EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA.

฀F฀K MOD฀L P฀MB฀LAJARAN ฀NQU฀RY TRA฀N฀NG
DAN K฀MAMPUAN B฀RPIKIR KRITIS
T฀RHADAP HASIL B฀LAJAR
FISIKA SISWA SMA
T฀SIS
฀iajukan untuk uemenuhi Persyaratan
dalam uemperoleh Gelar uagister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:
RUM฀NTAULI R฀GINALDA SIMALANGO
NIM : 8136176035

PROGRAM PASCASARJANA
UNIV฀RSITAS N฀G฀RI M฀DAN
M฀DAN
2015

฀BSTR฀ST

Rumentauli Reginalda Simalange (NIM: 8136176035) “Effect of ฀nquiry

Training Learning Model and Critical Thinking Ability On Students Learning
Physics Outcomes”.
This research aims: (฀) to analyze the better models of learning to improve
students learning physics outcomes between the ฀nquiry Trainig model with
conventional learning, (2) to analyze the effect of critical thinking ability on
students learning physics outcomes, and (3) to analyze the interaction between the
฀nquiry Training Learning model and conventional learning with critical thinking
ability in influencing students learning outcomes. This research was a quasiexperimental. The population in this research were all students of class XI IPA
SMA Negeri 2 Sibolga second half of A.Y. 20฀4/20฀5. The sample consisted of
two classes with number 57 peoples were determined by cluster random
sampling. The students which is class XI IA-3 as many as 28 peoples as
experiment class learned with ฀nquiry Training model and the students which is
class XI IA-4 as many as 29 peoples as control class learned with conventional
learning. Hypotheses were analyzed with the GLM at significant level of 0.05
using SPSS ฀6.0 for windows. Based on data analysis and hypothesis testing
conducted found that: (฀) ฀nquiry Training model is better to improve the students
learning physics outcomes than conventional learning, (2) the students learning
physics outcomes by the students who have high critical thinking ability is better
than the students learning physics outcomes by the students who have low critical
thinking ability, (3) there is an interaction between ฀nquiry Training learning

model with critical thinking ability in influences students learning physics
outcomes. The students who have high critical thinking ability and learned with
฀nquiry Training model get the better learning physics outcomes.

Key Words : ฀nquiry Training, Critical Thinking Ability, Learning Outcomes.



฀BSTR฀K

Rumentauli Reginalda Simalange (NIM: 8136176035) “Efek Model
Pembelajaran ฀nquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa SMA”.
Penelitian ini bertujuan untuk: (฀) menganalisis model pembelajaran yang lebih
baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran
฀nquiry Training dengan pembelajaran konvensional, (2) menganalisis pengaruh
kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar fisika siswa, dan (3)
menganalisis interaksi antara model pembelajaran ฀nquiry Training dan
pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kritis dalam
mempengaruhi hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian

quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
IPA SMA Negeri 2 Sibolga semester genap T.P. 20฀4/20฀5. Sampel penelitian
terdiri dari dua kelas dengan jumlah 57 orang yang ditentukan dengan cara cluster
random sampling. Siswa kelas XI IPA-3 sebanyak 28 orang sebagai kelas
eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran ฀nquiry Training, sedangkan
siswa kelas XI IPA-4 sebanyak 29 orang sebagai kelas kontrol dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional. Hipotesis dianalisis menggunakan GLM pada
taraf signifikan 0,05 dengan bantuan SPSS ฀6.0. Berdasarkan analisis data dan uji
hipotesis, diperoleh bahwa: (฀) model pembelajaran ฀nquiry Training lebih baik
dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa daripada pembelajaran
konvensional, (2) hasil belajar fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tinggi lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis rendah, (3) terdapat interaksi antara model
pembelajaran ฀nquiry Training dengan kemampuan berpikir kritis dalam
mempengaruhi hasil belajar fisika siswa. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis
tinggi dan dibelajarkan dengan model pembelajaran ฀nquiry Training memperoleh
hasil belajar yang lebih baik.
Kata Kunci: ฀nquiry Training, Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar.

2


฀ATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul ”Efek
Model Pembelajaran ฀nquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kritis terhadap
Hasil Belajar Fisika SisTa SMA”. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan
dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika.
Tesis ini dapat selesai karena adanya bimbingan, arahan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih yang tulus dan penghargaan seting-tingginya kepada:
1. Dosen pembimbing I, Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M. dan dosen pembimbing
II, Ibu Dr. Derlina, M.Si. yang selalu setia memberi bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis sejak aTal penulisan hingga selesainya tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si., Ibu Dr. Eva Ginting, M.Si., dan Bapak Dr.
Makmur Sirait, M.Si. selaku narasumber yang telah memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk kebaikan penulisan tesis ini.
฀. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
4. Segenap dosen Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Negeri Medan beserta seluruh pegaTai yang senantiasa memberikan

