PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN EXTRA VIRGIN OLIVE OIL, MADU DAN KOMBINASI EXTRA VIRGIN OLIVE OIL DAN MADU TERHADAP KADAR HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DARAH PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI KOLESTEROL

(1)

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN EXTRA VIRGIN OLIVE OIL, MADU DAN KOMBINASI EXTRA VIRGIN OLIVE OIL DAN MADU

TERHADAP KADAR HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DARAH PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG

DIINDUKSI DIET TINGGI KOLESTEROL Oleh

Faddly Hendarsyah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

COMPARISON OF THE EFFECTS OF GRANTING EXTRA VIRGIN OLIVE OIL, HONEY AND COMBINATION OF EXTRA VIRGIN OLIVE

OIL AND HONEY ON BLOOD LEVELS OF HIGH DENSITY LIPOPROTEIN IN MALE WHITE RATS (Rattus norvegicus) Sprague dawley STRAIN THAT INDUCED BY HIGH-CHOLESTEROL DIET

By

FADDLY HENDARSYAH

Hipercholesterolemia is a condition in which the blood cholesterol is increased beyond the normal threshold which is characterized by increased levels of total cholesterol especially Low Density Lipoprotein (LDL) and followed by a decreased in the levels of High Density Lipoprotein (HDL). Increased blood HDL proved to prevent the occurrence of hipercholesterolemia. One of the hipercholesterolemia prevention is by consuming Extra Virgin Olive Oil (EVOO) and honey that containing flavonoids compounds. Flavonoids proved to increase HDL levels in the blood.

The aim of this research is to know the influence of granting EVOO and honey to the level of blood HDL in male white rats (Rattus norvegicus) Sprague dawley

strain that induced by high-cholesterol diet. This research is experimental research with post test only with control group design, using 25 male white rats that randomly selected and divided into 5 groups. Each group was adapted for 7 days before received the treatment. Group K1 received a standard diet, K2 received 3 ml of cow's brain suspension, K3 received 3 ml of cow's brain suspension and 1.35 ml of honey, K4 received 3 ml of cow’s brain suspension and 1 ml of EVOO, K5 received 3 ml of cow’s brain suspension and combination of 1.35 ml honey and 1 ml EVOO.

The results obtained average HDL levels K1 (27,43 ± 5,27); K2 (19,95 ± 3,58); K3 (26,46 ± 3,75); K4 (23,90 ± 1,83) K5 (30,59 ± 7,38). The HDL levels of K3, K5, K4 is higher than K2, however post hoc tests didn’t get a significant difference levels between K4 and K2.


(3)

ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN EXTRA VIRGIN OLIVE OIL, MADU DAN KOMBINASI EXTRA VIRGIN OLIVE OIL DAN MADU

TERHADAP KADAR HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DARAH PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG

DIINDUKSI DIET TINGGI KOLESTEROL Oleh

FADDLY HENDARSYAH

Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi dimana kolesterol dalam darah meningkat melebihi ambang normal yang ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol total terutama Low Density Lipoprotein (LDL) dan diikuti dengan penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) darah. Peningkatan HDL darah terbukti dapat mencegah terjadinya hiperkolesterolemia. Salah satu pencegahan hiperkolesterolemia adalah dengan mengkonsumsi Extra Virgin Olive Oil

(EVOO) dan madu yang mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid terbukti dapat meningkatkan kadar HDL darah.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian EVOO dan madu terhadap kadar HDL darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test only with control group design, menggunakan 25 ekor tikus jantan yang dipilih secara acak dibagi dalam 5 kelompok. Setiap kelompok diadaptasi selama 7 hari sebelum diberi perlakuan. Kelompok K1 diberikan diet standar, K2 diberikan suspensi otak sapi 3 ml, K3 diberikan suspensi otak sapi 3 ml dan madu 1,35 ml, K4 diberikan suspensi otak sapi 3 ml dan EVOO 1 ml, K5 suspensi otak sapi 3 ml dan kombinasi madu 1,35 ml + EVOO 1 ml.

Hasil penelitian didapatkan rerata kadar HDL K1 (27,43 ± 5,27); K2 (19,95 ± 3,58); K3 (26,46 ± 3,75); K4 (23,90 ± 1,83) K5 (30,59 ± 7,38). Kadar HDL K3, K4, K5 lebih tinggi dibandingkan K2, namun pada uji post hoc tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara K4 dengan K2.


(4)

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Uji Statistik Hasil Penelitian ... 68

2. Dokumentasi Perlakuan Penelitian ... 72

3. Hasil Pemeriksaan HDL darah tikus ... 74


(6)

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi dimana kolesterol dalam darah meningkat melebihi ambang normal yang ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol total terutama Low Density Lipoprotein (LDL) dan diikuti dengan penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) darah (Bhatnagar

et al., 2008). Low Density Lipoprotein merupakan lipoprotein berdensitas rendah yang membawa kolesterol untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh sedangkan HDL merupakan lipoprotein berdensitas tinggi yang memperantarai penyaluran kolesterol dari jaringan tubuh ke hepar untuk diekskresikan ke cairan empedu (Dorland, 2010).

Penurunan kadar HDL darah dalam keadaan hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Penyakit KardioVaskular (PKV) (Bhatnagar et al., 2008). Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya meningkat setiap tahun. Diperkirakan pada tahun 2009 kematian yang diakibatkan PKV ini menyumbang 1 dari setiap 19 kematian di Amerika Serikat (AHA, 2013). Di Indonesia penyakit ini merupakan 30% penyebab kematian, dan merupakan proporsi terbanyak dari penyebab kematian yang ada (WHO, 2011).


(7)

Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan PKV karena telah terbukti memiliki peranan dalam menganggu dan mengubah struktur pembuluh darah sehingga dapat mengganggu fungsi endotel dan menyebabkan lesi, plak, oklusi, dan emboli (Stapleton et al., 2010). Beberapa penelitian menunjukan bahwa hal terpenting untuk mengurangi PKV adalah dengan mengurangi prevalensi hiperkolesterolemia (Bhatnagar et al., 2008).

Hiperkolesterolemia berhubungan dengan beberapa faktor salah satunya adalah diet tinggi lemak jenuh (Bhatnagar et al., 2008). Diet tinggi kolesterol merupakan salah satu faktor lingkungan yang paling penting dalam mempengaruhi perkembangan PKV (Murray et al., 2009). Asam lemak jenuh di dalam pakan hiperkolesterol menyebabkan penurunan kadar kolesterol HDL dengan cara menekan sintesis kolesterol HDL melalui penurunan kadar apoprotein A-1 yang merupakan prekursor untuk pembentukan HDL (Setiyaji, 2011).

Insidensi PKV yang rendah terdapat di negara-negara mediterania. Telah diketahui bahwa pengaplikasian diet di negara-negara mediterania dalam kehidupan sehari-hari dapat mencegah terjadinya PKV. Komponen utama dalam diet mediterania adalah minyak zaitun yang merupakan sumber utama lemak (Estruch et al., 2006).

Selain minyak zaitun, madu juga sering digunakan sebagai pencegahan untuk berbagai penyakit. Madu sering dimanfaatkan sebagai makanan dan obat-obatan sejak zaman dahulu. Bahkan penggunaan madu ini dianjurkan oleh


(8)

3

semua keyakinan agama (Ajibola et al., 2012). Terdapat penelitian yang menunjukan bahwa pemberian madu dapat meningkatkan kadar HDL yang signifikan sehingga dapat mencegah terjadinya hiperkolesterolemia (Erejuwa

et al., 2012).

Di dalam Al-quran disebutkan bahwa minyak zaitun dan madu memiliki efek untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Hal ini dijelaskan di berbagai ayat didalam Al-quran seperti pada surat An-Nahl ayat 11 : Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan

segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan). Dan dalam surat Al An’am ayat 99 : (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya diwaktu pohonnya

berbuah dan (perhatikanlah pula) kematangannya. Sesungguhnya pada yang

demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang

beriman. Kemudian tentang madu pada surat An-Nahl ayat 69 : Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya,

didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh,

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran allah) bagi

orang yang berfikir.

Dalam berbagai penelitian minyak zaitun dan madu terdapat kandungan senyawa fenolik yang bermanfaat untuk mencegah terbentuknya plak aterosklerosis yang merupakan penyebab utama terjadinya PKV. Dalam penelitian sebelumnya fenolik terbukti memiliki efek terbesar untuk


(9)

meningkatkan kadar kolesterol HDL (Fito et al., 2007). Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatkan kadar kolesterol HDL dapat memperlambat perkembangan plak aterosklerosis dan dapat mengurangi angka terjadinya PKV (Ashen & Bluementhal, 2005).

Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian minyak zaitun ekstra virgin dan madu terhadap kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan galur Sprague dawley yang diinduksi oleh diet tinggi kolesterol. Tikus jenis ini dipilih karena secara karakteristik fisiologinya mirip dengan manusia dan mudah dibuat hiperkolesterolemia dengan diet tinggi kolesterol.

B. Rumusan masalah

Tingginya aterosklerosis akibat dari tingginya kadar kolesterol dalam darah dan konsumsi minyak zaitun ekstra virgin dan madu yang memiliki pengaruh terhadap kadar profil lipid dalam darah membuat peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut pada tikus sebagai penelitian dasar. Berikut perumusan masalah penelitiannya :

1. Apakah pemberian Extra Virgin Olive Oil (EVOO) memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar high density lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley


(10)

5

2. Apakah pemberian madu memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar high density lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi ?

