hukum pidana 001

  Edi Yuhermansyah, Edi Yuhermansyah, SHi.,LL.M SHi.,LL.M Materi Kuliah Hukum Materi Kuliah Hukum Pidana Pidana

  Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan

hukum yg berlaku di suatu negara, yg mengadakan hukum yg berlaku di suatu negara, yg mengadakan hukum yg berlaku di suatu negara, yg mengadakan hukum yg berlaku di suatu negara, yg mengadakan

1. 1. dasar-dasar dan aturan untuk : (Prof. Moeljatno) dasar-dasar dan aturan untuk : (Prof. Moeljatno) dasar-dasar dan aturan untuk : (Prof. Moeljatno) dasar-dasar dan aturan untuk : (Prof. Moeljatno) 1. 1.

menentukan perbuatan-perbuatan mana yg menentukan perbuatan-perbuatan mana yg menentukan perbuatan-perbuatan mana yg menentukan perbuatan-perbuatan mana yg

tidak boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertai tidak boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertai tidak boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertai tidak boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertai

ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu

bagi barangsiapa melanggar larangan tsb;  bagi barangsiapa melanggar larangan tsb;  bagi barangsiapa melanggar larangan tsb;  bagi barangsiapa melanggar larangan tsb;  2. 2. 2. 2. Criminal Act Criminal Act Criminal Act Criminal Act menentukan kapan dan dalam hal-hal apa menentukan kapan dan dalam hal-hal apa menentukan kapan dan dalam hal-hal apa menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yg telah melanggar larangan- kepada mereka yg telah melanggar larangan- kepada mereka yg telah melanggar larangan- kepada mereka yg telah melanggar larangan- larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yg telah diancamkan ;  pidana sebagaimana yg telah diancamkan ;  pidana sebagaimana yg telah diancamkan ;  pidana sebagaimana yg telah diancamkan ;  Criminal Liability/ Criminal Responsibility Criminal Liability/ Criminal Responsibility Criminal Liability/ Criminal Responsibility Criminal Liability/ Criminal Responsibility 1) dan 2) = Substantive Criminal Law / Hukum 1) dan 2) = Substantive Criminal Law / Hukum 1) dan 2) = Substantive Criminal Law / Hukum 1) dan 2) = Substantive Criminal Law / Hukum Pidana Materiil Pidana Materiil Pidana Materiil Pidana Materiil

  3.

  3.

  3. 3. menentukan dengan cara bagaimana menentukan dengan cara bagaimana menentukan dengan cara bagaimana menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah apabila ada orang yang disangka telah apabila ada orang yang disangka telah apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tsb.  Criminal Procedure/ melanggar larangan tsb.  Criminal Procedure/ melanggar larangan tsb.  Criminal Procedure/ melanggar larangan tsb.  Criminal Procedure/

  Pompe: Hukum Pidana adalah semua aturan Pompe: Hukum Pidana adalah semua aturan Pompe: Hukum Pidana adalah semua aturan Pompe: Hukum Pidana adalah semua aturan

  aturan hukum yang menentukan terhadap aturan hukum yang menentukan terhadap aturan hukum yang menentukan terhadap aturan hukum yang menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dijatuhi pidana, dan apakah macamnya dijatuhi pidana, dan apakah macamnya dijatuhi pidana, dan apakah macamnya dijatuhi pidana, dan apakah macamnya pidana itu. pidana itu. pidana itu. pidana itu.

  Van Hamel: Hukum Pidana adalah semua Van Hamel: Hukum Pidana adalah semua Van Hamel: Hukum Pidana adalah semua Van Hamel: Hukum Pidana adalah semua

  dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut oleh suatu negara dalam menyelenggarakan oleh suatu negara dalam menyelenggarakan oleh suatu negara dalam menyelenggarakan oleh suatu negara dalam menyelenggarakan ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu dengan ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu dengan ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu dengan ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu dengan melarang apa yang bertentangan dengan melarang apa yang bertentangan dengan melarang apa yang bertentangan dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu nestapa hukum dan mengenakan suatu nestapa hukum dan mengenakan suatu nestapa hukum dan mengenakan suatu nestapa kepada yang melanggar larangan-larangan kepada yang melanggar larangan-larangan kepada yang melanggar larangan-larangan kepada yang melanggar larangan-larangan tersebut tersebut tersebut tersebut Secara obyektif, hk pidana terbagi: Secara obyektif, hk pidana terbagi: Secara obyektif, hk pidana terbagi: Secara obyektif, hk pidana terbagi: 1.

  1.

  1.

  1. Hk pidana Materiil, yaitu perbuatan yg Hk pidana Materiil, yaitu perbuatan yg Hk pidana Materiil, yaitu perbuatan yg Hk pidana Materiil, yaitu perbuatan yg

  diancam dg hukuman, mengatur diancam dg hukuman, mengatur diancam dg hukuman, mengatur diancam dg hukuman, mengatur pertanggungjawaban thd hk pidana, pertanggungjawaban thd hk pidana, pertanggungjawaban thd hk pidana, pertanggungjawaban thd hk pidana, hukuman apa yg dpt dijatuhkan kpd org2 yg hukuman apa yg dpt dijatuhkan kpd org2 yg hukuman apa yg dpt dijatuhkan kpd org2 yg hukuman apa yg dpt dijatuhkan kpd org2 yg telah melanggar UU. telah melanggar UU. telah melanggar UU. telah melanggar UU.

  2.

  2.

  2.

