135
3. Deskripsi data penelitian
Himpunan data menunjukan bahwa terdapat berbagai hambatan yang ditimbulkan dalam penerapan pembelajaran matematika berbasis HOTS.
Secara umum guru menanggapi positif gagasan pembelajaran matematika berbasis HOTS. Namun, guru beranggapan bahwa pembelajaran tersebut
hanya relevan untuk siswa-siswa dengan intelegensi di atas rata-rata karena menuntut sikap kritis dan motivasi yang tinggi. Padahal rata-rata siswa SMP di
DIY memiliki populasi siswa heterogen dimana terdapat siswa yang sangat pintar dan terdapat pula yang lemah belajar. Kondisi tersebutlah yang menjadi
permasalah untama dalam penerapan pembelajaran matematika berbasis HOTS.
Identifikasi masalah menunjukan bahwa 8 sekolah dari 9 sekolah masih belum mantab untuk dapat melaksanakan pembelajaran matematika berbasis
HOTS yang dikemukakan dalam berbagai alasan. Permasalahan dapat ditinjau dari sudut pandang siswa dan guru. Sudut pandang pertama menunjukan
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membawa masalah keseharian ke model matematika. Soal kontekstual identik dengan soal cerita yang
menjabarkan berbagai fenomena sehari-hari dalam format masalah matematika. Pada umumnya soal menjadi lebih panjang dan tidak langsung
mengarah pada suatu rumus penyelesaian. Menghadapi soal demikian siswa relatif kesulitan untuk menjabarkan maksud soal dan mengemasnya dalam
suatu model matematika. Soal berkarakter demikian juga dapat dibuat secara variatif dengan berbagai pengembangan. Namun, siswa masih belum terbiasa
dengan masalah yang variatif. Saat ini siswa cenderung tekstual sesuai dengan penjelasan guru. Siswa masih belum terbiasa untuk mengembangkan berbagai
ide dalam proses pembelajaran. Selama ini siswa terbiasa dengan soal dan masalah sederhana yang langsung dapat diselesaikan dengan rumus. Saat
berhadapan dengan soal yang menuntut untuk memahami soal dan berpikir kritis siswa kurang telaten. Sehingga saat disuguhkan permasalahan
matematika berbasis HOTS, siswa cenderung belum siap.
Pembelajaran berbasis HOTS menuntut siswa untuk menguasai berbagai materi prasyarat dengan baik. Fakta bahwa populasi siswa dalam kelas
heterogen membuat hambatan tersendiri. Terdapat beberapa siswa pintar yang menguasai materi prasyarat, namun kebanyakan siswa tidak menguasai materi
prasyarat dengan baik. Pada saat diberikan suatu soal berbasis HOTS mengenai materi teorema Pythagoras, sembilan responden yang merupakan
seorang guru sepakat bahwa tidak semua siswa memiliki kemampuan baik dalam menghitung hasil pengakaran.
Kajian masalah dari sudut pandang guru menunjukan bahwa guru kesulitan dalam mengajarkan siswa untuk memahami soal cerita. Daya juang
siswa cenderung rendah saat harus membaca, memahami dan menerjemahkan soal cerita. Sembilan responden sepakat bahwa siswa cenderung malas saat
membaca soal cerita. Sebagian besar siswa tidak memiliki cukup motivasi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan berbasis HOTS. Permasalahan
lain adalah guru merasa kesulitan untuk mengembangkan soal berbasis HOTS. Guru kesulitan untuk mengaitkan konsep dengan permasalahan sehari-hari.
136 Sedangkan soal dengan karakter demikian belum banyak beredar sehingga
guru tidak dapat menyajikan berbagai masalah secara variatif pada siswa. Masalah lain yang membuat HOTS belum berkembang di sekolah adalah
karena soal ujian berbasis HOTS jarang dimunculkan. Guru cenderung mengajarkan materi yang dapat membekali siswa dalam mengerjakan ujian.
Siswa pun ketika diberikan soal dengan tipe demikian kemungkinan akan mengeluh. Teknologi informasi telah memberikan akses pada siswa untuk tahu
berbagai soal ujian tahun sebelumnya. Wawasan siswa mengenai soal tahun sebelumnya membuatnya mengeluhkan jika diberikan soal yang kemungkinan
tidak muncul dalam ujian. Bahkan salah satu informan menyatakan ketika diberikan materi pengayaan siswa mengeluh karena tidak ada dalam kisi-kisi
ujian.
137
4. Daftar Peserta FGD