Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi)

(1)

FUNGSI MEDIA MASSA DALAM PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK

(Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan

Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan

AGITHA ERFINA LISA 080904057

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta dan memaparkan situasi atau peristiwa tanpa mencari, menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 224 orang dengan penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan rumus Arikunto dengan persentase 25% sehingga diperoleh 56 responden. Teknik penarikan sampel yang menggunakan random sampling dengan tabel angka acak dan purposive sampling. Analisis data menggunakan tabel tunggal yaitu suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom persentase untuk setiap kategori. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa media massa yang dalam penelitian ini menggunakan televisi memang berfungsi dalam membentuk pendapat umum atau opini publik. Sehingga masyarakat berpendapat kurang setuju terhadap kebijakan pemerintah tentang BBM yang disampaikan melalui pemberitaan yang mereka ikuti dari televisi.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaanNya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai. Penulisan skripsi yang berjudul “Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat” ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang peneliti miliki. Akan tetapi dengan adanya bimbingan, dukungan serta doa yang tiada putus-putusnya dari berbagai pihak, maka pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin.

Pertama sekali peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua saya, Ayahanda N. Sembiring dan Ibunda E. Tarigan yang tidak pernah lelah dalam memberikan kepercayaan, dukungan, baik moril maupun materil, serta kasih sayang yang tiada batas kepada peneliti. Semoga apa yang menjadi doa dan harapan mulia beliau terhadap kehidupan peneliti bisa terwujud seturut kehendak Tuhan Yesus Kristus.

Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si., Ph.D selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta Kak Cut dan Kak Maya, terima kasih atas bantuannya dalam setiap proses yang harus dilakukan.

4. Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membantu, membimbing, memberikan masukan serta meluangkan waktu diantara kesibukan yang padat.


(4)

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Komunikasi FISIP USU pada umumnya yang telah mendidik, membimbing dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

6. Kepala Kelurahan dan Kepala Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan yang telah meluangkan waktunya untuk mendukung peneliti dalam melakukan penelitian ini.

7. Kepada kedua saudara peneliti Eris Sembiring, S.Sos dan Andre Tarigan yang tetap memberikan semangat kepada peneliti.

8. Kepada seluruh sahabat peneliti, yaitu Lisda Veronika Amd, Stiphany Marpaung, Rut Lenny Tarigan, S.E dan Eva Sembiring yang juga tetap mendukung peneliti agar tetap semangat dalam menyelesaikan penelitian ini. 9. Kepada Eva Aritonang, S.Ikom, Irmina Sagala, S.Sos, Rahel Fitriani Purba

c.S.Ikom, Dewi Meilina Manik S.Ikom, Elda Sitohang, S.Ikom, Sri Hawany Ginting, S.Ikom, Melisa Angelina S.Sos dan Ratna Nuningsi Napitupulu, S.Sos yang telah menjadi sahabat peneliti dalam melalui masa perkuliahan ini dan terus memberikan dukungan serta semangat bagi peneliti agar tidak menyerah dalam melakukan penelitian ini.

10. Kepada Hendra Sitinjak yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini.

11. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada Idek Hartodinata yang telah menjadi rekan se-bimbingan peneliti, mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

12. Kepada seluruh sahabat di FISIP USU khususnya sahabat-sahabat Ilmu Komunikasi 2008 dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terimakasih sahabat atas kebersamaan selama beberapa tahun ini yang tidak akan pernah dapat peneliti lupakan.

Medan , Juli 2012 Peneliti,


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Pembatasan Masalah ...5

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori ... 7

2.1.1. Media Massa ... 7

2.1.1.1.Pengertian Media Massa ... 7

2.1.1.2.Jenis Media Massa ... 7

2.1.1.3.Peran Media Massa ... 8

2.1.2.Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 9

2.1.2.1.Pengertian Televisi ... 9

2.1.2.2.Sejarah Televisi Di Indonesia ... 9

2.1.2.3.Karakteristik Televisi Sebagai Media Massa ... 9

2.1.3.Pemberitaan ... 10

2.1.3.1.Pengertian Pemberitaan ... 10

2.1.3.2.Unsur-unsur Pemberitaan ... 11

2.1.3.3.Penilaian Terhadap Kualitas Pemberitaan... 12

2.1.4.Opini Publik ... 14

2.1.4.1.Pengertian Opini Publik ... 14

2.1.4.2.Proses Pembentukan Opini Publik ... 15

2.1.4.3.Kekuatan Dalam Opini Publik ... 17

2.1.5.Peran Media Massa Dalam Opini Publik ... 18

2.1.5.1.Hubungan Media Massa Dengan Opini Publik ... 18

2.1.5.2.Fungsi Media Dalam Pembentukan Opini Publik ... 18

2.1.5.3.Karakteristik Media Massa Yang Berperan Dalam Pembentukan Opini Publik ... 19

2.1.5.4.Kelebihan Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik ... 20

2.1.6.Penelitian Lain Tentang Fungsi Media Dalam Pembentukan Opini Publik ... 20


(6)

2.3. Model Teoritis ... 24

2.4. Operasional Variabel ... 25

2.5. Defenisi Operasional ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27

3.1.1. Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar ... 27

3.1.1.1. Luas Wilayah ... 27

3.1.1.2. Batas Wilayah ... 27

3.1.1.3. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga ... 27

3.1.2. Lingkungan XIX ... 30

3.2. Metodologi Penelitian ... 31

3.3. Lokasi Penelitian ... 31

3.4. Populasi dan Sampel ... 31

3.4.1. Populasi ... 31

3.4.2. Sampel ... 32

3.5. Teknik Penarikan Sampel ... 32

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.7. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengumpulan Data ... 35

4.2. Langkah-Langkah Mengolah Data ... 36

4.3. Analisis Tabel Tunggal ... 36

4.4. Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 67

5.1. Saran Responden Penelitian ... 68

5.2. Saran Dalam Kaitan Akademis ... 68

5.3. Saran Dalam Kaitan Praktis ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Operasional Variabel 25

3.1 Klasifikasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 28 3.2 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 29 3.3 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan 30

4.1 Jenis Kelamin 36

4.2 Usia 37

4.3 Pendidikan 38

4.4 Pekerjaan 38

4.5 Frekuensi Menonton Pemberitaan Tentang BBM 39 4.6 Stasiun Televisi Sebagai Sumber Pemberitaan 40

4.7 Keakuratan Pemberitaan 41

4.8 Keobjektifan Pemberitaan 42

4.9 Kenetralan Pemberitaan BBM 43

4.10 Kejelasan Pemberitaan 44

4.11 Keberlanjutan Pemberitaan 45

4.12 Penyajian Informasi Terbaru Tentang BBM 46 4.13 Pengaruh Pemberitaan BBM Terhadap Pendapat

Masyarakat 47

4.14 Pendapat Masyarakat Setelah Melihat Pemberitaan 48 4.15 Keadilan Televisi dalam Menampung Pendapat 49 4.16 Pemberitaan Penerapan Kebijakan BBM 49 4.17 Pengaruh Pemberitaan Penerapan BBM Terhadap

Pendapat Masyarakat 50

4.18 Pendapat Setelah Melihat Penerapan Kebijakan BBM 52 4.19 Intensitas Pemberitaan Dari Pihak yang Setuju 53 4.20 Intensitas Pemberitaan Dari Pihak yang Tidak Setuju 54 4.21 Pemberitaan yang Memperkuat Pernyataan Setuju 55 4.22 Pengaruh Pemberitaan Pendapat Setuju Terhadap

Pendapat 56

4.23 Pemberitaan yang Memperkuat Pendapat Tidak Setuju 57 4.24 Pengaruh Pendapat Tidak Setuju yang Diperkuat

Televisi Terhadap Pendapat Masyarakat 58 4.25 Pendapat Masyarakat Setelah Melihat Pendapat yang

Diperkuat 59

4.26 Pernyataan Diperkuat oleh Televisi 60 4.27 Cara Televisi Memperkuat Pernyataan Tersebut 60


(9)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta dan memaparkan situasi atau peristiwa tanpa mencari, menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 224 orang dengan penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan rumus Arikunto dengan persentase 25% sehingga diperoleh 56 responden. Teknik penarikan sampel yang menggunakan random sampling dengan tabel angka acak dan purposive sampling. Analisis data menggunakan tabel tunggal yaitu suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom persentase untuk setiap kategori. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa media massa yang dalam penelitian ini menggunakan televisi memang berfungsi dalam membentuk pendapat umum atau opini publik. Sehingga masyarakat berpendapat kurang setuju terhadap kebijakan pemerintah tentang BBM yang disampaikan melalui pemberitaan yang mereka ikuti dari televisi.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Opini adalah ekspresi atau pendapat seseorang atas suatu masalah yang bersifat kontroversial. Publik adalah kelompok yang tidak merupakan kesatuan, tetapi mereka melakukan interaksi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi. Alat-alat komunikasi yang digunakan seperti, surat kabar, radio, televisi, ataupun pembicaraan-pembicaraan pribadi yang berantai. Sehingga secara umum, opini publik dapat diartikan sebagai pendapat sekelompok orang tentang sesuatu hal yang bersifat kontroversial dan menyangkut kepentingan umum.

Pembentukan opini publik sangat bergantung pada proses komunikasi. Masyarakat memperoleh pengetahuan atau informasi tentang persoalan yang terjadi di masyarakat melalui proses komunikasi. Salah satunya adalah melalui media massa. Masalah sekecil apapun bisa berkembang dengan cepat karena pemberitaan melalui media. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Subyek opini publik adalah masalah baru yang bersifat kontroversial. Unsur-unsur opini publik adalah pernyataan yang kontroversial mengenai suatu hal yang bertentangan dan reaksi pertama/gagasan baru.

