Posisi Foramen Mentalis pada Mahasiswa suku Batak Ditinjau dari Radiografi Panoramik di FKG USU

31

Lampiran 1
DEPARTEMEN RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

POSISI FORAMEN MENTALIS PADA MAHASISWA SUKU BATAK
DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK DI FKG USU

No. Kartu:

Tanggal Pemeriksaan :
Nama Pemeriksa

:

DATA RESPONDEN
Nama

:


Jenis Kelamin

:

Usia

:

Suku

:

No telp/HP

:

(tahun)

Status Keturunan (suku)

Ayah

:

Ayah dari Ayah

:

Ibu dari Ayah

:

Ibu

:

Ayah dari Ibu

:


Ibu dari Ibu

:

A. Riwayat Trauma
1. apakah Anda pernah mengalami trauma/kecelakaan yang melibatkan tulang rahang
bawah?

32

a. Tidak pernah.
b. Pernah.
2. Apakah Anda pernah mengalami patah/retak tulang rahang bawah?
a. Tidak pernah.
b. Pernah.

B. Riwayat Medis
5. Apakah Anda pernah menjalani operasi rahang bawah?
a. Tidak pernah.
b. Pernah.

Jika pernah, melakukan operasi ............................

C. Pemeriksaan Foto Ronsen Panoramik
Sampel
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Dst

Posisi Foramen Mentalis
Kanan

Kiri

33

Lampiran 2

HASIL PENGAMATAN POSISI FORAMEN MENTALIS


No

Sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Sampel 7

Sampel 8
Sampel 9
Sampel 10
Sampel 11
Sampel 12
Sampel 13
Sampel 14
Sampel 15
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel

Sampel

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Umur
20
20
20

20
23
20
20
20
21
20
24
20
20
20
21
20
20
24
20
20
24
20
20

21
20
20
21
20

Jenis
kelamin
L
P
L
L
L
P
P
P
P
P
P
P

P
P
P
P
P
P
P
P
L
P
P
P
P
P
P
P

Posisi Foramen Mentalis
Kanan
Kiri
3
3
5
4
3
4
3
3
4
4
4
3
2
5
1
5
4
3
3
4
3
6
4
4
4
4
4
3

3
4
5
4
4
4
3
3
3
4
4
3
2
5
4
4
3
3
4
5
5
4
4
4
3
5
4
2

34

No
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Umur (tahun)
20
22
20
20
21
20
22
25
24
21

Jenis
kelamin
P
P
P
P
P
P
L
P
L
P

Posisi Foramen Mentalis
Kanan
Kiri
3
2
2
2
5
3
5
4
4
2

3
4
4
4
5
3
4
4
3
3

Keterangan:
Posisi 1 : di anterior premolar satu bawah.
Posisi 2 : segaris premolar satu bawah.
Posisi 3 : di antara premolar satu dan premolar kedua bawah.
Posisi 4 : segaris premolar kedua bawah.
Posisi 5 : di antara premolar kedua dan akar mesiobukal molar satu bawah.
Posisi 6 : segaris akar mesiobukal molar satu.

35

Lampiran 3

HASIL PERHITUNGAN SPSS

Frequency Table
Umur
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

20

24

63.2

63.2

63.2

21

6

15.8

15.8

78.9

22

2

5.3

5.3

84.2

23

1

2.6

2.6

86.8

24

4

10.5

10.5

97.4

25

1

2.6

2.6

100.0

38

100.0

100.0

Total

jenis kelamin
Cumulative
Frequency
Valid

laki-laki

Percent

Valid Percent

Percent

7

18.4

18.4

18.4

Perempuan

31

81.6

81.6

100.0

Total

38

100.0

100.0

kanan
Cumulative
Frequency
Valid

Di anterior premolar 1 dan 2
bawah

Percent
1

2.6

Valid Percent
2.6

Percent
2.6

36

Segaris premolar 1 bawah

5

13.2

13.2

15.8

di antara premolar 1 dan 2

12

31.6

31.6

47.4

14

36.8

36.8

84.2

5

13.2

13.2

97.4

1

2.6

2.6

100.0

38

100.0

100.0

bawah
Segaris premolar kedua
bawah
premolar 2 bawah, akar
mesiobukal molar 1 bawah
segaris akar mesiobukal molar
1 bawah
Total

kiri
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Segaris premolar 1 bawah

2

5.3

5.3

5.3

di antara premolar 1 dan 2

12

31.6

31.6

36.8

18

47.4

47.4

84.2

6

15.8

15.8

100.0

38

100.0

100.0

bawah
Segaris premolar kedua
bawah
premolar 2 bawah, akar
mesiobukal molar 1 bawah
Total

keseluruhan
Cumulative
Frequency
Valid

Di anterior premolar 1 dan 2

Percent

Valid Percent

Percent

1

1.3

1.3

1.3

7

9.2

9.2

10.5

bawah
Segaris premolar 1 bawah

37

di antara premolar 1 dan 2

24

31.6

31.6

42.1

32

42.1

42.1

84.2

11

14.5

14.5

98.7

1

1.3

1.3

100.0

76

100.0

100.0

bawah
Segaris premolar kedua
bawah
premolar 2 bawah, akar
mesiobukal molar 1 bawah
segaris akar mesiobukal molar
1 bawah
Total

Descriptives

Descriptive Statistics
N

Minimum

Umur

38

Valid N (listwise)

38

20

Maximum
25

Mean
20.89

Std. Deviation
1.485

38

Lampiran 4

SURAT PERSETUJUAN KOMISI ETIK

39

Lampiran 5

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Saudara.
Perkenalkan nama saya Malfi Tunruan Makkelo. Saya adalah mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi USU dan saat ini saya sedang menjalani penelitian dengan
judul “Posisi Foramen Mentalis pada Mahasiswa suku Batak Ditinjau dari
Radiografi Panoramik di FKG USU”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui posisi foramen mentalis (lubang kecil dibawah akar gigi belakang) pada
mahasiswa suku Batak dari radiografi di FKG USU. Manfaat dari penelitian ini
adalah memberikan informasi mengenai variasi posisi foramen mentalis (lubang kecil
di bawah akar gigi belakang rahang bawah) pada mahaiswa suku Batak yang dapat
menjadi panduan apabila melakukan penyuntikan anastesi (obat bius) pada saat
perawatan gigi rahang bawah.
Pada penelitian ini, prosedur yang akan saya lakukan adalah pengambilan foto
ronsen panoramik di Unit Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara. Pengambilan foto ronsen ini hanya membutuhkan waktu
kira-kira 3 – 4 menit. Dosis radiasi pada satu kali pengambilan foto panoramik adalah
0,004 – 0,003 mSv sehingga tidak akan memberikan efek samping ataupun risiko
merugikan.
Jika Anda bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian
terlampir harap ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan
kepada peneliti. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan
Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini
berlangsung.

