Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dilakukan dengan bentuk kuesioner lembaran tertulistercetak, yakni bersifat kuesiner tertutup,
dimana sejumlah pertanyaan telah ada jawabannya dan responden hanya perlu mencontreng atau memilih jawaban.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan. Dalam menganalisis data, peneliti
menggunakan analisis tabel tunggal. Analisis tabel tunggal merupakan suatu
analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi dan persentase. Tabel
tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom, sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori Singarimbun,
1995: 226. Data-data yang terkumpul diproses sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan, kemudian ditabulasi dan dianalisis. Selanjutnya peneliti
akan melakukan pembahasan dan menginterpretasikannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5.
Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam proses penelitian untuk menghasilkan satu penelitian yang valid dan dapat
dibuktikan kebenarannya. Adapun tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
1. Tahap Awal Pra Penelitian
Tahap awal pra penelitian dilakukan di lokasi penelitian yang berada di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar dan Lingkungan XIX Kelurahan
Mangga Perumnas Simalingkar. Pada pra penelitian, peneliti lebih dulu meminta izin kepada Kepala Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar
Medan untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut dengan mengajukan surat ijin pra penelitian dari Dekan FISIP USU. Tujuan peneliti melakukan
pra penelitian adalah untuk mendapatkan lingkungan dengan populasi yang memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi.
2. Pelaksanaan pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Penelitian kepustakaan, merupakan penelitian yang mempelajari dan
mengumpulkan data-data dan literatur serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung proposal ini. Penelitian kepustakaan berguna untuk
mencari data-data sekunder yang memiliki kaitan atau hubungan dengan penelitian.
b. Penelitian lapangan, merupakan pengumpulan data secara langsung
dengan menyebarkan kuesioner kepada responden sehingga diperoleh data primer sebagai hasil dari penelitian. Dalam upaya memperoleh data
mengenai fungsi media dalam pembentukan opini publik, maka peneliti menyebarkan kuesioner kepada masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan
Mangga Perumnas Simalingkar. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada 56 orang responden yang dipilih melalui tehnik random sampling.
Universitas Sumatera Utara
4.6.
Langkah-Langkah Mengolah Data
Selanjutnya, tahap-tahap dalam pengolahan data adalah sebagai berikut : a.
Penomoran kuesioner, kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian diberi nomor responden. Dalam penelitian ini, sampel berjumlah 56 orang, nomor
responden yang digunakan adalah 2 digit, yaitu dari 01 sampai 56. b.
Coding, proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak yang ada di kuesioner kedalam bentuk angka untuk mempermudah pengisian ke dalam
Foltron Cobol. c.
Editing, merupakan pemeriksaan kembali seluruh jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban serta menghindari kesalahan dalam pengisian
data. d.
Inventarisasi variabel, yaitu memindahkan data mentah yang diperoleh ke dalam lembar Foltron Cobol sehingga memuat seluruh data dalam satu tabel.
e. Tabulasi data, merupakan proses pemindahan data dari lembaran FC ke dalam
tabel tunggal yang disajikan secara lengkap dan rinci dengan kategori frekuensi, persentase dan uraian yang disertai dengan analisis data.
4.7.
Analisis Tabel Tunggal
Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan cara membagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.
Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.
Data Umum Responden
Tabel 4.1 Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi
Pria 22
39,3 Wanita
34 60,7
Total 56
100
Sumber: P1FC.3
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 22 responden 39,3 berjenis kelamin pria dan 34 responden 60,7 berjenis
kelamin wanita. Berdasarkan keterangan tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini berjenis kelamin wanita. Peneliti melakukan penyebaran kuesioner
mulai dari siang hari, dimana biasanya para lelaki yang merupakan kepala rumah tangga tidak di rumah, sehingga yang lebih banyak berada di rumah pada saat itu
adalah ibu-ibu.
Tabel 4.2 Usia
Usia Frekuensi
21-30 29
51,8 31-40
41-50 14
13 25,0
23,2 Total
56 100
Sumber: P2FC.4
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 29 responden 51,8 yang berusia 21-30 tahun, 14 responden 25,0 yang berusia
31-40 tahun dan 13 responden 23,2 yang berusia 41-50 tahun. Dari keterangan tersebut, digambarkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini berusia
21-30 tahun, yang menunjukkan bahwa responden pada umumnya berusia produktif. Dari segi usia ini, peneliti menganggap bahwa responden memiliki
tingkat pemahaman yang baik terhadap topik penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Pendidikan
Pendidikan Frekuensi
Tidak Bersekolah 3
5,4 SD
2 3,6
SMP 1
1,8 SMA
18 32,1
Perguruan Tinggi 32
57,1 Total
56 100
Sumber: P3FC.5
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 3 responden 5,4 yang tidak bersekolah, 2 responden 3,6 yang pendidikan
SD, 1 responden 1,8 yang pendidikan SMP, 18 responden 32,1 yang pendidikan SMA dan 32 responden 57,1 yang pendidikan perguruan tinggi.
Dari tabel di atas tampak mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir dari Perguruan Tinggi. Berdasarkan keterangan tersebut, peneliti dapat memberi
kesimpulan kalau sebagian besar yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pemahaman dan wawasan yang luas. Dengan demikian
responden akan dapat memberikan jawaban yang baik terhadap pertanyaan yang diberikan peneliti melalui kuesioner yang dibagikan.
Tabel 4.4 Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi
PelajarMahasiswa 16
28,6 Pegawai Negeri
5 8,9
Pegawai Swasta 14
25,0 Wirausaha
19 33,9
Dan Lain-lain 2
3,6 Total
56 100
Sumber: P4FC.6
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 16 responden 28,6 yang berstatus pelajarmahasiswa, 5 responden 8,9 yang
pekerjaannya pegawai negeri, 14 responden 25 yang pekerjaannya pegawai swasta, 19 responden 33,9 yang pekerjaannya wirausaha dan 2 responden
3,6 yang memiliki pekerjaan di luar dari opsi yang ada. Dari hasil penelitian ini dapat digambarkan kalau masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga
Perumnas Simalingkar memiliki pekerjaan yang beragam dengan perbandingan persentase yang hampir sama, dimana responden dalam penelitian ini sebagian
besar memiliki pekerjaan wirausaha. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kondisi lingkungan XIX yang sebagian wilayahnya merupakan daerah ruko, sehingga
banyak orang yang membuka usaha di lingkungan tersebut. Misalnya, usaha laundry, grosir, warung internet, rumah makan, warung kopi, salon, M-Kios, toko
roti, toko pakaian dan jenis wirausha yang lain. Dengan adanya keberagaman pekerjaan dan usaha yang dimiliki reponden, maka hal tersebut akan membantu
peneliti dalam menggambarkan bagaimana fungsi media massa dalam membentuk opini pada masyarakat yang heterogen.