dukungan kepada penulis.
5. Rekan-rekan mahasisTa Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Negeri Medan, atas kerja sama, dukungan, dan rasa kekeluargaan
yang penulis alami selama menjalani masa pendidikan.
6. Bapak Ali Sutan Lubis, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sibolga yang
telah memberikan motivasi dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan
penelitian di SMA Negeri 2 Sibolga.
7. Suster Provinsial SCMM, Sr. Petronella Lie, SCMM bersama seluruh DeTan
Pimpinan Provinsi dan seluruh anggota kongregasi SCMM yang memberi
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Program Pascasarjana
Program Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan, dan yang senantiasa
memberikan dukungan kepada penulis.
8. Suster pimpinan komunitas St. Katarina Sei Sikambing dan Hati Kudus Sibolga
bersama seluruh anggota komunitas yang senantiasa memberikan dukungan
sepenuhnya kepada penulis.
9. Ibunda tercinta, Tiara Hutajulu bersama segenap keluarga yang senantiasa
memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahTa tesis ini jauh dari sempurna, karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sebagai
masukan bagi penulis untuk penelitian dan karya ilmiah di masa yang akan datang.

Semoga tesis ini memberi manfaat bagi semua pembaca.
Medan, Agustus 2015
Penulis
Rumentauli Reginalda Simalango


฀AFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK........................................................................................................
i
ABTSTRACT ...................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
ix
Bab I


PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...........................................................................
1.2. Identifikasi Masalah....................................................................
1.3. Batasan Masalah .......................................................................
1.4. Rumusan Masalah ......................................................................
1.฀. Tujuan Penelitian ........................................................................
1.6. Manfaat Penelitian ......................................................................
1.7. Definisi Operasional ...................................................................

1
10
11
11
12
12
13

Bab II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis .......................................................................

2.1.1. Belajar .............................................................................
2.1.2. Model Pembelajaran .......................................................
2.1.3. Model Pembelajaran ฀nquiry Training .............................
2.1.4. Pembelajaran Konvensional .............................................
2.1.฀. Teori Belajar yang Melandasi ฀nquiry Training...............
2.1.6. Berpikir Kritis ..................................................................
2.1.7. Hasil Belajar .....................................................................
2.2. Penelitian yang Relevan..............................................................
2.3. Kerangka konseptual...................................................................
2.4. Hipotesis .....................................................................................

1฀
1฀
17
22
30
32
38
4฀
฀1

฀2
฀7

Bab III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................
3.3. Variabel Penelitia........................................................................
3.4. Jenis dan Desain Penlitian .........................................................
3.฀. Instrumen Penelitian ...................................................................
3.6. Analisis Butir Tes .......................................................................
3.7. Prosedur Penelitian .....................................................................
3.8. Teknik Analisis Data...................................................................

฀8
฀8
฀8
฀8
61
64
71

74

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ...........................................................................
4.2. Pembahasan ................................................................................

76
93



Bab V

KESIMPULAN DAN SARAN
฀.1. Kesimpulan ................................................................................. 101
฀.2. Saran .......................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 103
LAMPIRAN .................................................................................................... 107


6

฀AFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 3.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3

Dampak Model Pembelajaran ฀nquiry Training ..........................
Alur Pelaksanaan Penelitian ........................................................
Hubungan Model Pembelajaran dengan Hasil Belajar ................
Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Hasil Belajar ...
Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan
Berpikir Kritis terhadap Hasil Belajar .........................................



29
73
8฀
87
89

฀AFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.฀
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.฀
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Tabel 3.8
Tabel 3.9
Tabel 3.10
Tabel 3.11
Tabel 3.12
Tabel 3.13
Tabel 3.14
Tabel 3.1฀
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.฀
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10

Sintaks Model Pembelajaran ฀nquiry Training ............................. 24
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget................................. 33
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis .......................................... 43
Dimensi Proses Kognitif ............................................................... 48
Penelitian yang Relevan ................................................................ ฀1
Desain Penelitian ........................................................................... ฀9
Desain ANAVA Dua Jalur ............................................................ ฀9
Spesifikasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis................................. 62
Spesifikasi Tes Hasil Belajar......................................................... 63
Kriteria Koefisien Korelasi Validitas ............................................ 6฀
Hasil Analisis Validitas Tes Hasil Belajar .................................... 66
Hasil Analisis Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis ............ 66
Interpretasi Derajat Reliabilitas Tes............................................... 67
Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen ............................................ 68
Kriteria Interpretasi Tingkat Kesukaran......................................... 69
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar.............................. 69
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis...... 69
Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Tes........................................ 70
Analisis Daya Pembeda Tes Hasil Belajar .................................... 70
Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis ............ 71
Data Kemampuan Berpikir Kritis.................................................. 76
Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis 77
Data Pretes Hasil Belajar............................................................... 78
Hasil Uji Normalitas Data Pretes Hasil Belajar ............................ 79
Hasil Uji Beda Data Pretes Hasil Belajar ...................................... 80
Data Postes Hasil Belajar .............................................................. 81
Hasil Uji Normalitas Data Postes .................................................. 82
Data Postes Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis .... 84
Hasil Uji ANAVA ......................................................................... 89
Hasil Uji Interaksi Variabel .......................................................... 90



฀฀DAFTAR฀LAMPIRAN฀
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran ฀.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.

