Pengarug Pupuk Kandang Kelinci Dan Pupuk NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)

(1)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK

(16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

(

Theobroma cacao

L.)

SKRIPSI

OLEH :

HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013


(2)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK

(16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

(

Theobroma cacao

L.)

SKRIPSI

OLEH :

HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI

Usulan penelitian sebagai salah satu syarat melakukan penelitian di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci dan Pupuk NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)

Nama : Hendrikson Ferrianto Sitompul

NIM : 090301128

Departemen : Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi : Agronomi

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Mengetahui,

Ir. T Sabrina.M AgrSc.PhD Ketua Departemen Agroekoteknologi Ketua

(Ir. Toga Simanungkalit, MP.) NIP :1959 0728 198702 1 001

Anggota

(Ir. Lisa Mawarni, MP.) NIP : 1964 0526 198903 2 003


(4)

ABSTRAK

HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL : Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci dan Pupuk NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.), dibimbing oleh Toga Simanungkalit dan Lisa Mawarni.

Salah satu faktor yang menentukan mutu bibit kakao adalah media tumbuh yang memiliki kesuburan kimia dan fisika, agar dapat diperoleh bibit yang baik dan sehat untuk pertumbuhan selanjutnya. Kesuburan media tumbuh dapat diperbaiki atau ditingkatkan dengan pemupukan anorganik maupun organik, diantaranya adalah dengan memanfaatkan pupuk kandang kelinci yang merupakan salah satu jenis kotoran padat dari kandang kelinci dan diolah menjadi pupuk serta pupuk NPK (16:16:16) yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan kakao pada media pembibitan. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan September 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial denga dua faktor yaitu dosis pupuk kandang kelinci (0, 50, 100, dan 150 g/polibag) dan dosis pupuk NPK (0, 4, 8, dan 12 g/polibag). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, dan bobot basah akar. Pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk kandang kelinci 150 g/polibag


(5)

ABSTRACT

HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL : Response of Rabbit manure and NPK (16:16:16) fertilizer on cocoa seedlings growth, supervised by TOGA SIMANUNGKALIT and LISA MAWARNI.

One of the factors that determine the quality of cocoa seedlings are growing medium that has a chemical and physical fertility, in order to obtain a good and healthy seeds for further growth. Growing media fertility can be improved or enhanced with inorganic or organic fertilizer, such as Rabbit manure, which is one type of solid waste rabbit manure and NPK fertilizer, is expected to increase the growth of cocoa seedling. This research had been conducted at experimental field of Fakultas Pertanian USU in Julyy 2013 until September 2013, using factorial randomized block design with two factor, i.e. dose of rabbit boats fertilizer (0, 50, 100, and 150 gram per polybag) and dose of NPK fertilizer (0 ,4, 8, and 12 gram per polybag). Parameter observed were plant height, stem diameter, number of leaf, summarize of leaf area, fresh weight of shoot, fresh weight of root, dry weight of shoot and dry weight of root.

The result showed response of rabbit boats fertilizer on cocoa seed significantly increase plant height, stem diameter, number of leaf, summarize of leaf area, fresh weight of shoot, dry weight of shoot and fresh weight of root. NPK fertilizer significantly not affect the parameter. Interaction of both significantly not affect the parameter. The best results from this experimental were obtained in the treatment of rabbit manure at 150 g/polybag.

Keywords: rabbit manure, NPK, cocoa seed .


(6)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2011 Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-3 di dunia dengan produksi 721.231 ton, dibawah negara Pantai Gading dan Ghana dengan produksi 1,4 juta ton dan 1,1 juta ton. Volume ekspor kakao Indonesia tahun 2011 sebesar 936 266 ton dengan nilai Rp. 1.613.535.000. Luas areal produksi kakao di Indonesia tahun 2011 sebesar 1 677 254 ha dengan 94 % luas areal adalah perkebunan rakyat (Ditjenbun, 2011).

Untuk mendukung pengembangan tanaman kakao agar berhasil dengan baik, langkah awal usaha budidaya kakao yang baik adalah mempersiapkan bahan tanam di pembibitan. Karena pembibitan merupakan pertumbuhan awal suatu tanaman sebagai penentu pertumbuhan selanjutnya maka pemeliharaan dalam pembibitan harus lebih intensif dan diperhatikan. Selain pemupukan, pertumbuhan bibit kakao juga dipengaruhi jenis tanah yang digunakan sebagai media (Syamsulbahri, 1996).

Pada saat ini permasalahan yang dihadapi dalam pembibitan kakao pada skala besar adalah keterbatasan tanah top soil sebagai media tanam di polibag. Pada kenyataannya ketersediaan tanah sub soil yang cukup banyak di lapangan sudah mulai digunakan sebagai pengganti media tanam sub soil. Pada umumnya tanah sub soil mempunyai nilai kesuburan yang lebih rendah dibandingkan tanah top soil, antara lain ditunjukan dengan rendahnya kandungan bahan organik dan ketersediaan unsur hara, sehingga jika ingin mendapatkan pertumbuhan bibit


(7)

kakao yang baik pada tanah sub soil maka kandungan bahan organik dan unsur hara harus ditingkatkan.

Kotoran kelinci merupakan salah satu alternatif sebagai pupuk organik dikarenakan kelinci dengan berat badan 1 kg menghasilkan 28,0 g kotoran lunak per hari dan mengandung 3 g protein serta 0,35 g nitrogen dari bakteri atau setara 1,3 g protein. Kotoran kelinci dikenal sebagai sumber pupuk organik yang potensial untuk tanaman hortikultura. Pemanfaatan limbah ini diduga berpengaruh signifikan dalam suatu integrasi usaha sayuran ternak berbasis kelinci di sentra-sentra produksi hortikultura. Pada saat ini, pupuk kandang kelinci belum pernah dimanfaatkan dan digunakan pada pembibitan tanaman perkebunan bahkan sangat sedikit informasi penggunaan pupuk organik dari kotoran kelinci yang hanya banyak dimanfaatkan pada tanaman hortikultura misalnya jagung, kacang-kacangan, dan ubi (Rahardjo dkk.,2010).

Pupuk NPK (nitrogen phosphate kalium) merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Bentuk pupuk NPK yang sekarang beredar di pasaran adalah pengembangan dari bentuk-bentuk NPK lama yang kadarnya masih rendah. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 16-16-16 dan 8-20-15. Kadar lain yang tidak terlalu umum beredar adalah 6-12-15, 12-12-12 atau 20-20-20. Tiga tipe pupuk NPK tersebut juga sangat populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman. (Marsono dan Sigit, 2001).

Pemberian pupuk organik merupakan tindakan pengelolaan yang diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisik,


(8)

meningkatkan efisiensi pemberian pupuk organik yang pada gilirannya dapat menunjang produksi yang maksimal. Pemberian bahan organik dan pupuk anorganik (N, P dan K) merupakan suatu usaha dalam memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki keseimbangan hara yang terdapat dalam tanah. Fungsi bahan organik adalah (1) memperbaiki struktur tanah, (2) menambah ketersediaan unsur hara N, P, dan S, (3) meningkatkan kemampuan tanah mengikat air (4) memperbesar kapasitas tukar kation (KTK) dan (5) mengaktifkan organisme (Rachman dkk., 2008).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.).

Hipotesis Penelitian

Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.).

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembibitan kakao.


(9)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Sistematika tanaman kakao menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004) adalah : Kingdom : Plantae ; divisio : Spermatophyta; subdivisio : Angiospermae; kelas : Dicotyledoneae ; ordo : Dialypetale ; famili : Malvales ; genus : Theobroma ; spesies : Theobroma cacao L

Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat, yakni mencapai 1 cm pada umur 1 minggu, 16-18 cm pada umur satu bulan dan 25 cm pada umur tiga bulan. Laju pertumbuhannya kemudian melambat dan untuk mencapai mencapai panjang 50 cm diperkirakan memakan waktu dua tahun. Kedalaman akar tunggang menembus tanah dipengaruhi oleh kondisi air tanah dan struktur tanah. Pada tanah yang jeluknya dalam dan berdrainase baik, akar tunggang kakao dewasa mencapai kedalaman 1,0-1,5 m (Wahyudi dkk., 2008).

Pertumbuhan batang kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrof atau tunas air, sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrotrof atau cabang kipas. Tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8-3,0 meter pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5-7,0 meter (Pusat Penelitian kopi dan Kakao Indonesia, 2004).


(10)

tunas biasanya berwarna merah dan disebut daun flus, permukaannya sutera. Setelah dewasa, warna daun akan berubah menjadi hijau dan permukaannya kasar. Pada umumnya daun-daun yang terlindung lebih tua warnanya bila dibandingkan dengan daun yang langsung terkena sinar matahari (Siregar dkk., 1997).

Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga (cushion). Bunga kakao disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkar yang tersusun dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 tangkai sari yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkotanya panjang 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan biasanya terdapat dua garis merah. Bagian ujung berupa lembaran tipis, fleksibel dan berwarna putih (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).

Kulit buah ada yang halus dan ada yang kasar, tetapi dasarnya kulit buah beralur 10 yang letaknya berselang-seling. Buah kakao masak setelah berumur 5-6 bulan, tergantung pada elevasi tempat penanaman. Pada saat buah masak, ukuran yang terbentuk cukup beragam dengan ukuran berkisar 10-30 cm, berdiameter 7-15 cm, tetapi tergantung pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama proses perkembangan buah (Wahyudi dkk., 2008).

Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang berwarna putih dan rasanya manis. Pulp tersebut mengandung zat penghambat perkecambahan namun


(11)

karena biji kakao tidak memiliki masa dorman maka seringkali biji dalam buah pun dapat tumbuh bila terlambat dipanen. Biji kakao terdiri dari kulit biji atau testa, dua kotiledon yang saling meliapat dan embrio yang terdiri dari epikotil, hipokotil dan radikula (Susanto,1994).

Syarat Tumbuh Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keberhasilan budidaya tanamn, termasuk budidaya kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh pada garis lintang 100 LS-100 LU dan pada ketinggian 0-600 m dpl (Wahyudi dkk., 2008).

Faktor suhu sangat berhubungan dengan tinggi tempat. Pada umumnya kakao di usahakan pada ketinggian kurang dari 300 m dpl. Suhu maksimal untuk kakao sekitar 300C-320C, sedangkan suhu minimum sekitar 180C-210C. Bila suhu terlalu tinggi menyebabkan hilangnya dormansi apikal dan tunas ketiak daun tumbuh menjadi daun kecil-kecil. Sedangkan suhu terlalu rendah menyebabkan daun seperti terbakar dan bunga mengering (Susanto, 1994).

Tanaman kakao menghendaki lingkungan yang dengan kelembapan tinggi dan konstan, yakni diatas 80%. Nilai kelembapan ini merupakan mikrolimat hujan tropis yang dapat menjaga kestabilan tanaman. Kelembapan tinggi bisa mengimbangi evapotranspirasi tanaman dan mengompensasi curah hujan yang rendah (Wahyudi dkk., 2008).

Kakao tergolong sebagai tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada


(12)

fotosintesis setiap daun cokelat yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30% dari cahaya matahari penuh atau pada 15% dari cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang menjadi lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak (Siregar dkk., 1997).

