PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN GAYA BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN INQUIRY ROLE APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR

(1)

Dian Aditya

ABSTRAK

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN GAYA BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN INQUIRY ROLE APPROACH TERHADAP

HASIL BELAJAR Oleh

Dian Aditya

Setiap peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis yang berbeda- beda, ada yang lebih cepat mengkritisi materi pelajaran dan ada yang kesulitan. Demikian halnya dengan gaya belajar, setiap peserta didik juga memiliki gaya belajar yang berbeda- beda. Kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar yang berbeda

mengakibatkan sebagian dari peserta didik merasa dirinya tidak mampu

memecahkan masalah pada proses pembelajaran.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)Pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar melalui pembelajaran inquiry role approach (2)Pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar melalui pembelajaran inquiry role approach. Hasil belajar siswa pada penelitian ini yaitu aspek kognitif. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Pesisir Selatan Lampung Barat, menggunakan satu kelas eksperimen (kelas XI IPA 2) dengan jumlah sampel 37 siswa. Proses pembelajaran menggunakan pembelajaran inquiry role approach. Demikian halnya hasil belajar diperoleh dari hasil tes. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0, yaitu uji linearitas, uji


(2)

Dian Aditya regresi sederhana dan uji one way anova. Dari hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: (1)Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar dengan pembelajaran inquiry role approach. (2)Ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar melalui pembelajaran inquiry role approach.

Kata kunci: kemampuan berpikir kritis, gaya belajar, inquiry role approach dan hasil belajar


(3)

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN GAYA BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN INQUIRY ROLE APPROACH

TERHADAP HASIL BELAJAR

Oleh Dian Aditya

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

Judul Skripsi : PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN GAYA BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN

INQUIRI ROLE APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR

Nama Mahasiswa : Dian Aditya Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022086 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Eko Suyanto, M.Pd. Viyanti, S.Pd. M.Pd. NIP 19800330 200501 2 001 NIP. 19640310 199112 1 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad, M. Si. NIP. 19570803 198603 1 004


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Eko Suyanto, M.Pd.

Sekretaris : Viyanti, S.Pd, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dian Aditya NPM : 0913022086 Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jln. Purworejo Kel. Purworejo Kec. Negeri Katon Kab. Pesawaran

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2013 Yang Menyatakan,

Dian Aditya NPM. 0913022086


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 09 Januari 1989, merupakan anak ke-2 dari tiga bersaudara pasangan Bapak Suranto dan Ibu Mariyem.

Pendidikan formal yang dialami penulis adalah SD Negeri 3 Purworejo

diselesaikan tahun 2001, SMP Negeri 2 Negeri Katon diselesaikan tahun 2004, dan SMA Negeri 1 Gadingrejo diselesaikan tahun 2007. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan

Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Mandiri.

Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Marga Tiga Lampung Timur. Pada tahun 2013 penulis


(8)

MOTTO

“Kesempatan itu pasti ada dan selalu ada bagi mereka yang selalu semangat dan berusaha untuk tidak menyerah “

(Dian)

Hanya orang takut yang bisa berani, karena keberanian adalah melakukan sesuatu yang ditakutinya

(anonim)

Renungan

Maha suci Engkau, Tidak ada yang kami ketahui

selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui

lagi Maha Bijaksana (Al-Baqarah : 32)


(9)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Alloh SWT Penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasih

yang tulus kepada:

Ayah dan ibu tercinta yang telah tulus membesarkan, mendidik, mengarahkan,

mendo’akan, dan memberikan yang terbaik untuk masa depan penulis

Kakak dan Adik tersayang Ayuk Lia, Mas Heri, dan Pupus Fitria yang telah memberikan semangat, kecerian, dan menjadikan penulis lebih dewasa dalam

berpikir dan bertindak

Orang-orang yang terus memberikan semangat untuk kebaikkan penulis Keluarga besar ayah dan ibu terima kasih do’a dan dukungannya

Pendidikan Fisika 2009 Almamater tercinta


(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim...

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis dan Gaya Belajar Dengan Pembelajaran Inquiri Role Approach Terhadap Hasil Belajar

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Viyanti, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs.I Dewa putu Nyeneng. M.Si. selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.


(11)

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak H.Widodo, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pesisir Selatan beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah.

9. Ibu Ernawati, S.Pd. selaku Guru Mitra atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

10.Siswa-siswi SMA Negeri 1 Pesisir Selatan khususnya kelas XI IPA 2 selaku subjek penelitian.

11.Sahabat- sahabat terbaik: Fitriyani April N, Ernisa Pratiwi, Anjar septiani, Dita Hariningtyas dan Lisa Apriyani. Terimakasih untuk semua bantuan dan semangat dari awal masuk kuliah hingga selesai.

12.Sahabat KKN dan PPL: mamet Puspa, mamet Jhoni, Mamet Kiki, Bude Indri, Uti, Didi, Kordes Dian, Opung Ria, Mami Lulu, dan Bang Hada (almarhum) 13.Sahabat- sahabat Fisika 09 A dan B. Terimakasih atas persahabatan yang

indah yang terjalin.

14.Teman- teman kos terhebat: Esti Hayuningtyas, Ani ucan, Ani kecil, Julpa, Ecca Turry, Dian asmara dan Endang. Terimakasih sudah jadi patner kosan yang selalu memberikan semangat.

15.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di P. Fisika angkatan 2006, 2008,2010, 2011 dan 2012 semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan fisika yang solid dan bersahabat.


(12)

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis,


(13)

xii

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTARISI ... . xii

DAFTARTABEL……… xvii

DAFTARGAMBAR………... xix

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA A.Kerangka Teoretis ... 6

1. Kemampuan Berpikir Kritis ... 6

2. Gaya Belajar ... 10

3. Hasil Belajar ... 14

4. Inquiry Role Approach ... 16

B.Kerangka Pemikiran ... 18

III. METODE PENELITIAN A.Populasi Penelitian ... 21

B.Sampel Penelitian ... 21

C.Desain Penelitian ... 21

D.Variabel Penelitian ... 22


(14)

xiii

F. Analisis Instrumen ... 22

G.Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 34

B.Penyajian Data ... 36

1. Data Kemampuan Berpikir Kritis (X1) ... 37

2. Data Gaya Belajar (X2) ... 73

3. Data Hasil Belajar (Y) ... 38

C. Pengujian Asumsi Data ... 39

1. Uji Normalitas ... 39

2. Uji Linierita ... 40

3. Uji Homoenitas ... 40

D. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 41

1. Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis dengan Pembelajaran Inquiry Role Approach ... 41

