PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) DAN TALKING STICK (TS) PADA MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN DI KELAS IX SMP NEGERI 1 RANTAU UTARA T.A 2015/2016.
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIAJAR
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMSGAMES-TOURNAMENT (TGT) DAN TALKING STICK (TS) PADA
MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN DI KELAS
IX SMP NEGERI 1 RANTAU UTARA T.A 2015/2016
Oleh :
Khairul Umam Rambe
NIM 4113111042
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
i
iii
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIAJAR
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMSGAMES-TOURNAMENT (TGT) DAN TALKING STICK (TS) PADA
MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN DI KELAS
IX SMP NEGERI 1 RANTAU UTARA T.A 2015/2016
KHAIRUL UMAM RAMBE (NIM: 4113111042)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT)
dan Talking Stick (TS) pada materi kesebangunan dan kekongruenan. Jenis
penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1
Rantau Utara dengan teknik pengambilan sampel adalah sampling acak sederhana
dan pemilihan kelas dilakukan secara random, didapatkan siswa kelas IX-2
sebagai kelas eksperimen I dan kelas IX-6 sebagai kelas eksperimen II yang
masing-masing berjumlah 30 dan 39 siswa. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini digunakan tes esai dengan jumlah soal 4 item yang telah divalidkan
oleh validator. Analisis data menggunakan uji t pada taraf signifikansi 5% dengan
uji prasyarat normalitas dan homogenitas. Pada pengujian data pretes kedua kelas
diperoleh bahwa data kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji t
data selisih posttest-pretest diperoleh thitung = 2,98754 sedangkan ttabel = 1,668.
Karena thitung > ttabel (2,98754 > 1,668), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti bahwa hasil belajar siswa pada materi kesebangunan dan kekongruenan
yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams-GamesTournament (TGT) lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick (TS)
Kata kunci: eksperimen semu, Teams-Games-Tournament, Talking Stick.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada
Allah SWT atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbandingan Hasil Belajar
Antara Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TeamsGames-Tournament (TGT) Dan Talking Stick (TS) Pada Materi Kesebangunan
Dan Kekongruenan Di Kelas
IX SMP Negeri 1 Rantau Utara T.A 2015/2016”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada Bapak Drs. Marojahan Panjaitan, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran positif kepada
penulis dari awal pemilihan judul penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra,
M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari
perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Syawal Gultom,
M.Pd selaku pimpinan UNIMED beserta seluruh Wakil Rektor, Bapak Dr. Asrin
Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Wakil Dekan I, II dan III di
lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan
Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Jurusan Pendidikan Matematika, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika
FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amri, S.Pd selaku
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Rantau Utara, Ibu Hj. Nurleli Dalimunthe, S.Pd,
v
selaku Guru Matematika SMP Negeri 1 Rantau Utara, Guru/Staf Pegawai SMP
Negeri 1 Rantau Utara yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis
selama penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta
Drs. Paringgonan Rambe dan Ibunda tercinta Rosyida Ritonga, S.Pd.I yang terus
memberikan motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi
ini, juga kepada adik tersayang Zul Fadli Rambe yang juga selalu memberikan
dukungan dan motivasi.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih buat seluruh temanteman jurusan matematika stambuk 2011 khususnya seluruh teman-teman kelas
Matematika Reguler A, sahabatku (Ade-Fandi, Bambang, Dwi, Fronika, Ruwaida,
Jeddah, Maksum, Mely, Nova, Rina, Shanti, Suci dan Vivi ), Penghuni Digilib
(Agung, Icha, Inun, Devi), Shen Long (Irul, Ridho, Imel, Hijri, Azmi), Isfadhillah
Kh, Cut Maisarah, Teman Seperjuangan Sidang (Ahyar, Rasti), Sekontrakan F-1 (
Mashudi, Reza, Dedi, Wahyu), Bang Jai, Pak Mat, Bang Saddam, Bang Kurnia,
Bang Ridho, Erna Gultom, teman-teman PPL SMA Negeri 1 Kisaran, Siswa-siswi
SMA Negeri 1 Kisaran dan abang/kakak serta teman-teman yang tidak penulis
sebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi dan saran-saran kepada
penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan.
Medan, Januari 2016
Penulis,
Khairul Umam Rambe
NIM. 4113111042
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
8
1.3. Batasan Masalah
9
1.4. Rumusan Masalah
9
1.5. Tujuan Penelitian
9
1.6. Manfaat Penelitian
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
11
2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
11
2.1.2. Masalah dalam Matematika
12
2.1.3. Hasil Belajar
14
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif
14
2.1.5. Model Pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT)
17
2.1.6. Model Pembelajaran Talking Stick (TS)
22
2.2. Materi Kesebangunan dan Kekonruenan Bangun Datar
24
2.3. Penerapan TGT Pada Materi Kesebangunan dan Kekongruenan Bangun
Datar
2.4. Penerapan Talking Stick Pada Materi Kesebangunan dan Kekongruenan
29
vii
Bagun Datar
34
2.5. Penelitian Yang Relevan
38
2.6. Kerangka Konseptual
39
2.7. Hipotesis Penelitian
40
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
41
3.1.1. Lokasi Penelitian
41
3.1.2. Waktu Penelitian
41
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
41
3.2.1. Populasi
41
3.2.2. Sampel
41
3.3. Variabel Penelitian
41
3.4. Definisi Operasional
42
3.5. Jenis dan Desain Penelitian
43
3.5.1. Jenis Penelitian
43
3.5.2. Desain Penelitian
43
3.6. Prosedur Penelitian
45
3.7. Instrumen Penelitian
47
3.8 Analisis Instrumen Penelitian
47
3.8.1. Uji Validitas
47
3.8.2. Uji Reliabilitas
48
3.8.3. Tingkat Kesukaran Tes
49
3.8.4. Daya Pembeda Tes
50
3.9. Teknik Analisis Data
51
3.9.1. Menghitung Rata-rata Skor
51
3.9.2. Menghitung Standard Deviasi
51
3.9.3. Uji Normalitas
52
3.9.4. Uji Homogenitas
52
3.9.5. Uji Hipotesis
53
viii
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil
56
4.1.1 Skor Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
56
4.1.2 Skor Posttest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
57
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian
58
4.2.1 Uji Normalitas Data
58
4.2.2 Uji Homogenitas Data
59
4.2.3 Uji Hipotesis
60
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
64
5.2 Saran
64
DAFTAR PUSTAKA
66
