9 Kita juga tidak boleh gegabah mengatakan bahwa buku yang ditulis Haedar Nashir
Manifestasi Gerakan Tarbiyah: Bagaimana Sikap Muhammadiyah? merupakan suara unsur PAN di Muhammadiyah. Faktanya beliau bukan pengurus dan bukan anggota PAN,
melainkan pengurus PP Muhammadiyah, walaupun buku itu tidak bisa diklaim sebagai suara seluruh jajaran PP Muhammadiyah. Paling tidak itu suatu cermin adanya kesamaan
ideologi antara Muhammadiyah dengan PAN.
C. Paradigma Muhammadiyah Vs Paradigma PKS
Sebagaimana dikatakan Haedar Nashir hubungan Muhammadiyah dengan semua partai tidak ada masalah, kecuali dengan PKS. Hal ini terjadi karena PKS sebagai Gerakan
Tarbiyah memiliki ideologi, mungkin lebih tepatnya saya katakan segi ideologi keagamaan,
karena setiap partai politik hendaknya memiliki ideologi tertentu. Selanjutnya konflik
Muhammadiyah dan PKS akan dilihat dari segi fiqihnya, sebagai aspek operasional
ideologi dalam kehidupan sehari-hari. Apakah salah bila PKS mengembangkan ideologi keagamaan? Memang
Muhammadiyah pantas khawatir bila PKS mempolitisasi agama. Agaknya belum ada bukti yang cukup kearah itu dan Muhammadiyah dapat saja menjalankan fungsi kontrolnya,
bukan melakukan serangan yang tidak proporsional. Cara dan sikap seperti itu jelas bertentangan dengan cara dan sikap Kyai Dahlan dalam berdakwah, seperti yang
dicontohkan dalam diuraikan di atas. Muhammadiyah juga boleh khawatir dengan pemikiran keagamaan yang
berkembang dalam PKS. Bukan hanya melakukan pengamatan dari luar saja, tetapi perlu dikembangkan suasana dialogis agar diketahui pemikiran keagamaan dari mereka yang
masuk PKS, sehingga akan menjaminan tingkat obyektivitas. Kecurigaan PKS mempolitisasi agama dan tidak toleran tidak terbukti, namun
demikian konflik antara Muhammadiyah dan PKS sungguh-sungguh nyata. Ini bisa dilihat dalam kasus pemilihan Walikota Jogja, dimana PKS masuk Koalisi Merah Putih KMP
berhadap-hadapan dengan Koalisi Rakyat Jogja KRJ yang terdiri Golkar dan PAN
4
. Terbentuknya koalisi Golkar dengan PAN karena Golkar tidak merepresentasikan sebagai
suatu ideologi agama. Sedangkan konflik politik PAN dengan PKS karena PKS memerankan diri sebagai suatu ideologi agama.
4
Di atas dijelaskan kesamaan ideologi Muhammadiyah dengan PAN.
10 Agaknya konflik PKS dengan Muhammadiyah berakar dari kesamaam peran
sebagai ideologi agama. PKS dianggap menggerogoti usaha pembaharuan Muhammadiyah, sehingga harus dilawan sekuat tenaga. Bahkan caranya kadang melanggar etika sesama
gerakan Islam, seperti dengan menulis artikel yang mendeskreditkan PKS sebagai alat Gus Dur dalam rangka memperlemah Muhammadiyah.
5
Rongrongan terhadap gerakan pembaharuan Muhammadiyah berupa dukungan PKS pada proyek TBC Takhayul, B
id’ah, dan Churafat. Mereka menilai PKS telah menodai agama Islam demi meraih dukungan politik. Tindakan PKS yang dianggap menyimpang
aqidah seperti memperbolehkan tahlilan, melakukan istighosah, dan menganjurkan ruqyah untuk menentukan awal puasa dan awal hari raya.
6
Dituduh kalau l atar belakang PKS mendukung proyek ‘TBC’ adalah kepentingan
politik, dimana PKS ingin berada di semua segmen umat Islam. Saya kira pilihan membela tradisi memiliki akar yang lebih dalam lagi pada tataran filosofis. Konsekuensinya PKS
melakukan akomodasi terhadap tradisi, sesuatu yang tidak ditolerir Muhammadiyah. Bagi Muhammadiyah ajaran agama tidak bisa diakomodasikan dengan kehendak umat; baginya
patokan yang harus dirujuk adalah Al Qur’an dan Hadits. Muhammadiyah menuduh PKS telah menyimpang dari rel jalannya partai politik
yang sebenarnya, karena memerankan diri sebagai Gerakan Tarbiyah dalam upayanya melakukan pembinaan terhadap anggotanya. Muhammadiyah menginginkan PKS
menampilkan kinerja sebagai partai yang dapat menarik simpati warga Muhammadiyah, jangan sampai partai menjadi ideologi agama.
7
Tapi apa salah bila partai memiliki ideologi, termasuk ideologi agama. Memang sudah seharusnya partai memiliki landasan ideologi yang akan diperjuangkan secara
demokratis. Yang menjadi masalah adalah PKS memilih ideologi agama, dan memaksanya berhadap-hadapan dengan Muhammadiyah. Bila logika ini dibalik, berarti Muhammadiyah
juga memiliki ideologi. Walaupun Muhammadiyah bukan partai politik, tetapi Muhammadiyah bermain politik, yang diistilahkan mantan Ketua PP Amien Rais sebagai
politik tingkat tinggi high politic karena Muhammadiyah tidak menjalankan intrik-intrik politik praktis.
