PENGARUH LAMA PENGOMPOSAN CAMPURAN KOTORAN SAPI SEGAR DAN BATUAN FOSFAT TERHADAP N-ANORGANIK DAN P-LARUT DALAM KOMPOS

(1)

A. Latar Belakang

Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan unsur hara makro utama yang diperlukan tanaman disamping Kalium (K). Nitrogen merupakan penyusun utama protoplasma setiap sel hidup, karenanya terdapat pada seluruh bagian tanaman, merupakan bagian dari penyusun enzim dan molekul klorofil. Seperti Nitrogen, Fosfor merupakan penyusun setiap sel hidup. Fosfor merupakan penyusun fosfolipid, nukleoprotein, dan fitin yang banyak tersimpan di dalam biji; berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel, dan berfungsi untuk mengubah karbohidrat, serta dapat meningkatkan efisiensi kerja kloroplas. Kalium berperan dalam proses metabolis dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorpsi hara, pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja enzim dan berfungsi sebagai translokasi karbohidrat (Hakim, dkk., 1986).

Untuk memenuhi kebutuhan pasokan unsur hara N dan P dalam budidaya tanaman, petani biasanya menggunakan pupuk anorganik subsidi yang mengandung unsur N (Urea) dan yang mengandung unsur P (SP-36), sedangkan pupuk organik yang sudah banyak beredar umumnya hanya menyuplai unsur N dan tidak dilengkapi dengan suplai unsur P yang memadai.


(2)

Dewasa ini kelangkaan pupuk menjadi suatu masalah di Indonesia. Harga pupuk buatan/kimia (anorganik) semakin tinggi karena bahan baku pupuk anorganik ini sebagian besar berupa energi fosil dan bahan baku lain yang masih di impor. Dengan tingginya harga pupuk anorganik tersebut, maka pemerintah mulai mengurangi subsidinya. Kantor Menko Perekonomian (2009) melaporkan bahwa terjadinya pembengkakan APBN untuk pupuk bersubsidi dari kurun waktu 2004 (sebesar Rp 1.171,4 M) sampai tahun 2009 (sebesar Rp 17.5370,0 M). Sehingga jika kebijakan pupuk bersubsidi terus berlangsung, maka pada tahun-tahun mendatang besarnya subsidi pupuk ini semakin membebani APBN.

Kelangkaan pupuk yang terjadi dapat berimplikasi serius terhadap ketahanan pangan nasional. Di pihak lain, kebutuhan pupuk dalam negeri juga meningkat cukup pesat. Misalnya, kebutuhan urea yang telah mencapai 4,5 juta ton diperkirakan masih akan tumbuh tiga persen per tahun atau lebih, terutama dari sektor pertanian (Anonim, 2007).

Dalam upaya mengatasi kelangkaan pupuk tersebut, maka pupuk organik menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan pupuk di Indonesia. Dalam Peraturan Menteri Pertanian No.2/Pert/Hk.060/2/2006, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai hara tanaman dan bahan organik dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.


(3)

Oleh karena itu, perlu dikembangkan pupuk alternatif berbasis organik yang selain mensuplai unsur N juga unsur P yang memadai. Supaya harga pupuk organik lebih murah dari pupuk anorganik/kimia, sebaiknya pupuk organik dibuat dari bahan baku yang tersedia secara lokal, misalnya kotoran sapi segar (fresh manure) dari industri penggemukan sapi dan batuan fosfat dari tambang lokal. Di Provinsi Lampung, industri penggemukan sapi dapat menyediakan kotoran sapi segar mencapai 576.700 ton/tahun yang dapat menjadi bahan baku potensial untuk pembuatan pupuk organik. Batuan fosfat juga tersedia di Kecamatan Selagai Lingga Lampung Tengah, yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk P alam.

Di dalam penelitian ini dilakukan pencampuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat yang kemudian difermentasikan. Campuran ini diformulasikan menjadi pupuk alternatif organomineral NP (organonitrofos) yang berbiaya murah dan diharapkan dapat menjadi salah satu pemecahan masalah dalam pemenuhan kebutuhan pupuk, terutama di Provinsi Lampung.

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam rencana penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1) Berapa lama pengomposan campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat yang dapat menghasilkan N-anorganik dan P-larut dalam kompos terbanyak. 2) Apakah lama pengomposan berinteraksi dengan campuran kotoran sapi segar

dan batuan fosfat mempengaruhi jumlah N-anorganik dan P-larut dalam kompos.


(4)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1) Mencari lama pengomposan campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat yang tepat yang menghasilkan jumlah unsur hara N-anorganik dan P-larut dalam kompos yang tertinggi.

D. Kerangka Pemikiran

Bahan organik adalah bagian vital di dalam tanah, kualitas tanah sangat ditentukan oleh kandungan bahan organik. Peranan bahan organik dalam tanah adalah memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi lanjut, dicirikan dengan C/N rasio rendah (< 20), dimana telah terjadi pelepasan N dari bahan organik akibat telah terjadinya mineralisasi sehingga dihasilkan unsur hara yang tersedia bagi tanaman dalam bentuk N-anorganik (Hakim, dkk., 1986). Akan tetapi, di dalam bahan organik ketersediaan unsur P dalam jumlah yang relatif rendah.

Bahan organik dan batuan yang difermentasikan menghasilkan N-anorganik dan P-larut yang tersedia bagi tanaman. Perombakan bahan organik akan memacu perkembangan dan pertumbuhan mikroba lain seperti mikroba penambat N2 (N-fixer) dan mikroba pelarut fosfat (P-solubizer). Asam-asam organik hasil perombakan bahan organik menyumbangkan ion H+ yang memungkinkan pembentukan asam untuk melarutkan fosfat yang terikat pada batuan fosfat (Nugroho, 2011). Batuan fosfat yang berkadar P rendah maupun tinggi menjadi


(5)

sumber utama pembuatan pupuk superfosfat (TSP, SP-36). Batuan fosfat dapat diaplikasikan langsung ke tanah, jika terdapat ion H+ (suasana asam) untuk membantu melarutkan P dari batuan fosfat. Tetapi prosesnya sangat lambat dan hanya terjadi pada tanah yang relatif asam, serta adanya mikroba pelarut fosfat. Batuan fosfat alam yang digunakan langsung, reaktivitasnya dipengaruhi oleh ukuran butirannya. Makin halus ukuran butir fosfat alam makin reaktif, karena semakin banyak kemungkinan kontak antara permukaan batuan fosfat dengan bahan organik sehingga kelarutannya semakin tinggi dan cepat membentuk P tersedia (Hakim, dkk., 1986).