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
16
Tabel 2.2 Penghitungan Poin Untuk Empat Pemain
20
Tabel 2.3 Penghitungan Poin Untuk Tiga Pemain
20
Tabel 2.4 Penghitungan Poin Untuk Dua Pemain
21
Tabel 2.5 Contoh Game Score Sheet
21
Tabel 2.6 Lembar Rangkuman Hasil Kelompok
21
Tabel 2.7 Kriteria Penghargaan Yang Disarankan
21
Tabel 3.1 Desain Penelitian
44
Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Soal
48
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Realibilitas Soal
49
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
50
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal
51
Tabel 4.1 Data Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
56
Tabel 4.2 Data Posttest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
57
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas
59
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas
59
Tabel 4.5 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis
60
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Jawaban Siswa Dari Tes Diagnostik No.1
3
Gambar 1.2 Jawaban Siswa Dari Tes Diagnostik No.2
4
Gambar 1.3 Jawaban Siswa Dari Tes Diagnostik No.3
5
Gambar 2.1 Games Rules
19
Gambar 2.2 Tabel Tournament
19
Gambar 2.3 Persegi Panjang ABCD dan Persegi Panjang EFGH
24
Gambar 2.4 Segibanyak ABCDE dan Segibanyak RSTUV
25
Gambar 2.5 Persegi Panjang ABCD dan Persegi Panjang KLMN
27
Gambar 2.6 Trapesium PQRS dan Trapesium EFGH
27
Gambar 2.7 Segitiga Siku-Siku ABC dan Segitiga Siku-Siku PQR
27
Gambar 2.8 Layang-Layang ABCD dan Layang-Layang PQRS
28
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian
46
Gambar 4.1 Diagram Data Pretest Kelas Eksperimen I dan
Kelas Eksperimen II
57
Gambar 4.2 Diagram Data Posttest Kelas Eksperimen I dan
Kelas Eksperimen II
58
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I
Pertemuan I
68
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I
Pertemuan II
74
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I
Pertemuan III
80
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I
Pertemuan IV
86
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II
Pertemuan I
92
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II
Pertemuan II
98
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II
Pertemuan III
103
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II
Pertemuan IV
108
Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa I
113
Lampiran 10. Lembar Aktivitas Siswa II
116
Lampiran 11. Lembar Aktivitas Siswa III
121
Lampiran 12. Lembar Aktivitas Siswa IV
124
Lampiran 13. Kisi-Kisi Pretest
129
Lampiran 14. Lembar Validasi Pretest
130
Lampiran 15. Soal Pretest
133
Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Pretest
134
Lampiran 17. Pedoman Penskoran Pretest
139
Lampiran 18. Kisi-Kisi Post-Test
143
Lampiran 19. Lembar Validasi Posttest
144
Lampiran 20. Soal Post-Test
147
Lampiran 21. Alternatif Penyelesaian Post-Test
148
xii
Lampiran 22. Pedoman Penskoran Post-Test
153
Lampiran 23. Kartu Soal TGT
158
Lampiran 24. Tabel Perhitungan Validitas dan Reliabiitas Untuk Soal
Pretest
165
Lampiran 25. Tabel Perhitungan Validitas dan Reliabiitas Untuk Soal
Posttest
173
Lampiran 26. Daftar Nilai Matematika Siswa pada Skor Pretest Kelas
Eksperimen I
180
Lampiran 27. Daftar Nilai Matematika Siswa pada Skor Pretest Kelas
Eksperimen II
182
Lampiran 28. Daftar Nilai Matematika Siswa pada Skor Posttest Kelas
Eksperimen I
184
Lampiran 29. Daftar Nilai Matematika Siswa pada Skor Posttest Kelas
Eksperimen II
Lampiran 30. Data Pretest (T1) dan Posttest (T2)
186
188
Lampiran 31. Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi
Untuk Pretest (T1), Posttest (T2) dan Selisih (T2-T1)
191
Lampiran 32. Perhitungan Uji Normalitas
195
Lampiran 33. Perhitungan Uji Homogenitas
200
Lampiran 34. Perhitungan Uji Hipotesis
203
Lampiran 35. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke Z
205
Lampiran 36. Daftar Nilai Kritik Uji Liliefors
207
Lampiran 37. Tabel Distribusi Nilai F
208
Lampiran 38. Daftar Nilai Presentil Untuk Distribusi t
210
Lampiran 39. Dokumentasi Penelitian
213
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah suatu alat yang mengembangkan cara berpikir. Karena
itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam
menghadapi kemajuan IPTEK sehingga perlu dibekalkan kepada setiap peserta
didik sejak SD, bahkan sejak TK.
Menurut Hudojo (2005: 17) : “Kebutuhan untuk memahami metematika
menjadi hal yang mendesak bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Karena
matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun di tempat kerja,
kebutuhan ini akan meningkat secara terus menerus”
Belajar matematika dipandang sebagai aktivitas hitung menghitung,
mengerjakan soal dan mendapat nilai. Adams & Hamm (dalam Wijaya 2012: 5)
menyebutkan bahwa : “Empat macam pandangan tentang posisi dan peran
matematika, yaitu : (1) Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir, (2)
Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan, (3)
Matematika sebagai suatu alat, serta (4) Matematika sebagai bahasa atau alat
untuk berkomunikasi”
Masalah matematika tidak secara otomatis menjadi kontekstual hanya
dengan menyusunnya dalam bentuk cerita situasi atau (Roth, 1996) atau
menyajikannya sebagai soal terapan dalam pendekatan mekanistis (Van den
Heuvel-Panhuizen, 1996). Wijaya (2012: 39) mengemukakan :
Beberapa hal berikut bisa kita gunakan untuk mengembangkan konteks
untuk pembelajaran suatu konsep matematika : (1) Konteks menarik
perhatian siswa dan mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
matematika, (2) Penggunaan konteks dalam pendidikan matematika realistik
bukan sebagai bentuk aplikasi suatu konsep, melainkan sebagai titik awal
pembangunan suatu konsep, (3) Konteks tidak melibatkan suatu emosi, (4)
Memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa, serta (5)
Konteks tidak memihak gender (jenis kelamin)
2
Beberapa ahli mengungkapkan alasan mengapa matematika perlu dipelajari
dan apa manfaat belajar matematika. Cornellius ( dalam Abdurrahman, 2012: 204
) mengemukakan bahwa :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1)
sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah
kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan
generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5)
sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Cokrof (dalam Abdurrahman, 2012: 204)
juga mengatakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan
dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam
berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan
kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan bidang studi yang penting dan mencakup kehidupan sehari-hari,
mampu mengembangkan pola pikir dan memiliki hubungan erat dengan bidang
studi lain.
