Upaya Peningkatan Kunjungan Wisata Di Objek Wisata Alam Tinggi Raja Kabupaten Simalungun

(1)

UPAYA PENINGKATAN KUNJUNGAN WISATA DI OBJEK

WISATA ALAM TINGGI RAJA KABUPATEN SIMALUNGUN

KERTAS KARYA

OLEH

REJEKI ANDO S

082204018

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: UPAYA PENINGKATAN

KUNJUNGAN WISATA DI OBJEK

WISATA ALAM TINGGI RAJA

KABUPATEN SIMALUNGUN

Oleh

: REJEKI ANDO S

NIM

: 082204018

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, S.E., M.Si.

NIP. 19640821 199802 2 001


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA PENINGKATAN KUNJUNGAN WISATA DI OBJEK

WISATA ALAM TINGGI RAJA KABUPATEN SIMALUNGUN

OLEH

REJEKI ANDO S

082204018

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

Dra. Nurcahaya Bangun, M.s Arwina Sufika, S.E., M.Si

NIP. 19600711 198903 2 001 NIP. 19640821 199802 2 001


(4)

ABSTRAK

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai potensi alam, seni dan budaya yang dapat dijadikan sebagai modal untuk mengembangkan kepariwisataan. Salah satu cara yang sangat urgen untuk meningkatkan kepariwisataan adalah melaui upaya pengembangan atau pembangunan objek wisata yang belum terkelola secara baik dan berkelanjutan. Tinggi Raja sebagai salah satu objek wisata alam di kabupaten Simalungun yang memiliki potensi alam yang cukup menarik, dapat dijadikan sebagai daya tarik untuk meningkatkan kunjungan wisata kabupaten Simalungun. Selain didukung adanya daya tarik wisata, pengelola secara baik dan profesional juga sangat dibutuhkan dalam pengembangan objek wisata alam tersebut. Namun kurangnya perhatian dari pemerintah daerah menyebabkan kunjungan wisata di daerah tesebut cenderung menurun. Untuk memulihkan kembali jumlah kunjungan wisata tersebut, dibutuhkan suatu konsep pengembangan pariwisata yaitu konsep pengembanagan pariwisata berkelanjutan. Dengan demikian, maka objek wisata yang telah dikelola dapat berkembang dan diminati banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara dalam jangka panjang.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penilis ucapka kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya kepada penulis, sehingga penilis dapat

menyelesaikan kertas karya ini tanpa kekurangan sesuatu apapun.

Kertas karya ini disusun sebagai salah satu syarat akademis untuk

memperoleh gelar Ahli madya pada program studi Pariwisata , Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Judul yang penulis angkat dalam kertas karya ini adalah “uapaya peningkatan kunjungan wisata di objek wisata alam tinggi raja kabupaten simalungun”.

Dalam penulisan kertas karya ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bantuan moril, materil. Oleh kaerna itu pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Syahron Lubis M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai dosen pembaca yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mengoreksi kertas karya ini.

3. Dra. Nurcahaya Bangun, M.si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mengoreksi dam membimbing penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.


(6)

4. Solahuddin Nasution, SE, MSP, selaku Koordinator Praktek Jurusan Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata yang telah dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar pada program studi pariwisata yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

6. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai. bapak Walmer Sitopu dan ibu Sannaria Purba yang telah banyak memberikan segala dukungan morail dan materil juga sebagai motivator bagi penulis selama ini. Mereka adalah sosok yang paling penulis kagumi didunia ini dan selalu menjadi panutan bagi penulis.

7. kepada abang Ambah Sitopu yang selalu memberi motivasi dan wawasan yang luas bagi penulis sehingga penulis dapat selalu termotivasi untuk melakukan segala tanggujawab sebagai mahasiswa.

8. kepada abang Jumpa Sitopu yang merupakan saudara seperjuangan di Medan baik dalam susah maupun senang dan juga sebagai motivator penulis selama penyelesaian tugas akhir ini, pitah terimakasi dassa tarhatahon ahu hu bamu bang.

9. kepada adik penulis yang paling kecil Dedeng, tetapa semamgat ya, rajinlah belajar supaya bisa seperti abang-abnag mu dan jangan suka melawan bapak dan mama. Dan ingat “orang tua adalah perwakilan tuhan didunia”

10. kepada seluruh keluarga Sitopu di Raya yang selalu mendukung dalam doa dan memberi semangat.


(7)

11. Terkhusus kepada seorang boru Purba, Juwy Purba yang penulis kasihi dan cintai dan selalu penulis panggil INANG, terimakasih atas segala waktu yang telah inang berikan untuk mendukung saya dan selalu memberi semangat untuk saya. I LOVE YOU FOREVER Nang. Dan inang juga semangat ya, aku yakin kalau inang bisa nanti untuk mencapai cita-cita yang telah direncanakan.

12. Kepada seluruh kawan-kawan UW 08 terimakasih atas kesetiakawanan kalian semua selama masa perkuliahan. Terkhusus kepada sahabat-sahabat penulis Johanes, Ariwan, Hendri. Thanks atas semuanya.

13. Kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan di IMAS-USU yang tetap loyal sebagai anggota IMAS-USU. Tetap semangat dalam berorganisasi dan selalu ingat motto “Ulang tading kuliah halani IMAS, janah ulang lupa homa IMAS halani kuliah”.

Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan kertas karya ini, oleh sebai itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan kertas karya ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas perhatian pembaca, semoga kertas karya ini dapat memberikan masukan bagi mahasiswa/i pariwisata USU, khususnya program studi Usaha Wisata, dan masyarakat pada umumnya.

Medan, Mei 2011 penulis

Rejeki Ando S NIM 082204018


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGATAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Metode Penelitian ... 5

1.6. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pariwisata ... 8

2.2. Pengertian Wisatawan ... 10

2.3. Motivasi Perjalanan Wisata ... 12

2.4. Pengertian Industri Pariwisata ... 13

2.5. Produk Pariwisata ... 15

2.6. Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ... 17


(9)

2.7.1. Sarana Kepariwisataan ... 18

2.7.2. Prasarana Kepariwisataan ... 20

2.8. Ekowisata ... 21

2.9. Kunjungan Wisata ... 23

2.10. Strategi Peningkatan Kunjungan Wisata ... 24

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN 3.1. Sejarah Simalungun ... 25

3.2. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Simalungun ... 26

3.3. Pembagian Wilayah Administratif ... 27

3.4. Keadaan Tanah dan Lahan ... 29

3.5. Keadaan Iklim Kabupaten Simalungun ... 30

3.6. Keadaan Sosial Budaya di Kabupaten Simalungun ... 30

3.6.1. Sistem Kekerabatan dan Kemasyarakatan ... 30

3.6.2. Sistem Kepercayaan ... 33

3.6.3. Sistem Mata Pencaharian ... 34

3.7. Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Kabupaten Simalungun ... 35

3.8. Objek-objek Wisata di Kabupaten Simalungun ... 35

BAB IV UPAYA PENINGKATAN KUNJUNGAN WISATA DI OBJEK WISATA ALAM TINGGI RAJA KABUPATEN SIMALUNGUN 4.1. Legenda Tinggi Raja ... 38


(10)

4.3. Potensi Yang dimiliki ... 42

4.4. Sarana dan Prasarana ... 43

4.5. Upaya peningkatan Kunjungan Wisata Alam Tinggi Raja ... 43

4.5.1. Peningkatan Sumber DayaAlam ... 44

4.5.2. Peningkatan Sumber Daya Budaya ... 45

4.5.3. Peningkatan Sumber Daya Manusia ... 45

4.5.4. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendukung ... 45

4.5.5. Promosi ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 47

5.2. Saran ... 48


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Nama-nama Kecamatan di Kabupaten Simalungun ... 28 Tabel 3.2 Nama-nama Objek Wisata di Kabupaten Simalungun ... 35


(12)

ABSTRAK

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai potensi alam, seni dan budaya yang dapat dijadikan sebagai modal untuk mengembangkan kepariwisataan. Salah satu cara yang sangat urgen untuk meningkatkan kepariwisataan adalah melaui upaya pengembangan atau pembangunan objek wisata yang belum terkelola secara baik dan berkelanjutan. Tinggi Raja sebagai salah satu objek wisata alam di kabupaten Simalungun yang memiliki potensi alam yang cukup menarik, dapat dijadikan sebagai daya tarik untuk meningkatkan kunjungan wisata kabupaten Simalungun. Selain didukung adanya daya tarik wisata, pengelola secara baik dan profesional juga sangat dibutuhkan dalam pengembangan objek wisata alam tersebut. Namun kurangnya perhatian dari pemerintah daerah menyebabkan kunjungan wisata di daerah tesebut cenderung menurun. Untuk memulihkan kembali jumlah kunjungan wisata tersebut, dibutuhkan suatu konsep pengembangan pariwisata yaitu konsep pengembanagan pariwisata berkelanjutan. Dengan demikian, maka objek wisata yang telah dikelola dapat berkembang dan diminati banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara dalam jangka panjang.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Industri kepariwisataan dewasa ini merupakan salah satu indusrti yang sangat berkembang. Seperti halnya di Indonesia, sektor pariwisata diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan luar negeri maupun dalam negeri sehingga dapat meningkatkan devisa bagi negara.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak objek wisata, baik yang belum maupun yang sudah dikembangkan. Salah satu daerah tujuan wisatadi Indonesia yang sudah berkembangkan secara optimal adalah Pulau Bali. Pulau Bali merupakan icon pariwisata Indonesia, namun, sebenarnya masih banyak objek wisata yang belum dikenal oleh wisatawan luar maupun dalam negeri yang tersebar di kepulauan Indonesia. Objek wisata tersebut memiliki potensi alam yang luar biasa menarik jika dikembangkan dengan baik.