Perangkat Pembelajaran............................................................107
Tes Kemampuan Berpikir Kritis...............................................1฀3
Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...................1฀6
Tes Hasil Belajar.......................................................................1฀7
Lembar Validasi Tes Hasil Belajar ...........................................167
Analisis Butir Tes Kemampuan Berpikir Kritis........................169
Analisis Butir Tes Hasil Belajar ...............................................170
Data Hasil Penelitian.................................................................173
Analisis Data Hasil Penelitian ..................................................17฀



฀A฀ I
PENDAHULUAN

1.1. Latar ฀elakang
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam
dan interaksi yang ada di dalamnya. Fisika sebagai cabang Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) pada dasarnya bertujuan untuk menganalisis gejala atau proses alam, serta sifat
zat dan penerapannya (Murtiani, dkk., 20฀2:฀). Gejala-gejala ini pada mulanya

adalah apa yang dialami oleh indra manusia. Misalnya, penglihatan menemukan
optika atau ilmu tentang cahaya, pendengaran menemukan pelajaran tentang
bunyi, dan indra peraba yang dapat merasakan panas menemukan ilmu tentang
panas.฀ Pada zaman modern sekarang ini, ilmu fisika sangat mendukung
perkembangan teknologi, industri, komunikasi, termasuk rekayasa (engineering),
kimia, biologi, kedokteran, dan lain-lain.
Ilmu Fisika membantu manusia untuk menguak dan memahami tabir misteri
alam semesta ini (Surya, ฀997:฀), karena ilmu ini dapat menjawab berbagai

pertanyaan mengenai fenomena-fenomena alam yang menarik, seperti, “Mengapa
bumi dapat mengelilingi matahari?, Bagaimana udara dapat menahan pesawat
terbang yang berat?, Bagaimana kapal selam dapat mengapung, melayang, dan
tenggelam?, Mengapa langit tampak berwarna biru?, Bagaimana siaran TV dapat
menjangkau tempat-tempat yang jauh?, Mengapa sifat-sifat listrik sangat
diperlukan dalam sistem komunikasi dan industri?, Bagaimana peluru kendali
dapat diarahkan ke sasaran yang letaknya sangat jauh?, Bagaimana pesawat dapat



mendarat di bulan?, dan seterusnya”. Jawaban untuk semua pertanyaan tersebut
dapat diperoleh dengan mempelajari berbagai bidang ilmu fisika.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memandang bahwa fisika
penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri pada tingkat SMA/MA,
dengan pertimbangan: (฀) selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik,
mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam
kehidupan sehari-hari, (2) untuk membekali peserta didik pengetahuan,
pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai
salah satu aspek penting kecakapan hidup. Mata pelajaran fisika bertujuan untuk:
(฀) membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2)
memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain, (3) mengembangkan pengalaman untuk dapat
merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,
merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan
menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis, (4) mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif
dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif, (5) menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai

2

keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal
untuk

melanjutkan

pendidikan

pada

jenjang

yang

lebih

tinggi

serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Meskipun fisika mempelajari fenomena-fenomena yang menarik dan
memberi kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekonologi serta kesejahteraan manusia, namun pada kenyataannya sebagian besar
peserta didik kurang berminat untuk belajar fisika. Pelajaran fisika dianggap
sebagai pelajaran yang sulit, berat dan membosankan (Amalia, 20฀2:2), sehingga
hanya mungkin dipelajari oleh siswa-siswa yang memiliki kemampuan istimewa.
Anggapan bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit seolah-olah
dibenarkan oleh rendahnya hasil belajar fisika yang diperoleh siswa baik dalam
evaluasi sehari-hari dan maupun pada ujian akhir.
Isu pendidikan yang selalu hangat diperbincangkan adalah rendahnya
kualitas pendidikan, yang tercermin pada rendahnya hasil belajar siswa,
ketidakmampuan Indonesia berkompetisi dengan negara lain, dan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang jauh dari harapan. Rendahnya hasil belajar siswa
untuk mata pelajaran fisika dapat terjadi karena berbagai faktor. Kurangnya
motivasi belajar, minimnya aktivitas atau keterlibatan siswa, serta minimnya
jumlah siswa yang aktif selama proses pembelajaran termasuk faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.
Salah satu indikator rendahnya hasil belajar fisika siswa dapat diperoleh
dari hasil TIMSS (Trend฀ of฀ International฀ On฀ Mathematics฀ And฀ Science฀ Study).
Survei menunjukkan bahwa rata-rata skor sains Indonesia pada TIMSS tahun
2007 adalah 433, berada di bawah rata-rata skor sains Internasional, yaitu 500.