Lama pengomposan menentukan proses mineralisasi N dan pelepasan P dari campuran bahan organik dan batuan fosfat. Semakin lama pengomposan, maka semakin lama peluang kontak antara butir batuan fosfat dengan selimut partikel bahan organik, sehingga diharapkan terjadi reaksi sinergis pelepasan N dan P lebih banyak (Nugroho, 2011).

Jika dari awal bahan baku kotoran sapi segar dirancang dengan batuan fosfat dalam pencampuran dengan kombinasi campuran yang tepat, dengan ukuran butiran batuan fosfat ideal, dan dikomposkan dalam waktu yang cukup dengan teknik pengomposan yang terkendali (controlled composting), maka akan didapatkan formula campuran (nisbah) kotoran sapi segar dan batuan fosfat yang berpotensi menjadi pupuk alternatif organomineral N P (organonitrofos) yang berbiaya murah.


(6)

E. Hipotesis

Hipotesi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada lama pengomposan tertentu dihasilkan N-anorganik dan P-larut tertinggi dalam kompos.

2. Lama pengomposan yang menghasilkan N-anorganik dan P-larut tertinggi ditentukan oleh nisbah campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat dan ukuran butiran fosfat.


(7)

Oleh DONI INDRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(8)

A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang terdapat di dalam tanah, seperti serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik memiliki kemampuan mengikat dan menahan ion-ion hara serta mengatur pelepasannya, selain itu berperan dalam penggabungan partikel-partikel tanah ke dalam bentuk agregat yang lebih stabil, sehingga aliran air dan sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik serta kemampuan tanah menahan air akan meningkat (Kononova, 1966).

Menurut Havlin, dkk., (1999, dalamNoor, 2008), pemberian bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan P, karena bahan organik di dalam tanah berperan dalam pembentukan kompleks organofosfat yang mudah diasimilasi oleh tanaman, penggantian anion H2PO4- pada tapak jerapan, penyelimutan oksida Fe/Al oleh humus yang membentuk lapisan pelindung dan mengurangi penjerapan P, serta meningkatkan jumlah P organik yang dimineralisasi menjadi P anorganik.


(9)

Peran pupuk kandang terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P dan S merupakan hara yang relatif lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan tanaman. Pupuk kandang sebagai salah satu sumber nitrogen (protein) pertama-tama akan mengalami peruraian menjadi asam-asam amino yang dikenal dengan proses aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofik mengurai menjadi amonium yang dikenal sebagai proses amonifikasi.Amonifikasiini dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan, sehingga amonium dapat merupakan bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang utama dalam tanah (Tisdale dan Nelson, 1966).

Amonium yang dihasilkan dapat secara langsung diserap dan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya, atau oleh bakteri untuk segera dioksidasi menjadi nitrat yang disebut dengan proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses bertahap yaitu proses nitritasi yang dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dengan menghasilkan nitrit, yang segera diikuti oleh proses oksidasi berikutnya menjadi nitrat yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter yang disebut dengan nitratasi. Nitrat merupakan hasil proses mineralisasi yang banyak disukai atau diserap oleh sebagian besar tanaman budidaya (Hakim, dkk., 1986).


(10)

Berikut ini gambar siklus Nitrogen : Fiksasi Nonsimbiotik Fikasasi Simbiotik Denitrifikasi Herbivora Tanah Dekomposisi Nitrifikasi Amonifikasi Assimilasi/ desimilasi reduksi NO3 -Immobilisasi

Gambar 1. Siklus Nitrogen

Proses Nitrifikasi :

oksidasi

a). 2 NH4+ + 3 O2 2 NO2- + 2 H2O + 4 H+ + energi (Nitrosomonas)

oksidasi

b). 2 NO2- + O2 2 NO3- + energi (Nitrobacter)

Menurut Hakim, dkk., (1986) ketersediaan N dalam tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1). Jasad Renik

Cara utama nitrogen masuk ke dalam tanah adalah akibat kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiosis dengan tanaman. Jika tanaman atau jasad renik pengikat nitrogen bebas mati, bakteri pembusuk membebaskan asam amino dari protein, bakteri amonifikasi membebaskan amonium dari grup amino, yang kemudian dilarutkan dalam larutan tanah. Amonium diserap oleh tanaman setelah dikonversikan menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi.

N2 Atmosfer N-Organik NH4+ NO3 -Tanaman


(11)

2). Iklim

Jumlah nitrogen yang masuk ke dalam tanah adalah sangat bervariasi dan tergantung kepada tempat dan musim. Secara umum dapat dikatakan bahwa penambahan nitrogen akan lebih banyak pada daerah tropis dari pada iklim lainnya.

3). Kegiatan Manusia

Kegiatan manusia juga mempengaruhi ketersediaan N dalam tanah, yaitu kegiatan ketika pemanenan. Kehilangan nitrogen bersama panen adalah cukup besar. Besar kecilnya kehilangan nitrogen bersama panen ini sangat tergantung dari jenis, umur, serta tujuan penggunaan dari tanaman tersebut. Kehilangan ini akan lebih besar bila seluruh bagian tanaman ikut dipanen.

