Hukum acara pidana 001

  Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak- tidaknya mendekati kebenaran meteriil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana.

  Kamis, 14 November 2013

UPAYA PAKSA

  Hukum Acara Pidana PENGERTIAN

Hukum Acara Pidana merupakan bagian dari hukum pidana atau disebut hukum formil. Hukum Acara

Pidana adalah Seperangkat aturan yang mengatur tentang tata cara berperkara di pengadilan. Tujuan

Hukum Acara Pidana adalah Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati

kebenaran materiil yaitu kebenaran yg selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan

menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari

siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran dan selanjutnya meminta

pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana

telah dilakukan dan apakah orang yg didakwakan tersebut dapat dipersalahkan. Fungsi Hukum Acara

Pidana ada 3 yaitu mencari dan mendapatkan kebenaran materiil, memberikan suatu putusan hakim,

melaksanakan keputusan hakim. Dasar Hukum

Sebelum tanggal 31 Desember 1981 yang berlaku adalah HIR setelah 31 Desember 1981 berlaku UU No.

8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Selain itu diatur juga dalamHukum Acara Pidana Khusus

misalnya, UU Peradilan anak, UU Pengadilan Militer. ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA 1. Asas legalitas.

  2. Asas keseimbangan.

  3. Asas praduga tak bersalah (presumption of innocent).

  4. Asas ganti rugi dan rehabilitasi.

  5. Asas unifikasi.

  6. Asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan.

  7. Asas oportunitas.

  8. Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum.

  9. Asas Equality Before The Law PROSEDUR HK ACARA PIDANA Sumber  Penyelidikan Penyidikan PU PN

                                                                    Laporan                 Polisi             Polisi/PNS           tersangka dan Bantuan Hukum Pengaduan Diketahui petugas

UPAYA PAKSA

  ecara etimologi upaya paksa adalah upaya yang dilakukan aparat penegak hukum berupa penangkapan, penahananm, penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan dalam rangka melaksanakan proses peradilan.  Sementara itu, Pakar Hukum Acara Pidana Universitas Islam Indonesia Mudzakkir mengakui sesungguhnya upaya paksa hanya dapat dilakukan pada tahap penyidikan. Karena penyelidikan itu menurut beliau belum sampai pada penegakan hukum pidana. Pengaturan upaya paksa secara eksplisit tercatat pada pasal 112 ayat 1 dan ayat 2 dalam Kitab Undang-Undang Acara Pidana. Macam-macam upaya paksa:       

  1. Penangkapan       

  2. Penahanan        

  a. Rumah Tahanan Negara       

  b. Lembaga Pemasyarakatan        

  c. Penahanan Rumah              

  d. Penahanan kota

  3. Penggeledahan        

  a. Penggeledahan badan       

  b. Penggeledahan rumah

         

  a. Barang Bukti              

  b. Bukan barang bukti ” dapat di-praperadil-kan)

  5. Pemeriksaan       

  6. Wajib Lapor Polisi

  PENANGKAPAN

  Penangkapan menurut ketentuan pasal 1 butir 20 KUHAP dinyatakan bahwa penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang di atur dalam Undang-undang ini. Menurut pasal 17 KUHAP ditentukan bahwa perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

  Apabila perumusan pasal 1 butir 20 dan pasal 17 tersebut dibaca secara cermat akan nampak adanya hal-hal yang membingungkan dan menimlkan kekaburan. Karena dalam pasal 1 butir 20 dinyatakan bahwa penangkapan adalah tindakan penyidik terhadap tersangka atau terdakwa guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan berdasarkan buti yang cukup’ . sedangkan menurut pasal 17 tindakan ”perintah) penangkapan dilakukan terhadap seseorang ”tidak tersurat sebagai tersangka atau terdakwa) yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup .

  Jadi kalau menurut pasal 1 butir 20 tindakan penangkapan di dasarkan pada bukti yang cukup sedangjan menurut pasal 17 tindakan penangkapan di dasarkan pada butki permulaan yang cukup. Meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Penangkapan berdasarkan pasal 17 KUHAP hanya berlaku untuk penangkapan guna kepentingan penyidikan sedangkan menurut pasal 1 butir 20 KUHAP selain untuk kepentingan penyidikan juga untuk penuntutan dan peradilan. untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian bukti dan bukti permulaan, maka terlebih dahulu maka perlu dipahami apa yang dimaksud dengan buikti dana barang bukti serta buikti permulaan. Hal ini sangat penting karena dalan praktek hukum sering kali timbul kerancuan dan kekaburan pengertian dikalangan aparat penegak hukum dan praktisi hukum terlebih dikalangan masyarakat yang awam hukum mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengertian bukti, barang bukti dan bukti permulaan  (HMA KUFFAL, SH, Penerapan