Media dalam hal ini benar-benar mempunyai peranan yang sangat besar dalam membangun opini publik yang benar-benar objektif. Opini yang berkembang di masyarakat akan berubah menjadi sikap dan mentalitas dari masyarakat itu sendiri. Semakin pentingnya peran media dalam pembentukan opini publik tidak terlepas dari pesatnya peningkatan teknologi informasi dan komunikasi.

Televisi, sebagai salah satu bentuk media massa, menjadi ikon pembentuk konstruksi sosial. Televisi juga berperan dalam membentuk kuasa kebenaran dalam realitas sosial. Norma-norma kehidupan cenderung dipegang oleh media massa, termasuk televisi. Budaya menonton yang tinggi pada masyarakat Indonesia mengakibatkan mereka hampir tidak dapat lagi melepaskan diri dari


(11)

pemberitaan di televisi. Hal itu disebabkan televisi sebagai salah satu media massa yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan media lainnya.

Terdapat 11 stasiun televisi nasional di Indonesia yaitu TVRI, MNC TV, ANTV, RCTI, SCTV, Indosiar, Metro TV, Global TV, Trans TV, TV ONE dan Trans7. Masing-masing stasiun televisi ini memiliki konsentrasi yang berbeda-beda dalam siaran, target pasar dan sajiannya. Beragam peristiwa dan informasi yang sampai kepada masyarakat melalui pemberitaan di televisi tersebut tidak terlepas dari peranan media itu dalam hubungannya dengan penyajian informasi dan cara media menginterpretasi suatu kejadian. Satu berita yang sampai kepada masyarakat akan memiliki banyak penafsiran dan tanggapan bergantung pada gaya bahasa (penyajian) dan cara penyampaiannya.

Opini publik sangat penting bagi kehidupan masyarakat yang demokratis. Hampir semua negara di dunia meyakini demokrasi sebagai “tolok ukur tak terbantah dari keabsahan politik.” Keyakinan bahwa kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintah menjadi basis bagi tegak kokohnya sistem politik demokrasi. Tidak ada negara yang ingin dikatakan sebagai negara yang tidak demokratis atau negara otoriter.

Hubungan antara opini publik dan kebijakan pemerintah merupakan suatu hal yang biasa dalam masyarakat demokratis. Sebagai salah satu unsur essensial dari pemerintahan demokrasi, pemerintah sebaiknya tanggap terhadap opini publik, baik yang pro maupun kontra terhadap pemerintah. Melalui opini publik, masyarakat dapat menyampaikan pendapatnya mengenai kebijakan pemerintah secara bebas. Proses opinion policy mencakup cara, apa yang dipirkan rakyat berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Keberhasilan seorang pemimpin dapat diketahui dari opini publik yang terbentuk, namun pemimpin harus tetap waspada karena opini publik itu bukanlah fakta, yang belum tentu benar.

Pemerintahan SBY-Boediono dan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II kini sudah lebih dari dua tahun menjalankan masa kinerjanya. Sudah banyak pemberitaan mengenai kebijakan, kasus serta isu terkait pemerintahan SBY-Boediono yang beredar di media massa selama dua tahun masa pemerintahan mereka. Berdasarkan hasil survey terbaru yang dilakukan Lingkaran Survey Indonesia (LSI), terjadi penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap


(12)

pemerintahan SBY-Boediono. Pada Januari 2010, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan SBY masih 52,3 persen, bulan September 2010 turun menjadi 46,5 persen dan pada bulan September 2011, tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan SBY-Boediono turun menjadi 37,7 persen (http://tribunnews.com).

Direktur Eksekutif Jaringan Suara Indonesia (JSI), Widdi Aswindi, mengatakan persentase penurunan itu dipengaruhi oleh kinerja pemerintahan dan kabinetnya selama dua tahun, tingkat kepuasan terhadap janji kampanye SBY-Boediono, tindakan penanganan kasus dan masalah yang menyita perhatian publik. Direktur The Political Literacy Institute (TPLI), Gun Gun Heryanto, menyebutkan beberapa hal yang menjadi raport merah pemerintahan SBY-Boediono, antara lain lambatnya penyelesaian kasus Bank Century, semakin sering terjadinya kekerasan bernuansa SARA, pemberian remisi kepada para koruptor, serta gagalnya penyelesaian permasalah terkait Tenaga Kerja Indonesia

(TKI)

Upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang adil perlu dilakukan sehingga masalah-masalah sosial dan politik dapat lebih baik dan pada akhirnya menstabilkan negara dalam mencapai kemajuannya. Kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi merupakan satu hal yang sangat penting. Hal itu disebabkan adanya fungsi pemerintah dalam perekonomian sebagai stabilisasi, alokasi dan distribusi. Tujuan dari fungsi tersebut adalah untuk menanggulangi kegagalan pasar sehingga tidak adanya eksternalitas yang merugikan banyak pihak, terutama masyarakat. Tanpa adanya campur tangan pemerintah, maka perekonomian yang stabil dan teratur tidak akan dapat terwujud dan itu akan berdampak pada bidang lain juga. Padahal bidang ekonomi merupakan salah salah satu bidang utama yang menguasai sebagian besar kehidupan masyarakat dan mendominasi hajat hidup orang banyak. Karena itu, peneliti lebih tertarik untuk meneliti kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi dibandingkan bidang lainnya.

Salah satu kebijakan pemerintahan SBY-Boediono dalam bidang ekonomi yang saat ini menjadi pro dan kontra dalam masyarakat adalah pembatasan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan rencana kenaikan harga


(13)

BBM Bersubsidi. Kebijakan tersebut dimuat dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012 yang mengatur Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. Kebijakan pemerintah untuk membatasi atau menaikkan harga BBM Bersubsidi, yang merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi, tentu akan memberi dampak pada berbagai bidang, terutama bidang ekonomi.

Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar merupakan salah satu kelurahan di Kota Medan dengan jumlah penduduk yang padat dengan latar belakang dan tingkatan masyarakat yang beragam. Peneliti tertarik untuk menjadikan masyarakat di Kelurahan ini sebagai populasi penelitian karena BBM merupakan salah satu kebutuhan masyarakat dari segala tingkatan dan golongan. Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi serta melakukan pembatasan terhadap BBM bersubsidi, akan memberikan dampak untuk setiap lapisan masyarakat dan akan menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat dari berbagai latar belakang. Dengan demikian, peneliti memilih masyarakat di Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan sebagai populasi penelitian. Alasan peneliti memilih lingkungan XIX adalah karena masyarakat di lingkungan ini merupakan lingkungan dengan jumlah Kepala Keluarga terbanyak di kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar dan memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi, sehingga peneliti merasa opini yang terbentuk dari masyarakat di lingkungan ini dapat mewakili opini dari masyarakat Indonesia yang majemuk.

Opini publik yang terbentuk dari masyarakat di lingkungan tersebut tentu dipengaruhi oleh fungsi dari media massa yang mereka gunakan. Penyampaian berita yang beragam di televisi tentu akan memberikan dampak yang berbeda kepada khalayak yang mengkonsumsi pemberitaan tersebut. Hal itu dapat disebabkan oleh kebijakan yang ada pada masing-masing stasiun televisi dan juga objektivitas pemberitaan yang disampaikan. Selain itu, kebijakan pemerintah tentang BBM yang telah mengakibatkan banyak pro dan kontra di dalam masyarakat menyebabkan pemberitaan mengenai BBM menjadi topik pemberitaan yang semakin sering ditayangkan di televisi.


(14)

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengajukan perumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah fungsi media massa dalam pembentukan opini masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah tentang BBM di televisi, yang dirumuskan menjadi:

1. Bagaimanakah opini masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap pemberitaan kebijakan Pemerintah terkait BBM di televisi?”

2. Bagaimanakah fungsi media massa dalam penyebaran informasi dan pembentukan opini masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan terhadap pemberitaan kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi?

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian agar penelitian menjadi lebih jelas dan terarah, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini difokuskan pada fungsi media massa dalam pembentukan opini masyarakat terhadap pemberitaan kebijakan Pemerintahan SBY-Beodiono terkait BBM di televisi.

b. Kebijakan pemerintah terkait BBM difokuskan pada kebijakan tentang pembatasan dan rencana kenaikan harga BBM Bersubsidi oleh pemerintah. c. Responden dalam penelitian ini adalah Masyarakat Lingkungan XIX

Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan (usia 17-50 tahun) dan setiap rumah tangga diwakili oleh satu sampel.


(15)

d. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2012.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi media massa dalam pembentukan opini masyarakat di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah terkait BBM di Televisi yang terdiri dari:

1.Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pendapat masyarakat terhadap pemberitaan kebijakan Pemerintah terkait BBM di televisi.

2.Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana fungsi media massa dalam penyebaran informasi dan pembentukan opini masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan terhadap pemberitaan tentang kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap khasanah keilmuan Ilmu Komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, terutama mengenai fungsi media massa dalam pembentukan opini publik.

2. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan menambah pengetahuan serta wawasan peneliti maupun mahasiswa lainnya, khususnya mengenai fungsi media massa dalam pembentukan opini publik.

3. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa yang membutuhkan informasi yang lebih mendalam berkaitan dengan fungsi media massa dalam pembentukan opini publik.