Sumatera utara adalah salah satu Daerah Tujuan Wisata di Indonesia selain Jawa dan Bali. Sumatera utara juga memiliki potensi yang sangat memadai dalam dunia kepariwisataan, karena propinsi ini juga memiliki alam yang tidak kalah dengan daerah lain di Indonesia. propinsi sumatera utara merupakan daerah yang multikultural, dalam arti daerah tersebut memiliki bermacam-macam budaya yang memiliki ciri khas masing-masing.

Kunjungan wisatawan di Sumatera utara saat ini cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sumut, kunjungan wisatawan (wisman) mencapai 18,34 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, menyebutkan setelah Malaysia dan


(14)

Singapura, Belanda adalah wisatawan terbesar ketiga yang mengunjungi Sumatera Utara. Setelah Belanda, baru Amerika Serikat dan Jerman.

Objek wisata di Sumatera utara yang selalu menjadi andalan adalah Bukitlawang di kabupaten Langkat yang terkenal dengan orang hutannya, Parapat di kabupaten Simalungun yang terkenal dengan danau tobanya, dan Berastagi di kabupaten karo yang terkenal dengan wisata alamnya. Selain objek-obek wisata tersebut sebenarnya masih banyak objek-objek wisata lain di Sumatera utara yang cukup menarik untuk dikunjungi, misalnya objek wisata Tangkahan, Rumah bolon Pematang Purba, air terjun Sipiso-piso, dan lain sebagainya yang tersebar di hampir semua kabupaten di Sumatera Utara.

Simalungun adalah salah satu suku dari etnis batak yang juga merupakan sebuah kabupaten di sumatera utara, dan termasuk dalam salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera utara.

Kabupaten Simalungun memiliki topografi yang bevariasi. Dataran tinggi terletak dibagian Barat Daya, Barat dan Barat Laut. dataran rendah terletak pada bagian Utara, Timur dan Tenggara dengan kemiringan lereng 0 – 40% serta ketinggian 20 – 1400 meter di atas permukaan laut. Kondisi fisik suatu wilayah mutlak diperlukan untuk mengetahui potensi Sumber Daya Alam yang terkandung pada wilayah tersebut. Potensi Sumber Daya Alam merupakan suatu potensi dalam dunia kepariwisataan, Sumber Daya Alam merupakan salah sektor yang mendukung dalam pembangunan daerah. Kepariwisataan yang matang dan mantap sedianya haruslah bersifat sustainable atau berkelanjutan


(15)

Kecamatan Silau Kahean sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun, memiliki salah satu potensi kepariwisataan berupa Cagar Alam yaitu cagar alam Tinggi raja yang merupakan hutan lindung, dan di area ini terdapat sumber air panas.

Cagar alam Tinggi Raja memiliki panorama hutan alam yang lengkap. Keseluruhan kawasannya sekitar 167 hektar. Di daerah ini dapat ditemukan beragam tumbuhan atau flora langka, termasuk rotan, anggrek, kantung semar, pandan, meranti bunga , kenari dan malutua. Malutua merupakan tumbuhan unik karena pohon ini berwarna merah pada pagi hari, hijau menjelang sore, dan berwarna putih pada malam hari. Potensi fauna yang tercatat, lebih dari 45 jenis satwa liar dan dilindungi, seperti harimau sumatera, kancil, kijang, rusa, kambing hutan, siamang, beruang dan beragam jenis burung.

Sumber air panas yang ada di Cagar Alam Tinggi Raja ini sangat menakjubkan dengan airnya yang bersuhu sekitar 30 o. Dengan adanya potensi yang sangat menarik yang disuguhkan oleh cagar alam Tinggi raja dengan sumber air panasnya diharapkan meningkatkan daya tarik kepariwisataan dan pada gilirannya dapat menarik datangnya pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan suatu perencanaan yang matang, kawasan wisata alam ini dapat dikembangkan tanpa melupakan konsep kepariwisataan yang berkelanjutan.

Konsep kepariwisataan yang menyebutkan pembangunan pariwisata berkelanjutan harus menjaga kelestarian Sumber Daya Alam dan Budaya. Dengan pengembangan kepariwisataan tersebut sebaiknya tidak mengeksploitasi Sumber Daya Alam dan pemanfaatan tidak menyisakan kerusakan lingkungan secara


(16)

permanen. Dan pemanfaatanya harus melibatkan masyarakat lokal. Artinya pembangunan pariwisata bertujuan untuk memberi keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan dan nilai kepuasan bagi wisatawan dalam jangka panjang.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk memilih judul kertas karya dengan judul “Upaya Peningkatan Kunjungan Wisata di Objek Wisata Alam

Tinggi Raja Kabupaten Simalungun”. 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam kertas karya ini adalah : Bagaimana upaya-upaya yang harus dilakukan untukmeningkatkan kunjungan wisata di objek wisata Cagar Alam Tinggi Raja?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut : a. Tujuan umum

1. Sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Ahli Madya Pariwisata pada program studi pariwisata bidang keahlian Usaha Wisata di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Kertas karya ini diharapkan dapat menambah ilnu bagi pembaca.

3. Kertas karya ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk pengembangan objek wisata.


(17)

b. Tujuan khusus

untuk mengetahui upaya-upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan kunjungan wisata di objek wisata Cagar Alam Tinggi Raja di kabupaten Simalungun.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bermanfaat bagi pemerintah daerah setempat sebagai salah satu instansi yang berwenang dalam pengambilan kebijakan dalam pengembangan kepariwisataan di daerah tersebut, dan juga diharapkan memberi manfaat bagi mesyarakat setempat.

b. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan upaya-upaya pengembangan kepariwisataan, khususnya objek Wisata Alam.

1.5Metode Penelitian

Metode yang akan dilakukan untuk mendapatkan informasi maupun data-data dalam menyusun karya tulis ini adalah

a. Penelitian kepustakaan (library research)

Suatu cara atau metode yang dilakukan dalam mengumpulkan data terlebil dahulu melalui buku-buku kepariwisataan dan buku yang berisi informasi mengnai objek wisata alam Tinggi raja di siamalungun, ditambah dengan brosur pariwisata kabupaten simalungun yang berhubungan dengan judul tulusan ini.


(18)

b. Penelitian lapangan (field research)

suatu cara atau metode yang dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi dengan cara mengadakan pengamatan langsung ke objek penelitian serta dengan wawancara dengan beberapa narasumber agar data dan informasi lebih akurat. Selain itu penulis akan merekam kondisi objek wisata tersebut dengan media kamera untuk mendapatka foto-foto.

1.6Sistematika Penulisan

BAB I :Pendahuluan

Bab pendahuluan ini menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan metode penelitian.

BAB II :Uraian teoritis yang meliputi kepariwisataan, industri pariwisata, produk pariwisata objek wisata, dan atraksi wisata, pengertian sarana dan prasarana, pemasaran pariwisata, serta kegiatan promosi pariwisata

BAB III :Bab ini menguraikan tentang sejarah simalungun, letak geografis kabupaten Simalungun, wilayah atministratif, sarana prasarana kepariwisataan di kabupaten simalungun, keadaan sosial, dan perekonomian masyarakat simalungun.

BAB IV :Merupakan bab utama yang menguraikan gambaran umum mengenai objek wisata alam Tinggi raja, legenda Tinggi raja, potensi-potensi yang ada diwilayah objek tersebut yang mencakup Sumber Daya Alam, Sumber Daya Budaya, dan Sumber Daya Manusia, dan dampak


(19)

pengembangan objek tersebut bagi pemerintah dan masyarakat kabupaten simalungun.

BAB V :Penutup


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata.

Kata pariwisata menjadi populer di indonesia setelah diselenggarakannya musyawarah nasional turisme II di tretes, jawatimur tanggal 12-14 juni 1958 yang lebih dikenal dengan istilah turisme.

Secara etimologi kata pariwisata berasal dari bahasa sanksekerta. “pari” berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar atau berkeliling, dan “wisata” berarti perjalanan atau bepergian. Secar singka dapat di simpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Berdasarkan Undang-Undang RI No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa pariwisata adalah :

“berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah”.

Institute oftourisme in britain (sekarang Tourism society in britain)di tahun 1976 merumuskan Pariwisata adalah

“kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ketempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama di tempat tujuan tersebut, ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata”.

Robert McIntosh bersama Gupta mengungkapkan bahwa pariwisata adalah : “gabuangan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakattuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainya”.


(21)

Herman von Schullern zu schrattenhofen seorang ekonom Australia, pada tahun 1910 merumuskan bahwa pariwisata adalah :

“sejumlah kegiatan terutama yang besifat ekonomi, yang secara langsung berkaitan dengan masuk, tinggal, dan bergeraknya orang-orang asing didalam suatu negara, kota, atau wilayah”.

E. Guyer-Freuler memberikan rumusan tentang pengertian pariwisata adalah : “pariwisata dalam arti modern merupakan gejala zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatang dan penggantian hawa, sebgai suatu penilaian yang sadar dan tumbuhnya rasa cinta terhadap keindahan alam, sebagai akibat dari perkembangan pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat yang merupakan hasil dari perkembangan perniagaan, industri, prdagangan dan penyempurnaan alat-alat angkutan”.

Sedangkan Prof. Hunzieker dan Prof. Krapf mengatakan bahwa pariwisata adalah

“sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulna tepat tinggal serta usaha-usahayang bersifat permanen sebagai usaha mencari kerja penuh”.

Dari beberapa defenisi yang dikemukakan di atas terdapat beberapa hal yang merupakan ciri dari pariwisata, yaitu :

1. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain. 2. Perjalanan tersebut dilakukan untuk sementara. 3. Perjalanan tersebut berkaitan dengan rekreasi.