3. Apakah kombinasi pemberian Extra Virgin Olive Oil (EVOO) dan madu memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar high density lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh pemberian EVOO terhadap kadar high density lipoprotein (HDL) darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.

2. Mengetahui pengaruh madu terhadap kadar high density lipoprotein

(HDL) darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.

3. Mengetahui pengaruh kombinasi pemberian EVOO dan madu terhadap kadar high density lipoprotein (HDL) darah pada tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.


(11)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti;

2. Bagi masyarakat/institusi, dapat memberikan informasi bahwa penggunaan minyak zaitun ekstra virgin dan madu pada penelitian dasar dengan menggunakan tikus dapat memelihara kesehatan terutama yang telah terbukti yaitu mengurangi risiko penyakit jantung;

3. Bagi ilmu pengetahuan, dapat memberikan landasan medis tentang bagaimana minyak zaitun ekstra virgin dan madu dapat meningkatkan kadar high density lipoprotein (HDL) darah sehingga dapat menjadi dasar untuk penelitian dalam tingkat selanjutnya;

4. Bagi peneliti selanjutnya, memberikan gambaran kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang fokus serupa.


(12)

7

E.Kerangka Teori

Diet tinggi kolesterol atau lemak jenuh dapat meningkatkan kolesterol dalam darah sehingga dapat menyebabkan hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol darah dan penurunan kadar HDL darah (Bhatnagar et al., 2008).

Dalam berbagai penelitian minyak zaitun terbukti memiliki pengaruh terhadap kadar lipoprotein yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kandungan fenolik dalam minyak zaitun diperkirakan memainkan peranan penting terhadap turunnya kolesterol dalam darah. Senyawa fenolik terbukti memiliki sifat antioksidan dan anti ateroklerosis (Eilertsen, 2011).

Selain minyak zaitun, madu juga memiliki kandungan senyawa fenolik yang bersifat antioksidan dalam jumlah yang besar dan dapat berfungsi untuk melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif (Khalil & Sulaiman, 2010). Menurut Ghanbari et al (2012) senyawa fenolik juga mempunyai mekanisme kerja meningkatkan kadar kolesterol HDL plasma dan apoprotein A1.

Dengan mengkonsumsi senyawa fenolik yang memiliki sifat antioksidan kita dapat mengurangi faktor risiko utama PKV dengan mempengaruhi kadar lipoprotein, tekanan darah, dan stress oksidatif (Eilertsen, 2011; Khalil & Sulaiman, 2010). Berdasarkan penelitian sebelumnya senyawa fenolik mempunyai mekanisme untuk meningkatkan jumlah kolesterol HDL dengan


(13)

cara meningkatkan penglepasan kolesterol dari dalam makrofag dan meningkatkan ekspresi ATP-binding cassette (ABC) A1 (Helal et al., 2013).

Keterangan:

: Peningkatan : Menyebabkan : Mengandung : Menghambat : Penurunan

Gambar 1. Kerangka teori Diet tinggi

kolesterol

Senyawa fenol EVOO dan Madu

Hiperkolesterolemia

LDL, trigliserida, kolesterol total,

HDL

Apo A1 & Ekspresi transporter ABCA1

HDL darah ateroklerosis


(14)

9

F. Kerangka Konsep

Pemberian diet tinggi kolesterol dapat menurunkan kadar HDL darah, namun dengan pemberian EVOO dan madu hal tersebut dapat dicegah. EVOO dan madu memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar HDL darah. Pada penelitian ini akan dibandingkan pengaruh protektif pemberian EVOO terhadap kadar HDL darah tikus, pemberian madu terhadap kadar HDL darah tikus, serta pemberian kombinasi madu dan EVOO terhadap kadar HDL darah tikus yang diberi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.

Gambar 2. Kerangka Konsep EVOO

Kadar HDL darah tikus Madu


(15)

G.Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh pemberian EVOO terhadap peningkatan kadar High Density Lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.

2. Terdapat pengaruh pemberian madu terhadap peningkatan kadar High Density Lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.

3. Terdapat pengaruh kombinasi pemberian EVOO dan madu peningkatan terhadap kadar High Density Lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana meningkatnya konsentrasi kolesterol dalam darah yang melebihi nilai normal (Guyton & Hall, 2008). Kolesterol telah terbukti mengganggu dan mengubah struktur pembuluh darah yang mengakibatkan gangguan fungsi endotel yang menyebabkan lesi, plak, oklusi, dan emboli. Selain itu juga kolesterol diduga bertanggung jawab atas peningkatan stress oksidatif (Stapleton et al., 2010).

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan akan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah yang berakibat hiperkolesterolemia (Soeharto, 2004). Salah satu penyakit tersering yang disebabkan oleh meningkatnya kadar kolesterol dalam darah adalah aterosklerosis (Guyton & Hall, 2008).


(17)

B. Kolesterol HDL 1. Definisi

Kolesterol HDL adalah suatu lipoprotein berdensitas tinggi yang mengandung protein dalam jumlah yang lebih tinggi dan persentase triasilgliserolnya yang lebih rendah daripada lipoprotein darah yang lainnya, sehingga kolesterol HDL disebut sebagai partikel yang paling tinggi densitas atau kepadatannya. Kolesterol HDL sendiri disintesis dalam bentuk

nascent (imatur) di hati dan usus halus (Marks et al., 2000).

Kolesterol HDL ini memiliki peran sebagai pengangkut atau penyerap kolesterol dari permukaan sel dan dari lipoprotein lain lalu mengubahnya menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester ini lalu dikembalikan ke hati, sehingga HDL dikatakan berperan dalam transport kolesterol terbalik (reverse cholesterol transport) (Marks et al., 2000). Untuk dapat menilai tinggi rendahnya kadar HDL, terdapat suatu standar dari National Cholesterol Education Program (NECP) yaitu kadar HDL rendah, < 40

mg/dl dan kadar HDL tinggi, ≥ 60 mg/dl (Soeharto, 2004).

2. Struktur dan fungsi

Kandungan utama HDL adalah Apolipoprotein A1 dan Apolipoprotein A2 dan keduanya sangat diperlukan untuk biosintesis HDL. Apolipoprotein A1 merupakan bagian terbesar dari protein HDL sekitar 70 persen dan terdapat hampir di semua partikel HDL. Usus halus dan hati mensintesis


(18)

13

Apolipoprotein A1 yang disekresikan dalam bentuk kolesterol yang miskin dan kemudian menyatukannya dengan fosfolipid dan kolesterol bebas melalui jalur ATP binding cassette– A1 (ABCA1) untuk membentuk HDL yang baru (nascent). HDL nascent ini memiliki kandungan berupa apolipoprotein A, C, dan E (Rader, 2006). Partikel HDL nascent yang imatur ini memiliki ukuran yang kecil dan berbentuk diskoid dan hampir tidak mengandung kolesterol ester dan triasilgliserol (Marks et al., 2000).

Kolesterol HDL ini nantinya di dalam darah akan menyerap kolesterol dari jaringan perifer dan lipoprotein lain, setelah itu terjadilah proses esterifikasi dimana kolesterol akan diubah menjadi kolesterol ester oleh enzim Lecithin Cholestrol AcylTransferase (LCAT) yang dirangsang oleh apoA-1 yang merupakan komponen pada partikel HDL nascent. Sewaktu partikel HDL terisi oleh ester kolesterol, partikel ini menjadi besar dan berbentuk sferis (Marks et al., 2000).

Kolesterol HDL berfungsi untuk mengangkut kolesterol dari jaringan perifer dan lipoprotein lain ke hati melalui dua jalur yaitu langsung dan tidak langsung. Melalui jalur langsung partikel HDL akan langsung diserap oleh hati dengan dimediasi oleh Scavenger Receptor Class BI (SR-BI). SR-BI akan memediasi penyerapan kolesterol secara selektif dari partikel HDL. Kemudian SR-BI akan mempromosikan serapan kolesterol ke dalam hati (baik esterifikasi dan tanpa esterifikasi) tanpa mediasi degradasi dari apolipoprotein HDL. Sedangkan jalur tidak langsung pemindahan ester kolesterol nya diperantarai oleh Cholesterol Ester Transfer Protein (CETP)


(19)

suatu protein pemindah ester kolesterol. Akibat dari pemindahan ini VLDL berubah menjadi IDL dan IDL akan mengalami penguraian dihati sehingga terbentuklah LDL (Murray et al., 2009).

Kolesterol yang ditranspor ke hati akan diubah menjadi asam kolat dan asam kenokolat dan akan disekresikan ke dalam empedu sebagai asam empedu (Murray et al., 2009). Asam empedu ini akan disimpan dalam kandung empedu dan akan dikeluarkan ke dalam usus sewaktu makan yang berfungsi untuk membantu pencernaan lemak dalam makanan (Marks et al., 2000).

3. Metabolisme

Usus halus dan hati mensintesis apoA-1 yang disekresikan dalam bentuk kolesterol yang miskin dan kemudian menyatukannya dengan fosfolipid dan kolesterol bebas melalui jalur ABCA1 untuk membentuk HDL yang baru (nascent). HDL nascent memiliki kandungan berupa apolipoprotein A, C, dan E. Hati juga mensintesis apoA-2 yang menghasilkan sebuah subklas dari HDL yang mengandung kedua apoA-1 dan apoA-2 (Rader, 2006). Dalam mekanisme yang berbeda ATP binding cassette– A1 (ABCA1) juga berperan dalam meningkatkan kemampuan dari Human Monocyte-Derived Macrophages (HMDM) untuk melepaskan kelebihan kolesterol dari dalam makrofag (Helal et al., 2013).


