THE IMPACTS OF EXTENSIFICATION ACTIVITIES ON PERSONAL INCOME TAX REVENUE IN BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

THE IMPACTS OF EXTENSIFICATION ACTIVITIES ON PERSONAL INCOME TAX REVENUE IN BANDAR LAMPUNG

By

AHSAN KAMIL

Tax revenue is a strategic revenue source that has to be managed well so that the nation’s finance can run smoothly. To increase the number of taxpayers, one of the efforts implemented by the Directorate General of Taxes (Direktorat Jenderal Pajak/DJP) is the taxpayers extensification program.

The problem in this research is: “How the extensification activities is implemented and how significant is the impact of the extensification activities on the increase of personal income tax revenue in Bandar Lampung?” The objective of this research is to understand how the extensification activities is implemented by Pratama Tax Office (Kantor Pelayanan Pajak Pratama/KPP) in Bandar Lampung. Data collecting is done by doing field research and literature research. Data analysis is done descriptively by using hypothetical formulation. From the data that have been processed, it is known that the correlation coefficient (r) is 0,832 (positive). It means that there is a very strong relation between variable X (extensification activities) and variable Y (personal income tax revenue) that has unidirectional nature which means that if there is an increase on extensification activities then there will also be an increase on personal income tax revenue.

From the regression estimation, gathered a result of Y=2.000.000.000+362.156.X which can be concluded that the average amount of personal income tax revenue without extensification activities (value Y) is Rp 2.000.000.000 annually, and will increase in amount of Rp 362.156 for every increase of X/increase of one effectively-registered personal taxpayer, for example: if X=0, then the value of Y=Rp 2.000.000.000 while if X=3, then the value of Y becomes: Y=2.000.000.000+362.156(3) = 2.001.0886.468 and so on.

From the hypothetical examination, it can be concluded that the extensification activities give significant impacts on personal income tax revenue. It is evidenced by the result of statistical


(2)

valuation which shows that thitun < ttabel (3,090 >2,132) with determination coefficient (Kd) at the rate of 69,2% on assurance rate of 95% (significance rate (a) of 0,005).


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Kota Bandar Lampung dan dari teori-teori yang ada serta relevan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Kegiatan Ekstensifikasi telah dilaksanakan secara efektif, dengan diperoleh hasil yang menunjukan bahwa:

1. Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Bandar lampung dengan tujuan untuk Perluasan/penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam

meningkatkan penerimaan penghasilan pajak orang pribadi dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang

-undangan perpajakan dapat dikategorikan sangat baik yang ditunjukkan oleh hasil analisis koefisien korelasi Pearson Product Momen yang

menghasilkan korelasi positif sebesar 0,832 yang berarti terdapat hubungan yang kuat antara variabel X (Kegiatan Ekstensifikasi) dengan variabel Y (Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi) yang bersifat searah, artinya bila terjadi kenaikan aktivitas Kegiatan ekstensifikasi akan mengakibatkan kenaikan Penerimaaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.


(4)

58

2. Kegiatan Ekstensifikasi memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Hal ini dibuktikan oleh hasil penghitungan secara statistik yang menunjukkan thitun < ttabel (3,090 >2,132) dengan Koefisien Determinasi (Kd) sebesar 69,2% pada tingkat keyakinan/kepercayaan 95% (tingkat signifikansi (a) 0,05).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, maka dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Direktorat Jenderal Pajak

a. Kegiatan ekstensifikasi dalam rangka penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi serta peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang pribadi dalam rangka peningkatan penerimaan negara harus dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten secara bersamaan dan berkesinambungan dengan memperhatikan unsur-unsur kemampuan, kepastian hukum, dan ketepatan waktu.

b. Ditinjau dari aspek Wajib Pajak, masalah sosialisasi mengenai UU perpajakan dan peraturan perpajakan masih belum dipahami secara baik. Untuk itulah, sosialisasi harus terus dioptimalkan (kampanye sadar dan peduli pajak seperti ke: Pemda, lembaga pendidikan termasuk SMU, assosiasi professi, assosiasi usaha, seminar-seminar pajak) sehingga ketidaktahuan dan ketidakpahaman Wajib Pajak dapat diminimalkan.

c. Peningkatan profesionalisme aparat pajak perlu dilaksanakan terus menerus, diikuti dengan penciptaan iklim kerja yang kondusif serta peningkatan


(5)

59

kesejahteraan yang memadai.

d. Hukum harus ditegakkan secara tegas baik kepada aparat pajak maupun kepada Wajib Pajak yang kurang mematuhi ketentuan perundang-undangan.