Curah hujan adalah faktor iklim terpenting dalam budidaya kakao. Tanaman kakao membutuhkan curah hujan yang sebarannya merata atau curah hujan tahunannya lebih besar dari evapotranspirasinya. Kisaran curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah 1500-2500 mm/ tahun (Wahyudi dkk.,2008).

Tanah

Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran pH 4,0-8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0-7,5 dimana unsur-unsur hara dalam tanah dapat tersedia bagi tanaman. Pada pH yang tinggi misalnya lebih dari 8,0 kemungkinan tanaman akan kekurangan unsur hara dan akan keracunan Al, Mn dan Fe pada pH rendah, misalnya kurang dari 4,0 (Susanto, 1994).

Tanah yang cocok untuk tanaman kakao adalah yang berstektur geluh lempung (clay loam) yang merupakan perpaduan antara 50% pasir, 10-20% debu, dan 30-40% lempung berpasir. Tekstur tanah ini dianggap memilki kemampuan menahan air yang tinggi dan memilki sirkulasi udara yang baik (Wahyudi dkk., 2008).

Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu diatas 3%. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara dan daya simpan lengas tanah. Tingginya kemampuan absorbsi menandakan bahwa daya pegang tanah


(13)

terhadap unsur-unsur hara cukup tinggi dan selanjutnya melepaskannya untuk diserap akar tanaman (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Tanaman kakao dapat tumbuh dan berproduksi pada jenis tanah ultisol yang dikenal dengan solum tanahnya antara 1,3-5,0 m, tanah podsolik merah hingga kuning, teksturnya lempung berpasir sampai lempung liat, gembur, kandungan haranya rendah, tanah andosol dapat dikenal dengan solum tanah yang tebal antara 1-2 m, berwarna hitam kelabu sampai coklat tua (Widya, 2008).

Kandungan hara pada tanah ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada tanah ultisol yang mempunyai horizon kandik, kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan organik lapisan atas. Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak memberi kontribusi pada kapasitas tukar kation tanah, sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas tanah ultisol dapat dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan, dan pemberian bahan organik (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Media tanam yang biasa digunakan dalam pembibitan kakao adalah berupa campuran antara tanah dan pupuk organik. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan perbandingan dan campuran medium tumbuh antara satu tempat dengan tempat yang lain. Di Malaysia banyak perkebunan menerapkan campuran lapisan atas tanah yang cukup berliat dan pasir kasar dengan perbandingan 2 : 1 Wood (1989). Menurut Soeratno (1980)


(14)

tanah lapisan atas dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Menurut Zulfan (1988) dan Erwiyono (1990) menganjurkan apabila digunakan tanah lapisan atas jenis podsolik merah kuning untuk medium tumbuh bibit kakao, sebaiknya dicampur dengan pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1, sedangkan Wahyudi (1986) dan Soetanto (1991) menganjurkan perbandingan tanah dan pupuk kandang 2 : 1 untuk tanah lapisan atas. Rekomendasi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (1997), yaitu dengan perbandingan komposisi 1 : 1 : 1. (tanah : pasir : bokashi).

Pupuk Kandang Kelinci

Kelinci pada awalnya adalah ternak liar yang sulit dijinakkan. Tetapi sejak dua puluh abad yang silam hewan ini sudah mulai dijinakkan. Pada umumnya tujuan pemeliharaan kelinci adalah untuk ternak hias ,penghasil daging, kulit dan untuk hewan percobaan. Manfaat lain yang bisa diambil dari kelinci adalah hasil ikutannya yang dapat dijadikan pupuk, kerajinan dan pakan ternak (Kartadisastra, 2001).

Potensi kelinci tidak hanya sebagai penghasil daging yang sehat dan sebagai penghasil kulit bulu (fur) dan wool. Selain dari pada itu kotoran kelinci merupakan sumber pupuk kandang yang baik karena mengandung unsur hara N, P dan K yang cukup baik dan arena kandungan proteinnya yang tinggi (18% dari berat kering) sehingga kotoran kelinci masih dapat diolah menjadi pakan ternak (Suradi, 2005).

Sistem pencernaan kelinci berbeda dengan ternak ruminasia, sehingga kandungan unsur hara pada kotorannya berbeda. Sistem pencernaan pada kelinci dapat mencerna serat kasar lebih rendah karena waktu transit yang cepat dalam


(15)

saluran pencernaan. Kemudian komposisi kotoran kelinci lunak dan diselaputi mukosa yang mengandung bahan protein yang tinggi (28,5%) sedangkan pada kotoran kerasnya 9,2% (Rahardjo dkk., 2010).

Tingginya protein ini disebabkan populasi mikroba dalam sekum yang sangat aktif dalam memanfaatkan nitrogen dari urea darah yang masuk sekum dan protein mikroba ini turut menyumbang tingginya kadar protein dalam kotoran. Pada tabel terlihat nitrogen dan fospor papuk kandang dari kotoran kelinci lebih tinggi dibandingkan ternak ruminansia, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan kotoran unggas dan guano. Lebih rendahnya ini disebabkan faktor makanan, ternak unggas maupun burung penghasil guano dengan makanan utama bijia-bijian dan serangga yang memiliki kandungan protein lebih tinggi dari pada serat kasarnya (Rahardjo dkk., 2010).

Tabel 1 .Kandungan zat hara beberapa kotoran ternak

Nama Ternak N (%) P (%) K (%)

Unggas 5,0 3,0 1,5 Kerbau 0,6 0,3 0,34

Sapi 0,4 0,2 0,1 Guano 8,5 5,0 1,5 Domba 0,75 0,5 0,45 Ayam 1,00 0,8 0,4 Kelinci 2,62 2,46 1,86 Sumber : Karama dkk. (1991)

Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan


(16)

jumlah ion yang tercuci, sedangkan asam humat berkorelasi negatif dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci (Prasetyo dkk., 2006).

Senyawa-senyawa organik yang ada di dalam tubuh tanaman pada umumnya mengandung nitrogen. Beberapa senyawa nitrogen yang ada di dalam tubuh tanaman seperti protein, asam-asam amino, enzim-enzim, bahan penghasil energi seperti ADP, ATP, dan klorofil. Tanaman tidak dapat melakukan metabolisme bila kahat nitrogen untuk membentuk bahan-bahan vital tersebut nitrogen berperan sebagai penyusun klorofil yang dapat meningkatkan fotosintesis pada tanaman. Fosfor berperan dalam pembelahan sel dan pembentukan lemak, pembentukan bunga, buah, dan biji, merangsang perkembangan akar, dan meningkatkan kwalitas hasil tanaman. Kalium memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, metabolisme dan sintesis protein, mengaktifkan berbagai jenis enzim, serta mengatur membuka dan menutup stomata dan hal-hal yang berkaitan dengan air. Kalsium berperan penting untuk pembentukan lamella tengah sel, karena berperan dalam hal sintesa kalsium pekat. Kalsium juga berperan mencegah pengguguran serta proses menuanya daun, serta penyusun dinding sel. Magnesium berperan sebagai penyusun klorofil, pembentukan gula, mengatur penyerapan unsur hara lainnya, menstimulasi pembentukan minyak dan lemak, serta berperan dalam translokasi pati di dalam tubuh tanaman (Damanik dkk., 2010).

Pupuk NPK (16:16:16)

Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk


(17)

NPK yang mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), amonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4) dan kalium klorida (KCL). Kadar unsur hara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti dalam pupuk itu terdapat 10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai P2O5) dan 15 % kalium (sebagai K2O). Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis tanaman yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan perbandingan N, P dan K tertentu. Di, Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam (Imran, 2005).

Pupuk NPK yang dibutuhkan pada tanaman kakao NPK dengan kandungan 16% N, 16% P, 16% K (16:16:16). Pemberian pupuk diberikan pada usia tanaman kakao di pembibitan berusia 4 minggu. Pupuk NPK yang diberikan sebanyak 2 sampai 4 gram per tanaman, dengan tujuan untuk menyuburkan pertumbuhan, pupuk NPK dilakukan tiap 1 sampai 4 bulan sekali (Widya. 2008).

Pupuk NPK merupakan sebutan dari unsur yang dikandungnya, bukan merek. Celakanya lagi ialah merek dagang pupuk NPK ada sangat banyak dengan kadar hara yang berbeda-beda. Misalnya NPK Holland dan NPK Mutiara yang sama-sama pupuk NPK, tetepai kadar N, P, dan K nya berlainan. Oleh karena itu, sebaiknya disebutkan merek dagangnnya atau kalu tidak sebutkan hara yang dikandungnya. Misalnya, disebutkan NPK (15-15-15) maka akan diperoleh pupuk majemuk NPK berkadar N 15%, P 15% dan K 15%. (Lingga dan Marsono, 2004)

Pada masa vegetatif tanaman membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman yang sehat dan kuat sehingga ia menyerap nutrien atau


(18)

jumlah tunas batang baru berlangsung dengan cepat. Dalam masa pertumbuhan tanaman, seperti juga pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya. Protein diambil dari unsur nitrogen. Contoh pupuk yang banyak dibutuhkan untuk masa vegetatif adalah urea, NPK (15:15:15), pupuk kandang dan humus (Prihmantoro, 1997).

Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai subtansi penting di dalam tanaman. Sekitar 40-50% kandungan protoplasma yang merupakan substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat dan enzim. Karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada saat pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun (Novizan, 2002).

Menurut Lindawati dkk (2000), pupuk nitrogen merupakan pupuk yang sangat penting bagi semua tanaman, karena nitrogen merupakan penyusun dari semua senyawa protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen juga memiliki peranan yaitu merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Nitrogen penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis.

Pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang kurang sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat. Hal ini berarti

penggunaan pupuk dan input lainnya diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi. Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan, karena kelebihan atau


(19)

ketidaktepatan pemberian pupuk merupakan pemborosan yang berarti mempertinggi input. Keefisienan pupuk diartikan sebagai jumlah kenaikan hasil yang dapat dipanen atau parameter pertumbuhan lainnya yang diukur sebagai akibat pemberian satu satuan pupuk/hara.

Bagi tanaman pupuk fospor berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar semai, memacu dan memperkuat tanaman, meningkatkan produksi biji-bijian. Unsur P merupakan bahan pembentukan sel inti, selain itu mempunyai peranan penting bagi pembelahan sel serta perkembangan jaringan meristematik. Dapat membentuk ikatan fosfat yang dipergunakan untuk mempercepat proses-proses fisologis (Sutejo, 2002).

Secara umum dapat disimpulkan bahwa kalium memegang peranan penting dalam peristiwa-peristiwa fisiologis seperti metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, metabolisme protein dan sintesis protein, mengawasi dan mengatur aktivitas berbagai unsur mineral, mengaktifkan berbagai kerja enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, netralisasi asam-asam organik bagi hasil fisiologis, mengatur membuka dan menutup stomata dan hal-hal yang berkaitan dengan air (Damanik dkk., 2010).