Berbekal dari pendapat diatas, peneliti melakukan observasi untuk melihat
bagaimana kemampuan matematika siswa di SMP Negeri 1 Rantau Utara.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 1 Rantau Utara
diperoleh keterangan bahwa hasil belajar matematika siswa di sekolah tersebut
masih rendah. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil tes diagnostik dari 64 siswa
kelas IX yang menunjukkan bahwa sekitar 40,625 % atau sebanyak 26 orang dari
64 orang siswa yang bisa memahami soal. Sedangkan 59,375 % atau 38 orang
lainnya dinyatakan belum bisa memahami soal dengan benar. Selain itu, banyak
siswa tidak mengetahui rumus, konsep dan maksud soal.
3
Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa siswa dalam kesalahan
menyelesaikan soal tes diagnostik.
Gambar 1.1 Tes Diagnostik Nomor 1
Diberikan pertanyaan “ Pada suatu peta dengan skala 1:4.250.000 jarak
antara Surabaya dan Malang adalah 2 cm. Berapa kilometerkah jarak kedua kota
sebenarnya ? “. Ini merupakan materi perbandingan yang sudah dipelajari saat
masih Sekolah Dasar, namun beberapa siswa masih belum memahami konsep
nya. Seperti diketahui panjang atau jarak sebenarnya dapat dicari dengan
mengalikan jarak pada peta dengan skala pada peta atau secara matematis
panjang sebenarnya panjang pada peta x skala pada peta
Namun
kenyataan
menggunakan
rumus
panjang sebenarnya
jawaban yang keliru.
yang
didapat,
di
beberapa
atas.
skala pada peta
yang
panjang pada peta
tentunya
siswa
terbalik
dalam
Mereka
membuat
akan
menghasilkan
4
Gambar 1.2 Tes Diagnostik Nomor 2
Diberikan pertanyaan “ Jarak dua kota adalah 60 km. Maka tentukanlah
jarak kedua kota tersebut pada peta yang mempunyai skala 1:1.500.000 !”.
Pemakaian rumus sudah tepat yaitu jarak pada peta
jarak sebenarnya
. Tapi
skala pada peta
masalahnya adalah pada pengubahan kilometer menjadi centimeter siswa masih
keliru. Siswa mengubah centimeter ke
1
kilometer yang pada seharusnya
10.000
1
sehingga menghasilkan jawaban keliru.
100.000
5
Gambar 1.3 Tes Diagnostik Nomor 3
Siswa tidak dapat menyebutkan sudut-sudut yang diminta seperti bertolak
belakang, sehadap, berseberangan dalam, berseberangan luar, dalam sepihak dan
luar sepihak. Siswa hanya menjawab dua dan hanya satu yang benar. Padahal
materi sudut ini sudah dipelajari sebelumnya. Materi sudut dan perbandingan
(skala ) diatas merupakan materi prasyarat dari kesebangunan dan kekongruenan
yang akan dipelajari, tanpa menguasai materi prasyarat ini siswa akan kesulitan
mempelajari kesebangunan dan kekongruenan.
Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rantau Utara masih tergolong rendah.
Mereka juga tidak menunjukkan minat yang tinggi terhadap matematika, ditandai
dengan kurang antusiasnya dalam bertanya.
Anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran sulit berdampak pada
kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Seperti yang dikemukakan oleh
Turmudi (2012: 1) bahwa :
Bertahun-tahun ahli pendidikan dan ahli matematika telah mengupayakan
agar matematika dapat dikuasai siswa dengan baik. Namun, hasilnya masih
menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai matematika dari
setiap kelasnya. Meskipun kadang-kadang menjadi suatu kebanggan bagi
guru matematika karena pelajaran yang dipegangnya sangat ’bergengsi’
sehingga menyebabkan tidak banyak siswa yang dapat lulus dari pelajaran
ini.
6
Sejalan dengan pendapat
diatas,
Abdurrahman (2012:
202) juga
mengemukakan bahwa :
Banyak orang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling
sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena
merupakan sarana untuk memcahkan masalah kehidupan sehari-hari. Dari
berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan
bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak
berkesulitan belajar dan lebih lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.
Dari pendapat beberapa ahli di atas disimpulkan bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit dan menjadi momok menakutkan. Juga dikuatkan
oleh paradigma bahwa guru matematika adalah guru yang menakutkan dan cara
mengajarnya yang tidak menarik bahkan cenderung membosankan.
Untuk mengatasi hal tersebut, seorang guru harus mampu memilih dan
menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi agar minat dan
motivasi siswa meningkat. Jika minat dan motivasi meningkat, rasa haus akan
belajar matematika akan bertambah yang kemungkinan besar bisa meningkatkan
hasil belajar siswa.
Dewasa ini, salah satu model yang cocok diterapkan dalam proses belajar
mengajar adalah pembelajaran kooperatif. Sesuai dengan pendapat Artzt &
Newman (dalam Trianto 2011: 56) menyebutkan bahwa:
Dalam belajar kooperatif, siswa belajar bersama sebagai suatu tim untuk
menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam kooperatif learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran
sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan
komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan
prestasi belajarnya.
Terdapat beberapa tipe pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah
Teams-Games-Tournament (TGT) yang merupakan tipe pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk menumbuhkembangkan minat terhadap matematika karena
belajarnya dipadukan dengan games atau permainan. Dalam TGT, siswa
dikelompokkan dalam satu kelompok belajar atau diskusi yang bersifat heterogen
7
(pintar, sedang, rendah). Kemudian masing masing anggota kelompok dikirim
untuk bertanding dengan masing masing anggota utusan dari kelompok lain yang
berkemampuan sama. Dalam TGT, siswa dilatih bekerja sama, menghargai
pendapat orang lain, mempertanggung jawabkan pendapat sendiri, bertanggung
jawab atas diri sendiri dan kelompok.
Teams-Games-Tournament
memiliki
ciri
khas
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Mitcel, Oslin dan Griffin (dalam http://nussa.staff.uns.ac.id)
bahwa :
TGT memiliki cirri khas dalam pengelolaan permainan yang membedakan
permainan dalam 4 kelompok bentuk permainan, yaitu : 1) Permainan
invasi (Invasion games) adalah permainan yang menjadikan gawang sebagai
sasaran untuk saling menyerang daerah lawan dalam rangka membuat skor,
2) Net (Wall games) adalah permainan yang menggerakkan suatu obyek ke
dalam ruang agar obyek tersebut tidak dapat kembali lagi ke lapangan
sendiri, 3) Target games adalah permainan yang menggerakkan sebuah
objek biasanya lebih menekankan pada ketepatani tingkat tinggi, 4) Fielding
dan Run – scoring games adalah permainan memukul sebuah obyek.
Selain Teams-Games-Tournament, ada juga pembelajaran kooperatif lain,
seperti model Talking Stick. Pembelajaran ini mendorong peserta didik untuk
berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran diawali oleh penjelasan dari guru
mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan
membaca dan mempelajari materi terebut dan diberikan waktu. Guru
menyediakan tongkat dan diberikan kepada salah satu murid dan diharuskan untuk
menjawab pertanyaan dari guru. Kemudian tongkat tersebut digilir ke peserta
didik lainnya dan begitu seterusnya.