3

Berdasarkan hasil interpretasi survei TIMSS terhadap kemampuan siswa ditinjau
dari aspek kognitif (knowing,฀applying,฀reasoning), Indonesia masih berada pada
kemampuan knowing. Selanjutnya hasil survei TIMSS tahun 20฀฀ menunjukkan
bahwa rata-rata skor pretsasi sains siswa Indonesia adalah sebesar 406,
mengalami penurunan dari tahun 2007. Indonesia berada di bawah skor rata-rata
sains Internasional yaitu 500, dan hanya mencapai Low฀International฀Benchmark฀
(Darmayanti, dkk., 20฀3:3). Perolehan tersebut menggambarkan bahwa siswa
Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu
mengomunikasikan dan mengaitkan berbagai topik sains, apalagi menerapkan
konsep-konsep yang kompleks dan abstrak. Hasil tersebut juga mengindikasikan
bahwa keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa masih rendah,
yang bermuara pada rendahnya hasil belajar siswa.
Rendahnya keterampilan proses sains dan pemahaman siswa terhadap
konsep fisika yang turut menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa, tidak
lepas dari pengaruh sistem pembelajaran yang dialami oleh siswa di sekolah.
Setyowati, dkk. (20฀฀:฀) mengatakan bahwa pembelajaran di sekolah masih
cenderung bersifat ”Teacher฀ Center” yang menekankan aspek penerimaan
informasi secara penuh oleh siswa dari guru. Pembelajaran model ini dengan
sendirinya menempatkan peserta didik menjadi penerima pelajaran yang pasif,
karena pembelajaran lebih didominasi oleh guru.
Faktor lain yang biasa ditemukan di sekolah-sekolah, yang juga menjadi
penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah kekurangmampuan guru dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran yang menantang (Afrizon, dkk., 20฀2:2).

Banyak guru fisika yang mengajar dengan pendekatan, gaya, dan kebiasaan yang

4

sama pada setiap pembelajaran. Kekurangsiapan guru untuk

merancang dan

melaksanakan pembelajaran yang lebih baik dan lebih menarik dengan
menerapkan model, strategi, metode, dan media yang sesuai dan tepat, dapat
berupa kekurangmampuan guru dari aspek kompetensi, juga dapat berupa
kekurangsediaan guru untuk melakukannya, karena pekerjaan tersebut tentu
membutuhkan waktu dan keterampilan yang cukup. Banyak guru merasa mapan
dengan cara mengajarnya dan enggan memulai pembaharuan.
Kecenderungan

kurikulum

pendidikan

Indonesia

yang

lebih

mengutamakan pencapaian target yang dengan sendirinya kurang memberi
peluang bagi siswa bahkan guru untuk mengembangkan pemahaman konsep,
termasuk juga faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Namun bagaimana pun,
guru adalah pemeran penting dalam usaha peningkatan kualitas pembelajaran.
Karena itu, guru harus benar-benar memperhatikan, memikirkan, merencakan, dan
melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan bagi siswa.
Berkaitan dengan peningkatan kualitas proses dan hasil belajar, ada
masalah krusial yang dihadapi dunia pendidikan hingga saat ini, yaitu bagaimana
mengupayakan “membangun pemahaman

(Brooks & Brooks, ฀993) dan

memberdayakan keterampilan berpikir kritis siswa (Krulik & Rudnick, ฀995)”.
Siswa dikatakan telah memahami (understand)฀ bila memiliki kemampuan berpikir
untuk mengonstruksi makna dari materi pembelajaran baik berupa lisan, tulisan dan
komunikasi grafik, atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau
mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam
pemikiran siswa. Menurut Brooks & Brooks, pencapaian pemahaman dalam

5

pembelajaran jauh lebih penting daripada prestasi belajar yang diukur dengan skor
tes yang hanya menekankan aspek menghafal pengetahuan.
Ndraka (Purwanto, 20฀2:2) mengatakan bahwa pembelajaran Fisika di
sekolah hendaknya menyiapkan siswa untuk: (฀) mampu memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep-konsep
sains yang telah dipelajari, (2) mampu mengambil keputusan yang tepat dengan
menggunakan konsep-konsep ilmiah, dan (3) mempunyai sikap ilmiah dalam
memecahkan masalah yang dihadapi sehingga memungkinkan mereka untuk
berpikir dan bertindak secara ilmiah.
Untuk membantu siswa memahami konsep, mengambil keputusan yang
tepat, mengonstruksi pengetahuan melalui pemecahan masalah, serta membangun
sikap ilmiah, dibutuhkan berbagai keterampilan intelektual, diantaranya
keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis merupakan potensi yang
dimiliki oleh setiap orang, tetapi perkembangannya bergantung pada pengalaman
dan kematangan individu. Keterampilan berpikir kritis sangat dibutuhkan, bahkan
merupakan keharusan dalam usaha pemecahan masalah, pembuatan keputusan,
sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan penemuan-penemuan
keilmuan. Siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi akan lebih
mudah memahami konsep dan mengonstruksi pengetahuannya dibandingkan
dengan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah.
Untuk

memecahkan

permasalahan

pembelajaran,

perlu

dilakukan

perbaikan strategi pembelajaran yaitu dengan mengubah model pembelajaran
yang dapat memfasilitasi terjadinya komunikasi antara siswa dengan siswa, serta
antara guru dengan siswa guna menumbuhkan dan mengembangkan berbagai