(16)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Dalam melakukan penelitian, teori membantu peneliti dalam menentukan tujuan dan arah penelitian dan dalam memilih konsep-konsep yang tepat guna pembentukan hipotesis. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2006: 43). Neuman menjelaskan bahwa teori memberikan kepada kita suatu kerangka yang membantu dalam dalam melihat permasalahan.

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah: 2.1.7. Media Massa

Perkembangan media massa tidak terlepas dari ilmu komunikasi yang pada intinya bertujuan untuk menyampaikan pesan karena pada dasarnya media massa berfungsi menyampaikan pesan kepada masyarakat luas. Sejarah perjalanan media massa di Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut peran media massa. Hal ini terjadi karena media massa sebagai bagian dari subsistem komunikasi Indonesia dalam sistem sosial Indonesia, akan dipengaruhi oleh subsistem sosial lainnya, termasuk ideologi, politik dan pemerintahan negara dimana media massa itu berada.

2.1.7.1. Pengertian Media Massa

Media massa merupakan media informasi yang terkait dengan masyarakat, digunakan untuk berhubungan dengan khalayak (masyarakat) secara umum, dikelola secara profesional dan bertujuan mencari keuntungan (Mondry, 2008: 12). Menurut Bungin (2008: 85), media massa merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Secara umum, media massa diartikan sebagai alat-alat komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audiens dalam jumlah yang luas dan heterogen (Nurudin, 2004: 3).


(17)

2.1.7.2. Jenis Media Massa

Adapun bentuk media massa antara lain media elektronik (radio, televisi), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, film dan internet (Bungin, 2008: 85). Media massa dalam konteks jurnalistik pada dasarnya terbatas pada tiga jenis media (Yunus, 2010: 27), yaitu:

1. Media cetak, yang terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah, buletin/jurnal dan sebagainya.

2. Media elektronik, yang terdiri dari radio dan televisi.

3. Media online, yaitu media internet seperti website, blog dan lain sebagainya. 2.1.7.3. Peran Media Massa

Dalam menjalankan paradigmanya sebagai institusi pelopor perubahan, media massa memiliki peran (Bungin, 2008: 85):

1. sebagai institusi pencerahan masyarakat, 2. menjadi media informasi,

3. sebagai media hiburan.

Menurut Denis McQuail (McQuail, 1987:1), media massa memiliki fungsi penting, antara lain:

1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat digunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.

3. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.

4. Media berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode , gaya dan norma-norma.

5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif.


(18)

2.1.8. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa 2.1.8.1.Pengertian Televisi

Televisi sebagai media komunikasi massa berasal dari dua suku kata yaitu tele yang berarti jarak dalam bahasa yunani dan visi yang berarti citra atau gambar dalam bahasa latin. Jadi kata “televisi” berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh (Olii, 2007: 69). 2.1.8.2.Sejarah Televisi Di Indonesia

Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. Pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi TPI yang merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan RCTI, SCTV, Indosiar dan ANTV. Sejak tahun 2000, muncul hampir serentak lima stasiun televis swasta baru (Metro TV, Trans TV, Trans7, TV One dan Global TV) dan banyak televisi lokal (Morrisan, 2004: 3).

2.1.8.3.Karakteristik Televisi Sebagai Media Massa

Televisi dapat dikatakan sebagai media komunikasi massa yang dapat dimiliki oleh masyarakat dibandingkan media massa lainnya. Dengan model audio visual yang dimilikinya, siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesan. Karena itulah televisi bermanfaat sebagai upaya pembentukan sifat, perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir (Effendy, 2005: 21).

Televisi sebagai media audiovisual memiliki beberapa sifat diantara lain (Morrisan, 2004:5) :

1. Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran

2. Dapat dilihat dan didengar kembali, bila ditayangkan kembali 3. Daya rangsang tinggi

4. Elektris 5. Sangat mahal 6. Daya jangkau luas


(19)

Televisi memiliki beberapa karakteristik (Ardianto, 2004: 128), sebagai berikut:

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dilihat (audiovisual).

2. Berpikir dalam gambar

Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Tahap kedua adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga mengandung makna tertentu.

3. Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita saja dapat melibatkan 10 orang lebih. Peralatan yang digunakan juga lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Itulah sebabnya, televisi menjadi lebih mahal daripada media lain, seperti surat kabar, majalah dan radio siaran.

2.1.9. Pemberitaan

2.1.9.1.Pengertian Pemberitaan

Dalam buku Here’s The News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer (Olii, 2007: 27), berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru, penting dan bermakna (significant), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Walter Lippman (McQuail, 1996: 190) memfokuskan hakikat berita pada proses pengumpulan berita, yang dipandang sebagai upaya menemukan “isyarat jelas yang objektif yang memberartikan suatu peristiwa.”


(20)

Defenisi lain dari berita, menurut James A. Wollert (Sumadiria, 2005: 64) adalah berita merupakan apa saja yang ingin dan perlu diketahui oleh orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat. Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa saja yang mereka butuhkan. Sedangkan menurut Assegaf (Mondry, 2008: 83) berita merupakan informasi yang menarik perhatian masyarakat yang disusun sedemikian rupa dan disebarluaskan secepatnya, sesuai periodisasi media.

Dalam kerja media, peristiwa tidak dapat langsung disebut sebagai berita, tetapi dia harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut mempunyai nilai berita. Nilai berita tersebut menyediakan standar dan ukuran bagi wartawan sebagai pedoman kerja dari praktik jurnalistik. Sebuah berita yang mempunyai unsur nilai berita paling tinggi memungkinkan untuk ditempatkan dalam headline, sedangkan berita yang tidak mempunyai unsur nilai berita atau setidaknya tidak berdampak besar akan dibuang. Penentuan nilai berita ini merupakan prosedur pertama bagaimana peristiwa dikonstruksi (Eriyanto, 2003: 104).

2.1.9.2.Unsur-unsur Pemberitaan

Terdapat beberapa unsur berita yang terkait dengan nilai berita (Mondry, 2008: 141) :

1. Akurat

Suatu berita harus ditulis dengan cermat, baik data seperti angka dan nama maupun pernyataan.

2. Lengkap

Penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu informasinya dengan benar, tetapi bukan berarti menulis berita harus dipanjang-panjangkan karena itu tidak efisien.

3. Kronologis

Berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa agar urutannya jelas dan lancar, tidak membingungkan pembaca.

4. Magnitude (daya tarik)

Berita harus ditulis dengan mempertimbangkan daya tariknya. Bila daya tarik informasi yang diperoleh tidak ada, informasi itu tidak layak dijadikan berita. 5. Balance (berimbang)


(21)

Penulisan berita harus balance. Artinya, dalam menulis berita tidak boleh ada pemihakan bila terdapat pihak yang berbeda.

2.1.9.3. Penilaian Terhadap Kualitas Pemberitaan

Penilaian terhadap kualitas pemberitaan di televisi dapat ditinjau dari beberapa hal. Denis McQuail (Morrisan, 2010: 62) mengajukan suatu kerangka kerja dalam memberikan penilaian terhadap kualitas pemberitaan di televisi, yaitu: 1. Kebebasan media

Kebebasan media mengacu pada hak-hak untuk menyatakan sesuatu secara bebas dan kebebasan dalam membentuk opini. Dalam mewujudkan kebebasan media harus terdapat akses bagi masyarakat menuju ke berbagai saluran informasi dan juga kesempatan untuk menerima berbagai jenis informasi. Dalam hal ini, kebebasan komunikasi memiliki dua aspek, yaitu media dalam pemberitaannya harus dapat menyajikan informasi yang mewakili berbagai suara atau pandangan yang beragam dan memberikan tanggapan terhadap berbagai keinginan atau kebutuhan yang beragam.

Menurut McQuail (Morissan, 2010: 63), beberapa kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kebebasan media adalah sebagai berikut:

a) Tidak adanya praktik sensor, perizinan atau berbagai bentuk kontrol oleh pemerintah sehingga tidak menghambat hak masyarakat untuk menerbitkan atau menyebarluaskan berita dan opini serta tidak adanya kewajiban untuk mempublikasikan sesuatu yang tidak dikehendaki untuk dipublikasikan. b) Hak yang sama bagi seluruh masyarakat untuk menerima secara bebas dan

mendapatkan akses ke sumber-sumber berita, opini, pendidikan dan budaya. c) Kebebasan bagi media untuk memperoleh informasi dari sumber-sumber

yang relevan. Dalam arti, sumber-sumber yang relevan juga punya hak untuk menolak.

d) Tidak ada pengaruh tersembunyi dari pemilik media atau pemasang iklan dalam hal pemilihan berita atau opini.

e) Kebijakan redaksi berita yang aktif dan kritis dalam menyampaikan berita dan opini.


(22)

2. Keragaman berita

Prinsip keragaman berita (diversity) adalah upaya media untuk menyajikan berita yang lengkap dengan menggunakan prinsip keadilan atau (fairness). Media harus menyajikan berita secara proporsional, berdasarkan topik-topik yang relevan bagi masyarakat atau dengan kata lain, pemberitaan di televisi harus mampu mencerminkan keragaman kebutuhan atau minat audiens terhadap berita.

Keragaman berita dapat dinilai berdasarkan empat kriteria:

a) Media dalam menyajikan isi berita harus mampu menyajikan keragaman realitas sosial, ekonomi dan budaya dalam masyarakat secara proporsional. b) Media dalam menyebarkan berita harus mampu memberitakan kesempatan yang lebih kurang sama terhadap berbagai pandangan dalam masyarakat, termasuk pihak minoritas dalam masyarakat.

c) Media harus bisa berfungsi sebagai forum bagi berbagai pandangan dan kepentingan yang berbeda dalam masayarakat.

d) Media harus mampu menyajikan pilihan berita yang relevan pada waktu tertentu (dalam hal adanya peristiwa besar) dan juga keragaman berita pada waktu lainnya.