(20)

15

High density lipoprotein nascent memindahkan protein apoC11 dan apoE ke kilomikron dan VLDL, suatu lipoprotein yang memiliki banyak triasilgliserol. ApoC11 ini merangsang penguraian triasilgliserol dalam partikel kilomikron dan juga VLDL dengan mengaktifkan lipoprotein lipase

(LPL). Penguraian ini menghasilkan sisa kilomikron (dari kilomikron) dan IDL (dari VLDL). Sementara apoE berfungsi sebagai ligan untuk reseptor di membran sel hati yang berperan dalam penyerapan sisa kilomikron dan IDL (Marks et al., 2000). Sewaktu HDL nascent disekresikan ke dalam darah, partikel HDL berukuran kecil dan berbentuk diskoid. Partikel HDL nascent

yang imatur ini hampir tidak mengandung ester kolesterol dan triasilgliserol. Kolesterol HDL ini menyerap kolesterol dari jaringan perifer dan lipoprotein lain, setelah itu terjadilah proses esterifikasi dimana kolesterol akan diubah menjadi ester kolesterol oleh enzim LCAT yang dirangsang oleh apoA-1 yang merupakan komponen pada partikel HDL nascent. Sewaktu HDL terisi oleh ester kolesterol dan triasilgliserol, partikel menjadi besar dan berbentuk sferis (Marks et al., 2000).

High density lipoprotein yang berukuran besar dan berbentuk sferis ini memindahkan ester kolesterol ke VLDL untuk dipertukarkan dengan triasilgliserol. Pertukaran ini diperantai oleh CETP suatu protein pemindah

ester kolesterol. Ketika diuraikan oleh LPL, VLDL memindahkan apolipoprotein C11 yang semula berasal dari partikel HDL kembali ke partikel HDL lagi. Akibat dari pertukaran tersebut VLDL berubah menjadi IDL yang berukuran lebih kecil dan lebih padat. Triasilgliserol pada IDL mengalami penguraian dihati terbentuk LDL dan apoE dipindahkan kembali


(21)

ke HDL. Partikel HDL menjadi semakin kecil dan partikel HDL ini belum diketahui secara pasti kegunaan selanjutnya (Marks et al., 2000). Selain jalur yang diperantarai oleh CETP terdapat juga jalur langsung dimana partikel HDL langsung diserap oleh hati dengan di mediasi oleh BI. SR-BI akan memediasi penyerapan kolesterol secara selektif dari partikel HDL. Kemudian SR-BI akan mempromosikan serapan kolesterol ke dalam hati (baik esterifikasi dan tanpa esterifikasi) tanpa mediasi degradasi dari apolipoprotein HDL (Rader, 2006).

Gambar 3. Metabolisme HDL ( Robert, 2008)

4. Hal-hal yang dapat meningkatkan kolesterol HDL adalah sebagai berikut:

a. Latihan

Dengan melakukan latihan aerobik yang teratur kita dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL sebesar 3 sampai 9%. Peningkatan ini dikaitkan


(22)

17

dengan frekuensi dan intensitas latihan aktivitas fisik yang rutin yang sering digunakan adalah 30 menit setiap hari. Hal ini terbukti meningkatkan kadar kolesterol HDL selama 8 minggu latihan rutin. Mekanisme terjadinya peningkatan kadar kolesterol HDL ini dengan merangsang produksi pra betta kolesterol HDL dan peningkatan transportasi kolesterol balik ke hati (Ashen & Blumenthal, 2005).

b. Berhenti merokok

Merokok dihubungkan dengan penurunan kolesterol HDL, hal ini sepertinya berkaitan dengan aktivitas CETP. Menurut penelitian dengan berhenti merokok kolesterol HDL dapat meningkat rata-rata 4 mg/dl (Ashen & Blumenthal, 2005).

c. Pengendalian Berat Badan

Obesitas dihubungkan dengan penurunan kadar kolesterol HDL dan trigliserida darah. Sebuah penelitian meta-analisis terdapat korelasi yang negatif antara kolesterol HDL dengan indeks massa tubuh. Dengan menurunkan berat badan kita dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL sebesar 0,35 mg/dl per kilogram berat badan. Penurunan berat badan selama 6 minggu ini dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL, LPL dan peningkatan aktivitas LCAT kolesterol sehingga dapat menyebabkan peningkatan esterifikasi dan transportasi kolesterol balik ke hati (Ashen & Blumenthal, 2005).

d. Asupan Alkohol

Mengkonsumsi alkohol dengan tingkat ringan sampai sedang dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL. Sebuah penelitian meta-analisis


(23)

menunjukan bahwa dengan mengkonsumsi alkohol 30 mg/hari dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dengan rata-rata 4mg/dl sehingga dapat mengurangi resiko infark miokard. Mekanisme mengkonsumsi alkohol dengan meningkatkan kadar kolesterol HDL ini dengan cara meningkatkan penghabisan kolesterol seluler dan esterifikasi kolesterol plasma (Ashen & Blumenthal, 2005).

e. Diet Asupan Lemak

Penurunan asupan lemak jenuh makanan dapat menurunkan kadar koleterol LDL dan kadar kolesterol plasma. Dalam sebuah penelitian dengan mengkonsumsi diet rendah lemak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL dan tingkat apolipoprotein A1. Penelitian ini dilakukan dengan mengesampingkan terkait penurunan kadar kolesterol HDL. Namun, dengan mengkonsumsi makanan yang kaya n-3 asam lemak tak jenuh yang memiliki kadar kolesterol HDL yang tinggi, kita dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL meskipun tidak menunjukan perubahan yang sangat signifikan tetapi dapat direkomendasikan untuk meningkatkan kadar kolesterol HDL dalam darah (Ashen & Blumenthal, 2005).

f. Perubahan gaya hidup

Peningkatan kadar kolesterol HDL dihubungkan dengan olahraga, konsumsi alkohol, dan penurunan berat badan. Terkait dengan perubahan gaya hidup ini terdapat interaksi antara gen dan lingkungan yang dapat mempengaruhi besarnya peningkatan kadar kolesterol HDL. Secara khusus peningkatan kadar kolesterol HDL diperkirakan tergantung pada


(24)

19

CETP individu dan endotel genotif lipase. Perubahan gaya hidup ini sangat direkomendasikan secara rutin, baik untuk meningkatkan kadar koleterol HDL dan untuk menurunkan kadar kolesterol LDL (Ashen & Blumenthal, 2005).

C.Extra Virgin Olive Oil (EVOO)

1. Definisi

Extra Virgin Olive Oil (EVOO) adalah minyak zaitun yang diperoleh semata-mata dari buah pohon zaitun (Olea europaea L.). Minyak zaitun yang berada di pasaran adalah minyak zaitun ekstra virgin, minyak yang diperoleh dari buah pohon zaitun yang diambil hanya dengan cara mekanis atau fisik yang tidak menyebabkan perubahan dalam minyak, dan yang tidak mengalami pengolahan selain mencuci, sentrifugasi dan penyaringan (IOC, 2013).

G a m b a r


(25)

Pohon zaitun liar pada awalnya berasal dari Asia dimana di daerah tersebut pohon zaitun sangat melimpah dan tumbuh di hutan yang lebat. Di masa yang lebih modern pohon zaitun terus menyebar ke daratan Eropa dan Amerika bahkan di luar Mediterania yang jauh dari tempat asal usulnya seperti Afrika Selatan, Australia, Jepang dan Cina (IOC, 2013).

Pohon zaitun memiliki sejarah panjang dalam nilai-nilai pengobatan dan gizi. Selama berabad-abad, ekstrak dari daun zaitun telah digunakan untuk meningkatkan kesehatan. Misalnya, pada jaman Mesir kuno mereka menggunakan daun zaitun untuk mengawetkan mummi Firaun. Daun zaitun juga digunakan sebagai obat tradisional yang terkenal untuk mengobati demam dan beberapa penyakit tropis seperti malaria. Secara ekonomi, buah zaitun merupakan komoditas penting karena menghasilkan minyak nabati yang bergizi tinggi dan bermanfaat untuk pengobatan. Zaitun jarang digunakan dalam bentuk alaminya karena mempunyai rasa yang sangat pahit. Namun, zaitun sering dikonsumsi dalam bentuk minyak zaitun (Ghanbari et al., 2012).

Efek yang menguntungkan dari zaitun baik nutrisi maupun untuk obat tradisionalnya membuat banyak masyarakat hampir di seluruh dunia mengkonsumsi produk dari zaitun, terutama di negara-negara yang menghasilkan zaitun seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Kanada dan Australia. Bahkan di daerah mediterania minyak zaitun merupakan lemak makanan utama, karena dianggap sebagai salah satu yang paling baik dan


(26)

21

erat hubungannya dalam mengurangi angka kejadian penyakit jantung dan penyakit kanker (Ghanbari et al., 2012).

Saat ini penggunaan ekstra virgin olive oil tidak hanya terbatas pada daerah tempat tumbuhnya pohon zaitun melainkan sudah dipasarkan di hampir seluruh dunia. Komposisi zat dalam minyak zaitun pun bervariasi sesuai dengan suhu dan lamanya proses pengolahan (IOC, 2013).

2. Komposisi

Komposisi dari EVOO bervariasi tergantung dalam beberapa faktor yaitu : kematangan, proses pemanenan, serta dalam teknik pengolahan yang digunakan. Komponen utama dari EVOO adalah asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dan bioaktif fungsional termasuk tokoferol, karotenoid, fosfolipid dan fenol. Komponen ini juga yang berkontribusi terhadap rasa yang unik dan rasa minyak zaitun (Ghanbari et al., 2012).