2. Wajib Pajak

a. Wajib Pajak Orang Pribadi harus bisa bekerja sama dengan aparat pajak dalam rangka kegiatan ekstensifiksi dengan memberikan data-data, catatan-catatan, dan dokumen yang sesuai dengan kondisi usaha.

b. Wajib Pajak Orang Pribadi harus dapat membantu proses kegiatan

ekstensifikasi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

c. Wajib Pajak Orang Pribadi terus membantu dan melakukan kontrol atas perilaku dan tindakan aparat pajak khususnya pemeriksa dan penyidik pajak agar melakukan tindakan penegakan hukum secara tegas tanpa pandang bulu melalui Pusat Pengaduan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

3. Peneliti Selanjutnya

a. Untuk peneliti selanjutnya agar dilakukan penelitian mengenai Kegiatan Ekstensifikasi dengan lebih memperlihatkan karekter dari Wajib Pajak Orang Pribadi dengan melakukan penelitian lebih dikhususkan pada pertokoan, mall, pusat perdagangan, perumahan dan lainnya dengan melihat jumlah penghasilan.

b. Peneliti selanjutnya juga dapat melihat faktor – faktor lain yang juga memberikan pengaruh di luar kegiatan ekstensifikasi.


(6)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional yang sedang kita laksanakan ini memerlukan tersedianya dana pembangunan yang sangat besar, yang senantiasa tersedia secara terus menerus dalam rangka menjamin pembangunan nasional yang berkesinambungan. Dua sumber dana pokok yang dibutuhkan pemerintah dalam memenuhi dana pembangunan adalah sumber dana dalam negeri dan sumber dana luar negeri. Sebagaimana yang terdapat dalam format APBN, kedua sumber dana tersebut masih diperinci lagi. Sumber dana dalam negeri terdiri dari penerimaan migas dan penerimaan non migas. Penerimaan non migas dibagi menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. Sedangkan sumber dana luar negeri berasal dari pinjaman luar negeri.

Pelaksanaan penerimaan dana dari dalam negeri ini diantaranya melalui sistem perpajakan dengan asas-asas keadilan, jelas, sederhana didalam pemungutannya dan mengandung unsur-unsur pendorong bagi kegiatan usaha produktif.

Dalam pengenaan pajak tersebut Adam Smith dalam bukunya "An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation" yang diterbitkan pada tahun 1776 memberikan kriteria, bahwa agar Undang-undang Pajak itu adil, maka sebaiknya memenuhi persyaratan di bawah ini:


(7)

2

a. Equality

Pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan

kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya di bawah perlindungan pemerintah.

b. Certainty

Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi (not arbitrary). Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya.

c. Convenience of payment

Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi Wajib Pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan/keuntungan yang

dikenakan pajak.

d. Economic of collections

Pemungutan pajak hendaknya dilakukan secara hemat dan efisien, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri.


(8)

3

Tabel 1. Penerimaan Negara (perpajakan dan bukan pajak), 2000 – 2008 (miliar rupiah)

Tahun anggaran Penerimaan Negara pajak dan bukan pajak

Perpajakan % terhadap penerimaan

Bukan pajak

% terhadap penerimaan 2001 205.334,5 115.912,5 56,5 89.422,0 43,5

2002 300.599,5 185.540,9 61,7 115.058,6 38,3 2003 298.527,5 210.087,5 70,4 88.440,0 29,6 2004 340.928,3 242.048,1 71,0 98.880,2 29,0 2005 403.104,6 280.558,8 69,6 122.545,8 30,4 2006 493.919,4 347.031,1 70,3 146.888,3 29,7 2007 636313,6 409200,4 64,3 227113,2 35,7 2008 720.389,0 509.462,0 70,7 210.927,0 29,3

Rata-rata 66,81 33,18

Sumber: nota keuangan dan RAPBN 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa peneriman pajak merupakan sumber

penerimaan strategis yang harus dikelola dengan baik agar keuangan negara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Dari tahun ke tahun telah dilakukan berbagai langkah dan kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan negara. Kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui penyempurnaan perundang-undangan, penerbitan peraturan-peraturan baru di bidang perpajakan, meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak maupun menggali sumber-sumber pajak lain.