4. Oarng-orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi hanya sebagai konsumen.


(22)

Dan dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang dari suatu tempat ke tempat lain, untuk sementara waktu engan maksud atau tujuan tidak untuk berusaha atau mencari pekerjaan di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan bertamasya, untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

2.2 Pengertian Wisatawan.

Berbicara mengenai pariwisata tentu tidak terlepas dari pembicaraan masalah wisatawan. Dan salah satu yang harus kita ketahui adalah siapa yang disebut dengan wisatawan. Banyak orang yang mendefenisikan wisatawan itu secara simpel yaitu wisatawan adalah orang yang melakukan perjalana wisata. Tetapi pemahaman tersebut masih tergolung sempit atau biasa.

Berdasarkan Undang-Undang RI No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

Berdasarkan Undang-Undang No 9 tahun 1969 menyebutkan bahwa wisatawan adalah : Setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu.

The Comittee of Statistical Experts of the League of Nation pada tehun 1937 menyatakan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain negara dimana dia biasa tinggal, dan dengan periode setidaknya 24 jam. Kemudian menyebutkan yang dapat dianggap sebagai wisatawan adalah :

1. Orang-orang yang bepergian untuk tujuan bersenang-senag, alasan keluarga, untuk tujuan kesehatan dan lain sebagainya.


(23)

2. Orang-orang yang bepergian untuk mengadakan pertemuanatau mewakili kedudukan sebagai diplomat, misi keagmaan, orang-orang yang bepergian dengan alasan dagang.

3. Orang-orang yang singgah dalam pelayaran lautnya, sekalipun bila mereka tinggal kunga dari 24 jam.

Bedasarkan konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai perjalanan internasional dan pariwisata di Roma tahun 1963 menyatakan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain negara tempa tinggalnya yang biasa, untuk berbagai tujuan selain mencari dan melakukan suatu pekerjaan yang menguntungkan di negara yang dikunjungi. Dari defenisi tersebut telah mencakup wisatawan (tourist) yaitu pengunjung yang yang datang tinggal paling edikit 24 jam di negara yang dikunjungi dan pelancong (excursionist) yaitu seorang pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi.

Dari defenisi-defenisi yang telah diuraikan diatas dapat simpulkan batasan yang disebut sebagai wisatawan adalah

1. Perjalanan yang dilakukan lebih kurang 24 jam. 2. Perjalanan yang dilakukan hanya untuk sementara.

3. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mncari nafkah di tempat tujuannya.

2.3 Motivasi Perjalanan Wisata.

Defenisi wisatawan dari uraian di atas, kita dapat menelusuri apa yang menjadi maksud seseorang melakukan perjalan wisata. Pada hakikatnya mobilitas manusia merupakan salah satu sifat kehidupan mansia yang tidak bisa puas atau


(24)

terpaku pada suatu tempat dalam memenuhi kebutuhan atau tuntutan kelangsungan hidupnya. Moblitas manusia timbuldari berbagai dorongan kebutuhan atau kepentingan.

Motivasi atau tujuan perjalanan dari para wisatawan pada dasarnya dapat di golongkan dalam dua kategori yaitu : pesiar (leasure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, keagamaan, olahraga, dan lain sebagainya. Kemudian business, untuk keperluan konferensi, lokakarya, simposium, dan missi tertentu.

H.Peter Gray mengemuakan dua motivasi utama dalam perjalanwisata yaitu : 1. Keingina bertualang (wanderlust) yaitu keinginan seseoarang untuk

mengetahui yang baru atau mencari sesuatu yang belum diktahui, meninggalkan semua yang sudah dikenal dan melihat tempat, orang, kebudayaan yang berbeda.

2. Keingnan mendapatkan sinar matahari (sun lust) sejenis perjalana yang tergantung pada adanya tempat yang menarik atau menyenangkan yang lebih baik di tempat lain untuk tujuan tertentu. Misalnya untuk olahraga, atau benar-benar hanya untuk mencari matahari.

2.4 Pengertian Industri Pariwisata

Ketika kita mendengar kata industri, maka tumbuh gambaran dibenak kita adalah suatu bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya dan menghasilkan prodak dalam bentuk barang. Namun industri pariwisata jauh berbeda dengan yang kita lihat biasanya.


(25)

Para ahli umumnya memberi batasan pengertian kata “industri” sebagai berikut :

1. Industri adalah segala usaha yang bertujuan untuk menghasilkan barang-barang atau jasa.

2. Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang sejenis atau serupa.

3. Industri adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan (firms) yang menggunakan bahan mentah yang sama (Yoeti, 1983:138).

Dari pengertian – pengertian kata “industri” seperti yang telah diuraikan dalam di atas, maka kita cenderung untuk memberikan batasan tentang industri pariwisata, yaitu : “Industri pariwisata adalah kumpulan bermacam – macam perusahaan yang secara bersama – sama mengahasilkan barang dan jasa (good and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanannya” (Yoeti, 1983:140).

R.S. Damarjadi (dalam Yoeti, 1983:141) menjelaskan arti industri pariwisata, yaitu: “Industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama sama mengahasilkan produk–produk maupun jasa/pelayanan atau service yang nantinya baik langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan wisatawan nantinya, baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya”.

Sedangkan, menurut Undang-Undang RI No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menjelaskan bahwa: “Industri pariwisata adalah kumpulan usaha


(26)

yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata”.

Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas bila kita mempelajari dari jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan yang diharapkan wisatawan ketika melakukan perjalanan. Dengan demikian akan terlihat tahap-tahap wisatawan sebagai konsumen yang memerlukan pelayanan tertentu.

Industri pariwisata mulai dikenal di Indonesia setelah dikeluarkan instruksi Presiden RI No.9 tahun 1969 pada tanggal 6 Agustus 1969, di mana dalam Bab II pasal 3 (Yoeti, 1983:138) disebutkan:

“Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara”.

Sesuai dengan instruksi presiden tersebut (Yoeti, 1983:138) dikatakan bahwa tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia adalah:

a. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan kegiatan industri sampingan lainnya.

b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.

c. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional. Dengan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa usaha-usaha yang berhubungan dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat “Comercial”. Hal tersebut dapat dilihat dari betapa banyaknya jasa yang diperlukan oleh wisatawan jika


(27)

melakukan perjalanan wisata semenjak ia berangkat dari rumahnya hingga kembali ke rumahnya tersebut. Jasa yang diperoleh tidak hanya oleh satu perusahaan yang berbeda fungsi dalam proses pemberian pelayanannya.

Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata yaitu: 1. Travel Agent

2. Perusahaan Angkutan (Transportasi) 3. Akomodasi perhotelan

4. Bar dan Restoran

5. Souvenir dan Handicraft.

6. Perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan aktifitas wisatawan, seperti; tempat orang menjual dan mencetak film, camera, postcards, kantor pos, money changer, bank, dan lain-lain (Yoeti, 1983:147).

2.5 Produk Pariwisata

Jika berbicara mrngenia produk, kita cenderung memikirkan kalau produk itu berwujud barang, tetapi produk tersebut ada dua yaitu barang dan jasa. Dalam hal pariwisata yang produk yang dipsarkan itu adalah dalam arti jasa atau pelayanan (service)

Baud-bovy (dalam Yoeti, 2002:128) mengatakan Produk pariwisata adalah sejumlah fasilitas dan pelayanan yang disediakan dan diperuntukkan bagi wisatawan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu sumber daya yang terdapat pada suatu Daerah Tujuan Wisata, fasilitas yang terdapat di suatu Daerah Tujuan Wisata dan transportasi yang membawa dari tempat asalnya ke nsuatu Daerah Tujuan Wisata tertenta.


(28)

Untuk lebih mengenal produk pariwisata kita harus mengetahui ciri-ciri produk pariwisata tersebut yaitu:

1. Hasil atau produk pariwisata itu tidak dapat dipindahkan.

2. Pada umumnya peranan perantara (middlemen) tidak diperlikan karena proses produksi terjadi saat bersamaan dengan konsumsi.

3. Hasil atau produk pariwisata tersebut tidak dapat di timbun.

4. Hasil atau produk pariwisata tidak mmiliki standar atau ukuran yang objektif.

5. Permintaan (demand) terhadap hasil atau produk pariwisata tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomis.

6. Calon konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang akan dibelinya.

7. Hasil atau prodok pariwisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan sedikit sekali yang dapat diganti dengan mesin.

8. Dari segi pemilihan usaha, penyediaan produk industri pariwisata dengan membangun sarana kepariwisataan yang memakan biaya besar.(yoeti, 1983:156)

2.6 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata.

Objek wisata dan daya tarik wisata adalah dua hal yang berbeda namun sangat erat hubungannya. Tanpa adanya daya tarik disebuah objek wisata maka objek tersebut pasti tidak akan berkembang, karena dengan adanya daya tarik yang melekat pada suatu objek wisata, itulah yang menumbuhkan suatu motivasi wisatawan untuk berkunjung ke suatu objek wisata. Deimikian juga sebaliknya daya tarik wisata yang


(29)

belum dikembangkan menjadi suatu objek wisata semata-mata hanya merupakan sebuah sumber daya potensial yang belum dapat disebut daya tarik wisata. Objek wisata dang daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan (Drs. Happy Marpaung, SH.,MH, 2000: 78)

Peraturan Pemerintah No.24/1979 menjelaskan bahwa objek wisata adalah: “perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi”

Berdasarkan Undang-Undang RI No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah : “segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan”.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembangunan objek dan daya tarik wisata adalah

1. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya.

2. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup. 4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.

2.7 Pengertian Sarana dan Prasarana. 2.7.1 Sarana Kepariwisataan

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung dan


(30)

kehidupannya tergantung kepada kedatangan wisatawannya. Sarana kepariwisataan ini harus tetap dijaga dan ditingkatkan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan perkembangan kebutuhan wisatawan. Untuk mendukung pencapaian yang lebih baik perlu adanya kemampuan pengelolaan yang memadai sesuai dengan kondisi objek dan kebutuhan pengunjung.

