24
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat, Visi, dan Misi PT. Apac Inti Corpora
1. Sejarah Singkat PT. Apac Inti Corpora
Industri tekstil merupakan salah satu industri tertua di Indonesia. Awal pergerakan industri tekstil adalah industri rumah tangga yang dikerjakan
sebagai usaha sampingan. Menurut Iskandar, industri tekstil sudah dikenal sejak masa kerajaan Hindu walaupun masih skala rumah tangga, dimulai
dari menanam kapas kemudian memproses kapas tesebut dengan alat penggilingan untuk menghilangkan biji kapas, memintal dengan
atihan
, menenun dengan
gedongan
yang diduga sebagai alat tenun asli Indonesia. Bahkan pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, wanita-wanita Indonesia
umumya menenun sebagai pekerjaan sampingan dan untuk kepentingan sendiri. Iskandar, 2001: 136
Sejak tahun 1921 Industri Tekstil Indonesia telah berkembang, perkembangan ini ditandai dengan dibuatnya Alat Tenun Bukan Mesin
ATBM oleh
Textiel Inrichting Bandung
TIB. Inovasi ATBM merupakan langkah maju dalam teknologi pertenunan yang dapat
dijangkau masyarakat pada masa itu. Zaman keemasan ATBM berakhir sekitar tahun 1936-an dan teknologi pertenunan berganti dengan Alat
Tenun Mesin ATM.
25 Perkembangan selanjutnya terjadi ketika diberlakukannya Undang
Undang UU Penanaman Modal Asing 1967 dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri 1968. Masa pemerintahan Orde Baru, perkembangan
industri tekstil tidak hanya pada industri pertenunan akan tetapi telah berkembang dari industri yang padat modal hingga industri yang padat
karya. Perkembangan yang cukup pesat mulai terjadi sekitar tahun 1980- an yaitu industri tekstil nasional berorientasi ekspor ke luar negeri dan
memberikan kontribusi besar bagi devisa negara disamping minyak gas dan bumi Besuk Siahaan, 2000: 331-334.
Perkembangan industri tekstil berbassis padat karya didirikan dibeberapa daerah di Indonesia termasuk di Kecamatan Bawen tepatnya
tahun1989 PT. Kanindotex berdiri dan mulai beroperasi pertama kali pada 8 Agustus 1990 dengan 3 tiga unit kerja Spinning yaitu Unit Kerja
Spinning 1, Unit Kerja Spinning 2, dan Unit Kerja Spinning 3 dengan mata pintal masing-masing 60.000
bale
unit. Pada tahun 1994 PT. Kanindotex berkembang dengan mendirikan lagi 3 unit kerja yaitu Unit
Kerja Spinning 4,
Open End,
dan
Denim.
Sehingga dalam waktu yang relatif pendek antara empat hingga lima tahun PT. Kanindotex mampu
membangun 6 enam unit pabrik dengan merk dan tipe mesin yang berbeda-beda.
26 PT. Kanindotex Group merupakan tiga badan usaha yang bergabung
menjadi group, antara lain: a.
PT. Kanindo Succes Textile merupakan perusahaan berbadan hukum yang didirikan berdasarkan akta notaris nomor 8 tanggal 8 Agustus
1989 Jo. No. 103 tanggal 10 Maret 1990 SK. Men. Keh C-2-2589 HT.01.01 Th. 90 terdaftar di pengadilan negeri Jakarta Pusat No.
101APTHKM1994. b.
PT. Kanindo Prima Perkasa merupakan perusahaan berbadan hukum yang didirikan berdasarkan akta notaris nomor 126 tanggal 26 Juni
1990 Jo. No. 105 tanggal 11 Februari 1994, SK Men. Men. Keh. No. C-2-4785 HT.01.01 tahun 1990 terdaftar di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, dan saham dimiliki oleh PT. Karunia Mandiri Dinamika. c.
PT. Kanindo Mulia Utama merupakan perusahaan berbadan hukum yang didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 20 tanggal 8 Agustus
1990 Jo. No. 100 tanggal 11 Februari 1994, SK. Men, Keh. No. C-2- 6229 HT. 01.01 taun 1991 tanggal 31 Oktober 1991 terdaftar di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan saham dimiliki oleh PT. Kanindo Succes Textile.
Pendirian perusahaan ini mempunyai beberapa alasan dan tujuan, antara lain:
a. Untuk memenuhi kebutuhan sandang nasional.
b. Memenuhi program peningkatan ekspor non migas yang dicanangkan
pemerintah waktu itu.
