Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal DELI TV (DTV) Medan (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan)

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR TERHADAP TELEVISI LOKAL

DELI TV (DTV) MEDAN

(Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan)

Disusun Oleh :

NOVENMAR GIRSANG 090922066

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

ABSTRAK

Televisi merupakan media yang bisa menampilkan gambar (visual) sekaligus suara audio) yang dikemas melalui efek yang berteknologi tinggi sehingga fenomena sosial budaya yang begitu banyak dan luas bisa dihadirkan didalam ruangan yang sempit sekalipun. Seiring dengan UU 32 Tahun 2002 tentang perkembangan teknologi dan dunia pertelevisian, memacu meningkatnya televisi-televisi lokal yang ada di Indonesia.

Deli TV (DTV) Medan merupakan salah satu televisi lokal dan juga sebagai televisi loka swasta pertama di Medan Sumatera Utara mencoba menggali dan mempublikasikan kembali keaneka ragaman budaya Sumatera Utara karena sebagai televisi lokal daerah Deli TV (DTV) Medan sangat besar peranannya akan hal keaneka ragaman budaya tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui persepsi atau penilaian dari Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar tentang fungsi Deli TV (DTV) Medan sebagai media lokal.

Tujuan dalam penelitian adalah untuk untuk mengetahui persepsi yang terbentuk di kalangan Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan, serta untuk medeskripsikan persepsi masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan sebagai media lokal.

Format penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian survei. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan Sumatera Utara. Populasi yang diambil adalah Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan yang berusia 17 s/d 50 Tahun dan pernah menonton siaranTelevisi Lokal Deli TV (DTV) Medan. Penelitian ini menggunakan probability sampling tipe Simple Random Sampling yaitu cara menarik anggota sampel secara acak (random) dan didapat sampel sebesar 99 orang responden. Dalam penelitian ini juga menggunakan teori “Teori Audiens”. Teori Audiens yaitu Masing-masing audiens berbeda satu sama lain dalam hal berpikir, menanggapi pesan yang diterima, pengalaman, dan orientasi hidup (Nurudin, 2007 : 105).

Dari analisa yang dilakukan didapatkan bahwa pengetahuan Masyarakat tentang program acara Deli TV (DTV) Medan masuk dalam ketegori penilaian tinggi. Kemudian sikap masyarakat terhadap program acara di Deli TV (DTV) Medan masuk dalam kategori penilaian baik. Dan pada indikator perilaku masyarakat terhadap program acara di Deli TV (DTV) Medan masuk dalam penilaian yang positif. Jadi, berdasarkan hasil analisis, rata-rata persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap Deli TV (DTV) Medan Sebagai Media Lokal adalah baik, karena program acaranya di indikator dapat menambah pengetahuan. Sikap masyarakat dan perilaku masyarakat terhadap program acara di Deli TV (DTV) Medan dikategorikan sebagai nilai positif. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas simalingkar terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan adalah Positif. Jika dikaitkan dengan teori yang digunakan yaitu teori Komunikasi Massa, hasil dari penelitian ini merupakan efek dari adanya sebuah proses Komunikasi Massa, yaitu efek afektif, kognitif dan behavioral. Efek komunikasi tersebut diwujudkan melalui pengetahuan, sikap dan perilaku Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap fungsi Deli TV (DTV) Medan sebagai Media Lokal.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih dan rahmatNya yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini ditemui beberapa kesulitan, namun penulis berupaya dengan segala kemampuan pembahasan dan penyajian, baik dengan disiplin ilmu yang diperoleh dari perkuliahan, menggunakan literatur serta bimbingan dan arahan dari Dosen Pembimbing serta berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan doa dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, M.S selaku Dosen Pembimbing Skripsi Penulis.

5. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis.


(4)

6. Seluruh Staf/ Pegawai Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

7. Seluruh Staf Pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan penulis bekal ilmu pengetahuan.

8. Seluruh Staf/ Pegawai Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota Medan.

9. Seluruh Staf/ Pegawai Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan. 10. Pimpinan Serta Seluruh Staf dan Karyawan/ Karyawati PT. Deli TV Medan. 11. Kepada seluruh responden yang telah bersedia membantu peneliti. Skripsi

ini tidak mungkin berjalan tanpa bantuan yang telah kalian berikan.

12. Keluarga besar yang sangat berarti dalam hidupku : Alm. Ayahku, Mamaku tersayang, dan seluruh keluarga besarku yang saya kasihi, serta saudara-saudaraku yang sangat saya sayangi yang telah memberikan semangat, nasihat, pengertian, kepercayaan, doa, kasih sayang yang tiada henti.

13. Sahabat-sahabatku di Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara EKS 2009 tanpa terkecuali, yang telah sangat membantu penulis, dan juga memberikan dorongan. Ingat dan janganlah kita melupakan persahabatan ini, semua yang telah kita lakukan takkan pernah bisa saya lupakan. Biarlah persahabatan kita ini selalu terjalin sampai selamanya sekalipun waktu dan jarak memisahkan kita kelak. Senang memilki sahabat seperti kalian semua.

14. Teman-temanku di Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara EKS 2010 tanpa terkecuali, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas kenangan-kenangan indah


(5)

selama kebersamaan kita semua di Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Senang bersama dengan kalian semua.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya dalam terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh kelalaian dan keterbatasan waktu, tenaga juga kemampuan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Juli 2011 Penulis,

NOVENMAR GIRSANG NIM. 090922066


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viiii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah... 6

I.3 Pembatasan Masalah ... 6

I.4 Tujuan Penelitian ... 7

I.5 Manfaat Penelitian ... 7

I.6 Kerangka Teori ... 8

I.7 Kerangka Konsep ... 17

I.8 Model Teoritis ... 18

I.9 Variabel Operasional ... 18

I.10 Definisi Variabel Operasional ... 20

BAB II: URAIAN TEORITIS ... 23

II.1 Komunikasi Massa ... 23

II.2 Teori Audiens... 28

II.3 Persepsi ... 36

II.4 Motif Penggunaan Media ... 38

II.5 Televisi ... 38


(7)

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 42

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

III.1.1 Situasi Kelurahan Mangga... ... 42

III.1.2 Luas Wilayah Kelurahan ... 42

III.1.3 Batas Wilayah... 42

III.2 Demografi Kelurahan Mangga ... 43

III.2.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga ... 43

III.2.2 Tingkat Pendidikan Penduduk... 44

III.2.3 Pekerjaan/ Mata Pencaharian Penduduk ... 45

III.2.4 Agama Penduduk ... 48

III.2.5 Suku Penduduk ... 49

III.3 Sekilas Tentang Deli TV (DTV) Medan ... 50

III.4 Metodologi Penelitian ... 50

III.4.1 Jenis Penelitian ... 50

III.4.2 Lokasi Penelitian ... 51

III.4.3 Populasi ... 51

III.4.4 Sampel ... 53

III.5 Teknih Pengambilan Sampel ... 53

III.5.1 Sampel Distratifikasi Proporsioanal ... 53

III.5.2 Purposive Sampling ... 55

III.5.3 Aksidental Sampling ... 56

III.6 Teknik Pengumpulan Data ... 56

III.6.1 Data Primer ... 56


(8)

III.7 Teknik Analisis Data ... 58

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

IV.1 Hasil dan Proses Pengumpulan Data ... 59

IV.2 Teknik Pengolahan Data ... 60

IV.3 Analisis Tabel Tunggal ... 61

IV.3.1 Karakteristik Respon ... 61

IV.3.2 Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan ... 74

IV.3.3 Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan Terhadap Program Acara Televisi Lokal Deli TV (DTV) Meda ... 91

V.4 Pembahasan ... 117

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

V.1 Kesimpulan ... 120

V.2 Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel... 19

Tabel 2 Klasifikasi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 3 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikannya ... 44

Tabel 4 Pekerjaan Sektor Pertanian Tanaman Pangan ... 45

Tabel 5 Sektor Jasa/ Perdagangan ... 46

Tabel 6 Agama yang Dianut di Kelurahan Mangga ... 48

Tabel 7 Suku Penduduk ... 49

Tabel 8 Jumlah Populasi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar ... 52

Tabel 9 Tabel Penarikan Sampel ... 55

Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 62

Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 63

Tabel 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 64

Tabel 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 65

Tabel 15 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ... 66

Tabel 16 Responden Berdasarkan Kepemilikan Televisi ... 67

Tabel 17 Responden Berdasarkan Tempat Menonton ... 67

Tabel 18 Karakteristik Responden Berdasarkan Durasi/ Intensitas atau Kebiasaan Menonton ... 68

Tabel 19 Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Menonton Dalam Satuan Jam/ Hari Pukul 05 : 00 - 10 : 00 Wib ... 69 Tabel 20 Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Menonton


(10)

Dalam Satuan Jam/ Hari : Pukul 10 : 00 - 15 : 00 Wib ... 70 Tabel 21 Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Menonton

Dalam Satuan Jam/ Hari Pukul : 15 : 00 - 20 : 00 Wib ... 71 Tabel 22 Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Menonton

Dalam Satuan Jam/ Hari : Pukul 20 : 00 - 24 : 00 Wib ... 72 Tabel 23 Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Menonton

Dalam Satuan Jam/ Hari Diatas Pukul 00:00 ... 73 Tabel 24 Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Televisi Lokal di Medan .. 75 Tabel 25 Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Televisi Lokal

Deli TV (DTV) Medan ... 76 Tabel 26 Motif Responden Menonton Deli TV (DTV) Medan ... 77 Tabel 27 Data Responden Terhadap Seleksi Pilihan Acara

Deli TV (DTV) Medan (Acara Pendidikan) ... 78 Tabel 28 Data Responden Terhadap Seleksi Pilihan Acara

Deli TV (DTV) Medan (Acara Informasi) ... 79 Tabel 29 Data Responden Terhadap Seleksi Pilihan Acara

Deli TV (DTV) Medan (Acara Hiburan) ... 80 Tabel 30 Data Responden Terhadap Seleksi Pilihan Acara

Deli TV (DTV) Medan (Acara Olahraga) ... 81 Tabel 31 Data Responden Terhadap Interpretasi Pilihan Acara

Deli TV (DTV) Medan (Acara Pendidikan) ... 82 Tabel 32 Data Responden Terhadap Interpretasi Pilihan Acara

Deli TV (DTV) Medan (Acara Informasi) ... 83 Tabel 33 Data Responden Terhadap Interpretasi Pilihan Acara


(11)

Tabel 34 Data Responden Terhadap Interpretasi Pilihan Acara

Deli TV (DTV) Medan (Acara Olahraga) ... 85 Tabel 35 Data Responden Terhadap Reaksi atau Penilaian Terhadap

Pilihan Acara Deli TV (DTV) Medan (Acara Pendidikan) ... 87 Tabel 36 Data Responden Terhadap Reaksi atau Penilaian Terhadap

Pilihan Acara Deli TV (DTV) Medan (Acara Informasi) ... 88 Tabel 37 Data Responden Terhadap Reaksi atau Penilaian Terhadap

Pilihan Acara Deli TV (DTV) Medan (Acara Hiburan) ... 89 Tabel 38 Data Responden Terhadap Reaksi atau Penilaian Terhadap

Pilihan Acara Deli TV (DTV) Medan (Acara Olahraga) ... 90 Tabel 39 Persepsi Responden Terhadap Frekwensi Jaringan

Deli TV (DTV) Medan ... 92 Tabel 40 Persepsi Responden Terhadap Gambar dan Suara

Deli TV (DTV) Medan ... 93 Tabel 41 Persepsi Responden Terhadap Penyampaian Informasi

Tentang Daerah Dari Deli TV (DTV) Medan ... 94 Tabel 42 Tingkat Pengetahuan Responden Setelah Menonton

Acara-Acara Deli TV (DTV) Medan ... 95 Tabel 43 Persepsi Responden Tentang Deli TV (DTV) Medan

Secara Umum... 96 Tabel 44 Persepsi Responden Mengenai Penyampaian Program

Deli TV (DTV) Medan: Kejelasan Isi Pesan dan Informasi ... 97 Tabel 45 Persepsi Responden Mengenai Penyampaian Program


(12)

Tabel 46 Persepsi Responden Mengenai Penyampaian Program

Deli TV (DTV) Medan: Materi Pada Isi Pesan ... 99 Tabel 47 Persepsi Responden Mengenai Waktu Siaran

Deli TV (DTV) Medan ... 101 Tabel 48 Persepsi Responden Mengenai Jaringan atau Frekwensi

Deli TV (DTV) Medan ... 102 Tabel 49 Persepsi Responden Mengenai Slogan “MANTAP”

Deli TV (DTV) Medan ... 103 Tabel 50 Persepsi Responden Mengenai Logo Deli TV (DTV) Medan ... 105 Tabel 51 Persepsi Responden Mengenai Kualitas Gambar dan Suara

Deli Deli TV (DTV) Medan ... 106 Tabel 52 Persepsi Responden Mengenai Jangkauan Transmisi

Deli TV (DTV) Medan ... 108 Tabel 53 Persepsi Responden Mengenai Tampilan Pembawa Acara

Deli TV (DTV) Medan Secara Keseluruhan :

Pembukaan Acara ... 110 Tabel 54 Persepsi Responden Mengenai Tampilan Pembawa Acara

Deli TV (DTV) Medan Secara Keseluruhan :

Kesesuaian Acara ... 112 Tabel 55 Persepsi Responden Mengenai Tampilan Pembawa Acara

Deli TV (DTV) Medan Secara Keseluruhan :

Penguasaan Materi Acara ... 113 Tabel 56 Persepsi Responden Mengenai Tampilan Pembawa Acara

Deli TV (DTV) Medan Secara Keseluruhan :


(13)

Tabel 57 Persepsi Responden Mengenai Tampilan Pembawa Acara Deli TV (DTV) Medan Secara Keseluruhan :


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Melakukan Penelitian/ Riset/ Survey Dari Bagian Pendidikan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian/ Riset/ Survey Dari Badan Penelitian Dan Pengembangan Kota Medan

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Kelurahan Mangga Simalingkar Medan

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian PT. DELI MEDIATELEVISI DELI TV (DTV) MEDAN

Lampiran 6 Kuessioner Penelitian Lampiran 7 Tabel Fortran Cobol

Lampiran 8 Bagan Organisasi Keluran Mangga Simalingkar Medan Lampiran 9 Denah/ Peta Lokasi Penelitian Keluran Mangga

Simalingkar Medan

Lampiran 10 Bagan Organisasi PT. DELI MEDIATELEVISI (DELI TIVI) MEDAN


(15)

ABSTRAK

Televisi merupakan media yang bisa menampilkan gambar (visual) sekaligus suara audio) yang dikemas melalui efek yang berteknologi tinggi sehingga fenomena sosial budaya yang begitu banyak dan luas bisa dihadirkan didalam ruangan yang sempit sekalipun. Seiring dengan UU 32 Tahun 2002 tentang perkembangan teknologi dan dunia pertelevisian, memacu meningkatnya televisi-televisi lokal yang ada di Indonesia.

Deli TV (DTV) Medan merupakan salah satu televisi lokal dan juga sebagai televisi loka swasta pertama di Medan Sumatera Utara mencoba menggali dan mempublikasikan kembali keaneka ragaman budaya Sumatera Utara karena sebagai televisi lokal daerah Deli TV (DTV) Medan sangat besar peranannya akan hal keaneka ragaman budaya tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui persepsi atau penilaian dari Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar tentang fungsi Deli TV (DTV) Medan sebagai media lokal.

Tujuan dalam penelitian adalah untuk untuk mengetahui persepsi yang terbentuk di kalangan Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan, serta untuk medeskripsikan persepsi masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan sebagai media lokal.

Format penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian survei. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan Sumatera Utara. Populasi yang diambil adalah Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan yang berusia 17 s/d 50 Tahun dan pernah menonton siaranTelevisi Lokal Deli TV (DTV) Medan. Penelitian ini menggunakan probability sampling tipe Simple Random Sampling yaitu cara menarik anggota sampel secara acak (random) dan didapat sampel sebesar 99 orang responden. Dalam penelitian ini juga menggunakan teori “Teori Audiens”. Teori Audiens yaitu Masing-masing audiens berbeda satu sama lain dalam hal berpikir, menanggapi pesan yang diterima, pengalaman, dan orientasi hidup (Nurudin, 2007 : 105).

Dari analisa yang dilakukan didapatkan bahwa pengetahuan Masyarakat tentang program acara Deli TV (DTV) Medan masuk dalam ketegori penilaian tinggi. Kemudian sikap masyarakat terhadap program acara di Deli TV (DTV) Medan masuk dalam kategori penilaian baik. Dan pada indikator perilaku masyarakat terhadap program acara di Deli TV (DTV) Medan masuk dalam penilaian yang positif. Jadi, berdasarkan hasil analisis, rata-rata persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap Deli TV (DTV) Medan Sebagai Media Lokal adalah baik, karena program acaranya di indikator dapat menambah pengetahuan. Sikap masyarakat dan perilaku masyarakat terhadap program acara di Deli TV (DTV) Medan dikategorikan sebagai nilai positif. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas simalingkar terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan adalah Positif. Jika dikaitkan dengan teori yang digunakan yaitu teori Komunikasi Massa, hasil dari penelitian ini merupakan efek dari adanya sebuah proses Komunikasi Massa, yaitu efek afektif, kognitif dan behavioral. Efek komunikasi tersebut diwujudkan melalui pengetahuan, sikap dan perilaku Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap fungsi Deli TV (DTV) Medan sebagai Media Lokal.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial dan dianggap sebagai kebutuhan pokok layaknya sandang, pangan, papan, dan komoditas penting lainnya dalam kehidupan sosial, budaya, serta ekonomi. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta peranannya dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pentingnya manfaat informasi ini secara tidak langsung telah melahirkan masyarakat informasi yang tuntutan akan hak dalam mengetahui dan mendapatkan informasi semakin besar demi peningkatan kualitas hidup mereka. Sejalan dengan era media informasi sekarang ini yang menuntut kecepatan informasi, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ikut membawa implikasi terhadap dunia media massa, salah satunya dunia penyiaran di Indonesia.

Televisi sebagai salah satu media elektronik. Dalam komunikasi massa dianggap telah berhasil menjalankan fungsinya untuk memberikan siaran informatif, hiburan dan pendidikan kepada masyarakat luas. Televisi merupakan media yang bisa menampilkan gambar (visual) sekaligus suara (audio) yang dikemas melalui efek yang berteknologi tinggi sehingga fenomena sosial budaya yang begitu banyak dan luas bisa dihadirkan didalam ruangan yang sempit sekalipun. Penyiaran sebagai media penyalur informasi dan pembentuk pendapat umum, perannya semakin strategis, terutama dalam mengembangkan iklim demokrasi dalam berpendapat, menyampaikan dan memperoleh informasi di negara ini. Salah satu yang memberikan informasi


(17)

adalah media televisi sebagai salah satu pioneer dalam penyebaran informasi dengan menggunakan perangkat satelit, kini menjadi informasi yang terus berkembang pesat dan juga munculnya globalisasi informasi dimanapun bisa disaksikan lewat siaran jaringan televisi dengan membawa dampak yang begitu besar, baik dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan lainnya. Sebagai wujud dari kebutuhan informasi tersebut televisi juga menunjujkkan perkembangan yang sangat signifikan dengan munculnya beberapa stasiun televisi lokal di berbagai daerah di indonesia tujuan menumbuhkan kelokalan dan nuansa keberagaman yang tidak terjangkau selama orde baru. Kehadiran televisi lokal ini merupakan stasiun penyiaran dengan siaran yang terjangkau mencakup satu wilayah.

Ada alasan mengapa televisi lokal memungkinkan memiliki daya tarik, misalnya, karena adanya unsur kedekatan (proximity) emosional setiap program yang ditawarkan dengan kognisi warga masyarakat setempat. Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasinya peristiwa, juga mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupannya dan lingkungannya (Riswandi, 2009:109).

Semakin lengkapnya industri pertelevisian di Indonesia tentu bertambah dan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Pengaruh tersebut dapat dilihat ketika hadirnya Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran yang memungkinkan televisi lokal berdiri, hal ini semakin bertambah deret angka stasiun televisi di Indonesia, seperti di Medan yang merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara dan mempunyai julukan kota ketiga terbesar di indonesia. Berawal dari fakta tersebut media massa kota medan seakan tidak ketinggalan untuk ambil bagaian dalam kemajuan kota, seperti hadirnya beberapa televisi lokal, antara lain adalah TVRI Medan


(18)

Dalam hal ini, Deli TV (DTV) dengan slogan "Mantap" adalah stasiun televisi lokal pertama bagi masyarakat Medan dan sekitarnya. Jangkauan siaran : Kab Langkat, Kota Binjai , Kota Medan, Kab Deli Serdang, Kab Serdang Bedagai, Kab Batubara, Kota Tebing Tinggi , Kab Simalungun, Kab AsahanMemiliki stasiun pemancar di Sibolangit dan Studio & kantor di Jl. Wartawan simpang Jl. Intertip No.1 Medan, Indonesia. Diluncurkan tanggal 18 Desember 2005. Siaran dimulai jam 10.00 - jam 24.00 , dengan kontent hampir 50% program lokal. Hanya dalam 2 tahun, Delitv telah eksis dengan didukung hampir 70% sponsor atau iklan lokal, dengan Jam tayang : 06.00 - 24.00 (18 jam siaran) dengan program acara : Hard news (national and local) , features , Infotainment, Edutainment, Talkshow, Life style , Reality show, Music , Religion. (http://www.delitv.co.id, 2011).

Gambaran yang terjadi sekarang pada industri pertelevisian membawa konsekuensi pada pengelolaan stasiun televisi bersaing dengan ketat dalam menyuguhkan program-programnya yang membidik penonton dengan berbagai segmen. Para praktisi penyiaran televisi berlomba menayangkan program yang menarik mulai dari format hiburan serta format informasi. Kreatifitas format program tersebut terus dikembangkan oleh para praktisi penyiaran televisi sesuai keinginan dan kebutuhan khalayak yaitu diproduksi dengan berbagai format yang menarik yang mampu menghadirkan berbagai persepsi ditengah-tengah masyarakat.

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 1998 : 51). Kehadiran Deli TV (DTV) di tengah masyarakat kota Medan tidak luput dari persepsi yang bermunculan di kalangan pemirsa televisi tentang program-program yang ditayangkan stasiun televisi tersebut seperti : pilhan acara, jenis acara, tampilan, konsep/format acara, pembawa acara, kualitasnya, dan lain-lain.


(19)

Hal itu dikarekan bahwa setiap masyarakat yang menonton tayangan Deli TV (DTV) memiliki persepsi atau gambaran yang berbeda mengenai realitas keberadaan dan program acara televisi tersebut.

Persepsi mampu memberikan masukan dan perubahan yang lebih bagus dalam suatu tindakan, dikarenakan bahwa setiap orang memiliki gambaran yang berbeda di sekelinlingnya, dimaksudkan dalam hal ini adalah persepsi masyarakat yang terbentuk terhadap Deli (DTV). Penyiaran bukanlah hal yang mudah bagi televisi lokal untuk dapat menghadirkan program-program acara yang bernilai budaya lokal, tetapi tetap menarik di mata penonton terutama bagi kelompok remaja yang pada umumnya berkiblat ke barat-baratan.

Hasil riset AGB Nielsen Media Research pada tahun 2010 mencatat 31 stasiun TV lokal di 10 kota besar di Indonesia yang kepemirsaannya sudah dapat dianalisa. Jumlah yang cukup banyak, meski jumlah aktual dari stasiun televisi yang bersiaran lokal lebih besar. Secara umum, perolehan share untuk TV lokal di 10 kota di awal 2010 ini rata-rata 2,7%. Perolehan ini tidak banyak bergerak dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 2,6% (www.agbnielsen.co.id).

Berdasarkan hasil riset tersebut, dapat dilihat masih rendahnya minat masyarakat untuk menonton acara siaran televisi lokal. Hal ini berkaitan erat dengan pola perilaku penggunaan televisi di masyarakat. Beragam pilihan acara-acara yang ditawarkan stasiun televisi lokal Deli TV (DTV) memungkinkan khalayak untuk berkesempatan memilih program acara yang dapat memenuhi kebutuhannya. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa keberhasilan stasiun televisi dalam merebut simpati khalayak lokal, sangatlah tergantung dari persepsi khalayak penonton.


(20)

Berdasarkan pemikiran diatas, penelitian ini akan difokuskan pada tahap persepsi khalayak, yaitu bagaimana “Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal DELI TV Medan”.


(21)

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV Medan?”.

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini, penulis membuat pembatasan masalah supaya terperinci dan jelas, maka penulis pada prinsipnya berfokus pada Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan, adalah sebagai berikut:

1. Penelitian bersifat deskriptif, yang mana hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat hubungan.

2. Penelitian ini dibatasi pada persepsi masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan sebagai statsiun televisi lokal di Medan.

3. Objek penelitian adalah Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar yang berusia 17 s/d 50 Tahun dan pernah menonton siaranTelevisi Lokal Deli TV (DTV) Medan .


(22)

I.4 Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian sesederhana apapun tentu memiliki tujuan secara baik dan jelas. Sesuai dengan uraian diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui persepsi yang terbentuk di kalangan Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan.

2. Untuk mengetahui motif menonton televisi lokal pada Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan.

3. Untuk mengidentifikasi pola kepuasan Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan terhadap acara siaran televisi lokal Deli TV (DTV) Medan.

I.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dan sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi:

1. Secara Teoritis

penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian yang menggunakan teori komunikasi dan memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU.

2. Secara Akademis

penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU , khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bidang penelitian yang berkaitan dengan


(23)

penelitian ini serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media televisi lokal.

3. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi kepada Deli TV (DTV) tentang persepsi masyarakat Perumnas Simalingkar Medan mengenai program tayangan Deli TV (DTV) sebagi televisi lokal, sekaligus sebagai bahan masukan dalam membuat program-program yang sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat setempat.

I.6 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan pikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok–pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. (Nawawi, 1997:39).

Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel , untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono,2006:45)

I.6.1. Teori Audiens

Masing-masing audiens berbeda satu sama lain dalam hal berpikir, menanggapi pesan yang diterima, pengalaman, dan orientasi hidup (Nurudin, 2007 : 105). Sebagai komunikan yang diterpa stimuli, audiens tentu saja akan memberikan respon dan akan berbeda antara satu dengan yang lainnya.


(24)

Perbedaan respon ini menurut Melvin De Fleur (McQuail, 1994 : 235) telah dijelaskan dalam teori perbedaan individu (the individual differences theory of mass

communication effects) dengan asumsi bahwa masing-masing individu memiliki

motivasi dan pengalaman yang berbeda sebagai hasil belajar dari lingkungannya yang berbeda-beda pula. Dari lingkungannya yang berbeda ini, akan terbentuk sikap, nilai-nilai serta kepercayaan individu yang mendasari kepribadian mereka, kemudian akan mempengaruhi cara mereka memandang dan menghadapi sesuatu. Sehingga, persepsi mereka pun ikut berbeda sehubungan dengan perbedaan kepribadian (Depari, 1995 : 5).

Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach seperti dikutip Nurudin (2007 : 106 - 107) turut mengemukakan teori komunikasi massa audiens dalam melihat efek media massa, mengenai interaksi audiens dan bagaimana tindakan audiens terhadap isi media. Teori komunikasi massa audiens tersebut terbagi menjadi tiga perspektif, mencakup individual difference perspective, social categories perspective, dan social

relation perspective.

Ketiga perspektif ini jika digabung akan melahirkan gambaran teori audiens

seperti yang diungkapkan Hiebert, Ungurait dan Bohn (dalam Nurudin, 2007 : 108).

”Masing-masing dari kita adalah anggota dari sejumlah besar audiens, tetapi masing-masing audiens itu mereaksi secara individual. Interaksi kita dengan anggota audiens yang lain, bukan anggota atau bahkan pemimpin opini juga mempunyai dampak pada bagaimana kita merespon dan bahkan ikut menentukan reaksi umum kita”.

Individual Difference Perspective menggambarkan perilaku audiens berdasar teori stimulus-respon yang mana tidak ada audiens yang merespon pesan relatif sama.


(25)

Pengaruh stimulus pada masing-masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologis individu, yang berasal dari pengalaman masa lalunya.

Dalam Social Categories Perspective, audiens yang mengikuti perkumpulan sosial cenderung memiliki kesamaan norma sosial, nilai, dan sikap. Masing-masing individu memiliki kecenderung yang sama pula dalam merespon pesan, seperti yang dilakukan anggota kelompok lain dalam perkumpulan sosial. Kombinasi dari kedua perspektif ini akan menghasilkan pendekatan komunikasi massa Harold D. Lasswell “who says what to whom with what effect” (siapa mengatakan apa kepada siapa dan efeknya bagaimana) (Nurudin, 2007 : 107).

Sedangkan Social Relation Perspective yang merupakan hasil penelitian Paul Lazarfeld, Bernard Berelson, dan Elihu Katz (dalam Nurudin, 2007 : 108) mengemukakan bahwa hubungan informal mempengaruhi audiens. Dampak komunikasi massa yang diberikan, diubah dengan sangat hebat oleh individu yang mempunyai kekuatan hubungan sosial dengan anggota audiens. Hasilnya, individu dipengaruhi oleh sikap dan perilaku individu anggota audiens yang didapatkannya dari media massa. Sehingga, antarindividu saling mempengaruhi satu sama lain dan menghasilkan respon yang hampir sama.

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa khalayak dari suatu medium komunikasi bukanlah suatu kelompok monolitis, yang memberi tanggapan sama dari isi medium, melainkan khalayak memiliki selektivitas perhatian dan persepsi. Artinya, khalayak akan menanggapi isi media massa yang sesuai dengan kepentingan, kepercayaan, serta nilai-nilai sosial mereka. Secara tidak langsung, media massa memiliki pengaruh yang berbeda bagi tiap individu karena faktor perbedaan kepribadian dan psikologi individu (Depari, 1995:5).


(26)

De Fleur (McQuail, 1994 : 234 - 235) menerangkan dalam The Mecanistic Stimulus - Respon (S-R) Theory dimana behaviorisme sangat berpengaruh terhadap model ini. Model efek media massa tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Harus memperhitungkan reaksi individu, karena sekalipun reaksi yang diharapkan telah terlihat bukti reaksi itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kepribadian, sikap kecerdasan, minat, dan sebagainya. De Fleur menulis pesan media mengandung atribut rangsangan tertentu yang memiliki interaksi yang berbeda-beda dengan karakteristik kepribadian anggota audiens.

2. Semakin jelas bahwa reaksi itu berbeda-beda secara sistematis sesuai dengan kategori sosial penerima yang antara lain berdasarkan usia, pekerjaan, gaya hidup, jenis kelamin, agama dan sebagainya.

Pemilihan stimuli yang berupa informasi menyebabkan individu dapat memilih bagi dirinya informasi yang ingin diterimanya, informasi apa yang diingatnya, informasi apa yang akan disalurkan kepada orang lain.

Fisher (1986 : 218 - 219) mengatakan bahwa setiap individu memiliki selektivitas informasi. Individu memiliki dan menjalankan selektivitas ketika mereka menyandi atau mengalih sandi informasi. Individu mencari informasi yang konsisten dengan keyakinan sebelumnya dan menyimpan (mengingat) informasi yang juga konsisten dengan keyakinan semula, sehingga dengan cara itu melupakan informasi yang berbeda. Produk dari prinsip terpaan dan ingatan yang selektif ini adalah penghindaran selektif, yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung untuk menghindari atau mengabaikan informasi yang ada dalam lingkungannya yang tidak konsisten dengan keyakinan yang ada.


(27)

Pemilihan stimuli dengan sendirinya tidak akan dipersepsi semuanya oleh khalayak. Hanya stimuli-stimuli yang menimbulkan perhatian sajalah yang akan dipersepsi secara baik-baik. Perhatian dalam hal ini juga merupakan faktor yang amat menentukan dalam mempersepsi suatu obyek di samping faktor fungsional dan struktural di atas.

Kenneth E. Andersen (dalam Rakhmat, 1994 : 52) mendefinisikan perhatian sebagai suatu proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita berkonsentrasi pada salah satu alat indera yang lain.

Pemilihan stimuli melalui proses perhatian selektif tersebut dijelaskan oleh Kenneth E. Andersen (dalam Rakhmat, 1994 : 54 - 55) melalui dalil-dalil perhatian selektif sebagai berikut:

1. Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasif danrefleksif. Kita secara sengaja mencari stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya. Sekali-sekali, kita mengalihkan perhatian dari stimuli yang satu dengan memindahkannya pada stimuli yang lain.

2. Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang paling menonjol, atau melibatkan kita.

3. Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan dan kepentingan kita. Kita cenderung memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai dan kepentingan yang ada dalam mengarahkan perhatian kita, baik sebagai komunikator atau komunikate.


(28)

4. Kebiasaan yang sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita. Kita cenderung berinteraksi dengan kawan-kawan tertentu, membaca majalah tertentu, dan menonton acara TV tertentu. Hal-hal seperti ini akan menentukan rentangan hal-hal yang memungkinkan kita untuk menaruh perhatian.

5. Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan. 6. Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli lebih kuat dan lebih

hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita akan betul-betul cermat. Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita.

7. Perhatian tergantung pada kesiapan mental kita, kita cenderung mempersepsi apa yang memang ingin kita persepsi.

8. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Tidak jarang efek motivasi ini menimbulkan distraksi atau distorsi (meloloskan apa yang patut diperhatikan, atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada).

9. Intensitas perhatian tidak konstan.

10. Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan. Kita mungkin memfokuskan perhatian kepada objek sebagai keseluruhan, kemudian pada aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi pada objek secara keseluruhan.


(29)

11. Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian pada stimuli terhadap stimuli mungkin akan berhenti.

12. Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak, makin besar keragaman stimuli yang mendapat perhatian, makin kurang tajam persepsi kita pada stimuli tertentu.

13. Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian.

Berdasarkan penjelasan di atas, Sarjono (1985 : 18) menunjukkan bahwa pesan-pesan yang sampai pada komunikan apabila tidak sesuai dengan sikap dan keyakinannya akan disaring dulu melalui “mental screen” yang meliputi:

1. Selective exposure artinya kecenderungan hanya mau memperhatikan

pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada.

2. Selective perception artinya kecenderungan hanya mau

menginterpretasikan pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada.

3. Selective retention artinya kecenderungan hanya mau mengingat-ingat

pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada.

Menurut Werner J. Severin (2005 : 83 - 85), persepsi selektif merupakan kecenderungan persepsi manusia yang dipengaruhi oleh keinginan-keinginan, kebutuhan kebutuhan, sikap-sikap, dan faktor-faktor psikologi lainnya. Persepsi selektif menyiratkan bahwa orang yang berbeda dapat menanggapi pesan yang sama dengan cara yang berbeda. Persepsi dipengaruhi oleh sejumlah factor psikologis,


(30)

termasuk asumsi-asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu, harapan-harapan budaya, motivasi (kebutuhan), suasana hati (mood), serta sikap.

Khalayak dalam mengadakan selektivitas stimuli, sesuai dengan kepentingannya. Hal ini ditentukan oleh motif-motif yang terdapat dalam dirinya. Motif khalayak terhadap suatu media dilihat dari adanya dorongan-dorongan atau alasan yang menyebabkan mereka mengkonsumsi media tertentu.

Semua tingkah laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif seperti yang didefinisikan oleh Gerungan (1996 : 140 - 141) adalah “Motif manusia merupakan dorongan, keinginan hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif-motif itu memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku kita melalui minat dan perhatian kita”.

Audiens secara individual, dalam ukuran tertentu, memilih secara sadar dan termotivasi di antara berbagai pokok isi media. Menurut McQuail (1994 : 216) beberapa hal yang mendasari seseorang menggunakan atau memilih suatu isi media tertentu adalah: (1) Sumber kebutuhan (2) sosial dan psikologis, yang menimbulkan (3) harapan terhadap (4) media massa dan sumber lainnya, yang mengakibatkan (5) perbedaan pola pembedahan (exposure) media massa (atau keterlibatan dalam aktivitas lain) yang menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya.

Menurut Greenberg ( dalam Rakhmat, 2001 : 63) pemirsa mempunyai delapan motif dalam menonton televisi yaitu mengisi waktu, melupakan kesulitan, mempelajari sesuatu, mempelajari diri, memberikan rangsangan, bersantai, mencari persahabatan, kebiasaan saja.

Berdasarkan berbagai “aliran” dalam psikologi motivasional, William J. McGuire ( dalam Rakhmat, 1994 : 208) mengklasifikasikan motif penggunaan media


(31)

massa ke dalam dua kelompok besar, yakni motif kognitif dan dan motif afektif. Motif kognitif menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu, sedangkan motif afektif lebih menekankan pada aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.

Menurut Rakhmat (1994 : 208) teori behaviorisme “law of effect” adalah perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi. Artinya, khalayak tidak akan menggunakan media massa bila media massa tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan mereka. Jadi, khalayak menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu.

Perspektif khalayak media bersifat aktif dalam menerima pesan media, sehingga Kriyantono (2007 : 201) menganggap khalayak sebagai “adifferentiated set

of small groups or communities”. Khalayak dipandang sebagai anggota-anggota

kelompok yang berbeda karakteristiknya serta dimungkinkan dipengaruhi oleh karakteristik kelompoknya. Khalayak tidak berdiri sendiri dalam menerima terpaan pesan media, melainkan dipengaruhi faktor-faktor lain diluar diri khalayak seperti

reference group yang sangat menentukan bagaimana khalayak menginterpretasi dan

mengelola terpaan pesan tersebut. Khalayak pada dasarnya memiliki tingkat selektivitas yang tinggi, bukanlah penerima yang pasif. Mereka terdiri dari individu-individu yang menuntut sesuatu dari komunikator dan menyeleksi pesan-pesan yang disukai dan berguna baginya. Apabila khalayak memperoleh kesenangan sekaligus pemenuhan kebutuhan akan informasi dari sebuah stasiun televisi, maka akan timbul kepercayaan dan kecintaan terhadap stasiun televisi bersangkutan. Khalayak akan lebih memilih menonton stasiun televisi yang telah menjadi kepercayaannya meskipun tersedia berbagai alternatif stasiun lainnya.


(32)

I.7 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesa. (Nawawi,1997:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang dignakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995 : 33).

Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang meupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.7.1 Variabel bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain (Rakhmat,2004:12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan.

1.7.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat,2004:12). Variabel yang terikat dalam penelitian ini adalah televisi lokal Deli TV Medan.


(33)

1.7.3 Variabel antara (Z)

Varibel antara adalah variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. (Nawawi,1997:58). Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

I.8 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan–permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan variabel–variabel yang telah dikelompokan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1. Model Teoritis

Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga

Perumnas SimalingkarMedan

Karakteristik Responden

Televisi Lokal Deli TV Medan

Variabel bebas (X) Variabel Terikat (Y)

I.9 Variabel Operaional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk lebih memudahkan penelitian diperlukan suatu oerasional variabel terkait yaitu sebagai berikut:


(34)

Tabel 1.

Operasional Variabel

Variabel Teorotis Varibel Operasional

Variabel Bebas (X)

Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan.

1. Seleksi

2. Interpretasi

3. Reaksi

Variabel Terikat (Y)

Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan

1. Pilhan acara :

a. Acara Pendidikan b. Acara Informasi c. Acara Hiburan 2. Jenis Acara

3. Tampilan Deli TV (DTV) : a. Slogan

b. Logo

c. Kaulitas gambar dan suara d. Jangkauan Transmisi e. Format acara

f. Pembawa acara

Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Pekerjaan

5. Agama 6. Suku


(35)

I.10 Defenisi Operasional

Defenisi opersiaonal merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam krangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional juga merupakan informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1.10.1 Variabel Bebas (X)

Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, yang meliputi :

1) Seleksi, adalah proses penyaringan informasi yang diterima oleh Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan setelah menonton acara-acara televisi lokal Deli TV (DTV) Medan .

2) Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Dalam hal ini adalah pola pemikiran dan pengetahuan masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan terhadap televisi lokal Deli TV (DTV) Medan yang berhubungan dengan sistem penilaian, motivasi, kepribadian dan kecerdasan.

3) Reaksi, yaitu tingkah laku setelah berlangsung proses seleksi dan interpretasi yang membentuk suatu pendapat yakni kepuasan. Kepuasan adalah dampak dari perbandingan antara harapan masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan sebelum menonton televisi dengan yang sesungguhnya diperoleh masyarakat setelah menonton televisi local Deli TV Medan.


(36)

1.10.2 Variabel Bebas (Y)

Statsiun Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan, meliputi : 1) Pilhan acara

Pilihan acara televisi lokal adalah acara televisi yang ditonton oleh responden. Dibagi menjadi 3 kategori siaran, yaitu:

a. Acara pendidikan adalah acara televisi yang ditujukan untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. Berupa acara sekolah maupun luar sekolah.

b. Acara informasi adalah acara televisi yang bertujuan untuk menyampaikan berita dan informasi, berupa dialog, liputan dan wawancara.

c. Acara hiburan adalah acara televisi yang ditujukan untuk memberikan hiburan kepada pemirsa. Berupa film, sinetron, acara anak-anak, kuis, musik, olahraga, dan komedi.

2) Jenis informasi

Jenis Informasi adalah informasi acara atau pedoman responden untuk mengetahui tinjauan acara televisi yang disiarkan televisi lokal.

3) Tampilan Deli TV (DTV)

Tampilan yang dimaksud adalah Slogan, Logo, Kaulitas gambar dan suara, Jangkauan Transmisi, Format acara, Pembawa acara dalam mengudara sehingga mudah bagi masyarakat mengerti program-program yang disiarkan oleh Deli TV (DTV).


(37)

1.10.3 Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden, yang meliputi:

1) Usia adalah tingkatan umur dari responden

2) Jenis kelamin adalah jenis kelamin dari responden, laki-laki dan perempuan.

3) Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan responden yang terahir 4) Pekerjaan adalah pekerjaan responden saat penelitian dilakukan.

5) Durasi menonton adalah rata-rata total waktu yang dipakai untuk menonton televisi lokal perhari yang diukur dalam menit yaitu antara 30 menit perhari minimal 2 kali dalam seminggu .


(38)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi Massa

Teori merupakan proposisi yang menggambarkan satu gejala terjadi. Proposisiproposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Teori menyajikan kerangka sehingga konsep dan variabel mendapatkan arti penting, dalam teori juga terkandung konsep teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia yang dapat diobservasi (Suyanto dkk, 2005 : 34)

Ahli komunikasi massa lainnya Joseph A Devito merumuskan definisi komunikasi masa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang massa serta tentang media yang digunakannya. Devito mengemukakan definisinya dalam dua item yakni yang pertama adalah komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. (Ardianto,2004:6)

Salah satu persoalan didalam negeri ini didalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini dikarenakan banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan kepada perkembangan ilmu komunikasi, miaslnya psikologi, antropologi, ilmu manajemen, ilmu politik, linguistik, matematika dan lain-lain. Sebuah definissi yang singkat dibuat oleh Harold D Laswell, cara tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”. (Cangara, 2004:18)


(39)

Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunkan dalam berkomunikasi, apa yang dinamakan Wilbur Schramm “Frame of Reference “ atau kerangka acuan, yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings). Schramm menyatakan bahwa

filed of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting

untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung dengan lancar. Sebaliknya jika pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain, atau dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif. (Effendy,2003:30-31)

Banyak definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Bayak ragam dan titik tekan yang dikemukakan. Akan tetapi dari sekian banyak definisi yang ada terdapat benang merah dar kesamaan definisi satu sama lain, dan bahkan definisi-definisi itu sama lain saling melengkapi.

Ciri-ciri komunikasi massa antara lain : 1. Komunikator bersifat melembaga.

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Didalam komunikasi massa, komunikator adalah lembaga media massa itu sendiri. Itu artinya, komunikatornya bukan orang per orang. Menurut Alexis S Tan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisai sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkanya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam


(40)

komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, televisi, stasiun radio, majalah dan penerbit buku. Media massa disebut sebagai organisasi sosial karena merupakan kumpulan beberapa individu yang dalam proses komunikasi massa tersebut. (Nurudin,2004:16-18)

2. Komunikan bersifat anonim dan heterogen.

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen, artinya pengguna media itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, tingkat ekonomi, latar belakang budaya, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Selain itu dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. (Ardianto,2004:9)

3. Pesan bersifat umum.

Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan itu ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini memilki arti pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Kita bisa melihat televisi misalnya, karena televisi itu ditujukan dan untuk dinikmati orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemlihan kata-katanya sebisa mungkin memakai kata-kata populer, bukan kata-kata ilmiah sebab kata-kata ilmiah itu hanya ditujukan untuk kelompok tertentu.

4. Komunikasinya berlangsung satu arah.

Karena komunikasi massa itu melalui media massa , maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator


(41)

aktif menyampaikan pesan dan komunikanpun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antar pribadi. Dengan demikian komunikasi massa itu bersifat satu arah.

5. Menimbulkan keserempakan.

Dalam komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Effendi (1999), mengartikan keserempakan media massa itu ialah kontak denagn sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

6. Mengandalkan peralatan teknis.

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis adalah sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa tak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.

7. Dikontrol oleh Gatekeeper.

Gatekeeper atau yang sering disebut dengan penjaga gawang adalah orang

yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa.

Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau

mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semau informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah atau mengurangi pesan-pesannya. Intinya adalah pihak yang ikut menentukan pengemasan


(42)

sebuah pesan dari media massa. Keberadaan gatekeeper sama pentingnya dengan peralatan mekanis yang harus dipunyai media dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, gatekeeper menjadi keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya. (Nurudin, 2004:16-30) Komunikasi adalah bentuk komunikasi yang mengutamakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara misal, berjumlah banyak, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Selain itu pesan yang disampaikan cenderung terbuka dan mencapai khalayak dengan serentak.

Untuk memahami proses komunikasi massa perlu dilakukan pemahaman dengan bentuk analisis makro dan analisis mikro, walaupun pada akhirnya memiliki hasil yang sama dengan alasan khalayak menggunakan media. Joseph R. Dominick (2002:43) menyatakan bahwa motif memilih media adalah :

1. Congnition (Pengamatan)

Media digunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan masyarakat terhadap pengetahuan dan wawasan bahkan beberapa masyarakat menggunakan media untuk membangkitkan ide.

2. Diversion (Diversi)

Media digunakan sebagai sarana untuk relax dan memuaskan kebutuhan secara emosional bahkan bisa membangkitkan semangat setelah begitu jenuh dari rutintas hidup sehari-hari.

3. Social Utility (Kegunaan Sosial)

Media digunakan sebagai alat untuk mempererat kontak atau hubungan dengan teman, keluarga, dan masyarakat, misalnya membahas cerita hangat yang sedang terjadi dengan keluarga.


(43)

4. Withdraw (Menarik)

Media juga digunakan sebagai alas an untuk tidak melakukan tugas dan untuk menjaga privacy agar tidak diganggu orang lain.

5. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan khlayak yang beragam sehingga membentuk suatu pertalian yang berdasarkan minat dan kepentingan yang sama.

II.2 Teori Audiens

Masing-masing audiens berbeda satu sama lain dalam hal berpikir, menanggapi pesan yang diterima, pengalaman, dan orientasi hidup (Nurudin, 2007 : 105). Sebagai komunikan yang diterpa stimuli, audiens tentu saja akan memberikan respon dan akan berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Perbedaan respon ini menurut Melvin De Fleur (McQuail, 1994 : 235) telah dijelaskan dalam teori perbedaan individu (the individual differences theory of mass

communication effects) dengan asumsi bahwa masing-masing individu memiliki

motivasi dan pengalaman yang berbeda sebagai hasil belajar dari lingkungannya yang berbeda-beda pula. Dari lingkungannya yang berbeda ini, akan terbentuk sikap, nilai-nilai serta kepercayaan individu yang mendasari kepribadian mereka, kemudian akan mempengaruhi cara mereka memandang dan menghadapi sesuatu. Sehingga, persepsi mereka pun ikut berbeda sehubungan dengan perbedaan kepribadian (Depari, 1995 : 5).

Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach seperti dikutip Nurudin (2007 : 106 - 107) turut mengemukakan teori komunikasi massa audiens dalam melihat efek media massa, mengenai interaksi audiens dan bagaimana tindakan audiens terhadap


(44)

isi media. Teori komunikasi massa audiens tersebut terbagi menjadi tiga perspektif, mencakup individual difference perspective, social categories perspective, dan social

relation perspective.

Ketiga perspektif ini jika digabung akan melahirkan gambaran teori audiens

seperti yang diungkapkan Hiebert, Ungurait dan Bohn (dalam Nurudin, 2007 : 108).

”Masing-masing dari kita adalah anggota dari sejumlah besar audiens, tetapi masing-masing audiens itu mereaksi secara individual. Interaksi kita dengan anggota audiens yang lain, bukan anggota atau bahkan pemimpin opini juga mempunyai dampak pada bagaimana kita merespon dan bahkan ikut menentukan reaksi umum kita”.

Individual Difference Perspective menggambarkan perilaku audiens berdasar teori stimulus-respon yang mana tidak ada audiens yang merespon pesan relatif sama. Pengaruh stimulus pada masing-masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologis individu, yang berasal dari pengalaman masa lalunya.

Dalam Social Categories Perspective, audiens yang mengikuti perkumpulan sosial cenderung memiliki kesamaan norma sosial, nilai, dan sikap. Masing-masing individu memiliki kecenderung yang sama pula dalam merespon pesan, seperti yang dilakukan anggota kelompok lain dalam perkumpulan sosial. Kombinasi dari kedua perspektif ini akan menghasilkan pendekatan komunikasi massa Harold D. Lasswell “who says what to whom with what effect” (siapa mengatakan apa kepada siapa dan efeknya bagaimana) (Nurudin, 2007 : 107).

Sedangkan Social Relation Perspective yang merupakan hasil penelitian Paul Lazarfeld, Bernard Berelson, dan Elihu Katz (dalam Nurudin, 2007 : 108) mengemukakan bahwa hubungan informal mempengaruhi audiens. Dampak komunikasi massa yang diberikan, diubah dengan sangat hebat oleh individu yang


(45)

mempunyai kekuatan hubungan sosial dengan anggota audiens. Hasilnya, individu dipengaruhi oleh sikap dan perilaku individu anggota audiens yang didapatkannya dari media massa. Sehingga, antarindividu saling mempengaruhi satu sama lain dan menghasilkan respon yang hampir sama.

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa khalayak dari suatu medium komunikasi bukanlah suatu kelompok monolitis, yang memberi tanggapan sama dari isi medium, melainkan khalayak memiliki selektivitas perhatian dan persepsi. Artinya, khalayak akan menanggapi isi media massa yang sesuai dengan kepentingan, kepercayaan, serta nilai-nilai sosial mereka. Secara tidak langsung, media massa memiliki pengaruh yang berbeda bagi tiap individu karena faktor perbedaan kepribadian dan psikologi individu (Depari, 1995:5).

De Fleur (dalam McQuail, 1994 : 234 - 235) menerangkan The Mecanistic Stimulus - Respon (S-R) Theory dimana behaviorisme sangat berpengaruh terhadap model ini. Model efek media massa tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Harus memperhitungkan reaksi individu, karena sekalipun reaksi yang diharapkan telah terlihat bukti reaksi itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kepribadian, sikap kecerdasan, minat, dan sebagainya. De Fleur menulis pesan media mengandung atribut rangsangan tertentu yang memiliki interaksi yang berbeda-beda dengan karakteristik kepribadian anggota audiens. 2. Semakin jelas bahwa reaksi itu berbeda-beda secara sistematis sesuai dengan

kategori sosial penerima yang antara lain berdasarkan usia, pekerjaan, gaya hidup, jenis kelamin, agama dan sebagainya.

Pemilihan stimuli yang berupa informasi menyebabkan individu dapat memilih bagi dirinya informasi yang ingin diterimanya, informasi apa yang diingatnya, informasi apa yang akan disalurkan kepada orang lain.


(46)

Fisher (1986 : 218 - 219) mengatakan bahwa setiap individu memiliki selektivitas informasi. Individu memiliki dan menjalankan selektivitas ketika mereka menyandi atau mengalih sandi informasi. Individu mencari informasi yang konsisten dengan keyakinan sebelumnya dan menyimpan (mengingat) informasi yang juga konsisten dengan keyakinan semula, sehingga dengan cara itu melupakan informasi yang berbeda. Produk dari prinsip terpaan dan ingatan yang selektif ini adalah penghindaran selektif, yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung untuk menghindari atau mengabaikan informasi yang ada dalam lingkungannya yang tidak konsisten dengan keyakinan yang ada.

Pemilihan stimuli dengan sendirinya tidak akan dipersepsi semuanya oleh khalayak. Hanya stimuli-stimuli yang menimbulkan perhatian sajalah yang akan dipersepsi secara baik-baik. Perhatian dalam hal ini juga merupakan faktor yang amat menentukan dalam mempersepsi suatu obyek di samping faktor fungsional dan struktural di atas.

Kenneth E. Andersen (dalam Rakhmat, 1994 : 52) mendefinisikan perhatian sebagai suatu proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita berkonsentrasi pada salah satu alat indera yang lain.

Pemilihan stimuli melalui proses perhatian selektif tersebut dijelaskan oleh Kenneth E. Andersen (dalam Rakhmat, 1994 : 54 - 55) melalui dalil-dalil perhatian selektif sebagai berikut:

1. Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasif danrefleksif. Kita secara sengaja mencari stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya. Sekali-sekali, kita mengalihkan perhatian dari stimuli yang satu dengan memindahkannya pada stimuli yang lain.


(47)

2. Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang paling menonjol, atau melibatkan kita.

3. Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan dan kepentingan kita. Kita cenderung memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai dan kepentingan yang ada dalam mengarahkan perhatian kita, baik sebagai komunikator atau komunikate.

4. Kebiasaan yang sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita. Kita cenderung berinteraksi dengan kawan-kawan tertentu, membaca majalah tertentu, dan menonton acara TV tertentu. Hal-hal seperti ini akan menentukan rentangan hal-hal yang memungkinkan kita untuk menaruh perhatian.

5. Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan.

6. Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli lebih kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita akan betul-betul cermat. Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita.

7. Perhatian tergantung pada kesiapan mental kita, kita cenderung mempersepsi apa yang memang ingin kita persepsi.

8. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Tidak jarang efek motivasi ini menimbulkan distraksi atau distorsi (meloloskan apa yang patut diperhatikan, atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada).


(48)

10. Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan. Kita mungkin memfokuskan perhatian kepada objek sebagai keseluruhan, kemudian pada aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi pada objek secara keseluruhan.

11. Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian pada stimuli terhadap stimuli mungkin akan berhenti.

12. Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak, makin besar keragaman stimuli yang mendapat perhatian, makin kurang tajam persepsi kita pada stimuli tertentu.

13. Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian.

Berdasarkan penjelasan di atas, Sarjono (1985 : 18) menunjukkan bahwa pesan-pesan yang sampai pada komunikan apabila tidak sesuai dengan sikap dan keyakinannya akan disaring dulu melalui “mental screen” yang meliputi:

1. Selective exposure artinya kecenderungan hanya mau memperhatikan

pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada. 2. Selective perception artinya kecenderungan hanya mau menginterpretasikan

pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada.

3. Selective retention artinya kecenderungan hanya mau mengingat-ingat pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada. Menurut Werner J. Severin (2005 : 83 - 85), persepsi selektif merupakan kecenderungan persepsi manusia yang dipengaruhi oleh keinginan-keinginan, kebutuhan kebutuhan, sikap-sikap, dan faktor-faktor psikologi lainnya. Persepsi


(49)

selektif menyiratkan bahwa orang yang berbeda dapat menanggapi pesan yang sama dengan cara yang berbeda. Persepsi dipengaruhi oleh sejumlah factor psikologis, termasuk asumsi-asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu, harapan-harapan budaya, motivasi (kebutuhan), suasana hati (mood), serta sikap.

Khalayak dalam mengadakan selektivitas stimuli, sesuai dengan kepentingannya. Hal ini ditentukan oleh motif-motif yang terdapat dalam dirinya. Motif khalayak terhadap suatu media dilihat dari adanya dorongan-dorongan atau alasan yang menyebabkan mereka mengkonsumsi media tertentu.

Semua tingkah laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif seperti yang didefinisikan oleh Gerungan (1996 : 140 - 141) adalah “Motif manusia merupakan

dorongan, keinginan hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif-motif itu memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku kita melalui minat dan perhatian kita”.

Audiens secara individual, dalam ukuran tertentu, memilih secara sadar dan termotivasi di antara berbagai pokok isi media. Menurut McQuail (1994 : 216) beberapa hal yang mendasari seseorang menggunakan atau memilih suatu isi media tertentu adalah: (1) Sumber kebutuhan (2) sosial dan psikologis, yang menimbulkan (3) harapan terhadap (4) media massa dan sumber lainnya, yang mengakibatkan (5) perbedaan pola pembedahan (exposure) media massa (atau keterlibatan dalam aktivitas lain) yang menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya.

Menurut Greenberg ( dalam Rakhmat, 2001 : 63) pemirsa mempunyai delapan motif dalam menonton televisi yaitu mengisi waktu, melupakan kesulitan, mempelajari sesuatu, mempelajari diri, memberikan rangsangan, bersantai, mencari persahabatan, kebiasaan saja.


(50)

Berdasarkan berbagai “aliran” dalam psikologi motivasional, William J. McGuire ( dalam Rakhmat, 1994 : 208) mengklasifikasikan motif penggunaan media massa ke dalam dua kelompok besar, yakni motif kognitif dan dan motif afektif. Motif kognitif menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu, sedangkan motif afektif lebih menekankan pada aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.

Rakhmat (1994 : 208) teori behaviorisme “law of effect” adalah perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi. Artinya, khalayak tidak akan menggunakan media massa bila media massa tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan mereka. Jadi, khalayak menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu.

Perspektif khalayak media bersifat aktif dalam menerima pesan media, sehingga Kriyantono (2007 : 201) menganggap khalayak sebagai “adifferentiated set

of small groups or communities”. Khalayak dipandang sebagai anggota-anggota

kelompok yang berbeda karakteristiknya serta dimungkinkan dipengaruhi oleh karakteristik kelompoknya. Khalayak tidak berdiri sendiri dalam menerima terpaan pesan media, melainkan dipengaruhi faktor-faktor lain diluar diri khalayak seperti

reference group yang sangat menentukan bagaimana khalayak menginterpretasi dan

mengelola terpaan pesan tersebut. Khalayak pada dasarnya memiliki tingkat selektivitas yang tinggi, bukanlah penerima yang pasif. Mereka terdiri dari individu-individu yang menuntut sesuatu dari komunikator dan menyeleksi pesan-pesan yang disukai dan berguna baginya. Apabila khalayak memperoleh kesenangan sekaligus pemenuhan kebutuhan akan informasi dari sebuah stasiun televisi, maka akan timbul kepercayaan dan kecintaan terhadap stasiun televisi bersangkutan. Khalayak akan


(51)

lebih memilih menonton stasiun televisi yang telah menjadi kepercayaannya meskipun tersedia berbagai alternatif stasiun lainnya.

II.3 Persepsi

Menurut Rakhmat (1998 : 51) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan.

Menurut Ruch (1967 : 300) persepsi adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan (Atkinson dan Hilgard , 1991 : 201).

Persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358).

Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209). Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung


(52)

menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).

Dalam kajian etimologis, persepsi (dalam Bahasa Inggris perception) berasal dari Bahasa Latin perceptio, dari percipere, yang memiliki makna menerima atau mengambil. Dalam arti sempit, Leavitt mendefinisikan persepsi sebagai penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, Leavitt mendeskripsikan persepsi sebagai pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang mamandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).

Alex Sobur (2003 : 446) membagi proses persepsi menjadi 3 tahap, yaitu: seleksi, interpretasi dan reaksi: Dimana :

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Dalam fase ini rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Namun, persepsi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi, yaitu tingkah laku setelah berlangsung proses seleksi dan interpretasi.

Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi dan pembulatan terhadap informasi yang sampai serta melakukan reaksi atas informasi tersebut.


(53)

II.4 Motif Penggunaan Media

Pada dasarnya “motif” dan ‘motivasi’ artinya hampir sama hanya berbeda pada penempatan kalimat saja. Menurut Kartini Kartono motivasi adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seorang untuk berbuat ; atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia (Kartini, 2002:147). Dengan kata lain motivasi adalah dorongan terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dorongan disini adalah desakan alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup. Dari definisi tersebut, motif jika dihubungan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang menggunakan media.

II.5 Televisi

Hadirnya televisi mau tidak mau harus dapat diterima karena sudah merupakan suatu kebutuhan informasi bagi masyarakat agar kita tidak tertinggal oleh kemajuan peradaban teknologi, sekaligus mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di belahan dunia lain. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia.

Fungsi televisi hampir sama dengan media komunikasi lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni sebagai alat informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Media televisi memiliki berbagai karakteristik yang membedakannya dengan media massa lainnya, yaitu:

1. Audiovisual

2. Berpikir dalam gambar


(54)

Ada tiga dampak yang ditimbulkan acara televisi terhadap pemirsanya, yaitu : 1. Dampak kogntif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk

menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi yang mempengaruhi pemirsa untuk menirunya.

3. Dampak prilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan di acara teevisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Wahyudi,1996:54).

Darwanto (2007) mengemukakan dalam kaitannya terhadap peningkatan pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain :

1. Frekuensi menonton.

Melalui frekuensi menonton komunikan, dapat dilihat pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan.

2. Waktu penayangan.

Apakah waktu penayangan sebuah acara sudah tepat atau sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju. Misalnya tayangan yang dikhususkan bagi pelajar, hendaknya ditayangkan pada jam setelah kegiatan belajar di sekolah usai.

3. Kemasan acara.

Agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas atau ditampilkan secara menarik.


(55)

Dalam menyampikan pesan dari suatu tayangan, apakh host atau pembawa acara sudah cukup komunikatif dan menarik, sehingga dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya dan juga dapat memahami pesan yang disampaikan.

5. Pemahaman pesan.

Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami setiap materi atau pesan yang disampaikan oleh suatu tayangan.

II.6 Media Televisi Lokal dan Perkembangannya

Media massa lokal adalah media massa yang isi kandungan beritanya mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola.

Menurut Zakbah (dalam Depdikbud RI (1997), media massa lokal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Media massa itu dikelola oleh organisasi yang berasal dari masyarakat setempat.

2. Isi media massa lokal mengacu dan menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat.

3. Isi media massa sangat mementingkan berita-berita tentang berbagai peristiwa, kejadian, masalah, dan personalia atau tokoh-tokoh pelaku masyarakat setempat.

4. Masyarakat media massa lokal terbatas pada masyarakat yang sewilayah dengan tempat kedudukan media massa itu.


(56)

5. Masyarakat lokal umumnya kurang bervariasi dalam struktur ataupun diferensiasi sosial bila dibandingkan dengan masyarakat media massa nasional.

Stasiun televisi lokal adalah stasiun televisi yang jangkauannya hanya meliputi wilayah tertentu saja. Menurut data Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), saat ini televisi lokal yang sudah menjadi anggota ATVLI adalah sebanyak 31 stasiun televisi lokal yang salah satu diantaranya adalah Deli TV medan. (http://www.altvli.co.id, 2011).


(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III. 1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III. 1. 1 Situasi Kelurahan Mangga

Kelurahan Mangga terletak atau termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Tuntungan. Pemukiman ini adalah pemukiman padat penduduk yang mana hampir dari keseluruhan warga memiliki akses informasi seperti televisi.

Tanahnya subur dan juga sangat dijaga kehijauannya. Maksudnya adalah bahwa di Kelurahan Mangga terdapat banyak sekali tanaman hijau yang selalu diusahakan agar tetap terjaga kesegarannya. Hal ini dimaksudkan agar pemukiman yang padat penduduk ini tidak terlihat gersang, tetapi juga tetap terlihat segar walaupun daerahnya sangat padat akan perumahan dan jumlah penduduknya besar.

III. 1. 2 Luas Wilayah Kelurahan

Luas wilayah Kelurahan Mangga ini adalah sekitar 286Ha. Yang seluruhnya terdiri dari dataran dan tidak ada perbukitan atau pegunungan. Dan sebanyak 95Ha adalah pemukiman KPR-BTN dan sebanyak 88Ha adalah pemukiman umum.

III. 1. 3 Batas Wilayah

Kelurahan Mangga termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Tuntungan. Kelurahan Mangga ini berbatasan dengan :

− Sebelah utara berbatasan dengan Sempakata − Sebelah selatan berbatasan dengan Simalingkar A − Sebelah barat berbatasan dengan Simpang Selayang −


(58)

III. 2 DEMOGRAFI KELURAHAN MANGGA

III. 2. 1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga

Jumlah penduduk Kelurahan Mangga adalah sebanyak 27273 jiwa. Yang diantaranya bila diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin maka terdiri dari 13.377 jiwa laki-laki dan sisanya sebanyak 13.896 jiwa perempuan. Dan dengan jumlah 5.442 Kepala Keluarga.

Adapun klasifikasi penduduk Kelurahan Mangga berdasarkan golongan usia dan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2

Klasifikasi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin

No Golongan umur

Jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 Batita 928 954 1882

2 Balita 427 548 975

3 6 – 13 tahun 765 789 1554

4 14 – 16 tahun 1020 1104 2124

5 17– 22 tahun 1311 1393 2704

6 23 – 28 tahun 1321 1112 2433

7 29 – 34 tahun 2127 2416 4543

8 35 – 40 tahun 1923 2097 4020

9 41 – 50 tahun 1611 1563 3174

10 51 – 56 tahun 1169 1076 2245

11 57 – 60 tahun 627 663 1290

12 Lebih dari 60 tahun 148 181 329

Jumlah 13377 13896 27273


(1)

sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Namun, persepsi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. Dalam peneltitian ini interpretasi diartikan sebagai pilihan acara Deli TV (DTV) Medan yang mampu menarik perhatian dan memberikan sesuatu yang baru dalam pemikiran responden serta mampu memberikan pengertian dalam diri responden. Dari analisa yang dilakukan, Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan pada tahap seleksi adalah dengan hasilan baik dan bernilai positif.

4. Persepsi pada tahap reaksi merupakan tingkah laku setelah berlangsung proses seleksi dan interpretasi. Dalam hal ini, penulis mengartikan sebagai suatu proses penilaian yang dilakukan oleh responden terhadap pola kepuasan responden sebelum dan sesudah menonton acara Deli TV (DTV) Medan. Dari analisa yang dilakukan, Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan pada tahap seleksi adalah dengan hasilan baik dan bernilai positif.

5. Dari analisa yang dilakukan didapatkan bahwa pengetahuan Masyarakat tentang program acara Deli TV (DTV) Medan masuk dalam ketegori penilaian tinggi. Kemudian sikap masyarakat terhadap program acara di Deli TV (DTV) Medan masuk dalam kategori penilaian baik. Indikator perilaku masyarakat terhadap program acara di Deli TV (DTV) Medan masuk dalam penilaian yang positif.

6. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap Deli TV (DTV) Medan Sebagai Media Lokal


(2)

adalah baik, karena program acaranya di indikator dapat menambah pengetahuan.

7. Sikap masyarakat dan perilaku masyarakat terhadap program acara di Deli TV (DTV) Medan dikategorikan sebagai nilai positif. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas simalingkar terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan adalah Positif dan bernilai baik. Serta persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas simalingkar terhadap program acara Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan memiliki kualitas yang baik dan nilai yang positif.

8. Jika dikaitkan dengan teori yang digunakan yaitu teori Komunikasi Massa, hasil dari penelitian ini merupakan efek dari adanya sebuah proses Komunikasi Massa, yaitu efek afektif, kognitif dan behavioral. Efek komunikasi tersebut diwujudkan melalui pengetahuan, sikap dan perilaku Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar terhadap fungsi Deli TV (DTV) Medan sebagai Media Lokal.

V.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran yang mengacu pada kesimpulan serta penemuan penelitian dilapangan. Saran berikut bisa dijadikan sebagai masukan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap penelitian ini. Adapun saran yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Diperlukan adanya peneltian lebih lanjut yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti sebelumnya guna mengetahui lebih lanjut pola perkembangan dan tingkat pengetahuan yang terjadi di tegah-tengah


(3)

masyarakat terhadap perkembangan televisi lokal dengan menggunakan metode penelitian yang lebih baik lagi.

2. Diharapkan adanya suatu metode yang baik guna mengukur tingkat pengetahuan masyarakat terhadap televisi lokal yang bertguna untuk membangun mutu perkembangan pertelevisian lokal.

3. Televisi lokal sebagai suatu sarana media komunikasi daerah yang optimal seharusnya harus mampu memberikan gambaran pengetahuan yang bersifat lebih mendidik dan membangun tingkat kecerdasan serta mampu mempertahankan budaya dan tradisi daerah lokal.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alexis.S .Tan. 1981. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi.Jakarta - Jurnal Press.

Pembangunan. Erlangga - Jakarta.

Effendy. 2003. Konstruksi Sosial Industri Penyiaran. Jakarta, Departemen Ilmu Komunikasi Penyiaran FISIP UI.

Gerungan. 1996. Interaksi Social Dalam Hubungan Antar Manusia. Erlangga - Jakarta Indonesia.

Kaplan. A. 1964. Metodologi untuk Ilmu Perilaku. San Francisco. CA: Chandler. Kriyantono Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta; Kencana. McQuail, Dennis and Sven Windahl. 1993. Communication Model : For The Study of

Mass Communication. 2 nd Edition. New York: Longman Inc. McQuail Dennis. 1994. Teori Komunikasi Massa. Jakarta - Erlangga.

Morissan, 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Erlangga - Jakarta Indonesia.

Nawawi Hadari, 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.

Hadari, 2001. Bidang Metode Penelitian Sosial. Gajah Mada University Press Yogyakarta.

Nurudin. 2007. Komunikasi Massa, Malang : Cespur.

Rachmat, Jalaluddin. 1991. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rachmiati Atie. 2007. Profil Isi dan Penyajian Siaran Televisi Lokal di Jawa Barat Jurnal Penelitian Komunikasi Vol.10 No. 2 Tahun 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Informasi. Bandung: Depkominfo.


(5)

Riswandi. 2009. Dasar-Dasar Penyiaran. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Singarimbun, Masridan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Werner J. Severin 2005. Journalism & Mass Communication Quarterly American Association of Schools and Departments of Journalism, asosisasi (Sekolah Jurnalistik & Komunikasi Massa Triwulan Amerika dan Departemen Jurnalisme). American Journalism, co.int


(6)

SUMBER LAIN :

http:// www.agbnielsen.co.Id, 2011. http://www.altvli.co.id, 2011. http://www.delitv.co.id, 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/daftar_tv_lokal_indonesia. Diakses Mei 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Stasiun_televisi_menurut_provinsi_diIndonesia. Diakses Mei 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan#Televisi Diakses Mei 2011.

http://agbnmr.com/whereweare/localnews.asp?id=480&country=Indonesia&newstype =L&mode=full&language=Bahasa%20Indonesia. Diakses Mei 2011.

http://www.agbnielsen.com/Uploads/Indonesia/AGBNielsenNewsletterFebruary2010-Ind.pdf diakses Mei 2011.

http://komunikasi_massa_dan_televisi, Diakses Mei 2011.


Dokumen yang terkait

Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

2 86 149

Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi)

1 28 78

Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM Di Televisi)

7 86 80

Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lingkungan 11 Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar A Medan

0 68 88

Analisis Pengaruh Iklan TV Oli Top 1 Terhadap Minat Membeli Masyarakat Perumnas Simalingkar Medan

1 41 100

Evaluasi Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah Studi Kasus: Perumnas Simalingkar

0 31 13

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG HIDUP HARMONIS DALAM MASYARAKAT MAJEMUK (STUDI KASUS PERUMNAS SIMALINGKAR KELURAHAN MANGGA KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN).

0 3 24

Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi)

0 0 8

BAB II GAMBARAN UMUM LINGKUNGAN 11 KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR A MEDAN 2.1 Latar Belakang berdirinya Perumnas Simalingkar A - Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lingkungan 11 Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar A Medan

0 0 19

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT LINGKUNGAN 11 KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR A MEDAN (1986-2000)

0 0 12