Di dalam EVOO terdapat komponen sekitar 8% lemak jenuh, 3% lemak tak jenuh ganda dan sekitar 29% lemak tak jenuh tunggal (IOC, 2013). Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) yang tinggi dan asam lemak jenuh yang rendah pada minyak zaitun memiliki kelebihan tersendiri karena MUFA dapat mempengaruhi tingkat kolesterol dalam darah. Selain itu juga pada minyak zaitun terdapat senyawa minor seperti fenolik yang penting dan bermanfaat terhadap aktivitas antioksidan dan pengobatan (Covas et al.,

2008). Senyawa fenolik ini dapat disintesis oleh tanaman sebagai respon terhadap kondisi stres seperti infeksi, luka, dan radiasi ultraviolet. Terdapat


(27)

sekitar 30 senyawa fenolik yang terdeteksi dalam minyak zaitun yang termasuk kelompok hidrofilik (Ghanbari et al., 2012).

3. Manfaat EVOO

Menurut beberapa penelitian sebelumnya terdapat beberapa manfaat dari minyak zaitun. Berikut beberapa manfaat dari minyak zaitun :

a. Minyak zaitun terhadap penyakit kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan bahwa arteriosklerosis terkait erat dengan kebiasaan makan, gaya hidup dan beberapa aspek lainnya. Perkembangan arteriosklerosis tergantung pada banyak factor, yang paling sering adalah kolesterol darah yang tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes dan merokok. Menurut penelitian Profesor Francisco Grande Covián, Tingkat terendah dari kematian akibat penyakit jantung koroner saat ini tercatat di negara-negara dimana minyak zaitun hampir satu-satunya sumber lemak yang dikonsumsi di negara-negara tersebut.

Minyak zaitun telah terbukti memiliki efek dalam mencegah pembentukan bekuan darah dan agregasi trombosit yang menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Dengan menghindari pembekuan darah yang berlebihan dengan cara diet tinggi minyak zaitun dapat melemahkan efek makanan berlemak dalam mendorong pembentukan bekuan darah, sehingga memberikan dampak positif untuk rendahnya insiden gagal


(28)

23

jantung di negara-negara dimana minyak zaitun adalah lemak utama yang dikonsumsi.

b. Minyak zaitun terhadap tekanan darah

Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan yang erat antara diet dan tekanan darah. Makanan tertentu dapat meningkatkan tekanan darah selain memiliki efek pada berat badan. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor risiko koroner utama dalam pengembangan arteriosklerosis. Seiring dengan tingginya kolesterol dalam darah, kebiasaan merokok, obesitas dan diabetes, hal ini adalah salah satu masalah kesehatan utama dari negara maju.

Seperti faktor risiko lain, gaya hidup dapat berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Dari hasil penelitian satu dari setiap empat orang dewasa menderita tekanan darah tinggi. Hal ini meningkatkan risiko kematian dini karena kerusakan arteri tubuh, terutama arteri yang memasok darah ke jantung, ginjal, otak dan mata.

Mengenai mekanisme minyak zaitun dapat menurunkan tekanan darah tinggi masih belum diketahui. tetapi bagaimanapun, penambahan minyak zaitun untuk diet memiliki efek menurunkan tekanan darah tinggi. Pada hasil penelitian dengan mengkonsumsi secara teratur minyak zaitun dapat menurunkan sistolik (maksimum) dan diastolik (minimum) tekanan darah. Terdapat bukti terbaru bahwa ketika mengkonsumsi minyak zaitun setiap harinya dapat mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi,


(29)

hal ini mungkin karena penurunan asam nitrat yang disebabkan oleh polifenol yang terkandung dalam minyak zaitun ekstra virgin.

c. Minyak Zaitun terhadap diabetes mellitus

Dengan diet tinggi minyak zaitun tidak hanya menjadi alternatif yang baik dalam pengobatan diabetes, tetapi juga dapat membantu untuk mencegah atau menunda timbulnya penyakit. Dengan mengkonsumsi minyak zaitun kita dapat mencegah resistensi insulin dan yang mungkin implikasi merusak dengan meningkatkan kolesterol HDL dalam darah, menurunkan trigliserida, mengontrol tingkat gula darah dalam tubuh dan menurunkan tekanan darah. Dari hasil penelitian telah terbukti bahwa diet tinggi minyak zaitun, rendah lemak jenuh, cukup kaya karbohidrat dan serat larut dari buah, sayuran, kacang-kacangan dan biji-bijian adalah pendekatan yang paling efektif bagi penderita diabetes. Selain menurunkan kolesterol LDL dalam darah, diet jenis ini juga meningkatkan kontrol gula darah dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin. Manfaat ini telah dibuktikan pada diabetes anak dan diabetes dewasa (IOC, 2013).

d. Minyak zaitun terhadap kolesterol HDL

Pada penelitian yang dilakukan mengenai efek mengkonsumsi minyak zaitun pada populasi di Eropa menunjukan bahwa senyawa fenolik pada semua minyak zaitun dapat meningkatkan kolesterol HDL dan mengurangi rasio antara bentuk glutathion teroksidasi, penurunan trigliserida total / kolesterol HDL. Bahkan konsumsi menengah dan


(30)

25

tinggi fenolik pada kandungan minyak zaitun dapat menurunkan rasio kolesterol LDL / kolesterol HDL. Penelitian yang dilakukan mengenai efek mengkonsumsi minyak zaitun pada populasi di Eropa menjelaskan pengaruh terbesar dalam minyak zaitun yaitu pada peningkatan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kerusakan oksidatif lipid yang diamati setelah mengkonsumsi fenolik pada minyak zaitun (Fito et al., 2007).

D.Madu 1. Definisi

Madu adalah zat alami yang dihasilkan oleh lebah dari nektar (Erejuwa et al., 2012). Madu berasal dari nektar bunga yang disimpan oleh lebah dari kantung madu. Lebah mengolah nektar sehingga menghasilkan madu dalam sarangnya. Madu dihasilkan oleh serangga lebah madu (Apis mellifera)

termasuk dalam superfamili apoidea. Madu sudah ada di alam dan tinggal diolah dari sarangnya. Penggunaan madu ini sebagai obat-obatan sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan penggunaan madu ini dapat dinikmati secara luas dari semua usia dan dapat diterima oleh semua budaya dan etnis. Penggunaan madu ini bahkan dianjurkan oleh semua agama (Ajibola et al., 2012).

2. Jenis –jenis Madu

Menurut Hammad pada tahun 2009 menyatakan bahwa madu terdiri dari beberapa jenis yang tergantung pada sumber bunganya. Madu yang sumber


(31)

bunganya bahwa satu jenis sari bunga disebut monofloral.sedangkan madu yang sumbernya bersal dari berbagai sari bunga disebut madu multifloral.madu dapat diklasifikasikan kedalam berbagai jenis berdasarkan spesifikasi tertentu, meliputi warna, kekentalan, dan aroma. Berikut ini adalah penjelasan karakteristik beberapa jenis madu menurut Hammad :

a. madu bunga akasia yaitu madu yang berwarna kuning susu dan mempunyai aroma yang lembut. Madu ini mempunyai kandungan fruktosa yang tinggi. Oleh sebab itu jenis madu ini selalu dalam keadaan cair;

b. madu bunga limau merupakan madu yang termaksud madu yang paling laris dipasaran, karena memiliki aroma yang lezat dan rasanya yang istimewa dengan warna kuning kehijau-hijauan;

c. madu heather berwarna kuning gelap atau merah kecoklatan. Madu ini memiliki keunikan tersendiri yaitu ia akan membeku dalam keadaan diam, namun akan cair ketika akan diguncangkan;

d. madu lobak yaitu jeenis madu yang mengandung glukosa yang tinggi sehingga lebih cepat mengkristal. Warnanya putih pucat karena kandungan glukosanya yang tinggi sehingga rasanya manis menyengat;

e. madu alfalfa berwarna kuning muda, aromanya wangi, rasanya lembut, dan cepat mengkristal oleh karena itu madu ini sering dijual bersama sarangnya;

f. madu willow berasal dari pohon willow yang memiliki daun berwarna ungu. Madu ini termaksud madu yang rasanya paling enak dan


(32)

27

aromanya sangat wangi serta memiliki warna terang kehijau-hijauan dan tidak mudah mengkristal.

g. madu eucalyptus berwarna kuning muda dan memiliki cita rasa yang kuat. Madu jenis ini terkenal akan khasiatnya untuk mengobati penyakit dada;

h. madu citrus umumnya dijual dengan nama “madu jeruk”, meski sebenarnya berasal dari pohon lemon. Madu ini berwarna terang dan rasanya lezat;

i. madu sikomore memiliki ciri khas yaitu tidak cepat masak. Madu jenis ini sebaiknya dikonsumsi beberapa bulan setelah disaring;

j. madu dandelion memiliki ciri khas berwarna kuning tua keemas-emasan. Madu ini memiliki rasa yang lezat dengan aroma yang tajam .

3. Komposisi

Komposisi utama dalam madu adalah karbohidrat dan jumlah yang kecil dari komponen minor. Gula merupakan komponen utama dari madu, yang terdiri dari sekitar 95 % dari berat kering madu. Komponen utama dari gula madu ini adalah monosakarida, heksosa, fruktosa, dan glukosa. Selain itu, madu memiliki kandungan asam dimana asam utama madu adalah asam glukonat dan sejumlah kecil asam yaitu format, asetat, sitrat, maleat, malat, laktat, oksalat, pyroglumatic dan suksinat (Bogdanov, 2009).