40

Apabila terjadi sesuatu hal yang merugikan berkaitan dengan penelitian ini,
dapat menghubungi alamat di bawah ini:

Malfi Tunruan Makkelo
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Jalan Alumni No. 2 kampus USU Medan 20155
Telp: 085242620760

Partisipasi Saudara dalam penelitian ini tidak dipungut biayat. Demikian
penjelasan dari saya, mudah-mudahan dapat dimengerti.

atas kesediaan waktu

Saudara(i), saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Malfi Tunruan Makkelo)

41

Lampiran 6

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

:

Alamat

:

Telepon/HP

:

Setelah mendapat penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan dan manfaat
yang didapatkan pada penelitian yang berjudul:
“Posisi Foramen Mentalis pada Mahasiswa suku Batak Ditinjau dari
Radiografi Panoramik di FKG USU”
secara sadar dan tanpa paksaan menyatakan setuju menjadi subjek pada
penelitian ini.

Medan, ......................................
Yang menyetujui,
subjek Penelitian

(...................................................)

42

Lampiran 7

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No.
1
2
3
4

Kegiatan
Penyusunan
proposal
Pengumpulan
data
Pengolahan
dan analisis
data
Penyusunan
laporan

1

Agustus
2 3 4

1

September
2 3 4

1

Oktober
2 3 4

1

November
2 3 4

43

Lampiran 8

RINCIAN BIAYA PENELITIAN
POSISI FORAMEN MENTALIS PADA MAHASISWA SUKU BATAK
DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK DI FKG USU

Besar biaya yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebesar empat juta
seratus dua puluh ribu rupiah dengan riincian sebagai berikut:
Biaya pengambilan foto panoramik 38 sampel

: Rp 3.800.000,00

Biaya alat tulis, kertas dan tinta

: Rp

200.000,00

Biaya penggandaan proposal dan hasil peneliitian

: Rp

120.000,00
+

Jumlah

Biaya penelitian ditanggung sendiri oleh peneliti

Rp 4.120.000,00

44

Lampiran 9
CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI
Nama Lengkap

: Malfi Tunruan Makkelo

Tempat Tanggal Lahir

: Sinjai, 4 April 1991

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Anak ke

: 2 (dua) dari 3 (tiga) bersaudara

Alamat

: Jalan Djamin Ginting Gang Senina No. 30 Medan

Telepon/Hp

: 085242620760

Alamat e-mail

: malfitunruanmakkelo@yahoo.co.id

PENDIDIKAN
1997 – 2003

: Menjalani pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 28
Pakkita

2003 – 2006

: Menjalani pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Negeri 1 Sinjai Timur

2006 – 2008

: Menjalani pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 1 Sinjai Timur

2008 – 2009

: Menjalani pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 7 Makassar

2010 – sekarang

: Menjalani Program Sarjana-1 Pendidikan Dokter Gigi di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Bandari K, Nimmagadda HK, Mukherji A. Morphology and morphometry of
mental foramen in the region of maharashtra. Indian J of Applied Res 2013; 3:
1-2.
2. Afkhami F, Haraji A, Boostani HR. Radiographic localization of the mental
foramen and mandibular canal. J of Dent, Tehran University of Med Sci 2013;
10: 436-42.
3. Jamdade AS, Yadaf S, Bhayana R, Khare V, Pardhe N, Mathur N. Radiographic
of mental foramen in a selected indian population. Innovative J of Med and
health Sci 2013; 3: 249-53.
4. Al-Juboory J, Al-wakeel HA, Yun CM, Wen FS. Location of mental foramen
among malaysia populations: retrospective study by using orthopantomogram.
World Sci Res J 2013; 1: 85-90.
5. Yesilyurt H et al. Local differences in the position of the mental foramen. Folia
Morphol 2008; 67: 32-5.
6. Gupta S, soni S. Study of anatomical variations and incidence of mental foramen
and accessory mental foramen in dry human mandibles. National of Med Res
2012; 2: 28-30.
7. Udhaya K, Sridhar J. The morphometric of the mental foramen in adult dry
human mndibles: a study on th south indian population. J of Clinical and
Diagnostic Res 2013; 7: 1547-51.
8. Amorim M et al. The mntal foramen position in dentate and edentulous
brazilian’s mandible. Int J Morphol 2008; 26: 981-7.
9. Roy PP, Ambali MP, Doshi MA, Jadhav SD. Variation in the position shape and
direction of mental foramen in dry mandible. Int J Anat Res 2014; 2: 418-20.
10. Agarwar DR, Gupta SB. Morphometric Analysis of mental foramen in Human
Mandibles of south gujarat. People’s J of Sci Res 2011; 4: 15-8.

29

11. Gungor K, Ozturk M, Semiz M, brooks SL. A radiographic study of location of
mental foramen in a selected turkish population on panoramic radiograph. Coll
Antropol 2006; 4: 801-5.
12. Khairiyyah N. Posisi foramen mentale regio kiri mandibula ditinjau secara
radiografi panoramik pada masyarakat di kecamatan medan selayang. Skripsi.
Medan: Departemen Radiologi Dental FKG USU 2013: 19.
13. Nesyia WD. Posisi foramen mentale regio kanan mandibula ditinjau secara
radiografi panoramik pada masyarakat di kecamatan medan selayang. Skripsi.
Medan: Departemen Radiologi Dental FKG USU 2013: 14, 20.
14. Manja CD. Posisi foramen mentale berdasarkan jenis kelamin dilihat melalui
radiografi. Dentika Dent J 2006; 11: 16-9.
15. Al-Juboory MJ, al-wakeel HA, Wen FS, Yun CM. Mental foramen and its
implication in dental treatmen plan. World J Med Sci Res 2014; 2: 35-42.
16. Baru

MB.

Proto

melayu

dan

deutro

melayu

indonesia.

http://modelbusanabaru.blogspot.com/2012/09/proto-melayu-dan-deutromelayu-indonesia.html .(18 Agustus 2014).
17. Siregar

MA.

Variasi

wajah

suku

batak.

http:

/repositoryipb.ac.id/handle/123456789/55278. (31 Agustus 2014).
18. Ngeow WC, Yuzawati Y. The location of mental foramen in selected malay
population. J of Oral Sci 2003; 45: 171-5.
19. Ukoha UU et al. Position, shape and direction of the mental foramen in
mandibles in south-eastern nigeria. Int J of Biomedical Res 2013; 4: 500-3.
20. Al-Juboory MJ, Yuen KY. The importance of the mental foramen location
detection by using different radiographic technique: mini review. Int J of Med
Imaging 2014; 2: 63-8.
21. Aher V et al. Anatomical position of mental foramen: a review. Global J of Med
and Public Health 2012; 1: 61-4.
22. Hasan T, Fauzi M, Hassan D. Bilateral absence of mental foramen variation. Int
j of Anat variations 2010; 3: 187-9.