Hara yang diserap tanaman dimanfaatkan untuk berbagai proses metabolisme dalam menjaga fungsi fisiologis tanaman. Gejala fisiologis sebagai efek pemupukan diantaranya dapat diamati melalui parameter yaitu bobot segar, bobot kering, kadar klorofil daun nitrogen dan magnesium jaringan. Unsur nitrogen akan meningkatkan warna hijau daun, mendorong pertumbuhan batang dan daun sedangkan magnesium merupakan faktor untuk pembentukan klorofil


(20)

Pemupukan yang diberikan pada tanaman sebaiknya harus memperhatikan kaedah 4 T (tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara) untuk mendukung pertumbuhan dan produksi yang baik pada tanaman. Tepat jenis merupakan salah satu faktor yang penting dalam tata laksana pemupukan sesuai kebutuhan unsur hara pada tanaman. Dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, artinya dosis tidak terlalu sedikit atau banyak yang dapat menyebabkan pemborosan atau dapat merusak akar tanaman. Waktu pemberian pupuk juga haruslah tepat, misalnya pemberian pupuk yang terlalu awal sebelum bertanam misalnya untuk pupuk-pupuk yang bersifat mudah larut dan mudah tercuci seperti pupuk nitrogen tidak effisien. Cara pemupukan perlu juga diperhatikan sebab cara pemupukan yang salah dapat menimbulkan kerugian (Damanik dkk., 2010).


(21)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai dengan September 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao lindak, polibag ukuran 25 x 30 cm atau ± 5 kg, tanah sub soil ultisol, pasir, pupuk kandang kelinci, pupuk NPK (16:16:16), fungisida, bambu sebagai pondasi naungan, daun nipah sebagai atap naungan, dan bahan-bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, parang, handsprayer, meteran, timbangan analitik, dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan, sebagai berikut :

Faktor 1: Perlakuan pemberian pupuk kandang kelinci dengan 4 taraf, yaitu: K0 : Tanpa pupuk

K1 : 50 gr/polibag K2 : 100 gr/polibag K3 : 150 gr/polibag


(22)

Faktor 2: Dosis Pupuk NPK (16:16:16) dengan 4 taraf, yaitu: N0 : Tanpa pupuk

N1 : 4 gram / polibag N2 : 8 gram / polibag N3 :12 gram / polibag

Sehingga diperoleh 16 kombinasi, yaitu:

K0N0 K1N0 K2N0 K3N0 K0N1 K1N1 K2N1 K3N1 K0N2 K1N2 K2N2 K3N2 K0N3 K1N3 K2N3 K3N3 Jumlah ulangan = 3

Jumlah Kombinasi = 16 Jumlah plot penelitian = 48 Jumlah sampel/plot = 3 Jumlah tanaman / plot = 4

Jumlah tanaman seluruhnya = 192 tanaman Jumlah sampel seluruhnya = 144 tanaman Jarak antar blok = 50 cm Jarak antar plot = 30 cm Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:


(23)

Yijk =  + i + j + k + ()jk + ijk

dimana: Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i yang diberi Pupuk kandang kelinci pada taraf ke-j dan pupuk NPK pada taraf ke-k

 = Nilai tengah

i = Pengaruh blok ke-i

j = Pengaruh pemberian Pupuk kandang kelinci pada taraf ke-j

k = Pengaruh pupuk NPK pada taraf ke-k

()jk = Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang kelinci pada taraf ke-j dan pupuk NPK pada taraf ke-k

ijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pemberian Pupuk kandang kelinci pada taraf ke-j dan pupuk NPK pada taraf ke-k

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5% (Sastrosupadi, 1999).


(24)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Lahan diukur dan dilakukan pembuatan plot dengan luas 80 x 80 cm dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm.

Persiapan Naungan

Naungan dibuat dari bambu sebagai tiang dan daun nipah sebagai atap memanjang utara-selatan dengan tinggi 1,5 m di sebelah timur dan 1,2 m di sebelah barat dengan panjang areal naungan 22 m dan lebar 5 m.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah subsoil ultisol Simalingkar. Ukuran polibag yang digunakan adalah 20x 30 cm. Sebelum media dimasukan ke dalam polibag terlebih dahulu dibersihkan dari sampah dan kotoran lainnya, kemudian olah tanah subsoil yang telah dikering udarakan hingga remah lalu masukan ke dalam polibag.

Pengecambahan Benih

Media perkecambahan adalah pasir setebal 10-15 cm di bak perkecambahan, dibuat arah utara-selatan. Benih didederkan dengan radikula pada bagian bawah dengan jarak antar benih 2 cm x 3 cm.

Penanaman Kecambah

Pemindahan bibit ke dalam polibag dilakukan setelah benih mulai tersembul ke atas yaitu saat berumur 5 hari. Setiap polibag diisi satu kecambah,


(25)

dengan membenamkannya sedalam jari telunjuk lalu ditutup dengan campuran media tanam. Polibag yang telah diisi kecambah disusun rapi/teratur di atas lahan pembibitan dan diberi naungan.

Aplikasi Pupuk Kandang kelinci

Aplikasi pupuk kandang kelinci dengan cara mencampurkan ke dalam media tanam yang terdapat di polibag sesuai dengan taraf perlakuan yaitu 0 gram, 50 gram, 100 gram dan 150 gram.

Aplikasi pupuk NPK (16:16:16)

Aplikasi pupuk NPK (16:16:16) dilakukan 1 minggu dan 5 minggu setelah penanaman kecambah ditanam dengan dosis setengah dari dosis yang pada perlakuan masing-masing. Aplikasi dilakukan dengan cara membuat lubang dengan tugal di samping tanaman lalu dibenamkan dan di tutup kedalam tanah Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pada pukul 09.00- 10.00 Wib dan sore hari pada pukul 16.00- 18.00 atau sesuai dengan kondisi di lapangan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut rumput yang berada dalam polibag yang dilakukan setiap minggunya dan menggunakan herbisida Roundup dengan bahan aktif paraquat untuk gulma yang berada pada plot pada 5 MST dan 10 MST.


(26)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida Matador 25 EC dengan bahan aktif curacrondan 2 cc/l air dan fungisida Dithane M 45 dengan konsentrasi 2 g/l air. Pada saat penelitian dilaksanakan di lapangan, dijumpai serangan hama pada daun sehingga pengaplikasian insektisida Matador 25 EC dilakukan pada 4 MST, 6 MST, 9 MST, 12 MST dan 14 MST .

Pengamatan Parameter Tinggi Bibit (cm)

Tinggi bibit diukur mulai dari garis permukaan tanah pada patok standar hingga titik tumbuh bibit dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sejak tanaman berumur 4 MST hingga 16 MST dengan interval pengamatan dua minggu sekali.

Jumlah Daun (Helai)

Jumlah daun yang dihitung adalah seluruh daun yang telah membuka sempurna dengan ciri-ciri helaian daun dalam posisi terbuka yang ditandai telah terlihatnya tulang-tulang daun seluruhnya bila diamati dari atas daun. Pengukuran jumlah daun dilakukan sejak tanaman berumur 4 MST hingga 16 MST dengan interval pengamatan dua minggu sekali.

Diameter Batang (mm)

Diameter batang diukur sejajar garis 1 cm di atas garis permukaan tanah pada patok standar dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada dua bagian sisi batang yang diukur diameternya yang kemudian


(27)

dirata - ratakan. Pengukuran dilakukan sejak tanaman berumur 4 MST hingga 16 MST dengan interval pengamatan dua minggu sekali.

Total Luas Daun (cm2)

Pengukuran total luas daun dilakukan pada akhir penelitian (pada saat tanaman berumur 16 MST) dengan menggunakan Pengukuran total luas daun dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan persamaan yang dibuat oleh Asomaning dan Locard dalam Sunarwidi (1982) yaitu :

Log Y = -0,495 + 1,904 log x Dimana : Y = Luas Daun (cm2)

X = panjang daun (cm) Bobot Basah Tajuk (g)

Tajuk tanaman adalah bagian atas tanaman yang terdiri dari batang, serta daun-daun pada tanaman kakao. Bobot basah tajuk diukur pada akhir penelitian. Bahan dibersihkan dan kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.Pengukuran bobot basah tajukdilakukan pada akhir penelitian (pada saat tanaman berumur 16 MST).

Bobot Kering Tajuk (g)

Bobot kering tajuk diukur pada akhir penelitian (pada saat tanaman berumur 16 MST) Setelah bahan dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam amplop coklat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 105°C di dalam oven selama 24 jam.

Bobot Basah Akar (g)


(28)

Bobot Kering Akar (g)

Bobot kering akar diukur pada akhir penelitian (pada saat tanaman berumur 16 MST) Setelah dibersihkan bahan kemudian dimasukkan ke dalam amplop coklat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 105°C di dalam oven selama 24 jam.


(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 1-46) diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), diameter batang (mm), total luas daun (cm2), bobot basah tajuk (g), bobot kering tajuk (g), dan bobot basah akar (g). Pemberian pupuk NPK serta interaksi antara pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh paremeter tanaman.

Tinggi Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi bibit pada 4 – 14 MST dapat dilihat pada Lampiran 6-17. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 10 – 14 MST dan perlakuan pupuk NPK serta interaksi perlakuan pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit. Rataan tinggi tanaman (cm) dengan berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) dapat dilihat pada Tabel 2.


(30)

Tabel 2.Rataan tinggi bibit (cm) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) umur 4-14 MST.

Pupuk Kandang NPK Rataan N0 N1 N2 N3 4 MST

K0 12.63 8.60 11.24 12.66 11.28 K1 12.61 12.73 13.01 12.31 12.67 K2 10.54 11.60 12.77 13.06 11.99 K3 12.77 12.50 11.06 14.24 12.64 Rataan 12.14 11.36 12.02 13.07 6 MST

K0 13.38 10.36 12.39 13.42 12.39 K1 13.54 13.32 14.06 12.93 13.46 K2 12.07 12.84 14.37 14.04 13.33 K3 14.43 13.93 12.19 15.66 14.05 Rataan 13.36 12.61 13.25 14.01 8 MST

K0 15.16 11.66 13.48 13.81 13.53 K1 15.72 14.78 15.96 13.89 15.09 K2 13.11 14.20 15.20 15.40 14.48 K3 16.32 14.97 13.27 17.19 15.44 Rataan 15.08 13.90 14.48 15.07 10 MST

K0 16.43 12.28 13.98 14.42 14.28d K1 16.76 16.40 17.54 15.08 16.44ab K2 14.21 16.22 16.93 17.51 16.22abc K3 17.43 16.29 14.74 19.39 16.96a Rataan 16.21 15.30 15.80 16.60 12 MST

K0 17.23 13.89 15.10 15.07 15.32d K1 18.31 17.59 19.23 16.37 17.88ab K2 15.84 17.71 18.38 18.67 17.65abc K3 20.37 18.20 15.97 21.16 18.92a Rataan 17.94 16.85 17.17 17.81 14 MST

K0 19.34 16.68 16.03 15.41 16.87d K1 21.22 20.53 19.52 18.52 19.95abc K2 18.52 20.31 21.13 20.40 20.09ab K3 22.13 20.87 18.16 23.59 21.19a Rataan 20.31 19.60 18.71 19.48 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan


(31)

Ku terhadap t

Gambar 1

Be kelinci te dimana pe K3 dengan Jumlah D Data juml sidik ragam terhadap j interaksi p bibit kaka kandang k 10.0 15.0 20.0 25.0 T inggi tanam an (cm ) urva hubun inggi tanam

1. Kurva hu terhadap t erdasarkan erhadap tin

ersentase do n rataan ting Daun (helai)

lah daun da m diketahui jumlah dau pupuk kand ao. Rataan kelinci dan p

0 0 0 0 0 ngan pemb man (cm) da

ubungan pe tinggi tanam

gambar 1 ggi tanama osis pupuk k ggi tanaman

)

an sidik rag i bahwa pem un pada um

dang kelinc n jumlah d pupuk NPK 5 Do

berian bebe apat dilihat p

emberian be man 14 MST dapat dilih an menunju kandang ke n 21,19 cm

gam dapat d mberian pup mur 10-14 M

ci berpengar daun (helai) K (16:16:16)

0

osis pupuk k

erapa dosis pada Gamba eberapa do T hat bahwa ukkan hub elinci yang l m.

dilihat pada puk kandan MST dan p ruh tidak n ) dengan b ) dapat dilih

ŷ = 17.6 r

100 kandang (g)

s pupuk k ar 1.

sis pupuk k

pengaruh ungan yan lebih baik a

lampiran 1 ng kelinci be erlakuan pu nyata terhad

berbagai p hat pada Tab

69 + 0.025 = 0.91

kandang ke

kandang ke

pupuk kan ng linier po adalah pada

18-29. Dari erpengaruh

upuk NPK dap jumlah perlakuan P

bel 3. X 150 elinci elinci ndang ositif, a taraf hasil nyata serta daun Pupuk


(32)

Tabel 3.Rataan tinggi bibit (cm) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) umur 4-14 MST.