Pemilihan jenis kotoran ternak yang dapat digunakan sebagai pupuk kandang dapat didasari oleh kadar hara. Setiap jenis ternak memiliki unsur hara yang berbeda-beda tergantung dari jenis makanan, fungsi ternak, dan jenis bahan yang dipergunakan sebagai alas kandangnya. Dalam proses dekomposisi bahan organik, terjadi mineralisasi N, pelepasan CO2, pelepasan asam-asam organik dan akhirnya menghasilkan kompos (Redaksi Agromedia, 2007).

Bahan Dekomposisi Kompos + Asam - asam organik + CO2 Organik Mineralisasi N ( NH4+-N, NO3--N )

Terdekomposisi dalam tanah

Kompos NH4+ NO3


(12)

Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dihasilkan dari proses pengomposan bahan organik. Jika diaplikasikan ke tanah dapat memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kemampuan tanah menahan air, meningkatkan ketersediaan unsur mikro, serta tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan.

Tabel 1. Kandungan hara beberapa bahan dasar pupuk organik sebelum dan sesudah dikomposkan.

Jenis Bahan Asal KA C N P K Rasio

C/N

Bahan Segar (%)

Kotoran Sapi 80 63,64 1,53 0,67 0,70 41,46

Kotoran Kambing 64 46,51 1,41 0,54 0,75 32,98 Kotoran Ayam 57 42,18 1,50 1,97 0,68 28,12 Kompos

Kotoran Sapi 2,34 1,08 0,69 16,8

Kotoran Kambing 1,85 1,14 2,49 11,3

Kotoran Ayam 1,70 2,42 1,45 10,8

Sumber : Hartatik dan Widowati (2006).

Pengomposan dimaksudkan untuk menurunkan nisbah C/N bahan organik, karena untuk dapat diaplikasikan ke dalam tanah secara efektif, nisbah C/N harus kurang dari 20. Nisbah C/N kompos yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya immobilisasi N karena semua nitrogen anorganik yang tersedia dalam tanah akan dikonversikan ke dalam tubuh organisme dalam bentuk organik. Jadi, terjadi kompetisi terhadap nitrogen antara tanaman inang dengan bakteri.

Pada saat nisbah C/N lebih kecil dari 20, maka ini berarti telah terjadi pelepasan nitrogen dari bahan organik akibat dekomposisi ke dalam tanah. Dalam keaadaan demikian sebagian bahan organik telah dilapuk, dimana bahan berenergi sudah berkurang dan assimilasi nitrogen oleh bakteri juga telah berkurang. Keadaan ini


(13)

akan menunjang terjadinya proses nitrifikasi dan nitrat mulai lagi menimbun. Jadi nisbah karbon nitrogen, melalui pengaruh selektifnya terhadap organisme tanah, dapat mengendalikan nitrifikasi dan adanya nitrat dalam tanah (Hartatik dan Widowati, 2006).

B. Pelarutan P dari Batuan Fosfat Alam

Batuan fosfat baik yang berkadar P rendah maupun tinggi menjadi sumber utama pembuatan pupuk superfosfat. Meskipun batuan fosfat berkadar P tinggi, tetapi pada umumnya pelepasan ion-ion fosfat (H2PO4-, HPO4-2) tersedia sangat lambat, sedangkan pupuk superfosfat yang diproses secara industri dari batuan fosfat mempunyai kecepatan memadai dalam melepaskan ion fosfat (H2PO4-,HPO4-2) tersedia bagi tanaman.

Batuan fosfat dapat diaplikasikan langsung ke tanah yang secara alami dapat melepaskan PO4-3 tersedia bagi tanaman, jika di dalam tanah terdapat cukup ion H+ untuk membantu melarutkan P dari batuan fosfat, tetapi prosesnya sangat lambat dan hanya terjadi pada tanah yang asam, serta adanya mikroba pelarut fosfat. Penelitian di daerah tropik, menunjukkan bahwa pengaruh batuan fosfat secara langsung mempunyai prospek yang baik, jika digunakan pada tanah yang bereaksi asam (Sarno, 1996).

Reaksi batuan fosfat yang diaplikasikan secara langsung pada tanah masam berlangsung lambat.

[Ca3(PO4)2]3CaF2 + 7 H2O 3 Ca [H2PO4]2 + 7 CaSO4 + 2 HF (Fluor Apatit) ( ion fosfat tersedia bagi tanaman)


(14)

Penggunaan batuan fosfat yang diberikan secara langsung sebagai pupuk fosfat merupakan salah satu cara untuk mengatasi mahalnya harga pupuk dan rendahnya efisiensi pemupukan menggunakan pupuk superfosfat (Adiningsih, dkk., 1998). Namun demikian, sifat batuan fosfat yang sukar terlarut dalam air menyebabkan laju pelarutannya tidak berimbang dengan kebutuhan fosfat tanaman (Matunubun, dkk., 1988). Keuntungan penggunaan batuan fosfat alam secara langsung adalah harganya yang relatif lebih murah, dapat digunakan secara langsung, efektivitasnya hampir sama dengan TSP atau SP-36 dan menghemat tenaga kerja (Adiningsih, dkk., 1998).

Pupuk fosfat dibuat secara industri dari batuan fosfat pada umumnya melalui proses asidulasi, yaitu melibatkan senyawa asam untuk melarutkan fosfat yang terikat kuat pada batuan fosfat. Proses ini berbiaya tinggi sehingga harga pupuk superfosfat ini menjadi mahal (Soelaeman, 2008). Proses yang terjadi berlangsung cepat seperti digambarkan sebagai berikut :

Proses Asidulasi

[Ca3(PO4)2]3CaF2 Ca2+ H2PO4- + 2 HF (Fluor Apatit) Industri HPO4-2

( Pupuk superfosfat )

Pupuk superfosfat yang ditambahkan kedalam tanah, maka reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :

Ca2+ H2PO4- Dalam tanah

HPO4-2 H2PO4- + HPO4-2 H2O ( P tersedia dalam tanah ) ( Pupuk superfosat )


(15)

Kelarutan fosfat alam dalam tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor tanah seperti kelembapan, kemasaman, serta kadar C, dan P tanah serta faktor tanaman, seperti kemampuan penyerapan Ca dan P oleh tanaman (Noor, 2004 dalamWahida, dkk., 2007). Pada tanah masam terdapat ion H+ dalam jumlah banyak sebagai akibat tercucinya ion-ion basa khususnya Ca2+ karena curah hujan yang tinggi (Soelaeman, 2008). Batuan fosfat alam melepaskan ion fosfat dan ion lainnya yang akan bereaksi dengan ion H+ menjadi H2PO4- yang dapat diserap oleh tanaman.

