33 7.
Winding
merupakan proses penggulungan benang menjadi bentuk gulungan yang lebih besar sesuai permintaan konsumen. Proses ini
juga merupakan proses memperbaiki kualitas benang dengan menghilangkan bagian-bagian yang lemah, jelek, dan tidak rata. Hasil
wawancara dengan Bapak Achmad Khoirul-Manager Unit Kerja Spinning 2 pada 13 pebruari 2013
2. Peran Ganda Perempuan : Karyawati Unit Kerja Spinning 2
Sebelum industri manufaktur berkembang di Bawen kehidupan masyarakat bergantung pada sektor agraris. Setiap hari mereka melakukan
aktifitas dengan lingkungan alam. Dimulai sejak pagi hari mereka pergi ke hutan mencari rerumputan untuk makanan hewan ternak peliharaannya
yang kemudian dilanjutkan dengan pergi ke sawah sekedar melihat perkembangan tanaman padi dan sayur. Sekitar pukul 12.00 mereka
istirahat sejenak dan sekitar setelah dzuhur hingga adzan ashar mereka melanjutkan aktifitas pertanian yang sebelumnya belum selesai. Bagi
mereka tak ada hari tanpa pergi mencari rerumputan untuk makanan ternak atau hanya sekedar ke sawah mangatur saluran irigasi yang mengaliri
lahan mereka. Aktifitas masyarakat agraris lebih di dominasi oleh laki-laki.
Pembagian kerja masyarakat agraris tradisional kepada perempuan lebih dipengaruhi adanya mitos dan kepercayaan yang telah berkembang dan
kemudian menjadi steriotip bahwa perempuan dipandang berkedudukan lebih rendah dari pada laki-laki patriarki. Perempuan biasanya
34 mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan ketelitian dan kesabaran
sedangkan laki-laki lebih banyak mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik misalnya: membajak, mencangkul, mengatur
saluran irigasi sawah, dan lain sebagainya, sedangkan wanita mengerjakan pekerjaan menabur dan menanam benih
tandur,
mempersiapkan sesajen dalam berbagi aktifitas kepercayaan masyarakat Jawa, dan sisa waktu
setelah bekerja di lahan pertanian dihabiskan di dalam urusan rumah tangga.
Perbedaaan pembagian kerja yang tidak seimbang ini berkembang dan diterima oleh perempuan dan secara tidak langsung memposisikan
perempuan sebagai warga kelas dua yang keberadaannya dibawah laki- laki. Peran dan posisi perempuan yang tidak seimbang ini menjadi batas
pemisah dua jenis kelamin yang terjadi di masyarakat, perempuan dianggap sebagai individu yang lemah yang hanya mampu bekiprah dalam
sektor domestik rumah tangga dan pria dianggap sebagai individu yang berhak menduduki sektor publik.
Stereotip dan hukum hegemoni patriarki merupakan wujud tidak adanya pemberian
power
kepada perempuan untuk memberikan sumbangan tenaga dan pikirnya dalam aktualitas dan pemberdayaan.
Pemberdayaan kepada perempuan sangatlah penting sebagai sarana menentang ideologi patriarki. Setiap individu mempunyai pilihan dan
kontrol di semua aspek kehidupan sehari-hari, misalnya pekerjaan, akses
35 terhadap sumber daya, partisipasi dalam pembuatan keputusan sosial, dan
lain sebagainya Pranarka dan Moelyarto, 1996: 62. Stereotip terhadap perempuan dan hukum hegemoni patriarki
masyarakat Bawen sedikit demi sedikit berkurang ketika tumbuh dan berkembang aktifitas industri di Bawen dan meningkatnya jumlah
keterlibatan tenaga kerja perempuan dalam industri-pabrik di kawasan Industri Bawen. Hal ini tidak lepas dari dampak kebijakan pemerintah
dalam pembangunan nasional masa Orde Baru dalam hal intensifikasi pertanian. Keinginan pemerintah dalam meningkatkan hasil pertanian
dengan memperkenalkan dan mengirim paket teknologi pertanian merubah sistem pertanian dari tradisonal ke sistem pertanian modern yang
kemudian menyebabkan tersingkirnya sejumlah besar tenaga manusia dalam penggarapan lahan pertanian tidak terkecuali yang dialami oleh
perempuan. Sebagai contoh pekerjaan menumbuk padi guna menjadi beras yang biasanya dikerjakan oleh perempuan beralih menggunakan mesin
penggiling gabah dengan waktu singkat mampu menghasilkan beras dalam jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan apa yang dikerjakan
perempuan. Untuk menampung berlebihnya jumlah tenaga kerja tersebut kemudian pemerintah membuka dan mengembangkan sektor industri. Hal
tersebut yang kemudian menjadi pendorong beralihnya tenaga kerja perempuan ke dalam dunia industri.
36 Pertumbuhan dan perkembangan teknologi dan industri secara cepat
berdampak pada kehidupan masyarakat dan kebudayaan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang lalu.