2. Pengaruh Gaya Belajar dengan Pembelajaran Inquiry Role Approach ... 42

E. Pembahasan 1. Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis dengan Pembelajaran Inquiry Role Approach ... 43

2. Pengaruh Gaya Belajar dengan Pembelajaran Inquiry Role Approach . 45

V. KESIMPULANDAN SARAN A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA


(15)

xiv

LAMPIRAN I. PERANGKAT PEMBELAJARAN

1. Pemetaan SK-KD ... 49

2. Silabus ... 51

3. RPP Inquiry Role Approach ... 55

4. LKS Berbasis Inquiry Role Approach ... 76

5. Kunci Jawabaan LKS ... 112

6. Rubrikasi Hasil Belajar Fisika (Posttest) ... 124

7. Kisi – Kisi Posttest ... 136

8. Kisi- Kisi Kemampuan Berpikir Kritis ... 140

9. Angket Gaya Belajar Siswa ... 143

LAMPIRAN II. PENGUJIAN ISTRUMEN 1. Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 145

a. Data Mentah ... 145

b. Reliabilitas ... 146

c. Validitas ... 146

2. Uji Coba Instrumen Hasil Belajar ... 149

a. Data Mentah ... 149

b. Reliabilitas ... 150

c. Validitas ... 150

LAMPIRAN III. HASIL OUPUT SPSS VERSI 17.00 1. Korelasi dan Regresi Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Hasil Belajar Siswa ... 152

2. One Way Anova Pengaruh Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa ... 153

2. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 154

3. Data Gaya Belajar Siswa ... 156


(16)

xv

LAMPIRAN IV. UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS DAN LINIERITAS

1. Normalitas ... 159 2. Linieritas

a. Kemampuan Berpikir Kritis terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa ... 160 b. Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa ... 161

LAMPIRAN V. KETERANGAN 1. Izin Penelitian


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penilaian rubrik kemampuan berpikir kritis ... 9

2.2 Kriteria hasil belajar ... 16

3.1 Nilai alpha cronbach’s ... 24

3.2 Kisi- kisi tes tertulis berpikir kritis... 22

3.3 Kriteria indeks reliabilitas ... 25

4.1 Rangkuman hasil uji validitas kemampuan berpikir kritis ... 31

4.2 Rangkuman hasil uji validitas butir soal hasil belajar fisika ... 31

4.3 Rangkuman hasil uji reliabilitas instrumen ... 32

4.4 Data persentasi kemampuan berpikir kritis ... 33

4.5 Data gaya belajar ... 33

4.6 Data hasil belajar siswa ... 34

4.7 Rangkuman hasil uji normalitas ... 35

4.8 Rangkuman hasil uji linieritas ... 36

4.9 Hasil uji koefisien regresi kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar ... 37

4.10 Hasil analisis varian untuk menguji pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa terhadap hasil belajar siswa dengan pembelajaran inquiri role approach ... 37

4.11 Hasil uji koefisien regresi gaya belajar terhadap hasil belajar ... 38

4.12 Hasil analisis varian untuk menguji gaya belajar siswa terhadap hasil belajar siswa dengan pembelajaran inquiri role approach ... 39

4.13 Hasil uji koefisien regresi kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar terhadap hasil belajar... 40

4.14 Hasil analisis varian untuk menguji pengaruh kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar terhadap hasil belajar dengan pembelajaran inquiri role approach ... 40


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Diagram kerangka pemikiran ... 21 3.1 Desain eksperimen one-shot case study ... 19


(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran, setiap peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis yang berbeda- beda. Dimana setiap peserta didik ada yang lebih cepat mengkritisi materi pelajaran dan ada yang kesulitan. Kemampuan berpikir kritis yang berbeda inilah yang mengakibatkan sebagian dari peserta didik merasa dirinya tidak mampu memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis itu sendiri merupakan proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat diproleh dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Berpikir kritis juga dapat diartikan keharusan dalam usaha memecahkan masalah, pembuatan keputusan.

Demikian halnya dengan gaya belajar, setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda- beda. Ada siswa yang merasa lebih efektif dan lebih baik dengan menggunakan lebih banyak mendengarkan namun siswa yang lain merasa lebih baik dengan membaca dan bahkan ada yang merasa bahwa hasilnya akan optimal jika belajar langsung mempratekkan apa yang akan dipelajari. Bagaimana cara siswa belajar akan mempengaruhi struktur otaknya. Setiap individu tidak hanya belajar dengan kecepatan yang berbeda tetapi juga memproses informasi yang berupa gambar, suara ataupun hal yang dilakukan dengan cara yang berbeda.


(20)

2

Cara memproses informasi yang diperoleh baik berupa gambar, suara, ataupun gerakan dikenal dengan istilah gaya belajar.

Berdasarkan Hasil wawancara pada siswa kelas XI SMAN 1 Pesisir Selatan tahun pelajaran 2012/2013, penggunaan kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar siswa belum dirasakan oleh para siswa dalam proses belajar mengajar dimana mereka masih mengangap mata pelajaran fisika sulit. Salah satu faktor yang membuat siswa menyatakan fisika sulit adalah terlalu banyak rumus. Siswa menyatakan bahwa banyak sekali rumus yang harus dipelajari dalam mata

pelajaran fisika. Dan untuk tipe belajarnya sendiri masih banyak siswa yang hanya belajar jika ada tugas dari guru ataupun ketika akan menempuh ujian.

Proses pembelajaran di kelas pada SMAN 1 Pesisir Selatan khususnya pada pembelajaran fisika masih menggunakan metode ceramah dan penugasan. Dimana guru hanya menjelaskan materi pelajaran dan memberikan tugas kepada siswa. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran inquiry role approach dirasa sesuai untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran.

Inquiry role approach adalah model pembelajaran inkuiri pendekatan peranan yang melibatkan siswa dalam tim- tim yang masing- masing anggota memegang peranan yang berbeda, yaitu sebagai koordinator tim, penasihat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.

Pembelajaran dengan menggunakan model inquiry role approach dirasa lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal. Karena model pembelajaran ini dapat mengakomodir seluruh kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar yang ada. Sebagian besar para guru saat ini lebih sering


(21)

3

menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran sehingga hanya siswa dengan kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar tertentu yang

diuntungkan. Sedangkan pada model pembelajaran inquiry role approach semua kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar yang dimiliknya sehingga

memudahkan untuk menyerap informasi dari guru dan hasilnya akan terjadi peningkatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti telah melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kemapuan Berpikir Kritis Dan Gaya Belajar Dengan

Pembelajaran Inquiry Role Approach Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Gerak”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach?