3. Gambaran Realitas

Berita yang mengandung bias pada akhirnya akan menjadi berita bohong atau propaganda sebagaimana sebuah cerita fiksi. Beberapa ciri berita yang mengandung bias, antara lain sebagai berikut:

a) Media memberikan terlalu memberikan banyak waktu untuk menyampaikan pandangan pejabat dan kalangan elit masyarakat saja.

b) Berita luar negeri hanya terfokus pada negara-negara kaya saja.

c) Media menyampaikan pandangan yang mengandung bias karena cara pandnag yang sempit terhadap nasionalisme atau kesukuan.

d) Berita terlalu mengutamakan nilai-nilai yang terlalu mendukung peran pria atau sebaliknya.

e) Kepentingan kelompok minoritas diabaikan atau dipinggirkan.

f) Terlalu berlebihan dalam menyajikan berita kriminal dan mengabaikan realitas sesungguhnya di masyarakat.


(23)

4. Objektivitas Berita

Salah satu konsep penting dalam menilai kualitas suatu berita adalah sifat objektif berita tersebut. Westerstahl dalam penelitiannya di Swedia mengemukakan pemberitaan yang objektif harus memiliki dua kriteria (Morissan, 2010: 64), yaitu:

a) Faktualitas

Sifat faktual (faktualitas) mengacu pada bentuk laporan berupa peristiwa atau pernyataan yang dapat diperiksa kebenarannya kepada narasumber berita dan dapat membedakan dengan jelas antara fakta dan komentar. Sifat faktualitas suatu berita mencakup keseimbangan, informatif dan netralitas. b) Tidak Berpihak

Media harus memiliki sikap tidak memihak dengan cara, antara lain menjaga jarak dan bersikap netral dengan objek pemberitaan. Sikap ketidakberpihakan suatu media terdiri dari kebenaran dan relevan.

Pemberitaan di media massa memiliki hubungan yang kuat dengan opini publik. Masyarakat memperoleh informasi melalui pemberitaan di media massa. Pengetahuan yang diperoleh dari media massa, menjadi bahan pembicaraan diantara mereka. Ada kalanya mereka mengembangkan gagasan itu untuk dijadikan bahan diskusi. Inilah yang menjadi langkah awal terbentuknya opini publik.

2.1.10. Opini Publik

2.1.4.4.Pengertian Opini Publik

Opini adalah suatu pernyataan tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Publik adalah kelompok yang tidak merupakan kesatuan dan berinteraksi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi. Sehingga istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk kepada pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah besar orang (Olii, 2007: 20).

Dalam ilmu Komunikasi, opini publik diartikan sebagai proses komunikasi mengenai soal-soal tertentu, yang apabila dibawa dalam bentuk tertentu kepada orang-orang tertentu akan memberikan efek tertentu juga. Opini publik tidak bersifat permanen, sering terjadi pergeseran-pergeseran berdimensi jamak karena


(24)

terjadi perbedaan penafsiran (persepsi) diantara peserta komunikasi. Setiap kali jaringan komunikasi berubah, maka opini publik juga berubah. Perubahan dalam opini publik disebut dengan “dinamika komunikasi”, sedangkan substansi opini publik tidak berubah karena ketika proses pembentukan opini publik berlangsung, pengalaman dari peserta komunikasi itu telah terjadi.

Menurut William Albiq, opini publik adalah suatu jumlah dari pendapat individu-individu yang diperoleh melalui perdebatan. Opini publik dapat merupakan suatu mayoritas pendapat, tapi opini publik bukan mayoritas pendapat yang dihitung secara “numeric” (menurut jumlah). Mayoritas opini adalah opini yang dinyatakan atau sedikit-sedikitnya dirasakan oleh lebih dari separuh orang-orang dari suatu kelompok atau suatu lingkungan (Sumarno, 1990: 29).

2.1.4.5.Proses Pembentukan Opini Publik

Ronald D. Smith mengungkapkan, proses pembentukan opini dimulai dari beberapa tingkatan:

1. Awareness, berkaitan dengan kesadaran publik terhadap informasi yang diperoleh.

2. Acceptance, tahap dimana publik merespon secara emosional informasi yang mereka terima.

3. Action, terkait aksi yang akan dimunculkan mengenai suatu informasi. Aksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu opini dan sikap.

Dalam Effendy (2003: 318), terdapat tiga tahap dalam pembentukan opini publik, yaitu: efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif.

1. Efek kognitf, berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel dan sebagainya.

2. Efek afektif, berkaitan dengan perasaan. Akibat dari pemberitaan di media itu yang akhirnya menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak, dan perasaan ini hanya bergejolak di dalam hati saja.


(25)

3. Efek konatif, dimana efek ini berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang memiliki kecenderungan memunculkan sebuah tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung muncul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan harus melalui efek kognitif dan efek afektif terlebih dulu. Dan opini publik merupakan hasil akhir dari proses tersebut dan masuk pada efek konatif.

Bernard Hennessy (Olii, 2007: 40) mengemukakan lima faktor terbentuknya pendapat umum (opini publik):

1. Adanya isu 2. Nature of Publics 3. Pilihan yang sulit 4. Suatu pernyataan

5. Jumlah orang yang terlibat

Menurut R.P. Abelson (Cutlip 2006: 242), bukan perkara yang mudah untuk memahami opini seseorang dan publik karena berkaitan dengan unsur-unsur pembentuknya, yaitu :

1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)

2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude)

3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari beberapa faktor, yakni :

a.Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang/masyarakat.

b.Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi landasan atau pendapat atau pandangan.

c.Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat)

d.Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat berfungsi sebagai pembentuk opini masyarakat.


(26)

George Carslake Thompson dalam “The Nature of Public Opinion” mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda (Sastropoetro, 1990: 106), yaitu:

1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau mereka boleh tidak setuju; 2. Mereka dapat berbeda dalam perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh

tidak berbeda pandangan;

3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda.

2.1.4.6.Kekuatan Dalam Opini Publik

Opini publik atau pendapat umum sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang suatu hal yang bersifat kontroversial merupakan suatu penilaian sosial, maka pada opini publik melekat beberapa kekuatan yang perlu diperhatikan:

1. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri.

2. Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma sopan santun dan susila, baik antara yang muda dan yang lebih tua, maupun antara yang muda dengan sesamanya.

3. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga atau juga menghancurkan suatu lembaga institusi.

4. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan kebudayaan. 5. Opini publik dapat melestarikan norma sosial.

Dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini publik, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu:

1. Difusi, yaitu apakah opini yang timbul merupakan suara terbanyak, akibat adanya kepentingan golongan;

2. Persistence, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya isu karena disamping itu opini pun perlu diperhitungkan;

3. Intensitas, yaitu ketajaman terhadap isu; dan


(27)

2.1.11.Peran Media Massa Dalam Opini Publik

2.1.11.1. Hubungan Media Massa Dengan Opini Publik

Media massa dipandang memiliki pengaruh yang kuat dalam membangun opini publik. Media massa merupakan “alat” untuk menyampaikan pendapat umum, karena tidak adanya batasan ruang dan waktu sehingga memungkinkan memiliki pengaruh yang kuat pula. Media massa memberikan penekanan-penekanan pada pemberitaan tertentu sehingga menciptakan isu-isu penting. Media massa menyampaikan informasi tertentu dan membawa aspirasi suatu kelompok atau golongan. Publik yang merupakan bagian dari massa tertarik terhadap suatu isu aktual menyangkut kepentingan umum melalui media massa. Dominick (Ardianto, 2004: 58) menyebutkan tentang dampak komunikasi massa pada pengetahuan, persepsi dan sikap orang-orang. Media massa terutama televisi, yang menjadi agen sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan.

Setiap kali jaringan komunikasi berubah, opini publik juga berubah. Salah satu faktor penyebab pergeseran dalam opini publik adalah media massa. Interaksi antara media dengan institusi masyarakat menghasilkan produk isi media (media content). Oleh audiens, isi media diubah menjadi gugusan-gugusan makna, apakah yang dihasilkan dari proses penyandian pesan itu, menurut Meyer, sangat ditentukan oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya, pengalaman yang lalu, kepribadian dan selektivitas dalam penafsiran (Olii, 2007: 50).

Opini publik dapat direkayasa dan dibentuk dengan memanfaatkan media massa. Opini publik yang terbentuk ini dapat bernilai positif maupun negatif. Media massa berupaya menciptakan citra dan opini publik yang positif kepada khalayak (audiens) sebagai sasaran.

2.1.11.2. Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik

Salah satu fungsi pokok media massa (Olii, 2007: 89) adalah sebagai sumber informasi dan pendapat tentang berbagai peristiwa dalam masyarakat. Media massa memiliki beberapa fungsi dalam opini publik (public opinion) (McQuail, 1996: 55), yaitu:

1. Fungsi Informasi: media menjadi fasilitas untuk mendiseminasikan pernyataan sumber yang dapat menjadi opini publik.


(28)

2. Fungsi mediasi: media menempatkan diri sebagai penghubung antara realitas sosial yang obyektif dengan pengalaman pribadi seseorang. Media dimanfaatkan untuk membentuk opini publik yang berlandaskan fakta empiris di tengah masyarakat.