  2. Hk pidana formil, yaitu: sejumlah peraturan Hk pidana formil, yaitu: sejumlah peraturan Hk pidana formil, yaitu: sejumlah peraturan Hk pidana formil, yaitu: sejumlah peraturan

  yg mengandung cara2 negara yg mengandung cara2 negara yg mengandung cara2 negara yg mengandung cara2 negara mempergunakan haknya untuk mengadili mempergunakan haknya untuk mengadili mempergunakan haknya untuk mengadili mempergunakan haknya untuk mengadili serta memberikan putusan thd seseorang yg serta memberikan putusan thd seseorang yg serta memberikan putusan thd seseorang yg serta memberikan putusan thd seseorang yg diduga melakukan tindak pidana. diduga melakukan tindak pidana. diduga melakukan tindak pidana. diduga melakukan tindak pidana.

  Pembagian Hukum Pidana: 1.

  Ketentuan Pidana dalam Peraturan perundang-undangan non-pidana

  Ketentuan Pidana dalam Peraturan perundang-undangan non-pidana

  2. Tertulis tidak terkodifikasi:  UU Pidana di luar KUHP 

  KUHP (beserta UU yang merubah & menambahnya)

  1. Tertulis dan terkodifikasi:

  Hukum Pidana Materiil (Hukum Pidana) 2. Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana)

  Pembagian Hukum Pidana: 1.

  Ketentuan Pidana dalam Peraturan perundang-undangan non-pidana

  2. Tertulis tidak terkodifikasi:  UU Pidana di luar KUHP 

  KUHP (beserta UU yang merubah & menambahnya)

  1. Tertulis dan terkodifikasi:

  Hukum Pidana Materiil (Hukum Pidana) 2. Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana)

  Hukum Pidana Materiil (Hukum Pidana) 2. Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana)

  Pembagian Hukum Pidana: 1.

SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI INDONESIA

SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI INDONESIA

SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI INDONESIA

SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI INDONESIA

  UU Pidana di luar KUHP

  1. Tertulis dan terkodifikasi:

  KUHP (beserta UU yang merubah & menambahnya)

  2. Tertulis tidak terkodifikasi:

  

  UU Pidana di luar KUHP

  Ketentuan Pidana dalam Peraturan perundang-undangan non-pidana

  Pembagian Hukum Pidana: 1.

  Hukum Pidana Materiil (Hukum Pidana) 2. Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana)

  1. Tertulis dan terkodifikasi:

  KUHP (beserta UU yang merubah & menambahnya)

  2. Tertulis tidak terkodifikasi:

  

KUHP: KUHP: KUHP: KUHP:

  ps 1 ps 1 ps 1 ps 1 ps ps ps ps

      Buku I : Ketentuan Umum ( Buku I : Ketentuan Umum ( Buku I : Ketentuan Umum ( Buku I : Ketentuan Umum (

  103) 103) 103) 103) Ketentuan-ketentuan dalam Bab Ketentuan-ketentuan dalam Bab Ketentuan-ketentuan dalam Bab Ketentuan-ketentuan dalam Bab

  Pasal 103  Pasal 103  Pasal 103  Pasal 103  I sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagi I sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagi I sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagi I sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagi

  perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan perundang-undangan lainnya diancam dengan perundang-undangan lainnya diancam dengan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang pidana, kecuali jika oleh undang-undang pidana, kecuali jika oleh undang-undang pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain ditentukan lain ditentukan lain ditentukan lain

      Buku II : Kejahatan (ps 104 Buku II : Kejahatan (ps 104 Buku II : Kejahatan (ps 104 Buku II : Kejahatan (ps 104 488) 488) 488) 488)

Buku III : Pelanggaran (ps 489 Buku III : Pelanggaran (ps 489 Buku III : Pelanggaran (ps 489 Buku III : Pelanggaran (ps 489 569) 569) 569) 569)

     

  Azas-Azas Hukum Pidana: Azas-Azas Hukum Pidana: Azas-Azas Hukum Pidana: Azas-Azas Hukum Pidana: Yaitu: norma dasar yg dijabarkan dr hk positif yg Yaitu: norma dasar yg dijabarkan dr hk positif yg Yaitu: norma dasar yg dijabarkan dr hk positif yg Yaitu: norma dasar yg dijabarkan dr hk positif yg

  oleh ilmu hk tdk dianggap berasal dr aturan2 yg oleh ilmu hk tdk dianggap berasal dr aturan2 yg oleh ilmu hk tdk dianggap berasal dr aturan2 yg oleh ilmu hk tdk dianggap berasal dr aturan2 yg lebih umum. lebih umum. lebih umum. lebih umum.

  1.

  1.

  1.

  1. Legalitas dan Retroaktif (psl 1 KUHP), (psl 28i Legalitas dan Retroaktif (psl 1 KUHP), (psl 28i Legalitas dan Retroaktif (psl 1 KUHP), (psl 28i Legalitas dan Retroaktif (psl 1 KUHP), (psl 28i

  UUD 45) UUD 45) UUD 45) UUD 45) Nullum delictum, nulla poena sine praevia lege Nullum delictum, nulla poena sine praevia lege Nullum delictum, nulla poena sine praevia lege Nullum delictum, nulla poena sine praevia lege poenali poenali poenali poenali

  2. Teritorial; (Ps 2 --> Ps 3 KUHP --> Ps 95 KUHP , UU No 4/1976) , UU No 4/1976) , UU No 4/1976) , UU No 4/1976) 3.

  2. Teritorial; (Ps 2 --> Ps 3 KUHP --> Ps 95 KUHP

  2. Teritorial; (Ps 2 --> Ps 3 KUHP --> Ps 95 KUHP

  2. Teritorial; (Ps 2 --> Ps 3 KUHP --> Ps 95 KUHP

  3.

  3.