6

keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa dalam tugasnya sebagai pebelajar.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjawab persoalan
rendahnya pemahaman konsep siswa, rendahnya hasil belajar, dan untuk
memenuhi tujuan mata pelajaran fisika SMA yang dicanangkan oleh pemerintah
adalah model pembelajaran Inquiry฀ Training yang dikembangkan oleh Richard
Suchman (Joyce, 20฀฀:200). Model ini memiliki tujuan utama membuat siswa
menjalani suatu proses bagaimana pengetahuan diciptakan, dengan kata lain
memberikan siswa pengalaman dalam membangun pengetahuan baru. Model
pembelajaran Inquiry฀Training dirancang untuk membawa siswa secara langsung
ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses
ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah
membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan
intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan
jawaban berdasarkan rasa ingin tahunya. Model pembelajaran Inquiry฀ Training
meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan
segala sesuatu, dengan demikian setiap individu memiliki motivasi alamiah untuk
melakukan penelitian.
Melalui model pembelajaran Inquiry฀ Training siswa diharapkan aktif
mengajukan pertanyaan “mengapa sesuatu terjadi”, kemudian mencari dan
mengumpulkan

serta

memproses

data

secara

logis

untuk

selanjutnya

mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan. Model pembelajaran Inquiry฀ Training dimulai dengan
menyajikan peristiwa yang mengandung teka-teki kepada siswa. Siswa-siswa
yang menghadapi situasi tersebut akan termotivasi menemukan jawaban masalah-

7

masalah yang masih menjadi teka-teki. Guru dapat menggunakan kesempatan ini
untuk

mengajarkan

prosedur

pengkajian

sesuai

langkah-langkah

model

pembelajaran Inquiry฀Training.
Inquiry฀ Training menjadi sangat penting untuk mengatasi permasalahan
belajar siswa (Azizah 20฀2:2)฀ Model pembelajaran Inquiry Training฀ memiliki
keunggulan karena siswa akan melakukan penyelidikan secara berulang-ulang
dengan bimbingan yang berkelanjutan. Rasa ingin tahu siswa akan terpenuhi
karena model Inquiry Training฀ dapat memperkuat dorongan alami siswa untuk
melakukan eksplorasi sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan semangat besar
dan penuh kesungguhan. Model ini juga diyakini dapat melatih kemandirian
belajar siswa. Siswa diharapkan dapat mengumpulkan data dari suatu peristiwa
yang terjadi, dan menelitinya dengan cara mengumpulkan dan mengolah data
secara logis.
Model pembelajaran Inquiry฀ Training merupakan pendekatan inovatif,
yang berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
analitis dan logis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
percaya diri. Inquiry sebagai suatu proses untuk memperoleh informasi dengan
melakukan observasi atau eksperimen, guna mencari jawaban atas pertanyaan atau
rumusan masalah maupun untuk memecahkan masalah, dilakukan dengan
menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Putra, 20฀3:85). Model
pembelajaran Inquiry mengandalkan kesiapan berpikir, di antaranya keterampilan
berpikir kritis, sehingga siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi
secara lebih mudah akan menyesuaikan diri dengan model pembelajaran Inquiry฀

8

Training dan dapat mengikuti setiap tahap pembelajaran dengan memberdayakan
keterampilan berpikir kritis yang dimilikinya.
Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi
Inquiry฀ Training฀฀ dalam pembelajaran, antara lain: (฀) Vaishnav

(20฀3)

menyimpulkan bahwa model pembelajaran Inquiry฀Training฀ berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi akademik siswa dibandingkan dengan metode
pengajaran tradisional, (2) Vandana (20฀3) menyimpulkan bahwa model Inquiry฀
Training berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kognitif dan afektif
siswa, (3) Azizah & Parmin (20฀2) menyimpulkan bahwa keterampilan meneliti
mahasiswa dapat ditingkatkan melalui model Inquiry฀ Training,฀ (4) Septiani
(20฀2) menyimpulkan bahwa model pembelajaran Reasoning dan Problem฀
Solcing berbantuan Inquiry฀ Training berkontribusi terhadap hasil belajar kimia
siswa, dan฀(5) Akpullukcu (20฀฀) menyimpulkan bahwa Inquiry฀Based฀Learning
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam program sains dan teknologi.
Hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 2 Sibolga melalui wawancara
dengan guru mata pelajaran fisika, diperoleh informasi bahwa pembelajaran
cenderung dilakukan dengan pembelajaran konvensional, dengan metode
ceramah, demonstrasi, latihan, penugasan, dan diskusi. Hasil belajar fisika siswa
pada ujian formatif dan sumatif cenderung rendah, dan siswa kurang antusias
mengikuti pembelajaran. Siswa mengharapkan jawaban akhir dari guru atau
sesama siswa yang menonjol kemampuan belajarnya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, peneliti tertarik
melakukan penelitian tentang “Efek Model Pembelajaran ฀nquiry Training dan
Kemampuan ฀erpikir Kritis terhadap Hasil ฀elajar Fisika Siswa SMA”.

9

1.2. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang teridentifikasi dari latar belakang di atas adalah
sebagai berikut:
฀. Banyak siswa kurang berminat belajar fisika karena fisika dianggap pelajaran
yang sulit dan berat, sehingga hanya dapat dipelajari oleh orang-orang tertentu
yang sungguh-sungguh memiliki potensi dan bakat istimewa.
2. Kualitas pembelajaran masih tergolong rendah. Guru cenderung mengajar
dengan gaya, motode, dan kebiasaan yang sama pada setiap pembelajaran.
Kurang kesiapan pendidik untuk merancang pembelajaran yang lebih aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
3. Sistem pembelajaran cenderung bersifat “Teacher฀ Center” sehingga kurang
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengasah keterampilan kognitif,
psikomotor dan afektifnya. Aktivitas dan keterlibatan siswa dalam belajar
masih rendah.
4. Motivasi belajar siswa rendah. Siswa cenderung menunggu instruksi dari
guru, kurang kemauan untuk belajar mandiri apalagi mengkritisi suatu
masalah. Kebanyakan siswa cenderung menunggu hasil akhir.
5. Pembelajaran kurang memanfaatkan laboratorium dan media yang relevan.
6. Dalam belajar fisika, siswa cenderung menghafal, kurang mengembangkan
pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis.
7. Kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah. Siswa kurang dapat
menganalisis informasi yang ada, dan cenderung menerima apa adanya
informasi yang disampaikan maupun yang tertulis dalam buku. Enggan dalam

฀0

mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan ide terhadap
permasalahan yang diajukan guru.
8. Kurikulum cenderung memaksakan pencapaian target sehingga kurang
memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, pemahaman konsep, dan kemampuan pemecahan masalah yang
seharusnya terjadi selama proses pembelajaran.
9. Hasil belajar fisika siswa rendah
1.3. ฀atasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini masalah
dibatasi pada:
฀. Model pembelajaran di yang digunakan adalah model pembelajaran Inquiry฀
Training.
2. Aspek yang diteliti adalah hasil belajar siswa yang sesuai dengan dampak
instruksional model pembelajaran Inquiry฀ Training, yaitu kemampuan siswa
untuk

melakukan

observasi,

mengumpulkan

dan

mengolah

data,

mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis,
merumuskan penjelasan dan menggambarkan kesimpulan.
3. Pembelajaran dilakukan dengan melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
฀. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran Inquiry฀Training฀dengan siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional?

฀฀

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry฀ Training฀ dan
pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kritis dalam
mempengaruhi hasil belajar fisika siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
฀. Menganalisis model pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan hasil
belajar fisika siswa antara model pembelajaran Inquiry฀ Training dengan
pembelajaran konvensional.
2. Menganalisis pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar fisika
siswa.
3. Menganalisis interaksi antara model pembelajaran Inquiry฀ Training dan
pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kritis dalam
mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
฀. Sebagai masukan bagi guru fisika untuk dapat melatih dan membiasakan
siswa mengembangkan rasa ingin tahu alamiah dan menguasai konsep melalui
proses ilmiah dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry฀Training.
2. Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi para penyelenggara
pendidikan terutama di sekolah yang diteliti untuk memberdayakan secara

฀2

optimal kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah dan
menemukan konsep sebagai proses mengonstruksi pengetahuan.
3. Sebagai sumbangan inovatitif dan motivatif bagi siswa di sekolah yang diteliti
untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan melatih serta
mengembangkan rasa ingin tahu yang telah dimiliki siswa secara alamiah.
1.7. Definisi Operasional
Untuk

menghindari

kesalahpahaman

mengenai

pengertian

yang

dikehendaki pada penelitian ini, maka diberikan batasan istilah sebagai berikut:
฀. Model pembelajaran

Inquiry฀ Training adalah model pembelajaran yang

bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual,
keterampilan mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban
yang berasal dari keingintahuan siswa. Model pembelajaran Inquiry฀Training
terdiri dari

lima fase, yaitu: (฀) menghadapkan siswa pada masalah, (2)

pengumpulan data-verifikasi, (3) pengumpulan data-eksperimentasi, (4)
mengolah, memformulasikan suatu penjelasan, dan (5) analisis proses
penelitian (Joyce, 2009).
2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru
(Teacher฀ Center), yang proses belajar mengajarnya dilakukan sesuai dengan
tradisi yang berkembang atau yang umum digunakan oleh sekolah-sekolah,
dengan pengajar memegang peranan utama dalam menentukan isi dan langkah
penyampaian materi kepada peserta didik, sementara peserta didik
mendengarkan secara teliti, mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan
pengajar, serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar.