Tabel 4.5 Frekuensi Menonton Pemberitaan Tentang BBM
Frekuensi
12 kali 17
30,4 6-12 kali
19 33,9
6 kali 20
35,7 Total
56 100,0
Sumber: P5FC.7
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 reponden terdapat 17 responden 30,4 yang lebih dari 12 kali mengikuti pemberitaan tentang
kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi, 19 responden 33,9 yang 6-12 kali mengikuti pemberitaan mengenai kebijakan BBM, dan 20 responden 35,7
yang kurang dari 6 kali mengikuti pemberitaan mengenai kebijakan BBM. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan bahwa intensitas sebagian besar responden dalam mengikuti pemberitaan tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM tidak begitu tinggi.
Penulis menduga hal itu dapat disebabkan oleh jumlah responden yang sebagian besar merupakan perempuan dan memiliki pekerjaan selain sebagai ibu rumah
tangga. Sehingga mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengikuti pemberitaan tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM di televisi. Akan tetapi
secara keseluruhan, tampak lebih dari 60 responden dalam penelitian ini yang sepertinya memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam mengikuti pemberitaan
tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM. Alasannya, karena menurut sebagian besar responden, pemberitaan mengenai kebijakan Pemerintah terkait BBM
memberikan informasi yang penting bagi mereka. Hal itu disebabkan BBM yang sudah menjadi salah satu kebutuhan yang harus mereka penuhi.
Tabel 4.6 Stasiun Televisi Sebagai Sumber Pemberitaan
Frekuensi RCTI
17 30,4
TV One 20
35,7 Trans7
1 1,8
Indosiar Metro TV
14 25,0
Global TV Trans TV
MNC TV 2
3,6 Antv
SCTV 2
3,6 TVRI
Deli TV Total
56 100
Sumber: P6FC.8
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 reponden terdapat 17 responden 30,4 yang sering menggunakan stasiun televisi RCTI sebagai
sumber informasi terkait BBM, 20 responden 35,7 yang sering menggunakan stasiun televisi TV One sebagai sumber informasi terkait BBM, 1 responden
1,8 yang sering menggunakan stasiun televisi Trans7 sebagai sumber informasi terkait BBM, 0 responden 0 yang sering menggunakan stasiun
televisi Indosiar sebagai sumber informasi, 14 responden 25 yang yang menggunakan stasiun televisi Metro TV sebagai sumber informasi terkait BBM, ,
0 responden 0 yang sering menggunakan stasiun televisi Global TV sebagai sumber informasi, 0 responden 0 yang sering menggunakan stasiun televisi
Trans TV sebagai sumber informasi, 2 responden 3,6 yang menggunakan stasiun televisi MNC TV sebagai sumber informasi terkait BBM, 0 responden
0 yang sering menggunakan stasiun televisi ANTV sebagai sumber informasi, 2 responden 3,6 yang menggunakan stasiun televisi SCTV sebagai sumber
informasi terkait kebijakan BBM, 0 responden 0 yang sering menggunakan stasiun televisi TVRI sebagai sumber informasi, 0 responden 0 yang sering
menggunakan stasiun televisi Deli TV sebagai sumber informasi tentang kebijakan pemerintah terkait BBM. Mayoritas responden memilih TV One
sebagai sumber informasi adalah karena menurut sebagian responden TV One merupakan televisi berita yang memiliki intensitas yang tinggi dalam
menayangkan pemberitaan dibandingkan stasiun televisi lain. Responden juga berpendapat kalau mereka lebih sering melihat informasi atau pemberitaan terkait
BBM melalui stasiun televisi tersebut.
Tabel 4.7 Keakuratan Pemberitaan
Frekuensi Sangat Akurat
15 26,8
Akurat 36
64,3 Kurang Akurat
4 7,1
Tidak Akurat 1
1,8 Total
56 100,0
Sumber: P7FC.9
Universitas Sumatera Utara
Keakuratan suatu pemberitaan merupakan merupakan kedalaman penyampaian fakta yang disertai dengan data-data akurat dari sumber yang bisa
dipercaya yang digunakan oleh wartawan dalam menyajikan berita pemberitaan tersebut. Keakuratan pemberitaan di suatu media dapat menjadi indikator dalam
mengukur kredibilitas sebuah media atau organisasi media yang menyiarkan berita itu Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 15
responden 26,8 yang menyatakan bahwa informasi tentang kebijakan BBM di televisi sangat akurat, 36 responden 64,3 yang berpendapat akurat, 4
responden 7,1 yang berpendapat kurang akurat dan 1 orang 1,8 yang berpendapat tidak akurat. Mayoritas responden berpendapat bahwa pemberitaan di
televisi akurat karena dalam menyajikan berita, televisi yang mereka jadikan sebagai sumber pemberitaan menyajikan data-data yang mendukung pemberitaan
tersebut. Contohnya, pemberitaan mengenai kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga serta pembatasan BBM bersubsidi akibat naiknya harga minyak
dunia dan besarnya APBN negara. Dalam menyajikan pemberitaan mengenai kedua hal tersebut, responden berpendapat kalau stasiun televisi turut
menyertakan data-data atau informasi tentang harga minyak dunia yang sedang naik saat ini serta besar jumlah Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara yang
mengakibatkan besarnya pengeluaran negara.
Tabel 4.8 Keobjektifan Pemberitaan
Frekuensi Sangat Objektif
13 23,2
Objektif 39
69,6 Kurang Objektif
2 3,6
Tidak Objektif 2
3,6 Total
56 100,0
Sumber: P8FC.10
Universitas Sumatera Utara
Keobjektifan pemberitaan adalah penyajian berita berdasarkan fakta dan data yang sebenarnya, serta tidak dimanipulasi. Keobjektifan pemberitaan juga
menyangkut pernyataan atau kesimpulan yang disampaikan berdasarkan bukti- bukti yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga dapat dicek kebenarannya.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 13 responden 23,2 yang menyatakan bahwa pemberitaan tentang kebijakan BBM
di televisi sangat objektif, 39 responden 69,6 yang menyatakan objektif, 2 responden 3,6 yang berpendapat kurang objektif dan 2 responden 3,6 yang
menyatakan tidak objektif. Dari hasil penelitian ini dapat digambarkan kalau mayoritas responden berpendapat stasiun televisi memberikan pemberitaan yang
objektif. Informasi yang menjadi pemberitaan memang sesuai dengan fakta di lapangan. Dalam menyajikan pemberitaan mengenai BBM, responden
berpendapat stasiun televisi yang bersangkutan melakukan konfirmasi tentang isi pemberitaan terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dengan kebijakan BBM
tersebut. Misalnya, penyajian pernyataan dari Menteri Perekonomian terkait rencana pemerintah untuk melakukan kenaikan serta pembatasan BBM
bersubsidi. Masyarakat juga berpendapat pemberitaan tentang BBM di stasiun televisi termasuk objektif karena mareka dapat membuktikan kebenaran dari isi
pemberitaan tersebut dari sumber informasi lainnya.