Talking Stick memiliki ciri-ciri khas sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sugiharto (dalam http://ihwanaridanu.blogspot.co.id) bahwa:
Model pembelajaran Talking Stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif
karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:
(1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) bilamana mungkin,
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda, serta (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang
individu
8
Selain menggunakan pembelajaran kooperatif, pembelajaran efektif juga
bisa diterapkan sebagai strategi meningkatkan hasil belajar. Seperti yang
dikemukakan Hudojo (2005: 22) :
Pembelajaran matematika yang efektif memerlukan pemahaman apa yang
siswa ketahui dan perlukan untuk dipelajari, kemudian memberikan
tantangan dan dukungan kepada mereka agar siswa dapat belajar. Siswa
belajar melalui pengalaman dan guru memberikan pengalaman tersebut.
Jadi, pemahaman
siswa terhadap matematika, kemampuan mereka
menggunakannya untuk memecahkan masalah, serta kepercayaan mereka
terhadap matematika semuanya dibentuk oleh pembelajaran yang mereka
hadapi di sekolah.
Sejalan dengan pendapat diatas Aunurrahman ( 2012: 34 ) juga mengatakan
bahwa :
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam
diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di
dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam proses
pembelajaran, hasil belajar dapat dilihat secara langsung. Oleh sebab itu
agar dapat dikontrol dan berkembang secara optimal melalui proses
pembelajaran di kelas, maka program pembelajaran tersebut harus dirancang
terlebih dahulu oleh guru dengan memperhatikan berbagai prinsip yang
telah terbukti keunggulannya.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, peneliti ingin
melakukan penelitian yang berjudul : “Perbandingan Hasil Belajar Antara
Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TeamsGames-Tournament
(TGT)
dan
Talking
Stick
(TS)
pada
Materi
Kesebangunan dan Kekongruenan di Kelas IX SMP Negeri 1 Rantau Utara
T.A. 2015/2016 ”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 1 Rantau Utara masih
tergolong rendah.
9
2. Kebanyakan
siswa
tidak
menaruh
minat
terhadap
pembelajaran
matematika, hal ini ditandai dengan kurangnya hasrat untuk bertanya
terhadap materi yang sebenarnya belum dikuasai.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan
Talking Stick belum pernah diterapkan sebelumnya di sekolah tersebut.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
batasan masalah pada penelitian ini adalah penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team-Games-Tournament (TGT) dan Talking Stick (TS) serta
perbandingannya pada materi Kesebangunan dan Kekongruenan di Kelas IX SMP
Negeri 1 Rantau Utara T.A. 2015/2016 dengan hanya melihat aspek kognitif.
.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
“Hasil belajar manakah yang lebih baik antara siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament (TGT) dan Talking Stick
(TS) pada materi Kesebangunan dan Kekongruenan di Kelas IX SMP Negeri 1
Rantau Utara T.A. 2015/2016 ?”
1.5. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui
hasil belajar mana yang lebih baik antara siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament (TGT) dan Talking Stick
(TS) pada materi Kesebangunan dan Kekongruenan di Kelas IX SMP Negeri 1
Rantau Utara T.A. 2015/2016
10
1.6. Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian diharapkan hasil penelitian dapat memberikan
manfaat yang berarti yaitu :
1. Bagi Guru
a. Memberikan gambaran bagaimana cara mengajarkan matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) dan Talking Stick.
b. Dapat digunakan sebagai masukan pertimbangan dalam memilih
model pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Bagi Peserta Didik
a. Menumbuhkan sikap positif (minat dan respon belajar) peserta didik
serta dapat
mengatasi kesulitan belajar matematika yang pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Menumbuhkan
kemampuan
bekerjasama,
berkomunikasi
dan
mendengarkan pendapat orang lain, melatih rasa peduli, tanggung
jawab terhadap diri sendiri dan orang lain dan kerelaan untuk berbagi
dan meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan positif dalam
usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran
matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan
sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.
4. Bagi Peneliti
a. Sebagai penambah wawasan dan sebagai bahan masukan untuk dapat
menentukan pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar
di sekolah di kesempatan yang sama.
b. Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peneliti lain yang
ingin meneliti permasalahan yang sama di masa yang akan datang.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh
beberapa kesimpulan, yaitu:
Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif
tipe Teams-Games-Tournament lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran tipe Talking Stick pada
materi kesebangunan dan kekongruenan di kelas XI SMP Negeri 1 Rantau Utara
T.A 2015/2016. Dilihat dari nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen I
sebesar 16,9063 sementara nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen II
sebesar 8,963. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Setelah
dilakukan pengujian data ternyata diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,98754 > 1,668,
maka H0 ditolak dan sebaliknya Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan Teams-Games-Tournament lebih
baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran Talking Stick.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah sebagai berikut :
1. Jika dihadapkan dengan pilihan menggunakan Talking Stick dan TeamsGames-Tournament, guru disarankan memilih Teams-Games-Tournament
sebagai model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika
siswa
2. Kepada guru matematika dan peneliti selanjutnya yang hendak menggunakan
pembelajaran
kooperatif
tipe
Teams-Games-Tournament
agar
lebih
memperhatikan penggunaan waktu dengan sebaik-baiknya dan persiapan
65
yang matang agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
memperoleh hasil maksimal
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono., (2012), Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar,
Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi., (2013), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi),
PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi., (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Rineka Cipta, Jakarta.
Aunurrahman, (2012), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Danu,
(2011),
Pembelajaran,
http://ihwanaridanu.blogspot.com/p/pembelajaran.html
Diakses tanggal
tanggal 28 Agustus 2015
Hudojo, Herman., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika, UM Press, Malang.
Isjoni, (2011), Cooperative Learning, Alfabeta, Bandung.
Istarani., (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif: Referensi Guru Dalam
Menentukan Model Pembelajaran, Media Persada, Medan.
Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sagala, Syaiful., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Staff
Dosen
UNS,
(2011),
Teams-Games-Tournament
(TGT),
http://nussa.staff.uns.ac.id/teams-games-tournament-tgt/ Diakses tanggal 28
Agustus 2015
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya, Rineka Cipta,
Jakarta
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sudjana, Nana., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
Turmudi, (2009), Taktik Dan Strategi Pembelajaran Matematika : Referensi
Untuk Guru Matematika Seri 4, Leuser Cita Pustaka, Jakarta.
s
67
Wijaya, Ariyadi., (2012), Pendidikan Matematika Realistik, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Yulianto, (2012), Uji Levene, https://digensia.wordpress.com/2012/08/31/ujilevene. Diakses tanggal 25 Juni 2015
s
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMSGAMES-TOURNAMENT (TGT) DAN TALKING STICK (TS) PADA
MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN DI KELAS
IX SMP NEGERI 1 RANTAU UTARA T.A 2015/2016
Oleh :
Khairul Umam Rambe
NIM 4113111042
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
i
iii
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIAJAR
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMSGAMES-TOURNAMENT (TGT) DAN TALKING STICK (TS) PADA
MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN DI KELAS
IX SMP NEGERI 1 RANTAU UTARA T.A 2015/2016
KHAIRUL UMAM RAMBE (NIM: 4113111042)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT)
dan Talking Stick (TS) pada materi kesebangunan dan kekongruenan. Jenis
penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1
Rantau Utara dengan teknik pengambilan sampel adalah sampling acak sederhana
dan pemilihan kelas dilakukan secara random, didapatkan siswa kelas IX-2
sebagai kelas eksperimen I dan kelas IX-6 sebagai kelas eksperimen II yang
masing-masing berjumlah 30 dan 39 siswa. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini digunakan tes esai dengan jumlah soal 4 item yang telah divalidkan
oleh validator. Analisis data menggunakan uji t pada taraf signifikansi 5% dengan
uji prasyarat normalitas dan homogenitas. Pada pengujian data pretes kedua kelas
diperoleh bahwa data kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji t
data selisih posttest-pretest diperoleh thitung = 2,98754 sedangkan ttabel = 1,668.
Karena thitung > ttabel (2,98754 > 1,668), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti bahwa hasil belajar siswa pada materi kesebangunan dan kekongruenan
yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams-GamesTournament (TGT) lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick (TS)
Kata kunci: eksperimen semu, Teams-Games-Tournament, Talking Stick.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada
Allah SWT atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbandingan Hasil Belajar
Antara Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TeamsGames-Tournament (TGT) Dan Talking Stick (TS) Pada Materi Kesebangunan
Dan Kekongruenan Di Kelas
IX SMP Negeri 1 Rantau Utara T.A 2015/2016”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada Bapak Drs. Marojahan Panjaitan, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran positif kepada
penulis dari awal pemilihan judul penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra,
M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari
perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Syawal Gultom,
M.Pd selaku pimpinan UNIMED beserta seluruh Wakil Rektor, Bapak Dr. Asrin
Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Wakil Dekan I, II dan III di
lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan
Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Jurusan Pendidikan Matematika, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika
FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amri, S.Pd selaku
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Rantau Utara, Ibu Hj. Nurleli Dalimunthe, S.Pd,
v
selaku Guru Matematika SMP Negeri 1 Rantau Utara, Guru/Staf Pegawai SMP
Negeri 1 Rantau Utara yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis
selama penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta
Drs. Paringgonan Rambe dan Ibunda tercinta Rosyida Ritonga, S.Pd.I yang terus
memberikan motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi
ini, juga kepada adik tersayang Zul Fadli Rambe yang juga selalu memberikan
dukungan dan motivasi.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih buat seluruh temanteman jurusan matematika stambuk 2011 khususnya seluruh teman-teman kelas
Matematika Reguler A, sahabatku (Ade-Fandi, Bambang, Dwi, Fronika, Ruwaida,
Jeddah, Maksum, Mely, Nova, Rina, Shanti, Suci dan Vivi ), Penghuni Digilib
(Agung, Icha, Inun, Devi), Shen Long (Irul, Ridho, Imel, Hijri, Azmi), Isfadhillah
Kh, Cut Maisarah, Teman Seperjuangan Sidang (Ahyar, Rasti), Sekontrakan F-1 (
Mashudi, Reza, Dedi, Wahyu), Bang Jai, Pak Mat, Bang Saddam, Bang Kurnia,
Bang Ridho, Erna Gultom, teman-teman PPL SMA Negeri 1 Kisaran, Siswa-siswi
SMA Negeri 1 Kisaran dan abang/kakak serta teman-teman yang tidak penulis
sebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi dan saran-saran kepada
penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan.
Medan, Januari 2016
Penulis,
Khairul Umam Rambe
NIM. 4113111042
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
8
1.3. Batasan Masalah
9
1.4. Rumusan Masalah
9
1.5. Tujuan Penelitian
9
1.6. Manfaat Penelitian
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
11
2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
11
2.1.2. Masalah dalam Matematika
12
2.1.3. Hasil Belajar
14
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif
14
2.1.5. Model Pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT)
17
2.1.6. Model Pembelajaran Talking Stick (TS)
22
2.2. Materi Kesebangunan dan Kekonruenan Bangun Datar
24
2.3. Penerapan TGT Pada Materi Kesebangunan dan Kekongruenan Bangun
Datar
2.4. Penerapan Talking Stick Pada Materi Kesebangunan dan Kekongruenan
29
vii
Bagun Datar
34
2.5. Penelitian Yang Relevan
38
2.6. Kerangka Konseptual
39
2.7. Hipotesis Penelitian
40
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
41
3.1.1. Lokasi Penelitian
41
3.1.2. Waktu Penelitian
41
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
41
3.2.1. Populasi
41
3.2.2. Sampel
41
3.3. Variabel Penelitian
41
3.4. Definisi Operasional
42
3.5. Jenis dan Desain Penelitian
43
3.5.1. Jenis Penelitian
43
3.5.2. Desain Penelitian
43
3.6. Prosedur Penelitian
45
3.7. Instrumen Penelitian
47
3.8 Analisis Instrumen Penelitian
47
3.8.1. Uji Validitas
47
3.8.2. Uji Reliabilitas
48
3.8.3. Tingkat Kesukaran Tes
49
3.8.4. Daya Pembeda Tes
50
3.9. Teknik Analisis Data
51
3.9.1. Menghitung Rata-rata Skor
51
3.9.2. Menghitung Standard Deviasi
51
3.9.3. Uji Normalitas
52
3.9.4. Uji Homogenitas
52
3.9.5. Uji Hipotesis
53
viii
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil
56
4.1.1 Skor Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
56
4.1.2 Skor Posttest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
57
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian
58
4.2.1 Uji Normalitas Data
58
4.2.2 Uji Homogenitas Data
59
4.2.3 Uji Hipotesis
60
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
64
5.2 Saran
64
DAFTAR PUSTAKA
66
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