Sarana wisata dapat dibagi dalam 3 (tiga) unsur pokok, antara lain : A. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure)

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata, yang termasuk di dalamnya adalah:

1. Travel Agent 2. Tour Operator

3. Perusahaan Transportasi

4. Restoran, Bar, objek dan atraksi wisata.

B. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure)

Adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah untuk membuat agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal, di tempat atau daerah yang dikunjunginya. Yang termasuk dikelompok ini adalah:

1. Saran olahraga, misalnya: lapangan tenis, lpangan golf, kolam renang, permainan bowling, dan lain sebagainya.

2. Sarana ketangkasan, misalnya: permainan bilyard, jackpot, pachinco, dan lain sebagainya.


(31)

C. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Suprastructure)

Adalah perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap yakni fasilitas-fasilitas yang diperlukan wisatawan khususnya tourism business yang berfungsi untuk membuat para wisatawan lebih lama tinggal di daerah yang dikunjungi agar lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di daerah tersebut. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:

1. Night Club 2. Casino 3. Steambath

2.7.2 Prasarana kepariwisataan

Prasarana (infrastrukture) kepariwisataan sesungguhnya merupakan “tourist supply” yang perlu dipersiapkan atau disediakan bila akan mengembangkan industri pariwisata, karena kegiatan pariwisata pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari sektor perekonomian juga. Yang dimaksud prasarana (infrastukture) adalah “Semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya”. Jadi fungsi dari prasarana adalah untuk melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagai mana mestinya (Yoeti, 1983:170).

Adapun beberapa prasarana yang dapat menunjang pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan, meliputi:

1. Pelayanan makan dan minum, yang dapat menyajikan makanan dan minuman yang khas setempat.


(32)

2. Pelayanan tenaga kerja, yang sangat dominan sekali dibutuhkan karena salah satu kunci keberhasilan pembangunan objek wisata adalah kemampuan para tenaga kerja untuk mengelola dengan baik suatu kawasan objek wisata.

3. Pelayanan informasi, agar dapat mengatur pengunjung yang datang ke objek wisata.

2.8 Ekowisata

Berbicara tentang ekowisata berarti tidak terlepas dengan masalah wisata alam. Agar lebih memahami mengenai ekowisata ada baiknya kita pahami terlebih dahulu mengenai wisata alam.

Jika kita mendengar tentang wisata alam maka kita akan membanyangkan sebuah daerah yang memiliki panorama indah dan menarik. Wisata alam sangat banyak diminati orang karena cenderung memberi kesan yang sangat indah bagi wisatawan, terutama orang-orang yang bersal dari kota-kota besar.

Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungan (Gamal Suwantoro, SH)

Sedangkan menurut PP no 18/ 1994 Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindaham alam di objek wisata alam.

Dari defenisi diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam kegiatan wisata alam tersebut bertujuan untuk menikmati alam ciptaan Tuhan yang masih alami, atau gejala alam yang unik.


(33)

Akhir-akhir ini ekowisata sangat populer kita dengar. Ekowisata tergolong dalam suatu bentuk wisata khusus. Ekowisata sering disebut sama dengan konservasi yang cenderung memusatkan perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata, atau dapat diartikan sebagai sebuah perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengonversikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural area that conserves the environment and improves the wel-being of local people) (janianton damanik dan F.weber, 2006:37).

Deklarasi Quebec secara spesifik menyebutkan bahawa ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang membedakan dengan bentuk wisata lain. Dalam praktik hal itu terlihat dalm bentuk kegiatan wisata yang secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya, melibatkanmasyarakat lokal dalam perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan wisata serta memberi sumbangan positif bagi mereka, dan dilakukan dalam bentuk wisata independen atau diorganisasi dalam bentuk kelompok kecil (janianton damanik dan F.weber, 2006:37).

Ekowisata memiliki beberapa karakteristik yang jelas membadakannya dengan wisata massal yang biasa kita dengar.

1. Aktivitas wisata terutama berkaitan dengan konservasi lingkungan. Meskipun motif berwisata bukan untuk melestarikan, namun dalam kegiatan-kegiatan tersebut melekat keinginan untuk ikut serta dalam melestarikan lingkungan. Tingginya kesadaran lingkungan memudahkan wisatawan untuk terlibat dalm berbagai upaya pelestarian.

2. Penyediaan wisata tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi untuk menarik tamu, tapi juga menawarkan peluang bagi mereka untuk lebih menghargai lingkungan, sehingga keunukan ODTW dan lingkungannya tetap terpelihara


(34)

dan masyarakat lokal serta wisatawan berikutnya daoat merasakan keunikan tersebut.

3. Kegiatan wisata berbasis alam. ODTW yang menjadi basis kegiatan wisata adalah alam dan lingkungan hijau (kawasan pegunungan, hutan raya, dan taman nasional) dan biru (laut yang bening dan bersih)

4. Organisasi perjalanan (tour operator) menunjukkan tanggungjawab finansial dalam pelestarian lingkunan hijau yang dikunjungi atau dinikmati oleh wisatawan dan wisatawan juga melakukan kegiatan yang terkait dengan konservasi.

5. Kegiatan wisata dilakukan tidak hanya dengan tujuan untuk menikmati keindahan dan kekayaan alam itu sendiri, tetapi juga secara spesifik mengumpulkan danayang akan digunakan bagi pelestarian ODTW.

6. Perjalana wisata menggunakan alat trasportasi dan akomodasi lokal. Pengertian ini menunjukkan pada mode angkutan dan fasilitan akomodasi yang dikelola langsung oleh masyarakat lokal di daerah tujuan wisata, terlebih-lebih yang bersifat ramah lingkungan.

7. Pendapatan dari pariwisata tidak hanya digunakan untuk mendukung kegiatan konservasi lokal tetapi juga membantu pembangunan masyarakat setempat secara berkelanjutan, misalnya dengan membentuk program-program pendidikan lingkungan.

8. Perjalanan wisata mengunakan teknologi sederhana yang tersedia di daerah tujuan wisata, terutama yang hemat energi, dan menggunakan sumberdaya lokal, termasuk melibaikan masyarakat lokal dalam pembuatanya.

9. Kegiatan wisata berskala kecil, baik dalam arti jumlah wisatawan maupun usaha jasa yang dikelola, meskipun dengan cara tersebut keuntungan yang diperoleh cenderung kecil (janianton damanik dan F.weber, 2006:37).

Dari penjelasan di atas dapat dilihat tiga prespektif ekowisata yaitu: ekowisata sebagai produk merupakan wisata yang semua atraksi wisatanya berbasis pada sumber daya alam. Ekowisata sebagai pasar yakni perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Ekowisata sebagai pendekatan pengembangan yakni metode yang memanfaatkan pengelolaan sumber daya alam pariwisata yang ramah lingkungan.

2.9 Kunjungan Wisata

Berbicara tentang kunjungan wisata tentu erat hubunganya dengan kuantitas pengunjung yang berkunjung kesuatu daerah objek wisata. Dengan kata lain dapat di


(35)

defenisikan bahwa kunjungan wisata adalah jumlah wisatawan yang datang kesuatu objek wisata.

Meningkatnya kunjungan wisata di suatu objek wisata sangat ditentukan oleh jenis dan daya tarik yang terdapat di objek wisata tersebut.

2.10 Strategi Peningkatan Kunjungan Wisata.

Strategi peningkatan kunjungan wisata adalah upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan kunjungan di suatu objek wisata. Salah satu upaya tersebut yaitu melalui pembangunan atau pengembangan objek wisata.

Pengembangan suatu objek wisata harus dilakukan berdasarkan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang artinya pengembangan sumber daya (atraksi, aksesibilitas, amenitas) pariwisata yang bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan (stakeholders) dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang (janianton damanik dan helmut F. Weber, 2006).


(36)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN 3.1 Sejarah Simalungun

Suku Simalungun adalah salah satu suku asli dari menetap di bahwa leluhur suku ini berasal dari daerah terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Terdapat 4 Simalungun, yaitu Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba.

Mwnurut peneliti Prof. G. Ferrand (dalam Sortman Saragih,2008:19) Nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar dalam 2 gelombang. Gelombang pertama (Protomelayu), datng sekitar 1000 tahun SM, yang diperkirakan menjadi penduduk nusantara dan mendiami pesisir pantai pulau nusantara. Kelompok ini antara lain adalah Batak (termasuk Simalungun), toraja, dayak dan nias. Gelombang kedua (Deuteromelayu), datang sekitar 500 tahun SM. Kelompok ini termasuk orang Jawa dan Madura dan Makassar.

Pustaha Parpandanan Na Bolag (pustaka Simalungun kuno) mengisahkan bahwa Parpandanan Na Bolag (cikal bakal daerah Simalungun) merupakan kerajaan tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir Selat Malaka) hingga ke Toba yaitu kerajaan nagur.

Selama abad ke-13 hingga ke-15, kerajaan ini mendapatkan serangan dari kerajaan-kerajaan lain seperti Singasari, Majapahit, Rajendra Chola (India) dan dari Sultan Aceh, Sultan-sultan Melayu hingga Belanda. Dan pada masa saat itu terdapat cerita “Hattu ni Sapar” yang mencritakan kengerian keadaan masa itu di mana


(37)

kekacauan diikuti oleh merajalelanya penyakit kolera yang menimpa masyarakat nagur, dan memaksa masyarakat nagur menyeberangi “Laut Tawar” (sebutan untuk Danau Toba pada masa itu) untuk pindah mengungsi ke pulau yang dinamakan Samosir yang merupakan singkatan dari Sahali Misir (bahasa Simalungun, artinya sekali pergi).