Tabel 4.9 Kenetralan Pemberitaan BBM
Frekuensi Sangat Netral
9 16,1
Netral 27
48,2 Kurang Netral
19 33,9
Tidak Netral 1
1,8 Total
56 100,0
Sumber: P9FC.11
Kenetralan suatu pemberitaan adalah ketidakberpihakan pemberitaan terkait terhadap pihak tertentu. Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden
Universitas Sumatera Utara
terdapat 9 responden 16,1 yang menyatakan bahwa pemberitaan tentang kebijakan BBM di stasiun televisi sangat netral, 27 responden 48,2 yang
menyatakan netral, 19 responden 33,9 yang menyatakan kurang netral dan 1 responden 1,8 yang menyatakan tidak netral. Dari hasil penelitian peneliti di
lapangan, dapat digambarkan kalau sebagian besar responden berpendapat kalau media tidak mendukung pihak manapun dalam menyajikan pemberitaan tentang
BBM. Mereka berpendapat demikian karena menurut mereka media memberikan informasi yang akurat dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Media juga
menyalurkan pendapat dari pihak manapun, tanpa mendukung pihak tertentu. Meskipun di sisi lain, tidak sedikit juga responden yang berpendapat kalau media
mendukung salah satu pihak dalam memberikan pemberitaan tentang kebijakan pemerintah terkait BBM. Beberapa responden berpendapat kalau ada media yang
menyudutkan pihak-pihak yaitu pemerintah, yang membuat kebijakan tentang BBM itu dan menaikkan lawan dari pihak-pihak tersebut.
Tabel 4.10 Kejelasan Pemberitaan
Frekuensi Sangat Jelas
13 23,2
Jelas 36
64,3 Kurang Jelas
7 12,5
Tidak Jelas 0,0
Total 56
100
Sumber: P10FC.12
Kejelasan pemberitaan adalah pemberitaan yang isinya memuat 5W+1H, yaitu what apa, who siapa, when kapan, where dimana, why mengapa dan
how bagaimana. Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 13 responden 23,2 yang menyatakan bahwa pemberitaan tentang kebijakan BBM
di stasiun televisi sangat jelas, 36 responden 64,3 yang menyatakan jelas, 7 responden 12,5 yang menyatakan kurang jelas, dan 0 responden 0 yang
menyatakan informasi tentang BBM di televisi tidak jelas. Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
berpendapat kalau mereka memperoleh informasi yang jelas dari stasiun televisi yang mereka gunakan sebagai sumber informasi. Hal ini dapat dilihat dari
sebagian besar masyarakat yang dapat memahami pemberitaan-pemberitaan yang dilakukan media terkait kebijakan tersebut dan mengetahui dengan jelas apa isi,
alasan atau perkembangan yang berkaitan dengan kebijakan BBM itu. Seperti, kapan kebijakan tersebut akan diterapkan, siapa saja yang harus mengikuti
kebijakan tersebut apa yang menjadi alasan pemerintah untuk membuat kebijakan tersebut serta bagaimana pemerintah akan menerapkan kebijakan tersebut di
masyarakat.
Tabel 4.11 Keberlanjutan Pemberitaan
Frekuensi Sangat Berkelanjutan
19 33,9
Berkelanjutan 24
42,9 Kurang Berkelanjutan
11 19,6
Tidak Berkelanjutan 2
3,6 Total
56 100,0
Sumber: P11FC.13
Keberlanjutan pemberitaan di sini berarti kemampuan media massa televisi untuk menyajikan pemberitaan tentang BBM secara berkala, tanpa
memberhentikan pemberitaan tersebut di satu waktu tertentu. Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 19 responden 33,9 yang menyatakan
bahwa memberikan informasi yang sangat berkelanjutan tentang kebijakan BBM di televisi, 24 responden 42,9 yang menyatakan berkelanjutan, 11 responden
19,6 yang menyatakan kurang berkelanjutan dan 2 responden 3,6 yang menyatakan tidak berkelanjutan. Hal itu dapat digambarkan dari pengamatan
peneliti di lapangan yang menggambarkan bahwa responden penelitian dapat mengikuti dengan baik perkembangan tentang kebijakan pemerintah terkait BBM
di televisi. Mereka juga berpendapat kalau sampai saat ini, terdapat satu atau dua stasiun televisi yang masih menyajikan pemberitaan mengenai BBM, contohnya
Universitas Sumatera Utara
bagaimana penerapan kebijakan tersebut di masyarakat dan perkembangannya di masyarakat. Salah satu stasiun televisi tersebut adalah TV One.
Tabel 4.12 Penyajian Informasi Terbaru Tentang BBM
Frekuensi Selalu Memberikan Informasi Terbaru
31 55,4
Memberikan Informasi Terbaru 22
39,3 Kurang Memberikan Informasi Terbaru
1 1,8
Tidak Memberikan Informasi Terbaru 2
3,6 Total
56 100,0
Sumber: P12FC.14
Yang dimaksud dengan penyajian informasi terbaru adalah kemampuan televisi untuk terus meng-update atau menyajikan perkembangan terbaru tentang
BBM. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 31 responden 55,4 yang menyatakan bahwa televisi selalu memberikan informasi
terbaru tentang kebijakan pemerintah terkait BBM, 22 responden 39,3 yang menyatakan bahwa televisi memberikan informasi terbaru tentang kebijakan
pemerintah terkait BBM, 1 responden 1,8 menyatakan bahwa televisi kurang memberikan informasi terbaru tentang kebijakan pemerintah terkait BBM dan 2
responden 3,6 menyatakan televisi tidak memberikan informasi terbaru tentang kebijakan pemerintah terkait BBM. Hampir semua responden berpendapat
televisi selalu menyajikan informasi terbaru tentang BBM. Hal itu dapat digambarkan pada saat penelitian, dimana masyarakat berpendapat masih ada
stasiun televisi yang terkadang masih memberitakan mengenai BBM. Selain itu, hal itu dapat dilihat dari mayoritas responden yang masih mengetahui
perkembangan terakhir tentang kebijakan pemerintah terkait BBM.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Pengaruh Pemberitaan BBM Terhadap Pendapat Masyarakat
Frekuensi Sangat Berpengaruh
10 17,9
Berpengaruh 35
62,5 Kurang Berpengaruh
8 14,3
Tidak Berpengaruh 3
5,4 Total
56 100,0
Sumber: P13FC.15
Yang dimaksud dengan pengaruh informasi terhadap pendapat masyarakat adalah bagaimana dampak atau pengaruh informasi yang disajikan televisi tentang
kebijakan BBM terhadap pembentukan pendapat masyarakat tentang pemberitaan kebijakan mengenai BBM itu. Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden
terdapat 10 responden 17,9 yang menyatakan bahwa informasi yang disampaikan televisi sangat berpengaruh dalam membentuk pendapat mereka
dalam menilai pemberitaan kebijakan pemerintah terkait BBM, 35 responden 62,5 yang menyatakan bahwa bahwa informasi di televisi berpengaruh dalam
membentuk pendapat mereka terhadap pemberitaan kebijakan pemerintah terkait BBM, 8 responden 14,3 menyatakan bahwa informasi di televisi kurang
berpengaruh dalam membentuk pendapat mereka terhadap pemberitaan kebijakan pemerintah terkait BBM dan 3 responden 5,4 menyatakan informasi di televisi
tidak berpengaruh dalam membentuk pendapat mereka terhadap pemberitaan kebijakan pemerintah terkait BBM. Secara umum, dapat digambarkan kalau
informasi tentang BBM berpengaruh bagi responden. Melalui pemberitaan di televisi, mereka dapat melihat dampak baik atau buruk dari kebijakan pemerintah
tersebut bagi kehidupan mereka. Itulah sebabnya pendapat sebagian besar masyarakat Lingungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar
dipengaruhi oleh informasi yang ada di televisi. Hal itu juga sesuai dengan teori fungsi media massa dalam pembentukan opini publik, seperti yang disampaikan
McQuail. Informasi-informasi yang berkembang di media massa, dalam penelitian ini yaitu televisi, berpengaruh dalam membentuk pendapat masyarakat. Demikian
Universitas Sumatera Utara
juga R.P. Abelson yang menyampaikan kalau berita-berita yang dipublikasikan di media dapat berperan sebagai pembentuk opini masyarakat.