16
Tabel 2.2 Penghitungan Poin Untuk Empat Pemain
20
Tabel 2.3 Penghitungan Poin Untuk Tiga Pemain
20
Tabel 2.4 Penghitungan Poin Untuk Dua Pemain
21
Tabel 2.5 Contoh Game Score Sheet
21
Tabel 2.6 Lembar Rangkuman Hasil Kelompok
21
Tabel 2.7 Kriteria Penghargaan Yang Disarankan
21
Tabel 3.1 Desain Penelitian
44
Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Soal
48
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Realibilitas Soal
49
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
50
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal
51
Tabel 4.1 Data Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
56
Tabel 4.2 Data Posttest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
57
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas
59
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas
59
Tabel 4.5 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis
60
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Jawaban Siswa Dari Tes Diagnostik No.1
3
Gambar 1.2 Jawaban Siswa Dari Tes Diagnostik No.2
4
Gambar 1.3 Jawaban Siswa Dari Tes Diagnostik No.3
5
Gambar 2.1 Games Rules
19
Gambar 2.2 Tabel Tournament
19
Gambar 2.3 Persegi Panjang ABCD dan Persegi Panjang EFGH
24
Gambar 2.4 Segibanyak ABCDE dan Segibanyak RSTUV
25
Gambar 2.5 Persegi Panjang ABCD dan Persegi Panjang KLMN
27
Gambar 2.6 Trapesium PQRS dan Trapesium EFGH
27
Gambar 2.7 Segitiga Siku-Siku ABC dan Segitiga Siku-Siku PQR
27
Gambar 2.8 Layang-Layang ABCD dan Layang-Layang PQRS
28
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian
46
Gambar 4.1 Diagram Data Pretest Kelas Eksperimen I dan
Kelas Eksperimen II
57
Gambar 4.2 Diagram Data Posttest Kelas Eksperimen I dan
Kelas Eksperimen II
58
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I
Pertemuan I
68
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I
Pertemuan II
74
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I
Pertemuan III
80
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I
Pertemuan IV
86
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II
Pertemuan I
92
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II
Pertemuan II
98
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II
Pertemuan III
103
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II
Pertemuan IV
108
Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa I
113
Lampiran 10. Lembar Aktivitas Siswa II
116
Lampiran 11. Lembar Aktivitas Siswa III
121
Lampiran 12. Lembar Aktivitas Siswa IV
124
Lampiran 13. Kisi-Kisi Pretest
129
Lampiran 14. Lembar Validasi Pretest
130
Lampiran 15. Soal Pretest
133
Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Pretest
134
Lampiran 17. Pedoman Penskoran Pretest
139
Lampiran 18. Kisi-Kisi Post-Test
143
Lampiran 19. Lembar Validasi Posttest
144
Lampiran 20. Soal Post-Test
147
Lampiran 21. Alternatif Penyelesaian Post-Test
148
xii
Lampiran 22. Pedoman Penskoran Post-Test
153
Lampiran 23. Kartu Soal TGT
158
Lampiran 24. Tabel Perhitungan Validitas dan Reliabiitas Untuk Soal
Pretest
165
Lampiran 25. Tabel Perhitungan Validitas dan Reliabiitas Untuk Soal
Posttest
173
Lampiran 26. Daftar Nilai Matematika Siswa pada Skor Pretest Kelas
Eksperimen I
180
Lampiran 27. Daftar Nilai Matematika Siswa pada Skor Pretest Kelas
Eksperimen II
182
Lampiran 28. Daftar Nilai Matematika Siswa pada Skor Posttest Kelas
Eksperimen I
184
Lampiran 29. Daftar Nilai Matematika Siswa pada Skor Posttest Kelas
Eksperimen II
Lampiran 30. Data Pretest (T1) dan Posttest (T2)
186
188
Lampiran 31. Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi
Untuk Pretest (T1), Posttest (T2) dan Selisih (T2-T1)
191
Lampiran 32. Perhitungan Uji Normalitas
195
Lampiran 33. Perhitungan Uji Homogenitas
200
Lampiran 34. Perhitungan Uji Hipotesis
203
Lampiran 35. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke Z
205
Lampiran 36. Daftar Nilai Kritik Uji Liliefors
207
Lampiran 37. Tabel Distribusi Nilai F
208
Lampiran 38. Daftar Nilai Presentil Untuk Distribusi t
210
Lampiran 39. Dokumentasi Penelitian
213
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah suatu alat yang mengembangkan cara berpikir. Karena
itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam
menghadapi kemajuan IPTEK sehingga perlu dibekalkan kepada setiap peserta
didik sejak SD, bahkan sejak TK.
Menurut Hudojo (2005: 17) : “Kebutuhan untuk memahami metematika
menjadi hal yang mendesak bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Karena
matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun di tempat kerja,
kebutuhan ini akan meningkat secara terus menerus”
Belajar matematika dipandang sebagai aktivitas hitung menghitung,
mengerjakan soal dan mendapat nilai. Adams & Hamm (dalam Wijaya 2012: 5)
menyebutkan bahwa : “Empat macam pandangan tentang posisi dan peran
matematika, yaitu : (1) Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir, (2)
Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan, (3)
Matematika sebagai suatu alat, serta (4) Matematika sebagai bahasa atau alat
untuk berkomunikasi”
Masalah matematika tidak secara otomatis menjadi kontekstual hanya
dengan menyusunnya dalam bentuk cerita situasi atau (Roth, 1996) atau
menyajikannya sebagai soal terapan dalam pendekatan mekanistis (Van den
Heuvel-Panhuizen, 1996). Wijaya (2012: 39) mengemukakan :
Beberapa hal berikut bisa kita gunakan untuk mengembangkan konteks
untuk pembelajaran suatu konsep matematika : (1) Konteks menarik
perhatian siswa dan mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
matematika, (2) Penggunaan konteks dalam pendidikan matematika realistik
bukan sebagai bentuk aplikasi suatu konsep, melainkan sebagai titik awal
pembangunan suatu konsep, (3) Konteks tidak melibatkan suatu emosi, (4)
Memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa, serta (5)
Konteks tidak memihak gender (jenis kelamin)
2
Beberapa ahli mengungkapkan alasan mengapa matematika perlu dipelajari
dan apa manfaat belajar matematika. Cornellius ( dalam Abdurrahman, 2012: 204
) mengemukakan bahwa :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1)
sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah
kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan
generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5)
sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Cokrof (dalam Abdurrahman, 2012: 204)
juga mengatakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan
dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam
berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan
kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan bidang studi yang penting dan mencakup kehidupan sehari-hari,
mampu mengembangkan pola pikir dan memiliki hubungan erat dengan bidang
studi lain.
Berbekal dari pendapat diatas, peneliti melakukan observasi untuk melihat
bagaimana kemampuan matematika siswa di SMP Negeri 1 Rantau Utara.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 1 Rantau Utara
diperoleh keterangan bahwa hasil belajar matematika siswa di sekolah tersebut
masih rendah. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil tes diagnostik dari 64 siswa
kelas IX yang menunjukkan bahwa sekitar 40,625 % atau sebanyak 26 orang dari
64 orang siswa yang bisa memahami soal. Sedangkan 59,375 % atau 38 orang
lainnya dinyatakan belum bisa memahami soal dengan benar. Selain itu, banyak
siswa tidak mengetahui rumus, konsep dan maksud soal.