Sebagai salah satu sumber penerimaan negara, sektor pajak merupakan pilihan yang sangat tepat karena disamping jumlah yang relatif lebih stabil, dari sektor tersebut diharapkan partisipasi dalam pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu, sektor pajak kini merupakan sumber penerimaan negara yang amat penting dalam rangka menuju pembiayaan pembangunan yang mandiri, sehingga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman yang berasal dari luar


(9)

4

negeri. Untuk menjadikan pajak sumber penerimaan negara atau pembiayaan pembangunan yang utama, bukan merupakan hal yang mudah karena banyak kendala-kendala yang dihadapi, baik yang timbul dari masyarakat sebagai wajib pajak maupun dari pihak otoritas pajak serta peraturan perundang-undangan. Berbagai upaya di atas tentunya belum dapat menghasilkan peningkatan pajak yang signifikan bagi penerimaan negara.

Bila bercermin dari kondisi masyarakat, ada yang sudah ber-NPWP dan ada yang belum, jelas bagi masyarakat ini merupakan diskriminasi. Merasa tidak berlaku sama dalam perpajakan dan kewajiban bernegara. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti: calon WP (masyarakat) enggan/merasa sulit mendaftarkan diri sebagai WP, sistem dan prosedur yang ada butuh waktu panjang. Terkadang bagi yang belum ber-NPWP, jawabannya sudah dipotong pajaknya oleh pemberi kerja, sehingga tidak perlu lagi mendaftarkan diri sebagai WP. Ini adalah versinya sendiri. Padahal ketentuannya bukan seperti itu. Sepanjang orang pribadi

memperoleh penghasilan di atas penghasilan tidak kena pajak (PTKP), maka sesuai dengan Pasal 2 UU KUP wajib mendaftarkan diri sebagai WP dan memiliki NPWP. Bisa jadi, selain statusnya sebagai karyawan, masih memperoleh

penghasilan lain, seperti menerima bonus, membuka usaha (misalnya wartel, warung), menyewakan kendaraan, fee, dan lainnya. Semua ini harus dimasukan dalam surat pemberitahuan tahunan (SPT). Baru di hitung PajakPenghasilan (PPh) tahunannya. Bila ini tidak dilaksanakan oleh masyarakat, yakni mendaftarkan diri sebagai WP, dapat dikenakan pasal 38 dan 39 UU KUP, yakni sebagai suatu tindak pidana perpajakan.


(10)

5

Untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak, salah satu upaya yang dilakukan Direktorat jendral pajak (DPJ) adalah dengan program ekstensifikasi Wajib Pajak. Program ini merupakan kegiatan dalam rangka untuk meningkatkanjumlah Wajib Pajak yang terdaftar. Kegiatan ekstensifikasi tersebut menunjukkan jumlah

peningkatan Wajib Pajak yang cukup menggembirakan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Wajib Pajak Tahun 2006 – 2009

TAHUN WP ORANG PRIBADI

2006 2.020.334

2007 2.327.618

2008 2.622.184

2009 2.893.960

Sumber : www.pajak.go.id

Namun, tampaknya semua itu belum cukup dan optimal serta masih jauh dari yang diharapkan, karena dari sekitar 213 juta penduduk Indonesia, baru sekitar 2,8 juta yang memiliki NPWP (www.pajak.go.id) Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah Indonesia yg juga memberikan penerimaan pajak.Daerah ini memiliki tingkat kepadatan tertinggi dari daerah kabupaten lainnya di Propinsi Lampung. Kepadatan penduduk ini terjadi karena Kota Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan ekonomi terbesar di Propinsi Lampung.

Kantor pelayanan pajak kota Bandar Lampung terpecah menjadi 3 KPP Pratama berdasarkan wilayah kerja, Yaitu :

1. KPP Pratama Tanjung Karang 2. KPP Pratama Kedaton


(11)

6

Pada tahun-tahun terakhir penerimaan dari Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) khususnya di kota Bandar Lampung tidak memenuhi target yang direncanakan.Untuk mengetahui lebih lanjut penerimaan PPh OP di kota Bandar lampung, berikut ini disajikan data-data mengenai jumlah penerimaan PPh OP kota Bandar Lampung mulai tahun 2004 sampai dengan 2009.