Tabel 4.14 Pendapat Masyarakat Terhadap Kebijakan Pemerintah Terkait BBM
Setelah Melihat Pemberitaan di Televisi
Frekuensi Sangat Setuju
3 5,4
Setuju 27
48,2 Kurang Setuju
19 33,9
Tidak Setuju 7
12,5 Total
56 100,0
Sumber: P14FC.16
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 3 responden 5,4 yang menyatakan sangat setuju terhadap kebijakan pemerintah terkait
BBM setelah melihat pemberitaan tentang kebijakan tersebut di televisi, 27 responden 48,2 berpendapat setuju terhadap kebijakan tersebut setelah mereka
mengikuti pemberitaan dari televisi, 19 responden 33,9 kurang setuju terhadap kebijakan pemerintah terkait BBM dan 7 responden 12,5 tidak setuju terhadap
kebijakan tersebut setelah mereka mengikuti informasi dari televisi. Sebagian besar responden berpendapat setuju terhadap kebijakan tersebut setelah mereka
melihat alasan pemerintah untuk melakukan kenaikan atau pembatasan BBM bersubsidi melalui pemberitaan di televisi. Mereka berpendapat kebijakan
pemerintah untuk melakukan menaikkan harga atau membatasi BBM bersubsidi memang sudah sesuai apabila melihat harga minyak dunia yang memang sedang
naik saat ini. Responden juga berpendapat kalau merupakan hal yang wajar bagi Pemerintah untuk membuat kebijakan tersebut karena mereka berpendapat biaya
yang dibutuhkan untuk membeli, mengolah minyak mentah sampai pada mendistribusikannya sudah jauh melewati batas harga BBM yang ada saat ini.
Responden juga berpendapat setuju karena mereka merasa kebijakan itu dapat membantu mengurang beban belanja dan hutang negara yang semakin bertambah
Universitas Sumatera Utara
sampai sekarang. Walaupun tidak sedikit juga masyarakat yang bependapat tidak setuju karena mereka merasa kebijakan tersebut hanya akan merugikan mereka.
Tabel 4.15 Keadilan Televisi dalam Menampung Pendapat
Frekuensi Sangat Adil
7 12,5
Adil 39
69,6 Kurang Adil
8 14,3
Tidak Adil 2
3,6 Total
56 100,0
Sumber: P15FC.17
Keadilan televisi untuk menampung pendapat adalah kemapuan televisi untuk seimbang dalam menerima dan menyalurkan pendapat dari semua pihak
terkait BBM. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 7 responden 12,5 yang menyatakan bahwa pemberitaan di stasiun televisi sangat
adil dalam menampung pendapat dari semua pihak terkait kebijakan pemerintah tentang BBM, 39 responden 69,6 menyatakan pemberitaan di stasiun televisi
adil dalam menampung pendapat dari semua pihak, 8 responden 14,3 menyatakan stasiun televisi kurang adil dalam menampung pendapat dari semua
pihak terkait BBM dan 2 responden menyatakan bahwa pemberitaan di stasiun televisi tidak adil dalam menampung pendapat dari semua pihak terkait kebijakan
pemerintah tentang BBM. Sebagian besar masyarakat berpendapat setuju karena mereka melihat kalau pemberitaan yang ada di stasiun televisi menerima atau
menyampaikan pendapat dari siapapun, dari kalangan atau pihak manapun tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM. Mereka tidak melihat adanya usaha dari
televisi untuk mencegah individu atau organisasi tertentu dalam menyampaikan pendapatnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Pemberitaan Penerapan Kebijakan BBM
Frekuensi Ya
40 71,4
Tidak 16
28,6 Total
56 100,0
Sumber: P16FC.18
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 40 responden 71,4 yang menyatakan bahwa stasiun televisi masih melakukan pemberitaan
tentang penerapan kebijakan pemerintah terkait BBM di masyarakat dan 16 responden 28,6 menyatakan stasiun televisi tidak memberikan pemberitaan
tentang penerapan kebijakan pemerintah terkait BBM di masyarakat. Pemberitaan penerapan kebijakan BBM bertujuan untuk menyampaikan atau menggambarkan
bagaimana penerapan kebijakan tersebut dalam masyarakat. Sehingga masyarakat dapat melihat sendiri apakah kebijakan tersebut diterapkan sesuai dengan
informasi yang disampaikan kepada mereka tentang kebijakan itu atau penerapan kebijakan tersebut ternyata tidak sesuai dengan apa yang disampaikan si pembuat
kebijakan, dalam hal ini pemerintah, kepada mereka. Kemudian, masyarakat dapat menilai apakah kebijakan tersebut sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini serta
dapat melihat dampak baik atau buruknya kebijakan tersebut bagi mereka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, sebagian besar masyarakat
Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar berpendapat mereka dapat melihat sendiri bagaimana penerapan kebijakan tersebut serta melihat
bagaimana dampak baik dan buruk dari penerapan kebijakan tersebut bagi masyarakat secara langsung melalui pemberitaan di televisi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17 Pengaruh Pemberitaan Penerapan BBM Terhadap Pendapat Masyarakat
Frekuensi Sangat Berpengaruh
8 14,3
Berpengaruh 35
62,5 Kurang Berpengaruh
7 12,5
Tidak Berpengaruh 6
10,7 Total
56 100,0
Sumber: P17FC.19
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 8 responden 14,3 menyatakan pemberitaan tentang penerapan kebijakan
pemerintah di masyarakat terkait BBM sangat berpengaruh terhadap pendapat mereka dalam menilai pemberitaan dari kebijakan tersebut, 35 responden 62,5
menyatakan penerapan kebijakan pemerintah di masyarakat terkait BBM yang disampaikan televisi berpengaruh terhadap pendapat mereka terkait pemberitaan
kebijakan tersebut, 7 responden 12,5 menyatakan penerapan kebijakan pemerintah di masyarakat terkait BBM di televisi kurang berpengaruh terhadap
pendapat mereka terkait pemberitaan kebijakan tersebut dan 6 responden 10,7 menyatakan penerapan kebijakan pemerintah di masyarakat terkait BBM tidak
berpengaruh terhadap pendapat mereka terkait pemberitaan kebijakan tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pemberitaan tentang
penerapan kebijakan itu berpengaruh pada pendapat sebagian besar masyarakat Lingkungan XIX. Seperti yang peneliti tulis pada kerangka teori, McQuail
menyebutkan kalau salah satu fungsi lain dari media massa yaitu fungsi mediasi, dimana media dimanfaatkan untuk membentuk opini publik yang berlandaskan
fakta empiris di tengah masyarakat. Peneliti beranggapan bahwa setelah masyarakat di lingkungan XIX melihat gambaran realitas mengenai penerapan
kebijakan tersebut, mereka menjadi dapat memberikan penilaian terhadap pemberitaan tersebut serta menilai apakah kebijakan tersebut berdampak baik atau
tidak bagi mereka. Beberapa responden berpendapat setelah mereka melihat penerapan tentang kebijakan itu, mereka melihat bahwa masih banyak orang-
Universitas Sumatera Utara
orang yang berpenghasilan tinggi yang masih menggunakan BBM Bersubsidi sampai saat ini, padahal menurut mereka BBM bersubsidi sudah jelas ditujukan
bagi orang-orang dengan penghasilan menengah ke bawah dengan kendaraan yang tidak mewah. Akibatnya, mereka berpendapat kalau rencana pemerintah
untuk melakukan pembatasan BBM bersubsidi bagi masyarakat menengah ke bawah tidak berhasil dan pada akhirnya merugikan masyarakat kelas bawah.
Tabel 4.18 Pendapat Setelah Melihat Penerapan Kebijakan BBM
Frekuensi Sangat Setuju
4 7,1
Setuju 23
41,1 Kurang Setuju
22 39,3
Tidak Setuju 7
12,5 Total
56 100,0
Sumber: P18FC.20
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 4 responden 7,1 yang berpendapat sangat setuju terhadap kebijakan pemerintah terkait
BBM setelah setelah melihat bagaimana penerapan atau implikasi dari kebijakan BBM tersebut dalam masyarakat oleh televisi, 23 responden 41,1 berpendapat
setuju, 22 responden 39,3 kurang setuju dan 7 responden 12,5 berpendapat tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah terkait BBM setelah
melihat bagaimana penerapan atau implikasi dari kebijakan BBM tersebut dalam masyarakat oleh televisi. Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan kalau lebih
kurang dari 50 masyarakat yang berpendapat setuju terhadap kebijakan tersebut dan lebih dari 50 masyarakat yang kurang setuju dengan kebijakan tersebut,
meskipun perbedaannya tidak begitu jauh. Masyarakat setuju terhadap kebijakan tersebut karena mereka merasa bahwa penerapan kebijakan pemerintah terkait
BBM merupakan hal yang cukup baik bagi mereka dan bagi keuangan negara. Sedangkan masyarakat yang berpendapat tidak setuju terhadap kebijakan tersebut
merasa kalau penerapan kebijakan itu tidak sesuai dengan apa yang mereka
Universitas Sumatera Utara
harapkan dan akhirnya hanya akan merugikan masyarakat kelas bawah dan memberatkan mereka secara finansial.
Tabel 4.19 Intensitas Pemberitaan Dari Pihak yang Setuju
Frekuensi Sangat Sering
10 17,9
Sering 37
66,1 Kurang Sering
7 12,5
Tidak Sering 2
3,6 Total
56 100,0
Sumber: P19FC.21
Pemberitaan dari pihak yang setuju dengan kebijakan ini merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk menilai kenetralan dan keadilan televisi dalam
menerima pendapat dari berbagai pihak. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 10 responden 17,9 yang berpendapat bahwa
pemberitaan di televisi sangat sering menyampaikan pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM, 37 responden 66,1 yang
berpendapat bahwa pemberitaan di televisi sering menyampaikan pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM, 7 responden
12,5 yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi kurang sering menyampaikan pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah
terkait BBM dan 2 responden 3,6 berpendapat bahwa pemberitaan di televisi tidak sering menyampaikan pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan
pemerintah terkait BBM. Sebagian besar masyarakat Lingkungan XIX yang menjadi responden dalam penelitian ini berpendapat kalau pemberitaan di stasiun
televisi sering menyampaikan pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan tersebut. Hal itu dapat membuktikan kalau televisi tidak membatasi atau melarang
pemberitaan tentang pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.20 Intensitas Pemberitaan
Dari Pihak yang Tidak Setuju
Frekuensi Sangat Sering
6 10,7
Sering 34
60,7 Kurang Sering
14 25,0
Tidak Sering 2
3,6 Total
56 100,0
Sumber: P20FC.22
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 6 responden 10,7 yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi sangat sering
menyampaikan pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM, 34 responden 60,7 yang berpendapat bahwa
pemberitaan di televisi sering menyampaikan pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM, 14 responden 25 yang
berpendapat bahwa pemberitaan di televisi kurang sering menyampaikan pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM dan 2
responden 3,6 berpendapat bahwa pemberitaan di televisi tidak sering menyampaikan pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan
pemerintah terkait BBM. Pada saat penelitian di lapangan, responden menyampaikan jika pemberitaan di televisi sering menyampaikan pendapat dari
orang-orang yang tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Dengan berlandaskan pendapat tersebut dan pendapat responden sebelumnya bahwa pemberitaan di
televisi juga sering menyampaikan pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan tersebut, maka peneliti menyimpulkan kalau televisi yang digunakan
sebagian besar responden memang bersifat adil dan tidak melakukan pembatasan dalam menampung pendapat dari semua pihak. Itu juga sesuai dengan hasil
penelitian terhadap indikator keadilan televisi dalam fungsi informasi yang menghasilkan data, bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa dalam
memberitakan kebijakan pemerintah terkait BBM, televisi adil dalam menampung
Universitas Sumatera Utara
pendapat dari semua pihak, baik yang setuju maupun tidak setuju dengan kebijakan tersebut.