3
Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa siswa dalam kesalahan
menyelesaikan soal tes diagnostik.
Gambar 1.1 Tes Diagnostik Nomor 1
Diberikan pertanyaan “ Pada suatu peta dengan skala 1:4.250.000 jarak
antara Surabaya dan Malang adalah 2 cm. Berapa kilometerkah jarak kedua kota
sebenarnya ? “. Ini merupakan materi perbandingan yang sudah dipelajari saat
masih Sekolah Dasar, namun beberapa siswa masih belum memahami konsep
nya. Seperti diketahui panjang atau jarak sebenarnya dapat dicari dengan
mengalikan jarak pada peta dengan skala pada peta atau secara matematis
panjang sebenarnya panjang pada peta x skala pada peta
Namun
kenyataan
menggunakan
rumus
panjang sebenarnya
jawaban yang keliru.
yang
didapat,
di
beberapa
atas.
skala pada peta
yang
panjang pada peta
tentunya
siswa
terbalik
dalam
Mereka
membuat
akan
menghasilkan
4
Gambar 1.2 Tes Diagnostik Nomor 2
Diberikan pertanyaan “ Jarak dua kota adalah 60 km. Maka tentukanlah
jarak kedua kota tersebut pada peta yang mempunyai skala 1:1.500.000 !”.
Pemakaian rumus sudah tepat yaitu jarak pada peta
jarak sebenarnya
. Tapi
skala pada peta
masalahnya adalah pada pengubahan kilometer menjadi centimeter siswa masih
keliru. Siswa mengubah centimeter ke
1
kilometer yang pada seharusnya
10.000
1
sehingga menghasilkan jawaban keliru.
100.000
5
Gambar 1.3 Tes Diagnostik Nomor 3
Siswa tidak dapat menyebutkan sudut-sudut yang diminta seperti bertolak
belakang, sehadap, berseberangan dalam, berseberangan luar, dalam sepihak dan
luar sepihak. Siswa hanya menjawab dua dan hanya satu yang benar. Padahal
materi sudut ini sudah dipelajari sebelumnya. Materi sudut dan perbandingan
(skala ) diatas merupakan materi prasyarat dari kesebangunan dan kekongruenan
yang akan dipelajari, tanpa menguasai materi prasyarat ini siswa akan kesulitan
mempelajari kesebangunan dan kekongruenan.
Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rantau Utara masih tergolong rendah.
Mereka juga tidak menunjukkan minat yang tinggi terhadap matematika, ditandai
dengan kurang antusiasnya dalam bertanya.
Anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran sulit berdampak pada
kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Seperti yang dikemukakan oleh
Turmudi (2012: 1) bahwa :
Bertahun-tahun ahli pendidikan dan ahli matematika telah mengupayakan
agar matematika dapat dikuasai siswa dengan baik. Namun, hasilnya masih
menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai matematika dari
setiap kelasnya. Meskipun kadang-kadang menjadi suatu kebanggan bagi
guru matematika karena pelajaran yang dipegangnya sangat ’bergengsi’
sehingga menyebabkan tidak banyak siswa yang dapat lulus dari pelajaran
ini.
6
Sejalan dengan pendapat
diatas,
Abdurrahman (2012:
202) juga
mengemukakan bahwa :
Banyak orang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling
sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena
merupakan sarana untuk memcahkan masalah kehidupan sehari-hari. Dari
berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan
bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak
berkesulitan belajar dan lebih lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.
Dari pendapat beberapa ahli di atas disimpulkan bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit dan menjadi momok menakutkan. Juga dikuatkan
oleh paradigma bahwa guru matematika adalah guru yang menakutkan dan cara
mengajarnya yang tidak menarik bahkan cenderung membosankan.
Untuk mengatasi hal tersebut, seorang guru harus mampu memilih dan
menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi agar minat dan
motivasi siswa meningkat. Jika minat dan motivasi meningkat, rasa haus akan
belajar matematika akan bertambah yang kemungkinan besar bisa meningkatkan
hasil belajar siswa.
Dewasa ini, salah satu model yang cocok diterapkan dalam proses belajar
mengajar adalah pembelajaran kooperatif. Sesuai dengan pendapat Artzt &
Newman (dalam Trianto 2011: 56) menyebutkan bahwa:
Dalam belajar kooperatif, siswa belajar bersama sebagai suatu tim untuk
menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam kooperatif learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran
sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan
komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan
prestasi belajarnya.
Terdapat beberapa tipe pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah
Teams-Games-Tournament (TGT) yang merupakan tipe pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk menumbuhkembangkan minat terhadap matematika karena
belajarnya dipadukan dengan games atau permainan. Dalam TGT, siswa
dikelompokkan dalam satu kelompok belajar atau diskusi yang bersifat heterogen
7
(pintar, sedang, rendah). Kemudian masing masing anggota kelompok dikirim
untuk bertanding dengan masing masing anggota utusan dari kelompok lain yang
berkemampuan sama. Dalam TGT, siswa dilatih bekerja sama, menghargai
pendapat orang lain, mempertanggung jawabkan pendapat sendiri, bertanggung
jawab atas diri sendiri dan kelompok.
Teams-Games-Tournament
memiliki
ciri
khas
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Mitcel, Oslin dan Griffin (dalam http://nussa.staff.uns.ac.id)
bahwa :
TGT memiliki cirri khas dalam pengelolaan permainan yang membedakan
permainan dalam 4 kelompok bentuk permainan, yaitu : 1) Permainan
invasi (Invasion games) adalah permainan yang menjadikan gawang sebagai
sasaran untuk saling menyerang daerah lawan dalam rangka membuat skor,
2) Net (Wall games) adalah permainan yang menggerakkan suatu obyek ke
dalam ruang agar obyek tersebut tidak dapat kembali lagi ke lapangan
sendiri, 3) Target games adalah permainan yang menggerakkan sebuah
objek biasanya lebih menekankan pada ketepatani tingkat tinggi, 4) Fielding
dan Run – scoring games adalah permainan memukul sebuah obyek.
Selain Teams-Games-Tournament, ada juga pembelajaran kooperatif lain,
seperti model Talking Stick. Pembelajaran ini mendorong peserta didik untuk
berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran diawali oleh penjelasan dari guru
mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan
membaca dan mempelajari materi terebut dan diberikan waktu. Guru
menyediakan tongkat dan diberikan kepada salah satu murid dan diharuskan untuk
menjawab pertanyaan dari guru. Kemudian tongkat tersebut digilir ke peserta
didik lainnya dan begitu seterusnya.