  KUHAP dalam Praktik Hukum, hal 57)

  PERSYARATAN PENANGKAPAN Untuk mencegah terjadinya tindakan terhadap tersangka atau terdakwa secara sewenang-wenang, maka pelaksanaan penangkapan harus dilakukan sesuai dengan persyaratan/ketentuan yang diatur KUHAP, yaitu sebagai berikut : 1.                                     Tindakan penangkapan dilakukan untuk kepentingan penyidikan penuntutan/peradilan ”pasal 1 butir 20);

  2.                    Perintah penangkapan terhadap tersangka yang diduga keras melakukan tindak pidana, baru dilakukan apabila penyidik telah memiliki alat bnukti permulaan yang cukup; ”pasal 1 butir 20 JO 17 KUHAP); 3.                    Pelaksanaan penangkapan dilakukan dengan surat perintah penangkapan ”model serse:A-5) yang ditanda tangani oleh kepala kesatuan/Instansi  ”KAPOLWIL, KAPOLRES atau KAPOLSEK) selaku penyidik [pasal 1 butir 60 JO 16 ayat ”2)]; Apabila yang melaksanakan penangkapan adalah penyidik/penyidik membantu, maka petugasnya cukup memberikan satu lembar kepada tersangka dan satu lembar kepada keluarga yang disangka ditangkap ”pasal 18).

  4.                    Surat perintah penangkapan berisi: ·           Pertimbangan  dan dasar hukum tindakan penangkapan

           

  · Identitas penangkapan yang tidak ditangkap ”ditulis secara lengkap           atau jelas) · Uraian singkat tentang tindak pidana yang dipersangkakan           · Tempat atau kantor dimana tersangka akan diperiksa ”pasal 18 ayat           1)                    · Jangka waktu berlakunya Surat Perintah penangkapan

  5. Setiap kali selesai melaksanakan SPRIN Penangkapan petugas pelaksana membuat Berita Acara Penangkapan ”model Serse  A.11.03/pasal 75                    KUHAP)

  6. Selain untuk kepentingan penyidikan, Penyidik atau Penyedik pembantu berwenang melakukan tindakan penangkapan terhadap tersangka atau terdakwa atas permintaan PU untuk kepentingan penuntutan, atau atas permintaan Hakim untuk kepentingan peradilan atau atas permintaan instansi atau penyidik lain atau Interpol ”pasal 7 ayat 1 huruf j Jo pasal 1                    butir 20 KUHAP)

  7. Terhadap tersangka pelaku pelanggaran, meskipun tidak dapat ditanglap akan tetapi apabila sudah dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidak mau memenuhi panggilan tanpa alasan yang sah, dapat ditanggap oleh Penyidik ”pasal 19 ayat 2 KUHAP)

  Penangkapan Dalam Keadaan Tertangkap Tangan

  Penangkapan Dalam Keadaan Tertangkap Tangan adalah tertangkapnya seseorang pada waktu melakukan tindak pidana, atau segera sesudahnya beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu ”pasal 1 butir 19 KUHAP).

  Orang atau Petugas yang Berwenang Melakukan Penangkapan dalam 

  Menurut KUHAP pasal 111 ayat ”1) dalam hal tertangkap tangan ”op

  

heterdaadbetrab/catch red-handed) maka setiap orang/ setiap warga  masyarakat

  berhak atau mempunyai hak untuk melakukan penangkapan terhadap tersangka  pelaku tindak pidana ”kejahatan atau pelanggaran) untuk selanjutnya diserahkan kepada penyelidik atau penyidik yang terdekat disertai atau tanpa disertai barang bukti. Selain kepada setiap orang yang oleh KUHAP diberikan hak untuk melakukan penangkapan tersangka dalam hal tertangkap tangan, maka KUHAP juga memberikan kewajiban kepada setiap orang yang mempunyai wewenang dalam tugas memelihara, menjaga, dan menegakkan ketertiban umum. Oleh karna KUHAP secara tersurat menyebutkan setiap orang maka hal tersebut dapat diartikan bahwa orang tersebut tidak harus berkedudukan sebagai pegawai negeri sipil/TNI/militer, bisa juga orang tersebut hanya seorang karyawan/petugas satuan pengamanan ”SATPAM) dari perusahan swasta atau Bank dan sejenisnya dengan syarat bahwa orang tersebut berdasarkan peraturan perundang-undanagan yang berlaku mempunyai tugas/wewengang/tanggung jawab yang berkaitan dengan ketertiban umum ”openbareorde/public order), ketentram umum ”openbare rust/public rest) dan keamanan umum ”algemene veiligheid/public security).