Pupuk Kandang NPK Rataan N0 N1 N2 N3

4 MST

K0 4.78 4.11 4.22 4.33 4.36

K1 4.56 4.22 4.44 4.11 4.33

K2 3.33 4.00 4.44 4.44 4.06

K3 4.44 4.22 4.67 4.67 4.50

Rataan 4.28 4.14 4.44 4.39

6 MST

K0 6.78 6.67 6.44 6.56 6.61

K1 7.11 6.56 7.44 5.89 6.75

K2 5.89 6.78 6.78 7.00 6.61

K3 6.89 6.89 6.89 8.00 7.17

Rataan 6.67 6.72 6.89 6.86

8 MST

K0 8.89 7.78 7.44 7.33 7.86

K1 9.67 8.89 9.11 7.89 8.89

K2 7.44 8.22 8.44 8.44 8.14

K3 8.56 8.33 8.56 10.78 9.06 Rataan 8.64 8.31 8.39 8.61

10 MST

K0 9.89 8.78 8.78 7.44 8.72d K1 11.56 10.44 11.22 8.67 10.47ab K2 8.89 10.33 9.89 9.67 9.69c K3 10.22 9.56 10.78 12.56 10.78a Rataan 10.14 9.78 10.17 9.58

12 MST

K0 10.78 11.78 11.33 9.89 10.94d K1 14.11 11.78 13.33 10.89 12.53b K2 11.11 12.89 12.67 11.67 12.08bc K3 12.89 11.89 12.78 15.33 13.22a Rataan 12.22 12.08 12.53 11.94

14 MST

K0 12.56 11.44 10.78 10.89 11.42d K1 14.67 13.11 13.11 11.22 13.03ab K2 10.67 13.22 12.89 12.44 12.31c K3 13.11 13.78 13.44 14.67 13.75a Rataan 12.75 12.89 12.56 12.31

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan jumlah daun tanaman yang tertinggi pada umur 10 MST dengan perlakuan dosis pupuk kandang kelinci


(33)

terdapat p K0 (8,72 K1 (10,4 K0 (8,72 c Bib kandang perlakuan sedangkan K0 (10,94 Rataan jum Bib kandang perlakuan pada perla pada perla Ku terhadap ju 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 Jum lah daun (helai)

pada taraf cm) dan K 47 cm). Ra

cm). bit kakao te

kelinci pa K1 (12 n taraf K 4 helai) tetap

mlah daun y bit kakao te kelinci pad K2 (12,31 akuan taraf K akuan K0 (1 urva hubun umlah daun 00 00 00 00 00 0

f K3 (10,78 K2 (9,69 cm

ataan jum

ertinggi pad da taraf ,53 helai), K1 (12,53 he pi berbeda t yang terend ertinggi pad da taraf K

helai) dan K1 (13,03 h 11,42 helai) ngan pemb n dapat dilih

5 Do

8 cm) yang m) tetapi b

lah daun

da umur 12 K3 (13,22 K2 (12,0 elai) berbed tidak nyata

ah terdapat da umur 14

K3 (13,75 n K0 (1

helai). Rataa .

berian bebe hat pada Ga

50

osis pupuk

g berbeda berbeda tid terendah

2 MST deng 2 helai) yan 8 helai) d da nyata a pada perla pada perlak MST deng

helai) yan 1,42 helai) an jumlah d

erapa dosis ambar 2.

100 k kandang (g

nyata de dak nyata terdapat p

gan dosis p ng berbeda dan K0 dengan p kuan taraf K kuan K0 (10 gan dosis p ng berbeda

tetapi berbe daun yang te

s pupuk k

ŷ = 11.68 + r = 0

g)

engan perla pada perla pada perla

perlakuan p a nyata de (10,94 h perlakuan K2 (12,08 h 0,94 helai). perlakuan pu a nyata de

eda tidak n erendah terd kandang ke + 0.012X 0.81 150 akuan akuan akuan pupuk engan helai) taraf helai). upuk engan nyata dapat elinci


(34)

Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk kandang kelinci terhadap Jumlah daun menunjukkan hubungan yang linier positif, dimana persentase dosis pupuk kandang kelinci yang lebih baik adalah pada taraf K3 dengan rataan jumlah daun 13,75 helai.

Diameter Batang (mm)

Data diameter batang dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 30-41. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada umur 4-14 MST dan perlakuan pupuk NPK (16:16:16) serta interaksi pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun bibit kakao. Rataan diameter batang (mm) dengan berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) dapat dilihat pada Tabel 4.


(35)

Tabel 4.Rataan diameter batang (mm) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) umur 4-14 MST.

Pupuk Kandang NPK Rataan

N0 N1 N2 N3

4 MST

K0 2.30 2.24 2.45 2.50 2.37d K1 2.64 2.22 2.51 2.47 2.46bc K2 2.25 2.59 2.47 2.53 2.46b K3 2.73 2.50 2.45 2.87 2.64a Rataan 2.48 2.39 2.47 2.59

6 MST

K0 2.48 2.44 2.75 2.67 2.59d K1 2.88 2.55 2.86 2.75 2.76b K2 2.53 2.74 2.73 2.83 2.71bc K3 2.93 2.72 2.72 3.19 2.89a Rataan 2.70 2.61 2.77 2.86

8 MST

K0 2.86 2.71 3.15 3.20 2.98d K1 3.36 2.99 3.40 3.05 3.20b K2 3.02 3.36 3.27 3.30 3.24bc K3 3.43 3.24 3.10 3.89 3.42a Rataan 3.17 3.08 3.23 3.36

10 MST

K0 3.44 3.14 3.72 3.33 3.41d

K1 4.01 3.87 4.08 3.74 3.92ab K2 3.51 3.93 4.00 4.15 3.90abc K3 4.15 3.84 3.71 4.66 4.09a Rataan 3.78 3.69 3.88 3.97

12 MST

K0 3.99 3.31 3.95 3.55 3.70d K1 4.55 4.26 4.36 4.14 4.33ab K2 3.93 4.18 4.46 4.58 4.29abc K3 4.28 4.49 4.27 5.08 4.53a Rataan 4.19 4.06 4.26 4.34

14 MST

K0 4.74 4.30 4.61 3.98 4.41d K1 5.47 5.12 5.35 4.74 5.17ab K2 4.66 5.12 5.25 5.04 5.02abc K3 5.10 5.29 5.01 6.18 5.40a Rataan 4.99 4.96 5.05 4.99 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan


(36)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan diameter batang tanaman yang tertinggi pada umur 4 MST dengan perlakuan dosis pupuk kandang kelinci terdapat pada taraf K3 (2,64 mm) yang berbeda nyata dengan perlakuan K1 (2,46 mm), K2 (2,46 mm), dan K0 (2,37 mm). Pada taraf perlakuan K1 (2,46 mm) berbeda nyata dengan perlakuan K2 (2,46 mm) tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan K0 (2,37 mm). Rataan diameter batang yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (2,37 mm).

Bibit kakao tertinggi pada umur 6 MST dengan dosis perlakuan pupuk kandang kelinci pada taraf K3 (2,89 mm) yang berbeda nyata dengan perlakuan K1 (2,76 mm), K2 (2,71 mm) dan K0 (2,59 mm) sedangkan taraf K1 (2,76 mm) berbeda nyata dengan perlakuan taraf K0 (2,59 mm) tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan taraf K2 (2,71 mm). Rataan jumlah daun yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (2,59 mm).

Bibit kakao tertinggi pada umur 8 MST dengan dosis perlakuan pupuk kandang kelinci pada taraf K3 (3,42 mm) yang berbeda nyata dengan perlakuan K1 (3,24 mm), K2 (3,20 mm) dan K0 (2,98 mm) sedangkan taraf K1 (12,53 helai) berbeda nyata dengan perlakuan taraf K0 (2,98 mm) tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan taraf K2 (3,20 mm). Rataan jumlah daun yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (2,98 mm).

Bibit kakao tertinggi pada umur 10 MST dengan dosis perlakuan pupuk kandang kelinci pada taraf K3 (4,09 mm) yang berbeda nyata dengan perlakuan K0 (3,41 mm) tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan taraf K1 (3,92 mm) dan K2 (3,90 mm). Rataan jumlah daun yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (3,41 mm).


(37)

Bib kandang perlakuan taraf K1 terdapat p Bib kandang perlakuan taraf K1 terdapat p Ku terhadap

Gambar 3

Be kelinci te dimana pe 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 Diam eter batang (m m )

bit kakao te kelinci pa K0 (3,7 (4,33 mm) ada perlaku bit kakao te

kelinci pa K0 (4,4 (5,17 mm) ada perlaku urva hubun diamete

3. Kurva hu terhadap d erdasarkan rhadap dia ersentase do 0 ertinggi pad ada taraf 70 mm) te ) dan K2 ( uan K0 (3,70

ertinggi pad ada taraf 41 mm) te ) dan K2 ( uan K0 (4,4

ngan pemb er bata ubungan pe diameter ba gambar 3 ameter bata

osis pupuk k 50 Dos

da umur 12 K3 (4,53 etapi berb (4,29 mm). 0 mm). da umur 14

K3 (5,40 etapi berb (5,02 mm). 1 mm). berian bebe ang dap

emberian be atang 14 MS dapat dilih ang menunj

kandang ke 0

sis pupuk ka

2 MST deng mm) yan eda tidak . Rataan ju

4 MST deng 0 mm) yan

eda tidak . Rataan ju

erapa dosis pat dili eberapa do ST hat bahwa jukkan hub elinci yang l ŷ =

100 andang (g)

gan dosis p ng berbeda

nyata p umlah daun

gan dosis p ng berbeda

nyata p umlah daun

s pupuk k ihat pa

sis pupuk k

pengaruh bungan yan

lebih baik a = 4.602 + 0 r = 0.86

perlakuan p a nyata de pada perla n yang tere

perlakuan p a nyata de pada perla n yang tere

kandang ke ada Gam

kandang ke

pupuk kan ng linier po adalah pada 0.005X 6 150 pupuk engan akuan endah pupuk engan akuan endah elinci mbar elinci ndang ositif, a taraf


(38)

Total Luas Daun (cm2)

Data total luas daun dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 42-43. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap total luas daun sedangkan perlakuan pupuk NPK (16:16:16) serta interaksi pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun bibit kakao. Rataan total luas daun (cm2) dengan berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Rataan total luas daun (cm2) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16)

Pupuk Kandang NPK Rataan N0 N1 N2 N3

K0 433.47 343.77 300.43 344.02 355.42d K1 762.31 523.81 560.78 492.08 584.74ab K2 579.57 510.41 437.77 622.22 537.49c K3 589.49 552.38 800.41 891.93 708.55a Rataan 591.21 482.59 524.85 587.56

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan total luas daun tanaman yang tertinggi pada taraf perlakuan dosis pupuk kandang kelinci terdapat pada taraf K3 (708,55 cm2) yang berbeda nyata dengan perlakuan K2 (537,49 cm2) dan K0 (355,42 cm2). tetapi berbeda tidak nyata pada taraf perlakuan K1 (584,74 cm2). Rataan terendah total luas daun terdapat pada taraf perlakuan K0 (355,42 cm2).