฀3

3. Berpikir kritis adalah berpikir jernih, rasional, reflektif, dan independen dalam
menganalisis fakta dan menentukan pilihan atau keputusan, bersikap harihati, teliti, mengusahakan kebenaran, memahami dan menyajikan informasi
secara jujur ​dan jelas, untuk dapat menentukan sikap, tindakan, atau keputusan
yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Indikator kemampuan berpikir
kritis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kemampuan menganalisis,
mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan
mengevaluasi, yang dikemukakan oleh Angelo (Haryani, 20฀2).
4. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang
merupakan dampak instruksional dari model pembelajaran Inquiry฀ Training,฀
yaitu proses-proses yang melibatkan aktivitas observasi, mengumpulkan dan
mengolah data, mengidentifikasi dan mengontrol variable, membuat dan
menguji hipotesis, merumuskan penjelasan dan menggambarkan kesimpulan.
Dengan demikian indikator hasil belajar dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa untuk: (฀) melakukan observasi, (2) mengumpulkan dan
mengolah data, (3) mengidentifikasi dan mengontrol variable, (4) membuat
dan menguji hipotesis, (5) merumuskan penjelasan, dan (6) menggambarkan
kesimpulan (Joyce, 20฀฀:2฀4).

฀4

฀A฀ V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
฀. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran ฀nquiry Training dengan siswa yang dibelajaran dengan
pembelajaran konvensional. Model pembelajaran ฀nquiry Training lebih baik
dalam meningkatkan hasil belajar siswa daripada pembelajaran konvensional.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis rendah. Hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tinggi lebih baik daripada hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran ฀nquiry Training dengan
kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.
Hasil belajar maksimal diperoleh pada kelompok siswa yang memiliki
kemampuan

berpikir

kritis

tinggi

dan

dibelajarkan

dengan

model

pembelajaran ฀nquiry Training, sedangkan pada pembelajaran konvensional,
kemampuan berpikir kritis tidak berperan dalam meningkatkan hasil belajar.

฀0฀

5.2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut:
฀. Model pembelajaran ฀nquiry Training memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar siswa, sehingga model pembelajaran ini
dapat menjadi salah satu alternatif pilihan model pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Model ini sangat cocok untuk pembelajaran fisika pada
semua tingkat satuan pendidikan. Latihan penemuan akan membangun sikap
ilmiah dalam diri siswa sejak dini dan memotivasi siswa menjadi penemupenemu, didorong oleh rasa ingin tahu alamiah yang dimiliki oleh siswa.
2. Model pembelajaran ฀nquiry Training memberi pengaruh yang lebih baik pada
kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi. Sehingga
untuk memperoleh hasil belajar maksimal pada pembelajaran ฀nquiry
Training, akan sangat mendukung jika kemampuan berpikir kritis siswa diasah
terlebih dahulu.
3. Dalam menerapkan model ini dibutuhkan ruang dan peralatan praktikum
fisika yang memadai, karena itu sangat diharapkan kreatifitas guru dan siswa
dalam memodifikasi peralatan praktikum apabila tidak tersedia di sekolah.

฀02

฀AFTAR PUSTAKA
Afrizon, R., Ratnawulan & Fauzi, A. 20฀2. ฀eningkatan ฀erilaku Berkarakter
dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTSN ฀adang ฀ada
Mata ฀elajaran I฀A-Fisika Menggunakan Model ฀roblem Based
Instruction. JPPF, ฀ (฀).
Amalia, R., Astutik, S., Yushardi. 20฀2. ฀enerapan Model Kooperatif Tipe TTW
(Think, Talk, Write) Menggunakan Multimedia Video ฀embelajaran dalam
฀embelajaran Fisika di SMA, JPF. ฀ (2).
Anderson LW, Krathwohl D, eds. (200฀). A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational
Objectives. New York: Longman
Andriyani, W. & Soeprodjo. 20฀3. ฀eningkatan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa dengan ฀enerapan Model ฀embelajaran ARIAS. Chemistry in
Education, Unnes. 2 (2): ฀-7.
Arends, R. I. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 20฀0. ฀rosedur ฀enelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 20฀3. Dasar-dasar Evaluasi ฀endidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Akpullukcu, S., Gunay, Y. 20฀฀. The Effect of Inquiry Based Learning
Environment in Science and Technology Course on The Students’s
Academic Achievements. Western Anatolia Journal of Educaional Science,
ISSN ฀308 – 897฀.
Azizah, A., Parmin. 20฀2. Inquiry Training untuk mengembangkan kemampuan
meneliti mahasiswa. USEJ. ฀ (฀).
Brooks, J. G. and Brooks, M. G. (฀993). In Search of Understanding: the Case for
Constructivist Classrooms. Alexandria, VA: Association for Supervision
and Curriculum Development.
Cronbach, L. J. (฀963). Educational Psychology. New York: Harcourt, Brace &
World, Inc.
Dahar, R.W. ฀99฀. Teori-teori Belajar. Erlangga: Jakarta.
Darmayanti, N. W. S., Sadia. W. & Sudiatmika, A. 20฀3. ฀engaruh Model
Collaborative Teamwork Learning Terhadap Keterampilan ฀roses Sains
dan ฀emahaman Konsep Ditinjau Dari Gaya Kognitif. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Volume 3.
฀03