3. Fungsi Amplifikasi: media dijadikan sarana untuk memperkuat pernyataan yang dilontarkan seseorang untuk berubah menjadi pendapat umum yang berkembang.

4. Media merupakan instrumen strategis yang tidak dapat dilepaskan dalam public opinion processing.

2.1.11.3. Karakteristik Media Massa Yang Berperan Dalam Pembentukan Opini Publik

Media massa memiliki tiga sifat atau karakteristik yang berperan dalam membentuk opini publik (Morissan, 2010: 122):

1. Sifat Ubikuitas (ubiquity)

Sifat ubikuitas (ubiquity) mengacu pada fakta bahwa media merupakan sumber informasi yang sangat luas karena terdapat dimana saja. Dengan kata lain, ubikuitas adalah kepercayaan bahwa media terdapat dimana-mana. Karena media terdapat dimana saja, maka media menjadi instrumen yang sangat penting, diandalkan dan selalu tersedia ketika orang membutuhkan informasi. Media berusaha mendapatkan dukungan publik terhadap pandangan atau pendapat yang disampaikannya, dan selama itu pula pandangan itu terdapat dimana-mana.

2. Sifat Kumulatif (cumulativeness)

Sifat kumulatif (cumulativeness) media mengacu pada proses media yang selalu mengulang-ulang apa yang disampaikannya. Pengulangan terjadi di sepanjang program, baik pada satu media tertentu ataupun media lainnya, baik yang sejenis maupun tidak.

3. Sifat Konsonan (consonant)

Sifat konsonan (consonant) mengacu pada kesamaan kepercayaan, sikap dan nilai-nilai yang dianut media massa. Noelle-Neuman mengatakan bahwa konsonan dihasilkan berdasarkan kecenderungan media untuk menegaskan


(29)

atau melakukan konfirmasi terhadap pemikiran dan pendapat mereka sendiri, dan menjadikan pemikiran dan pendapat tersebut seolah-olah berasal dari masyarakat.

2.1.11.4. Kelebihan Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik Kelebihan media massa dalam proses pembentukan opini publik (McQuail, 1996: 51) antara lain:

1. Media massa mampu menjangkau lebih banyak orang dan wilayah geografis yang lebih luas.

2. Format dan isi media selalu berhubungan dengan publik. Posisi media sering menjadi public sphere.

3. Media sebagai juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap suatu peristiwa yang menjadi public opinion.

4. Media massa bisa menjadi jaringan interaktif yang menghubungkan komunikator dengan khalayak beserta feedback-nya.

2.1.12.Penelitian Tentang Fungsi Media Dalam Pembentukan Opini Publik Berikut ini beberapa penlitian tentang fungsi media dalam pembentukan opini publik:

1. Amiruddin

“Peran Media Dalam Pembentukan Opini Masyarakat di Wilayah Perbatasan Mengenai Jati Diri Bangsa Indonesia”

Penelitian ini bersifat kualitatif, yang dilakukan dengan mewawancarai informan dari berbagai kalangan yang dianggap relevan. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peran media dalam pembentukan opini masyarakat di wilayah perbatasan mengenai jati diri bangsa Indonesia. Setelah melakukan wawancara mendalam terhadap informan dalam penelitian ini, maka peneliti yang bersangkutan menemukan bahwa wawasan kebangsaan dan jati diri bangsa Indonesia yang berada di wilayah perbatasan masih rendah, namun tidak luntur atau mengingkari keempat konsepsus dasar yang membentuk jati diri bangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Hal itu


(30)

disebabkan minimnya informasi nasional yang dapat mereka peroleh, sehingga mereka lebih mengenal struktur negara tetangga, Malaysia, daripada negara mereka sendiri. Peran media nasional di wilayah perbatasan masih belum optimal, karena masyarakat di wilayah tersebut mengaku lebih mudah mengakses informasi dari negara tetangga, Malaysia, yang dapat diakses tanpa harus menggunakan antena parabola. Sehingga pada masyarakat pedalaman di daerah perbatasan, peran dan keberadaan media dari negara tersebut lebih dominan. Hal itu disebabkan oleh faktor ekonomi, dimana masyarakat daerah perbatasan yang tinggal di pedalaman memiliki kehidupan ekonomi yang rendah, sehingga tidak memungkinkan mereka untuk membeli alat yang dapat membantu mereka untuk mengakses siaran nasional.

2. Tika Primasiwi (Ilmu Komunikasi UNDIP 2011)

“Pembentukan Opini Publik Tentang Citra Polisi Sebagai Dampak Berita Tindak Kriminal Polisi di Media Massa”.

Pencitraan positif yang seharusnya dibangun sebagai komitmen menuju profesionalisme polisi, ternyata sering disalah gunakan oleh oknumnya sendiri sehungga polisi sering divonis dengan citra negatif. Dari pencitraan negatif tersebut masyarakat membentuk berbagai opini. Terlebih lagi media massa yang mengemas berita dan terkadang berlebihan, menimbulkan berbagai opini yang mengesankan institusi polisi dipandang sinis oleh masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pembentukan opini publik tentang citra polisi sebagai dampak dari berita tindak kriminal yang dilakukan polisi dan diangkat di media massa. Teori yang digunakan adalah teori spiral keheningan oleh Elizabeth Noelle-Neumann. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pendekatan ini mencoba mendeskripsikan secara detail topik yang diteliti.

Hasil dari penelitian ini adalah media massa mempunyai andil dalam memberitakan berita tentang tindak kriminal polisi. Hal ini menimbulkan penegasan terhadap ironi yang terjadi bahwa penegak hukum seperti polisi pun melakukan tindak kriminal yang tidak seharusnya dilakukan. Namun


(31)

seperti yang diungkapkan dalam teori minimalist effect, bahwa efek media tidak terlampau kuat mempengaruhi masyarakat karena masyarakat menampung pemberitaan di media dan mencari tahu pendapat orang lain mengenai pemberitaan negatif di media massa tentang sosok polisi agar mengetahui apakah fakta yang terjadi sesuai dengan apa yang ada dalam pemberitaan di media massa. Setelah masyarakat tahu fakta yang sebenarnya, baru kemudian masyarakat membentuk persepsi yang mencitrakan polisi.

Dari persepsi yang terbentuk dari pengalaman maupun dari terpaan media massa, masyarakat akhirnya membentuk opini pribadi tentang citra polisi. Dari opini pribadi tersebut, maka opini seseorang akan terbagi menjadi dua, yaitu opini mayoritas dan opini minoritas yang berkembang menjadi opini publik.

3. Himawan Pratama (Ilmu Budaya UI 2009)

“Peran Media Massa Dalam Membentuk Persepsi Mahasiswa Jepang Tentang Islam Terhadap Peristiwa 11 September”

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peristiwa World Trade Centre yang terjadi di Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, yang kemudian disusul oleh invasi Amerika Serikat ke Afghanistan dan ke Irak. Setelah peristiwa tersebut, frekuensi pemberitaan yang berkaitan dengan kejadian itu semakin tinggi di media massa, terutama di televisi. Berbagai program televisi di berbagai negara yang memberitakan peristiwa itu mengaitkan kejadian itu dengan Islam, salah satunya di Jepang. Dengan kurang tersedianya sumber informasi primer tentang Islam, mengakibatkan masyarakat Jepang menjadi lebih mengandalkan media massa, terutama televisi, sebagai penghubung dengan dunia Islam, sesuatu yang sangat jauh dari kehidupan mereka.

Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah ini, mahasiswa Jepang memiliki frekuensi menonton televisi yang sangat tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti memilih untuk melengkapi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hagiwara Siweru dalam meneliti tentang bagaimana peran media, khusunya televisi, dalam


(32)

membentuk persepsi mahasiswa Jepang tentang Islam terutama pascaperistiwa 11 September. Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi massa dan teori kultivasi. Dengan mengacu pada teori kultivasi, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relevansi pemberitaan media televisi dengan persepsi mahasiswa Jepang tentang Islam pasca peristiwa 11 September.

Hasil penelitian ini adalah timbulnya persepsi negatif tentang Islam pada mahasiswa Jepang akibat terbatasnya akses mahasiswa dan masyarakat Jepang terhadap informasi tentang Islam, serta hubungan kultural dan historis antara Jepang dan dunia Islam yang tidak terlalu dekat yang mengakibatkan mahasiswa Jepang memiliki pengetahuan yang kurang memadai tentang dunia Islam. Terlepas dari fakta itu, bila mengingat kehadiran media massa, terutama televisi, untuk mengenal dunia Internasional bagi mahasiswa Jepang, maka peneliti dalam penelitian ini menyebutkan bahwa televisi memiliki relevansi dengan persepi mahasiswa Jepang tentang Islam pasca- peristiwa 11 September. Televisi sebagai media yang paling dipercaya mahasiswa Jepang sebagai penyampai informasi yang kredibel tentu memiliki pengaruh dalam membentuk persepsi mahasiswa tersebut. Pengaitan hubungan antara Islam dengan negara-negara yang berkaitan dengan terorisme di televisi pascaperistiwa 11 September pada akhirnya menimbulkan persepsi negatif pada negara-negara tersebut yang kemudian berimplikasi pada Islam. Dalam kerangka teori kultivasi, munculnya persepsi negatif mahasiswa Jepang tentang Islam dapat dijelaskan sebagai hasil dari proses kultivasi atau pembelajaran bersama mengenai realitas sosial melalui pemberitaan yang disampaikan televisi. Informasi tersebut diterima oleh mahasiswa Jepang yang sebagian besar memberikan penilaian yang tinggi terhadap kredibilitas televisi. Kemudian dengan mendasarkan argumen yang diterima melalui pemberitaan di televisi pascaperistiwa 11 September, mahasiswa Jepang membentuk persepsi tertentu tentang Islam yang secara tidak langsung “terkultivasi” oleh pemberitaan televisi Jepang tentang Islam pascaperistiwa 11 September.