Tabel 3. Rencana dan Realisasi penerimaan PPh OP Di Kota Bandar Lampung Tahun 2004-2009

Tahun pajak Rencana Realisasi

2004 12.496,27 8.904,24

2005 10.368,82 7.122,78

2006 11.256,73 10.138,32

2007 19.738,13 8.904,24

2008 15.398,80 15.233,55

2009 17.703,52 16.403,36

Sumber :Kanwil DJP Propinsi Bengkulu dan Lampung 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2004, penerimaan PPh OP yang direncanakan sebesar Rp 12.496.270.000 hanya dapat terealisasi Rp. 8.904.240.000. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2005 hingga 2009. Hingga tahun 2009 realisasi belum juga sesuai dengan yang direncanakan.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan PPh OP memang selalu mengalami peningkatan mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Tetapi, disisi lain realisasi jumlah penerimaan tersebut belum memenuhi target. Jumlah ini sebenarnya masih punya banyak potensi untuk ditingkatkan. Agar target tersebut dapat tercapai maka sebaiknya KPP pratama kota Bandar Lampung melaksanakan upaya untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak Orang pribadi sehingga dapat meningkatkan jumlah penerimaan PPh OP. Karena Potensi Orang Pribadi untuk meningkatkan PPh OP sangat besar. Jika jumlah Orang pribadi


(12)

7

meningkat, diperkirakan jumlah penerimaann PPh OP tersebut juga akan meningkat. Berikut ini disajikan data mengenai jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi pada kota Bandar Lampung tahun 2004-2009.

Tabel 4. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Bandar Lampung

TAHUN JUMLAH WAJIB

2004 15.273

2005 18.468

2006 20.185

2007 29.325

2008 32.377

2009 37.073

Sumber :Kanwil DJP Propinsi Bengkulu dan Lampung 2009

Berdasarkan data tersebut, bahwa pada kota Bandar Lampung terjadi

peningkatan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi setiap tahunnya. Namun, untuk lebih meningkatkanjumlah penerimaan PPh OP dan agar target dapat terealisasi maka penjaringan Wajib Pajak Orang Pribadi perlu digalakkan. Kalau selama ini pemerintah lebih banyak melakukan intensifikasi perpajakan, maka sudah saatnya melakukan ekstensifikasi perpajakan sehingga pengenaan pajak akan lebih meluas dan beban pajak akan lebih tersebar dan merata.

Pemungutan pajak atas orang pribadi terjadi kesulitan pemantauan dan pendeteksian Penghasilan Kena Pajak orang pribadi , terutama karena tidak adanya informasi transaksi finansial dari tiap orang. Akselerasi pembangunan, selain telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi juga telah meningkatkan pendapatan per kapita perorangan. Demikian pula untuk penghasilan yang diterima oleh orang pribadi semakin bervariasi, kalau semula penghasilan yang diterima hanya berbentuk gaji dan upah dari satu tempat pemberi kerja, sekarang banyak yang mempunyai penghasilan dari beberapa tempat kerja atau usaha


(13)

8

sendiri dan profesi.

Dari uraian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa di kota Bandar Lampung jumlah penerimaan PPh OP semakin meningkat, tetapi peningkatan tersebut masih belum optimal, karena tidak sesuai dengan target yang akan dicapai.

Dengan melihat fenomena tersebut, dalam rangka meningkatkan penerimaan dan pengenaan pajak, sudah saatnya pemerintah melaksanakan ekstensifikasi Wajib Pajak. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul "Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Pph OP) Di Kota Bandar Lampung".

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis mengidentifikasi masalah tentang Pengaruh pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Pph OP) Di Kota Bandar Lampung dalam skripsi ini akan dibahas mengenai:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak Orang Pribadi di Kota Bandar Lampung.

2. Seberapa besar pengaruh kegiatan ekstensifikasi terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di Kota Bandar Lampung.


(14)

9

1.3 Tujuan Penelitian

Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bahan dan data yang diperlukan dalam rangka penyusunan skripsi. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak yang

dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandar Lampung. 2. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan ekstensifikasi terhadap penerimaan

pajak penghasilan orang pribadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pihak lain.