30

23. Goregen M, miloglu O, Ersoy I, Bayrakdar IS, Akgul HM. The assesment of
accessory mental foramina using cone-beam computed tomography. Turk J Med
Sci 2013; 43: 479-83.
24. Prabodha LBL, Nayakkara. The positions and morphological variations of
mental foramen in mandibles. Galle Med J 2006; 11: 13-5.
25. Joudzbalys G, Wang HL, Sabalys G. Anatomy of mandibular vital structures.
Part II: mandibular incisive canal, mental foramen, and asociated
neurovascular bundles in relation with dental implantology. J of Oral &
Maxillofacial Res 2010; 1: 1-10.
26. White SC, Pharaoh MJ. Oral radiology: principles and interpretation 6th ed.
Kanada. Elsavier 2009: 175.
27. Ramadhan A, Messo E, Hirsch M. Anatomical of mental foramen. Stomalogija,
Baltic Dent and Maxillofacial J 2010; 12:93-6.
28. Frommer HH, Savage S. Radiology for the dental professional. Missouri. El
sevier 2005: 277-9, 400.
29. Suhendriyah

S.

Perkembangan

cranium

dan

rangka

wajah.

elisa.ugm.ac.id/user/archive/.../6fd56269218e4417947658026682aa975.

http:
(4

November 2014)
30. Balcioglu et al. Horizontal migration of pre- and postnatal mental foramen: an
anatomic study, Int J of Pediatric of Pediatric Otorhinolaryngology
2011;75:1436-41.

16

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Departemen Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian adalah pada bulan
Oktober 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa suku Batak di lingkungan
FKG USU.

3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa suku Batak di lingkungan FKG
USU yang berusia 20 – 25 tahun. Metode pemilihan sampel dilakukan dengan cara
purposive sampling. Jumlah sampel diambil berdasarkan kebutuhan sampel. Sampel
dikumpulkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi sampel adalah
suku Batak asli(dua keturunan di atas) yang telah menyetujui lembar informed consent,
masih memiliki gigi premolar satu, premolar kedua dan molar satu rahang bawah.
Kriteria eksklusi sampel adalah sampel pernah mengalami trauma dengan keterlibatan
mandibula.

16

17

Penentuan besar sampel dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Rumus besar sampel:

n=

�� 2 � (1−�)
�2

dengan ketentuan :
n

: besar sampel



: deviasi baku alfa=1,96

P

: proporsi penelitian sebelumnya, Nesyia (2013) = 33%= 0,33

1 – P : 1 – 0,33=0,67
D

: absolute precision = 15% = 0,15

Sehingga n =
n=

(1,96)2 . 0,33 . 0,67
(0,15)2

0,8493778
0,0225

n = 37,750124
Besar sampel minimal pada penelitian adalah 38 sampel. Pada penelitian ini
digunakan sebanyak 38 sampel.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel pada penelitian ini adalah:
1. Foramen mentalis
2. Posisi foramen mentalis
3. Suku Batak
4. Usia
5. Radiografi panoramik digital

18

3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel tersebut adalah:
No Variabel

Definisi Operasional

Cara
pengukuran

1 Foramen
mentalis

Suatu foramen kecil
yang terletak pada sisi
anterolateral mandibula

2 Posisi
foramen
mentalis

Di daerah anterior Observasi
premolar satu sampai Visual
ke molar satu

3 Suku
Batak

Suku
yang
dua Kuesioner
keturunan di atasnya
baik dari pihak ayah
maupun ibu adalah
suku
Batak
dan
mempunyai marga

4 Usia

-

Usia responden pada Kuesioner
pengambilan
foto
panoramik
yang
dihitung sejak ulang
tahun terakhir
5 Radiografi Salah satu radiografi
panoramik ekstra
oral
untuk
mendapatkan gambaran
digital
utuh dari keseluruhan
maksilofasial
secara
computerized

Hasil Pengukuran
-

Skala
-

Penilaian
posisi
foramen mentalis:
Posisi 1: di anterior
akar premolar satu
bawah
Posisi 2: segaris akar
premolar satu bawah
Posisi 3: di antara akar
premolar
satu
dan
premolar kedua bawah
Posisi 4: segaris akar
premolar kedua bawah
Posisi 5: di antara akar
premolar kedua bawah
dan akar mesio bukal
molar satu bawah
Posisi 6: segaris akar
mesiobukal molar satu
bawah
Suku Batak

Ordinal

20 – 25 tahun

Numerik

-

Ordinal

-

19

3.5 Prosedur Penelitian
a. Peneliti memberikan lembar kuisioner kepada subjek penelitian.
b. Peneliti mengumpulkan kuisioner yang telah diisi dan melakukan screening
untuk mendapatkan sampel yang sesuai kriteria.
c. Peneliti memberikan inform consent kepada subjek penelitian. Setelah subjek
penelitian setuju, maka dilakukan pengambilan radiograf panoramik di Unit Radiologi
kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
d. Melakukan pengamatan posisi foramen mentalis pada radiograf panoramik
secara computerized dengan cara:
-

Membuka software CliniView versi 10.1.2 dan tekan search untuk
membuka radiograf panoramik yang akan diperiksa.

-

Tekan image dan create copy untuk menghasilkan satu radiograf
panoramik yang sama seperti foto aslinya.

-

Tekan contrast brightness dan zoom untuk memperbesar radiograf
supaya foto lebih jelas dan terang.

e. Mencatat posisi foramen mentalis berdasarkan kriteria dari Anshuman:3
-

Posisi 1: di anterior premolar satu bawah.

-

Posisi 2: segaris premolar satu bawah.

-

Posisi 3: di antara premolar satu dan premolar kedua bawah.

-

Posisi 4: segaris premolar kedua bawah.

-

Posisi 5: di antara premolar kedua bawah dengan akar mesiobukal molar
satu bawah.

-

Posisi 6: segaris akar mesiobukal molar satu bawah.

f. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan radiologist.
g. Menganalisis data yang diperoleh.

20

Gambar 7. Gambaran radiografi panoramik posisi foramen mentalis pada mahasiswa
suku Batak di FKG USU.
A. posisi 1, B. Posisi 2, C. Posisi 3, D. Posisi 4, E. Posisi 5, F. Posisi 6.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program SPSS 17.

3.6.2 Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif dan disajikan
dalam bentuk persentase.

