Manfaat Penelitian Penjelasan Istilah

b. Teori Resepsi Sastra Resepsi disebut sebagai ajaran yang menyelidiki teks sastra dengan dasar reaksi pembaca riil dan mungkin terhadap suatu teks sastra Segers, 2000: 35. Sementara Pradopo 2003: 206 mengemukakan bahwa, resepsi adalah estetika ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Pendapat ini diperkuat oleh Junus 1985: 1, yaitu tanggapan sastra literary response atau pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan tanggapan. Tanggapan itu dapat bersifat pasif, yaitu bagaimana seorang pembaca memahami atau melihat estetika yang ada di dalamnya, dapat pula bersifat aktif yang berwujud bagaimana pembaca merealisasikan tanggapannya itu. Dapat disimpulkan bahwa resepsi sastra adalah penyelidikan teks yang dilakukan pembaca terhadap karya sastra bisa bersifat pasif yaitu pemahaman ataupun bersifat aktif dengan merealisasikan tanggapannya. Terdapat bermacam-macam varian pendekatan resepsi sastra yang dikembangkan oleh sejumlah tokoh dengan model yang berbeda-beda. Salah satu tokoh yang mengembangkan pendekatan ini adalah Rien T. Segers. Segers 2000: 157 mengemukakan bahwa aspek inti dalam mengetahui cara penilaian yang dilakukan oleh pembaca yakni aspek intelektual dan aspek emosional. Aspek intelektual meliputi sistem sastra yang membentuk karya sastra itu ditambah segi bahasa, sedangkan cakupan emosional meliputi proses mental yang terjadi dalam diri pembaca ketika membaca karya sastra seperti, daya tarik atau keterkejutan yang dialami pembaca Widodo dan Ekarini, 2009: 106. Deskripsi dari dua aspek tersebut dituangkan dalam sebuah kuesioner yang akan dipakai untuk meneliti resepsi pembaca terhadap suatu teks sastra. Indikator pada kedua aspek tersebut dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Terkait dengan pertanyaan yang disampaikan kepada siswa, Segers Junus, 1985: 67-68 menyebutkan ada tiga faktor yang perlu diperhatikan selain emosional dan intelektual, yaitu: 1 kebaruan berhubungan dengan penggunaan bahasa, spontanitas, ketegangan, dan minat, 2 akibat atau efek berhubungan dengan emosi, dipercayatidak, penokohanperwatakan, tarikan, dan tempo, dan 3 pemberian bentuk berhubungan dengan plot, tema, dan struktur. Selain itu, ada dua hal penting dalam teori resepsi sastra berdasarkan pendapat Segers 2000: 41, yaitu indeterminasi dan cakrawala harapan. Keduanya merupakan teori dasar yang harus dipahami dalam resepsi sastra. 1 Indeterminasi Indeterminasi ialah adanya ruang kosong yang harus diisi oleh pembaca atau sering disebut sebagai tempat terbuka di dalam karya sastra. Iser Ratna, 2008: 171 juga mengintroduksi konsep ruang kosong, ruang yang disediakan oleh para penulis, di mana pembaca secara kreatif, secara bebas dapat mengisinya. Pembaca teks diperbolehkan merealisasikan atau melengkapi bagian-bagian indeterminasi berdasarkan pemikirannya sendiri. Bagian indeterminasi berasal dari pengalaman- pengalaman dan berbagai pengharapan hidup yang subjektif. Pendapat lain disampaikan oleh Pradopo 2003: 208 bahwa, ruang kosong atau indeterminasi dalam karya sastra berhubungan erat dengan sifat karya sastra yang multitafsir. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan jiwa pengarang. Banyak hal yang tidak dapat disebutkan pengarang dalam karyanya, maka pembaca diharapkan mampu mengisi ruang kosong tersebut. Ruang kosong mengendalikan teks dengan sifat terbuka, penulis seolah hanya menyediakan kerangka secara global sehingga pembaca dapat berperan aktif dan kreatif berpartisipasi. Iser Segers, 2000: 41 berpendapat bahwa indeterminasi sebagai sebuah proses komunikasi pada prinsipnya mempunyai dua fungsi, yaitu: 1 menandai hubungan skema tekstual karena ikatan itu sendiri tidak diberikan namun merupakan tugas pembaca untuk menyusunnya, 2 diciptakan untuk pembaca dari perspektif yang berubah-ubah. Perubahan ini menimbulkan bagian-bagian indeterminasi yang juga merupakan tugas pembaca untuk menghubungkan perubahan-perubahan perspektif tersebut agar cocok dengan struktur tekstualnya. 2 Horison Harapan Pradopo 2003: 207 mengemukakan bahwa horison harapan ialah harapan- harapan seorang pembaca terhadap karya sastra. Setiap orang mempunyai wujud sebuah karya sastra sebelum ia membaca suatu karya sastra. Dalam arti, seorang pembaca itu mempunyai konsep atau pengertian tertentu mengenai sebuah karya sastra baik sajak, cerpen maupun novel. Horison harapan seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan dalam menanggapi karya sastra. Penerimaan pembaca terhadap sebuah teks tidak hanya berkaitan dengan aspek kesastraan dan estetik saja, melainkan juga rasa tertarik oleh apa yang dikemukakan dalam teks.