Dengan tumbuh dan berkembangnya sebuah industri di suatu wilayah maka secara otomatis akan berpengaruh pula pada kehidupan di wilayah
dimana industri itu dibangun, misalnya berubahnya struktur perekonomian masyarakat dari agraris ke industri berarti juga berubah pula perilaku
kehidupan masyarakatnya. Misalnya kehidupan perempuan pada masyarakat agraris dengan rutinitas menjalankan aktifitasnya di sawah dan
di keluarga kemudian berubah ketika kaum perempuan mulai memasuki dan berperan dalam dunia pekerjaan, dalam hal ini industri manufaktur.
Tenaga mereka terserap dalam kebutuhan perusahaan sebagai tenaga kerja industri sehingga mereka memiliki peran ganda sekaligus yang harus
mereka jalani. PT. Apac Inti Corpora sebagai industri manufaktur pabrik tekstil
pertama yang berdiri di Bawen merupakan salah satu pendorong terjadinya perubahan struktur kehidupan masyarakat dan munculnya peran ganda
perempuan bagi masyarakat Bawen dan sekitarnya. Pada masa awal berdiri PT. Apac Inti Corpora bulan Agustus 1990, penyerapan tenaga
kerja perempuan sebanyak 30 orang dan hingga bulan Februari 2013 tenaga kerja perempuan sebesar 3.326. Peningkatan keterlibatan
perempuan dalam industri juga terjadi di bagian Unit Kerja Spinning 2 PT. Apac Inti Corpora. Jumlah pekerja meningkat secara signifikan pada tahun
37 1991 yang terdiri dari 30 laki-laki dan 67 perempuan jika dibandingkan
dengan jumlah pekerja pada masa awal berdirinya Spinning 2 dengan jumlah 7 pekerja yang terdiri dari 6 pekerja laki-laki dan 1 pekerja
perempuan. Pada Februari 2013, partisipasi perempuan dalam industri semakin meningkat dengan total jumlah pekerja sebanyak 381 terdiri dari
94 laki-laki dan lebih dari 3 kali lipat jumlah pekerja laki-laki tersebut merupakan jumlah pekerja perempuan yakni 287 pekerja. Dari jumlah
pekerja tersebut sebanyak 96 atau 366 pekerja sudah berkeluarga. Peningkatan jumlah tenaga perempuan mengindikasikan bahwa semenjak
industri-pabrik berkembang di Bawen jumlah perempuan yang terlibat dalam sektor publik sebagai perempuan bekerja semakin meningkat.
Peran ganda perempuan oleh karyawati Unit Kerja Spinning 2 terdiri
dari dua peran utama. Peran pertama mereka ialah peran sebagai istri dan
ibu dalam kehidupan rumah tangga atau peran domestik. Perempuan menjadi sumber untuk membahagiakan anggota keluarga lain. Sebagai istri
dan ibu yang melayani, mengasuh, mendidik, dan pengatur rumah tangga. Sebagai contoh sebelum mereka berangkat bekerja mereka melakukan
aktifitasnya sebagai istri dan ibu dengan menyiapkan makanan bagi suami dan anaknya, menyiapkan pakaian kerja dan pakaian sekolah,
membersihkan rumah, dan aktifitas rumah tangga lainnya hingga setelah pulang kerja mereka kembali menjalankan aktifitasnya sebagai istri dan
ibu. Hasil wawancara dengan Ibu Sudarsih pada 21 Februari 2013.
Peran kedua mereka ialah sebagai perempuan yang mampu mengisi
38 sektor publik dengan mampu menghasilkan penghasilan dari kerja
kerasnya sendiri. Begitu besar kewajiban yang harus diemban perempuan dalam
menjalankan perannya sebagai istri dan ibu yang bertanggungjawab dalam mengatur kehidupan rumah tangga serta mereka harus menjalankan
aktifitasnya dalam dunia publik memunculkan permasalahan prioritas diantara keduanya. Prioritas peran sebagai pengatur rumah tangga yang
baik atau prioritas perannya sebagai perempuan yang berkarya dalam sektor publik.
Bentuk permasalahan dalam kehidupan peran ganda perempuan Unit Kerja Spinning 2 dapat dilihat pada beberapa kasus berikut:
1. Prioritas antara tuntutan perusahaan dan Keluarga.
Visi dan Misi perusahaan secara tidak langsung menjadi tanggung jawab yang harus diemban bagi setiap pekerja Unit Kerja Spinning 2.
Salah satunya tercermin dalam isi
Panca Dharma Perusahaan
yaitu “kreatifitas yang tinggi”. Isi dari
Panca Dharma Perusahaan
merupakan bentuk tanggung jawab yang tercermin dalam proses kinerja mereka dalam produksi barang selama kurang lebih 8 jam
bekerja yang kemudian berakibat pada terkurasnya tenaga dan fikiran. Pada kondisi lelah inilah kemudian berakibat pada kurang terlibatnya
perempuan dalam menjalankan fungsinya sebagai istri dan ibu dalam kehidupan rumah tangga.