5
AMM, “Beberapa Catatan Pasca Pemilu”, hal 1.
6
Ibid., hal 3; juga Haedar Nashir, 2006, hal 25, 28, 45.
7
Haedar Nashir, 2006, hal 43.
11 Memang urusan politik merupakan sesuatu yang inheren dalam setiap gerakan yang
bertujuan membangkitkan kesadaran, dan yang perlu dibedakan adalah politik praktis pendekatan politik dalam bentuk partai politik dan non-politik praktis atau pendekatan
kultural. Apalagi kita di Indonesia, tidak mungkin melepaskan diri dari berpolitik, karena kita bisa kena imbas permainan politik yang dimainkan oleh pihak luar. Hal ini terjadi
karena sektor publik negara tidak mau menggembangkan sektor private Civil Society
yang fungsinya sebagai check and balance yang akan menjamin tegaknya demokrasi. Negara selalu campur tangan terhadap sektor private demi melanggengkan kekuasaannya.
Negara disini tidak melihat politik sebagai suatu seni, dimana berbagai aktor bisa saling bergantian memerintah untuk memberikan pengabdian yang terbaik bagi negara.
Dari segi fiqih, Muhammadiyah dan PKS tentu memiliki perbedaan. Sebenarnya perbedaan fiqih merupakan suatu yang manusiawi karena masing-masing mewakili suatu
komunitas yang berbeda, disamping tentunya situasi dan kondisi yang berbeda. Bila hal ini disadari maka keduanya akan bisa mengembangkan suatu kerjasama yang tulus. Yang
sering terjadi pendekatan fiqih cenderung mendorong konflik dan cenderung eksklusif. Sebab fiqih kemudian menjadi identitas golongan. Kalau fiqih anda tidak sama maka anda
di luar golongan saya.
8
Gejala eksklusif organisasi-organisasi Islam muncul karena kesalahan memaknai fiqih sebagai syari’ah. Padahal antara syari’ah dan fiqih itu berbeda. Islam itu identik
dengan syari’ah, dan tentunya setiap Muslim akan menjalankan syari’ah. Dan fiqih itu
adala h produk dari syari’ah dan karenanya fiqih mengundung unsur relatif, karena
dipengaruhi oleh faktor ruang dan waktu. Mengingat konteks ruang dan waktu itu masing- masing organisasi Islam berbeda maka mereka juga mengembangkan pemikiran fiqih yang
berbeda. PKS juga mengembangan pemikiran keagamaan tersendiri. PKS sering dikatakan
sebagai pendukung syari’ah Islam, sekedar untuk membedakan dengan Muhammadiyah
yang dikatakan sebagai pembela konsep negara bangsa nation state . Syari’ah di sini
dimaknai sebagai pemikiran fiqih klasik, suatu fiqih yang punya tendensius politik dengan cita-cita mendirikan suatu negara Islam atau bahkan terwujudnya kekhalifahan Islam.
Namun PKS menghindari cara-cara radikal dalam mewujudkan cita-cita itu, sehingga PKS tidak ragu maupun canggung dalam merumuskan tujuan politiknya, yaitu mendukung
8
Jala luddin Rakhmat, 2000, “Dikotomi Sunni-Syi’ah Tidak Relevan Lagi”, dalam A. Rahman Zainuddin dan
M. Hamdan Basyar ed., Syi’ah dan Politik di Indonesia, Bandung: Mizan, hal 155.
12 Negara Pancasila dan tegaknya syari’ah Islam. Memang kalau kita lihat sejarahnya
penerapan fiqih klasik itu bisa dipisahkan dengan pemegang otoritas politik. Fiqih klasik lebih berperan sebagai moral force.
Sikap PKS yang luwes dan fleksibel dalam menerapkan fiqih telah menjadikan PKS mampu bergerak cepat dan gesit dalam berpolitik. Apalagi tendensi politik untuk
mendirikan Negara Islam sekarang ini tidak sekuat zaman dulu, karena memang konteksnya sudah sangat berbeda. Sekarang partai-partai politik di Indonesia cenderung
bersifat pragmatis, dengan tidak mementingkan tercapainya tujuan ideologis masing- masing partai secara mutlak. Hal ini sangat positif menghindari pecahnya konflik horisontal
maupun vertikal. Yang dipentingkan oleh partai politik sekarang ini adalah keteladanan dan kesediaan membela dan membantu rakyat kecil.
Dengan orientasi pada kepentingan rakyat kecil itulah PKS bersikat inklusif, karena tidak ingin membenturkan rakyat kecil demi kepentingan ideologisnya. PKS lebih
mengedepankan terwujudnya nilai-nilai universal Islam sebagai substansi dari Islam itu sendiri, seperti keadilan, kesejahteraan, dan keselamatan. Karena itu dalam kasus pemilihan
Walikota Jogja, PKS dapat menjalin aliansi politik dengan PDIP, Partai Demokrat dan PPP dalam Koalisi Merah Putih KMP, padahal mereka memiliki ideologi yang tidak mudah
disatukan. Hal itu wujud dari sikap PKS yang berpikir rasional dan pragmatis dalam berpolitik dan berdakwah demi terciptanya kesejahteraan rakyat.
D. Memperluas Paragidma Muhammadiyah