Talking Stick memiliki ciri-ciri khas sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sugiharto (dalam http://ihwanaridanu.blogspot.co.id) bahwa:
Model pembelajaran Talking Stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif
karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:
(1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) bilamana mungkin,
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda, serta (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang
individu
8
Selain menggunakan pembelajaran kooperatif, pembelajaran efektif juga
bisa diterapkan sebagai strategi meningkatkan hasil belajar. Seperti yang
dikemukakan Hudojo (2005: 22) :
Pembelajaran matematika yang efektif memerlukan pemahaman apa yang
siswa ketahui dan perlukan untuk dipelajari, kemudian memberikan
tantangan dan dukungan kepada mereka agar siswa dapat belajar. Siswa
belajar melalui pengalaman dan guru memberikan pengalaman tersebut.
Jadi, pemahaman
siswa terhadap matematika, kemampuan mereka
menggunakannya untuk memecahkan masalah, serta kepercayaan mereka
terhadap matematika semuanya dibentuk oleh pembelajaran yang mereka
hadapi di sekolah.
Sejalan dengan pendapat diatas Aunurrahman ( 2012: 34 ) juga mengatakan
bahwa :
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam
diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di
dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam proses
pembelajaran, hasil belajar dapat dilihat secara langsung. Oleh sebab itu
agar dapat dikontrol dan berkembang secara optimal melalui proses
pembelajaran di kelas, maka program pembelajaran tersebut harus dirancang
terlebih dahulu oleh guru dengan memperhatikan berbagai prinsip yang
telah terbukti keunggulannya.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, peneliti ingin
melakukan penelitian yang berjudul : “Perbandingan Hasil Belajar Antara
Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TeamsGames-Tournament
(TGT)
dan
Talking
Stick
(TS)
pada
Materi
Kesebangunan dan Kekongruenan di Kelas IX SMP Negeri 1 Rantau Utara
T.A. 2015/2016 ”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 1 Rantau Utara masih
tergolong rendah.
9
2. Kebanyakan
siswa
tidak
menaruh
minat
terhadap
pembelajaran
matematika, hal ini ditandai dengan kurangnya hasrat untuk bertanya
terhadap materi yang sebenarnya belum dikuasai.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan
Talking Stick belum pernah diterapkan sebelumnya di sekolah tersebut.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
batasan masalah pada penelitian ini adalah penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team-Games-Tournament (TGT) dan Talking Stick (TS) serta
perbandingannya pada materi Kesebangunan dan Kekongruenan di Kelas IX SMP
Negeri 1 Rantau Utara T.A. 2015/2016 dengan hanya melihat aspek kognitif.
.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
“Hasil belajar manakah yang lebih baik antara siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament (TGT) dan Talking Stick
(TS) pada materi Kesebangunan dan Kekongruenan di Kelas IX SMP Negeri 1
Rantau Utara T.A. 2015/2016 ?”
1.5. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui
hasil belajar mana yang lebih baik antara siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament (TGT) dan Talking Stick
(TS) pada materi Kesebangunan dan Kekongruenan di Kelas IX SMP Negeri 1
Rantau Utara T.A. 2015/2016
10
1.6. Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian diharapkan hasil penelitian dapat memberikan
manfaat yang berarti yaitu :
1. Bagi Guru
a. Memberikan gambaran bagaimana cara mengajarkan matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) dan Talking Stick.
b. Dapat digunakan sebagai masukan pertimbangan dalam memilih
model pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Bagi Peserta Didik
a. Menumbuhkan sikap positif (minat dan respon belajar) peserta didik
serta dapat
mengatasi kesulitan belajar matematika yang pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Menumbuhkan
kemampuan
bekerjasama,
berkomunikasi
dan
mendengarkan pendapat orang lain, melatih rasa peduli, tanggung
jawab terhadap diri sendiri dan orang lain dan kerelaan untuk berbagi
dan meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan positif dalam
usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran
matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan
sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.
4. Bagi Peneliti
a. Sebagai penambah wawasan dan sebagai bahan masukan untuk dapat
menentukan pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar
di sekolah di kesempatan yang sama.
b. Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peneliti lain yang
ingin meneliti permasalahan yang sama di masa yang akan datang.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh
beberapa kesimpulan, yaitu:
Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif
tipe Teams-Games-Tournament lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran tipe Talking Stick pada
materi kesebangunan dan kekongruenan di kelas XI SMP Negeri 1 Rantau Utara
T.A 2015/2016. Dilihat dari nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen I
sebesar 16,9063 sementara nilai rata-rata peningkatan pada kelas eksperimen II
sebesar 8,963. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Setelah
dilakukan pengujian data ternyata diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,98754 > 1,668,
maka H0 ditolak dan sebaliknya Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan Teams-Games-Tournament lebih
baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran Talking Stick.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah sebagai berikut :
1. Jika dihadapkan dengan pilihan menggunakan Talking Stick dan TeamsGames-Tournament, guru disarankan memilih Teams-Games-Tournament
sebagai model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika
siswa
2. Kepada guru matematika dan peneliti selanjutnya yang hendak menggunakan
pembelajaran
kooperatif
tipe
Teams-Games-Tournament
agar
lebih
memperhatikan penggunaan waktu dengan sebaik-baiknya dan persiapan
65
yang matang agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
memperoleh hasil maksimal
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono., (2012), Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar,
Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi., (2013), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi),
PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi., (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Rineka Cipta, Jakarta.
Aunurrahman, (2012), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Danu,
(2011),
Pembelajaran,
http://ihwanaridanu.blogspot.com/p/pembelajaran.html
Diakses tanggal
tanggal 28 Agustus 2015
Hudojo, Herman., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika, UM Press, Malang.
Isjoni, (2011), Cooperative Learning, Alfabeta, Bandung.
Istarani., (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif: Referensi Guru Dalam
Menentukan Model Pembelajaran, Media Persada, Medan.
Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sagala, Syaiful., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Staff
Dosen
UNS,
(2011),
Teams-Games-Tournament
(TGT),
http://nussa.staff.uns.ac.id/teams-games-tournament-tgt/ Diakses tanggal 28
Agustus 2015
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya, Rineka Cipta,
Jakarta
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sudjana, Nana., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
Turmudi, (2009), Taktik Dan Strategi Pembelajaran Matematika : Referensi
Untuk Guru Matematika Seri 4, Leuser Cita Pustaka, Jakarta.
s
67
Wijaya, Ariyadi., (2012), Pendidikan Matematika Realistik, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Yulianto, (2012), Uji Levene, https://digensia.wordpress.com/2012/08/31/ujilevene. Diakses tanggal 25 Juni 2015
s