27 c.
Ikut serta dalam pemecahan masalah pengangguran karena perusahaan ini berkualifikasi padat karya yang mampu banyak menyerap tenaga
kerja. Perkembangan selanjutnya yaitu pada pertengan tahun 1994,
perusahaan ini mengalami penurunan produksi karena sebagian biaya produksi digunakan untuk ekspansi pabrik Weaving 1, 2, 3, Spinning 5,
dan Spinning 6 sehingga menyebabkan operasional perusahaan saat itu terganggu. Kemudian pada bulan September 1994 pemerintah menunjuk
Gabungan Koperasi Batik Indonesia GKBI untuk memperbaiki kenerja perusahaan tersebut hingga Mei 1995. Dengan dipegangnya PT.
Kanindotex oleh GKBI maka seragam karyawanpun ikut berubah menjadi motif batik.
Beberapa bulan kemudian PT. Kanindotex Group beralih manajemen kembali oleh Badan Konsorsium Bisnis Eksekutif Nasional yang dipimpin
oleh Bambang Triatmojo. Pada tanggal 12 Oktober 1995 oleh Badan Konsorsium Bisnis Eksekutif Nasional tersebut dilakukan akuisisi
terhadap tiga perusahaan PT. Kanindotex Group yaitu PT. Kanindo Prima Perkasa, PT. Kanindo Succes Textile, dan PT. Kanindo Mulia yang
kemudian berganti nama menjadi PT. Apac Inti Corpora dan saham dipegang oleh:
1 PT. Apac Citra Centertex, Tbk yang dimiliki oleh:
a. PT. Apac Century Corporation
b. PT. Krida Bumi Raya
28 c.
PT. Inti Perkasa Wirasentosa d.
PT. Four Winds Dev. Inc e.
PT. Union Grand Holding 2
480 Koperasi Dengan menghasilkan produk utamanya yaitu benang, kain.
Jean
benang. Pemilihan lokasi didirikannya PT. Apac Inti Corpora di Kecamatan
Bawen karena Kecamatan Bawen berada dalam lokasi strategis sebagai kawasan industri dengan memiliki akses yang sangat menguntungkan
untuk menjalin hubungan dengan daerah-daerah di Propinsi Jawa Tengah ataupun daerah-daerah di luar Propinsi Jawa Tengah, bahkan Kecamatan
Bawen juga memiliki akses yang cukup mudah dengan Jakarta sebagai ibu kota negara sehingga akan memperlancar pula akses pengembangan
industri ke luar negeri. Kemudahan akses ini antara lain berupa: a.
Bawen terletak pada jalur utama Propinsi Jawa Tengah, yaitu jalur Semarang-Bawen,
Bawen-Surakarta, dan
Bawen –Magelang-
Yogyakarta. Jalur ini merupakan jalur yang menghubungkan Jawa Tengah bagian utara Semarang, Kudus, Pekalongan, Tegal dan
bagian selatan sampai barat Surakarta, Magelang, Purwokerto dan sekitarnya.
b. Bawen terletak pada jalur-jalur nasional. Kedekatan dengan Kota
Semarang juga berpengaruh pada terbukanya wilayah Kabupaten Semarang dengan jalur perekonomian maupun perdagangan yang lebih
29 luas, baik nasional maupun internasional. Jalur jalan raya maupun
kereta api antara dua kota-kota besar di Pulau Jawa bagian barat Jakarta, Bandung, Cirebon, Tegal, Pekalongan, dll dan kota-kota
besar di Pulau Jawa bagian timur Surabaya, Malang, Kudus. c.
Kedekatan Bawen dengan Kota Semarang, dapat memanfaatkan pula akses yang dimiliki Kota Semarang itu sendiri. Di Kota Semarang
terdapat Pelabuhan Tanjung Emas yang merupakan pelabuhan laut skala nasional yang dilabuhi pula kapal-kapal asing, sehingga
mempermudah pula hubungan dengan pulau-pulau lain di Indonesia, atau negara lain. Di bidang transportasi udara, telah tersedia Bandara
Ahmad Yani di Kota Semarang sebagai bandar udara nasional dan sedang dalam taraf peningkatan ke bandar udara internasional yang
menghubungkan kota-kota besar di Indonesian dan negara lain F.X. Gunarsa Irianta, 2008: 18.
2. Visi dan Misi PT. Apac Inti Corpora