(39)

Ku terhadap t

Gambar 4 Be kelinci te dimana pe K3dengan Bobot Ba Data bobo hasil sidik nyata te (16:16:16) bobot bas perlakuan 200. 300. 400. 500. 600. 700. 800. T o

tal luas daun

(cm

2)

urva hubun otal luas da

4. Kurva hu terhadap t erdasarkan erhadap tota

ersentase do n rataan tota sah Tajuk ot basah taj k ragam dik erhadap b ) serta inter sah tajuk b Pupuk kan 00 00 00 00 00 00 00 0 ngan pemb aun dapat di

ubungan pe total luas da

gambar 4 al luas dau osis pupuk k al luas daun

(g)

uk dan sidi ketahui bahw bobot basah aksi pupuk ibit kakao. ndang kelin D berian bebe lihat pada G

emberian be aun 14 MST dapat dilih un menunj kandang ke n sebesar 70

ik ragam da wa pemberia h tajuk s

kandang ke Rataan bo nci dan pupu

50 Dosis pupuk erapa dosis Gambar 4. eberapa dos T hat bahwa ukkan hub elinci yang l 08,55 cm2.

apat dilihat an pupuk k sedangkan elinci berpe obot basah

uk NPK (1 ŷ

10 k kandang (

s pupuk k

sis pupuk k pengaruh bungan yan

lebih baik a

pada lamp andang keli perlakuan ngaruh tida

tajuk (g) d 6:16:16) da ŷ = 394.7 +

r = 0.8

0 g)

kandang ke

kandang ke pupuk kan ng linier po adalah pada

piran 44-45. inci berpeng n pupuk ak nyata terh dengan ber apat dilihat + 2.024X 89 150 elinci elinci ndang ositif, a taraf . Dari garuh NPK hadap rbagai pada


(40)

Tabel 6.R kel Pupuk K K0 K1 K2 K3 Rata Keterangan: Da tertinggi p K3 (12,5 berbeda ti terendah b

Ku terhadap

Gambar 5 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 Bobot

basah tajuk (g)

Rataan bobo linci dan pu

Kandang 0 1 2 3 aan

: Angka yang berbeda tida ari Tabel 6 pada taraf p 1 g) yang dak nyata p bobot basah urva hubun

bobot

5. Kurva hu terhadap b 00 00 00 00 00 00 0

ot basah taj upuk NPK (

N0 8.22 11.30 10.33 9.62 9.87

g diikuti not ak nyata menu dapat dilih perlakuan do

g berbeda pada taraf pe h tajuk terda

ngan pemb basah t

ubungan pe bobot basah D

juk (g) pad (16:16:16) NPK N1 5.76 9.16 10.03 11.39 9.09

asi yang sam urut Uji Jarak

at bahwa ra osis pupuk a nyata d

erlakuan K apat pada tar berian bebe tajuk dap

emberian be h tajuk 14 M

50 Dosis pupuk da berbagai N2 4.64 10.96 8.51 13.21 9.33

ma pada satu Berganda Dun ataan bobot

kandang ke dengan pe K1 (10,29 g raf perlakua erapa dosis pat diliha

eberapa dos MST

ŷ =

100 k kandang (g

perlakuan N3 6.11 9.72 11.33 15.81 10.74 kelompok ra ncan pada tara t basah taju elinci terdap erlakuan K0 g) dan K2 ( an K0 (6,18 s pupuk k

at pada

sis pupuk k = 6.944 + 0 r = 0.92

0 g) Pupuk kan Rataa 6.18d 10.29a 10.05a 12.51 ataan menunj af 5% uk tanaman

pat pada 0 (6,18 g) t (10,05 g). R

g). kandang ke Gambar kandang ke 0.037X 2 150 ndang an d ab abc 1a jukkan yang taraf tetapi Rataan elinci 5 elinci


(41)

Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk kandang kelinci terhadap bobot basah tajuk menunjukkan hubungan yang linier positif, dimana persentase dosis pupuk kandang kelinci yang lebih baik adalah pada taraf K3dengan rataan bobot basah tajuk sebesar 12,51 g.

Bobot Kering Tajuk (g)

Data bobot kering tajuk dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 46-47. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk sedangkan perlakuan pupuk NPK (16:16:16) serta interaksi pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk bibit kakao. Rataan bobot kering tajuk (g) dengan berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.Rataan bobot kering tajuk (g) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16)

PupukKandang NPK Rataan N0 N1 N2 N3

K0 2.53 1.75 1.45 1.86 1.90d K1 3.54 2.85 3.34 2.75 3.12c K2 3.20 2.81 2.58 2.92 2.88ab K3 2.86 3.57 4.34 5.32 4.02a Rataan 3.04 2.74 2.93 3.21 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan bobot kering tajuk tanaman yang tertinggi pada taraf perlakuan dosis pupuk kandang kelinci terdapat pada taraf K3 (4,02 g) yang berbeda nyata dengan perlakuan K2 (2,88 g) dan K0


(42)

(1,90 g). t terendah b Ku terhadap b

Gambar 6 Be kelinci ter dimana pe K3dengan Bobot Ba Dat Dari hasi berpengar NPK (16: terhadap b berbagai p dilihat pad 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 Bobot ker

ing tajuk (g)

tetapi berbe bobot kering urva hubun bobot kering

6. Kurva hu terhadap b erdasarkan

rhadap bob ersentase do n rataan bob sah Akar ( ta bobot bas il sidik rag ruh nyata

16:16) sert bobot basa perlakuan P da Tabel 8.

0

eda tidak ny g tajuk terda ngan pemb g tajuk dapa

ubungan pe bobot kerin gambar 6 bot kering t

osis pupuk k bot kering ta

(g)

sah akar da gam diketa terhadap ta interaksi ah tajuk bib Pupuk kan

5 D

yata pada t apat pada ta berian bebe at dilihat pa

emberian be ng tajuk 14 M

dapat dilih tajuk menun kandang ke ajuk sebesar

an sidik rag ahui bahwa bobot basah pupuk kan bit kakao. dang kelin 0 Dosis pupuk taraf perlaku araf perlaku erapa dosis ada Gambar eberapa dos MST hat bahwa njukkan hu elinci yang l

r 4,02 g.

am dapat d a pemberia h akar sed ndang kelin

Rataan bo ci dan pup

ŷ

100 kandang (g

uan K1 uan K0 (1,90

s pupuk k 6.

sis pupuk k pengaruh ubungan yan

lebih baik a

dilihat pada an pupuk k dangkan pe nci berpenga obot basah

puk NPK ( = 2.060 + 0 r = 0.91

g)

(3,12 g). R 0 g). kandang ke

kandang ke pupuk kan ng linier po adalah pada

lampiran 4 kandang k erlakuan p aruh tidak

akar g) de (16:16:16) 0.012X 1 150 Rataan elinci elinci ndang ositif, a taraf 48-49. elinci pupuk nyata engan dapat


(43)

Tabel 8.R kel Pupuk K K K K K Rat Keterangan: Da tertinggi p K3 (4,16 dan K0 (1 K0 (1,800 Ku terhadap b

Gambar 7 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 Bobot basah akar (g) Rataan bobo linci dan pu Kandang K0 K1 K2 K3 taan

: Angka yang berbeda tida ari Tabel 8 pada taraf p g) yang b 1,80 g). Rat 0 g).

urva hubun bobot basah

7. Kurva hu 0

ot basah ak upuk NPK (

N0 2.68 2.05 4.25 2.24 2.81 g diikuti not ak nyata menu dapat dilih perlakuan do

berbeda ny taan terenda

ngan pemb h akar dapat

ubungan pe 5 Do

kar (g) pad (16:16:16) NPK N1 1.24 2.73 2.65 4.73 2.84 asi yang sam urut Uji Jarak hat bahwa r osis pupuk yata denga ah bobot ba

berian bebe dilihat pada emberian be 50 osis pupuk da berbagai N2 1.64 2.71 1.61 4.76 2.68 ma pada satu

Berganda Dun rataan bobo

kandang ke an perlaku asah akar te

erapa dosis a Gambar 7

eberapa dos ŷ =

10 kandang (g perlakuan N3 1.63 2.63 3.24 4.92 3.11 kelompok ra ncan pada tara ot basah aka elinci terdap uan K2 (2,94 erdapat pada

s pupuk k 7.

sis pupuk k = 1.732 + 0.

r = 0.97

0 g) Pupuk kan Rata 3 1.80 3 2.53 4 2.94 2 4.16 ataan menunj af 5% ar tanaman pat pada 4 g), K1 (2, a taraf perla

kandang ke kandang ke .015X 150 ndang aan 0d 3c 4b 6a jukkan yang taraf ,53 g) akuan elinci elinci


(44)

Berdasarkan gambar 7 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk kandang kelinci terhadap bobot basah akar menunjukkan hubungan yang linier positif, dimana persentase dosis pupuk kandang kelinci yang lebih baik adalah pada taraf K3dengan rataan bobot basah akar sebesar 4,16 g.

Bobot Kering Akar (g)

Data bobot kering akar dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 50-51. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar sedangkan perlakuan pupuk NPK (16:16:16) serta interaksi pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk bibit kakao. Rataan bobot kering akar (g) dengan berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9.Rataan bobot kering akar (g) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16)

Pupuk Kandang NPK Rataan N0 N1 N2 N3

K0 0.72 0.43 0.51 0.47 0.53

K1 1.74 0.80 1.82 0.79 1.29

K2 1.12 0.56 0.41 0.83 0.73

K3 0.55 1.79 0.96 1.30 1.15

Rataan 1.03 0.89 0.92 0.85 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang dan pupuk npk serta interaksinya memberikan pengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot kering tanaman.


(45)

Pembahasan

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kelinci Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 10 MST - 14 MST, jumlah daun pada umur 10 MST - 14 MST, diameter batang pada umur 4 MST - 14 MST, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, dan bobot kering akar.