Teknik-teknik yang telah diteliti untuk meningkatkan kelarutan dan efektifitas pupuk batuan fosfat alam antara lain : 1) menepungkan batuan fosfat untuk langsung diaplikasikan ke dalam tanah, 2) mengembangkan teknik granulasi untuk memperbaiki sifat-sifat fisiknya, 3) mencampurkan batuan fosfat dengan bahan organik, sulfur, pupuk P larut atau produk-produk tanah yang mampu meningkatkan ketersediaan P (Hammond, dkk., 1986,dalamHerawaty, 2000). Chien, dkk., (1990, dalam Soelaeman, 2008) mengemukakan bahwa kelarutan fosfat alam lebih tinggi pada tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sehingga memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan pada tanah yang mengandung bahan organik rendah.


(16)

C. Mineralisasi N dan Pelarutan P Campuran Kotoran Sapi Segar dan Batuan Fosfat yang Dikomposkan

Mineralisasi nitrogen merupakan proses yang menjadikan N tersedia bagi tanaman karena sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N organik yang tidak tersedia bagi tanaman. Proses mineralisasi nitrogen ini melibatkan serangkain proses mulai dari hidrolisis protein, aminisasi, amonifikasi, dan nitrifikasi. Mineralisasi akan dipercepat bila keadaan tanah berdrainase dan aerasi baik dan banyak kation basa (Hakim, dkk., 1986).

Bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan fosfat, melalui hasil dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Bahan organik yang sedang terdekomposisi menghasilkan sejumlah asam-asam organik akan mempercepat proses pelarutan batuan fosfat sehingga akan melepaskan sejumlah anion fosfat kedalam kompos, akibatnya P-tersedia turut meningkat (Soepardi, 1983dalamJamilah, 2003).

Dengan mengaplikasikan batuan fosfat bersama dengan bahan organik dapat mempercepat kelarutan batuan fosfat, karena pengaruh positif dari batuan fosfat yang dikombinasikan dengan bahan organik tersebut dapat menyumbangkan ion H+dan mengkhelat Ca2+pada tanah (Ardjasa, 1993).

Soelaeman (2008) melaporkan penggunaan pupuk kandang sebanyak 15 ton ha-1 dan residu fosfat alam yang telah diberikan pada tahun sebelumnya menyebabkan ketersediaan P di dalam tanah meningkat. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Rajan, dkk., (1996, dalam Soelaeman, 2008), penambahan bahan organik atau


(17)

pupuk kandang memberikan pengaruh positif terhadap kelarutan fosfat alam di dalam tanah, dan memperbaiki produktivitas tanah karena kapasitas tukar kation pada bahan organik tinggi, dan asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik oleh mikroba tanah dapat melarutkan P.

Reaksi sinergis pencampuran antara bahan organik dengan batuan fosfat di gambarkan pada Gambar 2 (Nugroho, 2011).


(18)

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari November 2010 sampai dengan Januari 2011 di Laboratorium Ilmu Tanah dan Laboratorium Pengolahan Limbah Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : ayakan <1 mm dan 1-2,8 mm, kantung plastik, toples plastik, sendok pengaduk, pipa, alat tulis, dan alat - alat laboratorium lainnya yang digunakan dalam analisis di laboratorium.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kotoran sapi segar, batuan fosfat, dan bahan-bahan kimia untuk analisis. Kotoran sapi segar diambil dari industri penggemukan sapi PT Juang Jaya Abdi Alam, Sidomulyo, Lampung Selatan. Sedangkan batuan fosfat yang digunakan berasal dari pertambangan batuan fosfat di Grobogan, Jawa Tengah. Hasil analisis awal bahan baku kotoran sapi segar dan batuan fosfat dapat dilihat pada tabel berikut.


(19)

Tabel 2. Hasil analisis awal bahan baku kotoran sapi segar dan batuan fosfat. Sifat Kimia Kotoran Sapi Batuan Fosfat

pH 8,07

-Kadar Air (%) 65,01

-C-organik (%) 19,96

-N-organik (%) 0,84

-N-anorganik (amonium dan nitrat) (mg N kg-1)

3,58

-C/N rasio 23,76

-P-total (HCl 25%) (% P2O5) 0,26 9,37 P-larut asam sitrat 2% (mg 100g-1) 0,18 4,01

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan perlakuan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Faktor perlakuan pertama adalah campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat yaitu: F1 = 60% + 40%, dan F2 = 80% + 20%. Faktor perlakuan kedua adalah ukuran butiran batuan fosfat yaitu B1 = ukuran butiran halus (< 1 mm), dan B2 = ukuran butiran sedang (1 – 2,8 mm). Faktor perlakuan ketiga adalah lama pengomposan yaitu I0 = pengomposan 0 bulan, I1 = pengomposan 1 bulan, I2 = pengomposan 2 bulan, dan I3 = pengomposan 3 bulan. Kontrol di luar perlakuan adalah kotoran sapi murni dan batuan fosfat murni. Pengelompokan berdasarkan keserentakan dalam perlakuan analisis. Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan Uji Barlett dan aditifitasnya dengan Uji Tukey. Kemudian dilakukan uji BNJ pada taraf 5%. Korelasi dibuat antara amonium, nitrat, dan P-larut dengan nisbah C/N rasio dan pH campuran.


(20)

D. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Awal

Menyediakan bahan kotoran sapi segar dan batuan fosfat. Analisis awal dilakukan terhadap sampel awal untuk mengetahui kadar C, N, amonium, nitrat, dan kadar air dari kotoran sapi segar, dan P-larut dari batuan fosfat, serta pH untuk keduanya.