Dewi, A., Sumarni, W. & Santosa, N. B. ฀enerapan Model ฀embelajaran
BOICOTS untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kognitif
Siswa. Chem in Edu 2 (฀).
Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan ฀embelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, S. B., Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta
Fachrurazi. 20฀฀. ฀enerapan ฀embelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar. http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf. diakses 9
Pebruari 20฀5.
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah ฀engantar. Jakarta: Erlangga.
Haryani, D. 20฀2. Membentuk siswa Berpikir kritis Melalui ฀embelajaran
Matematika. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional
Matematika dan ฀endidikan Matematika. Universitas Palangkaraya,
ISBN:978-979-฀6353-8-7
Hosnan, M. 20฀4. ฀endekatan Saintifik dan Kontekstual dalam ฀embelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Jihad, A., Haris, A. 20฀2. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 20฀฀. Models Of Teching. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kowiyah. 20฀2. Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar.
UHAMKA, 3 (5).
Krulik, S. & Rudnick, J. A. ฀996. The New Sourcebook for Teaching Reasoning
and ฀roblem Solving in Yunior and High School. Boston: Allyn and
Bacon.
Lombard, K., Grosser, M. 2008. Critical Thinking: Are The Ideals of OBE Failing
Us or Are We Failing The Ideals of OBE. South African Journal of
Education, EASA Vol. 28 (56฀-589)
Mohaidat, M. 20฀2. The Effect of an Instructional ฀rogram based on Authentic
Assessment on the Achievement of EFL Secondary Stage Jordanian
Students Reading. Jordan Journal of Educational Sciences, ฀(฀฀฀-฀฀8)
Murtiani, Fauzan Ahmad & Ratna Wulan. 20฀2. ฀enerapan ฀endekatan
Contextual Teaching And Learning (Ctl) Berbasis Lesson Study Dalam
Meningkatkan Kualitas ฀embelajaran Fisika Di Smp Negeri Kota ฀adang.
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika ฀(฀-2฀).

฀04

Neufeldt, Victoria. ฀993. Webster’s New World Dictionary. New York: Webster’s
New World Dictionary.
Pandey, A., Nanda, G. K., Ranjan, V. 20฀฀. Effectiveness of Inquiry Training
Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of
Science Student in India. Jurnal of Innovative Research in Education ฀(฀)
March 20฀฀: India
Purwanto, C. E., Nughoro, S. E. & Wiyanto. 20฀2. ฀enerapan Model
฀embelajaran Guided Discovery pada Materi ฀emantulan Cahaya Untuk
Meningkatkan Berpikir Kritis. UPEJ ฀ (฀).
Purwanto, M. N. 20฀3. ฀rinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi ฀engajaran.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Putra, S. R. 20฀3. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta:
Diva Press.
Sani, R. A. 20฀3. Inovasi ฀embelajaran. Bumi Aksara: Jakarta.
Sani, R. A. 20฀4. ฀embelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.
Bumi Aksara: Jakarta.
Santoso, E. 20฀฀. Model-model ฀embelajaran. Tidak dipublikasikan.
Septiani, R. N., Saptorini, Saputro, S. H. 20฀2. Model ฀embelajaran Reasoning
Berbantuan Inquiry Training And ฀roblem Solving. Chem in Edu 2 (฀)
Setyowati, A., Subali, B. & Mosik. 20฀฀. Implementasi ฀endekatan Konflik
Kognitif dalam ฀embelajaran Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SM฀ Kelas VIII. JPFI. 7: 89-96.
Siregar, S. 20฀3. Metode ฀enelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Slameto. 20฀0. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sochibin, A., Dwijananti, P., Marwoto, P. 2009. ฀enerapan Model ฀embelajaran
Inkuiri Terpimpin Untuk ฀eningkatan ฀emahaman dan Keterampilan
Berfikir Kritis Siswa. JPFI 5, ISSN: ฀693-฀246
Sudjana. 20฀0. Metode dan Teknik ฀embelajaran ฀artisipatif. Bandung: Falah
Production.
Suprijono, A. 20฀2. Cooperative Learning Teory & Aplikasi ฀AIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surya, Y. ฀997. Olimpiade Fisika. Jakarta : Primatika Cipta Ilmu.

฀05

Tanjung, Y. 20฀4. Efek model pembelajaran Inquiry Training berbasis Just In
Time Teaching dan sikap ilmiah terhadap kemampuan pemecahan
masalah fisika mahasiswa. Tesis Pendidikan Fisika Program Pascasarjana
Unimed.
Vaishnav, R.S. 20฀3. Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching
Science. Scholarly Research Journal for Interdisciplinary Studies. Nagpur:
India. Vol. ฀ Issue 5, ISSN 2278-8808.
Vandana, S., Chirayu, K.C. 20฀3. Effectiveness of Inquiry Training Model For
Teaching Chemistry. Jaripatka: Nagpur.

฀06