  Penagkapaan Di Daerah Terpencil

  Dalam hal pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan di suatu daerah terpencil yang untuk keperluan menangkap/membawa/menghadapkan tersangka/terdakwa memerlukan waktu melebihi 24 jam atau beberapa hari, maka kepada petugas penyelidik/POLRI yang bertugas melakukan penangkapan  perlu dibekali 3 macam surat perintah yaitu Surat Perintah Tugas  ”model SERSE:C.3),  Surat Perintah Membawa Tersangka/Saksi  ”model SERSE:A.4.01) dan Surat Perintah Penangkapan ”model SERSE:A.5). Dan petugas penyelidik/POLRI yang melakukan pembawaan/penangkapan wajib terlebih dahulu menunjukkan surat perintah tugas dan surat perintah membawa kepada orang atau tersangka yang akan dibawa”sebaiknya juga diberikan copynya kepada keluarga orang yang dibawa). Ketentuan mengenai yang diatur dalam KUHAP bab V bagian kesatu pasal 16 sampai 19 adalah penangkapan untuk kepentingan penyidikan, sedangkan penangkapan untuk kepentingan penuntutan dan peradilan tidak diatur secara jelas ”tersurat) dalam KUHAP. Menurut ketentuan yang diatur dalam KUHAP ”pasal 16 ayat ”2) jo pasal 1 butir 20 KUHAP ”kewenangan untuk melakukan penangkapan berbeda dengan kewenangan untuk melakukan penahanan. Kewenangan penahanan selain diberikan kepada penyidik, juga diberikan kepada penuntut umum dan hakim ”PN/PT/MA).

  PENAHANAN

  Dasar Hukum dalam melakukan penahanan oleh penyidik adalah: Pasal 7 ayat ”1) huruf ”d) KUHAP; Pasal 11 KUHAP; Pasal 20 ayat ”1) KUHAP; Pasal 21 s/d

  Pasal 31 KUHAP; Pasal 75 KUHAP; Pasal 123 KUHAP. Kewenangan mengeluarkan Surat Perintah Penahanan adalah Kepala Kesatuan atau Pejabat yang ditunjuk selaku penyidik/penyidik pembantu atau pelimpahan wewenang dari penyidik. Jenis penahanan dapat berupa ; Penahanan Rumah Tahanan Negara; Penahanan Rumah; Penahanan Kota.

  Jangka waktu penahanan 20 hari, apabila diperlukan untuk kepentingan penyidikan dapat diperpanjang selama 40 hari oleh Penuntut Umum atas permintaan penyidik yang bersangkutan. Dalam waktu satu hari setelah tersangka ditahan, harus mulai diperiksa. Setelah dilakukan penahanan harus dibuat Berita Acara Penahanan.

  PENGGELEDAHAN

  Dasar hukum penyidik untuk melakukan penggeledahan adalah Pasal 5 ayat ”1) huruf ”b) angka ”1) KUHAP; pasal 7 ayat ”1) huruf ”d) KUHAP; pasal 11 KUHAP; Pasal 37 KUHAP; Pasal 75 KUHAP; pasal 125 KUHAP; Pasal 126 KUHAP. Sasaran Penggeledahan adalah rumah dan tempat-tempat tertutup lainnya, pakaian, serta badan.

  PENYITAAN pasal 7 ayat ”1) huruf ”d) KUHAP, Pasal 11 KUHAP, Pasal 38 s/d Pasal 49 KUHAP, Pasal 128 s/d Pasal 132 KUHAP.

  Benda yang disita dapat berupa, Benda atau tagihan tersangka yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana, benda yang dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya, benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana, benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan, benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata  atau kepailitan.

  PEMERIKSAAN

  Yang menjadi dasar hukum dalam penyitaan adalah; Pasal 7 ayat ”1) huruf ”d) KUHAP; Pasal 11 KUHAP; Pasal 51 KUHAP; Pasal 53 KUHAP; Pasal 75 KUHAP;

  Pasal 112 s/d Pasal 120 KUHAP; Pasal 132 s/d Pasal 133 KUHAP Pemeriksaan merupakan kegiatan untunk mendapatkan keterangan, kejelasan dan keidentikan tersangka atau saksi atau barang bukti maupun tentang unsur-unsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti didalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan didalam Berita Acara Pemeriksaan.

  Yang berwenang megeluarkan pemeriksaan adalah penyidik atau penyidik pembantu. Pemeriksaan dilakukan atas dasar : Laporan Polisi; laporan hasil penyelidikan yang dibuat oleh petugas atas perintah atau penyidik atau penyidik pembantu; Berita Acara Pemeriksaan di TKP, Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan dan Penyitaan; Petunjuk dari Penuntut Umum untuk melakukan pemeriksaan tambahan; Dalam hal saksi/tersangka berada diluar wilayah hukum penyidik/penyidik pembantu yang melakukan penyidikan, dapat meminta bantuan penyidik/penyidik pembantu dari kesatuan dimana saksi /tersangka berada.  Metode pemeriksaan dapat menggunakan tehnik  Interview, interograsi, konfrontasi, serta rekonstruksi.

