4.5. PERENCANAAN REM
Dalam penelitian lift penumpang, diperlukan suatu bentuk pengereman untuk menghentikan lift tersebut. Biasanya pada sat lift bergerak atau berhenti, akan timbul
perasaan tidak enak karena adanya reaksi organ – organ tubuh manusia. Oleh sebab itu bentuk pengereman lift ini haruslah halus dan tanpa
sentakan, sehingga penumpang merasa nyaman. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengereman lift adalah :
1. Persayaratan teknik, yaitu yang berhubungan dengan ketepatan berhenti
dari rumah lift pada suatu lantai gedung. 2.
Persyaratan biologik, yaitu yang berhubungan dengan timbulnya perasaan kurang nyaman atau pengaruh pengereman bagi manusia sebagai
penumpang lift.
4.5.1. Persyaratan Teknik
Persyaratan teknik yang dimaksud disini adalah panjang lintasan pengereman yang harus selalu tetap untuk semua harga beban lift. Panjang lintasan pengereman
ini dihitung dari dimulainya sampai berhentinya lift lantai lift harus tepat berhenti pada bidang yang sama dengan lantai gedung. Panjang lintasan pengereman ini
harus tetap sama meskipun beban yang dialami lift bervariasi. Lintasan yang terlalu panjang atau terlalu pendek akan menyebabkan lantai gedung tidak sebidang dengan
lantai lift. Hal ini akan mengganggu kenyamanan penumpang.
4.5.2. Persyaratan Biologik
Universitas Sumatera Utara
Persayaratan biologik menyangkut percepatan atau perlambatan dari sangkar lift yang dapat ditoleransi oleh tubuh manusia. Nilai numerik percepatan dan
perlambatan yang diizinkan a ditentukan dan ditetapkan dengan percobaan. Tabel 4.2. Nilai Numerik Percepatan atau Perlambatan yang Diizinkan
P ms 0.75
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
A ms
2
0.65 0.85
1.15 1.4
1.65 1.88
2.1
Dari tabel di atas, disimpulkan bahwa untuk kecepatan lift 1,5 ms, percepatan perlambatan yang diizinkan adalah 1,15 ms
2
atau harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Gambar 4.14. Perubahan Percepatan yang Diizinkan
4.5.3. Pengereman Lift
Pada umumnya pengereman lift dilakukan dengan cara gabungan antara pengereman dengan cara elektris dan pengereman dengan cara mekanis. Pengereman
elektris membutuhkan modul – modul logik dan mikro kontroler sebagai pengganti panel – panel dan sistem pengaturan yang menggunakan relay. Namun pada dasarnya
prinsip kerjanya tetap sam, yaitu dengan memanipulasi arus motor penggerak, misalnya dengan cara memutuskan arus supply, memberikan arus lawan plugginh,
memberikan induksi yang berlawanan arah pada kumparan stator motor yang aktif dan lain – lain.
Universitas Sumatera Utara
Pengereman secara elektris ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu : pemeliharaan lebih sederhana, tidak menimbulkan polusi udara debu dan polusi
suara, sifat pengereman yang halus dan tanpa sentakan. Tetapi disamping keuntungan tersebut di atas, pengereman ini juga memiliki kekurangan, yaitu :
memerluykan peralatan tambahan yang mahal dan tidak dapat menghasilkan momen untuk menahan beban holding torque. Padahal ini merupakan hal yang sangat
penting dalam perencanaan sebuah lift. Dalam perencanaan ini dipergunakan gabungan antara pengereman secara
elektris dan pengereman secara mekanis. Namun untuk membatasi cakupan permasalahan, maka disini hanya akan dibahas tentang pengereman secara mekanis.
Pengereman mekanis yang dirancang disini harus mampu melindungi penumpang dari akibat putusnya arus yang menyebabkan berhentinya putaran motor
sehingga sangkar lift akan bergerak perlahan tanpa terkontrol, atau dari hal yang lebih fatal lagi, yaitu dari akibat putusnya kabel baja yang dapat menyebabkan
sangkar lift jatuh dengan kecepatan luar biasa. Untuk itu sistem elektromagnetik, dimana pada kondisi default tidak ada arus yang masuk ke kumparan terjadi
pengereman. Arus untuk kumparan rem ini langsung diambil dari arus supply motor, namun dihubungkan secara seri dengan pemutus arus pada governor. Sehingga jika
jala – jala listrik putus maka secara otomatis terjadi pengereman mekanis. Pengereman juga akan terjadi jika pemutusan arus dilakukan oleh governor akibat
kecepatan lebih atau jika tali baja putus.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1.5. Diagram Sederhana Sistem Pengereman Lift
4.5.4. Momen Statistik pada Saat Pengereman