Pada parameter tinggi tanaman (Tabel 2) perlakuan pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata pada umur 10 MST - 14 MST, jumlah daun (Tabel 3) berpengaruh nyata pada umur 10 MST – 14 MST, dan diameter batang (Tabel 4) pada umur 4 MST – 14 MST dipengaruhi oleh kandungan unsur hara utama yang terdapat pada pupuk kandang kelinci seperti N, P, K, dan Mg sangat baik diantara kotoran ternak yang dipakai sebagai pupuk. Menurut Rahardjo dkk (2010) kandungan zat hara seperti N, P, dan K yang terdapat pada pupuk kandang kelinci cukup tinggi disebabkan populasi mikroba dalam sekum yang sangat aktif. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Novizan (2002) yang menyatakan Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Fosfor berperan dalam berbagai proses fisiologis di dalam tanaman seperti fotosintesis dan respirasi dan sangat membantu perkembangan perakaran dan mengatur pembungaan. Kalium berperan dalam aktivitas berbagai enzim yang esensial dalam reaksi – reaksi fotosintesis.


(46)

Pada parameter total luas daun (Tabel 5) perlakuan pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata. Peningkatan total luas daun bibit kakao terjadi karena luas

daun dipengaruhi oleh faktor ketersediaan unsur hara seperti nitogen, fosfor dan kalium. Dari hasil analisis laboratorim terhadap kandungan pupuk kandang

kelinci terkandung unsur N 2,28%, P2O5 2,31%, dan K2O 1,34%. Pada pemberian pupuk kandang kelinci sampai pada dosis 150 g/polibag dapat mencukupi ketersediaan nitogen, fosfor dan kalium pada tanah, sehingga berpengaruh terhadap pertambahan luas daun kakao. Menurut Lindawati, dkk (2000) menyatakan bahwa nitogen diperlukan untuk memproduksi protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis. Klorofil yang tersedia dalam jumlah yang cukup pada daun tanaman akan meningkatkan kemampuan daun untuk menyerap cahaya matahari, sehingga proses fotosintesis akan berjalan lancar. Fotosintat yang dihasilkan akan dirombak kembali melalui proses respirasi dan menghasilkan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan aktifitas seperti pembelahan dan pembesaran sel yang terdapat pada daun tanaman yang menyebabkan daun dapat mencapai panjang dan lebar maksimal. Selain itu, fosfor yang terkandung dalam pupuk kandang kelinci berfungsi untuk perkembangan jaringan meristem. Jaringan meristem terdiri dari meristem pipih dan meristem pita. Meristem pita akan menghasilkan deret sel yang berfungsi dalam memperpanjang jaringan sehingga daun tanaman akan semakin panjang dan lebar, serta akan mempengaruhi luas daun tersebut. Sementara kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Ketiga


(47)

faktor di atas akan berinteraksi mempengaruhi pembelahan sel dan pertumbuhan pada tanaman.

Pada parameter bobot basah tajuk (Tabel 6) perlakuan pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata. Bobot basah tajuk bibit kakao dipengaruhi oleh kandungan zat hara N, P, dan K yang terdapat pada pupuk kandang kelinci. Pupuk kandang kelinci mengandung unsur kimia N 2,28%, P2O5 2,31%, dan K2O 1,34%, dimana kandungan nitrogen berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman kakao. Nitrogen penting karena dapat membentuk bahan-bahan vital yang ada di dalam tubuh tanaman. Menurut Damanik, dkk (2010), yang menyatakan bahwa senyawa-senyawa organik yang ada di dalam tubuh tanaman pada umumnya mengandung nitrogen, seperti protein, asam-asam amino, enzim-enzim, bahan penghasil energi seperti ADP, ATP, dan klorofil. Tanaman tidak dapat melakukan metabolisme bila kahat nitrogen untuk membentuk bahan-bahan vital tersebut. Pemberian pupuk kandang kelinci dengan dosis 150 g/polibag dapat berperan meningkatkan ketersediaan unsur hara pada tanah, termasuk unsur hara makro yang dapat diserap tanaman untuk mengoptimalkan proses fotosintesis sebagai penghasil asimilasi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kakao.

Pada parameter bobot kering tajuk (Tabel 7) perlakuan pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata. Hal ini karena kandungan unsur hara pada pupuk kandang kelinci 150g/polibag mampu mendukung proses fisiologis tanaman seperti fotosintesis dan transpirasi sehingga pemanfaatan unsur hara oleh tanaman lebih efisien. Menurut Supriadi dan Soeharsono (2005), hara yang diserap tanaman yang dimanfaatkan untuk berbagai proses metabolisme adalah untuk


(48)

diantaranya dapat diamati melalui parameter tanaman, yaitu salah satunya bobot kering. Bobot kering merupakan ukuran pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena berat kering mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman. Berat kering tanaman mencerminkan status nutrisi suatu tanaman dan juga merupakan indikator yang menentukan baik tidaknya suatu pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga erat kaitannya dengan ketersediaan hara.

Pada parameter bobot basah akar (Tabel 8) perlakuan pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata. Hal ini karena kandungan unsur hara pada pupuk kandang kelinci 150g/polibag mampu mendukung proses penyerapan unsur hara nitrogen melaui akar tanaman. Menurut Damanik, dkk (2010), yang menyatakan bahwa senyawa-senyawa organik yang ada di dalam tubuh tanaman pada umumnya mengandung nitrogen, seperti protein, asam-asam amino, enzim-enzim, bahan penghasil energi seperti ADP, ATP, dan klorofil. Tanaman tidak dapat melakukan metabolisme bila kahat nitrogen untuk membentuk bahan-bahan vital tersebut. Pemberian pupuk kandang kelinci dengan dosis 150 g/polibag dapat berperan meningkatkan ketersediaan unsur hara pada tanah, termasuk unsur hara makro yang dapat diserap tanaman.

Pengaruh Pemberian Pupuk NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan Bibit kakao (Theobroma cacao L.)

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata pada seluruh parameter pengamatan. Pupuk NPK diberikan setelah 5 MST, sebelum pemberian pupuk NPK, hara yang dibutuhkan tanaman dapat tercukupi oleh adanya pupuk kandang Kelinci di dalam media tanam yang telah diberikan 1 minggu sebelum penanam bibit kakao. Oleh karena itu, walaupun


(49)

pupuk NPK diberikan, tanaman tidak terlalu menanggapi akan adanya hara yang terdapat di dalam pupuk NPK. Karena unsur hara yang terdapat di dalam pupuk kandang kelinci telah terlebih dahulu diserap oleh akar bibit kakao. Jadi walaupun tanah yang digunakan adalah tanah yang memiliki unsur hara yang sangat sedikit, unsur hara untuk tanaman dapat tercukupi dengan adanya pupuk kandang kelinci. Pupuk kandang kelinci memiliki unsur hara N, P, K dan Mg yang dapat membantu pertumbuhan tanaman kakao. Pupuk kandang kelinci juga memiliki peranan dalam memperbaiki tekstur dan struktur tanah dalam polibeg, sehingga membantu akar tanaman dalam menyerap unsur hara yang terdapat di dalam tanah. Menurut Rahardjo dkk (2010) kandungan zat hara seperti N (2,62 %), P (2,46 %), dan K (1,86 %) yang terdapat pada pupuk kandang kelinci cukup tinggi disebabkan populasi mikroba dalam sekum yang sangat aktif dan menurut Prasetyo dkk (2006) bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah.

Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk Kandang Kelinci Dengan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa interaksi pemberian pupuk kandang kelinci dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Hal ini terjadi karena pupuk kandang kelinci bekerja sendiri sendiri dalam menyediakan unsur hara tanaman, seperti kita ketahui bahwa mikroorganisme di dalam pupuk kandang kelinci membutuhkan waktu yang lama


(50)

diserap oleh tanaman. Tetapi di dalam penelitian ini pupuk NPK berpengaruh tidak nyata karena sudah tercukupinya unsur hara yang dihasilkan oleh pupuk kandang kelinci dengan bantuan mikroorganisme dalam merombak bahan organik yang berasal dari pupuk kandang kelinci. Oleh karena itu baik pupuk kandang kelinci maupun pupuk NPK tidak saling bekerja sama. Karena proses yang dibutuhkan oleh kedua pupuk tersebut dalam memberikan unsur hara terhadap tanaman sangat berbeda. Menurut Damanik, dkk (2010) pupuk organik mempunyai perbedaan besar dibandingkan dengan pupuk kimia baik ditinjau dari respons terhadap tanaman maupun dampak lingkungan.


(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk, dan bobot basah akar dengan dosis terbaik untuk masing-masing parameter 150 g namun masih menunjukkan hubungan yang linier positif

2. Pemberian pupuk NPK (16:16:16) berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter.

3. Interaksi pupuk kandang kelinci dan pemberian pupuk NPK (16:16:16) berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan dosis pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK yang lebih tepat untuk prtumbuhan bibit kakao.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Damanik, M. M. B., Bachtiar, E.H., Fauzi., Sariffudin dan Hanum, H. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan

Ditjenbun. 2011. Produksi dan Luas Areal Kakao di Indonesia. http://ditjenbun.deptan. go. Id./cigraph/index.php/viewstat/exportimport/1-Kakao. Diakses 20 Maret 2013

_______________. Volume dan Nilai Ekspor, Impor Indonesia. http://ditjenbun.deptan. go. Id./cigraph/index.php/viewstat/exportimport/1-Kakao. Diakses 20 Maret 2013

Imran, A. 2005.Budidaya Tanaman Semangka (citrus vulgaris Schard). Informasi Penyuluhan Pertanian. Kabupaten Labuhan Batu.

Kardiyono. 2010. Tingkatan Produktivitas Kakao dengan Teknologi Sambung Samping.Surat Kabar Berkah Edisi 257.

Karama, A. S., A. R. Marzuki dan I. Manwan. 1991. Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Pangan. Pros. Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Cisarua. Puslittanak. Bogor

Kartadisastra, H.R. 2001. Ternak Kelinci.Kanisius, Yogyakarta.

Lindawati, N., Izhar dan H. Syafria. 2000. Pengaruh pemupukan nitrogen dan interval pemotongan terhadap produktivitas dan kualitas rumput lokal kumpai pada tanah podzolik merah kuning. JPPTP 2(2): 130-133.

Lingga, P dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marsono dan P. Sigit, 2001. Pupuk Akar. Redaksi Agromedia, Jakarta. Novizan.2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia, Jakarta

Prasetyo, B. H dan Suriadikarta, D. A., 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.

Primantoro, H. 1997. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.2004. Panduan Lengkap Budidaya kakao.PT. Agromedia Pustaka. Jakarta


(53)

Rahardjo, Rahardjo, Y.C dan Purwantari, N. D. 2010. Potensi Kotoran Kelinci Sebagai Pupuk Organik Dan Pemanfaatannya Pada Tanaman Pakan Dan Sayuran. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Sastrosupadi, A. 1999. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanius, Yogyakarta.

Siregar, T. H. S., S. Riyadi dan L. Nuraeni. 1997. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Hasil. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sunarwidi. 1982. Competition Between Congongnase (Imperata cylindrica L. Beauv) and Cacao Seedling (Theobroma cacao var.Amelonado). Thesis. PhD University of Philipines Los Banos.

