24 kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun
standar bisnis yang berlaku umum. Penilaian Risiko inheren atas Risiko Kepatuhan, parameterindikator yang digunakan adalah: i jenis dan
signifikansi pelanggaran yang dilakukan, ii frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record ketidakpatuhan Bank, dan iii pelanggaran
terhadap ketentuan atau standar bisnis yang berlaku umum untuk transaksi keuangan tertentu.
h Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Salah satu
pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak langsung below the line dan bersifat langsung above the line.
Penilaian Risiko inheren atas Risiko Reputasi parameterindikator yang digunakan adalah: i pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan
perusahaan terkait; ii pelanggaran etika bisnis; iii kompleksitas produk dan kerjasama bisnis Bank; iv frekuensi, materialitas, dan eksposur pemberitaan
negatif Bank; dan v frekuensi dan materialitas keluhan nasabah.
2.1.4.3 Good Corporate Governance
Corporate governance atau tata kelola perusahaan adalah sistem yang digunakan dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan
Ali, 2006:334. Good Corporate Governance GCG merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah value
25 added untuk semua stakeholder, dengan kata lain, GCG adalah seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.
Di Indonesia, istilah Good Corporate Governance GCG baru dikenal sejak tahun 1990an, yaitu semenjak bangkrutnya beberapa perusahaan raksasa
dunia. Pada tahun 1997, krisis keuangan yang melanda di Indonesia juga turut menjatuhkan perekonomian salah satunya pada bidang perbankan. Pedoman
Good Corporate Governance perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance menyatakan bahwa krisis perbankan
di Indonesia yang dimulai akhir tahun 1997 bukan semata-mata diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga diakibatkan oleh belum terlaksananya dilaksanakannya
good corporate governance dan etika yang melandasinya. Hal ini membuat semakin banyak kalangan yang menyadari pentingnya
penerapan Good Corporate Governance. Maka, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Perbankan Indonesia PBI Nomor 84PBI2006 yang mengatur tentang
Good Corporate Governance yang dimaksudkan agar bank yang menerapkan Good Corporate Governance dapat meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No 1312011 yang mewajibkan bank-bank di Indonesia memasukkan faktor Good Corporate Governance ke
26 dalam salah satu penilaian tingkat kesehatan bank, maka perusahaan sangat perlu
untuk memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga stabilitas sistem perbankannya sehingga dapat memperoleh predikat penerapan tata kelola
perusahaan yang sehat. Indikator penilaian GCG yaitu menggunakan bobot penilaian berdasarkan nilai komposit dari ketetapan Bank Indonesia menurut PBI
No. 131PBI2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Penilaian terhadap faktor GCG dalam metode RGEC didasarkan ke dalam
tiga aspek utama yaitu, governance structure, governance process, dan governance output. Governance stucture mencakup pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite. Governance process mencakup fungsi kepatuhan bank,
penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit internal dan eksternal, penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian internal, penyediaan
dana kepada pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Aspek terakhir governance output mencakup transaparansi kondisi keuangan dan non
keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip adalah sebagai berikut :
a Keterbukaan Transparency
1 Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai,
jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya.
2 Informasi yang harus diungkapkan meliputi tapi tidak terbatas pada hal-
hal yang bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi
27 perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, pejabat eksekutif, pengelolaan risiko risk management, sistem pengawasan dan pengendalian intern, status
kepatuhan, sistem dan pelaksanaan GCG serta kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi bank.
3 Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak mengurangi kewajiban
untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan, dan hak-hak
pribadi. 4
Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan stakeholders dan yang berhak memperoleh informasi
tentang kebijakan tersebut
b Akuntabilitas Accountability
1 Bank harus meyakini bahwa semua organ organisasi bank mempunyai
kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam pelaksanaan GCG.
2 Bank harus memastikan terdapatnya check and balance system dalam
pengelolaan bank. 3
Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai
perusahaan, sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki reward and punishment system.
c Tanggung Jawab Responsibility
28 1
Untuk menjaga kelangsungan usahanya, bank harus berpegang pada prinsip kehati-hatian prudential banking practices dan menjamin
dilaksanakannya ketentuan yang berlaku. 2
Bank harus bertindak sebagai good corporate citizen perusahaan yang baik termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung
jawab sosial.
d Independensi Independency
1 Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholder manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan conflict of interest.
2 Bank dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari segala
tekanan dari pihak manapun.
e Kewajaran Fairness
1 Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder
berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran. 2
Bank harus memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholder untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan
bank serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
keterbukaan.
2.1.4.4
Rentabilitas Earning
Analisis rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan Margaretha, 2009:61. Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat
29 ukur untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh
bank yang bersangkutan Dendawijaya, 2003:119-120. Rasio rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba yang diperoleh perusahaan
dengan aktiva atau modal yang diperlukan untuk menghasilkan laba tersebut Riyanto, 2001. Secara keseluruhan rentabilitas adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan total aktiva atau modal yang digunakan dalam operasi perusahaan.
Bank dalam memperoleh laba atau keuntungan secara keseluruhan dengan modal yang dimiliki atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut. Salah satu tujuan utama suatu bank pada umumnya adalah untuk memperoleh keuntungan. Untuk mengukur kinerja suatu bank salah satu caranya
adalah dengan mengukur kemampuan suatu bank untuk memperoleh keuntungan . Jadi, perlu diketahui apabila bank selalu mengalami kerugian dalam setiap
kegiatan operasinya maka tentu saja lama-kelamaan kerugian tersebut akan menghabiskan modalnya.
Menurut Kasmir 2008:197, analisis rasio rentabilitas memiliki tujuan yaitu untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu, untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu,
untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan oleh
perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
30 Menurut Surat Edaran No.1324DPNP2011, penilaian faktor rentabilitas
meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan sustainability rentabilitas, dan manajemen rentabilitas. Penilaian
dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank dengan kinerja peer group¸ baik
melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan peer group, Bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, danatau
kompleksitas usaha Bank serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki. Karakteristik bank dari sisi earnings atau rentabilitas adalah kinerja bank
dalam menghasilkan laba dan kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di masa depan. Indikator penilaian rentabilitas adalah ROA
Return On Assets dan NIM Net Interest Margin. Berikut adalah pejelasan mengenai masing-masing indikator penilaian rentabilitas, yaitu :
a. Return on Assets ROA
ROA menujukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk memperoleh pendapatan. ROA menggambarkan kemampuan
manajemen bank dalam seberapa efektif suatu bank mengelola asetnya untuk menghasilkan suatu keuntungan Dietrich dan Gabrielle, 2010. ROA
dihitung dengan menbagi laba sebelum pajak laba bersih dengan rata-rata nilai total aset selama satu periode Xuenzhi dan Dickson, 2012. Menurut
Susan Irawati 2006:59, yang menyatakan bahwa Return On Assets adalah kemampuan suatu perusahaan aktiva perusahaan dengan seluruh modal
yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba operasi perusahaan
31 EBIT atau perbandingan laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing
yang digunakan untuk menghasilkan laba dan dinyatakan dalam persentase. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset.
b. Net Interest Margin NIM
NIM adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan laba yang
diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.
Rasio NIM pun mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya
memiliki berbagai risiko, seperti risiko kredit kredit bermasalah dan kredit macet, bunga negative spread, kurs valas jika kredit diberikan dalam valas,
dan lain-lain. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih Almilia dan Herdiningtyas 2005:15. Jadi semakin besar rasio ini maka akan semakin besar earning yang diperoleh bank dari
pendapatan bunga.
2.1.4.5 Permodalan Capital