3.7 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup:
1. Lembar Persetujuan (informed consent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden kemudian menjelaskan terlebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan

21

dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi
Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional
maupun nasional. Komisi Etik Penelitian Kesehatan telah mengeluarkan surat
persetujuan nomor: 464/KOMET/FK USU/2014.

22

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 38 orang yang terdiri dari 7 orang lakilaki dan 31 orang perempuan. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa suku Batak
di lingkungan FKG USU yang berusia 20 – 25 tahun yang

masih memiliki gigi

premolar satu, premolar kedua dan molar satu rahang bawah. Penelitian dilakukan pada
foto ronsen panoramik yang berpusat pada posisi foramen mentalis.

4.1 Posisi Foramen Mentalis Regio Kanan Mandibula
Posisi foramen mentalis regio kanan mandibula dapat dilihat pada tabel 1. Posisi
foramen mentalis regio kanan mandibula yang paling banyak berada segaris akar
premolar kedua sebesar 36,8% sedangkan yang paling sedikit berada di anterior
premolar satu dan segaris akar mesiobukal molar satu sebesar 2,6%.

Tabel 1. Posisi foramen mentalis regio kanan mandibula
Posisi

N

%

1

1

2,6

2

5

13,2

3

12

31,6

4

14

36,8

5

5

13,2

6

1

2,6

Total

38

100

4.2 Posisi Foramen Mentalis Regio Kiri Mandibula
Posisi foramen mentalis regio kiri mandibula dapat dilihat pada tabel 2. Posisi
foramen mentalis regio kiri mandibula yang paling banyak berada segaris premolar

23

kedua sebesar 47,4% sedangkan yang paling sedikit berada segaris akar mesiobukal
molar satu sebesar 0%.

Tabel 2. Posisi foramen mentalis regio kiri mandibula
Posisi

N

%

1

0

0

2

2

5,3

3

12

31,6

4

18

47,4

5

6

15,8

6

0

0

Total

38

100

4.3 Posisi Foramen Mentalis Secara Keseluruhan
Posisi foramen mentalis regio kanan dan kiri mandibula dapat dilihat pada tabel
3. Posisi foramen secara keseluruhan yang paling banyak berada segaris premolar kedua
sebesar 42,1% sedangkan yang paling sedikit berada di anterior premolar satu dan
segaris akar mesiobukal molar satu sebesar 1,3%.

Tabel 3. Posisi foramen mentalis secara keseluruhan
Posisi

N

%

1

1

1,3

2

7

9,2

3

24

31,6

4

32

42,1

5

11

14,5

6

1

1,3

Total

76

100

24

BAB 5
PEMBAHASAN

Posisi foramen mentalis pada mahasiswa suku Batak di FKG USU bervariasi,
berada di antara anterior akar premolar satu sampai segaris akar mesiobukal molar satu.
Pada penelitian ini, posisi foramen mentalis paling banyak berada segaris akar premolar
kedua yaitu sebesar 42,1%. Hal ini sesuai dengan penelitian Afkhami et al. (2013) yang
mendapatkan hasil posisi foramen mentalis pada populasi Iran di Tehran dengan
menggunakan radiografi panoramik terbanyak berada segaris akar premolar kedua
sebesar 67%.2 Penelitian Bhandari et al. (2013) di India mendapatkan hasil posisi
foramen mentalis terbanyak berada pada sumbu longitudinal premolar kedua yaitu
sebesar 62% pada regio kanan dan sebesar 48% pada regio kiri.1
Jamdade et al. (2013) mendapatkan posisi foramen mentalis terbanyak berada di
antara akar premolar satu dan premolar kedua sebesar 46,1%.3 Gungor et al. (2006) juga
mendapatkan hasil posisi foramen mentalis ditinjau menggunakan radiografi panoramik
pada penduduk Turki terletak di antara premolar satu dan premolar kedua sebesar
71,5%.11 Pada penelitian ini, posisi foramen mentalis berada di antara premolar satu dan
premolar kedua sebesar 31,6%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan
pertumbuhan dan pembentukan mandibula pada masing-masing individu. Pertumbuhan
mandibula biasanya didahului pertumbuhan cartilago Meckel. Pada tahap selanjutnya
tulang di regio incisura yang berhubungan dengan saraf mentalis umumnya akan
bertumbuh ke medial ke bawah saraf incisivus dan akan segera meluas ke atas di antara
saraf incisivus dan cartilago Meckel. Dengan cara ini saraf incisivus akan terselubung
di dalam tulang yang dibentuk oleh lamina lateralis dan lamina medialis bergabung di
balik saraf tersebut. Pada tahap tersebut incisura yang mengandung saraf mentalis akan
berubah menjadi foramen mentalis melalui perluasan tulang ke atas daerah saraf dari
ujung anterior menuju ujung posterior incisura.29

25

Pada penelitian ini, posisi foramen mentalis yang berada di anterior akar
premolar satu sebesar 1,3%, yang berada segaris akar premolar satu sebesar 9,2%, yang
berada di antara akar premolar kedua dan akar mesiobukal molar satu sebesar 14,5%,
dan yang berada segaris akar mesiobukal molar satu sebesar 1,3%. Posisi foramen
mentalis yang bervariasi ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor seperti:
simetri segitiga mentale, morfologi mikroskopis dan makroskopik, kematangan
mandibula manusia, aktivitas remodelling tulang dan fitur paleoanthropologic dari
kerangka wajah. 21
Variasi posisi foramen mentalis dapat disebabkan karena perbedaan ras.
Foramen mentalis ditemukan lebih anterior pada ras Kaukasoid.19 Penelitian Neiva et
al.(2004) mendapatkan hasil posisi foramen mentalis pada ras Kaukasoid terbanyak
berada di antara premolar satu dan premolar kedua sebesar 58%.15 Posisi tersebut
terletak lebih anterior jika dibandingkan dengan posisi foramen mentalis pada penelitian
ini yang terbanyak berada segaris premolar kedua sebesar 42,1%.
Posisi foramen mentalis juga dipengaruhi oleh umur. Posisi foramen mentalis
akan bergerak ke arah distal. Pada umur tiga tahun, foramen mentalis ditemukan lebih
anterior, pada umumnya berada di antara akar kaninus desidui dan akar molar kedua
desidui. Foramen mentalis bergerak mundur seiring dengan bertambahnya usia. Hal itu
disebabkan karena pertumbuhan mandibula yang diikuti dengan terseretnya bundel saraf
mentalis. Pergerakan mundur foramen mentalis lebih pesat pada umur 4 - 9 tahun. Arah
dan laju pertumbuhan condylar mempengaruhi perubahan posisi mandibula. Tingkat
pertumbuhan condylar meningkat pada masa pubertas, mencapai tingkat tertinggi antara
12 dan 14 tahun, dan berhenti di rentang usia 20 tahun.30 Sampel pada penelitian ini
berumur 20 – 25 tahun. Pada penelitian ini, posisi foramen mentalis yang paling distal
ditemukan berada segaris akar mesiobukal molar satu sebesar 1,3%.
Hal yang perlu diperhatikan dari segi klinis posisi foramen mentalis adalah
dalam pemberian anastesi lokal pada saat melakukan blok saraf mentalis. Variasi posisi
foramen mentalis akan mempengaruhi keefektifan blok saraf mentalis yang mungkin
akan berkurang.

