74 perawat yang padat serta kebanyakan pasien dan keluarga
berasal dari desa yang tempatnya jauh.
“Ada yang sempat dievaluasi ada juga yang tidak. Nah, kan kebanyakan pasiennya lanjut usia, dari desa dan
rumahnya jauh. Perawat juga kerjanya padat, sehingga mu
ngkin untuk evaluasi memang agak jarang juga” P1
4.4 Pembahasan Data Kuantitatif Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 dari 45
responden menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki peran yang baik sebesar 91,1 dalam melakukan
pengkajian keperawatan pada pasien PPOK di Rumah Sakit
dr. Ario Wirawan Salatiga.
Asumsi hasil analisa dari data terkait tingginya peran perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien PPOK
dengan kategori baik, hal ini karena seringnya perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan pasien
PPOK serta melakukan pengkajian fisik yang meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan
diagnostik. Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada saat sedang melakukan pemeriksaan
atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki format khusus yang mempermudah pencatatan data
pemeriksaan begitu juga dengan Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga. Perawat meninjau semua hasil pengkajian
75 fisik sebelum membantu pasien berpakaian, untuk berjaga-
jaga seandainya perlu memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data tambahan. Setelah itu, melihat hasil dari
pengkajian fisik tersebut perawat menetapkan diagnosa keperawatan. Hal ini serupa dengan pendapat Gordon 1994
dalam Potter Perry 2005, keakuratan pengkajian mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima pasien dan
penentuan respon
terhadap terapi
tersebut. Agar
pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna
dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara berurutan,
sistematis dan dilakukan dengan prosedur yang benar. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 dari 45
responden menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki peran yang baik sebesar 86,7 dalam menetapkan
diagnosa keperawatan pada pasien PPOK di Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga.
Menurut peneliti, hal ini dikarenakan oleh perawat yang mampu menjalankan tugas dan perannya dengan baik
dalam menetapkan diagnosa keperawatan dimulai dari mengidentifikasi
masalah kesehatan
sampai dapat
merumuskan diagnosa keperawatan. Setelah dilakukan pengkajian awal, perawat dapat merumuskan beberapa
76 masalah kesehatan pasien dan menentukan prioritas
masalah yang
menjadi kebutuhan
utama pasien.
Selanjutnya, disusunlah Diagnosis Keperawatan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Prioritas
masalah yang biasanya menjadi keluhan utama pasien PPOK adalah sesak. Sesak yang dialami selama bertahun-
tahun dan ditambah adanya riwayat merokok. Hal yang seupa dikemukakan oleh Gordon 1994 dalam Potter
Perry 2005, diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan kemampuan berfikir kritis
untuk segera menetapkan prioritas diagnosa keperawatan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.
Hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki peran yang baik sebesar
80 dalam menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien PPOK di Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga.
Menurut peneliti, hasil tersebut membuktikan bahwa perawat dapat meyusun rencana tindakan keperawatan
beserta tujuan dan kriteria hasil dengan baik yang akan digunakan
dalam menerapkan
tindakanimplementasi keperawatan.
Alasan pentingnya disusun rencana tindakan keperawatan ialah karena berisi data atau informasi penting
77 dan jelas mengenai masalah kesehatan pasien yang dapat
digunakan sebagai pedoman intervensi keperawatan. Selain itu, dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar perawat
dan tim kesehatan lainnya sehingga memudahkan proses keperawatan
yang berkelanjutan
dalam melakukan
intervensi. Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan data
melalui pengkajian awal pasien dan rumusan diagnosa keperawatan sebagai petunjuk dalam membuat tujuan dan
asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan atau mengeliminasi masalah kesehatan pasien. Pendapat yang
serupa dinyatakan oleh Iyer, 1996, perencanaan meliputi pengembangan
strategi desain
untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan.
Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki peran yang baik sebesar
42,2 sedangkan kategori cukup sebesar 57,8 dalam implementasi keperawatan pada pasien PPOK di Rumah
Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga. Asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian diatas
menunjukkan bahwa
peran perawat
pada tahap
implementasi ini terlihat dengan kategori cukup sehingga
78 peran perawat sebagai care giver dalam memberikan
tindakanimplementasi keperawatan perlu untuk ditingkatkan lagi. Misalkan dengan melakukan implementasi sesuai
dengan standar keperawatan yang ada. Selain itu, dapat dilakukan kerjasama dan kolaborasi dengan tim kesehatan
lain. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan
untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk pasien-keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Menurut Kozier 1995, untuk kesuksesan pelaksanaan
implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan
kognitif intelektual,
kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi. Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa
sebagian besar perawat memiliki peran yang baik sebesar 86,7 sedangkan dalam evaluasi keperawatan pada pasien
PPOK di Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga.
79 Dalam tahap evalusi ini, membuktikan bahwa
perawat dapat melakukan perannya dalam mengevaluasi pasien dengan baik. Misalkan, dengan mengevaluasi
tercapainya tujuan
dari rencana
keperawatan dan
terpenuhinya kebutuhan keperawatan pasien. Menurut peneliti, tahap evaluasi merupakan tahap
perawat melakukan penilaian secara sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
Kemudian dilakukan
secara berkesinambungan atau berkelanjutan dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya. Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana
dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Implementasi yang
telah diberikan,
dilakukan penilaian
untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Hal serupa dikemukakan
oleh Craven and Hirnle 2002, evaluasi dilakukan untuk melengkapi
proses keperawatan
yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor “kealpaan yang terjadi” selama
80 tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan
tindakan. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Noor Faizah
2010, di RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Perawat dalam melakukan pengkajian mendalam pada pasien dapat
menyusun diagnosis yang optimal, rencana tindakan 91,7 dan tindakan keperawatan 75 dengan kategori cukup.
Masih ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan rencana tindakan dan implementasi pelaksanaan
asuhan keperawatan. evaluasi dan dokumentasi 91,7 baik. Perawat telah memperhatikan hasil tindakan yang telah
dilakukan, dengan peran perawat yang professional sesuai standar asuhan keperawatan yang baik dan mampu
membawa perubahan pada pasien. Menurut Aisiah 2004, perawat dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada individu sehat maupun sakit dimana segala aktifitas yang dilakukan berguna untuk
pemulihan kesehatan berdasarkan pengetahuan yang di miliki, aktifitas ini di lakukan dengan berbagai cara untuk
mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin dalam bentuk proses keperawatan yang terdiri dari tahap
pengkajian, identifikasi masalah diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi keperawatan
81 Selain itu, perlu adanya penyegaran secara berkala
yang diberikan kepada perawat di Rumah Sakit tentang materi asuhan keperawatan, agar perawat dapat memenuhi
kebutuhan pasien secara berkesinambungan mulai dari pengkajian,
penetapan diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi,
serta melakukan
pendokumentasian dalam catatan keperawatan.
4.5 Pembahasan Data Kualitatif