2. Persiapan Bahan Campuran

Batuan fosfat digiling dan diayak dengan ayakan <1 mm dan 1-2,8 mm. Kotoran sapi diambil dalam keadaan segar. Setelah itu dilakukan pencampuran kotoran sapi segar dengan batuan fosfat sesuai dengan nisbah campuran dan ukuran butir batuan fosat, sehingga mencapai 2 kg toples dengan kadar air apa adanya, kadar air dikoreksi ke kadar air ± 40%. Setelah itu, bahan campuran tersebut dimasukkan kedalam toples dan diaduk, toples ditutup rapat dengan plastik agar tidak terjadi penguapan air yang berlebihan. Kemudian seluruh toples yang telah berisi bahan campuran (kotoran sapi segar dan batuan fosfat) ditempatkan dilokasi yang rendah dan dilakukan pengadukan setiap 1 minggu sekali.

3. Analisis

Pada waktu awal pengomposan (0 bulan), satu hari setelah pencampuran dari setiap toples diambil sampel dengan menggunakan pipa paralon sebanyak 5 kali kemudian sampel dicampurkan. Sampel tersebut masing - masing ditimbang sesuai kebutuhan untuk analisis P-larut, amonium, nitrat, N total, C-total, pH, dan C-organik. Analisis sampel dilakukan serentak untuk setiap ulangan (kelompok).


(21)

4. Pengomposan

Pengomposan dilakukan selama 3 bulan. Pengambilan sampel dan analisis pertama dilakukan pada 1 hari setelah pencampuran (I0) dan analisis berikutnya dilakukan pada akhir pengomposan 1 bulan (I1), 2 bulan (I2), dan 3 bulan (I3).

E. Variabel Pengamatan 1. Variabel Utama

Variabel utama yang diamati adalah : a. P larut (Metode asam sitrat 2%).

b. Amonium (Metode penetapan ekstrak amonium denganIndophenol Blue). c. Nitrat (Metode penetapan ekstrak nitrat denganHydrazine Reduction). 2. Variabel Pendukung

Variabel pendukung yang diamati adalah : a. C-organik (Metode Walkley and Black) b. N-total (Metode Kjehdahl)

c. pH (Metode elektrometrik)


(22)

A. Kesimpulan

1. Lama pengomposan 3 bulan menghasilkan N-anorganik (amonium 3129,8 mg N Kg-1) dan lama pengomposan 2 bulan menghasilkan N-anorganik (nitrat 24,1 mg N Kg-1) dan P-larut (300,6 mg 100 g-1) tertinggi dalam kompos. 2. Lama pengomposan 3 bulan pada nisbah 80%:20% (kotoran sapi segar :

batuan fosfat) dengan ukuran butiran fosfat (sedang) sangat nyata dalam meningkatkan N-anorganik (amonium 3102,1 mg N Kg-1dan nitrat 19,4 mg N Kg-1) terbanyak dalam kompos dan lama pengomposan 2 bulan dengan ukuran butiran fosfat (sedang) sangat nyata dalam meningkatkan P-larut (300,6 mg 100 g-1) terbanyak dalam kompos.

B. Saran

1. Perlu penelitian lanjutan pada skala yang besar (scale up) pada lama pengomposan dengan pencampuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat berbagai ukuran butir yang terbaik, yaitu lama pengomposan (3 bulan), nisbah campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat (80%:20%), dan ukuran butir fosfat halus (< 1 mm).


(23)

2. Perlu dilakukan penelitian aplikasi prototipe pupuk alternatif tersebut terhadap tanaman untuk melihat responnya.

3. Perlu penelitian untuk verifikasi ketidaksinkronan antara perlakuan lama pengomposan dengan nisbah campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat terhadap ketersediaan unsur hara P.


(24)

PENGARUH LAMA PENGOMPOSAN CAMPURAN KOTORAN SAPI SEGAR DAN BATUAN FOSFAT TERHADAP N-ANORGANIK DAN

P-LARUT DALAM KOMPOS

Oleh DONI INDRA

Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) merupakan unsur hara makro utama yang diperlukan tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan pasokan unsur hara N dan P dalam budidaya tanaman, petani biasanya menggunakan pupuk anorganik subsidi, sedangkan pupuk organik yang sudah banyak beredar umumnya hanya menyuplai unsur N dan tidak dilengkapi dengan suplai unsur P yang memadai. Harga pupuk buatan/kimia (anorganik) semakin tinggi karena bahan baku pupuk anorganik yang masih diimpor, termasuk harga pupuk subsidi. Salah satu alternatif pemecahan masalah pupuk adalah mengembangkan pupuk alternatif terutama yang berbasis organik dari sumber daya lokal sehingga harganya menjadi murah. Penelitian ini bertujuan mencari lama pengomposan campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat yang tepat yang menghasilkan jumlah unsur hara N-anorganik dan P-larut dalam kompos yang tertinggi dalam rangka formulasi pupuk organonitrofos. Penelitian dilakukan dengan perlakuan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat yaitu, F1= 60% + 40%, dan F2 = 80% + 20%. Faktor kedua adalah ukuran butiran batuan fosfat, yaitu B1 = ukuran butiran halus (< 1 mm), dan B2 = ukuran butiran sedang (1–2,8 mm). Faktor ketiga adalah lama pengomposan, yaitu I0 = pengomposan 0 bulan, I1 = pengomposan 1 bulan, I2= pengomposan 2 bulan, dan I3= pengomposan 3 bulan. Kontrol di luar perlakuan adalah kotoran sapi segar murni dan batuan fosfat murni. Variabel utama yang diamati meliputi NH4+-N (amonium), NO3--N (nitrat), dan P-larut; variabel pendukung adalah C-organik, N-total, pH dan kadar air. Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan Uji Barlett dan aditivitasnya dengan Uji Tuckey. Kemudian dilakukan uji BNJ pada taraf 5%. Korelasi dibuat antara