(33)

2.2. Kerangka Konsep

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti (Bungin, 2005: 57).

Adapun konsep atau variabel yang terdapat di dalam penelitian ini adalah Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi.

2.3. Model Teoritis


(34)

2.4. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka dibentuklah operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian sebagai berikut:

Tabel 2.1 Operasional Variabel

Variabel Penelitian Indikator Fungsi Media Massa Dalam

Pembentukan Opini Masyarakat

1. Fungsi Informasi 2. Fungsi Mediasi 3. Fungsi Amplifikasi Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin

2. Usia 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

2.5. Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat :

a.Fungsi informasi, yaitu fungsi media televisi sebagai fasilitas untuk menyampaikan pernyataan sumber terkait kebijakan pemerintah yaitu BBM, yang dapat menjadi opini publik

b.Fungsi mediasi, yaitu fungsi televisi sebagai media penghubung antara kebijakan pemerintah tentang BBM dengan fakta empiris yang ada di masyarakat terkait masalah BBM.

c.Fungsi amplifikasi, yaitu fungsi televisi untuk memperkuat pernyataan yang disampaikan seseorang sumber terkait kebijakan pemerintah


(35)

mengenai BBM sehingga kemudian berkembang menjadi pendapat umum.

2. Karakteristik Responden:

a.Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin dari responden laki-laki atau perempuan

b.Usia, yaitu umur atau usia dari responden.

c.Pendidikan, yaitu tingkat pendidikan terakhir responden. d.Pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan dari responden.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1. Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar

Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terletak atau termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Tuntungan. Pemukiman ini adalah pemukiman padat penduduk dimana hampir dari keseluruhan warga memiliki akses informasi seperti televisi.

3.1.1.1) Luas Wilayah

Luas wilayah Kelurahan Mangga ini adalah sekitar 286Ha. Yang seluruhnya terdiri dari dataran dan tidak ada perbukitan atau pegunungan. Dan sebanyak 95Ha adalah pemukiman KPR-BTN dan sebanyak 88Ha adalah pemukiman umum.

3.1.1.2) Batas Wilayah

Kelurahan Mangga termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Tuntungan. Kelurahan Mangga ini berbatasan dengan :

• Sebelah utara berbatasan dengan Sempakata

• Sebelah selatan berbatasan dengan Simalingkar A

• Sebelah barat berbatasan dengan Simpang Selayang

• Sebelah timur berbatasan dengan Kuala Bekala dan Simalingkar B 3.1.1.3) Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga

Jumlah penduduk Kelurahan Mangga adalah sebanyak 27273 jiwa yang terdiri dari 5.442 Kepala Keluarga. Adapun klasifikasi penduduk Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar berdasarkan golongan usia dan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.


(37)

Tabel 3.1

Klasifikasi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin Nomor Golongan

Umur

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 Batita 928 954 1882

2 Balita 427 548 975

3 6 – 13 tahun 765 789 1554

4 14 – 16 tahun 1020 1104 2124

5 17– 22 tahun 1311 1393 2704

6 23 – 28 tahun 1321 1112 2433

7 29 – 34 tahun 2127 2416 4543

8 35 – 40 tahun 1923 2097 4020

9 41 – 50 tahun 1611 1563 3174

10 51 – 56 tahun 1169 1076 2245

11 57 – 60 tahun 627 663 1290

12 Lebih dari 60 tahun 148 181 329

Jumlah 13377 13896 27273

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa Kelurahan Mangga mempunyai jumlah penduduk sebanyak 27.273 jiwa. Dengan jumlah perempuan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Perempuan sebanyak 13.896 jiwa dan laki-laki sebanyak 13.377 jiwa.


(38)

Tabel 3.2

Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan

Tidak/Belum Sekolah 1623 890

TK 67 71

Tidak Lulus SD 781 670

SD 671 793

SLTP 1052 1734

SLTA 2101 2386

Diploma 2089 2219

Sarjana 3498 4311

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat berpendidikan minimal SLTP dimana masyarakat yang memiliki pendidikan terakhir di tingkat sarjana jumlahnya merupakan yang paling banyak. Dari keterangan tersebut, peneliti dapat memberikan kesimpulan kalau masyarakat memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman yang sangat baik. Hal tersebut akan membantu peneliti dalam melakukan penelitian.


(39)

Tabel 3.3

Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1. Sektor Pertanian 596 orang

2. Jasa Pemerintahan/ Nonpemerintahan

a. Pegawai Negeri Sipil 2926 orang

b. Pensiunan ABRI/ Sipil 381 orang

c. Pegawai Swasta 4120 orang

d. Pegawai BUMN/ BUMD 95 orang

3. Jasa Lembaga Keuangan 17 orang

4. Jasa Perdagangan 359 orang

5. Jasa Penginapan 3 orang

6. Jasa Komunikasi dan Angkutan 864 orang 7. Jasa Pelayanan Hukum dan Nasihat 70 orang

8. Jasa Keterampilan 38 orang

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa masyarakat yang bekerja sebagai pegawai swasta memiliki perbandingan jumlah yang lebih besar dibandingkan jenis pekerjaan lainnya, yang kemudian diikuti oleh pegawai negeri sipil dan pekerjaan di bidang jasa angkutan dan komunikasi.

3.1.2. Lingkungan XIX

Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar merupakan salah satu lingkungan di kelurahan tersebut dengan jumlah penduduk yang tinggi, yaitu 224 KK. Masyarakat di kelurahan ini terdiri dari berbagai latar pendidikan dan pekerjaan. Ada yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, wirausaha, pegawai swasta dan sebagainya. Lingkungan XIX yang berada di jalan tembakau,


(40)

kemenyan dan kopra ini, sebagian wilayahnya merupakan perumahan sedangkan sebagian lagi merupakan daerah usaha. Adapun jenis usaha yang terdapat di Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar, seperti grosir, warung internet, laundry, toko pakaian dan lain-lain.

3.2. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada (Bungin, 2008: 171). Penelitian ini berupaya menggambarkan dan mengamati suatu peristiwa melalui prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan ataupun melukiskan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Ciri lain metode deskriptif adalah menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah. Penelitian bertindak sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatat dalam buku observasinya (Rakhmat, 2004: 4). Dengan demikian, penelitian ini berupaya menggambarkan fungsi media massa dalam pembentukan opini masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan terhadap pemberitaan kebijakan pemerintah tentang BBM di televisi.

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan Kecamatan Medan Tuntungan.

3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2001: 101). Menurut Sugiyono (dalam Kriyantono, 2006: 151) populasi


(41)

sebagai wilayah generalisasi terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan periset untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar yang berjumlah 224 KK dan berusia 17-50 tahun. Setiap KK akan mewakili satu orang sampel.

3.4.2. Sampel

Menurut Bulaeng (2004: 131) sampel merupakan sekelompok yang terseleksi dari populasi besar dan sampel itu hendaknya mewakili populasinya. Sampel harus memenuhi unsur representatif atau mewakili dari seluruh sifat-sifat populasi. Sampel yang representatif bisa diartikan bahwa sampel tersebut mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional atau memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih, sehingga dapat mewakili keadaan sebenarnya dalam keseluruhan populasi (Kriyantono, 2006: 150).

Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan rumus Arikunto yang mengatakan jika jumlah populasi hanya berkisar 100 orang ke bawah maka sebaiknya metode jumlah sampel adalah jumlah keseluruhan populasi, namun jika subjeknya besar maka diambil antara 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasi (Kriyantono, 2006: 120).

Maka dalam penelitian ini, persentase jumlah sampel yang digunakan peneliti dari populasi yang ditentukan adalah sebesar 25% dari populasi.

Keterangan:

N = Jumlah Populasi n = Sampel

25% = Persentase yang ditentukan

Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel dapat dilihat sebagai berikut:


(42)

Maka, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 56 responden (56 KK)

3.5. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Random Sampling adalah teknik penarikan sampel secara random atau acak,

dimana tiap-tiap individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel (Sutrisno, 2004: 184). Teknik penarikan ini dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun perwakilan dari setiap KK berdasarkan abjad, yang kemudian dipilih menggunakan tabel angka acak. 2. Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas

adanya tujuan tertentu (Kriyantono, 2006: 154). Kriteria dari sampel yang ada dalam penelitian ini adalah masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan (berusia 17-50 tahun) yang pernah menonton pemberitaan tentang kebijakan pemerintah tentang BBM di televisi.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan mencari data atau informasi melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian kepustakaan melalui buku-buku dalam bidang komunikasi, terutama yang berkaitan dengan fungsi media massa dalam pembentukan opini publik.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian di lapangan dilakukan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung dengan mendatangi responden yang berada di rumah, atau konsumen di lokasi pasar, para turis di pusat hiburan (daerah tujuan wisata) dan pelanggan jasa perhotelan, perbankan, kantor pos, serta sebagai pengguna alat transportasi umum lainnya. Penelitian di lapangan dilakukan dengan:


(43)

Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dilakukan dengan bentuk kuesioner lembaran tertulis/tercetak, yakni bersifat kuesiner tertutup, dimana sejumlah pertanyaan telah ada jawabannya dan responden hanya perlu mencontreng atau memilih jawaban.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis tabel tunggal. Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi dan persentase. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom, sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995: 226). Data-data yang terkumpul diproses sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan, kemudian ditabulasi dan dianalisis. Selanjutnya peneliti akan melakukan pembahasan dan menginterpretasikannya.