1. Bagi Peneliti untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan mempraktekkannya sesuai dengan kondisi yang ada.

2. Bagi Akademis sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

3. Bagi Instansi sebagai sumber informasi dalam upaya meningkatkan jumlah Wajib Pajak guna meningkatkan penerimaan pajak.

4. Bagi Peneliti selanjutnya agar dapat menjadi landasan atau bahan informasi untuk penelitian yang berhubungan dengan ekstensifikasi Wajib Pajak orang pribadi.


(15)

10

1.5 Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2005:51) adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan permasalahan yang ada yang telah dikemukakan diatas, dapat disusun suatu hipotesis terhadap permasalahan yang diteliti, yaitu:

Diduga kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh kantor pelayanan pajak guna menambah jumlah wajib pajak orang pribadi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di kota Bandar Lampung.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan Skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, meliputi Latar Belakang, Permasalahan, Batasan Penelitian, Tujuan Penulisan, Manfaat Penelitian,hipotesis dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka, memaparkan Teori-teori yang berkaitan dengan masalah Pajak dan hasil-hasil penelitian yang membahas masalah PPh.

BAB III Metode Penelitian BAB IV Pembahasan

BAB V Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka


(1)

Untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak, salah satu upaya yang dilakukan Direktorat jendral pajak (DPJ) adalah dengan program ekstensifikasi Wajib Pajak. Program ini merupakan kegiatan dalam rangka untuk meningkatkanjumlah Wajib Pajak yang terdaftar. Kegiatan ekstensifikasi tersebut menunjukkan jumlah

peningkatan Wajib Pajak yang cukup menggembirakan, yaitu sebagai berikut: Tabel 2. Jumlah Wajib Pajak Tahun 2006 – 2009

TAHUN WP ORANG PRIBADI

2006 2.020.334

2007 2.327.618

2008 2.622.184

2009 2.893.960

Sumber : www.pajak.go.id

Namun, tampaknya semua itu belum cukup dan optimal serta masih jauh dari yang diharapkan, karena dari sekitar 213 juta penduduk Indonesia, baru sekitar 2,8 juta yang memiliki NPWP (www.pajak.go.id) Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah Indonesia yg juga memberikan penerimaan pajak.Daerah ini memiliki tingkat kepadatan tertinggi dari daerah kabupaten lainnya di Propinsi Lampung. Kepadatan penduduk ini terjadi karena Kota Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan ekonomi terbesar di Propinsi Lampung.

Kantor pelayanan pajak kota Bandar Lampung terpecah menjadi 3 KPP Pratama berdasarkan wilayah kerja, Yaitu :

1. KPP Pratama Tanjung Karang 2. KPP Pratama Kedaton


(2)

Pada tahun-tahun terakhir penerimaan dari Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) khususnya di kota Bandar Lampung tidak memenuhi target yang direncanakan.Untuk mengetahui lebih lanjut penerimaan PPh OP di kota Bandar lampung, berikut ini disajikan data-data mengenai jumlah penerimaan PPh OP kota Bandar Lampung mulai tahun 2004 sampai dengan 2009.

Tabel 3. Rencana dan Realisasi penerimaan PPh OP Di Kota Bandar Lampung Tahun 2004-2009

Tahun pajak Rencana Realisasi

2004 12.496,27 8.904,24

2005 10.368,82 7.122,78

2006 11.256,73 10.138,32

2007 19.738,13 8.904,24

2008 15.398,80 15.233,55

2009 17.703,52 16.403,36

Sumber :Kanwil DJP Propinsi Bengkulu dan Lampung 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2004, penerimaan PPh OP yang direncanakan sebesar Rp 12.496.270.000 hanya dapat terealisasi Rp. 8.904.240.000. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2005 hingga 2009. Hingga tahun 2009 realisasi belum juga sesuai dengan yang direncanakan.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan PPh OP memang selalu mengalami peningkatan mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Tetapi, disisi lain realisasi jumlah penerimaan tersebut belum memenuhi target. Jumlah ini sebenarnya masih punya banyak potensi untuk ditingkatkan. Agar target tersebut dapat tercapai maka sebaiknya KPP pratama kota Bandar Lampung melaksanakan upaya untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak Orang pribadi sehingga dapat meningkatkan jumlah penerimaan PPh OP. Karena Potensi Orang Pribadi untuk meningkatkan PPh OP sangat besar. Jika jumlah Orang pribadi


(3)

meningkat, diperkirakan jumlah penerimaann PPh OP tersebut juga akan meningkat. Berikut ini disajikan data mengenai jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi pada kota Bandar Lampung tahun 2004-2009.