Saat pengungsi ini kembali ke tanah asalnya (huta hasusuran), mereka menemukan daerah Nagur yang sepi, sehingga dinamakanlah daerah kekuasaan kerajaan Nagur itu sebagai Sima-sima ni Lungun, bahasa Simalungun untuk daerah yang sepi, dan lama kelamaan menjadi Simalungun. Daerah Simalungun pada awalnya terdiri dari empat kerajaan, yaitu Kerajaan Siantar, kerajaan Panei, kerajaan Dolog Silau dan kerajaan Tanah Jawa. Dan setelah kemerdekaan RI Simaungun menjadi sebuah kabupaten di Sumatera Utara

3.2 Letak dan luas wilayah Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun terletak pada 98032 – 99035 BT dan 02036 – 02018 LU dengan rata-rata 369 meter diatas permukaan laut.

Dan berbatasan dengan lima kabupaten yaitu:

• Sebelah Utara : kabupaten serdang Bedagai, • Sebelah Timur : kabupaten Asahan.

• Sebelah Selatan : kabupaten Samosir • Sebelah Batar : kabupaten Karo.

Luas wilayah kabupaten Simalungun adalah 43866 km2 atau 6,12 dari luas wilayah sumatera utara. Kabupaten Simalungn terdiri dari 32 kecamatan dan 310


(38)

nagori/desa. Kabupaten Simalungun memiliki topografi yang bevariasi. Dataran tinggi terletak dibagian barat daya, barat dan barat laut. dataran rendah terletak pada bagian Utara, timur dan tenggara dengan kemiringan lereng 0 – 40%

3.3 Pembagian Wilayah Administratif

Terdapat sebuah keunikan di Kabupaten Simalungun mengenai wilayah administrati yaitu terdapat daerah yang dinamakan nagori yang artinya adalah desa yang dikepalai oleh Pangulu (bahasa simalungun) atau kepala desa. Sistem ini berasal dari sistem pemerintahan pada masa kerajaan di simalungun dimana pada masa itu kerajaan di Simalungun telah membat pembagi wilayah atministratif kerajaan yang tediri dari nagori yang dikepalai oleh pangul dan dusun yang dikepalai oleh gamot. Dan sistem pemerintahan seperti itu masih dipertahankan sampai sekarang. Ibukaota kabupaten simalungun berada di Pematang Raya. Kabupaten Simalungun terdiri dari


(39)

31 kecamatan dan 310 nagori/desa dan 21 kelurhan, berikut adalah tabel nama-nama kecamatan di kabupaten Simalungun

Tabel 3.1

Daftar Nama-nama keamatan di Kebupaten Simalumgun

No Nama Kecamatan

1 Kecamatan Raya 2 Kecamatan Sianttar

2 Kecamatan Dolok Pardamean 4 Kecamatan Panei

5 Kacamatan Tanah Jawa 6 Kacamatan Hutabayu Raja 7 Kacamatan Dolok Panribuan

8 Kacamatan Girsang Sipangan Bolon 9 Kacamatan Purba

10 Kacamatan Silima Kuta

11 Kacamatan Dolok Batu Nanggar 12 Kacamatan Dolok Silau

13 Kacamatan Raya Kahean 14 Kacamatan Silau Kahean 15 Kacamatan Bandar 16 Pamatang Bandar

17 Kacamatan Bosar Maligas 18 Kacamatan Ujung Padang

19 Kacamatan Pamatang Silimakuta 20 Kacamatan Tapian Dolok

21 Kacamatan Sidamanik 22 Kacamatan Gunung Malela 23 Kacamatan Gunung Maligas 24 Kacamatan Bandar Masilam 25 Kacamatan Bandar Huluan 26 Kacamatan Jawa Keraja 27 Kacamatan Hatonduhan

28 Kacamatan Pamatang Sidamanik 29 Kacamatan Panombean Pane 30 Kacamatan Harangaol Horisan 31 Kacamatan Jorlang Hataran


(40)

3.4 Keadaan Tanah dan Lahan

Keadaan tanah di kabupaten Simalungun sangat potensial untuk daerah permukiman, perkebunan, pertanian. Adapun kondisi tanah di kabupaten simalungun mencakup

• Tanah curam : 39.900 Ha/ 9,12% • Tanah datar : 99.803 Ha/ 23,76% • Tanah berbukit : 96.699 Ha/ 22,06% • Tanah landai : 202.258 Ha/46,06%

Penggunaan lahan di kabupaten simalungun sangat beragam yaitu • Perkebunan : 38,23%

• Sawah : 13,52%

• Tegalan : 6,39%

• Pertanian campuran : 4,41% • Semak-semak : 10,51%

• Hutan : 25,21%

• Permukiman : 1,49% • Alang-alang : 0.06%

• Sungai : 0,20%

3.5 Keadaan Iklim kabupaten Simalungun

Keadaan iklim di kabupaten simalungun bertemperatur sedang, suhu tertinggi terdapat pada bulan juni dengan rata-rata 25,90C. Dan rata-rata suhu udara pertahun 30,00C dan terendah 21,00C.


(41)

Kelembapan udara rata-rata perbulan 84,0% dengan kelembapan tertinggi terjadi pada bulan januari dan maret yaitu 87% dengan penguapan rata-rata 3,18 mm/hari (data BPS Simalungun 2010)

3.6 Keadaan Sosial budaya di Kabupaten Simalungun. 3.6.1 Seistem Kekerabatan dan Kemasyarakatan

Marga memegang peranan penting dalam adat Simalungun. Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan silsilah karena penentu partuturan di Simalungun adalah hasusuran (tempat asal nenek moyang) dan tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat (acara-acara adat). Hal ini bisa dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya aha do marga ni ham? (apa marga anda) tetapi hunja do hasusuran ni ham (dari mana asal-usul anda)? Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei (dari Raya, Purba, Dolog, Panei. Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih).

Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai partuturan. Tutur bisa diterjemahkan sebagai panggilan yang digunakan masyarakat Simalungun sebagai sebutan untuk/kepada orang tertentu. Partuturan menetukan dekat atau jauhnya hubungan pardihadihaon (kekeluargaan), dan terbagi dalam beberapa kategori sebagai berikut:

1. Tutur Manorus / Langsung yaitu, perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri.

2. Tutur Holmouan / Kelompok yaitu, melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun


(42)

3. Tutur Natipak / Kehormatan yaitu, tutur Natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat. Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronim SISADAPUR yaitu, Sinaga, Saragih, Damanik, dan Purba. Keempat marga ini merupakan hasil dari Harungguan Bolon (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh).

Perbauran suku asli Simalungun dengan suku-suku di sekitarnya di Pulau Samosir, Silalahi, Karo, dan Pakpak menimbulkan marga-marga baru. Marga-marga tersebut yaitu:

1. Saragih yaitu: Sidauruk, Sidabalok, Siadari, Simarmata, Simanihuruk, Sidabutar, Munthe dan Sijabat

2. Purba yaitu: Manorsa, Simamora, Sigulang Batu, Parhorbo 3. Damanik yaitu: Malau, Limbong, Sagala, Gurning dan Manikraja 4. Sinaga yaitu: Sipayung, Sihaloho, Sinurat dan Sitopu

Selain itu, ada juga marga-marga lain yang bukan marga Asli Simalungun tetapi kadang merasakan dirinya sebagai bagian dari suku Simalungun, seperti Lingga, Manurung, Butar-butar dan Sirait.

Zaman raja Simalungun, orang yang tidak jelas garis keturunannya dari raja-raja disebut jolma tuhe-tuhe atau silawar (pendatang). Akibat hukum marga yang keras di Simalungun masyarakat pendatang tersebut menyatukan dirinya dengan marga raja-raja agar mendapat hak hidup di Simalungun. Demikianlah sehingga makin bertambah banyak marga di Simalungun. Tetapi meski demikian sejak dahulu


(43)

hanya ada empat marga pokok di Simalungun yakni SISADAPUR (Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba).

Masyarakat Simalungun dalam ikatan sosialnya terikat dalam organisasi sosial yang disebut Tolu Sahundulan Lima Saodoran yang mengikat orang Simalungun dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun. Adapun hubungan Tolu Sahundulan, lima saodoran , yaitu

a. Unsur Sanina yang mempunyai Horja (pesta), ditambah dengan saudara-saudaranya dari garis bapak dan ompung semarga.

b. Unsur Boru, pelaksana tugas dalam Horja yang ditentukan, terdiri dan suami saudara perempuan bapak ditambah dengan suami saudara perempuan dari sanina yang punya Horja

c. Tondong, yaitu mereka yang dihormati dan duduk di luluan (tempat terhormat) yang terdiri dari saudara laki- laki ibu dan istri yang punya Horja.

d. Boru mintori, adalah boru dari pihak boru yang turut melaksanakan tugas dalam Horja di rumah tondongnya.

e. Tondong Bona atau Bonaniari adalah saudari laki-laki dari ompung perempuan.

Adanya struktur (kerangka susunan) lembaga adat ini sekaligus memberi gambaran atau besar kecilnya suatu upacara adat itu menurut besar kecilnya perhelatan adat yang akan dilaksanakan. Dalam kehidupan sehari-hari hubungan kekerabatan ini diistilahkan dengan Sisei, sukkun, sari dan surduk ibagas Habonaron do Bona dalam bermasyarakat, dengan penjabaran


(44)

dingat martulang sisei bani Sanina holong / sari bani Boru sukkun marsinhuta

3.6.2 Sistem Kepercayaan

Sebelum masuknya agama Kristen dan Islam ke Simalungun, orang Simalungun sudah menganut agama atau kepercayaan animisme yang disebut parhabonaron yang merupakan warisan dari budaya hindu yang tertanam secara terun-temutun. Kepercayaan parhabonaron adalah keyakinan yang mempercayai bahwa semua makhluk atau benda mempunyai kekuatan (power) yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia di sekitarnya.

Menurut J. Tideman (dalam buku Sortman Saragih, SH, MARS. Orang simalungun) orang Simalungun menyakini semua mahkluk, tumbuh-tumbuhan atau benda terentu mempunyai kekuatan gaib. Dam mereka mempercayai bahwa ada tuhan penipta langit dan bumi beserta segla isinya yang disebut dengan nama Naibata (dewata).