(25)

amonium, nitrat, dan P-larut dengan C/N rasio dan pH campuran. Hasil penelitian menunjukkan lama pengomposan 3 bulan menghasilkan amonium (3129,8 mg N Kg-1) dan lama pengomposan 2 bulan menghasilkan nitrat (24,1 mg N Kg-1) dan P-larut (300,6 mg 100 g-1) tertinggi dalam kompos. Lama pengomposan 3 bulan pada nisbah 80%:20% (kotoran sapi segar : batuan fosfat) dengan ukuran butiran fosfat (sedang) sangat nyata dalam meningkatkan N-anorganik (amonium 3102,1 mg N Kg-1 dan nitrat 19,4 mg N Kg-1) terbanyak dalam kompos dan lama pengomposan 2 bulan dengan ukuran butiran fosfat (sedang) sangat nyata dalam meningkatkan P-larut (300,6 mg 100 g-1) terbanyak dalam kompos.

Kata kunci. Batuan fosfat, kotoran sapi segar, N-anorganik, pengomposan, dan P-larut


(26)

( Skripsi )

Oleh DONI INDRA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(27)

Halaman

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Kerangka Pemikiran... 4

E. Hipotesis ... 6

II. TINJUAN PUSTAKA... 7

A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan ... 7

B. Pelarutan P dari Batuan Fosfat Alam... 12

C. Mineralisasi N dan Pelarutan P dari Campuran Kotoran Sapi Segar dan Batuan Fosfat yang Dikomposkan... 15

III. BAHAN DAN METODE... 18

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

B. Alat dan Bahan ... 18

B. Metode Penelitian ... 19

D. Pelaksanaan Penelitian ... 20

1. Persiapan Awal... 20

2. Persiapan Bahan Campuran ... 20

3. Analisis... 20

4. Pengomposan ... 21

E. Variabel Pengamatan ... 21

1. Variabel Utama ... 21


(28)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 22

A. Pengaruh Lama Pengomposan Campuran Kotoran Sapi Segar dan Batuan Fosfat Berbagai Ukuran Butir terhadap Amonium, Nitrat, dan P-larut ... 22

A.1 Pengaruh Lama Pengomposan terhadap Amonium, Nitrat, dan P-larut ... 23

A.2 Pengaruh Interaksi Lama Pengomposan dengan Nisbah Campuran Kotoran Sapi Segar dan Batuan Fosfat Berbagai Ukuran Butir terhadap Amonium dan Nitrat. ... 24

A.3 Pengaruh Interaksi Lama Pengomposan dengan Nisbah Campuran Kotoran Sapi Segar dan Batuan Fosfat Berbagai Ukuran Butir terhadap Amonium, Nitrat dan P-larut... 27

B. Korelasi antara C/N campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat berbagai ukuran butir terhadap N-anorganik (amonium dan nitrat), dan P-larut ... 30

C. Korelasi antara pH campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat berbagai ukuran butir terhadap N-anorganik (amonium dan nitrat), dan P-larut. ... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 37

A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(29)

Adiningsih, S., K. Undang dan S. Rochayati. 1998. Prospek dan Kendala Penggunaan P-Alam Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan pada Lahan Masam Marjinal. Dalam Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Alfian, M. 1997. Pengaruh Taraf Bahan Organik dan Masa Inkubasi Terhadap Kandungan C-organik, N-total, NH4+, NO3-, dan C/N Tanah Pada Latosol Darmaga. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anonim.2007. Kelangkaan Pupuk. Jakarta. http://els.bappenas.go.id/upload/other//

Mentan%20Jamin%20Tak%Akan%20Ada%20Kelangkaan%20Pupuk.htm [Diakses tanggal 10 Januari 2010].

Ardjasa, W. S. 1993. Peningkatan Produksi Lahan Kering Marjinal Melalui Pemupukan Fosfat Alam dan Bahan Organik Berlanjut Pada Pola Padi Gogo, Kedelai, Kacang Tunggak. Pros. Sem. Nas. Pengembangan Wilayah Lahan Kering. 20-21 September 1993. Bandar Lampung. Hlm 68-81. Hakim. N, M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha,

B. H. Go, dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit : Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hartatik, W dan K. Idris. 2008. Kelarutan Fosfat Alam dan SP-36 Dalam Gambut Yang Diberi Bahan Amelioran Tanah Mineral. Jurnal Tanah dan Iklim

No.27/2008

Hartatik, W. dan L. R. Widowati. 2006. Pupuk Kandang. Artikel- Ilmiah- Jurnal-Pupuk Kandang.

http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk4.pdf [Diakses tanggal 9 November 2009].

Herawaty, N. 2000. Pengaruh Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular, Kapur dan Batuan Fosfat Alam Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.). [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm 8-11.


(30)

Jamilah. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kelengasan Terhadap Perubahan Bahan Organik dan Nitrogen Total Entisol. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kawulusan, R.I. 2007. Pengaruh Pemberian Fosfat Alam dan Pupuk N Terhadap Kelarutan P, Ciri Kimia Tanah dan Respon Tanaman Pada Typic Dystrudepts Darmaga. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kononova, M. M. 1966.Soil Organic Matter. Persemon Press. London. England. Kemenko Perekonomian RI. 2009. Statistik Pupuk Bersubsidi Nasional. Deputi

Ekonomi. Kemenko Perekonomian RI.

Matunubun, H., B. Radjagukguk dan A. Rosmarkam. 1988. Kajian Pengaruh Peningkatan pH Tanah Podsolik Merah Kuning Atas Pengambilan Fosfor dari Batuan Fosfat oleh Padi Gogo (Oryza sativa L.). [Tesis]. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2006. Pupuk Organik dan Pembenah Tanah. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 02/pert/hk.060/2/2006. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/SUP4-3.pdf. [Diakses tanggal 10 Januari 2010].

Noor, A. 2008. Perbaikan Sifat Kimia Tanah Lahan kering dengan Fosfat Alam, Bakteri Pelarut Fosfat dan Pupuk Kandang untuk Meningkatkan Hasil Kedelai.Jurnal Tanah Tropika13(1): 49-58.

Nugroho, S. G. 2011. Perakitan Pupuk Alternatif Organomineral NP (Organonitrofos) Berbasis Sumberdaya Lokal dan Pengalihan Teknologi Produksi Ke Swasta dan Kelompok Tani. Proposal Riset Unggulan Strategis Nasional Tahun 2011. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

100 hlm.

Sarno. 1996. Pemupukan Batuan Fosfat Alam Pada Tanaman Padi di Tanah Gambut Dalam Keadaan Tidak Tergenang. Jurnal Tanah Tropika (2):19-25.

Serangmo, Diana Y. L. dan F. Ishaq. 2008. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi Segar terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor, L) Pada Tanah Alfisol. Jurnal NTT Flobamora 4(4): 263-354.

Soelaeman, Y. 2008. Efektivitas Pupuk Kandang Dalam Meningkatkan Ketersediaan Fosfat, Pertumbuhan dan Hasil Padi dan Jagung pada Lahan Kering Masam.Jurnal Tanah Tropika13(1): 41-47.


(31)

Tisdale, S. L and W. L. Nelson.1966. Soil Fertility and Fertilizers. Macmillan Company. New York.

Wahida, A. A. Fahmi, dan A. Jam Deni. 2007. Pengaruh Pemberian Fosfat Alam Asal Maroko Terhadap Pertumbuhan di Lahan Sulfat Masam. Jurnal Tanah Tropika12 (2): 85-91.


(32)

KOMPOS Nama : Doni Indra NPM : 0614031026 Jurusan/PS : Ilmu Tanah Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ir. Sutopo G Nugroho, M.Sc Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.Sc NIP 19501029 197710 1 001 NIP 19630509 198703 2 001

2. Ketua Bidang Jurusan Ilmu Tanah

Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.Sc NIP 19630509 198703 2 001


(33)

1. Tim penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sutopo Ghani Nugroho., M.Sc …………

Sekretaris : Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc …………

Penguji

Bukan Pembimbing:Prof. Dr. Ir. Abdul Kadir Salam., M.Sc ………….

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(34)

menuntut ilmu pengetahuan

(Q.S. Al Mujadilah : 11)

Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan

buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada

orang-orang yang sabar

(Q.S. Al-Baqarah : 155)

Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling

bermanfaat diantara kamu. (Hadist)


(35)

Ayah dan Ibu tercinta :

Kakakku Asbar dan Junaedi, S.P atas Do a yang tak

henti, Bimbingan, Kasih sayang, Motivasi maupun

materiilnya untuk sebuah masa depan dan cita-citaku,

keponakan-keponakanku tersayang, serta

Keluarga besarku


(36)

Penulis dilahirkan di Pajar Bulan pada tanggal 8 Mei 1988. Terlahir dari pasangan Bapak Ermi dan Ibu Neldawati, sebagai anak ke-3 dari tiga bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis yaitu : menyelesaikan SD Negeri 2 Bukit Kemuning (Lampung Utara) pada tahun 2000, dilanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bukit Kemuning (Lampung Utara) pada tahun 2003 dan SMA Negeri 1 Pesisir Tengah (Lampung Barat) pada tahun 2006.

Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Di tahun 2009 penulis mengikuti Praktek Umum (PU) di Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan - Lampung Timur. Selama menjadi Mahasiswa Ilmu Tanah penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah (DDIT).

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di berbagai kegiatan intra dan ekstra kampus antara lain ; Forum Studi Islam (FOSI FP) periode 2007/2009 di Bidang III Studi dan Syiar Islam (SSI) dan Forum Persaudaraan Mahasiswa Muslim Kampung Baru (FPM2KB), periode 2007/2009 di Divisi Sosialisasi Masyarakat (SOSMAS).


(37)

Untaian Puji dan Syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Anugerah, Rahmat dan Limpahan Kasih Sayang-Nya sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, Sang Suri Tauladan Terbaik disetiap sisi kehidupan manusia hingga akhir zaman.

Skripsi dengan judul, “Pengaruh Lama Pengomposan Campuran Kotoran Sapi Segar dan Batuan Fosfat terhadap N-anorganik dan P-larut dalam Kompos”. Ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Ilmu Tanah, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini banyak menerima bantuan, dukungan, dan semangat dari berbagai pihak. Maka izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih, sebagai tanda penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sutopo Ghani Nugroho, M.Sc., selaku dosen pembimbing utama, serta dosen pembimbing akademik.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc selaku dosen pembimbing kedua, serta Selaku Ketua Bidang Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(38)

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Kadir Salam, M.Sc., selaku dosen penguji .

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

6. Keluarga Besar Ibu Tabri, atas kesediaannya memberikan tempat bagi penulis. 7. Ayah Ermi, Ibu Neldawati, kakak-kakakku tercinta : Asbar dan Junaedi atas

do’a yang tak henti, bimbingan, kasih sayang, motivasi maupun materiilnya

untuk sebuah masa depan dan cita-citaku,

8. Sahabat-sahabat seperjuangan Soil Science 06’ : 3, Topik, Ryan, Dhenda,

Ucok, Diky, Azis, Ferdi, Udin, Very, Cipto, Valent, Adi, Iby, Yani, Okta, Fitri, Tia, Kitink, Ial, Intan, Nhena, Elva, Andrisyah, Dedew, Pisca, Joe, Icha, Desi, Astri, Novi.