2. Apakah terdapat pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.

2. Mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.


(22)

4

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah dapat:

1. Digunakan guru fisika sebagai referensi pada kegiatan pembelajaran sehingga dapat dinyatakan berhasil dalam tercapai tujuan pembelajaran.

2. Digunakan guru fisika sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan siswa di SMA N 1 Pesisir Selatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Kemampuan berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari hasil

pengamatan, pengalaman, akal sehat dan komunikasi. Berpikir kritis juga dapat diartikan keharusan dalam usaha pemecahan masalah dan pembuatan

keputusan.

2. Gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Dimana siswa dapat menyerap informasi tersebut kemudian mengaturnya didalam diri mereka sehingga siswa dapat mengolah informasi yang diperoleh dalam bentuk: audio, visual dan kinestetik.

3. Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh dari penilaian yang

dilakukankan terhadap siswa, dalam hal ini yang diamati adalah ranah kognitif sebelum proses pembelajaran dan setelah dilakukan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran inquiry role approach.


(23)

5

4. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Fluida Statis pada Sub materi pokok Tekanan, Tekanan Hidrosatis dan Hukum Pascal.

5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMAN 1 Pesisir Selatan semester genap tahun pelajaran 2012/2013


(24)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Berpikir kritis juga dapat diartikan keharusan dalam usaha pemecahan masalah, pembuatan keputusan, sebagai pendekatan,

menganalisis asumsi- asumsi dan penemuan- penemuan keilmuan. Selain itu, berpikir kritis juga digunakan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi apa yang dipercaya dan diyakininya dalam memecahkan masalah. Usaha memahami makna kecerdasan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang berpikir kritis. Ada beberapa definisi tentang berpikir kritis antara lain sebagai berikut:

Mengenai berpikir kritis Suryabrata (2001 : 54) mengemukakan pendapatnya bahwa:

Berpikir adalah meletakan hubungan antara bagian- bagian pengetahuan seseorang. Bagian pengetahuan tersebut, yaitu sesuatu yang telah dimiliki, yang berupa pengertian- pengertian dan dalam batas tertentu juga


(25)

7 Menurut pengertian di atas, Berpikir dapat diartikan pula dengan meletakan hubungan antara bagian- bagian pengetahuan. Pengetahuan ini berupa pengertian dalam tertentu. Dalam arti bergantung pada pengetahuannya. Pola pikir tinggi dibentuk berdasarkan cara berpikir kritis dan kreatifitasnya. Sebagian dari orang tua dan pendidik sepakat bahwa dalam masyarakat sekarang anak- anak sangat membutuhkan keahlian pola pikir tinggi.

Johnson (2009) mengartikan memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi keinginan untuk memahami.

Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan lainnya. Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pembelajaran.

Pengertian berpikir kritis yang dikutip dalam Achmad (2007:44) adalah:

1)Berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau stategi kognitif dalam menentukan tujuan (Halpen, 1996). 2) Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Ennis, 1985). Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Anggelo dalam Achmad (2007:62) bahwa:

Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.


(26)

8 Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir juga dilontarkan pula oleh Scriven dalam Achmad (2007:78):

Berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasi, menganalisis, membuat sistesis dan mengevaluasi.

Uraian di atas, dapat diartikan berpikir kritis merupakan proses mengaplikasi rasional, proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, menganalisis, membuat sistesis dan mengevaluasi.

Ada beberapa indikator berpikir kritis. Ennis dalam Aryati (2009:88),

mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:

1) Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi:

 Memfokuskan pertanyaan

 Menganalisis pertanyaan dan bertanya

 Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau peryataan 2) Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas:

 Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

 Mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi 3) Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan:

 Mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi

 Meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi

 Membuat serta menentukan nilai pertimbangan 4) Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas:

 Mengidentifikasi istilah- istilah dan definisi pertimbangan dimensi

 Mengidentifikasi asumsi

5) Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas:

 Menentukan tindakan

 Berinteraksi dengan orang lain

Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis, maka didapat rubrik pemberian skor 1 sampai skor 4. Skor 1 adalah skor terendah dan skor 4 adalah skor tertinggi. Rubrik tersebut ditampilkan pada Table 2.1


(27)

9 Tabel Rubrik 2.1 Penilaian berpikir kritis

Indikator Berpikir Kritis Skor Indikator Penilaian Memberikan Penjelasan

Sederhana 1 Memfokuskan pada pertanyaan

2 Memilih informasi relevan 3 Menganalisis argumen 4 Menjawab pertanyaan tentang

suatu penjelasan Memberikan Penjelasan Lebih

Lanjut 1 Mendefinisikan istilah

2 Mendefinisikan asumsi 3 Mempertimbangkan definisi 4 Menemukan pola hubungan yang

digunakan

Menerapkan Strategi dan Taktik 1 Menentukan tindakan

2 Menunjukkan pemecahan masalah 3 Memecahkan masalah

menggunakan berbagai sumber 4 Ketepatan menggunakan tindakan

Selain indikator berpikir kritis, ada pula ciri- ciri dari berpikir kritis. Zeidler, et al dalam Suprapto (2008) menyatakan ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah:

1) Memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah. 2) bersikap skeptik yaitu tidak mudah menerima idea atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya. Menurut uraian di atas, ciri- ciri kemampuan berpikir kritis adalah memiliki perangkat pikiran tertentu yang digunakan untuk mendekati gagasan, dan

memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah, bersikap skeptik yaitu tidak mudah menerima atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya dengan begitu dia akan berusaha keras untuk dapat memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.


(28)

10

2. Gaya Belajar

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bahwa ternyata setiap individu memiliki cara belajar dan berpikir yang berbeda-beda. Individu akan merasa lebih efektif dan lebih baik dengan menggunakan lebih banyak

mendengarkan, namun orang lain merasa lebih baik dengan membaca dan bahkan ada yang merasa bahwa hasilnya akan optimal jika belajar langsung

mempraktekan apa yang akan dipelajari. Bagaimana cara kita belajar akan segera mempengaruhi struktur otak. Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai Learning Style (gaya Belajar). Mengenai gaya belajar ini Gunawan (2007: 139)

mengungkapkan pendapatnya bahwa:

Gaya belajar adalah cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Misalnya, jika anda ingin mempelajari mengenai tanaman, apakah anda lebih suka menonton video soal tanaman, mendengarkan ceramah, membaca buku ataukah anda bekerja langsung diperkebunan atau mengunjungi kebun raya? Secara sederhana seperti itulah gaya belajar anda.