  Dalam pemeriksaan dipertanyakan pula apakah tersangka didengarnya pembantu wajib memanggil dan memeriksa saksi tersebut; Pada waktu dilakukan pemeriksaan, dilarang menggunakan kekerasan atau penekanan dalam bentuk apapun dalam pemeriksaan; Berita Acara Pemeriksaan Tersangka ditandatangani oleh penyidik/penyidik pembantu, tersangka dan Penasehat Hukum dan penterjemah bahasa ”bila melibatkan).

  Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang dia dengar sendiri, lihat sendiri, dan ia alami sendiri ”see Pasal 184 KUHAP tentang alat bukti yang sah). Dipanggil untuk datang sebagai saksi ”dipanggil penyidik ”Pasal 216 KUHAP) dan/atau hadir di pengadilan ”Pasal 224 KUHAP)) adalah kewajiban, bila ditolak dikenakan pidana.  Kemajuan teknologi menghadirkan  silent witnessyang dpat lebih dipercaya kebenarannya. Kelemahan saksi hidup :        

  · Kecakapan pancaindera         · Kemampuan mengingat suatu peristiwa         · Kemampuan menceritakan kembali mind record Sehingga penyidik dituntut bukan hanya cerdas, pandai dan ahli melainkan juga kesabaran, kebijaksanaan & pengetahuan tentang manusia.  Keterangan saksi diperiksa tersendiri, namun dapat juga dipertemukan ”confrontatie).  Saksi tidak boleh dipaksa menandatangani berita acara, penyidik cukup mencatatkan didalam berita acara dengan menyebutkan alasan nya ”Pasal                   118 KUHAP).

  Jika  dianggap perlu, penyidik dapat meminta bantuan orang ahli ”misal.dokter forensik untuk bedah mayat, psikologi). Untuk kepengtingan outopsi, penyidik wajib memperoleh izin dari pihak keluarga. Lewat 2 hari atau pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik dapat mengirimkan mayat tersebut untuk dilakukan outopsi ke Rumah sakit ”Pasal 134 KUHAP). Keterangan ahli adalah :

             informasi oleh seorang yang mewakili keahlian khusus

  •          guna kepentingan pemeriksaan          

    •                

    •         
    •                
    •                
    •         
    •         
    •          penyidikan dihentikan demi hukum.
    •        

      

      

      Penyidikan dikatakan selesai bila :

      Dalam waktu 7 hari setelah penuntut umum menerima hasil penyelidikan & penyidikan ada pemberitahuan dari penuntut umum ”Pasal 138 KUHAP)

      Penuntut Umum mempelajari hasil penyidikan & menelitinya apakah sudah lengkap atau tidak

      Meneliti adalah tindakan PU dalam mempersiapkan penuntutan, telah memenuhi syarat pembuktian dan telah sesuai  objek dan orang dalam berkas perkara

      Dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan berkas perkara kepada penyidik ”Pasal 110 ayat 4 KUHAP)

      Penyelidikan & penyidikan dihentikan bila :

      menurut pendapat penyidik tidak terdapat cukup alat bukti, atau

      peristiwa tersebut bukan merupakan peristiwa pidana, atau

      Dengan diterbitkan nya Surat Penetapan Penghentian Penyidikan ”SP3) dan memberitahukan kepada jaksa, tersangka dan keluarganya.

        FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS RIAU TERCINTA

      

      1

      1 komentar: Apa istilahnya untuk penangkapan paksa Masukkan komentar Anda...

      Beri komentar sebagai: Google Account

      Publikasikan Pratinjau

      

      Mengenai Saya

      Ikuti

    63 Ialah Sosok Pemuda kelahiran Aceh Timur, yang Menjadi Putra Daerah Rokan Hilir dan

      juga sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Riau Angkatan Tahun 2012 dengan Planning Spesialisasi Perdata Bisnis merupakan sosok Pribadi yang memiliki sifat 80% Koleris, 10% Sanguinis, 5% Melankolis, dan 5% Plegmatis. karena dominan akan sifat Koleris Inilah . . . yang Mendasari Ardi Armandanu selalu memiliki Ambisi

    yang kuat untuk menjadi Motor Penggerak Realisasi Hukuman Mati Tanpa Syarat Bagi Koruptor dimasa

    Depan. . . Demi Tujuan Mulia Menuju Indonesia High Tech dan Madani. . .