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5.Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam proses penelitian untuk menghasilkan satu penelitian yang valid dan dapat dibuktikan kebenarannya. Adapun tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:

1. Tahap Awal (Pra Penelitian)

Tahap awal pra penelitian dilakukan di lokasi penelitian yang berada di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar dan Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar. Pada pra penelitian, peneliti lebih dulu meminta izin kepada Kepala Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut dengan mengajukan surat ijin pra penelitian dari Dekan FISIP USU. Tujuan peneliti melakukan pra penelitian adalah untuk mendapatkan lingkungan dengan populasi yang memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi.

2. Pelaksanaan pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian kepustakaan, merupakan penelitian yang mempelajari dan mengumpulkan data-data dan literatur serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung proposal ini. Penelitian kepustakaan berguna untuk mencari data-data sekunder yang memiliki kaitan atau hubungan dengan penelitian.

b. Penelitian lapangan, merupakan pengumpulan data secara langsung dengan menyebarkan kuesioner kepada responden sehingga diperoleh data primer sebagai hasil dari penelitian. Dalam upaya memperoleh data mengenai fungsi media dalam pembentukan opini publik, maka peneliti menyebarkan kuesioner kepada masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada 56 orang responden yang dipilih melalui tehnik random sampling.


(45)

4.6.Langkah-Langkah Mengolah Data

Selanjutnya, tahap-tahap dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :

a. Penomoran kuesioner, kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian diberi nomor responden. Dalam penelitian ini, sampel berjumlah 56 orang, nomor responden yang digunakan adalah 2 digit, yaitu dari 01 sampai 56.

b. Coding, proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak yang ada di kuesioner kedalam bentuk angka untuk mempermudah pengisian ke dalam Foltron Cobol.

c. Editing, merupakan pemeriksaan kembali seluruh jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban serta menghindari kesalahan dalam pengisian data.

d. Inventarisasi variabel, yaitu memindahkan data mentah yang diperoleh ke dalam lembar Foltron Cobol sehingga memuat seluruh data dalam satu tabel. e. Tabulasi data, merupakan proses pemindahan data dari lembaran FC ke dalam

tabel tunggal yang disajikan secara lengkap dan rinci dengan kategori frekuensi, persentase dan uraian yang disertai dengan analisis data.

4.7.Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan cara membagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.

Data Umum Responden Tabel 4.1 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %

Pria 22 39,3

Wanita 34 60,7

Total 56 100


(46)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 22 responden (39,3%) berjenis kelamin pria dan 34 responden (60,7%) berjenis kelamin wanita. Berdasarkan keterangan tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini berjenis kelamin wanita. Peneliti melakukan penyebaran kuesioner mulai dari siang hari, dimana biasanya para lelaki yang merupakan kepala rumah tangga tidak di rumah, sehingga yang lebih banyak berada di rumah pada saat itu adalah ibu-ibu.

Tabel 4.2 Usia

Usia Frekuensi %

21-30 29 51,8

31-40 41-50

14 13

25,0 23,2

Total 56 100

Sumber: P2/FC.4

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 29 responden (51,8%) yang berusia 21-30 tahun, 14 responden (25,0%) yang berusia 31-40 tahun dan 13 responden (23,2%) yang berusia 41-50 tahun. Dari keterangan tersebut, digambarkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 21-30 tahun, yang menunjukkan bahwa responden pada umumnya berusia produktif. Dari segi usia ini, peneliti menganggap bahwa responden memiliki tingkat pemahaman yang baik terhadap topik penelitian.


(47)

Tabel 4.3 Pendidikan

Pendidikan Frekuensi %

Tidak Bersekolah 3 5,4

SD 2 3,6

SMP 1 1,8

SMA 18 32,1

Perguruan Tinggi 32 57,1

Total 56 100

Sumber: P3/FC.5

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 3 responden (5,4%) yang tidak bersekolah, 2 responden (3,6%) yang pendidikan SD, 1 responden (1,8%) yang pendidikan SMP, 18 responden (32,1%) yang pendidikan SMA dan 32 responden (57,1%) yang pendidikan perguruan tinggi. Dari tabel di atas tampak mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir dari Perguruan Tinggi. Berdasarkan keterangan tersebut, peneliti dapat memberi kesimpulan kalau sebagian besar yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pemahaman dan wawasan yang luas. Dengan demikian responden akan dapat memberikan jawaban yang baik terhadap pertanyaan yang diberikan peneliti melalui kuesioner yang dibagikan.

Tabel 4.4 Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi %

Pelajar/Mahasiswa 16 28,6

Pegawai Negeri 5 8,9

Pegawai Swasta 14 25,0

Wirausaha 19 33,9

Dan Lain-lain 2 3,6

Total 56 100


(48)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 16 responden (28,6%) yang berstatus pelajar/mahasiswa, 5 responden (8,9%) yang pekerjaannya pegawai negeri, 14 responden (25%) yang pekerjaannya pegawai swasta, 19 responden (33,9%) yang pekerjaannya wirausaha dan 2 responden (3,6%) yang memiliki pekerjaan di luar dari opsi yang ada. Dari hasil penelitian ini dapat digambarkan kalau masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar memiliki pekerjaan yang beragam dengan perbandingan persentase yang hampir sama, dimana responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki pekerjaan wirausaha. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kondisi lingkungan XIX yang sebagian wilayahnya merupakan daerah ruko, sehingga banyak orang yang membuka usaha di lingkungan tersebut. Misalnya, usaha laundry, grosir, warung internet, rumah makan, warung kopi, salon, M-Kios, toko roti, toko pakaian dan jenis wirausha yang lain. Dengan adanya keberagaman pekerjaan dan usaha yang dimiliki reponden, maka hal tersebut akan membantu peneliti dalam menggambarkan bagaimana fungsi media massa dalam membentuk opini pada masyarakat yang heterogen.

Tabel 4.5

Frekuensi Menonton Pemberitaan Tentang BBM

Frekuensi %

>12 kali 17 30,4

6-12 kali 19 33,9

<6 kali 20 35,7

Total 56 100,0

Sumber: P5/FC.7

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 reponden terdapat 17 responden (30,4%) yang lebih dari 12 kali mengikuti pemberitaan tentang kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi, 19 responden (33,9%) yang 6-12 kali mengikuti pemberitaan mengenai kebijakan BBM, dan 20 responden (35,7%) yang kurang dari 6 kali mengikuti pemberitaan mengenai kebijakan BBM. Hal ini


(49)

menggambarkan bahwa intensitas sebagian besar responden dalam mengikuti pemberitaan tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM tidak begitu tinggi. Penulis menduga hal itu dapat disebabkan oleh jumlah responden yang sebagian besar merupakan perempuan dan memiliki pekerjaan selain sebagai ibu rumah tangga. Sehingga mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengikuti pemberitaan tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM di televisi. Akan tetapi secara keseluruhan, tampak lebih dari 60% responden dalam penelitian ini yang sepertinya memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam mengikuti pemberitaan tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM. Alasannya, karena menurut sebagian besar responden, pemberitaan mengenai kebijakan Pemerintah terkait BBM memberikan informasi yang penting bagi mereka. Hal itu disebabkan BBM yang sudah menjadi salah satu kebutuhan yang harus mereka penuhi.

Tabel 4.6

Stasiun Televisi Sebagai Sumber Pemberitaan Frekuensi %

RCTI 17 30,4

TV One 20 35,7

Trans7 1 1,8

Indosiar 0 0

Metro TV 14 25,0

Global TV 0 0

Trans TV 0 0

MNC TV 2 3,6

Antv 0 0

SCTV 2 3,6

TVRI 0 0

Deli TV 0 0

Total 56 100


(50)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 reponden terdapat 17 responden (30,4%) yang sering menggunakan stasiun televisi RCTI sebagai sumber informasi terkait BBM, 20 responden (35,7%) yang sering menggunakan stasiun televisi TV One sebagai sumber informasi terkait BBM, 1 responden (1,8%) yang sering menggunakan stasiun televisi Trans7 sebagai sumber informasi terkait BBM, 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi Indosiar sebagai sumber informasi, 14 responden (25%) yang yang menggunakan stasiun televisi Metro TV sebagai sumber informasi terkait BBM, , 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi Global TV sebagai sumber informasi, 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi Trans TV sebagai sumber informasi, 2 responden (3,6%) yang menggunakan stasiun televisi MNC TV sebagai sumber informasi terkait BBM, 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi ANTV sebagai sumber informasi, 2 responden (3,6%) yang menggunakan stasiun televisi SCTV sebagai sumber informasi terkait kebijakan BBM, 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi TVRI sebagai sumber informasi, 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi Deli TV sebagai sumber informasi tentang kebijakan pemerintah terkait BBM. Mayoritas responden memilih TV One sebagai sumber informasi adalah karena menurut sebagian responden TV One merupakan televisi berita yang memiliki intensitas yang tinggi dalam menayangkan pemberitaan dibandingkan stasiun televisi lain. Responden juga berpendapat kalau mereka lebih sering melihat informasi atau pemberitaan terkait BBM melalui stasiun televisi tersebut.