Madu juga mengandung beberapa mineral seperti besi, tembaga, kalsium, natrium, magnesium, klorin dan juga mengandung vitamin khususnya vitamin B1, B2, B6, B3, A, C, riboflavin dan juga asam folat (Bogdanov,


(33)

2009). Di dalam madu juga telah ditemukan mengandung beberapa enzim antioksidan termasuk oksidase glukosa, katalase dan komponen antioksidan lain seperti asam askorbat, flavonoid, asam fenolat, turunan karotenoid, asam organik, produk reaksi Maillard, asam amino, dan protein. Berbagai polifenol dilaporkan dalam madu. Beberapa polifenol madu seperti flavonoid asam caffeic, asam caffeic fenil ester, chrysin, galangin,

quercetin, acacetin, kaempferol, pinocembrin, Pinobanksin dan apigenin diduga memiliki efek yang menjanjikan dalam pengobatan (Khalil & Sulaiman, 2010). Pada penelitian sebelumnya madu kelengkeng memiliki aktivitas antiradikal bebas sebesar 82,10% yang menunjukan bahwa efek antiradikal bebas paling tinggi dibanding madu jenis yang lain (Inayah dkk., 2012).

Tabel 1. Komposisi madu (Suranto, 2007).

KANDUNGAN RATA-RATA KISARAN DEVIASI STANDAR

Fruktosa/Glukosa 1,23 0,76–1,86 0,126 Fruktosa % 38,38 30,91–44,26 1,77 Glukosa % 30,31 22,89–44,26 3,04

Maltosa % 7,3 2,7–16,0 2,1

Sukrosa % 1,31 0,25–7,57 0,87

Gula % 83,72 - -

Mineral % 0,169 0,020–1,028 0,15

Asam bebas 0,43 0,13–0,92 0,16

Nitrogen 0,041 0,000–0,133 0,026

Air % 17,2 13,4–22,9 1,5

pH 3,91 3,42–6,01 -

Total keasaman meq/kg

29,12 8,68–59,49 10,33 Protein mg/100 gr 168,6 57,7–56,7 70,9


(34)

29

4. Manfaat dari madu

Menurut beberapa penelitian sebelumnya terdapat beberapa manfaat dari madu. Berikut beberapa manfaat dari madu :

a. Madu menjadi bahan makanan

Madu memiliki manfaat dari berbagai aspek kehidupan dari segi pangan, pengobatan dan kecantikan. Sebagai bahan makanan madu biasanya digunakan sebagai pemanis, penyedap makanan dan campuran berbagai minuman selain itu madu digunakan juga sebagai obat-obatan (Haryati, 2010).

b. Madu sebagai pengobatan

Madu sebagai pengobatan sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu, di dalam kalangan masyarakat maupun professional, dalam pengobatan tradisional maupun modern. Dalam bidang professional kedokteran modern madu sudah digunakan pada bidang oftalmologi dan gastroenterologi. Dalam penggunaan madu sebagai obat luka bakar juga sudah terbukti poten serta sebagai antibiotik (Molan, 2006).

c. Madu terhadap penyakit kardiovaskular

Reactive oxygen species (ROS) adalah molekul yang sangat reaktif yang terus-menerus diproduksi oleh reaksi enzimatik dalam sel. Dalam kondisi fisiologis yang normal, ROS diproduksi di tingkat rendah, yang diperlukan untuk menjaga fungsi sel normal, dan sistem pertahanan antioksidan endogen tubuh untuk mencegah efek berbahaya. Namun,


(35)

beberapa faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular telah dikaitkan dengan generasi berlebihan ROS, yang dikenal sebagai keadaan stres oksidatif. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa asupan flavonoid teratur berkaitan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular. Dalam penyakit jantung koroner, efek perlindungan dari flavonoid meliputi terutama antitrombotik, antiiskhemik, antioksidan, dan vasodilatasi (Khalil & Sulaiman, 2010).

d. Madu terhadap aterosklerosis

Kandungan flavonoid dalam madu menunjukan bahwa senyawa flavonoid dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner dengan tiga tindakan utama: (A) meningkatkan vasodilatasi koroner, (B) penurunan kemampuan trombosit dalam darah untuk membeku dan (C) mencegah LDL dari oksidasi (Khalil & Sulaiman, 2010).

e. Madu terhadap kolesterol HDL

Pada penelitian sebelumnya, pemberian madu diduga memberikan efek yang signifikan terhadap kadar kolesterol HDL, trigliserida, VLDL, dan LDL. Sebuah penelitian menemukan bahwa dengan pemberian madu pada tikus memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kadar kolesterol HDL serta mengurangi kadar trigliserida dan VLDL (Erejuwa et al., 2012).


(36)

III. METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan menggunakan pola post test only control group design. Rancangan acak terkontrol dengan pola post test only control group design adalah desain yang paling sederhana dari desain eksperimental (true experimental design), karena sampel benar-benar dipilih secara random dan diberi perlakuan serta ada kelompok pengontrolnya (Dahlan, 2010).

Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur

Sprague dawley yang berumur 4-5 bulan dipilih secara acak dan dibagi menjadi 5 kelompok. Pemilihan tikus putih jenis ini dikarenakan memiliki sifat yang lebih tenang dan mudah dikondisikan hiperkolesterolemia.

B.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada November – Desember 2013 selama 15 hari dengan masa adaptasi 7 hari sebelum perlakuan yang bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Perawatan dan perlakuan sampel bertempat


(37)

di pet house Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pemeriksaan kadar kolesterol HDL dilakukan di laboratorium Gladish Medical Center (GMC) Pesawaran.

C.Alat dan bahan penelitian

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kandang tikus;

b. Botol minum tikus;

c. sonde untuk pemberian oral; d. spuit oral;

e. minor set;

f. timbangan analitik; g. kapas;

h. kamera digital.

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Extra Virgin olive oil (EVOO) dengan merek dagang pietro coricelli

yang di produksi oleh Italia sebagai negara kedua penghasil minyak zaitun dan diimpor oleh Indonesia, EVOO ini dibeli di salah satu supermarket di kota Bandar Lampung;

b. Madu kelengkeng yang didapatkan dari madu kelengkeng perhutani yang sudah memenuhi mutu Standar Nasional Indonesia (SNI).


(38)

33

c. tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley berumur 4-5 bulan yang diperoleh dari laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor;

d. aquades;

e. makanan standar tikus (pelet dan gabah);

f. Pakan tinggi kolesterol yang diberikan adalah berupa otak sapi dengan dosis 3 ml/hari ;

g. Obat anestesi ketamine+xylazine sebagai narkosis sebelum pengambilan darah tikus.

D.Populasi dan Sampel 1. Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague dawley berumur 4-5 bulan yang diperoleh dari laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor.

2. Sampel penelitian

Hewan penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague dawley umur 4-5 bulan dengan berat badan rata-rata antara 200-250 gram. Sampel penelitian dipilih secara simple random sampling berjumlah 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. Dibagi menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.


(39)

Selama penelitian selain perlakuan utama, semua tikus tetap diberi makan campuran pelet dan gabah dan diberi minum secukupnya.

Menurut Supranto J (2000) untuk penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap, acak kelompok atau faktorial, secara sederhana dapat dirumuskan: (t-1) (r-1) > 15. Dimana t adalah jumlah kelompok percobaan dan r merupakan jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini akan menggunakan lima kelompok perlakuan sehingga penghitungan sampel menjadi:

(t-1) (r-1) ≥ 15 4 (r-1) ≥ 15 4r ≥ 19 r ≥ 19/4 r ≥ 4,75

Jadi sampel yang akan digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor dengan 1 tikus putih sebagai cadangan pada masing-masing kelompok sehingga jumlah tikus yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 30 ekor.

3. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:

a. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley; b. Berat badan rata-rata antara 150-250 gram;

c. Tikus berumur 4-5 bulan

d. Didapatkan dari tempat pembiakan yang sama dan pakan yang sama.

4. Kriteria eklusi


(40)

35

a. Terlihat sakit pada masa adaptasi (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus atau genital );

b. Penurunan berat badan selama adaptasi lebih dari 10%; c. Mati selama pemberian perlakuan.

E.Metode Penelitian

Metode penelitian meliputi tipe penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, rancangan analisis data, waktu, dan tempat penelitian serta implikasi etik penelitian.

1. Tipe penelitian

Tipe penelitian adalah studi eksperimental laboratorium dalam bidang ilmu biokimia. Adapun tipe penelitian ini adalah post test only with control group-design. Sebelum penelitian berlangsung 30 ekor tikus putih diadaptasikan dahulu selama 7 hari dengan diberikan pakan standard dan air minum ad libitum. Kemudian tikus putih dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 6 ekor. Kelompok A diberikan pakan standard seperti adaptasi tanpa diberikan perlakuan sebagai kontrol negatif, kelompok B diberikan diet tinggi kolesterol sebagai kontrol positif, kelompok C diberikan diet tinggi kolesterol dan EVOO selama 15 hari, kelompok D diberikan diet tinggi kolesterol dan madu selama 15 hari, sedangkan kelompok E diberikan diet tinggi


(41)

kolesterol dan kombinasi EVOO dan madu selama 15 hari. Perlakuan yang diberikan sebagai berikut :

a. Kelompok A sebagai kontrol negatif tikus hanya diberi makan dan minum seperti biasa;

b. Kelompok B sebagai kelompok kontrol positif diberikan diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari menggunakan sonde lambung;

c. Kelompok C diberikan diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari dan EVOO sebanyak 1 ml/ekor/hari menggunakan sonde lambung;

d. Kelompok D diberikan diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari dan madu sebanyak 1,35 ml/ekor/hari menggunakan sonde lambung;

e. Kelompok E diberikan diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari dan kombinasi EVOO sebanyak 1 ml/ekor/hari serta madu sebanyak 1,35 ml/ekor/hari menggunakan sonde lambung. Pengukuran kadar HDL darah dilakukan setelah pemberian diet tinggi kolesterol dan perlakuan dalam jumlah yang ditentukan selama 15 hari.

2. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel perlakuan (independen) dan variabel respon (dependen).

a. Variabel perlakuan (independen) adalah pemberian EVOO, madu dan kombinasi EVOO dan madu.


(42)

37

b. Variabel respon (dependen) adalah kadar HDL dalam darah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.

3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memudahkan penelitian dan agar penelitian tidak menjadi terlalu luas, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 2. Definisi operasional

Variabel Definisi Skala

Extra Virgin Olive Oil (EVOO) Madu Kelengkeng

EVOO diberikan kepada tikus.

Madu yang diberikan kepada tikus

Kelompok I (kontrol negatif) = pemberian aquades Kelompok II (kontrol positif) = pemberian diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari

Kelompok III (perlakuan coba) = pemberian diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari dan EVOO sebanyak 1 ml/ekor/hari

Kelompok IV (perlakuan coba) = pemberian diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari dan madu sebanyak 1,35 ml/ekor/hari

Kelompok V (perlakuan coba) = pemberian diet tinggi kolesterol dengan dosis 3 ml/ekor/hari dan kombinasi EVOO sebanyak 1 ml/ekor/hari serta madu sebanyak 1,35 ml/ekor/hari

Numerik

Kadar HDL darah tikus

Lipoprotein berdensitas tinggi yang mengambil kolesterol dari seluruh tubuh diperoleh dari serum darah tikus.

Kadar optimal HDL pada tikus yaitu > 25 mg/dl atau sama dengan kadar HDL tikus normal (kontrol negatif)

Numerik

F. Prosedur Penelitian

1. Prosedur pemberian dosis EVOO

Extra virgin olive oil atau minyak zaitun murni yang digunakan pada penelitian ini yaitu EVOO yang diproduksi di Italia bermerek dagang Pietro


(43)

Coricelli yang diimpor oleh Indonesia dan didapatkan dari salah satu supermarket di kota Bandar Lampung .

Dosis pemberian EVOO merupakan hasil perhitungan konversi dosis manusia ke hewan coba. Penentuan dosis EVOO untuk tikus putih galur sprague dawley ini berpedoman pada dosis rata-rata EVOO yang dikonsumsi masyarakat mediterania yaitu 25-50 ml per hari. Dalam penelitian yang dilakukan Nugraheni (2012), dosis yang paling efektif adalah 50 ml/hari yang dikonversikan kepada dosis tikus dengan berat rata-rata 200 gram menjadi 0,9 ml/hari, pada penelitian ini peneliti memutuskan untuk mengambil dosis 1 ml/hari.

2. Prosedur pemberian dosis madu

Madu yang digunakan pada penelitian ini adalah madu yang diperoleh dari madu kelengkeng yang diproduksi Perum Perhutani yang sudah memenuhi mutu Standard Nasional Indonesia (SNI).

Dosis pemberian madu ini merupakan hasil perhitungan konversi dari manusia ke hewan coba. Penentuan dosis madu untuk tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley ini berpedoman pada dosis yang efektif yang sudah dilakukan penelitian ke manusia dan dapat menurunkan kolesterol total, LDL, dan trigliserida serta menaikan kadar HDL yaitu 75 g/hari atau sama dengan 75 ml/hari (Bagdanov, 2012). Pada penelitian ini dilakukan pengkonversian dosis 75 ml/hari kepada tikus dengan berat badan rata-rata 200 gram dengan dikalikan faktor konversi dari manusia ke tikus


(44)

39

yaitu 0,018 menurut Laurence & Bacharach 1964 (Ekawati, 2012), sehingga didapatkan dosis 1,35 ml/hari.

3. Prosedur pemberian dosis kombinasi EVOO dan Madu

Dosis kombinasi pemberian EVOO dan madu adalah sesuai dengan dosis pada masing-masing dosis yang telah diberikan pada kelompok sebelumnya, kemudian digabungkan menjadi satu.

4. Prosedur pemberian diet tinggi kolesterol

Pada penelitian Pratama dan Probosari (2012) digunakan pakan tinggi kolesterol berupa suspensi otak sapi sebanyak 2 ml per hari. Otak sapi diolah dengan cara dikukus dan diblender dengan penambahan air dengan perbandingan 1:1. Dalam 100 gram otak sapi mengandung sekitar 2 gram kolesterol dan 2,9 gram asam lemak jenuh. Berdasarkan kandungan tersebut, suspensi otak sapi yang diberikan mengandung 20 mg kolesterol dalam 2 ml suspensi otak. Pemberian suspensi otak sapi tersebut selama 15 hari terbukti meningkatkan kadar kolesterol darah tikus secara bermakna. Pada penelitian ini digunakan suspensi otak sebanyak 3 ml dengan perbandingan otak sapi dengan air 2:1 sehingga mengandung 40 mg kolesterol untuk memberi efek hiperkolesterolemia yang lebih tinggi pada tikus selama 15 hari.

5. Alur penelitian

a. Mengukur berat badan 30 ekor tikus percobaan (25 yang diuji, 5 sebagai cadangan) sebelum perlakuan;


(45)

b. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian EVOO, madu, dan kombinasi EVOO dan madu dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok A, B, C, D dan E. Tikus-tikus tersebut dipelihara dalam suhu kamar dan pencahayaan yang cukup pada siang hari selama 7 hari dan diberi pakan pelet dicampur gabah dan minum ad libitum;

c. Kemudian kelompok A diberi diet standard sebagai kontrol negatif sedangkan kelompok B diberi diet tinggi kolesterol yaitu suspensi otak sapi sebanyak 3 ml per tikus per hari sebagai kontrol positif.

d. Pada waktu yang bersamaan kelompok C diberi diet tinggi kolesterol yaitu suspensi otak sapi sebanyak 3 ml per tikus per hari dan EVOO dengan dosis 1 ml/ekor/hari, kelompok D diberi diet tinggi kolesterol yaitu suspensi otak sapi sebanyak 3 ml per tikus per hari dan madu dengan dosis 1,35 ml/ekor/hari, dan kelompok E diberi diet tinngi kolesterol yaitu suspensi otak sapi sebanyak 3 ml per tikus per hari dan kombinasi EVOO dengan dosis 1 ml/ekor/hari dan madu dengan dosis 1,35 ml/ekor/hari setiap hari selama 15 hari.

e. Pada hari ke 23 sampel dipuasakan terlebih dulu selama 10 jam kemudian dinarkosis menggunakan ketamine+xylazine dengan dosis 75-100 mg/kgbb dan 5-10 mg/kgbb secara intraperitoneal. Setelah itu tikus di-euthanasia menggunakan metode cervical dislocation dengan cara ibu jari dan jari telunjuk ditempatkan dikedua sisi leher ditekan ke dasar tengkorak dan tangan lainnya pada pangkal ekor atau kaki belakang dengan cepat ditarik sehingga menyebabkan pemisahan antara tulang leher dan tengkorak (AVMA, 2013). Setelah tikus dipastikan


(46)

41

mati, darah di ambil melalui jantung dengan menggunakan spuit 1ml sebanyak 2ml, kemudian langsung dimasukkan ke dalam vacutainer SST(Yellow Top) yang sudah berisi Clot activator dan Inner separator. f. Darah sebanyak 2 ml didiamkan terlebih dahulu selama 30 menit,

kemudian disentrifugasi menggunakan sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit untuk mendapatkan serumnya. Pengukuran kadar kolesterol HDL tikus dilakukan di laboratorium Gladish Medical Center (GMC) Pesawaran. Kemudian data ditabulasi untuk menganalisis secara statistik pengaruh pemberian EVOO, madu dan kombinasi EVOO dan madu terhadap kadar kolesterol HDL darah dan selanjutnya hasil pemeriksaan ditabulasi dan dianalisis statistik.


(47)

Gambar 5. Diagram alur penelitian.

B D E

A

Kelompok A diberi diet standard, kelompok B diberi diet tinggi kolesterol, kelompok C diberi diet tinggi kolesterol dan EVOO, kelompok D diberi diet tinggi kolesterol dan madu, dan kelompok

E diberi diet tinggi kolesterol dan kombinasi EVOO dan madu selama 15 hari

A B D E

tikus yang hanya diberi makan biasa tikus yang diberi makanan biasa ditambah diet tinggi kolesterol tikus diberi makanan tinggi kolesterol dan madu 1,35 ml/hari tikus diberi makanan tinggi kolesterol dan kombinasi EVOO 1 ml/hari dan madu 1,35ml/hari

Periksa kadar HDL darah(post test) pada hari ke 23

Analisis Hasil

Tikus diadaptasi dengan lingkungan selama 7 hari C C tikus diberi makanan tinggi kolesterol dan EVOO 1 ml/hari


(48)

43

G.Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian diuji analisis statistik menggunakan aplikasi pengolah data. Data yang diperoleh diuji normalitasnya dengan uji

Saphiro-Wilk dan uji homogenitas Levene. Jika data berdistribusi normal serta homogen (p>0,05), maka dilanjutkan dengan uji beda lebih dari dua sampel, yaitu uji analisis varian satu arah (one way ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% sehingga dapat diketahui apakah perbedaan yang diperoleh bermakna atau tidak. Uji ANOVA akan dianggap bermakna bila p<0,05 dan selanjutnya dilakukan uji post hoc. Jika salah satu syarat untuk uji ANOVA tidak terpenuhi, maka dilakukan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui adanya perbedaan. Apabila terdapat perbedaan bermakna, dilakukan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antar tiap kelompok perlakuan (Dahlan, 2010).