  3. Nasional Aktif / personal (Ps 5 KUHP --> Ps 7 Nasional Aktif / personal (Ps 5 KUHP --> Ps 7 Nasional Aktif / personal (Ps 5 KUHP --> Ps 7 Nasional Aktif / personal (Ps 5 KUHP --> Ps 7

  KUHP --> Ps 92 KUHP) KUHP --> Ps 92 KUHP) KUHP --> Ps 92 KUHP) KUHP --> Ps 92 KUHP) 4.

  4.

  4.

  4. Pasif / perlindungan (Ps 4 :1,2 dan 4 --> Ps 8 Pasif / perlindungan (Ps 4 :1,2 dan 4 --> Ps 8 Pasif / perlindungan (Ps 4 :1,2 dan 4 --> Ps 8 Pasif / perlindungan (Ps 4 :1,2 dan 4 --> Ps 8

  KUHP , UU No. 4/1976 , Ps 3 UU No. 7/ drt/ KUHP , UU No. 4/1976 , Ps 3 UU No. 7/ drt/ KUHP , UU No. 4/1976 , Ps 3 UU No. 7/ drt/ KUHP , UU No. 4/1976 , Ps 3 UU No. 7/ drt/ 1955 Lihat Ps 16 UU 31/1999) 1955 Lihat Ps 16 UU 31/1999) 1955 Lihat Ps 16 UU 31/1999) 1955 Lihat Ps 16 UU 31/1999)

  5. Universal (Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976)

  5. Universal (Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976)

  5. Universal (Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976)

  5. Universal (Ps 4 :2 , Ps 4 sub 4 , Ps 1 UU 4/ 1976)

  Hub hukum pidana dg ilmu2 lainnya: 1.

  Kriminologi: kajian kejahatan 2. Viktimologi ; kajian ttg korban 3. Sosiologi hk: hubungan hkm (pidana) dg sosial kemasyarakatan

  4. Politik hk: kebijakan hkm pdn 5.

  Filsafat; 6. Forensik; dll

  Hub hukum pidana dg ilmu2 lainnya: 1.

  Kriminologi: kajian kejahatan 2. Viktimologi ; kajian ttg korban 3. Sosiologi hk: hubungan hkm (pidana) dg sosial kemasyarakatan

  4. Politik hk: kebijakan hkm pdn 5.

  Filsafat; 6. Forensik; dll

  Hub hukum pidana dg ilmu2 lainnya: 1.

  Kriminologi: kajian kejahatan 2. Viktimologi ; kajian ttg korban 3. Sosiologi hk: hubungan hkm (pidana) dg sosial kemasyarakatan

  4. Politik hk: kebijakan hkm pdn 5.

  Filsafat; 6. Forensik; dll

  Hub hukum pidana dg ilmu2 lainnya: 1.

  Kriminologi: kajian kejahatan 2. Viktimologi ; kajian ttg korban 3. Sosiologi hk: hubungan hkm (pidana) dg sosial kemasyarakatan

  4. Politik hk: kebijakan hkm pdn 5.

  Filsafat; 6. Forensik; dll Delik/Tindak Pidana/Peristiwa Pidana/Perbuatan Pidana a.

  pengertian;  Simons : kelakuan yg diancam dg pidana, yg

  pengertian;  Simons : kelakuan yg diancam dg pidana, yg

  dalam UU, melawan hukum, yg patut dipidana & dilakukan dg kesalahan b.

  

 Van Hamel : kelakuan manusia yg dirumuskan

  bersifat melawan hukum yg berhubungan dg kesalahan & dilakukan oleh orang yg mampu bertanggung jawab

  pengertian;  Simons : kelakuan yg diancam dg pidana, yg

  Delik/Tindak Pidana/Peristiwa Pidana/Perbuatan Pidana a.

  jenis;  Delik Kejahatan & Delik pelanggaran  Delik Materiil & Delik Formil  Delik Komisi & Delik Omisi  Delik Dolus & Delik Culpa  Delik Biasa & Delik Aduan

  dalam UU, melawan hukum, yg patut dipidana & dilakukan dg kesalahan b.

  

 Van Hamel : kelakuan manusia yg dirumuskan

  bersifat melawan hukum yg berhubungan dg kesalahan & dilakukan oleh orang yg mampu bertanggung jawab

  Delik/Tindak Pidana/Peristiwa Pidana/Perbuatan Pidana a.

  bersifat melawan hukum yg berhubungan dg kesalahan & dilakukan oleh orang yg mampu bertanggung jawab

  jenis;  Delik Kejahatan & Delik pelanggaran  Delik Materiil & Delik Formil  Delik Komisi & Delik Omisi  Delik Dolus & Delik Culpa  Delik Biasa & Delik Aduan

  dalam UU, melawan hukum, yg patut dipidana & dilakukan dg kesalahan b.

  

 Van Hamel : kelakuan manusia yg dirumuskan

  bersifat melawan hukum yg berhubungan dg kesalahan & dilakukan oleh orang yg mampu bertanggung jawab

  pengertian;  Simons : kelakuan yg diancam dg pidana, yg

  Delik/Tindak Pidana/Peristiwa Pidana/Perbuatan Pidana a.

  jenis;  Delik Kejahatan & Delik pelanggaran  Delik Materiil & Delik Formil  Delik Komisi & Delik Omisi  Delik Dolus & Delik Culpa  Delik Biasa & Delik Aduan

  dalam UU, melawan hukum, yg patut dipidana & dilakukan dg kesalahan b.