Kepercayaan animisme parhabonarn yang dianut mastyarakat Simalungun menguraikan alam semesta ini terbagi atas tiga alam yaitu : nagori atas, nagori tongah, nagori toruh. Nagori atas adalah tempat bermukimnya Naibata (Tuhan), nagori tongah yaitu bumi tempat manusia hidup atau bermukim, nagori toruh yaitu tempat bermukim roh-roh manusia yang telah meninggal.


(45)

Sekarang masyarakat tidak lagi menganut ajaran animisme seperti yang diuraikan di atas. Tetapi telah memiliki agama seperti Kristen Protestn, Islam, Katolik. Sebagian besar masyarakat simalungun telah menganut ketiga agama tersebut. Secara persentase penduduk yang menganut agama Islam sebanyak 57,41%, kristen 42,14% dan agama lain sebanyak 0,45%.

3.6.3 Sistem Mata Pencaharian

Sesuai dengan kondisi alam dan lingkungan kabupaten Simalungun, sektor pertanian merupakan andalan untuk sumber nafkah masyarakat Simalungun. Masyarakat Simalungun umunya menam padi dan jagung karena merupakan sumber bahan pangan utama adalah padi dan jagung sebagai makanan tambahan.

3.7 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun mempunyai sarana dan prasarana perhubungan darat, kereta api, angkutan sungai dan danau disamping itu juga terdesia sarana dan prasarana listrik, telekomunikasi dan air bersih yang merupakan salah satu pasilitas pendukung dalam kepariwisataan di daerah tersebut. Disamping itu saat pemerintah kabupaten Simalungun telah membangun fasilitas bandara yang berada di Pematang Raya sebagai pendukung kepariwisataan di kabupaten Simalungun.

Disamping itu juga tersedia hotel/akomodasi yang mendukung kepariwisataan simalungun yang memiliki fasilitas hotel kelas melati maupun berbintang.

3.8 Objek-objek wisata di Kabupeten Simalungun.

Objek-objek wisata yang menjadi andalan di kabupaten simalungun adalah objek wisata alam, misalnya kota parapat yang terletak di tepi danau toba. Tetapi


(46)

masih banyak lagi objek-objek yang masih bagus untuk dikunjungi. Berikut ini daftar objek-objek wisata di kabupaten Simalungun.

Tabal 3.2

Nama-nama objek-objek wisata di kabupaten Simalungun.

No Nama Kecamatan Lokasi Wisata Jenis Wisata

1 Purba Rumah Bolon Wisata Budaya

2 Haranggaol Kohan road Wisata alam

Haranggaol Sda

Liang atas Sda

Liang nakka Sda

Pantai silumbak Sda

3 Dolok Pardamean Simarjarunjung Sda

Tiga ras Sda

4 Sidamanik Tanjung unta Sda

Sipolha sda

Sidamanik Wisata agro

Bah butong Sda

Toba sari Sda

5 Girsang Sipangan Bolon Danau toba Wisata alam

Batu gantung Sda

Camping gound Wisata remaja

Sip.bolon Wisata agro

Huta sibatu lolting Wisata alam

Sibaganding Sda

Air terjun hlimbingan Sda

Dlk simarbalatuk sda

Batu lubang Sda

Dolok sae sae Sda

Liang majontik Sda

Liang bolon Sda

Mual bolon Sda

6 Dolok Panribuan Batu gajah wisata budaya

Maningom sda

Botanical garden wisata agro

7 Jorlang Hataran Batu siloan Wisata budaya

Kasinder Wisata agro


(47)

Tabal 3.2

Nama-nama objek-objek wisata di kabupaten Simalungun Lanjutan.

No Nama Kecamatan Lokasi Wisata Jenis Wisata

9 Siantar Museum Wisata budaya

Perkebunan marihat Wisata agro

Pemandian bah tio Wisata rekreasi

10 Gunung Maligas Karang anyer Sda

11 Gunung Malela Perk. Karet bangun Wisata agro

Pemandian silulu Wisata rekreasi

12 Dolok Batu Nanggar Dolok ilir Wisata tirta

Dolok marangir Wisata agro

Bah bolon Sda

Bah tobu Wisata alam

Dolok hataran Sda

13 Panombean Pane Marjandi Wisata agro

14 Bandar Keramat kubah Wisata budya

15 Hatonduhan Air terjun bah hapusuk Wisata alam

16 Tanah Jawa Air terjun turunan bunhit Sda

Perk. Balimbingan Wisata agro

17 Jawa Maraja Bah jambi Wisata agro

Pemandian air sejuk Wisata rekreasi

18 Raya Sappuran bah bala Wisata alam

Sappuran tarkni onggan Sda

Panjat tebing dolok simarsolpah, simarsupit

Sda

19 Pematang Bandar Kerasaan Sda

Marihat bandar sda

20 Bandar Huluan Pemandian Bahapal Wisata rekreasi

21 Bosar Maligas Air terjun turgit sandi Sda

22 Tapian Dolok Pemandian dolok dsribu Sda

23 Huta Bayu Raja Perkebunan dolok sinumbah Wisata agro


(48)

BAB IV

UPAYA PENINGKATAN KUNJUNGAN WISATA DI OBJEK WISATA ALAMTINGGI RAJA KABUPATEN SIMALUNGUN

4.1 Legenda Tinggi Raja

Sebagai salah satu daya tarik yang dimiliki objek wisata alam Tinggi Raja adalah sebuag legenda yang menceritakan terjadinya daerah tersebut. Berdasarkan beberapa sumber seperti brosur dinas pariwisata Simalungun, buku Sinalsal, internet, dan wawancara dengan seorang tokoh masyarakat Simalungun, dapat diceritakan sebagai berikut.

Di daerah Simalungun terdapat sebuah gunung yang bernama Tinggi Raja. Di sekitar Gunung Tinggi Raja terhampar hutan lebat dan pemandangan alam yang indah, penuh dengan tumbuhan bunga.

Menurut cerita, pada zaman dahulu kala, kawasan tempat berdirinya Gunung Tinggi Raja adalah suatu kerajaan kecil yang dipimpin oleh Raja Purba Silangit. Dari permaisuri dan selir-selirnya, Raja Purba Silangit memperoleh beberapa orang putri cantik. Salah seorang diantaranya yaitu, putri dari permaisuri, luar biasa cantik parasnya. Oleh karena itu, putri itu sangat disayangi oleh Raja Purba Silangit dan permaisurinya.

Pada suatu masa, tibalah saatnya untuk menyelenggarakan upacar menanam padi di ladang kepunyaan Raja Purba Silangit. Raja dan permaisuri beserta selirnya, disertai oleh putri-putri mereka bersama penduduk kerajaan ikut di dalam upacara menanam padi. Akan tetapi, putri Raja Purba Silangit yang sangat cantik itu tidak diperkenankan ikut dalam upacara itu. Permaisuri dan Raja Purba Silangit khawatir


(49)

putrinya yang sangat cantik itu akan kelelahan dan rusak kulitnya disengat matahari. Meskipun sang Putri meminta agar diperkenankan ikut, permintaanya itu tetap ditolak oleh Raja Purba Silangit dan permaisurinya. Setelah semua orang pergi mengikuti upacara menanam padi, tinggallah sang Putri di istana. Karena sangat sedih ditinggalkan semua orang, menagislah Putri tersedu-sedu. Mendengar suara tangisan Putri, datanglah Neneknya, yaitu Ibu Purba Silangit. Sang Nenek menanyakan mengapa sang Putri menangis. “Hamba ingin sekali ikut ke ladang menghadiri upacara menanam padi, tetapi tidak diperkenankan oleh Ayah dan Ibu,” kata sang Putri. Mendengar keterangan cucu kesayangannya itu, ibalah hati sang Nenek melihat sang Putri. “Apakah sang Putri masih ingin pergi ke ladang melihat orang yang melakukan upacara menanam padi di sana?” tanya sang Nenek. “Hamba ingin sekali melihat upacara itu karena selama ini hamba tidak diperbolehkan pergi kemana-mana. Di pihak lain, saudara-saudara hamba yang lain selalu bebas pergi ke mana saja mereka suka,” kata sang Putri.

Untuk memenuhi keinginan cucu kesayangannya itu, sang Nenek menyuruh sang Putri memasak air di kuali yang besar sekali. Ke dalam kuali itu harus pula dimasukkan daging. Semua yang disuruh neneknya itu dikerjakan oleh sang Putri.

Setelah air dalam kuali yang sangat besar itu mendidh dan daging yang di dalamnya menjadi lembek, disuruh neneknyalah sang Putri masuk ke air mendidih itu. Karena sang Putri yakin Neneknya itu tidak akan mencelakakan dirinya, masuklah dia ke dalam kuali yang berisi air mendidih itu. Beberapa saat setelah sang Putri tenggelam dalam air yang mendidih itu, terjelmalah dia menjadi seekor merpati yang cantik sekali. Kemudian, merpati itu terbang menuju ladang ayahnya Raja Purba


(50)

Silangit. Tak lama kemudian, tampaklah merpati itu terbang berputar-putar di atas orang ramai yang sedang melakukan upacara menanam padi di ladang itu. Sambil terus terbang berputar-putar di angkasa, burung merpati itu bernyanyi. Orang banyak jadi tercengang mendengar nyanyian merpati itu. Mereka pun teringat kepada sang Putri yang mereka tinggalkan di istana sebab suara merpati itu menyerupai suara sang Putri. Kemudian, mereka sadar bahwa mereka sudah lupa menyuruh mengantar makanan untuk sang putri dan ibu Raja Purba Silangit yang ditinggal di istana.