Menurut dari beberapa pendapat di atas, gaya belajar merupakan sesuatu yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Gaya belajar adalah cara yang lebih disukai oleh siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Cara yang dilakukan siswa tersebut jelas berbeda- beda sesuai dengan gaya belajarnay masing- masing.

Gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur dan mengolah informasi (DePotter dan Hemachi, 2002: 109). Sedangkan menurut Hisyam(2002) gaya belajar adalah karakteristik dan preferensi ataupun pilihan individu untuk mengumpulkan informasi, menafsirkan, mengorganisasi, merespon, dan memikirkan informasi yan diterima.


(29)

11 Hal ini sejalan dengan pendapat De Porter dalam Subini (2011 : 15)yang

mengatakan bahwa terdapat tiga macam dilitas belajar yang digunakan oleh seseorang dalam pembelajaran, pemprosesan informasi, dan komunikasi, yaitu:

a. Visual

Orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat. Warna, hubungan ruang, potrer mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Adapun beberapa ciri orang dengan gaya belajar visual, yaitu:

a) Rapi, teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan. b) Berbicara dengan cepat.

c) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik.

d) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka.

e) Lebih mengingatkan apa yang lihat daripada yang didengar. f) Mengingat dengan asosiasi visual.

g) Mempunyai masalah untuk mengingat instruski verbal kecuali jika ditulis dan sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya.

h) Lebih suka membaca daripada dibacakan dan dibacakan dan pembaca yang cepat.

i) Mencoret- coret tanpa arti selama berbicara ditelephon atau dalam rapat. j) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato.

k) Lebih menyukai seni daripada musik.

l) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak. m)Mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-

kata yang tepat.

n) Biasanya tidak tergantung dengan keributan. b. Auditori

Gaya auditori belajar melalui apa yang mereka dengar. Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata. Musik, irama, dialog internal dan suara menonjol pada gaya belajar auditori. Seseorang yang sangat auditori memiliki ciri-ciri berikut:

a) Suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja.

b) Perhatiannya mudah terpecah dan mudah terganggu oleh keributan. c) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.

d) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, perubahan dan warna suara.

e) Mengerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.

f) Merasa kesulitan untuk menulis dan lebih suka mengucapkan secara lisan.


(30)

12 h) Lebih suka musik daripada seni.

i) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat.

j) Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar.

k) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.

l) Mempunyai masalah dengan pekerjaan- pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian sesuai satu sama lain. m)Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya n) Biasanya pembicara yang fasih.

c. Kinestetik

orang dengan gaya kinestetik belajar melalui gerak, emosi dan sentuhan. Modalitas ini mengakses pada gerakan koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyaman fisik. Ciri– ciri orang dengan gaya belajar kinestetik yaitu:

a) Berbicara dengan perlahan.

b) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara. c) Berdiri berdekatan saat berbicara dengan orang.

d) Selalu berorentasi pada fisik dan banyak gerakan. e) Belajar melalui manupulasi dan praktek.

f) Menghafal melalui berjalan dan melihat.

g) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca. h) Banyak menggunakan isyarat tubuh.

i) Tidak dapat diam untuk waktu yang lama.

j) Tidak dapat mengingat geografis, kecuali jika mereka memang sudah pernah berada di tempat itu.

k) Menyukai permainan yang menyibukkan.

l) Mencerminkan aksi dengam gerakan tubuh saat membaca, suka mengetuk– mengetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan. m)Ingin melakukan segala sesuatu.

n) Kemungkinan tulisanya jelek.

Uraian di atas, dapat diartikan bahwa setiap gaya belajar memiliki ciri- ciri tersendiri untuk menyerap informasi yang diterima. Karena itu, sangatlah penting bagi setiap individu dapat mengetahui gaya belajarnya sendiri agar dapat

menyerap informasi dengan maksimal.

Selain ketiga gaya belajar tersebut, De Porter juga mengatakan bahwa ada tipe campuran dari tiga gaya belajar diatas, misalnya Auditory-visual atau Visual-


(31)

13 kinestetik atau bisa ketiga- tiganya tapi biasanya satu gaya bealajr lebih

mendominasi.

Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa menurut De Porter (2004), adalah

a. Visual

a) Dorong pelajar visual untuk membuat banyak symbol dan gambar dalam catatan mereka.

b) Menggunakan akan kertas tulisan berwarna.

c) Mendorong siswa untuk menggambarkan informasi yang diterimanya menggunakan peta pikiran, table, grafik, dan diagram untuk

memperdalam pemahaman mereka tentang inforamsi tersebut.

d) Memberikan gambaran umum/garis- garis besar setiap materi pelajaran yang disampaikan dengan memberikan ruang yang kosong untuk menambahkan catatan.

e) Menggunakan bahasa yan dapat menciptakan visualisasi pada diri anak. Misalnya bayangkanlah bola dunia yang sedang berputar mengelilingi matahari(jika kita sedang mempelajari tentang revolusi bumi) dan sebagainya.

b. Auditori

a) Menggunakan variasi vocal (ritme, volume suara, intonasi)yang digunakan pada saat menyamapaikan materi pelajaran.

b) Menggunakan penggulangan dengan cara meminta siswa mengulang kembali konsep-konsep kunci yang telah dipelajari.

c) Mendorong setiap siswa untuk membuat “jembatan keledai” untuk menghafalkan konsep kunci, Misalnya : warna pelangi adalah

MEJIKUHIBINIU (Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu). d) Membuat materi lebih mudah untuk dingat dengan mengubahnya

menjadi lagu atau melodi yang suka dikenal baik dan pelajar auditori akan lebih suka belajar sambil mendengarkan musik.

e) Mendorong siswa terutama untuk pelajar auditori untuk merekam informasi-informasi penting untuk kemudian didengarkan secara berulang-ulang karena pelajar auditori tidak terlalu senang mencatat. c. Kinestetik

a) Menggunakan alat bantu pada saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep-konsep kunci.

b) Menggunakan simulasi konsep agar setiap siswa dapat mengalaminay sendiri.

c) Memperagakan setiap konsep yang diajarkan dan memberikan

kesempatan kepada setiap siswa untuk mencoba mempelajarinya secara bertahap.


(32)

14 d) Melakukan lakon/simulasi pendek dapat membantu siswa untuk

memahami materi yang dipelajarinya.