  

 Van Hamel : kelakuan manusia yg dirumuskan

  jenis;  Delik Kejahatan & Delik pelanggaran  Delik Materiil & Delik Formil  Delik Komisi & Delik Omisi  Delik Dolus & Delik Culpa  Delik Biasa & Delik Aduan

  Prof. Simon: Prof. Simon: Prof. Moeljatno: Prof. Moeljatno:

  a. Handeling

  a. Handeling

  a. kelakuan dan (perbuatan (perbuatan akibat ( = akibat ( = manusia) manusia) perbuatan) perbuatan) b. Melawan

  a. kelakuan dan

  b. Melawan

  b. hal ikhwal atau hukum hukum keadaan yg keadaan yg c. Diancam dg

  b. hal ikhwal atau

  c. Diancam dg menyertai menyertai pidana oleh UU pidana oleh UU perbuatan perbuatan d. Mampu

  d. Mampu

  c. keadaan bertanggung bertanggung tambahan yg tambahan yg jawab jawab memberatkan memberatkan e. Perbuatan trjdi

  c. keadaan

  e. Perbuatan trjdi

  d. unsur melawan

  d. unsur melawan

  Unsur2 di luar Unsur2 di luar Unsur2 dalam perumusan: Unsur2 dalam perumusan: Unsur2 dalam perumusan: Unsur2 dalam perumusan:

  A. Unsur Obyektif

  A. Unsur Obyektif

  A. Unsur Obyektif perumusan: perumusan:

  A. Unsur Obyektif

  • perbuatan (aktif/pasif) - perbuatan (aktif/pasif) - perbuatan (aktif/pasif) - perbuatan (aktif/pasif)
  • secara - se
  • akibat - akibat - akibat - akibat

  melawan melawan

  • melawan hukum - melawan hukum - melawan hukum - melawan hukum

  hukum hukum

  • syarat tambahan - syarat tambahan - syarat tambahan - syarat tambahan
  • dapat - d
  • keadaan - keadaan - keadaan - keadaan

  dipersalahkan dipersalahkan

  • dapat - dapat

  B. Unsur Subyektif dipertanggung dipertanggung

  B. Unsur Subyektif

  B. Unsur Subyektif

  B. Unsur Subyektif

  • kesalahan : - kesalahan : - kesalahan : - kesalahan :

  jawab kan jawab kan (a) sengaja (a) sengaja (a) sengaja (a) sengaja (b) kealpaan (b) kealpaan (b) kealpaan (b) kealpaan

  • keadaan - keadaan - keadaan - keadaan

  Contoh unsur2 dalam rumusan tindak pidana Contoh unsur2 dalam rumusan tindak pidana Contoh unsur2 dalam rumusan tindak pidana

  Pasal 259: Pasal 259: Pasal 285: Pasal 285:

  • Barangsiapa -Barangs>Barangsiapa -Barangsiapa dengan kekerasan dengan keker
  • Karena -Karena

  atau atau

  Kealpaannya Kealpaannya

  • ancaman -anc
  • Menyebabka -Menyebabka

  kekerasan kekerasan

  n orang lain n orang lain

  • Memaksa -Memaksa

  mati mati

  • seorang wanita -seorang wanita
  • bersetubuh -bersetubuh dengan dia dengan dia

  

Pertanggungjwaban pidana (criminal responsibility) Pertanggungjwaban pidana (criminal responsibility) Pertanggungjwaban pidana (criminal responsibility) Pertanggungjwaban pidana (criminal responsibility)

  Kaitanya adala dg subyek hk: manusia/badan hk, Kaitanya adala dg subyek hk: manusia/badan hk, Kaitanya adala dg subyek hk: manusia/badan hk, Kaitanya adala dg subyek hk: manusia/badan hk, yg mnjadi pndukung hak dan kewajiban. yg mnjadi pndukung hak dan kewajiban. yg mnjadi pndukung hak dan kewajiban. yg mnjadi pndukung hak dan kewajiban.

  

Roscoe Pound: sbg suatu kewajiban utk membayar Roscoe Pound: sbg suatu kewajiban utk membayar Roscoe Pound: sbg suatu kewajiban utk membayar Roscoe Pound: sbg suatu kewajiban utk membayar

  pembalasan yg diterima pelaku dr seseorang yg pembalasan yg diterima pelaku dr seseorang yg pembalasan yg diterima pelaku dr seseorang yg pembalasan yg diterima pelaku dr seseorang yg tlh dirugikan. tlh dirugikan. tlh dirugikan. tlh dirugikan.

  Maksudnya: untuk menentukan apakah org Maksudnya: untuk menentukan apakah org Maksudnya: untuk menentukan apakah org Maksudnya: untuk menentukan apakah org tersebut dapat dipertanggungjawabkan atasnya tersebut dapat dipertanggungjawabkan atasnya tersebut dapat dipertanggungjawabkan atasnya tersebut dapat dipertanggungjawabkan atasnya pidana atau tidak trhdp tindakan yg dilakukanya pidana atau tidak trhdp tindakan yg dilakukanya pidana atau tidak trhdp tindakan yg dilakukanya pidana atau tidak trhdp tindakan yg dilakukanya itu. itu. itu. itu.

  Van Hamel: kemampuan utk bertanggung jawab Van Hamel: kemampuan utk bertanggung jawab Van Hamel: kemampuan utk bertanggung jawab Van Hamel: kemampuan utk bertanggung jawab

  scr hk adalah suatu kondisi kematangan scr hk adalah suatu kondisi kematangan scr hk adalah suatu kondisi kematangan scr hk adalah suatu kondisi kematangan kenormalan psikis yg mencakup kemampuan kenormalan psikis yg mencakup kemampuan kenormalan psikis yg mencakup kemampuan kenormalan psikis yg mencakup kemampuan lainya. lainya. lainya. lainya.

  . . .