Supriadi dan Soeharsono. 2005. Kombinasi Pupuk Urea Dengan Pupuk Organik Pada Tanah Inceptisol Terhadap Respon Fisiologis Rumput Hermada (Sorghum Bicolor). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Yogyakarta. Suryani, D dan Zulfebriansyah. 2007. Komoditas Kakao : Potret Dan Peluang

Pembiayaan. Economic Review No. 210 Desember 2007.Diakses dari http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/Komoditas%20Kakao.pdf. Susanto, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rhineka Cipta, Jakarta.

Suradi, K. 2005. Potensi dan Peluang Teknologi Pengolahan Produksi Kelinci.Makalah dalam Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rhineka Cipta. Jakarta.

Syamsulbahri, 1996, Bercocok Tanam Perkebunan Tahunan. UGM Press. Yogyakarta

Wahyudi, T., T.R Panggabean., Pujiyanto.2008. Panduan Lengkap Kakao Manjemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta Widya, Y. 2008. Budidaya Bertanam Cokelat. Tim Bina Karya Tani, Bandung


(54)

Lampiaran 1. Deskripsi Tanaman Kakao Lindak

No Uraian Keterangan

1 Nama Lindak

2 Hasil Persilangan F1 x Upper Amazone Hybrida 3 Berat Buah 634 g

4 Panjang Buah 18,7 cm 5 Lebar Buah 8,6 cm 6 Rata-rata Jumlah Biji per

Buah

57 7 Jumlah Biji per Buah 47 8 Rata-rata Jumlah Biji per

Buah

45 9 Berat Buji Basah per Buah 172 g 10 Berat Biji Basah 3,5 g 11 Rata-rata Biji Basah perbutir 2,71 g 12 Rata-rata Biji Kering perbutir 1,11 g 13 Kadar Lemak 42,1 g 14 Warna Daun Flush Merah 15 Warna Daun Hijau 16 Warna Batang Coklat 17 Tajuk Tanam Sedang 18 Ukuran Biji Sedang

19 Bentuk Buah - Bulat Lonjong

- Warna Buah Sebelum Masak Hijau - Pangkal Buah Terdapat Lekukan - Ujung Buah Agak Tumpul

Sumber : Pusat Penelitian Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM) (2003)


(55)

K0N3

Lampiran 2 : Bagan Percobaan BLOK I BLOK II BLOK III

K0N0 K0N3 K1N3 K2N3 K1N1 K3N0 K2N2 M4P0 M4P3 K2N1 K3N0 M2P1 K2N3 K2N3 K1N2 K3N2 K0N1 K2N2 M0P0 K0N3 K1N1 K1N3 K0N2 K1N1 K3N0 K0N1 K0N2 K0N0 K3N2 K3N1 K1N3 K2N0 30 cm 50 cm Keterangan

Jarak antar plot = 30 cm Jarak antar blok = 50 cm Jarak pinggir ke polibag = 10 cm Jarak antar polibag = 25 cm Ukuran plot = 80 x 80 cm

U S K3N1 K3N2 K0N2 K1N0 K1N0 K3N1 K2N2 K2N0 K0N1 K3N3 K1N0 K2N0 K1N2 K3N3 K1N2 K3N3 K2N1

a

b

b

a

c

c


(56)

Lampiran 3.Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Persiapan Areal X 2 Persiapan Naungan X 3 Persiapan Media Tanam X 4 Pengecambahan Benih X 5 Aplikasi Pupuk

Kandang Kelinci X 6 Penanaman Kecambah X 7 Aplikasi Pupuk

NPK (16:16:16)

X X

8 Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman Disesuaikan Dengan Kondisi lapangan

Penyiangan Dilakukan di polibag (setiap minggu) dan di plot (5 MST dan 10 MST)

Pengendalian hama Penyakit

Dilakukan pada saat hama menyerang tanaman (4 MST, 6 MST, 9 MST, 12 MST dan 14 MST) 9 Pengamatan

Parameter 10 Tinggi Bibit

(cm)

X X X X X X

11 Diameter Batang (mm)

X X X X X X

12 Jumlah Daun (Helai)

X X X X X X

13 Total Luas Daun (cm2)

X 14 Bobot Basah

Tajuk (g)

X 15 Bobot Basah

Akar (g)

X 16 Bobot Kering

Tajuk (g)

X 17 Bobot Kering

Akar (g)


(57)

(58)

(59)

Lampiran 6. Data tinggi bibit (cm) 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

K0N0 13.97 13.43 10.50 37.90 12.63 K0N1 10.63 7.67 7.50 25.80 8.60 K0N2 12.70 11.53 9.50 33.73 11.24 K0N3 10.20 15.20 12.57 37.97 12.66 K1N0 11.50 13.27 13.07 37.83 12.61 K1N1 14.87 12.93 10.40 38.20 12.73 K1N2 15.20 12.33 11.50 39.03 13.01 K1N3 12.97 13.20 10.77 36.93 12.31 K2N0 12.57 11.20 7.87 31.63 10.54 K2N1 12.07 12.27 10.47 34.80 11.60 K2N2 14.03 13.53 10.73 38.30 12.77 K2N3 12.97 11.73 14.47 39.17 13.06 K3N0 13.70 13.87 10.73 38.30 12.77 K3N1 11.97 12.53 13.00 37.50 12.50 K3N2 15.30 8.80 9.07 33.17 11.06 K3N3 14.63 15.47 12.63 42.73 14.24

Total 209.27 198.97 174.77 583.00

Rataan 13.08 12.44 10.92 12.15 Lampiran 7. Data sidik ragam tinggi bibit 4 MST

Sumber db JK KT F.hit F.05 Blok 2 39.21 19.60 7.68 * 3.32 Perlakuan 15 76.20 5.08 1.99 * 1.99

K 3 15.42 5.14 2.01 tn 2.92

Linear 1 6.94 6.94 2.72 tn 4.17 Kuadratik 1 1.61 1.61 0.63 tn 4.17 Sisa 1 6.87 6.87 2.69 tn 4.17

N 3 17.81 5.94 2.33 tn 2.92

Linear 1 7.12 7.12 2.79 tn 4.17 Kuadratik 1 10.02 10.02 3.93 tn 4.17 Sisa 1 0.67 0.67 0.26 tn 4.17

KXN 9 42.97 4.77 1.87 tn 2.21

Galat 30 76.54 2.55

Total 47 191.95

FK = 7081.02

KK = 13


(60)

Lampiran 8. Data tinggi bibit (cm) 6 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

K0N0 14.40 14.50 11.23 40.13 13.38 K0N1 11.57 8.87 10.63 31.07 10.36 K0N2 14.03 12.37 10.77 37.17 12.39 K0N3 10.93 16.53 12.80 40.27 13.42 K1N0 12.27 14.13 14.23 40.63 13.54 K1N1 15.67 13.53 10.77 39.97 13.32 K1N2 16.50 13.57 12.10 42.17 14.06 K1N3 13.27 13.87 11.67 38.80 12.93 K2N0 13.93 13.33 8.93 36.20 12.07 K2N1 13.27 13.83 11.43 38.53 12.84 K2N2 15.23 15.27 12.60 43.10 14.37 K2N3 13.77 12.93 15.43 42.13 14.04 K3N0 15.37 15.20 12.73 43.30 14.43 K3N1 13.97 14.10 13.73 41.80 13.93 K3N2 16.07 10.73 9.77 36.57 12.19 K3N3 17.07 16.30 13.60 46.97 15.66

Total 227.30 219.07 192.43 638.80

Rataan 14.21 13.69 12.03 13.31 Lampiran 9. Data sidik ragam tinggi bibit 6 MST

Sumber db JK KT F.hit F.05 Blok 2 41.52 20.76 7.99 * 3.32 Perlakuan 15 66.53 4.44 1.71 tn 1.99

K 3 17.15 5.72 2.20 tn 2.92

Linear 1 14.21 14.21 5.47 * 4.17 Kuadratik 1 0.38 0.38 0.15 tn 4.17

Sisa 1 2.56 2.56 0.99 tn 4.17

N 3 11.83 3.94 1.52 tn 2.92

Linear 1 4.09 4.09 1.57 tn 4.17 Kuadratik 1 6.80 6.80 2.62 tn 4.17

Sisa 1 0.94 0.94 0.36 tn 4.17 KXN 9 37.55 4.17 1.61 tn 2.21

Galat 30 77.94 2.60

Total 47 185.99

FK = 8501.45

KK = 12

Keterangan :


(61)

Lampiran 10. Data tinggi bibit (cm) 8 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

K0N0 15.77 16.20 13.50 45.47 15.16 K0N1 14.27 9.57 11.13 34.97 11.66 K0N2 14.80 13.83 11.80 40.43 13.48 K0N3 10.20 18.13 13.10 41.43 13.81 K1N0 14.47 16.83 15.87 47.17 15.72 K1N1 16.70 14.73 12.90 44.33 14.78 K1N2 18.53 15.37 13.97 47.87 15.96 K1N3 13.80 15.43 12.43 41.67 13.89 K2N0 14.57 14.87 9.90 39.33 13.11 K2N1 14.23 14.70 13.67 42.60 14.20 K2N2 15.83 16.13 13.63 45.60 15.20 K2N3 15.50 14.00 16.70 46.20 15.40 K3N0 17.53 17.77 13.67 48.97 16.32 K3N1 14.63 15.17 15.10 44.90 14.97 K3N2 16.63 12.00 11.17 39.80 13.27 K3N3 18.27 18.27 15.03 51.57 17.19

Total 245.73 243.00 213.57 702.30 Rataan 15.36 15.19 13.35 14.63 Lampiran 11. Data sidik ragam tinggi bibit 8 MST

Sumber db JK KT F.hit F.05

Blok 2 39.76 19.88 6.16 * 3.32 Perlakuan 15 88.31 5.89 1.82 tn 1.99

K 3 25.22 8.41 2.60 tn 2.92 Linear 1 15.76 15.76 4.88 * 4.17 Kuadratik 1 1.09 1.09 0.34 tn 4.17

Sisa 1 8.38 8.38 2.59 tn 4.17 N 3 11.44 3.81 1.18 tn 2.92 Linear 1 0.19 0.19 0.06 tn 4.17 Kuadratik 1 9.45 9.45 2.93 tn 4.17 Sisa 1 1.80 1.80 0.56 tn 4.17 KXN 9 51.65 5.74 1.78 tn 2.21

Galat 30 96.86 3.23

Total 47 224.93

FK = 10275.53

KK = 12.28


(62)

Lampiran 12. Data tinggi bibit (cm) 10 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

K0N0 16.63 17.30 15.37 49.30 16.43 K0N1 15.07 9.87 11.90 36.83 12.28 K0N2 15.13 14.30 12.50 41.93 13.98 K0N3 11.17 18.33 13.77 43.27 14.42 K1N0 15.97 17.37 16.93 50.27 16.76 K1N1 18.50 15.50 15.20 49.20 16.40 K1N2 20.47 15.57 16.60 52.63 17.54 K1N3 14.97 15.80 14.47 45.23 15.08 K2N0 16.17 15.53 10.93 42.63 14.21 K2N1 18.03 14.97 15.67 48.67 16.22 K2N2 17.67 17.30 15.83 50.80 16.93 K2N3 18.73 14.23 19.57 52.53 17.51 K3N0 19.67 18.80 13.83 52.30 17.43 K3N1 15.93 15.80 17.13 48.87 16.29 K3N2 17.77 12.27 14.20 44.23 14.74 K3N3 21.87 18.90 17.40 58.17 19.39