Tabel 4.21 Pemberitaan yang Memperkuat Pernyataan Setuju
Frekuensi Sangat Memperkuat
32 57,1
Memperkuat 22
39,3 Kurang Memperkuat
1 1,8
Tidak Memperkuat 1
1,8 Total
56 100,0
Sumber: 21FC.23
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 32 responden 57,1 yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi sangat
memperkuat pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM, 22 responden 39,3 yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi
memperkuat pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM, 1 responden 1,8 yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi
kurang memperkuat pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM dan 1 responden 1,8 berpendapat bahwa pemberitaan di televisi
tidak memperkuat pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM. Mayoritas reponden berpendapat kalau pemberitaan di televisi
sangat memperkuat pernyataan atau pendapat dari orang-orang atau pihak yang setuju dengan kebijakan tersebut. Responden menjawab demikian, karena
menurut mereka televisi sangat sering memberitakan pernyataan dan pendapat dari pihak-pihak yang setuju dengan kebijakan terkait BBM tersebut. Hal itu juga
sesuai dari hasil penelitian dalam indikator intensitas televisi dalam menyampaikan pendapat yang setuju, dimana mayoritas responden berpendapat
kalau pemberitaan di televisi sering menyampaikan dan memberitakan pendapat dari orang-orang yang setuju dengan kebijakan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.22 Pengaruh Pemberitaan Pendapat Setuju
Terhadap Pendapat
Frekuensi Sangat Berpengaruh
8 14,3
Berpengaruh 28
50,0 Kurang Berpengaruh
10 17,9
Tidak Berpengaruh 10
17,9 Total
56 100,0
Sumber: P22FC.24
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 8 responden 14,3 yang berpendapat bahwa tayangan mengenai pendapat dari pihak yang
setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi sangat berpengaruh dalam pembentukan pendapat responden terhadap pemberitaan kebijakan tersebut,
28 responden 50 yang berpendapat bahwa tayangan tentang pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi
berpengaruh dalam pembentukan pendapat responden terhadap pemberitaan dari kebijakan tersebut, 10 responden 17,9 yang berpendapat bahwa pendapat dari
pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM yang disampaikan televisi kurang berpengaruh dalam pembentukan pendapat responden terhadap
pemberitaan kebijakan tersebut dan 10 responden 17,9 berpendapat bahwa pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM di
televisi tidak berpengaruh dalam pembentukan pendapat responden terhadap pemberitaan kebijakan tersebut.
Secara umum, sebagian besar responden di lingkungan XIX berpendapat kalau pernyataan dari pihak yang setuju yang diperkuat oleh televisi berpengaruh
terhadap pendapat mereka sendiri terhadap pemberitaan tersebut juga terhadap kebijakan itu. Mereka berpendapat kalau semakin sering televisi memperkuat
pernyataan yang setuju dengan kebijakan tersebut, maka lama-kelamaan mereka akan terpengaruh dengan pernyataan atau pendapat dari pihak yang setuju itu dan
mengakibatkan mereka juga menyetujui kebijakan tersebut. Penjelasan tersebut
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan salah satu sifat media yang berperan dalam membentuk pendapat umum seperti yang dikemukakan oleh Morrisan, yaitu sifat kumulatif
cumulativeness dimana media mengacu pada proses media yang selalu mengulang-ulang apa yang disampaikannya.
Tabel 4.23 Pemberitaan yang Memperkuat Pendapat
Tidak Setuju
Frekuensi Sangat Memperkuat
42 75,0
Memperkuat 10
17,9 Kurang Memperkuat
3 5,4
Tidak Memperkuat 1
1,8 Total
56 100,0
Sumber: P23FC.25
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 42 responden 75 yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi sangat memperkuat
pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM, 10 responden 17,3 yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi
memperkuat pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM, 3 responden 5,4 yang berpendapat bahwa pemberitaan di
televisi kurang memperkuat pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM dan 1 responden 1,8 berpendapat bahwa
pemberitaan di televisi tidak memperkuat pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM. Mayoritas responden berpendapat
kalau pemberitaan di televisi sangat memperkuat pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Peneliti menduga hal ini disebabkan oleh
intensitas media yang juga sering memberitakan pendapat dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan kebijakan tersebut, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
pada tabel 4.20, dimana televisi juga sering memberikan pemberitaan tentang pernyataan atau pendapat dari pihak yang tidak setuju terhadap kebijakan itu.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.24 Pengaruh Pendapat Tidak Setuju yang Diperkuat Televisi
Terhadap Pendapat Masyarakat
Frekuensi Sangat Berpengaruh
7 12,5
Berpengaruh 33
58,9 Kurang Berpengaruh
9 16,1
Tidak Berpengaruh 7
12,5 Total
56 100,0
Sumber: P24FC.26
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 7 responden 12,5 yang berpendapat bahwa pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan
kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi sangat berpengaruh dalam pembentukan pendapat responden terhadap kebijakan tersebut, 33 responden
58,9 yang berpendapat bahwa pendapat dari pihak yang tidak setuju yang diperkuat oleh televisi berpengaruh dalam pembentukan pendapat responden
terhadap kebijakan BBM tersebut, 9 responden 16,1 yang berpendapat bahwa pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM
kurang berpengaruh dalam pembentukan pendapat responden terhadap kebijakan tersebut dan 7 responden 12,5 berpendapat bahwa pendapat dari pihak yang
tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM tidak berpengaruh dalam pembentukan pendapat mereka terkait kebijakan tersebut. Lebih dari 50
masyarakat yang berpendapat bahwa pendapat tidak setuju yang diperkuat oleh televisi lama-kelamaan akan berpengaruh pada pola pikir mereka sendiri sehingga
berdampak pada pendapat mereka. Hal tersebut sesuai dengan salah satu fungsi media massa seperti yang dikemukakan McQuail dalam membentuk opini publik,
yaitu fungsi amlpifikasi, dimana media dijadikan sarana untuk memperkuat pernyataan yang disampaikan seseorang untuk berubah menjadi pendapat umum
yang berkembang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.25 Pendapat Masyarakat Setelah Melihat Pendapat yang Diperkuat
Frekuensi Sangat Setuju
8 14,3
Setuju 16
28,6 Kurang Setuju
28 50,0
Tidak Setuju 4
7,1 Total
56 100,0
Sumber: P25FC.27
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 8 responden 14,3 yang berpendapat sangat setuju terhadap kebijakan pemerintah terkait
BBM setelah setelah melihat pernyataan setuju dan tidak setuju yang diperkuat oleh televisi terhadap kebijakan pemerintah terkait BBM, 16 responden 28,6
berpendapat setuju, 28 responden 50,0 yang berpendapat kurang setuju dan 4 responden 7,1 yang berpendapat tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah
terkait BBM setelah melihat pernyataan berbagai pihak yang tidak setuju terhadap kebijakan tersebut yang diperkuat oleh televisi. Seperti yang telah diuraikan pada
tabel-tabel sebelumnya kalau pendapat setuju dan tidak setuju yang diperkuat televisi berpengaruh terhadap pendapat sebagian besar responden. Sehingga
diperoleh lebih dari 50 responden yang kurang setuju terhadap kebijakan pemerintah terkait BBM dan kurang dari 45 masyarakat yang setuju dengan
kebijakan tersebut. Hal tersebut juga sesuai dengan teori McQuail yang menyatakan kalau media akan memperkuat pernyataan dari seseorang sehingga
kemudian berubah menjadi pendapat umum, sehingga intensitas pendapat tidak setuju yang disajikan media, juga diikuti oleh sebagian besar responden di
lingkunagan XIX.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.26 Pernyataan yang Diperkuat oleh Televisi
Frekuensi Pemerintah
15 26,8
Anggota DPR 23
41,1 LSM
2 3,6
Masyarakat 16
28,6 Total
56 100,0
Sumber: P26FC.28
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 15 responden 26,8 yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi sering
memperkuat pernyataan dari pemerintah terkait kebijakan BBM, 23 responden 41,1 berpendapat pemberitaan di televisi sering memeperkuat pernyataan dari
anggota DPR terhadap kebijakan BBM, 2 responden 3,6 yang berpendapat pemberitaan di televisi sering memperkuat pernyataan dari LSM terkait kebijakan
tentang BBM dan 16 responden 28,6 yang berpendapat pemberitaan di televisi lebih sering memperkuat pernyataan dari masyarakat terhadap kebijakan BBM
tersebut. Berdasarkan keterangan tersebut, secara keseluruhan sebagian besar responden berpendapat kalau pemberitaan di televisi lebih sering menyampaikan
pendapat dari anggota DPR terhadap kebijakan pemerintah terkait BBM tersebut. Dari pendapat sebagian besar responden, TV One merupakan salah satu lembaga
televisi yang paling sering dalam memperkuat pendapat dari berbagai pihak tentang BBM.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.27 Cara Televisi Memperkuat Pernyataan Tersebut
Frekuensi Melalui Pemberitaan
12 21,4
Melalui Talkshow 23
41,1 Melalui wawancara
21 37,5
Total 56
100,0
Sumber: P27FC.29
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 12 responden 21,4 yang berpendapat bahwa televisi sering memperkuat
pernyataan narasumber tentang kebijakan pemerintah terkait BBM melalui pemberitaan, 23 responden 41,1 berpendapat televisi memeperkuat pernyataan
narasumber tentang kebijakan pemerintah terkait BBM melalui talkshow dan 21 responden 37,5 berpendapat bahwa televisi memperkuat pernyataan
narasumber tentang kebijakan pemerintah terkait BBM melalui wawancara. Menurut masyarakat, mereka lebih sering melihat narasumber menyampaikan
pendapat mereka melalui acara-acara talkshow yang dilakukan televisi. Dimana acara talkshow “Apa Kabar Indonesia Malam” di TV One menjadi salah satu
acara talkshow yang paling sering dilihat responden dalam memperkuat pernyataan tersebut.
4.8.
Pembahasan
Setelah dilakukan analisis data yang menggunakan tabel tunggal, maka selanjutnya akan dilakukan pembahasan yang berguna untuk melihat hasil
penemuan penelitian yang dianggap menarik dan nantinya melalui pembahasan inilah dapat ditarik kesimpulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menggambarkan bagaimana Opini Masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Permerintah
tentang BBM serta menggambarkan fungsi media massa, dalam hal ini televisi, dalam pembentukan opini masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar
terhadap pemberitaan kebijakan Pemerintah terkait BBM.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian ini, dapat digambarkan bahwa semua responden pernah menonton pemberitaan mengenai kebijakan Pemerintah terkait BBM,
hanya saja intensitas mayoritas responden dalam menonton pemberitaan mengenai kebijakan tersebut tidak begitu tinggi. Hal ini tampak dari hasil penelitian yang
menggambarkan 20 responden 35,7 dari jumlah total responden lingkungan XIX kurang dari 6 kali menonton pemberitaan mengenai kebijakan Pemerintah
terkait BBM. Dalam memperoleh informasi mengenai kebijakan Pemerintah terkait BBM, mayoritas dari responden lebih sering menggunakan stasiun televisi
Tv One sebagai sumber informasi. Hal ini tampak dari 20 responden 35,7 memilih stasiun televisi tersebut, dan selanjutnya diikuti oleh stasiun televisi
RCTI, Metro Tv, MNC Tv dan SCTV. Adapun menurut responden, stasiun televisi yang sering mereka pilih
memberikan informasi yang akurat mengenai pemberitaan kebijakan Pemerintah terkait BBM. Hal tersebut dapat dilihat dari 36 responden 64,3 yang memilih
demikian. Selain itu mayoritas reponden juga berpendapat bahwa stasiun televisi yang mereka pilih objektif dalam menyampaikan pemberitaan. Hal ini tampak
dari 39 responden 69,6 yang memilih demikian. Dari segi kenetralan pemberitaan di stasiun televisi, masyarakat berpendapat pemberitaan di stasiun
televisi yang mereka pilih bersifat netral. Hal itu tampak dari 27 responden 48,2 yang menyatakan demikian walaupun perbandingan dengan masyarakat
yang berpendapat bahwa pemberitaan yang disampaikan stasiun televisi kurang bersifat kurang netral tidak berbeda jauh. Hal itu tampak dari 19 responden
33,9 yang berpendapat bahwa pemberitaan yang disampaikan stasiun televisi tentang kebijakan BBM masih bersifat kurang netral.
Mengenai kejelasan pemberitaan yang disampaikan stasiun televisi mengenai BBM, 36 responden 64,3 menyatakan pemberitaan di stasiun
televisi jelas. Kejelasan informasi tersebut berkaitan dengan kemampuan stasiun televisi dalam melakukan pemberitaan yang berkelanjutan. Hal itu dapat
digambarkan dari 24 responden 42,9 yang berpendapat bahwa pemberitaan tentang BBM di stasiun televisi bersifat berkelanjutan. Dengan adanya
kemampuan stasiun televisi dalam menyajikan pemberitaan yang berkelanjutan, maka stasiun televisi akan terus menghasilkan pemberitaan terkait informasi
Universitas Sumatera Utara
terbaru mengenai kebijakan Pemerintah tentang BBM. Hal itu dapat digambarkan dari 31 responden 55,4 yang menyatakan bahwa pemberitaan di televisi selalu
memberikan informasi terbaru tentang kebijakan pemerintah terkait BBM. Berdasarkan fungsi televisi sebagai media informasi, mayoritas dari
responden berpendapat bahwa informasi yang mereka terima melalui televisi tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM berpengaruh pada pendapat mereka
terhadap pemberitaan tentang kebijakan tersebut. Hal itu tampak dari 35 responden 62,5 yang menyatakan bahwa informasi yang disampaikan televisi
berpengaruh dalam membentuk pendapat mereka terhadap pemberitaan kebijakan pemerintah terkait BBM. Sehingga setelah memperoleh berbagai informasi
mengenai kebijakan pemerintah tentang BBM, mayoritas dari responden setuju dengan kebijakan pemerintah tersebut. Hal itu dapat digambarkan dari 27
responden 48,2 berpendapat setuju terhadap kebijakan tersebut setelah mereka mengikuti informasi dari televisi.
Berhubungan dengan fungsi mediasi media massa, dalam hal ini televisi, masyarakat berpendapat bahwa pemberitaan di stasiun televisi sudah adil
dalam menampung pendapat dari setiap orang terhadap kebijakan Pemerintah tentang BBM. Hal itu dapat dilihat dari hasil penelitian yang menggambarkan
bahwa 39 responden 69,6 menyatakan pemberitaan yang disampaikan stasiun televisi adil dalam menampung pendapat dari semua pihak tentang kebijakan
Pemerintah terkait BBM tersebut. Selain itu, masyarakat menganggap pemberitaan di stasiun televisi mampu menggambarkan atau menyampaikan
informasi tentang bagaimana kebijakan pemerintah tentang BBM tersebut diterapkan dalam masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari 40 responden 71,4
yang menyatakan demikian. Maka berdasarkan hasil penelitian ini, televisi sudah menjalankan fungsinya dengan baik dalam usaha untuk membentuk opini publik.
Hal itu dapat dilihat dari keberhasilan televisi dalam melaksanakan fungsi mediasinya. Kemampuan televisi dalam memberikan pemberitaan yang dengan
adil menampung pendapat dari semua pihak tentang kebijakan Pemerintah tentang BBM serta kemampuan televisi untuk memberikan pemberitaan yang dapat
menggambarkan tentang penerapan dari kebijakan tersebut dalam masyarakat ternyata berpengaruh pada pendapat masyarakat terhadap pemberitaan kebijakan
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah terkait BBM. Hal itu tampak dari 35 responden 62,5 yang menyatakan demikian. Sehingga terdapat 23 responden 41,1 yang berpendapat
setuju terhadap kebijakan tersebut dan 22 responden 39,3 kurang setuju terhadap kebijakan tersebut.
Dalam fungsi amplifikasi media massa, dalam hal ini televisi, masyarakat berpendapat pemberitaan di stasiun televisi memiliki intensitas yang hampir sama
dalam menyatakan pernyataan atau pendapat yang setuju ataupun tidak setuju terhadap kebijakan Pemerintah tentang BBM. Hal itu tampak dari 37 responden
66,1 yang berpendapat bahwa pemberitaan di televisi sering menyampaikan pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM. Ada
juga 34 responden 60,7 yang berpendapat bahwa pemberitaan yang disajikan televisi sering menyampaikan pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan
kebijakan pemerintah terkait BBM. Selain itu, dalam fungsi televisi untuk memperkuat pernyataan, maka masyarakat berpendapat bahwa pemberitaan yang
disampaikan stasiun televisi yang sering mereka jadikan sumber informasi sangat memperkuat pernyataan dari pihak yang setuju dan tidak setuju terhadap
kebijakan Pemerintah terkait BBM. Hal itu dapat dilihat dari hasil penelitian yang menggambarkan 32 responden 57,1 yang berpendapat bahwa pemberitaan di
televisi sangat memperkuat pendapat dari pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM dan 42 responden 75 yang berpendapat bahwa
pemberitaan di televisi sangat memperkuat pendapat dari pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM.
Menurut masyarakat, pemberitaan di televisi lebih sering memperkuat pernyataan ataupun pendapat yang disampaikan oleh anggota DPR. Hal itu dapat
dilihat dari 23 responden 41,1 yang memilih demikian. Masyarakat juga menilai bahwa dibandingkan melalui pemberitaan, televisi lebih sering
memperkuat pernyataan dari berbagai pihak tersebut melalui talkshow. Hal itu dapat dilihat dari 23 responden 41,1 yang menyatakan demikian.
Pernyataan atau pendapat pihak yang setuju dan tidak setuju terhadap kebijakan BBM yang diperkuat televisi tersebut ternyata memiliki pengaruh
terhadap pendapat masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari hasil penelitian yang menggambarkan 28 responden 50 yang berpendapat bahwa pendapat dari
Universitas Sumatera Utara
pihak yang setuju dengan kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi berpengaruh dalam pembentukan pendapat mereka terhadap pemberitaan
kebijakan tersebut serta 33 responden 58,9 yang berpendapat bahwa pendapat dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan kebijkan Pemerintah tentang BBM
yang diperkuat oleh televisi, berpengaruh terhadap pendapat mereka tentanng pemberitaan mengenai kebijakan tersebut. Berdasarakan pernyataan ataupun
pendapat yang diperkuat televisi tersebut, maka hasil penelitian ini menggambarkan terdapat 28 responden 50 yang berpendapat kurang setuju
terhadap kebijakan Pemerintah terkait BBM. Seperti yang digambarkan penelitian ini, fungsi informasi, fungsi mediasi
serta fungsi amplifikasi media massa memiliki pengaruh dalam pembentukan pendapat masyarakat itu sendiri tentang pemberitaan kebijakan Pemerintah terkait
BBM. Dalam fungsi informasi, informasi yang diperoleh masyarakat tentang pemberitaan terkait kebijakan BBM melalui televisi akan tersimpan pada diri
masyarakat dan menjadi pengetahuan mereka. Dan pengetahuan tersebut lama- kelamaan akan berkembang membentuk pendapat atau opini mereka sendiri
terhadap pemberitaan tentang kebijakan tersebut. Dalam fungsi mediasi, masyarakat akan sangat membutuhkan pemberitaan melalui media massa sebagai
landasan mereka untuk bersikap. Dalam hal ini, apa yang digambarkan serta bagaimana cara stasiun televisi dalam menggambarkan penerapan kebijakan
Pemerintah terkait BBM di masyarakat, baik atau tidak, akan mempengaruhi pemikiran mereka dalam menilai pemberitaan tersebut. Kemudian masyarakat
akan membentuk pendapat mereka sendiri setelah melihat kenyataan yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan penerapan kebijakan itu, apakah sesuai dengan
yang pemberitaan yang mereka lihat atau tidak. Dalam fungsi amplifikasi, bagaimana televisi dalam menyampaikan pendapat atau pernyataan yang mereka
perkuat akan berpengaruh dalam membentuk pendapat seseorang terhadap pemberitaan itu. Hal itu dapat dilihat dari hasil penelitian yang menggambarkan
bahwa lebih dari 50 responden berpendapat pernyataan dari pihak yang setuju yang diperkuat televisi terkait kebijakan Pemerintah terkait BBM berpengaruh
terhadap pendapat masyarakat dan lebih dari 58 pernyataan dari pihak yang setuju yang diperkuat televisi terkait kebijakan Pemerintah terkait BBM
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap pendapat masyarakat terhadap pemberitaan tersebut. Meskipun pada saat penelitian, banyak responden yang berpendapat kalau televisi
lebih sering memperkuat pernyataan dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui talkshow daripada melalui pemberitaan.
Jadi berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti dapat membuktikan bahwa media massa, dalam hal ini televisi, memang berfungsi dalam membentuk
opini masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap pemberitaan tentang kebijakan Pemerintah mengenai BBM di televisi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.4. Kesimpulan