  • klasifikasi: klasifikasi: klasifikasi: • •

  Penanggung Penanggung Penanggungj Penanggungj jawab jawab awab awab sebagian: sebagian: penuh: penuh:

  • Poger: - Poger:
  • Dader; - Dader;

  pelaku pelaku

  • Mededade - Mededade percobaan TP percobaan TP r r
  • >Medepleg - Medepleg Medeplichtige Medeplichtige er er
  • Doen - Doen

  

Percobaan tindak pidana (poging) Percobaan tindak pidana (poging) Percobaan tindak pidana (poging) Percobaan tindak pidana (poging)

PASAL 53 KUHP: PASAL 53 KUHP: PASAL 53 KUHP: PASAL 53 KUHP:

  (1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika (1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika (1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika (1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya niat untuk itu telah ternyata dari adanya niat untuk itu telah ternyata dari adanya niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri. karena kehendaknya sendiri. karena kehendaknya sendiri. karena kehendaknya sendiri. (2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, (2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, (2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, (2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga. dalam hal percobaan dikurangi sepertiga. dalam hal percobaan dikurangi sepertiga. dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.

  (3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati (3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati (3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati (3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama 15 tahun. pidana penjara paling lama 15 tahun. pidana penjara paling lama 15 tahun. pidana penjara paling lama 15 tahun. (4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan (4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan (4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan (4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai. kejahatan selesai. kejahatan selesai. kejahatan selesai.

  POGING/PERCOBAAN TP Pengertian:  Permulaan kejahatan yang belum selesai;  Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarang

  POGING/PERCOBAAN TP Pengertian:  Permulaan kejahatan yang belum selesai;  Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarang

  hukuman oleh undang-undang sebab perbuatan itu melanggar kepentingan hukum atau membahayakan kepentingan hukum

  Syarat-syarat percobaan:  Niat  Permulaan Pelaksanaan

 Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-

  mata disebabkan karena kehendaknya sendiri

  Delik dikatakan selesai apabila:

 Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatan

  yang dilarang telah dilakukan

   Pada delik materiil : delik selesai apabila akibat

  yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh

  dan diancam hukuman oleh undang-undang;

  dan diancam hukuman oleh undang-undang;

   Poging adalah perluasan pengertian delik;  Suatu perbuatan dilarang dan diancam dengan

  hukuman oleh undang-undang sebab perbuatan itu melanggar kepentingan hukum atau membahayakan kepentingan hukum

  Syarat-syarat percobaan:  Niat  Permulaan Pelaksanaan

 Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-

  mata disebabkan karena kehendaknya sendiri

  Delik dikatakan selesai apabila:

 Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatan

  yang dilarang telah dilakukan

   Pada delik materiil : delik selesai apabila akibat

   Poging adalah perluasan pengertian delik;  Suatu perbuatan dilarang dan diancam dengan

  POGING/PERCOBAAN TP Pengertian:  Permulaan kejahatan yang belum selesai;  Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarang

  dan diancam hukuman oleh undang-undang;

  yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh

   Poging adalah perluasan pengertian delik;  Suatu perbuatan dilarang dan diancam dengan

  hukuman oleh undang-undang sebab perbuatan itu melanggar kepentingan hukum atau membahayakan kepentingan hukum

  Syarat-syarat percobaan:  Niat  Permulaan Pelaksanaan

 Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-

  mata disebabkan karena kehendaknya sendiri

  Delik dikatakan selesai apabila:

 Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatan

  yang dilarang telah dilakukan

   Pada delik materiil : delik selesai apabila akibat

  POGING/PERCOBAAN TP Pengertian:  Permulaan kejahatan yang belum selesai;  Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarang

  yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh

  dan diancam hukuman oleh undang-undang;

   Poging adalah perluasan pengertian delik;  Suatu perbuatan dilarang dan diancam dengan

  hukuman oleh undang-undang sebab perbuatan itu melanggar kepentingan hukum atau membahayakan kepentingan hukum

  Syarat-syarat percobaan:  Niat  Permulaan Pelaksanaan

 Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-

  mata disebabkan karena kehendaknya sendiri

  Delik dikatakan selesai apabila:

 Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatan

  yang dilarang telah dilakukan

   Pada delik materiil : delik selesai apabila akibat

  yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh

      Percobaan yg Sempurna : Voleindigde Poging --> Percobaan yg Sempurna : Voleindigde Poging --> Percobaan yg Sempurna : Voleindigde Poging --> Percobaan yg Sempurna : Voleindigde Poging --> Bentuk-bentuk poging: Bentuk-bentuk poging: Bentuk-bentuk poging: Bentuk-bentuk poging:

apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia

telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karena selesainya kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karena selesainya kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karena selesainya kejahatan, tetapi kejahatan tidak selesai karena     Percobaan yg Tertangguh : Geschorte Poging --> Percobaan yg Tertangguh : Geschorte Poging --> Percobaan yg Tertangguh : Geschorte Poging --> Percobaan yg Tertangguh : Geschorte Poging --> suatu hal suatu hal suatu hal suatu hal

apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia apabila seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia

telah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagi telah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagi telah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagi telah melakukan beberapa perbuatan yg diperlukan bagi

tercapainya kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan ia tercapainya kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan ia tercapainya kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan ia tercapainya kejahatan, tetapi kurang satu perbuatan ia terhalang oleh suatu hal terhalang oleh suatu hal terhalang oleh suatu hal terhalang oleh suatu hal

  

    Percobaan yg Tidak Sempurna : Ondeugdelijke Poging - Percobaan yg Tidak Sempurna : Ondeugdelijke Poging - Percobaan yg Tidak Sempurna : Ondeugdelijke Poging - Percobaan yg Tidak Sempurna : Ondeugdelijke Poging -

  • > apabila seseorang berkehendak melakukan suatu -> apabila seseorang berkehendak melakukan suatu -> apabila seseorang berkehendak melakukan suatu -> apabila seseorang berkehendak melakukan suatu kejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan yg kejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan yg kejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan yg kejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidak diperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidak diperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidak diperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidak berhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atau berhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atau berhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atau berhasil disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atau obyek (sasaran) tidak sempurna. obyek (sasaran) tidak sempurna. obyek (sasaran) tidak sempurna. obyek (sasaran) tidak sempurna.