39 Menurut Ibu Watik Rahayu 38 operator produksi
Ring Frame
, saat-saat kurang terlibat dengan keluarga adalah ketika pergantian
shift
khususnya dari
shift
malam 22.00-06.00 ke
shift
siang 14.00-22. Total 8 jam bekerja di
shift
malam antara pukul 22.00-06.00, sampai
rumah pukul 07.00 dan pada jam-jam tersebut anak-anaknya sudah berangkat ke sekolah. Aktifitas ketika sampai di rumah adalah istirahat
untuk menyiapkan kondisi tubuh agar tidak mengantuk ketika harus bekerja ke pabrik lagi pada siang harinya pukul 13.00 dari rumah.
Bebrapa contoh lain kurang terlibatnya perempuan dalam fungsinya sebagai ibu dan istri dalam keluarga ialah perempuan dalam
perannya sebagai ibu tidak selalu ada ketika saat-saat tertentu misalnya ketika anak sedang sakit, belajar, bersosialisasi dengan tetangga,
bahkan peran perempuan sebagai istri dalam pemenuhan kebutuhan biologis. Upaya menangani permasalahan-permasalahan tersebut
dengan cara menjalin komunikasi dan saling mengerti antara suami dan istri. Hasil wawancara 21 Februari 2013.
Upaya perempuan dalam menangani permasalahan keluarga dengan melakukan komunikasi dengan suami, upaya ini merupakan
wujud upaya yang tidak disadari bagi perempuan telah melakukan kesetaraan hak antara perempuan dengan laki-laki sekaligus sebagai
upaya gugatan atas ideologi familialisme yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai istri dan ibu yang baik, perempuan tidak hanya
mampu memberikan keturunan tetapi seorang perempuan yang pandai
40 bersikap dalam menyikapai permasalahan keluarga dengan menjalin
komunikasi dengan suami yang kemudian menghasilkan keputusan- keputusan yang baik bagi keluarganya Irwan Abudllah, 2006: 6.
2. Pengasuhan Anak
Anak merupakan penerus bagi setiap generasi, perempuan merupakan orang pertama dalam memberikan pendidikan. Dalam hal
mengasuh dan menjaga anak, perempuan “peran ganda” ini tidak lepas tanggung jawab terhadap tugas naturalnya sebagai ibu. Dengan
melakukan diskusi dan kerjasama dengan suami mengenai siapa yang mengasuh anak ketika salah satu dari mereka harus bekerja. Apalagi
ketika salah satu dari mereka harus mengikuti aturan perusahaan dengan pola kerja
Shift
yang terdiri dari
Shift
pagi,
Shift sore, dan Shift
malam maka kerjasama dan komunikasi dalam keluarga sangatlah penting. Hal tersebut merupakan perwujudan dari kesetaraan dan
pendobrakan atas hegemoni patriarki dan ideologi familialisme oleh perempuan tanpa harus meninggalkan kodratnya sebagai ibu.
Hal tersebut terjadi di keluarga Ibu Suparmi 39 warga Sekuro yang telah bekerja di PT. Apac Inti Corpora sejak 8 September 1990.
Upaya mengatasi hal itu adalah dengan melakukan diskusi mengenai siapakah yang akan mengasuh dan menjaga anaknya ketika mereka
tidak bisa melakukannya. Diskusi untuk mengambil sebuah keputusan antara mempekerjakan pengasuh bayi
baby sister
atau anak akan dititipkan ke pihak keluarga masing masing. Hal ini harus difikirkan
41 secara matang karena akan berdampak pada ekonomi keluarga dan
dampak yang lebih besarnya yaitu mengenai perkembangan anak itu sendiri. Ketika ia dan suaminya berbenturan jam kerja maka sang anak
dititipkan ke orang tua dan adeknya yang saat itu belum menikah. Hasil wawancara tanggal 20 Februari 2013.
3. Hubungan dengan lingkungan sosial
Hubungan perempuan berperan ganda terhadap orang-orang di sekitar lingkungan dengan pola kerja
general shift
tidak terlalu begitu rumit karena pola jam kerja ini lebih teratur setiap harinya dari pukul
08.00 sampai dengan 16.15, sehingga setiap harinya mereka bisa melaksanakan rutinitasnya dalam berinteraksi dengan tetangga dan
orang-orang terdekatnya lebih mudah. Berbeda jika dibandingkan dengan pola kerja
shift
dengan jam kerja yang berubah setiap minggunya. Pola kerja
shift
terdiri dari
Shift
pagi pukul 06.00-14.00,
Shift
sore pukul 14.00-22.00
, dan Shift
malam pukul 22.00-06.00. Pola kerja
shift
menuntut mereka harus pintar dalam mengelola waktu dimana kerja, waktu dimana istirahat, dan waktu dimana harus
berinteraksi dengan lingkungan agar tidak muncul permasalahan maupun gesekan dalam bertetangga dan berumahtangga. Kegiatan-
kegiatan yang biasa dilakukan dalam hubungannya dengan masyarakat di lingkungan misalnya
sinoman
, arisan, kerja bakti, PKK, rapat warga, dan kegiata lainnya. Keterlibatan dalam aktifitas bersama
42 tetangga merupakan bentuk dalam menjaga keharmonisan dan
solidaritas antar warga.
C. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Peran Ganda Perempuan