Uraian di atas, dapat diartikan bahwa setiap gaya belajar memiliki strategi tersendiri untuk meningkatkan hasil belajar. Setiap siswa hendaknya dapat

mengetahui gaya belajar yang dimilikinya sehingga dapat mengetahui strategi apa yang harus dilakukan siswa tersebut untuk meningkatkan hasil belajarnya. Begitu juga bagi guru, dapat mengetahui perlakuan seperti apa yang harus dilakukan kepada para siswanya yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran dan dapat diukur dengan angka- angka yang bersifat pasti, tetapi mungkin juga dapat diamati karena

perubahan tingkah laku, sehubungan dengan hasil belajar Suharsimi Arikunto (2008:276) berpendapat bahwa, Hasil belajar harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang ditetapkan disetiap bidang studi.Simbol yang digunakan untuk menyatakan nilai, baik huruf maupun angka, hendaknya hanya merupakan gambaran tentang hasil belajar saja.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009 : 3)

Hasil belajar adalah dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan dari sisu guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran. Bagi siswa bukti hasil belajar dapat terlihat dari


(33)

15 Kedua pendapat di atas, dapat diartikan suatu hasil belajar menggambarkan

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil inilah yang menjadi ukuran tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Menurut Bloom dalam Sukardi (2008: 75). Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajri jenis prilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu: (1)Ranah Kognitif. (2)Ranah Afektif. (3)Ranah Psikomotor

Uraian di atas, dapat diartikan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang tercerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun nontes.

Kriteria hasil belajar siswa pada penelitian ini menggunakan kriteria dari Arikunto seperti pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Kriteria hasil belajar siswa

Nilai Siswa Kualifikasi Nilai

80 – 100 Baik Sekali

66 – 79 Baik

56 – 65 Cukup

40 – 55 Kurang

30 – 39 Gagal

4. Pembelajaran Inqury Role Approach

Salah satu hal perlu diperhatikan dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar ialah menentukan metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.


(34)

16 Demikian hal dengan pemilihan metode yang dipilih guru memegang peranan penting dalam pembelajaran, pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha– usaha guru menampilkan pengajaran yang sesuai situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh optimal.

Ahmadi dalam Ismawati (2007: 35) mengatakan bahwa inquiry berasal dari inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan. Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan pada siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka

”menemukan sendiri” konsep- konsep yang direncanakan oleh guru.

Menurut Carin dan Sund dalam Fikri (2010), yang dimaksud dengan inkuiri ialah: The process of investigasing problem, Inquiry differs from problem solving in that an individual may origainate the problem and develop his own strategies for obtaining information. Unlike problem solving there is not pattern to inquiry. An individual may be involved in may methods of obtaining information and be may take intuitive approach to the problem. The end product of inquiry may result in a discovery.

Uraian di atas, dapat diartikan metode pembelajaran inquiry role approach adalah suatu rangkaian kegitan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, dengan berbagai peran sesuai dengan karakteristik kecenderungannya sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama dalam kegiatan pembelajaran pada metode pembelajaran inkuiri, adalah: (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; kegitan belajar disini adalah kegiatan mental intektual dan sosial emosional. (2)


(35)

17 Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran. (3) Mengembangkan sikap percaya diri sendiri (self- belief) pada diri sendiri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses pembelajaran inkuiri (Gulo, 2002: 85).

Inquiry Role Approach berasal dari bahasa Inggris yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Role berarti peran atau tugas, sedang approach berarti pendekatan. Terdapat proses inquiry atau penemuan yang dikombinasikan dengan dibaginya peran atau tugas masing- masing siswa terlebih dahulu. Pembagian tugas atau peran ini pun dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan- pertimbangan yang dilakukan oleh guru Inquiry juga dapat diartikan dengan proses menjawab suatu pertanyaan dengan metode ilmiah, pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, Inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan

mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis .

Menurut beberapa pendapat tersebut pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang dirancang guru dimana siswa sebagai subjek dan objek dalam pembelajaran serta memberikan peluang siswa untuk mencari dan menemukan sendiri

permasalahan atau pernyataan fakta– fakta.

Inquiry Role Approach adalah pembelajaran inkuiri pendekatan peranan yang melibatkan siswa dalam tim- tim masing- masing terdiri atas tiga atau empat orang untuk memecahkan maslah yang diberikan. Masing- masing anggota


(36)

18 memegang peranan yang berbeda yaitu sebagai pelaku teknis, pencatat data, dan speaker. Pembagian peran ini dilakukan berdasarkan pertimbangan oleh guru berdasarkan kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar siswa.

B.Kerangka Pemikiran

Setiap siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar berbeda- beda. Perbedaan kemampuan berpikir kritis dan gaya tersebut menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi siswa untuk dapat menyerap berbagai informasi yang disampaikan, selain itu model pembelajaran yang digunakan oleh guru

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guru harus pandai memilih model pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa, agar peningkatan hasil belajar siswa dapat merata.

Inquiry Role Approach merupakan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini. Model ini dianggap paling efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal berdasarkan kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar siswa karena dalam model ini siswa tidak hanya dituntut aktif dalam memecahkan masalah ilmiah, tetapi juga siswa dapat berperan sesuai dengan karakteristik kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar tersebut.

Kemampuan berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari hasil

pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Berpikir kritis juga dapat diartikan keharusan dalam usaha pemecahan masalah, pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi- asumsi dan penemuan- penemuan keilmuan. Selain itu, berpikir kritis juga digunakan siswa untuk merumuskan dan


(37)

19 mengevaluasi apa yang dipercaya dan diyakininya dalam memecahkan masalah. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi akan mampu berhasil dalam hasil belajar. Sebaliknya siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah akan gagal dalam hasil belajar.

Demikian halnya siswa yang memiliki gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya sendiri, maka siswa akan lebih mempersiapkan diri saat pelajaran fisika. Jadi, tidak hanya waktu akan diadakan ulangan saja belajar.

Siswa yang memiliki gaya belajarnya sendiri bisa terlihat dari bagaimana ia membuat dan melaksanakan jadwal belajar, bagaimana membaca dan membuat catatan, caranya mengurangi dan mempersiapkan bahan pelajaran, serta dari cara menyelesaikan tugas rumah yang diberikan guru. Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan cenderung akan membuat gambar pada catatan mereka. Siswa yang memiliki gaya belajar Auditory membuat jembatan keledai untuk menghafal konsep. Sedang siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik akan menggunakan alat bantu seperti peraga atau simulasi dalam belajar.

Uraian di atas, dapat diartikan bahwa faktor kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar diharapkan memiliki hubungan dengan hasil belajar fisika yang diperoleh siswa. Dengan kemampuan berpikir kritis, diharapkan siswa akan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Dengan adanya gaya belajar, siswa diharapkan akan mendapat hasil belajar yang optimal. Sebaliknya, bila kemampuan berpikir kritis kurang dan gaya belajar tidak sesuai maka hasil belajar yang didapatkannya tidak optimal.