  Hal-hal yg memberatkan pidana (maksimum Hal-hal yg memberatkan pidana (maksimum Hal-hal yg memberatkan pidana (maksimum plus 1/3) plus 1/3) plus 1/3) Yg memperberat: Yg memperberat:

  Yg memperingan: Yg memperingan:

  a. Samenloop (psl 63

  a. Samenloop (psl 63

  a. Poging / percobaan KUHP) KUHP)

  a. Poging / percobaan

  (psl 53 & 54 KUHP) (psl 53 & 54 KUHP)

  b. Recedive:

  b. Recedive:

  b. Medeplichtigheid /

  b. Medeplichtigheid / tanggung jawab tanggung jawab membantu melakukan membantu melakukan ulang ulang

  57-60 KUHP) 57-60 KUHP)

  TP (psl TP (psl

  c. Belum cukup umur / anak-

  c. Belum cukup umur / anak-

  c. Krn

  c. Krn

  anak (psl 47 KuhP) anak (psl 47 KuhP)

  jabatan/tanggungj jabatan/tanggungj awab jabatan (psl awab jabatan (psl

  52 KUHP)

  52 KUHP)

  

Alasan peniadaan pidana Alasan peniadaan pidana

  Alasan Pembenar: alasan yg menghapuskan sifat melawan hk dr pd pristiwa pdn, sehingga tdk mrupakan prstiwa pdn:

  Alasan pemaaf:

  

Alasan peniadaan pidana

  Alasan Pembenar: alasan yg menghapuskan sifat melawan hk dr pd pristiwa pdn, sehingga tdk mrupakan prstiwa pdn:

  Alasan pemaaf:

  • Overmacht/daya paksa (psl 48 KUHP)
  • Bela paksa melampaui batas;
  • melaksanakan perintah jabatan yg tdk sah
  • org yg tdk mampu bertanggung jwb (anak2 dan org gila)<
  • Overmacht/daya paksa (psl 48 KUHP)
  • Bela paksa melampaui batas;
  • melaksanakan perintah jabatan yg tdk sah
  • org yg tdk mampu bertanggung jwb (anak2 dan org gila)
  • Noodwer/bela paksa (psl 49 KUHP)
  • Menjalankan perintah UU (psl 50)
  • Menjalankan perintah
  • Noodwer/bela paksa (psl 49 KUHP)
  • Menjalankan perintah UU (psl 50)
  • Menjalankan perintah

  Hilangnya hak negara dlm menuntut dan Hilangnya hak negara dlm menuntut dan Hilangnya hak negara dlm menuntut dan menjlankan pidana menjlankan pidana menjlankan pidana

  Hilangnya hak negara Hilangnya hak negara Hilangnya hak negara Hilangnya hak negara menuntut: menuntut: menjalankan pidana: menjalankan pidana:

  a. Nebis in idem (psl 76

  a. Nebis in idem (psl 76

  a. Meninggalnya KUHP) KUHP) terdakwa (psl 83) terdakwa (psl 83)

  a. Meninggalnya

  b. Meninggalnya

  b. Meninggalnya

  b. Kadaluwarsa (psl 84) terdakwa (psl 77) terdakwa (psl 77) c. Grasi (UU No.

  b. Kadaluwarsa (psl 84)

  c. Grasi (UU No.

  c. Kadaluwarsa/verjarin 22/2002) 22/2002) g (psl 78) g (psl 78) d. Penyelesaian di luar

  c. Kadaluwarsa/verjarin

  d. Penyelesaian di luar pengadilan (psl 82) pengadilan (psl 82) e. Amnesti dan Abolisi

  e. Amnesti dan Abolisi

  Perbarengan TP / Concursus / Samenloop Perbarengan TP / Concursus / Samenloop Perbarengan TP / Concursus / Samenloop Perbarengan TP / Concursus / Samenloop

  terjadi dua/lebih TP oleh satu org dmn TP terjadi dua/lebih TP oleh satu org dmn TP terjadi dua/lebih TP oleh satu org dmn TP terjadi dua/lebih TP oleh satu org dmn TP yg dilakukan pertama kali belum dijatuhi yg dilakukan pertama kali belum dijatuhi yg dilakukan pertama kali belum dijatuhi yg dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara TP yg prtma dg TP pidana, atau antara TP yg prtma dg TP pidana, atau antara TP yg prtma dg TP pidana, atau antara TP yg prtma dg TP brikutnya blm dibatasi oleh suatu putusan brikutnya blm dibatasi oleh suatu putusan brikutnya blm dibatasi oleh suatu putusan brikutnya blm dibatasi oleh suatu putusan hakim hakim hakim hakim

  Bantuk-bentuk perbarengan: Bantuk-bentuk perbarengan: Bantuk-bentuk perbarengan: Bantuk-bentuk perbarengan: 1.

  1.

  1.

  1. Concursus idealis (psl 63) Concursus idealis (psl 63) Concursus idealis (psl 63) Concursus idealis (psl 63) 2.

  2.

  2.

  2. Concursus realis (psl 65-71) Concursus realis (psl 65-71) Concursus realis (psl 65-71) Concursus realis (psl 65-71) 3.

  3.

  3.

  3. Perbuatan berlanjut (psl 64) Perbuatan berlanjut (psl 64) Perbuatan berlanjut (psl 64) Perbuatan berlanjut (psl 64)

  Sistem pemidanaan concursus: Sistem pemidanaan concursus: Sistem pemidanaan concursus: Sistem pemidanaan concursus: 1.

