3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Untuk dapat memahami keterkaitan antara aspek ekologis dengan lokasi dari situs-situs candi yang ditemukan di Bali khususnya situs candi tebing, maka
diperlukan sejumlah sumber refrensi yang ada kaitannya dengan masalah yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dikemukakan beberapa
pandangan dari para ahli. Leslie A. White 1949 sebagaimana di kutip oleh Kresno Yulianto 1990
dalam tulisannya Arti Teknologi bagi Masyarakat Plawangan pada Masa Perundagian,
menjelaskan bahwa adaptasi adalah suatu usaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan tertentu.Tulisan dari White ini
menjadi penting dalam upaya memahami tingkah laku masyarakat masa lalu dalam menentukan lokasi sesuai dengan peradaban yang mereka miliki.
Dalam perspective yang sama, Hari Poerwanto 2006 dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan dan lingkungan dalam Perspektive Antropologi
menjelaskan bahwa untuk tapat mempertahankan kesinambungan hidupanya manusia menciptakan kebudayaan. Dengan kebudayaan yang mereka ciptakan,
maka manusia dapat berkembang dan tetap sirvive karena ia mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan secara timbale balik. Dari
penjelasan ini dapat diketahui bagaimana manusia masa lalu senantiasa berusaha untuk dapat beradaptasi dengan kondisi ekologis termasuk pula dalam mendirikan
bangunan candi.
4 Kemudian Stella Kramrisch 1946 dalam bukunya The Hindu Temple
menjelaskan bahwa pendirian banguan suci kuil haruslah berdekatan dengan air tirtha, karena air mempunyai potensi untuk membersihkan, menyucikan dan
menyuburkan.Karenanya, menjadi syarat,bahwa pendirian sebuah kuil sebagai pertanda kesucian suatu tempat dan sebagai pusat dan sasaran pemujaan, harus
berdekatan dengan air, demikian Soekmono 977 menegaskannya.Pandangan Kramrisch dan juga Soekmono ini, sangatlah relefan apabila dikaitkan dengan
kondiri candi-candi yang ada Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.
5
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN