POTENSI WISATA ALAM DI PEMATANG TANGGANG DESA NEGERI KECAMATAN KELUMBAYAN KABUPATEN TANGGAMUS

(1)

ABSTRACT

NATURAL TOURISTIC POTENTIAL IN PEMATANG TANGGANG VILLAGE OF NEGERI KELUMBAYAN SUB-DISTRICT DISTRICT OF

TANGGAMUS By

BOBBY AFFANDY

Pematang tanggang has a lot of potential tourism resources. Hawever there is no sufficient information about the aspects supporting the area to be developed as a tourist destination. The aims of the study were to examine the potential and natural touristic attraction in pematang tanggang, and to calculate the beauty value of those potential. Direct observation and interview were employed as the data collection methods, accidental sampling was used as the respondent determined.

Scenic beauty estimationand descriptive analysis were emplayed as data analysis method. The results of the study shows that the potential and the natural touristic attraction in Pematang Tanggang are; Tanggang waterfall, Payung waterfall, view to the Lampung bay , and wolf tree. Activities could be done are encamped, photography, bird watching, primate watching, and rock climbing. Based on the

scenic beauty estimation method the value of potential and natural touristic attraction in Pematang Tanggang from the higest to the are; Tanggang waterfall (33), Payung waterfall (20), view to the Lampung bay (4), and wolf tree (0).


(2)

ABSTRAK

POTENSI WISATA ALAM DI PEMATANG TANGGANG DESA NEGERI KECAMATAN KELUMBAYAN KABUPATEN

TANGGAMUS Oleh

BOBBY AFFANDY

Pematang Tanggang memiliki banyak potensi sumberdaya wisata, namun belum ada informasi yang memadai mengenai aspek-aspek yang mendukung daerah ini untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan daya tarik wisata alam yang ada di Pematang Tanggang, dan menghitung nilai keindahan dari potensi tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan (observation), dan wawancara secara langsung dengan responden yang ditentukan oleh metode accidental samplinguntuk memberikan penilaian tehadap keindahan potensi wisata. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dan scenic beauty estimation. Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi dan daya tarik obyek wisata alam di Pematang Tanggang adalah air terjun tanggang, air terjun payung, pemandangan lepas kearah teluk lampung, dan pohon serigala(wolf tree). Kegiatan yang dapat dilakukan adalah berkemah, fotografi (photography), pengamatan burung(bird watching),pengamatan primata(primata watching),dan panjat tebing (rock climbing). Berdasarkan metode scenic beauty estimation

(SBE) potensi dan daya tarik wisata alam di Pematang Tanggang dari yang paling tinggi sampai ke yang paling rendah adalah sebagai berikut; air terjun tanggang (33), air terjun payung (20), pemandangan lepas ke arah teluk Lampung (4), pohon serigala(wolf tree)(0).


(3)

POTENSI WISATA ALAM DI PEMATANG TANGGANG DESA NEGERI KECAMATAN KELUMBAYAN KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

BOBBY AFFANDY

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

POTENSI WISATA ALAM DI PEMATANG TANGGANG DESA NEGERI KELUMBAYAN KABUPATEN TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh

BOBBY AFFANDY

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 5

2. Peta Lokasi Penelitian Potensi Wisata Alam di Pematang Tanggang Desa Negeri Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus ... 14

3. Air Terjun Tanggang pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 28

4. Air Terjun Payung pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 29

5. Pemandangan Lepas pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 30

6. Pohon Serigala (Wolf Tree) pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 31

7. Masjid di Dusun Pematang Kuyung pada Penelitian Bulan Juni 2014 .. 33

8. Kondisi Jalan Dari Pasar Bawang Menuju Pekon Negeri Kelumbayan pada Penelitian Bulan Juni 2014... 34

9. Jembatan Beton di Dusun Kuyung pada Penelitian Bulan Juni 2014 .... 35

10. Suplai Jaringan Air ke Dusun Pematang Kuyung pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 36

11. Mesin Turbin Listrik pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 37

12. Grafik Klasifikasi Penilaian Potensi Wisata Alam Berdasarkan Latar Belakang Pekerjaan Responden pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 39

13. Grafik Klasifikasi Penilaian Potensi Wisata Alam Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Responden pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 40

14. Grafik Nilai SBE pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 42

15. Potensi Wisata 1 pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 63


(6)

v

17. Potensi Wisata 3 pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 64 18. Potensi Wisata 4 pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 64 19. Wawancara dengan Responden pada Penelitian Bulan Juni 2014 ... 65


(7)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... v

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 2

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Kerangka Pemikiran ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Pengertian Obyek Wisata ... 6

B. Pengertian Wisata Alam ... 7

C. Pengertian Potensi dan Daya Tarik Wisata ... 8

D. Penawaran Rekreasi Alam ... 10

E. Pengertian Wisatawan ... 11

F. Scenic Beauty Estimation (SBE) ... 11


(8)

ii

III. METODE PENELITIAN ... 14

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

B. Objek dan Alat Penelitian ... 14

C. Batasan Penelitian ... 15

D. Jenis Data ... 15

1. Data Primer ... 15

2. Data Sekunder ... 16

E. Metode Pengumpulan Data ... 16

1. Pengamatan dilapangan ... 16

2. Wawancara ... 16

F. Analisis Data ... 18

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 21

A. Letak dan Kondisi Geografis ... 21

B. Topografi ... 21

C. Jenis Tanaman dan Hewan ... 22

D. Jumlah Penduduk ... 23

1. Jumlah Penduduk berdasarkan Umur ... 23

2. Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ... 24

3. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Potensi dan Daya Tarik Wisata Alam ... 26

1. Daya Tarik Wisata Alam ... 27

2. Fasilitas dan Pelayanan ... 32

3. Infrastruktur ... 34

4. Aksesbilitas ... 38

B. Pendugaan Nilai Keindahan ... 38

1. Penilaian Berdasarkan Latar Belakang Pekerjaan Responden . 38 2. Penilaian Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Responden 40 3. Penilaian Berdasarkan MetodeScenic Beauty Estimation... 42

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44


(9)

iii B. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN... 48


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penggunaan Lahan di Pekon Negeri ... 22

2. Jumlah Penduduk Pekon Negeri Berdasarkan Umur ... 23

3. Jumlah Penduduk Pekon Negeri Berdasarkan Mata Pencaharian ... 24

4. Jumlah Penduduk Pekon Negeri Berdasarkan Tingkat Pendidikan .... 25

5. Aksesbilitas Menuju Pekon Negeri Kelumbayan ... 38

6. Hasil Penilaian Responden terhadap Potensi Wisata ... 52

7. Hasil Penilaian Rata-rata Responden terhadap Potensi Wisata ... 60

8. Nilai Z Masing-masing Foto Potensi Wisata ... 61

9. Perhitungan Nilai SBE Masing-masing Foto Potensi Wisata ... 62


(11)

(12)

(13)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji syukur hamba panjatkan kepada Allah SWT

atas rahmat, nikmat serta kasih sayang yang senantiasa tercurah pada hamba.

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada Papah dan Mamah ku yang tidak

henti- hentinya memberi dorongan moral, materil serta doa untuk keberhasilan

dan kesuksesanku.

Abangku Bramciko dan Adikku Cindy Mustika Sari tercinta, serta

sahabat-sahabatku terima kasih atas motivasi dan canda tawa kalian selama ini.


(14)

RIWAYAT HIDUP

Dengan rahmat AllahSWT penulis Bobby affandy dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Maret 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Anthony dan Ibu Hadijah. Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak Kartika Jaya 27 tahun 1995, SD Kartika Jaya II-5 tahun 1996, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2002 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2008.

Penulis menjadi mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian tahun 2008 melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Lapang di Kebun Raya Bogor, Seameo Biotrop, Bogor dan Manggala Wanabakti, Jakarta pada tahun 2010. Penulis telah melakukan Praktek Umum selama 40 hari di KPH Cianjur BKPH Tanggeung pada tahun 2012.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan intra kampus, yakni menjadi anggota dan pengurus periode 2009-2010 Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA). Penulis telah mengikuti Seminar Nasional Konferensi Nasional Sylva Indonesia (KNSI) XV tahun 2010, Seminar Nasional Pertanian Universitas Lampung tahun 2012, Seminar Kukang (Nicticebus coucang) Universitas Lampung tahun 2012.


(15)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbilalamin penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Potensi Wisata Alam di Pematang Tanggang Desa Negeri Kelumbayan KabupatenTanggamus”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Utama pada ujian skripsi. Terimakasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu

4. Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P., selaku Sekertaris Jurusan Kehutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung sekaligus selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terimakasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu


(16)

5. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku Pembimbing kedua atas kesedian memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Selamet terimakasih atas fasilitas dalam melaksanakan penelitian.

7. Bapak Solihin dan Bapak Solehan atas bantuannya dalam melaksanakan penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Penulis


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kekayaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari sumberdaya hewani, nabati, gejala dan keunikan alam atau keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari. Pemanfaatan potensi sumberdaya alam flora dan fauna serta jasa lingkungannya di kawasan pelestarian alam dan hutan lindung mengacu kepada prinsip-prinsipsocial forest management

yang dalam pemanfaatannya berazaskan kelestarian ekologi, sosial dan ekonomi.

Salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi dan keunggulan adalah Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW). Potensi dan Daya Tarik Wisata Alam yang dimiliki Indonesia antara lain berupa keanekaragaman hayati, keindahan bentang alam, gejala alam, peninggalan sejarah, keunikan dan keaslian budaya tradisional yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat. Kondisi tersebut sesungguhnya memiliki potensi yang besar di bidang pariwisata alam dan tidak kalah dengan negara yang pariwisatanya lebih


(18)

2

maju. Potensi-potensi tersebut merupakan modal yang dapat memberikan sumbangan besar pada pembangunan ekonomi lokal, regional dan terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan industri pariwisata (Sugiharto, 2011).

Pemberdayaan wilayah dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan suatu langkah untuk meningkatkan peran dan kontribusi daerah tersebut menuju kemandirian bangsa (Nandi, 2005). Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang sedang berusaha mensejajarkan diri dengan daerah-daerah wisata lainnya yang lebih dahulu berkembang (Setiawan, 2012). Lokasi yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata di Kabupaten Tanggamus relatif banyak. Satu diantaranya adalah Pematang Tanggang yang tidak jauh dari obyek wisata Teluk Kiluan (Pangkey, 2012). Pematang Tanggang memiliki variasi sumberdaya yang menarik untuk wisata seperti pemandangan lepas, suhu yang sejuk, air terjun, keanekaragaman burung, keanekaragaman primata, dan hutan dengan segala keanekaragamannya. Meskipun Pematang Tanggang memiliki banyak potensi sumberdaya wisata namun belum ada hasil kajian tentang aspek-aspek yang mendukung daerah ini untuk dikembangkan menjadi obyek wisata, sehingga data dan informasinya masih bersifat umum. Sedangkan untuk pengembangan wisata suatu daerah diperlukan kajian mendalam dari berbagai aspek. Pada kasus ini akan diteliti potensi wisata alam di Pematang Tanggang agar dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata yang mendukung kelestarian alam dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.


(19)

3

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja potensi dan daya tarik wisata yang terdapat di Pematang Tanggang Desa Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.

2. Berapakah nilai keindahan potensi dan daya tarik wisata alam yg terdapat di Pematang Tanggang, Desa Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui potensi dan daya tarik wisata alam di Pematang Tanggang Desa Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.

2. Mengetahui nilai keindahan dari obyek yang memiliki potensi dan daya tarik wisata alam di Pematang Tanggang, Desa Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai informasi bagi masyarakat kelumbayan dan masyarakat luas tentang potensi wisata di Pematang Tanggang, Desa Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.


(20)

4

2. Sebagai masukan kepada pihak terkait (stakeholders) terutama pemerintah daerah dan instansi terkait dalam mengembangkan potensi wisata yang akan datang serta sebagai bahan acuan bagi penelitian lebih lanjut.

E. Kerangka Penelitian

Kabupaten Tanggamus memiliki banyak obyek wisata yang mengagumkan. Teluk kiluan merupakan salah satu obyek wisata yang sudah sering dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Sesungguhnya di wilayah ini masih banyak potensi obyek wisata yang belum tergali. Salah satunya Pematang Tanggang yang berada tidak jauh dari obyek wisata teluk kiluan. Hingga saat ini data dan informasi mengenai potensi wisata alam Pematang Tanggang masih sangat terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai potensi-potensi wisata alam yang ada di Pematang Tanggang.

Penelitian ini menggunakan metode observasi dan estimasi keindahan Scenic Beauty Estimation (SBE). Data mengenai potensi wisata yang ada di Pematang Tanggang, Desa Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus didapatkan dengan pengamatan langsung di lapangan, data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabulasi. Potensi yang dianggap memiliki nilai daya tarik wisata diambil gambarnya, untuk kemudian ditunjukkan kepada responden untuk diberikan penilaian daya tariknya. Nilai tersebut kemudian dihitung menggunakan metode SBE.

Data-data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan sebagai informasi bagi masyarakat dan digunakan sebagai masukan kepada pihak terkait


(21)

5

(stakeholders) terutama pemerintah daerah atau instansi terkait dalam mengembangkan potensi wisata yang akan datang di Kabupaten Tanggamus. Serta sebagai bahan acuan bagi penelitian lebih lanjut.

Gambar 1. Kerangka pemikiran.

Potensi Wisata Alam

Jenis potensi alam meliputi:

• Keanekaragaman hayati

• Keindahan bentang alam

• Suhu yang sejuk

• Air terjun

• Dan hutan dengan segala keanekaragamannya

Pemanfaatan

Masyarakat Pemerintah Swasta

Pembangunan wilayah dan pemanfaatan untuk kesejahteraan masyarakat

PeranStakeholder

Potensi wisata alam:

• Peluang

• Kekuatan

• Hambatan

• Kelemahan

Strategi pengembangan dalam rangka pemanfaatan potensi wisata alam


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Obyek Wisata

Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan (something to see). Di luar negri obyek wisata disebut tourist atraction (atraksi wisata), sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan objek wisata. Mengenai pengertian objek wisata, kita dapat melihat dari beberapa sumber antara lain:

1. Peraturan Pemerintah No.24/1979.

Objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.

2. Surat Keputusan Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No.KM 98/PW:102/MPPT-87.

Obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

Menurut Yoeti (1996), suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata (DTW) yang baik, harus mengembangkan tiga hal agar daerah tersebut menarik untuk dikunjungi, yakni:


(23)

7

a. Adanya sesuatu yang dapat dilihat (something to see), maksudnya adanya sesuatu yang menarik untuk dilihat, dalam hal ini obyek wisata yang berbeda dengan tempat-tempat lain (mempunyai keunikan tersendiri). Disamping itu perlu juga mendapat perhatian terhadap atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagientertainmentbila orang berkunjung nantinya.

b. Adanya sesuatu yang dapat dibeli (something to buy), yaitu terdapat sesuatu yang menarik yang khas untuk dibeli dalam hal ini dijadikan cendramata untuk dibawa pulang ke tempat masing-masing sehingga di daerah tersebut harus ada fasilitas untuk dapat berbelanja yang menyediakan souvenir maupun kerajinan tangan lainnya dan harus didukung pula oleh fasilitas lainnya seperti money changerdan bank.

c. Adanya sesuatu yang dapat dilakukan (something to do), yaitu suatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu yang bisa membuat orang yang berkunjung merasa betah di tempat tersebut.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu objek wisata yang baik dan menarik untuk dikunjungi harus mempunyai keindahan alam dan juga harus memiliki keunikan dan daya tarik untuk dikunjungi dan juga didukung oleh fasilitas pada saat menikmatinya.

B. Pengertian Wisata Alam

Wisata merupakan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.


(24)

8

Sedangkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut (Undang-Undang No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan). Wisata alam adalah suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan alam di Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, Taman Buru, Hutan Lindung, dan Hutan Produksi (Direktorat Pemanfaatan Alam dan Jasa Lingkungan, 2002).

Wisata alam mempunyai prinsip sebagai berikut (Rahardjo, 2000): 1. Kontak dengan alam

2. Pengalaman yang bermanfaat secara pribadi maupun sosial. 3. Wisata alam bukan mass tourism

4. Mencari tantangan fisik dan mental

5. Interaksi dengan masyarakat dan belajar budaya setempat 6. Adaptive dengan kondisi akomodasi pedesaan

7. Toleran terhadap ketidaknyamanan 8. Partisipasi aktif

9. Pengalaman lebih utama dibanding kenyamanan.

C. Pengertian Potensi dan Daya Tarik Wisata

Potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan


(25)

9

dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya (Pendit, 2003).

Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (1996) adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti:

a. Alam (Nature), yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam yang dimanfaatkan dan diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberikan kepuasan kepada wisatawan. Contohnya, pemandangan alam, pegunungan, flora dan fauna.

b. Budaya (Culture), yaitu segala sesuatu yang berupa daya tarik yang berasal dari seni dan kreasi manusia. Contohnya, upacara keagamaan, upacara adat dan tarian tradisional.

c. Buatan Manusia (Man made), yaitu segala sesuatu yang berasal dari karya manusia, dan dapat dijadikan sebagai objek wisata seperti benda-benda sejarah, kebudayaan, religi serta tata cara manusia.

d. Manusia (Human being), yaitu segala sesuatu dari aktivitas manusia yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan sebagi objek wisata. Contohnya, Suku Asmat di Irian Jaya dengan cara hidup mereka yang masih primitife dan memiliki keunikan tersendiri.

Pengertian Daya Tarik Wisata menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 5, menyebutkan sebagai berikut ”daya tarik wisata” adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,


(26)

10

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

D. Penawaran Rekreasi Alam

Penawaran adalah semua sumberdaya dan jasa yang menjadi daya tarik dan penunjang wisata. Beberapa faktor penawaran diantaranya atraksi dan aktivitasnya, akomodasi, pelayanan dan fasilitas lainnya. Atraksi wisata termasuk atraksi alam, budaya dan pemandangan alam serta aktivitas yang berhubungan dengan atraksi tersebut. Akomodasi termasuk di dalamnya adalah tempat wisatawan bermalam seperti hotel, motel, guest house, dan tipe penginapan lain. Fasilitas dan pelayanan yang lain seperti operasional tour dan travel, restoran, tempat perbelanjaan, penukaran uang, bank dan fasilitas kesehatan serta pelayanan (Winarno, 2004).

Penawaran rekreasi alam sangat erat hubungannya dengan peningkatan produktifitas sumberdaya hutan dalam kontek pembangunan ekonomi regional maupun nasional, sehingga selalu dihadapkan pada kondisi interaksi berbagai kepentingan yang melibatkan aspek kawasan hutan, pemerintah, masyarakat dan pihak swasta di dalam suatu sistem rancangan tata ruang dan wilayah. Penawaran rekreasi alam juga memiliki kendala yang berkaitan erat dengan:

1. Instrumen kebijaksanaan dan pemanfaatan dan pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung potensi obyek dan daya tarik wisata alam.

2. Efektifitas fungsi dan peran obyek dan daya tarik wisata alam ditinjau dari aspek koordinasi instansi terkait.


(27)

11

3. Kapasitas institusi dan kemampuan sumberdaya manusia dalam pengelolaan obyek dan daya tarik wisata alam dikawasan hutan.

4. Mekanisme peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata alam.

E. Pengertian Wisatawan

Kepariwisataan dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 2000, wisatawan didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan wisata. Jadi menurut pengertian ini, “semua orang yang melakukan perjalanan wisata disebut “wisatawan” apapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.” Menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization) dalam Damardjati (2001), katatouristatau wisatawan haruslah diartikan sebagai:

1. Orang yang bepergian untuk bersenang-senang (pleasure), untuk kepentingan keluarga, kesehatan dan lain sebagainya.

2. Orang-orang yang bepergian untuk kepentingan usaha.

3. Orang-orang yang datang dalam rangka perjalanan wisata walaupun mereka singgah kurang dari 24 jam.

F. Scenic Beauty Estimation (SBE)

SBE atau Scenic Beauty Estimation adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Daniel dan Booster (1976) dan telah digunakan di berbagai negara serta kota di Indonesia, SBE menitik beratkan pada penilaian terhadap suatu keindahan


(28)

12

lanskap atau titik lanskap sehingga mendapatkan suatu nilai dari obyek yang kualitatif.

Menentukan nilai titik lanskap atau lanskap untuk menghitung nilai secara nominal, hal ini dapat digunakan untuk menentukan nilai kompensasi sebuah penebangan pohon dan sebagai pertimbangan dalam menentukan jenis tanaman penghijauan, serta menjadi dasar penyusunan perda taman. Titik penilaian lanskap disebut vantage point yang mewakili sampel, dinilai oleh responden untuk kemudian dinilai secara kuantitatif dengan skala nilai 1 hingga 10. Dalam penilaian ini diharapkan suatu obyek keindahan yang kualitatif dapat dinilai secara kuantitatif. Hal ini dikarenakan suatu keindahan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda bagi setiap penilai.

Metode pendugaan keindahan pemandangan (Scenic Beauty Estimation) menganalisa kualitas visual dari sebuah area dengan memperlihatkan sampel acak dari pemandangan lanskap area tersebut pada suatu grup penilai, mengetahui respon mereka dan mengakumulasi kan reaksi individual untuk mengetahui pendugaan secara umum terhadap suatu pemandangan. Tujuan dari pendugaan ini adalah untuk menghasilkan formulasi yang sistematis dan komprehensif serta pendapat yang obyektif pada sebuah area yang menjadikan rekomendasi bagi perencenaan dan perancangan (Viohl, 1977). Menurut Daniel dan Booster (1976), SBE menunjukksn sebagai sebuah metode yang efisien dan obyektif untuk menduga keindahan dari suatu lanskap. Berbagai modifikasi dalam metodenya sangat potensial sebagai dasar perancangan, perencanaan dan manajemen suatu


(29)

13

tapak. Tujuan dari SBE adalah untuk menggambarkan keindahan suatu lanskap melalui persepsi masyarakat umum.

G. Kabupaten Tanggamus

Indahnya pariwisata yang ada di bumi tanggamus membuat terus ingin menjelajah satu persatu tempat wisata yang ada di Kabupaten Tanggamus. Bentuk kesyukuran atas kekuasaan ciptaan dari sang Maha Indah (Allah SWT). Menikmati dari pantai satu kepantai lainnya. Pemerintah Kabupaten Tanggamus diresmikan pada tanggal 21 Maret 1997 oleh Menteri Dalam Negeri ini memiliki obyek-obyek wisata yang mengagumkan antara lain Bukit Batu Keramat, Gunung Tanggamus, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Pantai Terbaya, Bendungan Batu Tegi, air terjun Way Lala’an, pantai Batu Balai, Teluk Kiluan dan masih banyak lagi potensi-potensi obyek wisata yang belum tergali.

Pemerintah Tanggamus dalam mengakomodasi dinamika dan aspirasi yang berkembang telah menetapkan visi pariwisata: “Terwujudnya Kabupaten Tanggamus Sebagai Daerah Tujuan Wisata Unggulan Nasional”. Sedangkan misi yang ditetapkan untuk mencapai visi tersebut yakni dengan mengembangkan pariwisata yang berbasis alam dan budaya serta adat istiadat, membangun infrastruktur penujang pariwisata untuk mendorong percepatan dan memicu pertumbuhan pariwisata di Kabupaten Tanggamus. Serta terus mendorong keterlibatan pihak swasta dan masyarakat dalam bidang usaha kepariwisataan, mengembangkan kesadaran kesadaran pariwisata masyarakat, meningkatkan kualitas SDM kepariwisataan untuk mewujudkan sapta pesona.


(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2014 di Pematang Tanggang, Desa Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Potensi Wisata Alam di Pematang Tanggang Desa Negeri Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus.


(31)

15

B. Objek dan Alat Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah potensi wisata alam di Pematang Tanggang, Desa Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Sedangkan alat yang digunakan adalah GPS, kuisioner, kamera Nikon D90, dan Nikon Coolpix AW100 underwater.

C. Batasan penelitian

Dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa kegiatan yaitu:

1. Obyek wisata yang dinilai keindahannya berupa foto atau gambar.

2. Obyek sumberdaya alam adalah bentang alam, jenis flora dan fauna langka serta unggulan setempat.

3. Responden yaitu wisatawan yang berkunjung ke teluk kiluan yang ditentukan oleh metodeAccidental sampling.

4. Wisata alam adalah kegiatan wisata dan rekreasi di alam berupa pemandangan dan keindahan alam.

D. Jenis Data 1. Data Primer

Data primer adalah data pokok yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan untuk menunjang wisata meliputi potensi penawaran (supply).

a. Daya tarik alam, dan jenis kegiatan wisata.

b. Fasilitas dan pelayanan seperti tempat ibadah, penginapan, warung makan, dan MCK.


(32)

16

c. Infrastruktur meliputi suplai air, energi listrik, aksesbilitas menuju tempat wisata, pembuangan sampah dan limbah.

d. Karakteristik dan penilaian responden terhadap obyek yang dianggap berpotensi sebagai obyek wisata.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian dan publikasi yang ada, serta peraturan dan perundang-undangan yang telah dibuat. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti kantor Kecamatan, Kelurahan, Dinas Kehutanan, dan studi kepustakaan lainnya. Data sekunder ini berupa data yang berhubungan dengan keadaan lingkungan, baik fisik, sosial masyarakat.

E. Metode Pengumpulan Data 1. Pengamatan di Lapangan

a. Data mengenai inventarisasi potensi wisata, baik yang berupa obyek dan daya tarik wisata maupun fasilitas dan infrastruktur dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan pengambilan foto. Dalam melakukan metode observasi didampingi oleh masyarakat sekitar dan petugas setempat yang mengetahui letak obyek dan daya tarik wisata. Metode observasi dilakukan untuk pengamatan terhadap obyek wisata berupa air terjun, gejala keunikan alam serta bentang alam yang dapat menarik pengunjung.

b. Setelah itu dilakukan pengambilan gambar atau foto terhadap obyek wisata potensial yang mempunyai nilai jual untuk dikembangkan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung dilapangan sebagai obyek wisata alam.


(33)

17

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui penilaian responden terhadap gambar atau foto yang didapat dari hasil pengamatan langsung di lapangan (observasi). Pihak responden yaitu wisatawan Teluk Kiluan yang ditentukan oleh metode

Accidental sampling yaitu ketersediaan responden untuk mengisi kuisioner baik dari sisi waktu maupun pemikiran, hal ini dikarenakan Teluk Kiluan merupakan obyek wisata yang paling dekat dengan areal penelitian. Berdasarkan data jumlah pengunjung, rata-rata tiap tahun Teluk Kiluan dikunjungi oleh 1920 wisatawan.

Menurut Arikunto (2002) mengingat keterbatasannya waktu, biaya,dan tenaga serta faktor yang lainnya, jika jumlah populasinya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya. Mengingat jumlah populasi dari penelitian ini adalah 1920 maka pengambilan sampel dilakukan dengan metodeSlovinyaitu;

= =

( , ) = 331 Keterangan :

N = Jumlah populasi n = Jumlah sampel

e = Toleransi kesalahan (error tolerance)

Panduan pertanyaan dibagi menjadi lima bagian, bagian pertama untuk mengetahui identitas responden, bagian kedua untuk mengetahui intensitas wisata responden, bagian ketiga untuk mengetahui presepsi responden terhadap wisata Teluk Kiluan, bagian keempat untuk mengetahui pengetahuan dan ketertarikan responden terhadap obyek wisata alam di pematang tanggang, dan bagian kelima digunakan untuk mengetahui penilaian responden terhadap foto atau gambar yang disajikan.


(34)

18

Wawancara dilakukan dengan menunjukan foto atau gambar dengan menggunakan skala9 (1-10) (Widagdo, 1998). Skor 1 adalah nilai pemandangan terburuk, pemandangan yang mendapat nilai skor 5 dianggap memiliki keindahan relatif sedang, sedangkan skor 10 adalah nilai yang dianggap terindah. Masing-masing pemandangan memiliki keindahan yang relatif terhadap pemandangan yang lainnya. Misalnya, jika suatu foto atau gambar suatu obyek dinilai 7 berarti dianggap lebih indah daripada foto atau gambar obyek lain yang mendapat nilai 6.

Penilaian responden terhadap suatu foto atau gambar didasarkan pada tingkat keindahan yang dilihat secara visual melalui obyek foto atau gambar. Setiap foto atau gambar secara keseluruhan ditampilkan secara cepat dengan maksud mengkondisikan responden terhadap kisaran penilaian dan pemandangan yang akan dinilai sebelum penilaian dilakukan. Pada saat penilaian, foto atau gambar ditunjukan masing-masing selama 5 detik, hal ini dilakukan agar responden memberikan penilaian hanya didasarkan pada penglihatan (Utami, 2004).

F. Analisis Data

Hasil penilaian responden terhadap gambar atau foto dianalisis berdasarkan latar belakang karakteristik pekerjaan, dan tingkat pendidikan responden. Untuk pendugaan nilai keindahan alam dilakukan dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (Daniel dan Boster, 1976). Banyak penelitian visual yang menggunakan metode SBE ini dalam perhitungan nilai visualnya, hal ini disebabkan karena prosedur SBE dikenal efektif dan dapat dipercaya (Yu, 1995).


(35)

19

Pengolahan data menggunakan nilai Z yaitu nilai yang diberikan oleh responden terhadap foto atau gambar suatu obyek, dimana setiap obyek diambil pada satu sudut pandang pengambilan foto atau gambar. Pada masing-masing gambar dihitung frekuensi (f), frekuensi komulatif (cf), peluang komulatif (cp), nilai z untuk setiap foto atau gambar dan nilai z rata-rata. Potensi pembanding dalam perhitungan SBE ini adalah obyek yang memiliki nilai z rata-rata terkecil. Selanjutnya nilai SBE suatu foto atau gambar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

SBEX= (ZLS-x–ZLS-P)X 100

Keterangan :

SBEX :Nilai pendugaan keindahan pemandangan ke - x

ZLS-x :Rata-rata nilai z untuk gambar atau foto ke -i x

ZLS-P :Rata-rata nilai z untuk gambar atau foto pembanding

Hasil akhir masing-masing SBE adalah nilai kuantitatif dari keindahan pemandangan untuk foto atau gambar. Selanjutnya keindahan yang telah dinilai, dikelompokan menjadi tiga tingkatan keindahan yaitu tingkat keindahan tinggi, sedang, dan rendah dengan menggunakan nilai tengah dan standar deviasi sebagai berikut :

Y = Yi

n Keterangan :

Y : Nilai tengah

Yi : Nilai pengamatan ke - i n : Jumlah pengamatan


(36)

20

s =

Yi

n 1

Keterangan :

s : Standar deviasi Y : Nilai tengah

Yi : Nilai pengamatan ke - i n : Jumlah pengamatan

Foto atau gambar yang memiliki nilai SBE > (Y+s) dikategorikan memiliki keindahan tinggi, nilai SBE antara (Y- s) dan (Y+s) memiliki keindahan sedang dan nilai SBE < (Y- s) memiliki keindahan rendah.


(37)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Potensi dan daya tarik obyek wisata alam di Pematang Tanggang Register 25 adalah Air Terjun Tanggang, Air Terjun Payung, Pemandangan Lepas ke arah Teluk Lampung beserta pulau-pulau disekitarnya, Pohon Serigala (wolf tree). Kegiatan yang dapat dilakukan adalah berkemah, fotografi (photography), pengamatan burung (bird watching), pengamatan primata (primate watching), panjat tebing (rock climbing).

2. Nilai keindahan alam di Pematang Tanggang Register 25 berdasarkan metode

scenic beauty estimation (SBE) adalah sebagai berikut; Air Terjun Tanggang (33), Air Terjun Payung (20), Pemandangan Lepas (4), dan Pohon Serigala (wolf tree) (0).

B. Saran

1. Pematang Tanggang Register 25 memiliki potensi dan daya tarik obyek wisata yang cukup potensial, sehingga para pemangku kepentingan (Stakeholders) diharapkan dapat mengembangkan wilayah ini menjadi daerah tujuan wisata.


(38)

45

2. Obyek wisata alam yang memiliki nilai scenic beauty estimation (SBE) tertinggi adalah Air Terjun Tanggang sehingga obyek tersebut dapat dijadikan prioritas untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata dibandingkan obyek wisata lain yang ada di Pematang Tanggang.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, N. L. H. 2007. Pengembangan Obyek Wisata Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Jurnal Manajemen Pariwisata, Vol. 7 No.7, Juni 2007. (41-58).

Anonim, 2012. Data Lapangan Pekon Negeri Kelumbayan, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Profil Pekon Negeri Kelumbayan. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka.

Cipta. Jakarta.

Damardjati, R. 2001. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Edisi Revisi, Cetakan Keenam, Pradnya Paramita, Jakarta.

Daniel, T.C dan Boster, R.S. 1976. Measuiring landscap Esthetic : The Scenic Beauty Estimation Method. USDA Forest Service. Research and Paper RM 167 Rocky Mountain Forest and Range Experiment Station Forest Sercive U.S. Departemen of Agriculture.

Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.1990.Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi. Jakarta.

Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2002. Penilaian obyek dan daya tarik wisata. Bogor : Ditjen PHKA. Departemen Kehutanan.

Manado, R. 2012. Pengertian Obyek WIsata dan Pengertian Atraksi Wisata. http://rafansdetik.blogdetik.com/index.php/2012/05/04/pengertian-obyek-wisata-dan-pengertian-atraksi-wisata. Diakses pada tanggal 08 Juli 2015 pukul 12.00 WIB.

Nandi. 2005. Memaksimalkan Potensi Wisata Alam di Jawa Barat. Jurnal Manajemen Resort dan Leisure, Vol. 1, No. 1, Oktober 2005. (1-11). Pangkey, Y. 2012. Pematang Kuyung Atas dan Air Terjun Tanggang.

https://kelilinglampung.wordpress.com/2012/01/28/pematang-kuyung-atas-dan-air-terjun-tanggang. Diakses pada tanggal 08 Juli 2015 pukul 12.45 WIB.


(40)

47

Pendit, N. S. 2003. Ilmu Pariwisata,Sebuah Pengantar Perdana. PT. Prandya Paramita. Jakarta.

Rahardjo, T.S. 2000. Konsep Dasar Pengembangan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Bali Barat. Lokakarya Pengembangan Ecotourism di Taman Nasional. Bogor. Direktorat PWAHK.

Saputra, E. 2013. Potensi Ekowisata Hutan Mangrove di Desa Merak Belantung Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913 Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (49—60).

Setiawan, A. 2012. Pariwisata Tanggamus.

http://agusskn.blogspot.com/2012/03/wisata-tanggamus.html. Diakses pada tanggal 08 Juli 2015 pukul 12.39 WIB.

Sugiharto, B. 2011. Analisis Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan dan Pendidikan terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata. Jurnal Ilmiah Pariwisata Bina Wisata NusantaraISSN 1411-1527 Vol. 16 No. 1, Maret 2011 (44-61).

Trimukti, T. 2012. Preferensi Masyarakat Terhadap Berbagai Tipe Vegetasi yang Dirancang untuk Pusat Kegiatan Olahraga (PKOR) Way Halim Bandar Lampung. Skripsi Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung.

Utami, M.R. 2004. Penilaian Kualitas Visual Vegetasi Ruang Terbuka Hijau (Rth) di Kota Bandar Lampung dengan Metode Scenioc Beauty Estimation. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Unila. Bandar lampung.

Widagdo, S. 1998. Studi Tentang Reduksi Kebisingan Menggunakan Vegetasi dan Kualitas Visual Lansekap Jalan Tol Jagorawi. Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Winarno, G.D. 2004. Kajian Pengembangan Wisata di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung. Tesis Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yoeti, O. A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.

Yu, 1994. Cultural Variation in Landscape Preference : Comparisons Among Chinese Sub-Group and Western Design Expert. Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008 (44 – 59).


(1)

19

Pengolahan data menggunakan nilai Z yaitu nilai yang diberikan oleh responden terhadap foto atau gambar suatu obyek, dimana setiap obyek diambil pada satu sudut pandang pengambilan foto atau gambar. Pada masing-masing gambar dihitung frekuensi (f), frekuensi komulatif (cf), peluang komulatif (cp), nilai z untuk setiap foto atau gambar dan nilai z rata-rata. Potensi pembanding dalam perhitungan SBE ini adalah obyek yang memiliki nilai z rata-rata terkecil. Selanjutnya nilai SBE suatu foto atau gambar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

SBEX= (ZLS-xZLS-P)X 100 Keterangan :

SBEX :Nilai pendugaan keindahan pemandangan ke - x ZLS-x :Rata-rata nilai z untuk gambar atau foto ke -i x ZLS-P :Rata-rata nilai z untuk gambar atau foto pembanding

Hasil akhir masing-masing SBE adalah nilai kuantitatif dari keindahan pemandangan untuk foto atau gambar. Selanjutnya keindahan yang telah dinilai, dikelompokan menjadi tiga tingkatan keindahan yaitu tingkat keindahan tinggi, sedang, dan rendah dengan menggunakan nilai tengah dan standar deviasi sebagai berikut :

Y = Yi

n Keterangan :

Y : Nilai tengah

Yi : Nilai pengamatan ke - i n : Jumlah pengamatan


(2)

20

s =

Yi

n 1

Keterangan :

s : Standar deviasi Y : Nilai tengah

Yi : Nilai pengamatan ke - i n : Jumlah pengamatan

Foto atau gambar yang memiliki nilai SBE > (Y+s) dikategorikan memiliki keindahan tinggi, nilai SBE antara (Y- s) dan (Y+s) memiliki keindahan sedang dan nilai SBE < (Y- s) memiliki keindahan rendah.


(3)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Potensi dan daya tarik obyek wisata alam di Pematang Tanggang Register 25 adalah Air Terjun Tanggang, Air Terjun Payung, Pemandangan Lepas ke arah Teluk Lampung beserta pulau-pulau disekitarnya, Pohon Serigala (wolf tree). Kegiatan yang dapat dilakukan adalah berkemah, fotografi (photography), pengamatan burung (bird watching), pengamatan primata (primate watching), panjat tebing (rock climbing).

2. Nilai keindahan alam di Pematang Tanggang Register 25 berdasarkan metode scenic beauty estimation (SBE) adalah sebagai berikut; Air Terjun Tanggang (33), Air Terjun Payung (20), Pemandangan Lepas (4), dan Pohon Serigala (wolf tree) (0).

B. Saran

1. Pematang Tanggang Register 25 memiliki potensi dan daya tarik obyek wisata yang cukup potensial, sehingga para pemangku kepentingan (Stakeholders) diharapkan dapat mengembangkan wilayah ini menjadi daerah tujuan wisata.


(4)

45

2. Obyek wisata alam yang memiliki nilai scenic beauty estimation (SBE) tertinggi adalah Air Terjun Tanggang sehingga obyek tersebut dapat dijadikan prioritas untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata dibandingkan obyek wisata lain yang ada di Pematang Tanggang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, N. L. H. 2007. Pengembangan Obyek Wisata Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Jurnal Manajemen Pariwisata, Vol. 7 No.7, Juni 2007. (41-58).

Anonim, 2012. Data Lapangan Pekon Negeri Kelumbayan, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Profil Pekon Negeri Kelumbayan. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka.

Cipta. Jakarta.

Damardjati, R. 2001. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Edisi Revisi, Cetakan Keenam, Pradnya Paramita, Jakarta.

Daniel, T.C dan Boster, R.S. 1976. Measuiring landscap Esthetic : The Scenic Beauty Estimation Method. USDA Forest Service. Research and Paper RM 167 Rocky Mountain Forest and Range Experiment Station Forest Sercive U.S. Departemen of Agriculture.

Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.1990.Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi. Jakarta.

Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2002. Penilaian obyek dan daya tarik wisata. Bogor : Ditjen PHKA. Departemen Kehutanan.

Manado, R. 2012. Pengertian Obyek WIsata dan Pengertian Atraksi Wisata. http://rafansdetik.blogdetik.com/index.php/2012/05/04/pengertian-obyek-wisata-dan-pengertian-atraksi-wisata. Diakses pada tanggal 08 Juli 2015 pukul 12.00 WIB.

Nandi. 2005. Memaksimalkan Potensi Wisata Alam di Jawa Barat. Jurnal Manajemen Resort dan Leisure, Vol. 1, No. 1, Oktober 2005. (1-11). Pangkey, Y. 2012. Pematang Kuyung Atas dan Air Terjun Tanggang.

https://kelilinglampung.wordpress.com/2012/01/28/pematang-kuyung-atas-dan-air-terjun-tanggang. Diakses pada tanggal 08 Juli 2015 pukul 12.45 WIB.


(6)

47

Pendit, N. S. 2003. Ilmu Pariwisata,Sebuah Pengantar Perdana. PT. Prandya Paramita. Jakarta.

Rahardjo, T.S. 2000. Konsep Dasar Pengembangan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Bali Barat. Lokakarya Pengembangan Ecotourism di Taman Nasional. Bogor. Direktorat PWAHK.

Saputra, E. 2013. Potensi Ekowisata Hutan Mangrove di Desa Merak Belantung Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913 Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (49—60).

Setiawan, A. 2012. Pariwisata Tanggamus.

http://agusskn.blogspot.com/2012/03/wisata-tanggamus.html. Diakses pada tanggal 08 Juli 2015 pukul 12.39 WIB.

Sugiharto, B. 2011. Analisis Pengaruh Komunikasi, Kepemimpinan dan Pendidikan terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata. Jurnal Ilmiah Pariwisata Bina Wisata Nusantara ISSN 1411-1527 Vol. 16 No. 1, Maret 2011 (44-61).

Trimukti, T. 2012. Preferensi Masyarakat Terhadap Berbagai Tipe Vegetasi yang Dirancang untuk Pusat Kegiatan Olahraga (PKOR) Way Halim Bandar Lampung. Skripsi Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung.

Utami, M.R. 2004. Penilaian Kualitas Visual Vegetasi Ruang Terbuka Hijau (Rth) di Kota Bandar Lampung dengan Metode Scenioc Beauty Estimation. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Unila. Bandar lampung.

Widagdo, S. 1998. Studi Tentang Reduksi Kebisingan Menggunakan Vegetasi dan Kualitas Visual Lansekap Jalan Tol Jagorawi. Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Winarno, G.D. 2004. Kajian Pengembangan Wisata di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung. Tesis Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yoeti, O. A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.

Yu, 1994. Cultural Variation in Landscape Preference : Comparisons Among Chinese Sub-Group and Western Design Expert. Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008 (44 – 59).