3. Mendeskripsikan pengaruh
id, ego, super ego,
terhadap perkembangan jiwa tokoh utama dalam roman
Le Pain Nu
karya Mohamed Choukri.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah unsur-unsur intrinsik berupa alur plot, penokohan,
latar, tema dalam roman
Le Pain Nu
karya Mohamed Choukri ? 2.
Bagaimanakah keterkaitan antarunsur intrinsik dalam cerita yang diikat oleh tema dalam roman
Le Pain Nu
karya Mohamed Choukri ? 3.
Bagaimanakah pengaruh
id, ego, super ego,
terhadap perkembangan jiwa tokoh utama dalam roman
Le Pain Nu
karya Mohamed Choukri ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah.
1. Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik berupa alur plot, penokohan,
latar, tema dalam roman
Le Pain Nu
karya Mohamed Choukri; 2.
Keterkaitan antarunsur intrinsik dalam cerita yang diikat oleh tema dalam roman
Le Pain Nu
karya Mohamed Choukri; 3.
Mendeskripsikan pengaruh
id, ego, super ego,
terhadap perkembangan jiwa tokoh utama dalam roman
Le Pain Nu
karya Mohamed Choukri.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah.
a. Memperkenalkan karya sastra Prancis, khususnya roman
Le Pain Nu
karya Mohamed Choukri bagi pembaca.
b. Memperkenalkan karya sastra Prancis, khususnya roman
Le Pain Nu
karya Mohamed Choukri dan dapat digunakan sebagai materi dalam materi penerjemahan bagi mahasiswa Prancis.
c. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dan bagi
perkembangan teori sastra, terutama mengenai kajian psikoanalisis. d.
Meningkatkan apresiasi karya sastra asing khususnya karya sastra Prancis melalui penelitian sastra.
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Roman sebagai Karya Sastra
Sastra dalam bahasa Prancis dikenal dengan istilah
littérature.
Secara etimologis, kata-kata tersebut berasal dari bahasa Latin yaitu
littérature
yang merupakan terjemahan dari kata
grammatika
yang mengandung makna
tata bahasa
dan puisi
.
Namun kenyataannya,
dalam perkembangannya saat ini kata
litérature
ternyata mengacu pada makna segala sesuatu yang tertulis Fananie, 2000:4
.
Schmitt dan A. Viala dalam bukunya
Savoir Lire
1982:16 mengungkapkan :
Littérature a d’abord signifié savoirs. Pour les textes à visée esthétique, on utilisait poésie ou poèmes. L’apparition de l’imprimerie
et l’expansion de l’instruction permettent de franchir un seuil décisif ;
au XVII
e
siècle, poésie se spécialise pour désigner les textes versifies, tandis que le terme belles-
lettres désigne l’histoire et l’éloquence
.
“ Karya sastra mempunyai arti pengetahuan. Teks yang mengandung nilai estetika, seperti puisi atau syair. Kemunculan seni cetak dan
ekspansi perintah memungkinkan tumbuhnya karya sastra; pada abad XVII, khusus puisi untuk menunjukkan teks-teks sajak, sedangkan
istilah tulisan yang indah
belles-lettres
menunjukkan sejarah dan kekuatan ekspresi”.
Le mot littérature prend définitivement son sens moderne au XVIII
e
siècle et désigne les textes ayant une dimension esthétique. Cela
correspond en même temps a un fait social nouveau : l’écrivain peut
alors vendre ses
écrits et, dans le meilleur des cas, vivre de sa plume ; il ne dépend plus seulement de la générosité des mécènes.
“ Kata
littérature
dalam pengertian modern pada abad XVIII dan mengacu pada teks-teks yang memiliki dimensi estetika. Pada saat yang
sama sebuah fakta sosial baru : penulis dapat menjual tulisan-tulisannya dan dalam kasus terbaik, hidup dari pena; dia tidak semata-mata hanya
tergantung pada kemurahan hati pelanggan. ”
Dalam kutipan di atas, sastra digambarkan sebagai sesuatu yang memiliki dimensi estetik dan memiliki nilai apresiasi yang tinggi. Fananie
2003:4 mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk tulisan pada umumnya yang tidak mengandung unsur estetika bahasa, estetika isi, imajinasi tidak
dapat dikategorikan sebagai karya sastra. Dengan demikian, referensi makna yang didasarkan pada referensi harfiah dari pengertian sastra tidak
dapat dipakai sebagai perwujudan pengertian sastra itu sendiri. Secara mendasar, suatu teks sastra setidaknya harus mengandung tiga aspek
utama yaitu,
décore
memberikan sesuatu kepada pembaca,
délectare
memberikan kenikmatan melalui unsur estetik, dan
movere
mampu mengerakkan kreativitas pembaca. Jadi sastra adalah sesuatu yang
memberi kenikmatan dan kreativitas kepada pembaca. Dari sekian bentuk karya sastra seperti esai, puisi, roman, cerita
pendek, drama, roman-lah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Menurut van Leeuwen Jassin via Nurgiyantoro, 2013: 18 roman berarti
cerita prosa yang melukiskan pengalaman-pengalaman batin dari beberapa orang yang berhubungan satu dengan yang lain dalam suatu keadaan. Hal
ini roman memfokuskan kisah tokohnya dari lahir sampai meninggal dan melukiskan kehidupan tokoh serta lingkungan sekitarnya.