(38)

20

r2 r1

Z

Pelaksanaan pembelajaran akan dilakukan dengan pembelajaran inquiry role approach dimana siswa akan dibagi dalam kelompok- kelompok kecil yang masing- masing kelompok terdiri dari 3- 4 yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar berbeda- beda. Dalam kelompok tersebut guru akan

membagi peran dan tugas berdasarkan kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar masing- masing siswa.

Pada penelitian ini akan ada empat variabel yaitu dua variabel bebas, satu variabel terikat dan satu variabel moderator. Variabel bebasnya adalah kemampuan

berpikir kritis (X1) dan gaya belajar(X2). Variabel terikatnya adalah hasil belajar(Y). sedangkan variabel mederatornya adalah pembelajaran inquiry role approach.

Gambar 2.3 kerangka pikir

Keterangan :

X 1 = Kemampuan berpikir kritis X2 = Gaya belajar

Y = Hasil Belajar

Z = Inquiry Role Approach

r1 = Pengaruh kemampuan berpikir kritis r2 = Gaya belajar terhadap hasil belajar

Y

X

2

X

1


(39)

21

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir adalah:

1. Setiap sampel memperoleh materi yang sama.

2. Kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar siswa pada materi pelajaran fisika berbeda- beda.

3. Faktor- faktor lain diluar penelitian diabaikan.

D.Hipotesis

Hipotesis penelitian berdasarkan kerangka pikir yang telah dipaparkan oleh peneliti adalah:

1. Terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.

2. Terdapat pengaruh gaya belajar terhadap terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.


(40)

22

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu seluruh siswa kelas XI SMA N 1 Pesisir Selatan pada semester genap Tahun pelajaran 2012/2013

B. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Dari populasi yang ada diambil satu kelas sampel, yaitu kelas XI IPA2 sebanyak 37 siswa. (Arikunto,2008:120).

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk True Experimental Design dengan tipe Posttest– Only Control Design. Pada desain ini, terdapat posttest yang diberikan setelah diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain eksperimen Posttest– Only Control Design

O

1


(41)

23 Keterangan :

O1 : nilai postest X : perlakuan

(Sugiono, 2009: 110 – 111)

D. Variabel Penelitian

Variable dalam penelitian terdiri dari variable bebas yaitu kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar, variable terikat yaitu hasil belajar siswa, dan variable moderator yaitu pembelajaran inquiry role approach.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kemampuan berpikir kritis menggunakan instrumen berbentuk essay. Soal ini diberikan pada saat proses pembelajaran.

2. Angket gaya belajar yang diberikan sebelum perlakuan melalui model

pembeljaran inquiry role approach untuk mengetahui kemampuan gaya belajar siswa.

3. Hasil belajar menggunakan instrumen berbentuk essay. Tes ini digunakan pada saat tes akhir (posttest) dengan 10 soal essay.

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.


(42)

24 1. Uji Validitas

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

= � −

� 2− 2 � 2− 2

(Arikunto, 2008: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut

signifikan. Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.(Masrun dalam Sugiyono, 2009: 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:


(43)

25

11 = −

1 1− �12

�2

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk

mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan model Alpha Cronbach’syang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dalam Sujianto (2009: 97), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut pada table 3.1:

Tabel 3.1 Nilai Alpha Cronbach’s

Nilai Alpha Cronbach’s Kualifikasi Nilai 0,00- 0,20 Kurang reliabel 0,21- 0,40 Agak reliabel 0,41- 0,60 Cukup reliebel

0,61- 0,80 reliebel


(44)

26 Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G. Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data gaya belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa yang berasal dari pengisian angket dan hasil belajar ranah kognitif yang berasal dari rubrik nilai hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan setelah mengikuti (posttest) pembelajran Inquiry Role Approach.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang didapat dari penelitian ini berupa data gaya belajar siswa dan nilai ranah kognitif siswa. Metode yang digunakan dalam pengambilan data tersebut adalah sebagai berikut:

1) Data kemampuan berpikir kritis siswa didapat dari soal tes tertulis yang diberikan siswa. Tes tertulis keterampilan berpikir kritis siswa terdiri dari sejumlah pertanyaan yang disesuaikan dengan aspek yang diukur. Pengambilan data dilaksanakan setelah siswa melaksanakan proses belajar di kelas. Dalam tes tertulis ini terdapat kisi- kisi keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari tiga indikator dan setiap indikator memiliki ruang lingkup, yaitu sebagai berikut.


(45)

27 Tabel 3.1. Kisi- kisi tes tertulis berpikir kritis siswa di SMA Negeri 1 Pesisir

Selatan tahun pelajaran 2012/2013.

Indikator Berpikir Kritis Skor Indikator Penilaian Memberikan Penjelasan

Sederhana 1

Hanya memfokuskan pada pertanyaan

2 Memilih informasi relevan

3 Menganalisis argument

4

Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan

Memberikan Penjelasan

Lebih Lanjut 1 Mendefinisikan istilah

2 Mendefinisikan asumsi

3 Mempertimbangkan definisi

4

Menemukan pola hubungan yang digunakan

Menerapkan Strategi dan Taktik

1 Menentukan tindakan

2

Menunjukkan pemecahan masalah

3

Memecahkan masalah

menggunakan berbagai sumber

4

Ketepatan menggunakan tindakan

Sumber : Modifikasi dari Ennis dalam Achmad (2007) 2) Data gaya belajar siswa didapat dari pengisian angket gaya belajar yang

diberikan kepada siswa. Pengisian angket gaya belajar ini diberikan sebelum pembelajaran dimulai. Sehingga ketika proses pembelajaran guru hanya tinggal membagi siswa dalam kelompok-kelompok berdasarkan gaya belajar siswa. Sebelumnya digunakan kepada kelas eksperimen angket diuji cobakan kepada kelas non eksperimental. Uji coba angket bertujuan untuk menguji reliabilitas dan validitas dari angket tersebut. Reliabilitas angket dihitung dengan

menggunakan rumus Alpha. Angket tersebut diberikan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan.





2 2 11

1

1

i i

n

n

r


(46)

28 Keterangan:

11

r = Koefisien reliabilitas yang dicari

2

i

= Jumlah varians skor tiap-tiap item

2

i

= Varians total

N = banyaknya item angket Dimana:

N

N X

Xi i

i

/ 2 2

2   

Keterangan:

2

i

X

= Kuadrat skor total i

X

= Skor total

N = Banyaknya responden

Harga r11 yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas, dengan kriteria sebagai berikut pada Table 3.2:

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Reliabilitas

Kriteria indeks reliabilitas Klasifikasi Nilai 0,800- 1,000 Sangat tinggi

0,600- 0,800 tinggi

0,400- 0,600 sedang

0,200- 0,400 rendah

0.00-0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2008: 75) 3. Teknik pengambilan data hasil belajar siswa.