H.Etika Penelitian

Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:

1. Replacement, adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan.


(49)

2. Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu

(r-1)(t-1) ≥ 15, dengan r adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.

3. Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi, yaitu:

a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba diberikan pakan standar dan minum secara ad libitum.

b. Bebas dari ketidak-nyamanan, pada penelitian hewan coba ditempatkan di animal house dengan suhu terjaga 20-25°C, kemudian hewan coba terbagi menjadi 3-4 ekor tiap kandang.

Animal house berada jauh dari gangguan bising dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya sehingga, mengurangi stress pada hewan coba.

c. Bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan program kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta pengobatan terhadap hewan percobaan jika diperlukan, pada penelitian hewan coba diberikan perlakuan dengan menggunakan sonde lambung dilakukan dengan mengurangi rasa nyeri sesedikit mungkin, dosis perlakuan diberikan berdasarkan pengalaman terdahulu maupun literatur yang telah ada.


(50)

45

Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah dijelaskan dengan mempertimbangkan kenyamanan dan mengurangi rasa sakit pada hewan dengan memberikan anesthesia serta euthanasia oleh orang yang terlatih untuk meminimalisasi atau bahkan meniadakan penderitaan hewan coba sesuai dengan Institutional Animal Care and Use Committee


(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian adalah:

1. Terdapat pengaruh pemberian EVOO terhadap peningkatan kadar High Density Lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.

2. Tidak terdapat pengaruh pemberian madu terhadap peningkatan kadar

High Density Lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.

3. Terdapat pengaruh kombinasi pemberian EVOO dan madu peningkatan terhadap kadar High Density Lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.


(52)

63

B. Saran

1. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang potensi zat-zat aktif dalam Extra virgin olive oil (EVOO) dan Madu sebagai fitofarmaka. 2. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut dengan jangka waktu

lebih lama terkait pemberian EVOO dan Madu terhadap kadar HDL darah. 3. Peneliti lain dapat melakkan penelitian untuk mengetahui pengaruh EVOO dan Madu terhadap profil lipid yang lainnya (kolesterol total, trigliserida, LDL, dan VLDL).


(53)

DAFTAR PUSTAKA

AHA. 2013. Heart Disease and Stroke Statistics. Circulation.

Ajibola, A., Chamunorwa, J.P., Erlwanger, K.H. 2012. Nutraceutical Values Of Natural Honey and its Contribution to Human Health and Wealth. Nutr Metab (Lond). 9: 61

American Veterinary Medical Association. 2013. Guidelines for euthanasia of animals. Page 30, 38, 48.

Ashen, M.D, Blumenthal, R.S. 2005. Low HDL cholesterol levels. N Engl J Med

353:1252-1260.

Azwar, S. 2005. Signifikan atau Tidak Signifikan. Buletin Psikologi UGM. Vol 3. Jogjakarta : Universitas Gajah Mada. Hal 38-44

Baba, S., Natsume, M., Yasuda, A., Nakamura, Y., Tamura, T., Osakabe, N., Kanegae, N., Kondo, K. 2007. Plasma LDL and HDL Cholesterol and

Oxidized LDL Concentrations Are Altered in Normo- and Hypercholesterolemic Humans after Intake of Different Levels of Cocoa Powder. The Journal of nutrition.

Bhatnagar, D., Soran, H., Durrington. 2008. Hypercholesterolaemia and its management. BMJ ;337:993.

Bogdanov, Stefan. 2009.Honey composition. Book of honey, chapter 5. Bogdanov, Stefan. 2012. Honey in medicine. Bee Product Science.

Dahlan, M.S. 2010. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta. Salemba medika.

Diekhoff, G. 1992. Statistics for the Social and Behavioral Sciences: Univariate, Bivariate, Multivariate, Dubuque, IA. Wm. C. Brown Publishers.

Dorland, W.A.N. 2010. Kamus kedokteran dorland, edisi 31. EGC. hlm 1238-1239.


(54)

65

Eilertsen, K.E., Mæhre, H.K., Cludts, K., Olsen, J.O., Hoylaerts, M.F. 2011. Dietary enrichment of apolipoprotein E-deficient mice with extra virgin olive oil in combination with seal oil inhibits atherogenesis. Lipids Health Dis. 10:41.

Ekawati, Nurlaili. 2012. Peningkatan kadar trombosit oleh kapsul monascus powder (MP) pada hewan uji tikus putih Sprague dawley. Bogor. Repository IPB.

Erejuwa, O.O., Sulaiman, S.A., Wahab, M.S.A. 2012. Honey a novel antidiabetic agent. Int J Biol Sci . 8(6): 913-934.

Estruch, R, Gonzales, M.A.M., corella, D., salvado, J.S., Gutierrez, V.R., Covas, M.I., et al. 2006. Effects of a Mediterranean Style Diet on Cardiovascular Risk Factors. Annals of internal medicine.

Fito, M., Torre, R.D.L., Albaladejo, M.F., Khymenetz, O., Marrugat, J., Covas, M.I. 2007. Bioavailability and antioxidant effects of olive oil phenolic compounds in humans. Ann Ist super sAnItà. 43, no. (4) : 375-381.

Ghanbari, R., Anwar, F., Alkharfy, K.M., Gilani, A.H., Saari, N. 2012. Valuable Nutrients and Functional Bioactives in Different Parts of Olive (Olea europaea L.) : A Review. Int. J. Mol. Sci. 13, 3291-3340.

Goenarwo, E. 2011. Pengaruh pemberian ekstrak angkak terhadap kadar HDL darah. journal unissula.

Guyton, A.C., Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC.

hlm 891-892.

Haryati, L.F. 2010. Aktivitas Antibakteri Berbagai Jenis Masu Terhadap Mikroba Pembusuk (Pseudomonas f;ourescens FNCC 0071 dan Pseudomonnas putida FNCC 0070). (Skripsi). Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Helal, O., Berrougui, H., Loued, S., Khalil, A. 2013. Extra-virgin olive oil consumption improves the capacity of HDL to mediate cholesterol efflux and increases ABCA1 and ABCG1 expression in human macrophages. Br J Nutr. 109(10):1844-55.

Inayah., Marianti, A., Lisdiana. 2012. Efek Madu Randu dan Kelengkeng dalam Menurunkan Putih Hiperkolesterolemik. Semarang. Unnes Journal of Life Science. 1 (1).


(55)

Khalil, M.I., Sulaiman, S.A. 2010. The potential role of honey and its polyphenols in preventing heart diseases: A Review. Afr J Tradit Complement Altern Med. 7(4): 315–321.

Marks, D.B., Marks, A.D., Smith, C.M. 2000. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta. EGC.

Molan, P.C. 2006. Honey and Medicine: Past, Present and Future. Kelantan. First North-South Conference & Workshop on Pharmacogenetic.

Murray, R.K., Granner, D.K., Rodwell, V.W. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : EGC. hlm 225-249.

Nugraheni, Kartika. 2012. Pengaruh pemberian minyak zaitun ekstra virgin terhadap profil lipid serum tikus putih (Rattus norvegicus) strain Sprague dawley hiperkolesterolemia. Semarang [ Artikel Penelitian].

Pratama, S.E., Probosari, E. 2012. Pengaruh pemberian kefir susu sapi terhadap kadar kolesterol LDL tikus jantan Sprague dawley hiperkolesterolemia. Semarang. Journal of nutrition college. 1(1) : hlm 358-364.

Putri, R.S., Pudjadi, Kartikawati, H. 2010. Pengaruh pemberian ekstrak bawang merah (allium ascalonicum) terhadap kadar kolesterol HDL tikus wistar.FK undip.

Rader, J.D. 2006. Molecular regulation of HDL metabolism and function: implications for novel therapies. J clin invest 116 (12) : 3090-3100.

Ridwan, E. 2013. Etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan. J indon med assoc. 63(3): 112-116.

Robert, R. 2008. Reverse cholesterol transport. Medicine ann arbor.

Setyaji, D.Y. 2011. Pengaruh Pemberian Nata De Coco Terhadap Kadar Kolesterol LDL dan HDL Pada Tikus Hiperkolesterolemia. [ Artikel Penelitian] Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro.

Soeharto, Iman. 2004. Penyakit jantung koroner & serangan jantung. Jakarta. Gramedia pustaka utama.hlm 63-81.

Stapleton, P.A., Goodwill, A.G., James, M.E., Brock, R.W., Frisbee, J. 2010. Hypercholesterolemia and microvascular dysfunction: interventional strategies. Journal of Inflammation. 7:54

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta Penerbit PT Rineka Cipta.


(56)

67

Vijayakumar, Subramaniam, R., Nalini, N. 2006. Lipid Lowering Efficacy of Piperine from Piper Ningrum L. In High Fat Diet and Anti thyroid Drug Induced hypercholesterolemic Rats.Journal of Food Biochemistry. India. World Health Organization. 2011. Noncommunicable diseases (NCD) Country

Profiles Indonesia.


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian adalah:

1. Terdapat pengaruh pemberian EVOO terhadap peningkatan kadar High Density Lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.