Total 273.73 251.83 241.30 766.87 Rataan 17.11 15.74 15.08 15.98 Lampiran 13. Data sidik ragam tinggi bibit 10 MST

Sumber db JK KT F.hit F.05

Blok 2 34.22 17.11 4.28 * 3.32 Perlakuan 15 138.55 9.24 2.31 * 1.99

K 3 49.66 16.55 4.14 * 2.92

Linear 1 36.82 36.82 9.21 * 4.17 Kuadratik 1 6.07 6.07 1.52 tn 4.17

Sisa 1 6.78 6.78 1.70 tn 4.17

N 3 11.22 3.74 0.94 tn 2.92

Linear 1 1.69 1.69 0.42 tn 4.17 Kuadratik 1 8.78 8.78 2.20 tn 4.17

Sisa 1 0.75 0.75 0.19 tn 4.17 KXN 9 77.66 8.63 2.16 tn 2.21

Galat 30 119.95 4.00

Total 47 292.72

FK = 12251.76 KK = 12.52 Keterangan :

tn : tidak nyata * : nyata


(63)

Lampiran 14. Data tinggi bibit (cm) 12 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

K0N0 17.77 17.57 16.37 51.70 17.23 K0N1 18.37 9.97 13.33 41.67 13.89 K0N2 16.73 14.90 13.67 45.30 15.10 K0N3 12.00 18.63 14.57 45.20 15.07 K1N0 18.50 17.83 18.60 54.93 18.31 K1N1 20.97 15.57 16.23 52.77 17.59 K1N2 22.33 15.70 19.67 57.70 19.23 K1N3 17.60 16.13 15.37 49.10 16.37 K2N0 18.00 16.67 12.87 47.53 15.84 K2N1 19.90 15.67 17.57 53.13 17.71 K2N2 19.23 17.67 18.23 55.13 18.38 K2N3 19.83 15.17 21.00 56.00 18.67 K3N0 23.43 23.30 14.37 61.10 20.37 K3N1 17.60 18.33 18.67 54.60 18.20 K3N2 19.10 12.67 16.13 47.90 15.97 K3N3 23.50 19.63 20.33 63.47 21.16

Total 304.87 265.40 266.97 837.23

Rataan 19.05 16.59 16.69 17.44 Lampiran 15. Data sidik ragam tinggi bibit 12 MST

Sumber db JK KT F.hit F.05

Blok 2 62.43 31.21 5.46 * 3.32 Perlakuan 15 177.10 11.81 2.07 * 1.99

K 3 82.98 27.66 4.84 * 2.92

Linear 1 67.10 67.10 11.74 * 4.17 Kuadratik 1 4.92 4.92 0.86 tn 4.17

Sisa 1 10.97 10.97 1.92 tn 4.17

N 3 9.76 3.25 0.57 tn 2.92

Linear 1 0.00 0.00 0.00 tn 4.17 Kuadratik 1 9.04 9.04 1.58 tn 4.17 Sisa 1 0.72 0.72 0.13 tn 4.17 KXN 9 84.36 9.37 1.64 tn 2.21

Galat 30 171.47 5.72

Total 47 410.99

FK = 14603.33

KK = 13.71

Keterangan :


(64)

Lampiran 16. Data tinggi bibit (cm)14 MST

Perlakuan Blok Total Rataan I II III

K0N0 20.50 18.43 19.10 58.03 19.34 K0N1 19.07 15.97 15.00 50.03 16.68 K0N2 17.00 16.53 14.57 48.10 16.03 K0N3 12.80 18.80 14.63 46.23 15.41 K1N0 19.97 21.07 22.63 63.67 21.22 K1N1 23.56 17.63 20.40 61.59 20.53 K1N2 23.50 15.53 19.53 58.57 19.52 K1N3 19.83 18.60 17.13 55.57 18.52 K2N0 19.70 21.03 14.83 55.57 18.52 K2N1 21.77 17.83 21.33 60.93 20.31 K2N2 22.70 19.00 21.70 63.40 21.13 K2N3 21.40 15.90 23.90 61.20 20.40 K3N0 24.03 25.63 16.73 66.40 22.13 K3N1 19.27 21.27 22.07 62.60 20.87 K3N2 22.40 12.87 19.20 54.47 18.16 K3N3 24.40 24.03 22.33 70.77 23.59

Total 331.89 300.13 305.10 937.12

Rataan 20.74 18.76 19.07 19.52 Lampiran 17. Data sidik ragam tinggi bibit 14 MST

Sumber db JK KT F.hit F.05

Blok 2 36.48 18.24 2.45 tn 3.32 Perlakuan 15 222.36 14.82 1.99 tn 1.99

K 3 123.92 41.31 5.54 * 2.92

Linear 1 102.98 102.98 13.81 * 4.17 Kuadratik 1 11.86 11.86 1.59 tn 4.17

Sisa 1 9.09 9.09 1.22 tn 4.17 N 3 15.34 5.11 0.69 tn 2.92 Linear 1 6.77 6.77 0.91 tn 4.17 Kuadratik 1 6.56 6.56 0.88 tn 4.17 Sisa 1 2.01 2.01 0.27 tn 4.17 KXN 9 83.09 9.23 1.24 tn 2.21

Galat 30 223.69 7.46

Total 47 482.53

FK = 18295.84

KK = 13.99

Keterangan :

tn : tidak nyata * : nyata


(65)

Lampiran 18. Data jumlah daun (helai) 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

K0N0 4.33 5.00 5.00 14.33 4.78 K0N1 4.00 4.33 4.00 12.33 4.11 K0N2 4.00 4.33 4.33 12.67 4.22 K0N3 3.67 4.00 5.33 13.00 4.33 K1N0 4.33 5.00 4.33 13.67 4.56 K1N1 4.33 3.00 5.33 12.67 4.22 K1N2 4.67 3.67 5.00 13.33 4.44 K1N3 3.33 5.00 4.00 12.33 4.11 K2N0 3.67 3.00 3.33 10.00 3.33 K2N1 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00 K2N2 4.33 5.00 4.00 13.33 4.44 K2N3 4.67 4.33 4.33 13.33 4.44 K3N0 5.67 4.00 3.67 13.33 4.44 K3N1 4.00 4.00 4.67 12.67 4.22 K3N2 4.67 3.67 5.67 14.00 4.67 K3N3 5.00 4.33 4.67 14.00 4.67

Total 68.67 66.67 71.67 207.00 Rataan 4.29 4.17 4.48 4.31 Lampiran 19. Data sidik ragam jumlah daun 4 MST

Sumber db JK KT F.hit F.05 Blok 2 0.79 0.40 0.97 tn 3.32 Perlakuan 15 5.28 0.35 0.86 tn 1.99

K 3 1.25 0.42 1.02 tn 2.92

Linear 1 0.01 0.01 0.03 tn 4.17 Kuadratik 1 0.67 0.67 1.64 tn 4.17 Sisa 1 0.57 0.57 1.39 tn 4.17

N 3 0.66 0.22 0.53 tn 2.92

Linear 1 0.24 0.24 0.60 tn 4.17 Kuadratik 1 0.02 0.02 0.05 tn 4.17 Sisa 1 0.39 0.39 0.95 tn 4.17 KXN 9 3.37 0.37 0.92 tn 2.21

Galat 30 12.25 0.41

Total 47 18.31

FK = 892.69 KK = 15 Keterangan :


(66)

Lampiran 20. Data jumlah daun (helai) 6 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

K0N0 7.00 6.67 6.67 20.33 6.78 K0N1 6.67 6.33 7.00 20.00 6.67 K0N2 6.67 5.33 7.33 19.33 6.44 K0N3 5.33 6.33 8.00 19.67 6.56 K1N0 7.00 6.33 8.00 21.33 7.11 K1N1 7.00 5.00 7.67 19.67 6.56 K1N2 7.67 6.00 8.67 22.33 7.44 K1N3 5.33 5.33 7.00 17.67 5.89 K2N0 6.00 6.00 5.67 17.67 5.89 K2N1 7.00 6.33 7.00 20.33 6.78 K2N2 7.33 6.33 6.67 20.33 6.78 K2N3 7.33 6.67 7.00 21.00 7.00 K3N0 8.33 7.00 5.33 20.67 6.89 K3N1 6.67 6.33 7.67 20.67 6.89 K3N2 7.33 5.67 7.67 20.67 6.89 K3N3 7.33 7.00 9.67 24.00 8.00

Total 110.00 98.67 117.00 325.67 Rataan 6.88 6.17 7.31 6.78 Lampiran 21. Data sidik ragam jumlah daun 6 MST

Sumber db JK KT F.hit F.05 Blok 2 10.70 5.35 8.38 * 3.32 Perlakuan 15 11.81 0.79 1.23 tn 1.99

K 3 2.49 0.83 1.30 tn 2.92

Linear 1 1.40 1.40 2.19 tn 4.17 Kuadratik 1 0.52 0.52 0.82 tn 4.17 Sisa 1 0.57 0.57 0.89 tn 4.17

N 3 0.41 0.14 0.22 tn 2.92

Linear 1 0.34 0.34 0.53 tn 4.17 Kuadratik 1 0.02 0.02 0.03 tn 4.17 Sisa 1 0.06 0.06 0.09 tn 4.17 KXN 9 8.91 0.99 1.55 tn 2.21

Galat 30 19.15 0.64

Total 47 41.66

FK = 2209.56

KK = 12

Keterangan :

tn : tidak nyata * : nyata


(1)

Lampiran Gambar L

Gambar B

Perbandin

53. Dokum Lahan Peneli

Bibit Kakao

ngan bebera

mentasi Pene itian dan Bi

Pada Umur

apa taraf pup elitian

ibit Kakao

r 14 MST

puk kandang tanpa pupuk

g kelinci (K k NPK


(2)

Perband

Perban

Perban

dingan bebe

ndingan i

ndingan i

erapa taraf p pu

interaksi b pupuk

interaksi b pupuk

pupuk NPK upuk kandan

berbagai NPK dosis

berbagai NPK dosis

K (N0, N1, N ng kelinci

taraf pupu s 4 g/polib

taraf pupu s 8 g/polib

N2, dan N3)

uk kanda bag

uk kanda bag

) dengan tan

ang denga

ang denga npa

an


(3)

Perban

Perbandi

ndingan i

ingan intera

interaksi b pupuk N

aksi taraf pu

berbagai NPK dosis

upuk kandan pupuk N

taraf pupu 12 g/poli

ng 50 g/poli NPK

uk kanda ibag

ibag dengan

ang denga

n berbagai t an


(4)

Perbandin

Perbandin

ngan interak

ngan interak

ksi taraf pup

ksi taraf pup

puk kandan pupuk N

puk kandan pupuk N

ng 100 g/pol NPK

ng 150 g/pol NPK

libag denga

libag denga

an berbagai

an berbagai taraf


(5)

(6)