9. Teman – teman FPM2KB : kak Yudi I, Eko B, Faisal, Habudin, Romi, Afif, Eko W, Rasyid, Bukhari, Topik, mb Eva K, Umi L, Fitri L, Siti F, Sufiroh, dll. 11. Teman – teman pengurus FOSI FP’08/09 : Eko W, Rasyid, Jojo, Mono, Eko H, Yanto, Radius, Agung, Andika, Firistyana, Lutfhi, Desi, Dian, Dewi, Echi, Fajar, Helmi, Rahma, Elzana. Rapatkan Barisan, Perkokoh Ukhuwah, Raih

Kemenangan Sejati. Allahu Akbar…

12. Keluarga Besar Asrama Bhineka : Dwi Suprayitno, Darwis Sagita, Abdul Darda, Rizki Hudi Oetoro, Muhamad Nurudin, Eko Bantolo, Eko Wahyudi, Linggar, Danang, Joko, Heru, Arif, Pras, Darso, Rohmad, dan Hendri. (atas canda, gangguan dan kekeluargaan selama kenangan 6,5 tahun yang tak terlupakan).


(39)

14. Murobbi – murrobi Ku yang telah memberi andil dalam memperluas pemahaman tarbiyah Islamiah.

Akhirnya, semoga Allah SWT Yang Maha Mengetahui, Pengasih dan Penyayang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kalian atas semua kebaikkan yang tulus ikhlas diberikan hingga penulisan skripsi ini selesai,Amiiin.

Bandar Lampung, Desember 2012 Penulis


(1)

Allah pasti akan memberikan kedudukan yang tinggi

kepada orang-orang yang beriman serta mereka yang

menuntut ilmu pengetahuan

(Q.S. Al Mujadilah : 11)

Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan

buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada

orang-orang yang sabar

(Q.S. Al-Baqarah : 155)

Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling

bermanfaat diantara kamu. (Hadist)


(2)

Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT

KuPersembahkan Karya ini untuk:

Ayah dan Ibu tercinta :

Kakakku Asbar dan Junaedi, S.P atas Do a yang tak

henti, Bimbingan, Kasih sayang, Motivasi maupun

materiilnya untuk sebuah masa depan dan cita-citaku,

keponakan-keponakanku tersayang, serta

Keluarga besarku


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pajar Bulan pada tanggal 8 Mei 1988. Terlahir dari pasangan Bapak Ermi dan Ibu Neldawati, sebagai anak ke-3 dari tiga bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis yaitu : menyelesaikan SD Negeri 2 Bukit Kemuning (Lampung Utara) pada tahun 2000, dilanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bukit Kemuning (Lampung Utara) pada tahun 2003 dan SMA Negeri 1 Pesisir Tengah (Lampung Barat) pada tahun 2006.

Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Di tahun 2009 penulis mengikuti Praktek Umum (PU) di Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan - Lampung Timur. Selama menjadi Mahasiswa Ilmu Tanah penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah (DDIT).

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di berbagai kegiatan intra dan ekstra kampus antara lain ; Forum Studi Islam (FOSI FP) periode 2007/2009 di Bidang III Studi dan Syiar Islam (SSI) dan Forum Persaudaraan Mahasiswa Muslim Kampung Baru (FPM2KB), periode 2007/2009 di Divisi Sosialisasi Masyarakat (SOSMAS).


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Untaian Puji dan Syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Anugerah, Rahmat dan Limpahan Kasih Sayang-Nya sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, Sang Suri Tauladan Terbaik disetiap sisi kehidupan manusia hingga akhir zaman.

Skripsi dengan judul, “Pengaruh Lama Pengomposan Campuran Kotoran Sapi Segar dan Batuan Fosfat terhadap N-anorganik dan P-larut dalam Kompos”. Ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Ilmu Tanah, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini banyak menerima bantuan, dukungan, dan semangat dari berbagai pihak. Maka izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih, sebagai tanda penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sutopo Ghani Nugroho, M.Sc., selaku dosen pembimbing utama, serta dosen pembimbing akademik.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc selaku dosen pembimbing kedua, serta Selaku Ketua Bidang Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(5)

ii

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Kadir Salam, M.Sc., selaku dosen penguji .

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

6. Keluarga Besar Ibu Tabri, atas kesediaannya memberikan tempat bagi penulis. 7. Ayah Ermi, Ibu Neldawati, kakak-kakakku tercinta : Asbar dan Junaedi atas do’a yang tak henti, bimbingan, kasih sayang, motivasi maupun materiilnya untuk sebuah masa depan dan cita-citaku,

8. Sahabat-sahabat seperjuangan Soil Science 06’ : 3, Topik, Ryan, Dhenda, Ucok, Diky, Azis, Ferdi, Udin, Very, Cipto, Valent, Adi, Iby, Yani, Okta, Fitri, Tia, Kitink, Ial, Intan, Nhena, Elva, Andrisyah, Dedew, Pisca, Joe, Icha, Desi, Astri, Novi.

9. Teman – teman FPM2KB : kak Yudi I, Eko B, Faisal, Habudin, Romi, Afif, Eko W, Rasyid, Bukhari, Topik, mb Eva K, Umi L, Fitri L, Siti F, Sufiroh, dll. 11. Teman – teman pengurus FOSI FP’08/09 : Eko W, Rasyid, Jojo, Mono, Eko H, Yanto, Radius, Agung, Andika, Firistyana, Lutfhi, Desi, Dian, Dewi, Echi, Fajar, Helmi, Rahma, Elzana. Rapatkan Barisan, Perkokoh Ukhuwah, Raih Kemenangan Sejati. Allahu Akbar…

12. Keluarga Besar Asrama Bhineka : Dwi Suprayitno, Darwis Sagita, Abdul Darda, Rizki Hudi Oetoro, Muhamad Nurudin, Eko Bantolo, Eko Wahyudi, Linggar, Danang, Joko, Heru, Arif, Pras, Darso, Rohmad, dan Hendri. (atas canda, gangguan dan kekeluargaan selama kenangan 6,5 tahun yang tak terlupakan).


(6)

iii

14. Murobbi – murrobi Ku yang telah memberi andil dalam memperluas pemahaman tarbiyah Islamiah.

Akhirnya, semoga Allah SWT Yang Maha Mengetahui, Pengasih dan Penyayang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kalian atas semua kebaikkan yang tulus ikhlas diberikan hingga penulisan skripsi ini selesai,Amiiin.

Bandar Lampung, Desember 2012 Penulis