Raja Purba Silangit segera menyuruh seseorang agar pergi mengantar makanan istana untuk ibu dan putrinya. Dalam upacara menanam padi itu berbagi makanan sengaja dimasak untuk orang banyak yang ikut dalam upacara itu. Orang yang disuruh Raja Purba Silangit mengantar makanan itu sengaja memilih makanan yang paling enak dan dibawanya ke istana. Akan tetapi, di tengah jalan menuju istana sebagian besar makanan itu dilahapnya. Kemudian sisa-sisanya dia serahkan pada Ibu Raja Purba Silangit yang sudah lapar karena makanan lama sekali baru diantarkan untuknya. Ketika Ibu Raja Purba Silangit mengetahui bahwa makanan yang diberikan kepadanya adalah sisa-sisa, maka perasaannya tersinggung dan dia jadi murka sekali. Oleh karena itu, pergilah dia menangkap seekor kucing. Kemudian, kepala kucing itu diikatnya dengan kain pengikat kepala yang biasa dipakai oleh perempuan kalau melakukan tarian adat. Setelah itu, dia dipanggil beberapa orang anak-anak untuk mengikuti ke balai pertemuan yang terletak dekat istana. Setelah mereka berada di balai pertemuan itu, dia disuruh anak-anak itu memainkan gendang yang terdapat di tempat itu. Dengan iringan bunyi gendang yang dimainkan anak-anak itu, kucing yang dibawanya dia suruh menari-nari. Lalu menari-narilah kucing itu mengikuti


(51)

irama gendang adat yang dimainkan anak-anak itu, tak lama kemudian awan gelap mulai menutupi. Lubang-lubang tanah yang terbelah itu memancar air panas. Makin lama, goncangan gempa itu semakin kuat dan bertambah banyak tanah yang terbelah dan runtuh. Air panas yang tersembur dari dalam tanah mengalir kemana-mana.

Mereka yang sedang melakukan upacara menanam padi di ladang Raja Purba Silangit menjadi ketakutan dan berlari kesana-kemari untuk menyelamatkan diri. Namun, tak seorangpun dari mereka yang berhasil menyelamatkan diri.

Semuanya hilang ditelan bumi. Setelah sekian jam digoncang gempa, lenyaplah kerajaan Raja Purba Silangit bersama semua pengisinya. Kemudian, sebagai gantinya terbentuklah sebuah gunugn di bekas tempat kerajaan itu. Di kemudian hari, gunug itu dinamakan orang Gunung Tinggi Raja.

Puluhan tahun kemudian setelah kejadian gempa itu, disekitar Gunung Tinggi Raja tumbuh hutan lebat. Ditengah-tengah hutan itu terdapat banyak bunga yang berwarna-warni. Bunga-bunga itu merupakan penjelmaan dari permaisuri dan para selir Raja Purba Silangit. Di kawasan itu terdapat pula tanah membukit yang bentuknya menyerupai bangunan istana yang disebut Rumah Bolon. Selain itu, terdapat pula unggukan tanah yang bentuknya menyerupai lesung besar yang pada zaman dahulu terdapat di kerajaan Raja Purba Silangit.

4.2 Gambaran Umum Objek Wisata Alam Tinggi Raja.

Secara administratif pemerintahan, Kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja terletak di Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. Kawasan ini tepatnya berada di desa Dolok Marawan. Untuk dapat mencapai lokasi harus melelui jalan darat dengan dua trayek/route yaitu :


(52)

• Medan - Lubuk Pakam - Tebing Tinggi - Dolok Tinggi Raja sejauh lebih kurang 110 Km dengan waktu tempuh 3 jam.

• Medan - Lubuk Pakam - Galang - Dolok Masihul - Dolok Tinggi Raja 97 Km.

Luas keseluruhan Kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja lebih kurang 167 Ha, dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Zelfbestuur Besluit ZB tanggal 18 April 1924 No. 24.

4.3 Potensi yang dimiliki.

Kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja memiliki fenomena alam yang khas antara lain sumber air panas yang mengandung belerang, dan membentuk teras-teras tanah kapur ke bawah dengan warna beraneka ragam. Sumber air panas tersebut memiliki suhu 300. Aliran air panas yang menyatu dengan air sungai membut air terasa hangat dan dapat dimanfaatkan untuk mandi-mandi.

Potensi sumber air panas tersebut (sekitar 35 Ha.) menarik perhatian pengunjung (pada umumnya masyarakat lokal) dan pada hari lubur kunjungan semakin meningkat.

Selain potensi air panas, flora yang tumbuh di kawasan ini juga merupakanpotensi lain yang tidak kalah menariknya. Hutan flora ini terdiri dari berbagai macam spesies seperti Meranti Bunga (Shorea parvifolia), Kenari (Canarium) dan Malu Tua (Tristia sp) untuk jenis pohon, sedangkan jenis perdu terdiri dari tumbuhan Rotan (Calamus Manau) Anggrek (Bulbophylum), Kantong Semar (Nephenthes sp) serta Pandan (Pandanus sp).


(53)

Hutan tersebut juga memiliki potensi fauna. Terdapat lebih dari 45 jenis satwa liar, diantaranya adalah hewan-hewan yang sudah dilindungi, seperti Harimau Sumatera, Kancil, Kijang, Rusa, Kambing Hutan, Siamang, Beruang dan lain-lain.

Legenda tentang terjadinya daerah tersebut juga merupakan suatu history yang dapat digunakan dalam promosi kepada publik.

4.4 Sarana dan Prasarana.

Walaupun telah menjadi suatu objek yang dipromosikan pemerintah daerah, namun sarana dan prasarana pendukung untuk berkembangnya objek wisata tersebut dapat dikatakan belum maksimal atau bahkan sama sekali tidak ada.

Infrastruktur jalan yang memadai menuju objek tersebut, demikian juga fasilitas kepariwisataan lain seperti penginapan, restoran, dan lain-lain sekita objek wisata tersebut.

4.5 Upaya Peningkatan Kunjungan Wisata Alam Tinggi Raja.

Berbicara masalah peningkatan kunjungan wisata, kita harus memahami dahulu upaya atau srategi yang harus dilakukan dalam pengembangan suatu objek wisata. Secara teoritis ada beberapa hal yang dianggap dapat meningkatakan kualitas suatu objek wisata yaitu :

• Meningkatkan Sumber Daya Alam • Meningkatkan Sumber Daya Budaya • Meningkatkan Sumber Daya Manusia


(54)

Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut maka kemungkinan akan berkembangnya suatu objek wisata cukup besar, sehinga mampu menarik banyak pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri.

Selain upaya peningkatan ketiga Sumber Daya yang ada tersebut, hal lain yang juga perlu mendapat perhatian khususnya untuk mendukung peningkatan wisata di objek Wisata Alam Tinggi Raja adalah :

• Pembangunan sarana dan prasarana pendukung. • Peningkatan promosi.

4.5.1 Peningkatan Sumber Daya Alam

Peningkatan sumber daya alam yang dimaksud adalah masalah pemanfaata sumberdaya alam. Pengembangan hendaknya bersifat ramah lingkungan dan bertanggungjawab terhadap pelestarian alam atau lingkungan.

Berkenaan dengan objek wisata alam tinggi raja, sumber daya yang terkandung yang merupakan potensi yang dimiliki objek tersebut, sebaiknya dimanfaatkan dengan memperhatikan konsep wisata yang ramah lingkungan, Sehingga kawasan tersebut dapat bertahan dalam jangka panjang, berkelanjutan (sustainable) serta memberikan manfaat baik bagi masyarakat setempat, lingkingan, dan budaya.

4.5.2 Peningkatan Sumber Daya Budaya

Sumber daya budaya juga harus ditingkatkan dalam meningkatkan kualitas suatu objek. Maksudnya adalah bagaimanakah budaya masyarakat sekitar dalam


(55)

pengembangan objek wisata tetsebut. Apakah masyarakat menerima atau menolak pengembangan karena bertentangan dengan nilai-nilai budaya masyarakat lokal.

Akantetapi pembangunan kepariwisataan haruslah berbarengan dengan pengembangan budaya. Dimana pengembangan kepariwisataan dan budaya harus berjalan secara beriringan, karena kebdayaan yang ada di suatu objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung.

Dengan seimbangnya pengembangan kebudayaan dalam keariwisataan maka kebudayaan tersebut akan terjaga dan tidak akan hilang.

4.5.3 Peningkatan Sumber Daya Manusia

Suatu hal yang paling urgen adalah bagaimana sumber daya manusia masyarakat disekitar objek wisata alam Tinggi Raja. Sumberdaya manusia dibutukan karena masyarakat lokal yang berpendidikan atau makmiliki pemahaman tentang konsep kepariwisataan tentunya akan memudahkan pengembangan objek tersebut.

4.5.4 Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendukung

Selain peningkatan sumber daya alam, sumber daya budaya, sumber daya manusia, hal lain yang tak kalah pentingnya adalah kelengkapan sarana dan prasarana. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa objek wisata alam Tinggi Raja sangat minim dalam hal sarana dan prasarana terutama akses jalan yang kebanyakan rusak dan sarana pengnapan dan restoran yang tidak ada.

Dalam hal ini, perhatian pemerintah daerah sangat dibutuhkan yaitu dengan membangun akses jalan yang lebih baik supaya wisatawan tidak enggan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut, demikian juga dengan sarana penginapan dan restoran hendaknya tersedia di objek wisata tersebut.


(56)

4.5.5 Promosi

Setelah pengembangan atau pembangunan objek wisata dilakukan seperti yang telah diuraiakn pada bagian sebelumnya, hal lain yang juga sangat penting dalam peningkatan kunjungan wisata adalah upaya promosi.

Dengan melakukan promosi ke publik maka daerah tujuan wisata yang dimaksud akan semakin dikenal sehingga banyak pengunjung yang akan datang ke objek tersebut.

Selain upaya promosi melalui berbagai media seperti media cetak dan elektronik, promosi melalui mulut ke mulut juga cukup efektif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Namun semua elemen yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya harus saling mendukung satu dengan yang lain.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan.

