4 oleh sesuatu karena urgensinya; tidak mengalami ketidaksabaran mengenai
peristiwa-peristiwa hidup; tidak senang membicarakan keberhasilannya, kecuali situasi tertentu menuntutnya berbuat demikian; jika bermain, mereka
melakukannya dengan santai dan demi kenikmatan hidup bukan untuk menunjukkan kehebatannya kepada orang lain; dan dapat menikmati suasana
santai tanpa rasa bersalah.
C. Manajemen Stres Dalam Kinerja Organisasi
Stres dalam organisasi tidak selamanya membahayakan kehidupan organisasi, sepanjang stres yang muncul hanya akan berada pada tingkat yang
rendah atau moderat. Alasannya adalah karena stres pada tingkat tertentu memang diperlukan karena dapat bersifat fungsional yang berperan sebagai
pendorong peningkatan kinerja anggota organisasi. Tetapi stres harus segera dikurangi atau dihentikan apabila gejala yang timbul akan berakibat pada stres
yang berkepanjangan atau berat yang akan bersifat disfungsional dan menurunkan kinerja yang pada akhirnya akan menimbulkan stres pada tataran organisasional
yang akan membahayakan kelangsungan hidup organisasi. Manajemen harus mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah dan
intensitas stres dalam rangka peningkatan efektivitas organisasi. Strategi menghadapi stres dapat diklasifikasikan dalam pendekatan
individual dan organisasional. Pendekatan individual dengan manajemen waktu, olah raga teratur, pelatihan rileks dan memperluas jaringan dukungan sosial.
Sedangkan pendekatan organisasional dengan menggunakan kendali manajemen dalam bentuk perbaikan proses seleksi dan penempatan, penggunaan prinsip-
prinsip penentuan tujuan secara reliastik, rancang bangun ulang pekerjaan, pengambilan keputusan yang partisipatif, proses komunikasi, dan olah
kebugaranSondang P Siagian, 2000,149-153. Strategi mengatasi stres di atas bukan berarti organisasi bersikap altruistik,
artinya pada analisis terakhir demi kepentingan organisasi sendiri, langkah- langkah organisasional diambil sebagai kebijakan. Namun langkah-langkah
5 tersebut diambil untuk hasil akhir peningkatan kemampuan organisasi dalam
meningkatkan efektivitas kinerjanya.
D. Stres Dan Konflik Dalam Organisasi
Stres dan konflik tidak bisa dipisahkah, karena stres yang berat dan berkepanjangan akan menimbulkan konflik dalam diri individu maupun antar
indvidu dalam organisasi. Konflik bisa terjadi dalam hubungan antara pimpinan manajer dan bawahan karena karakter hubungan yang hirarkis. Konflik yang
terjadi dalam tataran rendah dapat dipandang sebagai bagian dari manajemen yang diharapkan ada perubahan-perubahan berarti. Tetapi kalau konflik sudah
parah dan mendalam sehingga emosi sudah memainkan peranan penting, hal tersebut menunjukkan kelemahan organisasi dan menempatkannya pada posisi
merugikan. Konflik yang terjadi dalam organisasi sangat sulit untuk dihilangkan.
Persaingan dan konflik mudah timbul dalam hubungan antar kelompok karena berbagai faktor perbedaan sasaran, sistem nilai, upaya, dan kepentingan.
Doctoroff Mada Sutapa, 2002 menyebut konflik sebagai ibu dari segala perubahan the mother of changes, karena kalau konflik dikelola dengan baik
akan mendorong pada perubahan yang berarti.
E. Sumber Masalah Penyebab Konflik