Data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar fisika siswa yang berbentuk soal uraian pada aspek kognitif yang diperoleh dari skor posttest.


(47)

29 4. Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a) Skor yang diperoleh dari masing- masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.

b) Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

% Pencapaian Hasil Belajar

=

� � � ℎ X 100%

c) Nilai hasil belajar siswa adalah:

Nilai hasil belajar siswa per tes = % hasil belajar siswa (dihilangkan % nya). Nilai rata – rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus :

Rata – rata hasil belajar siswa

=

ℎ� �

d) Ketuntasan tergantung tempat penelitian.

Untuk kategori nilai rata – rata hasil belajar menggunakan Arikunto (2008: 245) yaitu :

Bila nilai siswa > 66, maka dikategorikan baik.

Bila 55 < nilai siswa > 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan empat metode analisis dalam SPSS 17.0 yaitu:


(48)

30 1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program komputer dengan metode kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi. Data dikatakan memenuhi asumsi normalitas atau terdistribusi normal jika pada Kolmogorov-Smirnov nilai sig. > 0.05 sebaliknya data yang tidak terdistribusi normal memiliki nilai sig.< 0.05. Data yang diuji kenormalitasannya adalah data hasil belajar siswa dan data hasil tes akhir (posttest) hasil belajar siswa

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variable mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05.

(Priyanto, 2010: 73) 3) Uji Regresi Linear Sederhana

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa digunakan uji Regresi Linear Sederhana. Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan atau memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat


(49)

31 (kausal variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Persamaan umumnya adalah:

Y = a + b X

Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien a adalah konstanta (intercept) yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius. Adapun hipotesis yang telah diuji adalah: Hipotesis Pertama

Ho : Tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.

H1 : Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.

4) Analisis Variansi (One Way ANOVA)

Analisis variansi (One Way ANOVA) merupakan cara yang digunakan untuk menguji perbedaan variansi dua variabel atau lebih. Unsur utama dalam analisis variansi adalah variansi antar kelompok dan variansi di dalam kelompok. Variansi ditempatkan sebagai pembilang sedangkan variansi di dalam kelompok sebagai penyebut.

Beberapa asumsi yang harus dipenuhi pada uji ANOVA yaitu : a) Varians homogen (sama)

b) Sampel kelompok dependen atau independen ketegorikal c) Data berdistribusi normal

Tahapan-tahapan yang diambil dalam pengujian menggunakan ANOVA adalah: a) Memasukkan data dalam program SPSS 17.


(50)

32 1) Deskripsi rata-rata dan standar deviasi dari sampel.

Pada tabel Descriptive nilai mean, standar deviasi, dan nilai minimum serta maksimum dapat diketahui.

2) Uji Homoskedastisitas Dengan hipotesis :

H0: varians k populasi sama H1: varians k populasi berbeda

Bila nilai sig. di dapat > α maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima dengan kata lain asumsi kesamaan ragam terpenuhi.

3) Hasil uji beda rata-rata k populasi (Ho: μ1= μ2= …= μk=0) Terlihat pada tabel ANOVA. Bila nilai signifikansi atau p-value didapat ≤ α, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima dengan kata lain minimal ada satu diantara tiap populasi yang memiliki perbedaan rata-rata. Oleh karena itu uji ANOVA dipenuhi.

4) Jika pada point 3 menghasilkan keputusan tolak Ho, maka untuk

mengetahui populasi mana saja yang berbeda rata-ratanya secara signifikan, lihat Post Hoc Test. Pada analisis uji ini dapat terlihat perbedaan tiap

populasi dilihat dari mean difference dan nilai signifikansi untuk tiap populasi yang dibandingkan.Uji Post Hoc ini dengan menggunakan uji Tukey

5) Berlawanan dengan point 4, melihat populasi mana saja yang tidak berbeda secara signifikan, bisa dilihat pada Homogeneous Subset. Bila pada tabel terdapat beberapa subset untuk tiap sampel maka dapat dinyatakan bahwa tiap sampel memiliki perbedaan berdasarkan subset yang dihasilkan.


(51)

33 c) Membuat rangkuman hasil perhitungan di atas dalam Tabel analisis

d) Pengujian hipotesis untuk setiap populasi dan menyimpulkan hasil pengujian. Hipotesis Kedua

Ho : Tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.

H1 : Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.


(52)

47

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis dengan pembelajaran inquiry role approach terhadap hasil belajar.

2. Ada pengaruh gaya belajar dengan pembelajaran inquiry role approach terhadap hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

a. Bagi guru fisika khususnya guru fisika kelas XI di SMA Negeri 1 Pesisir Selatan Lampung Barat agar dapat menjadikan pembelajaran inquiry role approach sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar siswa dalam belajar fisika.

b. Pada proses pembelajaran berlangsung guru sebagai pemberi informasi hendaknya tidak cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga terjadi hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar fisika dengan baik.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Artikel Pendidikan. Network. Diakses 12 Januari 2013 dari http://researchengines.com/1007arief3.html

Anggraini, Salva. 2012. Skripsi: Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Inquiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi. Bandar Lampung. Universitas lampung

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Aryati, Rosmedi. 2009. Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Teaching dan Quantum Learning dapat Dilaksanakan. Diakses 25 November 2010 dari http://blog.unila.ac.id.

Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

DePorter, Hernacki. 2002. Quantum Learning. Jakarta. Kaifah.

DePorter, B dkk. 2004. Quantum Teaching, Mempratikan Quantum Learning di Ruang- Ruang kelas. Bandung. Kaifa.

Fatmasari, Yulia. 2012. Skripsi: Pengaruh Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui Metode Demonstrasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA SWADIPA Natar. Bandar Lampung. Universitas Lampung

Gulo, W. 2002. Stategi belajar mengajar. Jakarta. Gramedia Widiarsana Indonesia.

Gunawan, Adi W. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.


(54)

Hisyam, Zaini. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Center of Yogyakarta. Teaching Staf Development IAIN Sunan Kalijaga.

Indiani, Desta. 2012. Skripsi: Analisis Hasil Belajar Psikomotorik Fisika Siswa Melalui Pembelajaran Inquiri Role Approach Dilihat Dari Gaya Belajar Siswa (Visual, Audiotorial, Kinestetik). Bandar Lampung. Universitas Lampung

Ismawati, Henik. 2007. Skripsi: Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sains-Fisika Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Universitas Negeri Semarang. Diunduh 28 Maret 2011 dari http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0138/ d44ab2a9.dir/doc.pdf.