Apeks dari premolar ditemukan sangat dekat dengan foramen

mentalis. Jika terjadi overfilling pada saat melakukan perawatan endodontik, maka

26

dapat menyebabkan kerusakan dan iritasi pada saraf mentalis.21

Posisi foramen

mentalis juga perlu diperhatikan pada saat pemasangan implan. Komplikasi yang dapat
terjadi akibat pemasangan implan yang mengenai saraf mentalis adalah perubahan
neurosensorik pada dagu dan bibir bawah.25

27

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah:
Posisi foramen mentalis pada mahasiswa suku Batak ditinjau dari radiografi
panoramik di FKG USU bervariasi di antara anterior akar premolar satu sampai segaris
akar mesiobukal molar satu, dimana posisi paling banyak berada segaris akar premolar
kedua yaitu sebesar 42,1%, yang di ikuti posisi di antara akar premolar satu dan
premolar kedua sebesar 31,6%, posisi di antara akar premolar kedua dan akar
mesiobukal molar satu sebesar 14,5%, posisi segaris akar premolar satu sebesar 9,2%,
posisi di anterior akar premolar satu sebesar 1,3%, posisi segaris akar mesiobukal molar
satu sebesar 1,3%.

6.2 Saran
Saran penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut pada rentang umur sampel yang
berbeda.
2. Diharapkan adanya penelitian yang sama pada suku yang berbeda dengan
menggunakan radiografi yang berbeda.

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis,
radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep.

2.1 Suku Batak
Penduduk Indonesia termasuk ke dalam ras Melayu yang terdiri atas ras Proto
Melayu dan ras Deutero Melayu. Ras Proto Melayu masuk ke Indonesia kira-kira
pada tahun 1500 SM. Ras Proto Melayu memasuki Indonesia melalui 2 jalur/jalan
yaitu jalan barat melalui Malaya ke Sumatera dan jalan timur melalui Philipina ke
Sulawesi. Suku yang termasuk Proto Melayu adalah: Batak, Dayak dan Toraja. Ras
Deutero Melayu memasuki Indonesia melalui satu jalan saja yaitu jalan barat melalui
Malaya ke Sumatera. Yang termasuk keturunan Deutero Melayu adalah: Jawa,
Melayu, Minang dan Bugis.16
Suku Batak terdiri dari beberapa subsuku yaitu Batak Toba, Batak Karo,
Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Mandailing dan Batak Angkola. Masingmasing subsuku Batak tersebut mempunyai tingkat kesamaan yang tinggi, baik dari
segi adat, budaya dan juga marga yang merupakan identitas dari suku Batak. Pada
awalnya,

setiap

pembukaan

perkampungan

baru

selalu

diikuti

penabalan

(pengukuhan) marga baru bagi orang yang membuka perkampungan tersebut. Suku
Batak menganut sistem kekerabatan patrilineal. Sistem patrilineal menentukan garis
keturunan yang selalu dihubungkan dengan anak laki-laki atau garis keturunan yang
didasarkan pada ayah.17

2.2 Foramen Mentalis
Foramen mentalis adalah lubang kecil pada bagian anterolateral mandibula
yang pada umumnya terlihat bulat atau oval. Ukuran rata-rata foramen mentalis
adalah 4,6 mm (horizontal) dan 3.4 mm (vertikal).18

6

Gambar 1. Foramen mentalis.19
2.2.1 Anatomi Foramen Mentalis
Foramen mentalis menandai berakhirnya kanal mandibula di rahang bawah.
Foramen mentalis berjarak 28 mm dari midline mandibula, dan berjarak 14 - 15 mm
dari batas inferior mandibula.20 Foramen mentalis merupakan tempat keluar saraf dan
pembuluh darah mentalis.21, 22

2.2.2 Persarafan Foramen Mentalis
Saraf mentalis merupakan cabang dari saraf alveolaris inferior. Saraf
alveolaris inferior adalah salah satu cabang dari divisi posterior mandibular. Saraf
mandibular adalah divisi dari saraf trigeminus.15 Saraf mentalis mempersarafi gigi,
bibir, gingiva pada rahang bawah dan jaringan lunak dagu.21,22 Saraf mentalis adalah
saraf yang murni sensorik. Saraf mentalis akan terbagi menjadi empat cabang, yaitu:
cabang angular yang akan mempersarafi sudut mulut, cabang medial dan lateralis
yang mempersarafi kulit bibir bawah, mukosa mulut dan gingiva di wilayah premolar
dan cabang mentalis yang mempersarafi kulit di wilayah mental.23

2.2.3 Posisi Foramen Mentalis
Melokalisir posisi klinis yang akurat dari foramen mentalis merupakan
prosedur yang sulit. Posisi umumnya digambarkan terletak di bawah premolar kedua
rahang bawah, namun posisi tersebut dapat bervariasi pada setiap individu.1,20

7

Posisi foramen mentalis yang bervariasi tergantung dari berbagai faktor
seperti: simetri segitiga mental, morfologi mikroskopis dan makroskopik,
kematangan

mandibula

manusia,

aktivitas

remodelling

paleoanthropologic dari kerangka wajah. Bentuk

tulang

dan

fitur

yang berbeda dari foramen

mentalis juga menunjukkan variasi yang mengarah ke anterosuperior, anteroinferior
dan posteroinferior. Jumlah bukaan di wilayah foramen mentalis juga bervariasi, yang
biasanya foramen tunggal dapat menjadi dua atau tiga foramen, foramen tunggal
dengan kelompok foramina aksesori di sekitarnya.21
foramen mentalis dapat berada pada enam posisi, yaitu:3
a. Posisi 1: di anterior akar premolar satu bawah.
b. Posisi 2: segaris akar premolar satu bawah.
c. Posisi 3: di antara akar premolar satu dan premolar kedua bawah.
d. Posisi 4: segaris akar premolar kedua bawah.
e.Posisi 5: di antara akar premolar kedua dan akar mesiobukal molar satu
bawah.
f. Posisi 6: segaris akar mesiobukal molar satu.
Lokasi foramen mentalis dapat berubah seiring dengan perubahan usia.2
Foramen mentalis biasanya ditemukan lebih dekat dengan alveolar ridge pada anakanak yang giginya belum erupsi. Pada saat gigi sudah erupsi, foramen mentalis mulai
turun ke tengah-tengah antara batas atas dan batas bawah. Pada orang dewasa dengan
gigi permanen yang semuanya sudah erupsi, foramen mentalis bergerak agak lebih
dekat ke arah inferior. Posisi foramen mentalis juga akan berubah karena faktor
kehilangan gigi.21 Pada orang
mengalami

tua yang telah kehilangan gigi dan dan telah

resorpsi tulang, foramen mentalis bergerak relatif ke arah alveolar

24

ridge.

Pada kasus resorpsi yang

parah, foramen mentalis dan bagian yang

berdekatan dengan kanal mandibula biasanya terbuka pada margin alveolar. Saraf
mentalis dan bagian akhir dari saraf alveolaris inferior bahkan dapat ditemukan
langsung di bawah mukosa oral pada kasus yang sudah sangat parah.21

8

Gambar 2. Variasi anatomi posisi foramen mentalis.25
1. jarak dari foramen mentalis ke garis tengah
rahang bawah (perkiraan jarak 28 mm), 2.jarak dari
foramen mentalis ke perbatasan inferior (14-15 mm),
3.lokasi foramen mentalis pada bidang horizontal
dalam kaitannya dengan akar gigi, 4.bentuk foramen
mentalis dapat bulat atau oval, 5.prevalensi lokasi
foramen mentalis pada penduduk Kaukasia,
6.prevalensi lokasi foramen mentalis pada orang
Mongoloid dan orang Afrika.

Pengetahuan terhadap posisi foramen mentalis sangat penting untuk beberapa
tindakan klinis, yaitu:21
a. Dalam pemberian anastesi lokal untuk blok saraf mentalis arah jarum harus
diarahkan ke antero-infero-medial dan di premolar satu dan premolar kedua. Variasi
pada posisi dan jumlah foramen mentalis akan mempengaruhi keefektifan blok saraf
mentalis.
b. Sebelum muncul dari foramen mentalis, saraf menuju ke mandibula bagian
anterior dan kemudian muncul lagi dari foramen mentalis. Tingkat pengulangan
anterior saraf maksimum 2 mm ke perbatasan anterior dari foramen mentalis.
c. Bedah orthognathik adalah salah satu prosedur yang penting dilakukan
sebagai prosedur bedah estetik. Pemotongan osteotomy direncanakan sesuai dengan
posisi foramen mentalis yang terlihat pada radiografi dan kadang-kadang osteotomy
harus dipotong secara bertingkat daripada memiliki garis potongan lurus.

9

d. Dalam kasus fraktur di daerah parasymphysis, posisi foramen mentalis
dan keterlibatannya dengan daerah fraktur sangat penting. Fraktur parasymphysis
melewati foramen mentalis yang umumnya menunjukkan pembentukan hematoma
dan kehilangan neurosensorik setelah trauma.
e. Dengan hilangnya gigi di daerah premolar, resorpsi alveolar ridge akan
menyebabkan hilangnya tulang pada batas atas sehingga mengubah posisi relatif
foramen mentalis dari tingkat pertengahan menuju batas atas dari mandibula terhadap
alveolar ridge.
f. Apeks dari premolar ditemukan sangat dekat dengan foramen mentalis. Jadi
ketika perawatan endodontik dapat menyebabkan kerusakan dan iritasi pada saraf
mentalis.

2.3 Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik disebut juga dental panoramic tomografi atau
pantomografi merupakan teknik radiografi yang populer dalam kedokteran gigi.
Radiografi panoramik adalah teknik untuk menghasilkan gambar tomografi tunggal
dari struktur wajah yang meliputi rahang atas maupun lengkung gigi rahang bawah
dan struktur pendukungnya. Teknik Ini merupakan

variasi lengkung tomografi

konvensional dan juga didasarkan pada prinsip gerakan timbal balik dari sumber
sinar-x dan reseptor gambar di sekitar poin sentral disebut image layer yang menjadi
posisi objek berada. Objek di depan atau di belakang image layer tidak tertangkap
dengan jelas karena gerakannya lebih tertuju pada pusat rotasi reseptor sinar-x.26

10

Gambar 3. Radiograf panoramik. 27

2.3.1 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Radiografi Panoramik
Indikasi penggunaan radiografi panoramik adalah: situasi klinis dimana
radiografi panoramik berguna untuk

mendeteksi area patologi yang

luas,

memvisualisasikan gigi impaksi, patah tulang rahang, pasien yang tidak dapat
membuka mulutnya, evaluasi pola perkembangan dan pola erupsi gigi, masalah TMJ,
benda asing dan evaluasi implan.28
Kontraindikasi penggunaan radiografi panoramik adalah: untuk melihat lesi
karies yang kecil,melihat lesi periapikal dan melihat jaringan periodontal.26

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik memiliki kelebihan dan kekurangan bila dibandingkan
dengan yang lain. Kelebihan dari radiografi panoramik adalah:28
a. Ukuran gambaran merupakan salah satu kelebihan utama. Radiografi
intraoral tidak mencakup seluruh mulut tetapi hanya gigi, alveolar ridge, dan bagian
dari tulang pendukung. Radiografi panoramik meliputi wilayah yang mencakup
semua mandibula dari kondilus ke kondilus dan daerah rahang atas mencakup sinus
maksilaris dan rongga hidung. Area di mandibula, seperti kondilus, inferior border,
angle, ramus ascending dan prosesus koronoideus serta seluruh lengkung rahang atas.

11

Daerah yang tidak divisualisasikan pada radiografi intraoral, terlihat secara jelas pada
radiografi panoramik.
b. Prosedur radiografi panoramik relatif sederhana untuk dilakukan. Dengan
pelatihan yang minimal, operator dapat mahir dalam mengambil film ini.
c. Karena radiografi panoramik merupakan prosedur ekstraoral, membutuhkan
kerjasama yang minimal dari pasien jika dibandingkan dengan radiografi intraoral.
d. Waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan radiografi panoramik lebih
singkat dari survei intraoral. Operator yang sangat terampil membutuhkan setidaknya
15 sampai 20 menit untuk melakukan survei intraoral, sedangkan radiografi
panoramik dapat diambil dalam waktu kurang dari 5 menit.
e. Dosis radiasi kepada pasien kurang dari atau sama dengan dosis dalam
radiografi intraoral. Radiografi panoramik memberikan sumsum tulang dosis yang
20% lebih kecil dari yang diterima pada serangkaian radiografi intraoral. Dosis
radiografi panoramik setara dengan yang diterima dari empat film bitewing.
Kekurangan dari radiografi panoramik adalah:28
a. Secara inheren menunjukkan pembesaran, distorsi geometrik, dan definisi
yang kurang. Dibandingkan dengan radiografi intraoral, radiografi panoramik tidak
memberikan definisi yang sebanding. Selain proses, faktor lain yang cenderung
menurunkan kualitas