  1.

  1.

  1. Stelsel kumulasi murni: penjumlahan Stelsel kumulasi murni: penjumlahan Stelsel kumulasi murni: penjumlahan Stelsel kumulasi murni: penjumlahan 2.

  2.

  2.

  2. Absorpsi murni: hisapan Absorpsi murni: hisapan Absorpsi murni: hisapan Absorpsi murni: hisapan 3.

  3.

  3.

  3. Apsorpsi diperberat/dipertajam: pidna Apsorpsi diperberat/dipertajam: pidna Apsorpsi diperberat/dipertajam: pidna Apsorpsi diperberat/dipertajam: pidna

  trtinggi dtmbah sepertiga nya trtinggi dtmbah sepertiga nya trtinggi dtmbah sepertiga nya trtinggi dtmbah sepertiga nya 4.

  4.

  4.

  4. Kumulasi terbatas: semua diancam pidana Kumulasi terbatas: semua diancam pidana Kumulasi terbatas: semua diancam pidana Kumulasi terbatas: semua diancam pidana

  ttp tdk blh mlebihi pidana trberat ditambah ttp tdk blh mlebihi pidana trberat ditambah ttp tdk blh mlebihi pidana trberat ditambah ttp tdk blh mlebihi pidana trberat ditambah sepertiga. sepertiga. sepertiga. sepertiga.

KAUSALITAS KAUSALITAS KAUSALITAS KAUSALITAS 1.

  1.

  1.

1. Pengertian Pengertian Pengertian Pengertian

  Hal sebab-akibat Hal sebab-akibat Hal sebab-akibat Hal sebab-akibat

          Hubungan logis antara sebab dan akibat Hubungan logis antara sebab dan akibat Hubungan logis antara sebab dan akibat Hubungan logis antara sebab dan akibat     Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab

  sekaligus menjadi sebab peristiwa lain sekaligus menjadi sebab peristiwa lain sekaligus menjadi sebab peristiwa lain sekaligus menjadi sebab peristiwa lain Sebab dan akibat membentuk rantai yang Sebab dan akibat membentuk rantai yang Sebab dan akibat membentuk rantai yang Sebab dan akibat membentuk rantai yang

     

  bermula di suatu masa lalu bermula di suatu masa lalu bermula di suatu masa lalu bermula di suatu masa lalu Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum

     

  pidana (bukan makna di atas), tetapi makna pidana (bukan makna di atas), tetapi makna pidana (bukan makna di atas), tetapi makna pidana (bukan makna di atas), tetapi makna yang dapat dilekatkan pada pengertian yang dapat dilekatkan pada pengertian yang dapat dilekatkan pada pengertian yang dapat dilekatkan pada pengertian kausalitas agar mereka dapat menjawab kausalitas agar mereka dapat menjawab kausalitas agar mereka dapat menjawab kausalitas agar mereka dapat menjawab persoalan siapa yang dapat dimintai persoalan siapa yang dapat dimintai persoalan siapa yang dapat dimintai persoalan siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas suatu akibat pertanggungjawaban atas suatu akibat pertanggungjawaban atas suatu akibat pertanggungjawaban atas suatu akibat tertentu tertentu tertentu tertentu

  Teori-teori ajaran kausalitas:

  a. Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von Buri)

  b. Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima : Birkmeyer , Mulder

  c. Teori-teori menggeneralisasi : teori Adekuat (Von Kries, Simons, Pompe, Rumelink)

  Teori-teori ajaran kausalitas:

  a. Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von Buri)

  b. Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima : Birkmeyer , Mulder

  c. Teori-teori menggeneralisasi : teori Adekuat (Von Kries, Simons, Pompe, Rumelink)

  Teori-teori ajaran kausalitas:

  a. Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von Buri)

  b. Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima : Birkmeyer , Mulder

  c. Teori-teori menggeneralisasi : teori Adekuat (Von Kries, Simons, Pompe, Rumelink)

  Teori-teori ajaran kausalitas:

  a. Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von Buri)

  b. Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima : Birkmeyer , Mulder

  c. Teori-teori menggeneralisasi : teori Adekuat (Von Kries, Simons, Pompe, Rumelink)

  Sistem pembuktian Sistem pembuktian Sistem pembuktian Sistem pembuktian (Pasal 183-189 KUHAP) (Pasal 183-189 KUHAP) (Pasal 183-189 KUHAP) (Pasal 183-189 KUHAP)

  M. Yahya Harahap: ketentuan yg berisi M. Yahya Harahap: ketentuan yg berisi M. Yahya Harahap: ketentuan yg berisi M. Yahya Harahap: ketentuan yg berisi penggarisan dan pedoman ttg cara2 yg penggarisan dan pedoman ttg cara2 yg penggarisan dan pedoman ttg cara2 yg penggarisan dan pedoman ttg cara2 yg dibenarkan UU membuktikan kesalahan yg dibenarkan UU membuktikan kesalahan yg dibenarkan UU membuktikan kesalahan yg dibenarkan UU membuktikan kesalahan yg didakwakan kpd terdakwa. didakwakan kpd terdakwa. didakwakan kpd terdakwa. didakwakan kpd terdakwa.

  Soebekti: meyakinkan hakim ttg kebenaran Soebekti: meyakinkan hakim ttg kebenaran Soebekti: meyakinkan hakim ttg kebenaran Soebekti: meyakinkan hakim ttg kebenaran dalil2 yg dikemukakan dlm suatu dalil2 yg dikemukakan dlm suatu dalil2 yg dikemukakan dlm suatu dalil2 yg dikemukakan dlm suatu persengketaan persengketaan persengketaan persengketaan

  Bukti: Sesuatu yg menyatakan kebenaran Bukti: Sesuatu yg menyatakan kebenaran

    suatu peristiwa; keterangan nyata. suatu peristiwa; keterangan nyata.