Tabel 4. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Bandar Lampung

TAHUN JUMLAH WAJIB

2004 15.273

2005 18.468

2006 20.185

2007 29.325

2008 32.377

2009 37.073

Sumber :Kanwil DJP Propinsi Bengkulu dan Lampung 2009

Berdasarkan data tersebut, bahwa pada kota Bandar Lampung terjadi

peningkatan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi setiap tahunnya. Namun, untuk lebih meningkatkanjumlah penerimaan PPh OP dan agar target dapat terealisasi maka penjaringan Wajib Pajak Orang Pribadi perlu digalakkan. Kalau selama ini pemerintah lebih banyak melakukan intensifikasi perpajakan, maka sudah saatnya melakukan ekstensifikasi perpajakan sehingga pengenaan pajak akan lebih meluas dan beban pajak akan lebih tersebar dan merata.

Pemungutan pajak atas orang pribadi terjadi kesulitan pemantauan dan pendeteksian Penghasilan Kena Pajak orang pribadi , terutama karena tidak adanya informasi transaksi finansial dari tiap orang. Akselerasi pembangunan, selain telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi juga telah meningkatkan pendapatan per kapita perorangan. Demikian pula untuk penghasilan yang diterima oleh orang pribadi semakin bervariasi, kalau semula penghasilan yang diterima hanya berbentuk gaji dan upah dari satu tempat pemberi kerja, sekarang banyak yang mempunyai penghasilan dari beberapa tempat kerja atau usaha


(4)

sendiri dan profesi.

Dari uraian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa di kota Bandar Lampung jumlah penerimaan PPh OP semakin meningkat, tetapi peningkatan tersebut masih belum optimal, karena tidak sesuai dengan target yang akan dicapai.

Dengan melihat fenomena tersebut, dalam rangka meningkatkan penerimaan dan pengenaan pajak, sudah saatnya pemerintah melaksanakan ekstensifikasi Wajib Pajak. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul "Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Pph OP) Di Kota Bandar Lampung".

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis mengidentifikasi masalah tentang Pengaruh pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Pph OP) Di Kota Bandar Lampung dalam skripsi ini akan dibahas mengenai:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak Orang Pribadi di Kota Bandar Lampung.

2. Seberapa besar pengaruh kegiatan ekstensifikasi terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di Kota Bandar Lampung.


(5)

1.3 Tujuan Penelitian

Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bahan dan data yang diperlukan dalam rangka penyusunan skripsi. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak yang

dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandar Lampung. 2. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan ekstensifikasi terhadap penerimaan

pajak penghasilan orang pribadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pihak lain.

1. Bagi Peneliti untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan mempraktekkannya sesuai dengan kondisi yang ada.

2. Bagi Akademis sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

3. Bagi Instansi sebagai sumber informasi dalam upaya meningkatkan jumlah Wajib Pajak guna meningkatkan penerimaan pajak.

4. Bagi Peneliti selanjutnya agar dapat menjadi landasan atau bahan informasi untuk penelitian yang berhubungan dengan ekstensifikasi Wajib Pajak orang pribadi.


(6)

1.5 Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2005:51) adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan permasalahan yang ada yang telah dikemukakan diatas, dapat disusun suatu hipotesis terhadap permasalahan yang diteliti, yaitu:

Diduga kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh kantor pelayanan pajak guna menambah jumlah wajib pajak orang pribadi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di kota Bandar Lampung.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan Skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, meliputi Latar Belakang, Permasalahan, Batasan Penelitian, Tujuan Penulisan, Manfaat Penelitian,hipotesis dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka, memaparkan Teori-teori yang berkaitan dengan masalah Pajak dan hasil-hasil penelitian yang membahas masalah PPh.

BAB III Metode Penelitian BAB IV Pembahasan

BAB V Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka