1
Syifa Utami H, 2015 TINGKAT
KESIAPAN PETANI DALAM
MENGHADAPI PENGEMBANGAN
AGROPOLITAN DI
KECAMATAN CISURUPAN KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sektor pertanian menghasilkan berbagai bahan yang digunakan untuk
menunjang aktifitas dalam sektor lainnya seperti perdagangan, industri, jasa, dan lain sebagainya. Sektor pertanian umumnya menghasilkan bahan mentah yang
dapat diolah menjadi bahan baku lainnya. Hasil dari sektor pertanian tersebut digunakan oleh manusia untuk mempertahankan hidupnya dan meningkatkan
kesejahteraannya. Sektor pertanian umumnya berkembang di wilayah pedesaan. Indonesia
sebagai negara yang berkembang sebagian besar wilayahnya masih didominasi oleh perdesaan dengan sektor pertanian sebagai sumber penghasilannya. Sampai
saat ini, pemerintah Indonesia terus melakukan upaya pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya baik di daerah
perkotaan maupun perdesaan. Namun pembangunan yang dilaksanakan selama ini belum sepenuhnya merata. Hal ini terlihat dari semakin majunya perkembangan
kota namun berbanding terbalik dengan perdesaan. Pembangunan di Indonesia yang kurang merata tersebut menimbulkan
suatu kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan dalam ketersediaan lapangan pekerjaan. Sehingga pada umumnya, sebagian besar penduduk perdesaan
melakukan urbanisasi karena tersedianya banyak lapangan pekerjaan di wilayah perkotaan. Karena hal tersebut, sumber tenaga kerja untuk mengolah sektor
pertanian di perdesaan berkurang dan menimbulkan turunnya produktivitas pertanian. Maka untuk mengurangi laju urbanisasi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya di perdesaan perlu suatu usaha nyata untuk membangun desa yang dilaksanakan oleh pemerintah dan didukung oleh
masyarakatnya. Menurut Jayadinata 1999, hlm. 89 pembangunan masyarakat di negara
agraris seperti Indonesia umumnya bertujuan untuk memajukan sektor pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani. dalam kehidupan ekonomi pertanian,
wilayah pedesaan memerlukan empat kegiatan ekonomi: 1 pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang memperoduksi hasilnya, 2 industry yang
menghasilkan barang yang digunakan sebagai masukan dalam pertanian, 3
Syifa Utami H, 2015 TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN
CISURUPAN KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Industri untuk pengolahan hasil pertanian, 4 penyaluran hasil pertanian dan hasil industri pertanian kepada konsumen. Maka, fungsi wilayah pedesaan adalah
memproduksi bahan makanan dan bahan mentah bagi industri, yang sebagian dapat diolah ditempat.
Pembangunan sektor pertanian di perdesaan setidaknya harus mencakup industri yang mengelola bahan mentah hingga menjadi barang jadi ataupun setengah jadi. Maka
pemerintah sebagai pemangku kebijakan melakukan upaya untuk membangun desa salahsatunya adalah pengembangan kawasan agropolitan yakni pembangunan wilayah
yang fokus pada aktifitas pertanian. Hal ini sejalan dengan yang telah diungkapkan diatas dan sesuai dengan tipologi pedesaan yang umumnya didominasi kawasan
pertanian. Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan Kawasan Agropolitan sebagai kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan agrobisnis. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan penguatan sentra-sentra produk
pertanian yang berbasiskan pada kekuatan internal sehingga perdesaan menjadi kawasan yang memiliki pertumbuhan ekonomi dan daya kompetensi, baik secara interregional
maupun intraregional. Dalam Fitri 2014, hlm 15 bahwa “Tujuan pengembangan
kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan
desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem usaha agrobisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentr
alisasi di kawasan agropolitan”. Untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan
agropolitan dapat melalui: 1.
Pemberdayaan masyarakat. 2.
Penguatan kelembagaan petani. 3.
Pengembangan kelembagaan sistem agrobisnis. 4.
Peningkatan sarana-prasarana. 5.
Pengembangan iklim yang kondusif bagi investor 6.
Peningkatan sarana-prasarana kesejahteraan sosial.
Syifa Utami H, 2015 TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN
CISURUPAN KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Salahsatu kabupaten di Indonesia yang masih didominasi oleh kawasan pertanian adalah kabupaten Garut. Kabupaten Garut merupakan wilayah yang berada di
bagian selatan Jawa Barat. Luas kabupaten Garut meliputi areal 306.519 ha dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat. Topografi kabupaten Garut didominasi oleh pegunungan
serta memiliki hari hujan yang sangat efektif untuk mendukung pertumbuhan tanaman pangan dan hortikultura. Sehingga kabupaten Garut menghasilkan rata-rata produksi
yang tinggi untuk setiap komoditas yang ditanam. Dengan sektor pertanian yang menghasilkan produksi yang tinggi menjadikan Kabupaten Garut sebagai daerah yang
menyuplai kebutuhan pangan masyarakat di sekitarnya seperti Bandung, Jakarta, dan lain sebagainya.
Sektor pertanian di kabupaten Garut memberikan kontribusi nilai tambah hampir setengahnya terhadap perekonomian di wilayah ini. Sektor pertanian menyerap tenaga
kerja sebesar 33,63 dibandingkan dengan sektor jasa dan industri. Kinerja sektor pertanian di Kabupaten Garut secara makro sangat tergantung pada produktifitas
tanaman pangan padi palawija sebagai kontributor dominan pada sektor pertanian. Produksi padi di kabupaten Garut mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama
periode 2011-2013, yakni dari 974,95ribu ton menjadi 1.070,53 ribu ton, meningkat 9,8 selama dua tahun. Kabupaten Garut juga merupakan penyumbang produksi hampir
seluruh komoditi palawija tertinggi di Jawa Barat. Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Garut tahun 2014.
Selain padi dan palawija, beberapa komoditi sayuran juga merupakan produk unggulan di kabupaten Garut. Beberapa komoditi yang memberikan kontribusi di Jawa
Barat diantaranya seperti kentang, cabe, bawang daun, kubis, tomat, dan terung. Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Garut tahun 2014.
Dalam peraturan daerah Kabupaten Garut nomor 29 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Garut tahun 2011-2031, terdapat perencanaan berupa
KSK Kawasan Strategis Kabupaten yakni kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten. Salahsatu yang
meliputi KSK ini adalah kawasan agropolitan. Kawasan agropolitan terdiri dari kecamatan Cisurupan, kecamatan Cikajang, kecamatan Cigedug, kecamatan Sukaresmi,
kecamatan Pasirwangi, dan kecamatan Bayongbong.
Syifa Utami H, 2015 TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN
CISURUPAN KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kecamatan Cisurupan dalam KSK tersebut dijadikan pusat kawasan agropolitan yang difokuskan pada tanaman hortikultura. Hal ini disebabkan kecamatan Cisurupan
merupakan daerah yang strategis sehingga aksesibilitasnya mudah untuk menuju kecamatan Cisurupan. Selain itu, kecamatan Cisurupan berada hampir ditengah-tengah
diantara kecamatan lainnya yang menjadi wilayah hinterland, sehingga aksesibilitas kecamatan menuju kecamatan Cisurupan yang satu dan yang lainnya hampir merata.
Hasil pertanian di kecamatan Cisurupan diantaranya seperti padi, jagung, kentang, kubis, petsay, cabe besar, tomat, terung, wortel, kacang panjang, kacang
merah, buncis, ketimun, kangkung, labu siam, dan lain sebagainya. Hasil produksi tanaman hortikultura tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Hasil Produksi Tanaman Hortikultura tahun 2014
No Komoditas Hasil Produksi Ton
1. Bawang Merah
1.593 2.
Bawang Daun 5.892
3. Kentang
18.211 4.
Kubis 11.846
5. Petsay
6.338 6.
Cabe besar 8.007
7. Tomat
7.381 8.
Terung 1.339
9. Wortel
3.635 10. Kacang Merah
3.393 11. Buncis
2.872 12. Ketimun
1.145 13. Kangkung
344 14. Bayam
213 15. Labu Siam
2.454 16. Cabe Rawit
2.806
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura kab. Garut
Luas areal pertanian di kecamatan Cisurupan ini mencapai 4.496,30 Ha. dengan komposisi luas lahan sawah sebesar 34,24 dan sisanya adalah lahan bukan sawah
sebesar 65,76 . yang sebagian besar ditanami oleh pertanian hortikultura. Berkembangnya sektor pertanian di kecamatan Cisurupan ini juga didukung oleh
sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian 1.000-1.350 mdpl serta kecamatan
Syifa Utami H, 2015 TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN
CISURUPAN KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Cisurupan juga memiliki hari hujan sebanyak 224 hari dengan total turun sebanyak 1.713,2 cm
3
. Sumber: Statistik daerah kecamatan Cisurupan 2014. Pengembangan kawasan agropolitan di wilayah ini menjadikan tanaman
hortikultura sebagai komoditas unggulan. Tanaman hortikultura tersebut diantaranya bawang merah, bawang daun, wortel, kacang merah, cabe merah besar, cabe rawit,
terung, tomat, ketimun, labu siem, kentang, dan kubis. Pengembangan kawasan agropolitan di kabupaten Garut ini merupakan strategi
pembangunan yang dipercepat dengan memperkenalkan unsur gaya hidup manajemen kota yang disesuaikan dengan lingkungan dan budaya pedesaan internalized, sehingga
mendorong masyarakat desa untuk produktif dan tetap tinggal di pedesaan, mengurangi migrasi, mengurangi keretakan social social dislocation dalam proses pembangunan,
serta membangun jaringan net working dengan sektor dan daerah lain hingga terbentuk ruang sosio-tekno-ekonomis dan politik yang lebih luas Sumber:Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura kabupaten Garut. Rencana pengembangan kawasan agropolitan di kecamatan Cisurupan ini
memiliki tujuan salahsatu diantaranya adalah peningkatan hasil produksi sebanyak 5 dari setiap komoditas unggulan tersebut. Untuk mencapai target tersebut, UPTD Unit
Pelaksana Teknik Daerah Pertanian Kecamatan Cisurupan memiliki program diantaranya:
1. Menyalurkan bantuan pemerintah berupa pembangunan sistem irigasi serta
perbaikan sarana infrastruktur. Untuk pembangunan tersebut bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum.
2. Menyalurkan bantuan bibit komoditas unggulan.
3. Pembinaan kelembagaan.
4. Pelaksanaan kegiatan SL Sekolah Lapangan.
5. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani mengenai
pemilihan bibit unggul, penggunaan teknologi, dan hal lainnya. Dengan adanya pengembangan kawasan agropolitan ini diharapkan memberikan
dampak terhadap petani dan juga pendapatan kabupaten Garut diantaranya: 1.
Mendorong dan menciptakan iklim perekonomian di Kabupaten Garut yang kondusif bagi pembangunan sistem dan usaha agrobisnis.
Syifa Utami H, 2015 TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN
CISURUPAN KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
2. Mendayagunakan dan mengoptimalkan seluruh sumberdaya melalui
peningkatan pemanfaatan dan penerapan IPTEK serta kerjasama dan kemitraan sinergi antar pelaku pembangunan stakeholder
3. Mempercepat pembangunan wilayahdaerah tertinggal serta mengurangi dan
sekaligus merehabilitasi daerahwilayah kritis. 4.
Pengembangan masing-masing distrik harus senantiasa berorientasi pada kekuatan pasar market driven melalui pemberdayaan masyarakat yang
tidak saja diarahkan pada upaya pengembangan usaha budidaya on farm, tetapi juga meliputi pengembangan agrobisnis hulu penyediaan sarana
pertanian dan agrobisnis hilir processing dan pemasaran dan jasa-jasa pendukung Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura kabupaten
Garut. Kawasan agropolitan merupakan pengembangan kawasan yang didominasi oleh
kegiatan pertanian. Maka pengembangan kawasan ini harus disertai dengan dukungan dari masyarakat di kecamatan tersebut, terutama yang memiliki mata pencaharian
sebagai petani. Petani sebagai pengolah pertanian memiliki karakteristik sendiri pada suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya. Karakteristik petani itu sendiri
dapat dilihat dari segi seperti usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha tani, kondisi sosial ekonomi, keinginan untuk berkembang, keterampilan dalam
menggunakan teknologi, kepemilikan lahan, dan lain sebagainya. Sebab untuk mencapai tujuan pengembangan kawasan agropolitan membutuhkan peran aktif dari petani di
kawasan tersebut. Dengan mengidentifikasi karakteristik petani di kecamatan Cisurupan maka penulis tertarik untuk mengkaji tingkat kesiapan petani dalam menghadapi
pengembangan kecamatan Cisurupan menjadi kawasan agropolitan. Karena, kesiapan petani akan menentukan keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan di kecamatan
Cisurupan ini. Pengembangan kawasan agropolitan ini juga membutuhkan kerjasama yang baik antara pihak pemangku kebijakan, lembaga pengelola serta petani sebagai
sasarannya.
B. Identifikasi Masalah