  Alat bukti: segala sesuatu yg ada Alat bukti: segala sesuatu yg ada

   

  hubungannya dg suatu perbuatan, dimana dg hubungannya dg suatu perbuatan, dimana dg alat2 bukti tersebut, dapat dipergunakan alat2 bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian guna sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yg kebenaran adanya suatu tindak pidana yg telah dilakukan terdakwa. telah dilakukan terdakwa.

  1.

  1. Keterangan saksi; Keterangan saksi; 2.

  2. Keterangan ahli; Keterangan ahli; 3.

  3. Surat; Surat; 4.

  4. Petunjuk; Petunjuk; 5.

  5. Keterangan terdakwa. Keterangan terdakwa.

  Lihat: Lihat: . Ps. 1 butir 27, 28 KUHAP . Ps. 1 butir 27, 28 KUHAP . Ps. 187 ayat (1) huruf c . Ps. 187 ayat (1) huruf c . Ps. 188 ayat (1): Petunjuk adalah perbuatan, . Ps. 188 ayat (1): Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yg karena persesuainya, kejadian atau keadaan, yg karena persesuainya, baik antara yg satu dg yg lain, maupun dg TP itu baik antara yg satu dg yg lain, maupun dg TP itu sendiri, yg menandakan telah terjadi suatu TP. sendiri, yg menandakan telah terjadi suatu TP.

  . Ps. 189 ayat (1) . Ps. 189 ayat (1)

  1.

  1. Barang yg dipergunakan utk melakukan TP; Barang yg dipergunakan utk melakukan TP; 2.

  2. Barang yg dipergunakan utk membantu Barang yg dipergunakan utk membantu

  melakukan TP; melakukan TP; 3.

  3. Barang yg menjadi tujuan dilakukanya suatu Barang yg menjadi tujuan dilakukanya suatu

  TP; TP; 4.

  4. Barang/benda yg dihasilkan dr TP; Barang/benda yg dihasilkan dr TP; 5.

  5. Barang tsb dpt memberi ket bagi Barang tsb dpt memberi ket bagi

  penyelidikan TP; penyelidikan TP; 6.

  6. Barang bukti merupakan penunjang alat Barang bukti merupakan penunjang alat

  bukti mempunyai kedudukan yg sangat bukti mempunyai kedudukan yg sangat penting dlm perkara pidana. penting dlm perkara pidana. Menguatkan kedudukan alat bukti yg Menguatkan kedudukan alat bukti yg

  sah (p. 184): sah (p. 184): Mencari dan menemukan kebenaran Mencari dan menemukan kebenaran   materiil atas perkara sidang yg materiil atas perkara sidang yg ditangani; ditangani;

Dapat menguatkan keyakinan hakim Dapat menguatkan keyakinan hakim

  • atas kesalahan terdakwa. atas kesalahan terdakwa.

  Sistem pembuktian: Sistem pembuktian: Sistem pembuktian: Sistem pembuktian: 1.

  1.

  1.

  1. Conviction intime &gt; berdasarkan keyakinan Conviction intime &gt; berdasarkan keyakinan Conviction intime &gt; berdasarkan keyakinan Conviction intime &gt; berdasarkan keyakinan

  hakim belaka hakim belaka hakim belaka hakim belaka 2.

  2.

  2.

  2. Wetterlijk stelsel &gt; berdasarkan UU positif Wetterlijk stelsel &gt; berdasarkan UU positif Wetterlijk stelsel &gt; berdasarkan UU positif Wetterlijk stelsel &gt; berdasarkan UU positif 3.

  3.

  3.

  3. Conviction Rasionne &gt; keyakinan hakim atas Conviction Rasionne &gt; keyakinan hakim atas Conviction Rasionne &gt; keyakinan hakim atas Conviction Rasionne &gt; keyakinan hakim atas

  alasan yg logis alasan yg logis alasan yg logis alasan yg logis 4.

  4.

  4.

  4. Negatif wetterlijk bewijks theorie &gt; Negatif wetterlijk bewijks theorie &gt; Negatif wetterlijk bewijks theorie &gt; Negatif wetterlijk bewijks theorie &gt;

  berdasarkan UU secara negatif berdasarkan UU secara negatif berdasarkan UU secara negatif berdasarkan UU secara negatif

  Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi Penafsiran (Interpretasi) dan Analogi

  Every legal norm needs interpretation (Matheld Every legal norm needs interpretation (Matheld Every legal norm needs interpretation (Matheld Every legal norm needs interpretation (Matheld Boot) Boot) Boot) Boot)

  Namun yg lebih sering Namun yg lebih sering . Otentik . Otentik . Otentik . Otentik digunakan hanya 4: digunakan hanya 4:

  . Sistematis . Sistematis . Sistematis . Sistematis

  1. Gramatikal; Restriktif

  1. Gramatikal;

  2. Sistematis ; . Gramatikal . Gramatikal . Gramatikal . Gramatikal

  2. Sistematis ;

  3. Historis; . Historis . Historis . Historis . Historis

  3. Historis;

  Ekstensi Ekstensi

  4. Teleologis; f f . Sosiologis . Sosiologis . Sosiologis . Sosiologis . Teleologis . Teleologis . Teleologis . Teleologis . Ekstensif, dll . Ekstensif, dll . Ekstensif, dll . Ekstensif, dll

  4. Teleologis;

  

Politik Hukum pidana (penal policy)

Politik hukum, soedarto: a.

  

Usaha utk meuwujudkan peraturan2 yg baik sesuai dg

keadaan dan situasi pd suatu saat b.