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching Learning (CTL). Bandung. Kaifa.

Nurul Fikri. Diunduh 12 September 2012 dari http://nurulfikri.sch.id/.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta. MediaKom.

Subini, Nini. 2004. Rahasia Gaya Belajar Orang Sukses. Yogjakarta. PT. Buku Kita.

Sudjana. 2005. Metode Statistik.. Bandung. Tarsito.

Sugiono, Prof.Dr. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta. Prestasi Pustaka.

Sukardi, H.M. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta. Bumi Aksara.

Suprapto. 2008. Menggunakan Ketrampilan Berpikir untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Diunduh pada tanggal 8 Januari 2012 dari

http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/


(1)

31 (kausal variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Persamaan umumnya adalah:

Y = a + b X

Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien a adalah konstanta (intercept) yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius. Adapun hipotesis yang telah diuji adalah: Hipotesis Pertama

Ho : Tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.

H1 : Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.

4) Analisis Variansi (One Way ANOVA)

Analisis variansi (One Way ANOVA) merupakan cara yang digunakan untuk menguji perbedaan variansi dua variabel atau lebih. Unsur utama dalam analisis variansi adalah variansi antar kelompok dan variansi di dalam kelompok. Variansi ditempatkan sebagai pembilang sedangkan variansi di dalam kelompok sebagai penyebut.

Beberapa asumsi yang harus dipenuhi pada uji ANOVA yaitu : a) Varians homogen (sama)

b) Sampel kelompok dependen atau independen ketegorikal c) Data berdistribusi normal

Tahapan-tahapan yang diambil dalam pengujian menggunakan ANOVA adalah: a) Memasukkan data dalam program SPSS 17.


(2)

32 1) Deskripsi rata-rata dan standar deviasi dari sampel.

Pada tabel Descriptive nilai mean, standar deviasi, dan nilai minimum serta maksimum dapat diketahui.

2) Uji Homoskedastisitas Dengan hipotesis :

H0: varians k populasi sama H1: varians k populasi berbeda

Bila nilai sig. di dapat > α maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima dengan kata lain asumsi kesamaan ragam terpenuhi.

3) Hasil uji beda rata-rata k populasi (Ho: μ1= μ2= …= μk=0) Terlihat pada tabel ANOVA. Bila nilai signifikansi atau p-value didapat ≤ α, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima dengan kata lain minimal ada satu diantara tiap populasi yang memiliki perbedaan rata-rata. Oleh karena itu uji ANOVA dipenuhi.

4) Jika pada point 3 menghasilkan keputusan tolak Ho, maka untuk

mengetahui populasi mana saja yang berbeda rata-ratanya secara signifikan, lihat Post Hoc Test. Pada analisis uji ini dapat terlihat perbedaan tiap

populasi dilihat dari mean difference dan nilai signifikansi untuk tiap populasi yang dibandingkan.Uji Post Hoc ini dengan menggunakan uji Tukey

5) Berlawanan dengan point 4, melihat populasi mana saja yang tidak berbeda secara signifikan, bisa dilihat pada Homogeneous Subset. Bila pada tabel terdapat beberapa subset untuk tiap sampel maka dapat dinyatakan bahwa tiap sampel memiliki perbedaan berdasarkan subset yang dihasilkan.


(3)

33 c) Membuat rangkuman hasil perhitungan di atas dalam Tabel analisis

d) Pengujian hipotesis untuk setiap populasi dan menyimpulkan hasil pengujian. Hipotesis Kedua

Ho : Tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.

H1 : Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran inquiry role approach.


(4)

47

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis dengan pembelajaran inquiry role

approach terhadap hasil belajar.

2. Ada pengaruh gaya belajar dengan pembelajaran inquiry role approach

terhadap hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

a. Bagi guru fisika khususnya guru fisika kelas XI di SMA Negeri 1 Pesisir Selatan Lampung Barat agar dapat menjadikan pembelajaran inquiry role approach sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar siswa dalam belajar fisika.

b. Pada proses pembelajaran berlangsung guru sebagai pemberi informasi hendaknya tidak cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga terjadi hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar fisika dengan baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Artikel Pendidikan. Network. Diakses 12 Januari 2013 dari http://researchengines.com/1007arief3.html

Anggraini, Salva. 2012. Skripsi: Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Inquiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi. Bandar Lampung. Universitas lampung

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Aryati, Rosmedi. 2009. Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Teaching dan Quantum Learning dapat Dilaksanakan. Diakses 25 November 2010 dari http://blog.unila.ac.id.

Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

DePorter, Hernacki. 2002. Quantum Learning. Jakarta. Kaifah.

DePorter, B dkk. 2004. Quantum Teaching, Mempratikan Quantum Learning di Ruang- Ruang kelas. Bandung. Kaifa.

Fatmasari, Yulia. 2012. Skripsi: Pengaruh Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui Metode Demonstrasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA SWADIPA Natar. Bandar Lampung. Universitas Lampung

Gulo, W. 2002. Stategi belajar mengajar. Jakarta. Gramedia Widiarsana Indonesia.

Gunawan, Adi W. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.


(6)

Hisyam, Zaini. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Center of Yogyakarta. Teaching Staf Development IAIN Sunan Kalijaga.

Indiani, Desta. 2012. Skripsi: Analisis Hasil Belajar Psikomotorik Fisika Siswa Melalui Pembelajaran Inquiri Role Approach Dilihat Dari Gaya Belajar Siswa (Visual, Audiotorial, Kinestetik). Bandar Lampung. Universitas Lampung

Ismawati, Henik. 2007. Skripsi: Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sains-Fisika Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Universitas Negeri Semarang. Diunduh 28 Maret 2011 dari http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0138/ d44ab2a9.dir/doc.pdf.

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching Learning (CTL). Bandung. Kaifa.

Nurul Fikri. Diunduh 12 September 2012 dari http://nurulfikri.sch.id/.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta. MediaKom.

Subini, Nini. 2004. Rahasia Gaya Belajar Orang Sukses. Yogjakarta. PT. Buku Kita.

Sudjana. 2005. Metode Statistik.. Bandung. Tarsito.

Sugiono, Prof.Dr. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta. Prestasi Pustaka.

Sukardi, H.M. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta. Bumi Aksara.

Suprapto. 2008. Menggunakan Ketrampilan Berpikir untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Diunduh pada tanggal 8 Januari 2012 dari

http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/