2. Tidak terdapat pengaruh pemberian madu terhadap peningkatan kadar High Density Lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.

3. Terdapat pengaruh kombinasi pemberian EVOO dan madu peningkatan terhadap kadar High Density Lipoprotein (HDL) dalam darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi diet tinggi kolesterol menggunakan otak sapi.


(2)

63

B. Saran

1. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang potensi zat-zat aktif dalam Extra virgin olive oil (EVOO) dan Madu sebagai fitofarmaka. 2. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut dengan jangka waktu

lebih lama terkait pemberian EVOO dan Madu terhadap kadar HDL darah. 3. Peneliti lain dapat melakkan penelitian untuk mengetahui pengaruh EVOO dan Madu terhadap profil lipid yang lainnya (kolesterol total, trigliserida, LDL, dan VLDL).


(3)

DAFTAR PUSTAKA

AHA. 2013. Heart Disease and Stroke Statistics. Circulation.

Ajibola, A., Chamunorwa, J.P., Erlwanger, K.H. 2012. Nutraceutical Values Of Natural Honey and its Contribution to Human Health and Wealth. Nutr Metab (Lond). 9: 61

American Veterinary Medical Association. 2013. Guidelines for euthanasia of animals. Page 30, 38, 48.

Ashen, M.D, Blumenthal, R.S. 2005. Low HDL cholesterol levels. N Engl J Med 353:1252-1260.

Azwar, S. 2005. Signifikan atau Tidak Signifikan. Buletin Psikologi UGM. Vol 3. Jogjakarta : Universitas Gajah Mada. Hal 38-44

Baba, S., Natsume, M., Yasuda, A., Nakamura, Y., Tamura, T., Osakabe, N., Kanegae, N., Kondo, K. 2007. Plasma LDL and HDL Cholesterol and Oxidized LDL Concentrations Are Altered in Normo- and Hypercholesterolemic Humans after Intake of Different Levels of Cocoa Powder. The Journal of nutrition.

Bhatnagar, D., Soran, H., Durrington. 2008. Hypercholesterolaemia and its management. BMJ ;337:993.

Bogdanov, Stefan. 2009. Honey composition. Book of honey, chapter 5. Bogdanov, Stefan. 2012. Honey in medicine. Bee Product Science.

Dahlan, M.S. 2010. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta. Salemba medika.

Diekhoff, G. 1992. Statistics for the Social and Behavioral Sciences: Univariate, Bivariate, Multivariate, Dubuque, IA. Wm. C. Brown Publishers.

Dorland, W.A.N. 2010. Kamus kedokteran dorland, edisi 31. EGC. hlm 1238-1239.


(4)

65

Eilertsen, K.E., Mæhre, H.K., Cludts, K., Olsen, J.O., Hoylaerts, M.F. 2011. Dietary enrichment of apolipoprotein E-deficient mice with extra virgin olive oil in combination with seal oil inhibits atherogenesis. Lipids Health Dis. 10:41.

Ekawati, Nurlaili. 2012. Peningkatan kadar trombosit oleh kapsul monascus powder (MP) pada hewan uji tikus putih Sprague dawley. Bogor. Repository IPB.

Erejuwa, O.O., Sulaiman, S.A., Wahab, M.S.A. 2012. Honey a novel antidiabetic agent. Int J Biol Sci . 8(6): 913-934.

Estruch, R, Gonzales, M.A.M., corella, D., salvado, J.S., Gutierrez, V.R., Covas, M.I., et al. 2006. Effects of a Mediterranean Style Diet on Cardiovascular Risk Factors. Annals of internal medicine.

Fito, M., Torre, R.D.L., Albaladejo, M.F., Khymenetz, O., Marrugat, J., Covas, M.I. 2007. Bioavailability and antioxidant effects of olive oil phenolic compounds in humans. Ann Ist super sAnItà. 43, no. (4) : 375-381.

Ghanbari, R., Anwar, F., Alkharfy, K.M., Gilani, A.H., Saari, N. 2012. Valuable Nutrients and Functional Bioactives in Different Parts of Olive (Olea europaea L.) : A Review. Int. J. Mol. Sci. 13, 3291-3340.

Goenarwo, E. 2011. Pengaruh pemberian ekstrak angkak terhadap kadar HDL darah. journal unissula.

Guyton, A.C., Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC. hlm 891-892.

Haryati, L.F. 2010. Aktivitas Antibakteri Berbagai Jenis Masu Terhadap Mikroba Pembusuk (Pseudomonas f;ourescens FNCC 0071 dan Pseudomonnas putida FNCC 0070). (Skripsi). Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Helal, O., Berrougui, H., Loued, S., Khalil, A. 2013. Extra-virgin olive oil consumption improves the capacity of HDL to mediate cholesterol efflux and increases ABCA1 and ABCG1 expression in human macrophages. Br J Nutr. 109(10):1844-55.

Inayah., Marianti, A., Lisdiana. 2012. Efek Madu Randu dan Kelengkeng dalam Menurunkan Putih Hiperkolesterolemik. Semarang. Unnes Journal of Life Science. 1 (1).


(5)

Khalil, M.I., Sulaiman, S.A. 2010. The potential role of honey and its polyphenols in preventing heart diseases: A Review. Afr J Tradit Complement Altern Med. 7(4): 315–321.

Marks, D.B., Marks, A.D., Smith, C.M. 2000. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta. EGC.

Molan, P.C. 2006. Honey and Medicine: Past, Present and Future. Kelantan. First North-South Conference & Workshop on Pharmacogenetic.

Murray, R.K., Granner, D.K., Rodwell, V.W. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : EGC. hlm 225-249.

Nugraheni, Kartika. 2012. Pengaruh pemberian minyak zaitun ekstra virgin terhadap profil lipid serum tikus putih (Rattus norvegicus) strain Sprague dawley hiperkolesterolemia. Semarang [ Artikel Penelitian].

Pratama, S.E., Probosari, E. 2012. Pengaruh pemberian kefir susu sapi terhadap kadar kolesterol LDL tikus jantan Sprague dawley hiperkolesterolemia. Semarang. Journal of nutrition college. 1(1) : hlm 358-364.

Putri, R.S., Pudjadi, Kartikawati, H. 2010. Pengaruh pemberian ekstrak bawang merah (allium ascalonicum) terhadap kadar kolesterol HDL tikus wistar. FK undip.

Rader, J.D. 2006. Molecular regulation of HDL metabolism and function: implications for novel therapies. J clin invest 116 (12) : 3090-3100.

Ridwan, E. 2013. Etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan. J indon med assoc. 63(3): 112-116.

Robert, R. 2008. Reverse cholesterol transport. Medicine ann arbor.

Setyaji, D.Y. 2011. Pengaruh Pemberian Nata De Coco Terhadap Kadar Kolesterol LDL dan HDL Pada Tikus Hiperkolesterolemia. [ Artikel Penelitian] Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro.

Soeharto, Iman. 2004. Penyakit jantung koroner & serangan jantung. Jakarta. Gramedia pustaka utama. hlm 63-81.

Stapleton, P.A., Goodwill, A.G., James, M.E., Brock, R.W., Frisbee, J. 2010. Hypercholesterolemia and microvascular dysfunction: interventional strategies. Journal of Inflammation. 7:54

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta Penerbit PT Rineka Cipta.


(6)

67

Vijayakumar, Subramaniam, R., Nalini, N. 2006. Lipid Lowering Efficacy of Piperine from Piper Ningrum L. In High Fat Diet and Anti thyroid Drug Induced hypercholesterolemic Rats. Journal of Food Biochemistry. India. World Health Organization. 2011. Noncommunicable diseases (NCD) Country

Profiles Indonesia.


Dokumen yang terkait

Formulasi Krim Extra Virgin Olive Oil (Minyak Zaitun Ekstra Murni) sebagai Anti-Aging

57 297 100

Optimization of the Making of Virgin Coconut Oil (VCO) with the Addition of Baker Yeast (Saccharomyces cerevisiae) and Fermentation Time with VCO Inducement

2 38 86

Optimasi Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Berdasarkan Faktor Temperatur Dan Lama Pemanasan Dengan Metode Permukaan Respon Pada Laboratorium Proses Manufaktur Departemen Teknik Industri - USU

2 107 111

Peranan Virgin Coconut Oil (Vco) Dalam Menyembuhkan Lesi Oral Penderita Hiv/Aids.

1 91 66

Uji Efek Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Berat Badan Dan Penurunan Kadar Gula Darah (KGD) Tikus Putih Diabetes yang Diinduksi Sterptozotocin (STZ)

3 47 85

PENGARUH PROTEKTIF PEMBERIAN EXTRA VIRGIN OLIVE OIL (EVOO) DAN MADU TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI KOLESTEROL

8 66 65

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ZAITUN DAN MADU TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DIET TINGGI LEMAK

2 27 69

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW KARYA ILMIAH : JURNAL ILMIAH ( Penurunan Kadar Gula Darah Akibat Pemberian Extra Virgin Olive Oil (Studi pada Tikus Galur Sprague dawley yang Diinduksi Pakan Tinggi Lemak)).

0 0 2

Efek Pemberian Virgin Coconut Oil (Cocos nucifera) Terhadap Dislipidemia pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar yang Diberi Diet Tinggi Kolesterol

0 0 8

PENGARUH PEMBERIAN KUTU JEPANG (Tenebrio molitor) TERHADAP KADAR Low Density Lipoprotein (LDL) DARAH - Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Diet Tinggi Lemak - Unissula Repository

0 0 5