Tinggi raja adalah cagar alam yang merupakan suatu objek wisata alam yang terdapat di kabupaten simalungun. Objek ini dikenal dengan alam hutan yang indah dan sumber air panas yang terdapat. Walaupun indah dan menabjukkan namun belum dikembangkan secara maksimal, padahal objek tersebut memilki potensi wisata yang sangat menarik untuk dikembangkan atau dikelola secara maksimal dan berkelanjutan.

Dalam peningkatan kunjungan wisata di objek wisata alam Tinggi Raja perlu dilakukan suatu pengembangan pariwisata dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan, dimana pembangnan kepariwisataan sangat memperhatikan kelestarian alam dan budaya disamping dapat pula memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.

Dalam pengembangan suatu objek dibutuhkan kerjasama antar pihak-pihak yang terkait. Hubungan pihak penyelenggara tour sebagai sarana yang memperkenalkan atau menjual paket wisata serta pemerintah daerah kabupaten Simalungun sebagai pengembang dan pengelola daerah objek wisata dan masyarakat lokal disekitar objek wisata tersebut sangat diharapkan dapat berjalan seirama dan harmonis.

5.2 Saran.

Dalam pengembangan Objek Wisata alam Tinggi Raja tersebut pemerintah Kabupaten Simalungun haruslah turut serta berpartisipasi dan memberi perhatian


(58)

penuh untuk meningkatkan kunjungan wisata di kabupaten Simalungun khususnya di Objek Wisata alam Tinggi Raja tersebut.

Pengembangan suatu objek wisata hendaknya tidak dilakukan secara tanggung tetapi harus all effort (sepenuh daya upaya) dan berkelanjutan. Serta dilakukan secara profesional dan melibatkan berbagai pihak yang terkait (masyarakat lokal, pelaku-pelaku wisata, pemarintah daerah) agar keberadaan dan perkembangan objek wisata tersebut dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Simalungun. 2010. Simalungun Dalam Angka. Brosur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Simalungun. 2011.

Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. F. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari

Teori ke Aplikasi. Andi. Yokyakarta.

Erawan. I. Nyoman. Dr. SE. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi. Upada Sastra. Denpasar.

Local Legend of Simalungun. Simalungun Goverment Tourism, Art and Culture Authority.

Madjid Mukhtar. Drs. 2003. Geografi Pariwiswata Indonesia. Bartong Jaya. Marpaung Happy. DRS, SH, MH. 2000. Pengetahun Kepriwisataan. Alfabeta,

Bandung.

Pendit Nyoman. S. 1967. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT.Pradnya Paramita. Jakarta.

Ross, Glenn. F. 1998. Psikologi Pariwisata. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Saragih, Sortaman. dr, SH, MARS. 2008. Orang Simalungun. CV.Citama Vigora.

Depok.

Suantoro Gamal. SH. 2002. Dasar-dasar Pariwisata. Andi. Yokyakarta. Sumbayak, Japiten. Drs. Refleksi Habonaron do Bona Dalam Adat Budaya

Simalungun. Pematang Raya.

Syafiie, Ini kencana. Drs, M.Si. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Mandar Maju. Bandung.


(1)

Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut maka kemungkinan akan berkembangnya suatu objek wisata cukup besar, sehinga mampu menarik banyak pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri.

Selain upaya peningkatan ketiga Sumber Daya yang ada tersebut, hal lain yang juga perlu mendapat perhatian khususnya untuk mendukung peningkatan wisata di objek Wisata Alam Tinggi Raja adalah :

• Pembangunan sarana dan prasarana pendukung. • Peningkatan promosi.

4.5.1 Peningkatan Sumber Daya Alam

Peningkatan sumber daya alam yang dimaksud adalah masalah pemanfaata sumberdaya alam. Pengembangan hendaknya bersifat ramah lingkungan dan bertanggungjawab terhadap pelestarian alam atau lingkungan.

Berkenaan dengan objek wisata alam tinggi raja, sumber daya yang terkandung yang merupakan potensi yang dimiliki objek tersebut, sebaiknya dimanfaatkan dengan memperhatikan konsep wisata yang ramah lingkungan, Sehingga kawasan tersebut dapat bertahan dalam jangka panjang, berkelanjutan (sustainable) serta memberikan manfaat baik bagi masyarakat setempat, lingkingan, dan budaya.

4.5.2 Peningkatan Sumber Daya Budaya

Sumber daya budaya juga harus ditingkatkan dalam meningkatkan kualitas suatu objek. Maksudnya adalah bagaimanakah budaya masyarakat sekitar dalam


(2)

pengembangan objek wisata tetsebut. Apakah masyarakat menerima atau menolak pengembangan karena bertentangan dengan nilai-nilai budaya masyarakat lokal.

Akantetapi pembangunan kepariwisataan haruslah berbarengan dengan pengembangan budaya. Dimana pengembangan kepariwisataan dan budaya harus berjalan secara beriringan, karena kebdayaan yang ada di suatu objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung.

Dengan seimbangnya pengembangan kebudayaan dalam keariwisataan maka kebudayaan tersebut akan terjaga dan tidak akan hilang.

4.5.3 Peningkatan Sumber Daya Manusia

Suatu hal yang paling urgen adalah bagaimana sumber daya manusia masyarakat disekitar objek wisata alam Tinggi Raja. Sumberdaya manusia dibutukan karena masyarakat lokal yang berpendidikan atau makmiliki pemahaman tentang konsep kepariwisataan tentunya akan memudahkan pengembangan objek tersebut. 4.5.4 Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendukung

Selain peningkatan sumber daya alam, sumber daya budaya, sumber daya manusia, hal lain yang tak kalah pentingnya adalah kelengkapan sarana dan prasarana. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa objek wisata alam Tinggi Raja sangat minim dalam hal sarana dan prasarana terutama akses jalan yang kebanyakan rusak dan sarana pengnapan dan restoran yang tidak ada.

Dalam hal ini, perhatian pemerintah daerah sangat dibutuhkan yaitu dengan membangun akses jalan yang lebih baik supaya wisatawan tidak enggan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut, demikian juga dengan sarana penginapan dan restoran hendaknya tersedia di objek wisata tersebut.


(3)

4.5.5 Promosi

Setelah pengembangan atau pembangunan objek wisata dilakukan seperti yang telah diuraiakn pada bagian sebelumnya, hal lain yang juga sangat penting dalam peningkatan kunjungan wisata adalah upaya promosi.

Dengan melakukan promosi ke publik maka daerah tujuan wisata yang dimaksud akan semakin dikenal sehingga banyak pengunjung yang akan datang ke objek tersebut.

Selain upaya promosi melalui berbagai media seperti media cetak dan elektronik, promosi melalui mulut ke mulut juga cukup efektif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Namun semua elemen yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya harus saling mendukung satu dengan yang lain.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan.

Tinggi raja adalah cagar alam yang merupakan suatu objek wisata alam yang terdapat di kabupaten simalungun. Objek ini dikenal dengan alam hutan yang indah dan sumber air panas yang terdapat. Walaupun indah dan menabjukkan namun belum dikembangkan secara maksimal, padahal objek tersebut memilki potensi wisata yang sangat menarik untuk dikembangkan atau dikelola secara maksimal dan berkelanjutan.

Dalam peningkatan kunjungan wisata di objek wisata alam Tinggi Raja perlu dilakukan suatu pengembangan pariwisata dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan, dimana pembangnan kepariwisataan sangat memperhatikan kelestarian alam dan budaya disamping dapat pula memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.

Dalam pengembangan suatu objek dibutuhkan kerjasama antar pihak-pihak yang terkait. Hubungan pihak penyelenggara tour sebagai sarana yang memperkenalkan atau menjual paket wisata serta pemerintah daerah kabupaten Simalungun sebagai pengembang dan pengelola daerah objek wisata dan masyarakat lokal disekitar objek wisata tersebut sangat diharapkan dapat berjalan seirama dan harmonis.

5.2 Saran.

Dalam pengembangan Objek Wisata alam Tinggi Raja tersebut pemerintah Kabupaten Simalungun haruslah turut serta berpartisipasi dan memberi perhatian


(5)

penuh untuk meningkatkan kunjungan wisata di kabupaten Simalungun khususnya di Objek Wisata alam Tinggi Raja tersebut.

Pengembangan suatu objek wisata hendaknya tidak dilakukan secara tanggung tetapi harus all effort (sepenuh daya upaya) dan berkelanjutan. Serta dilakukan secara profesional dan melibatkan berbagai pihak yang terkait (masyarakat lokal, pelaku-pelaku wisata, pemarintah daerah) agar keberadaan dan perkembangan objek wisata tersebut dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Simalungun. 2010. Simalungun Dalam Angka. Brosur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Simalungun. 2011.

Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. F. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi. Andi. Yokyakarta.

Erawan. I. Nyoman. Dr. SE. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi. Upada Sastra. Denpasar.

Local Legend of Simalungun. Simalungun Goverment Tourism, Art and Culture Authority.

Madjid Mukhtar. Drs. 2003. Geografi Pariwiswata Indonesia. Bartong Jaya. Marpaung Happy. DRS, SH, MH. 2000. Pengetahun Kepriwisataan. Alfabeta,

Bandung.

Pendit Nyoman. S. 1967. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT.Pradnya Paramita. Jakarta.

Ross, Glenn. F. 1998. Psikologi Pariwisata. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Saragih, Sortaman. dr, SH, MARS. 2008. Orang Simalungun. CV.Citama Vigora.

Depok.

Suantoro Gamal. SH. 2002. Dasar-dasar Pariwisata. Andi. Yokyakarta. Sumbayak, Japiten. Drs. Refleksi Habonaron do Bona Dalam Adat Budaya

Simalungun. Pematang Raya.

Syafiie, Ini kencana. Drs, M.Si. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Mandar Maju. Bandung.

Yoeti, Oka. Drs. 1983. Ilmu Pengantar Pariwisata. Angkasa. Bandung.