Tabel 4.7

Keakuratan Pemberitaan Frekuensi % Sangat Akurat 15 26,8

Akurat 36 64,3

Kurang Akurat 4 7,1

Tidak Akurat 1 1,8

Total 56 100,0


(1)

Pemerintah terkait BBM. Hal itu tampak dari 35 responden (62,5%) yang menyatakan demikian. Sehingga terdapat 23 responden (41,1%) yang berpendapat setuju terhadap kebijakan tersebut dan 22 responden (39,3%) kurang setuju terhadap kebijakan tersebut.

Dalam fungsi amplifikasi media massa, dalam hal ini televisi, masyarakat berpendapat pemberitaan di stasiun televisi memiliki intensitas yang hampir sama dalam menyatakan pernyataan atau pendapat yang setuju ataupun tidak setuju terhadap kebijakan Pemerintah tentang BBM. Hal itu tampak dari 37 responden (66,1%) yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi sering menyampaikan pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM. Ada juga 34 responden (60,7%) yang berpendapat bahwa pemberitaan yang disajikan televisi sering menyampaikan pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM. Selain itu, dalam fungsi televisi untuk memperkuat pernyataan, maka masyarakat berpendapat bahwa pemberitaan yang disampaikan stasiun televisi yang sering mereka jadikan sumber informasi sangat memperkuat pernyataan dari pihak yang setuju dan tidak setuju terhadap kebijakan Pemerintah terkait BBM. Hal itu dapat dilihat dari hasil penelitian yang menggambarkan 32 responden (57,1%) yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi sangat memperkuat pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM dan 42 responden (75%) yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi sangat memperkuat pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM.

Menurut masyarakat, pemberitaan di televisi lebih sering memperkuat pernyataan ataupun pendapat yang disampaikan oleh anggota DPR. Hal itu dapat dilihat dari 23 responden (41,1%) yang memilih demikian. Masyarakat juga menilai bahwa dibandingkan melalui pemberitaan, televisi lebih sering memperkuat pernyataan dari berbagai pihak tersebut melalui talkshow. Hal itu dapat dilihat dari 23 responden (41,1%) yang menyatakan demikian.

Pernyataan atau pendapat pihak yang setuju dan tidak setuju terhadap kebijakan BBM yang diperkuat televisi tersebut ternyata memiliki pengaruh terhadap pendapat masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari hasil penelitian yang menggambarkan 28 responden (50%) yang berpendapat bahwa pendapat dari


(2)

pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi berpengaruh dalam pembentukan pendapat mereka terhadap pemberitaan kebijakan tersebut serta 33 responden (58,9%) yang berpendapat bahwa pendapat dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan kebijkan Pemerintah tentang BBM yang diperkuat oleh televisi, berpengaruh terhadap pendapat mereka tentanng pemberitaan mengenai kebijakan tersebut. Berdasarakan pernyataan ataupun pendapat yang diperkuat televisi tersebut, maka hasil penelitian ini menggambarkan terdapat 28 responden (50%) yang berpendapat kurang setuju terhadap kebijakan Pemerintah terkait BBM.

Seperti yang digambarkan penelitian ini, fungsi informasi, fungsi mediasi serta fungsi amplifikasi media massa memiliki pengaruh dalam pembentukan pendapat masyarakat itu sendiri tentang pemberitaan kebijakan Pemerintah terkait BBM. Dalam fungsi informasi, informasi yang diperoleh masyarakat tentang pemberitaan terkait kebijakan BBM melalui televisi akan tersimpan pada diri masyarakat dan menjadi pengetahuan mereka. Dan pengetahuan tersebut lama-kelamaan akan berkembang membentuk pendapat atau opini mereka sendiri terhadap pemberitaan tentang kebijakan tersebut. Dalam fungsi mediasi, masyarakat akan sangat membutuhkan pemberitaan melalui media massa sebagai landasan mereka untuk bersikap. Dalam hal ini, apa yang digambarkan serta bagaimana cara stasiun televisi dalam menggambarkan penerapan kebijakan Pemerintah terkait BBM di masyarakat, baik atau tidak, akan mempengaruhi pemikiran mereka dalam menilai pemberitaan tersebut. Kemudian masyarakat akan membentuk pendapat mereka sendiri setelah melihat kenyataan yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan penerapan kebijakan itu, apakah sesuai dengan yang pemberitaan yang mereka lihat atau tidak. Dalam fungsi amplifikasi, bagaimana televisi dalam menyampaikan pendapat atau pernyataan yang mereka perkuat akan berpengaruh dalam membentuk pendapat seseorang terhadap pemberitaan itu. Hal itu dapat dilihat dari hasil penelitian yang menggambarkan bahwa lebih dari 50% responden berpendapat pernyataan dari pihak yang setuju yang diperkuat televisi terkait kebijakan Pemerintah terkait BBM berpengaruh terhadap pendapat masyarakat dan lebih dari 58% pernyataan dari pihak yang


(3)

berpengaruh terhadap pendapat masyarakat terhadap pemberitaan tersebut. Meskipun pada saat penelitian, banyak responden yang berpendapat kalau televisi lebih sering memperkuat pernyataan dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui

talkshow daripada melalui pemberitaan.

Jadi berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti dapat membuktikan bahwa media massa, dalam hal ini televisi, memang berfungsi dalam membentuk opini masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap pemberitaan tentang kebijakan Pemerintah mengenai BBM di televisi.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.4. Kesimpulan

Setelah melakukan pengumpulan data dari responden dalam penelitian ini, yaitu masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar berpendapat bahwa pemberitaan tentang kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi bersifat akurat, objektif dan netral. Selain itu masyarakat Lingkungan XIX juga berpendapat kalau pemberitaan tentang kebijakan BBM di televisi sudah jelas karena adanya pemberitaan yang berkelanjutan dan selalu memberikan informasi terbaru tentang kebijakan pemerintah terkait BBM itu.

2. Media massa berfungsi dalam menyebarkan informasi dan membentuk opini publik melalui pemberitaan di televisi. Hal itu dapat dilihat dari televisi yang terus menyajikan informasi secara berkelanjutan dan terus memberikan informasi terbaru tentang kebijakan terkait BBM. Selain itu, media massa berfungsi dalam membentuk opini masyarakat terhadap pemberitaan kebijakan pemerintah tentang BBM melalui pemberitaan di televisi. Hal itu tampak dari fungsi informasi, fungsi mediasi dan fungsi amplifikasi media massa dalam membentuk opini publik.

Dalam menjalankan fungsi informasinya dengan menyajikan informasi mengenai kebijakan tentang BBM melalui televisi, masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar berpendapat kurang setuju terhadap kebijakan pemerintah yang disampaikan melalui pemberitaan di televisi tersebut. Setelah melakukan fungsinya sebagai mediasi, dengan menyajikan informasi tentang penerapan dari kebijakan tersebut di masyarakat, masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar berpendapat kurang setuju terhadap kebijakan pemerintah yang digambarkan melalui pemberitaan tersebut. Pada fungsi ke tiga televisi


(5)

Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar berpendapat fungsi tersebut memperngaruhi pendapat mereka tentang pemberitaan kebijakan pemerintah. Hal itu dapat dilihat dari pendapat masyarakat Lingungan XIX yang kurang setuju dengan kebijakan tersebut.

5.5.Saran Responden Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan masih terdapat responden yang tidak mengetahui perkembangan mengenai kebijakan pemerintah tentang BBM dan juga pengetahuan responden yang masih kurang mengenai kebijakan tersebut. Untuk itu peneliti menyarankan agar masyarakat lebih terbuka terhadap berbagai informasi dan peneliti juga menyarankan agar masyarakat tidak tergantung pada satu sumber informasi saja. Masyarakat perlu mencari informasi dari sumber lain, agar dapat membuktikan kebenarannya dan dapat membuat sikap atau tindakan yang benar berdasarkan informasi yang mereka peroleh.

5.6. Saran Dalam Kaitan Akademis

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan suatu realitas yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan atau referensi bagi penelitian lain khususnya bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5.7. Saran Dalam Kaitan Praktis

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitaif yang hanya menggambarkan keadaaan, hasil jawaban responden melalui kuesioner. Jika selanjutnya akan ada yang melakukan penelitian ulang atau mengangkat judul seperti ini, penulis menyarankan agar menggunakan pendekatan kualitatif, seperti deskriptif kaulitatif ataupun studi kasus. Sehingga peneliti dapat menggambarkan dan menguraikan secara mendalam mengenai penelitian yang dikaji.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

AP, Sumarno. 1990. Pendapat Umum Dalam Sistem Politik. Bandung: Citra Aditya Bakti

Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Bulaeng, Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

_________________. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

____________. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta: Kencana

Cutlip, Scoot M. Et al. 2006. Effective Public Relations Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

____________________. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung.


Dokumen yang terkait

Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM Di Televisi)

7 86 80

Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal DELI TV (DTV) Medan (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan)

5 51 141

Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Media Massa dan Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif tentang Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Metro TV terhadap Pembentukan Opini Mahasiswa FISIP USU)

2 35 105

PENGARUH PEMBERITAAN MEDIA MASSA TERHADAP PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK TENTANG PRESTASI KERJA WALIKOTA MEDAN (STUDI KASUS MASYARAKAT KELURAHAN INDRA KASIH KECAMATAN MEDAN TEMBUNG).

0 1 23

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerint

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Peme

0 0 6

Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi)

0 0 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah T

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Opini adalah ekspresi atau pendapat seseorang atas suatu masalah yang - Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurah

0 0 6

Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM Di Televisi)

0 1 8