1996 dalam Khikmah 2005 profesionalisme jika dilihat dari bahasanya memiliki beberapa makna. Pertama, profesionalisme berarti
suatu keahlian, mempunyai kualifikasi tertentu, berpengalaman sesuai dengan bidang keahliannya. Kedua, profesionalisme merujuk pada suatu standar
pekerjaan yaitu prinsip-prinsip moral dan etika profesi. Dan yang ketiga, profesionalisme berarti moral.
Dalam theory of planned behavior profesionalisme merepresentasikan sikap terhadap perilaku. Seseorang yang memiliki profesionalisme dalam dimensi
dedikasi terhadap profesi yang baik akan membentuk keyakinan pada diri sendiri bahwa profesi yang sedang dikerjakan memberikan hal yang baik bagi individu.
Seseorang yang memiliki profesionalisme yang kuat cenderung selalu mematuhi kode etik dan norma-norma yang berlaku dengan tujuan untuk menghindari
pelanggaran yang mungkin terjadi di masa depan yang dapat membahayakan profesinya. Dengan demikian profesional dapat termotivasi untuk melindungi
profesinya dengan melaporkan pelanggaran etika. Uraian tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Avrila 2015 meneliti mengenai pengaruh profesionalisme terhadap intensi
26
akuntan publik melakukan whistleblowing dengan hasil profesionalisme berpengaruh terhadap intensi akuntan publik melakukan whistleblowing. Hasil
penelitian Taylor dan Curtis 2010 dengan semakin meningkatnya identitas profesional, niat melaporkan pelanggaran atau ketidak etisan pun akan meningkat.
Hasil penelitian Sari dan Laksito 2014 pada aspek dedikasi terhadap pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensitas melakukan whistleblowing.
Akuntan dengan dedikasi terhadap pekerjaan yang baik cenderung memiliki intensitas melakukan whistleblowing yang tinggi. Berdasarkan uraian tersebut,
maka dapat disimpulkan hipotesis pertama sebagai berikut. H
1
: Profesionalisme memiliki pengaruh positif terhadap tindakan Akuntan melakukan whistleblowing
2.2.2 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Tindakan Akuntan Melakukan