gambar dibandingkan dengan film-film intraoral adalah

penempatan eksternal film dengan menghasilkan jarak peningkatan objek film,
penggunaan mengintensifkan layar, dan film yang lebih cepat dengan ukuran butir
besar.
b. Daerah yang berada di luar (baik di depan atau di belakang) focal trough
dapat terlihat buruk atau tidak terlihat sama sekali. Focal trough yang diterima tidak
selebar mandibula atau maksila sehingga hanya struktur

yang terletak di dalam

focal trough yang divisualisasikan dengan jelas.
c. Unit radiografi panoramik memiliki kecenderungan untuk menghasilkan
gambar yang tumpang tindih, terutama di daerah premolar.
d. Superimposisi dari kolom tulang belakang muncul di bagian anterior
radiografi panoramik. Jika pasien diposisikan dengan benar, itu tidak akan terjadi.

12

Namun tidak semua pasien memiliki kondisi yang sempurna, kadang ada beberapa
orang yang memiliki masalah fisik yang berakibat pada sulitnya membuat posisi yang
tepat. Gigi anterior dan tulang periapikal adalah yang paling sulit diinterpretasi pada
radiografi panoramik.

2.3.3 Foramen Mentalis pada Radiografi Panoramik
Foramen mentalis terlihat sebagai daerah radiolusen berbentuk bulat atau oval
dekat apeks gigi premolar. Foramen mentalis dapat ditemukan di antara, di bawah,
atau bahkan superimposisi pada apeks gigi premolar. Dari palung foramen ini, saraf
mentalis dan pembuluh darah muncul. Dalam beberapa kasus, kanal radiolusen
mandibular dapat dilihat mengarah langsung ke foramen. Superimposisi foramen
mentalis pada apeks premolar harus dibedakan dari kondisi patologis periapikal.
Menelusuri lamina dura dan

ruang ligamen periodontal akan membantu dalam

membedakan antara anatomi normal dengan kondisi patologis.28

Gambar 4. Radiograf panoramik posisi foramen mentalis. 3
Posisi foramen mentalis (tanda panah putih) berada di antara
premolar satu (tanda panah hijau) dan premolar kedua (tanda
panah biru).

13

Gambar 5. Radiograf panoramik posisi foramen mentalis. 3
Posisi foramen mentalis (tanda panah putih) segaris dengan
premolar kedua (tanda panah merah).

Foramen mentalis pada radiograf panoramik dapat diklasifikasikan ke dalam
empat jenis yaitu: saluran mental yang kontinu dengan kanal mandibula, foramen
yang jelas terpisah dari kanal mandibula, menyebar dan jenis tak teridentifikasi.25

A

B

C

D

Gambar 6. Klasifikasi foramen mentalis pada radiograf panoramik. 25
A. kontinu,
B. terpisah,
C. menyebar,
D. tak teridentifikasi.

14

2.4 Kerangka Teori

Suku Batak

foramen mentalis

Anatomi

Persarafan

Posisi

Pemeriksaan
Radiografi
Panoramik

Indikasi dan
kontraindikasi

Kelebihan dan
Kekurangan

15

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Foramen mentalis merupakan suatu foramen kecil berbentuk oval atau bulat
yang terletak pada aspek anterolateral pada setiap sisi mandibula.1 Foramen mentalis
terletak di bawah gigi premolar. Posisi foramen mentalis sulit untuk ditentukan
secara klinis karena tidak dapat divisualisasi ataupun dipalpasi, tetapi dapat dilihat
secara radiografi.2.3
Menurut penelitian

Afkhami et al. (2013) pada populasi Iran di Tehran

dengan menggunakan radiografi panoramik didapatkan sebesar 67% posisi foramen
mentalis berada di bawah premolar kedua.2 Jamdade et al. (2013) di India
menunjukkan bahwa posisi yang paling umum dari foramen mentalis ditinjau dari
radiografi panoramik berada di antara premolar satu dan premolar kedua sebesar
46,1%.3
Al-Juboory et al. (2013) di Kuala Lumpur meneliti posisi foramen mentalis
dengan menggunakan radiografi panoramik pada populasi Melayu, Chinese dan
India. Posisi foramen mentalis pada populasi Melayu terletak di antara premolar satu
dan premolar kedua sebanyak 51,91% pada regio kanan dan sebanyak 57,1% pada
regio kiri. Posisi foramen mentalis pada populasi Chinese terletak di antara premolar
satu dan premolar kedua sebanyak 50,8% pada regio kanan dan sebanyak 56,2% pada
regio kiri. Posisi foramen mentalis pada populasi India terletak di antara premolar
satu dan premolar kedua sebanyak 45,1% pada regio kanan dan sebanyak 62,0% pada
regio kiri.4
Bhandari d et al. (2013) mengamati posisi foramen mentalis pada mandibula
kering di India dan mendapatkan sebesar 62% berada pada sumbu longitudinal
premolar kedua regio kanan dan sebesar 48% berada pada sumbu longitudinal
premolar kedua regio kiri.1 Yesilyurt et al. (2008) di Turki menunjukkan bahwa
posisi dominan foramen mentalis pada mandibula kering regio kanan terletak segaris

2

premolar kedua sebanyak 55,7% dan sebesar 61,4% pada regio kiri.5 Gupta dan Soni
(2012) melaporkan bahwa posisi foramen mentalis pada mandibula kering di India
berada di bawah apeks premolar kedua sebesar 75,8%.6 Udhaya et al. (2013)
melaporkan bahwa posisi foramen mentalis pada mandibula kering di India Selatan
umumnya berada pada sumbu longitudinal premolar kedua sebesar 51,11% pada
regio kanan dan sebesar 52,22% pada regio kiri.7 Amorim et al. (2008) di Brazil
mengamati posisi foramen mentalis pada mandibula kering umumnya terletak segaris
sumbu longitudinal premolar kedua sebesar 71,4% pada regio kanan dan sebesar
68,1% pada regio kiri.8
Roy et al. (2014) di India melaporkan bahwa 52% foramen mentalis pada
mandibula kering terletak segaris dengan sumbu longitudinal premolar kedua.9
Agarwal dan Gupta (2011) menyimpulkan hasil penelitiannya di Gujarat Selatan
bahwa posisi foramen mentalis terbanyak pada mandibula kering terletak segaris
dengan premolar kedua sebesar 81,55% pada regio kanan dan 81,50% pada regio
kiri.10 Olasoji et al. (2004) menyatakan bahwa posisi foramen mentalis penduduk
Nigeria berada di antara premolar satu dan premolar kedua. Penelitian Apinhasmit et
al. (2006) menunjukkan posisi dari foramen mentalis penduduk Thailand terletak di
antara premolar satu dan premolar kedua.6
Penelitian Gungor et al. (2006) menunjukkan bahwa 71,5% dari posisi
foramen mentalis ditinjau menggunakan radiografi panoramik pada penduduk Turki
terletak di antara premolar satu dan premolar kedua.11Khairiyyah (2013) menyatakan
bahwa prevalensi posisi foramen mentalis mandibula rahang kiri ditinjau secara
radiografi panoramik pada masyarakat Medan Selayang memiliki posisi mayoritas
segaris dengan akar premolar kedua (53,7% dari total sampel 41 orang).12 Penelitian
Nesyia (2013) menunjukkan bahwa prevalensi posisi foramen mentalis regio kanan
mandibula ditinjau secara radiografi panoramik pada masyarakat di Kecamatan
Medan Selayang memiliki posisi yang mayoritas berada segaris dengan akar premolar
kedua (56,1% dari total sampel yang berjumlah 41 orang).13 Penelitian Manja (2006)
di Medan menggunakan radiografi pnoramik pada sampel sebanyak 44 orang

3

mendapatkan hasil yaitu sebesar 63,64% foramen mentalis berada pada apikal gigi
premolar kedua.14
Radiografi panoramik dimanfaatkan karena mencakup area yang lebih luas
dari jaringan keras dan lunak.15 Daerah divisualisasikan dalam kontinuitas yang
memungkinkan untuk lokalisasi yang lebih akurat dari foramen mentalis dalam
dimensi horizontal maupun vertikal. Selain itu, study comparative pada tengkorak
kering telah menunjukkan korelasi yang erat dengan lokasi foramen mentalis pada
radiografi panoramik.3 Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa
terdapat berbagai variasi dari posisi foramen mentalis. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk mengetahui posisi foramen mentalis pada mahasiswa suku Batak di
FKG USU.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dirumuskan masalah
yaitu bagaimana posisi foramen mentalis pada mahasiswa suku Batak ditinjau dari
radiografi panoramik di FKG USU.

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui posisi foramen mentalis pada mahasiswa suku Batak
ditinjau menggunakan radiografi panoramik di FKG USU.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat memberikan informasi mengenai variasi posisi foramen mentalis pada
mahasiswa suku Batak di FKG USU.

4

1.4.2 Manfaat Aplikatif
Dapat memberikan data mengenai posisi foramen mentalis ditinjau

dari

radiografi panoramik yang bermanfaat bagi dokter gigi dalam hal pemberian anastesi
pada saat pembedahan, perawatan endodontik, pemasangan implan serta menghindari
cedera pada saraf mentalis.

POSISI FORAMEN MENTALIS PADA MAHASISWA
SUKU BATAK DITINJAU DARI RADIOGRAFI
PANORAMIK DI FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
Malfi Tunruan Makkelo
NIM: 100600057

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
iv

Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Radiologi Kedokteran Gigi
Tahun 2014

Malfi Tunruan Makkelo
Posisi Foramen Mentalis pada Mahasiswa suku Batak Ditinjau dari Radiografi
Panoramik di FKG USU
x + 30 halaman
Posisi foramen mentalis sulit untuk ditentukan secara klinis, tetapi dapat dilihat
secara radiografi. Posisi umumnya digambarkan terletak di bawah premolar kedua
rahang bawah, namun posisi tersebut dapat bervariasi pada setiap individu. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui posisi foramen mentalis pada mahasiswa suku Batak
ditinjau dari radiografi panoramik di FKG USU.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 38 orang
mahasiswa suku Batak di lingkungan FKG USU yang berusia 20 – 25 tahun. Metode
pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Penelitian ini dilakukan
di Departemen Radiologi Kedokteran Gigi FKG USU.
Hasil penelitian ini adalah posisi foramen mentalis pada mahasiswa suku Batak
di FKG USU bervariasi, berada di antara anterior premolar satu sampai segaris akar
mesiobukal molar satu. Kesimpulan penelitian ini adalah posisi foramen mentalis pada
mahasiswa suku Batak di FKG USU paling banyak berada segaris akar premolar kedua
yaitu sebesar 42,1%.
Daftar rujukan: 30 (2003 – 2014)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Januari 2015

Pembimbing:

Tanda tangan

Cek Dara Manja, drg., Sp RKG

………………..

NIP. 19730713 200212 2 003

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal……………………………..

TIM PENGUJI

KETUA

: Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG

ANGGOTA

: 1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes, Sp. RKG(K)
2. H. Amrin Tahir, drg.
3. Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sebagai ungkapan puji syukur atas karunia Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan serta rezeki-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada ibunda Hj. Sitti
sufiati, S.Pd., M.Si atas segala kasih sayang, doa, dan dukungan serta segala bantuan
baik berupa moril maupun materil yang tidak akan terbalas oleh penulis. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada kakak Sukma Jamalia Putri, S. Pd dan adik
Atima Indo Lette, Amd. TW yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing Cek Dara Manja,
drg., Sp. RKG. yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan semangat,
motivasi, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan
yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.

Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., C.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.

2.

Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG. (K) selaku Ketua Departemen Radiologi
Kedokteran Gigi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
petunjuk dan dorongan kepada penulis.

3.

H. Amrin Thahir, drg. selaku staf senior di Departemen Radiologi Kedokteran Gigi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

iv

4.

Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG., Dewi Kartika, drg., dan Maria Novita H.
Sitanggang, drg. atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi
ini menjadi lebih baik.

5.

Wandania Farahanny, drg., MDSC selaku penasihat akademik yang telah memberikan
nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.

6.

Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah
banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani masa
pendidikan.

7.

Ibu Maya selaku dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Bidang Statistik yang telah
banyak membantu dalam penyempurnaan hasil penelitian ini.

8.

Pegawai Departemen Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara (Kak Rani, Kak Tetty dan Bang Ari).

9.

Sahabat – sahabat terbaikku Dedi Sulaiman, SKG, Fandra Nasution,SKG, Ikhwan
Zulmi, SKG, Ridho Fernandes, SKG, Yosua AS, Ilwandy Kosasih, Siti Gemala
Nelfi,SKG, Nurkamila Sari, SKG, Maylisa Karmina, SKG.

10. Teman-teman seperjuangan skripsi di Radiologi Kedokteran Gigi.
11. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu
pengetahuan dan masyarakat.

Medan, Januari 2015
Penulis,

(…………………….......)
Malfi Tunruan Makkelo
100600057

v

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI ..............................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................

iv

DAFTAR ISI ...........