Uji Daya Hasil 12 Genotipe Tomat (Solanum lycopersicum L.) di Dataran Rendah (Tajur, Bogor).

UJI DAYA HASIL 12 GENOTIPE TOMAT
(Solanum lycopersicum L.) DI DATARAN
RENDAH (TAJUR, BOGOR)

ESSY EMIATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Daya Hasil 12
Genotipe Tomat (Solanum lycopersicum L.) di Dataran Rendah (Tajur, Bogor)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor

Bogor, Agustus 2015

Essy Emiati
NIM A24110011

ABSTRAK
ESSY EMIATI. Uji Daya Hasil 12 Genotipe Tomat (Solanum lycopersicum L.) di
Dataran Rendah (Tajur, Bogor). Dibimbing oleh SOBIR and MUHAMAD
SYUKUR
Pengembangan tomat adaptif dataran rendah perlu dilakukan karena
ketersediaan lahan di dataran tinggi semakin terbatas. Penelitian bertujuan
menguji serta membandingkan daya hasil dan kualitas 10 genotipe tomat dengan 2
varietas pembanding yang ditanam di dataran rendah. Penelitian menggunakan
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak satu faktor dengan 3 ulangan. Bahan
yang digunakan adalah 10 genotipe tomat potensial dan 2 varietas pembanding
Intan dan Ratna. Pengamatan dilakukan terhadap 13 karakter kualitatif yang
meliputi warna hipokotil, tipe pertumbuhan, tipe daun, letak daun, letak anak
daun, tipe tandan bunga, warna bunga, bentuk buah, bentuk ujung buah, warna

buah muda, warna buah masak, warna daging buah, bentuk bekas putik, dan 17
karakter kuantitatif yang meliputi tinggi tanaman, ukuran daun, panjang pedisel,
jumah rongga buah, jumlah tandan bunga, jumlah bunga per tandan, fruit set,
jumlah buah per tanaman, umur berbunga, umur panen, ukuran buah, ketebalan
daging buah, bobot per buah, bobot buah per tanaman, produktivitas, kekerasan
buah, padatan terlarut total (PTT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipegenotipe yang diuji mempunyai karakter letak daun, bentuk buah, dan bentuk
ujung buah yang berbeda dari varietas Intan dan Ratna. Genotipe yang dapat
dilanjutkan untuk uji multilokasi adalah genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3
karena memiliki panjang buah (5.55 cm), tebal daging buah (0.69 cm), panjang
pedisel (3.1 cm), dan lebar daun (33.48 cm) lebih baik dibandingkan kedua
varietas pembanding, produktivitas (45.24 ton/ha) dan fruit set (70.8%) yang sama
baiknya dengan kedua varietas pembanding, bobot per buah (73.03 g), diameter
buah (4.99 cm), dan PTT (1.58 oBrix) yang lebih baik dari varietas Ratna, serta
tinggi tanaman (76.77 cm), jumlah buah per tanaman (39), bobot buah per
tanaman (1 413.70 g), dan kekerasan buah (1.35 kgf cm-2) yang lebih tinggi dari
varietas Intan.
Kata kunci: dataran rendah, genotipe, Solanum lycopersicum L., tomat, uji daya
hasil
ABSTRACT
Development of tomato which is adaptive in lowland is important because

land availability in the highlands being limited. The study aims to test and
compare the yield and quality of 10 genotypes with two compared varieties grown
in the lowlands. The study uses Randomized Completely Block Design one factor
with three replications. Materials used are 10 potential tomato genotypes and 2
compared varieties, Intan and Ratna. Observations were conducted on 13
qualitative characters which include hypocotyl color, growth type, leaf types, leaf
attitude, leaflets attitude, infloresence type, flower color, fruit shape, fruit blossom
end shape, color of immature fruit, color of ripe fruit, flesh color, shape of pistil
scar, and 17 quantitative characters which includes plant height, leaf size, pedicel

length, number of locules, number of inflorescence, number of flowers per
inflorescence, fruit set, number of fruit per plant, days to flowering, days to
harvesting, fruit size, flesh thickness, weight per fruit, fruit weight per plant,
productivity, fruit hardness, total soluble solid (PTT). The results showed that
tested genotypes have different character in leaf attitude, fruit shape, and fruit
blossom end shape compared with varieties Intan and Ratna. Genotype that can be
continued for multilocation field trials is F8 005001-4-1-12-3-17-3 genotype
because it has a length fruit (5.55 cm), flesh thickness (0.69 cm), pedicel length
(3.1 cm), and leaf width (33.48 cm) better than the two compared varieties, yields
(45.24 ton/ha) and fruit set (70.8%) as well as both compared varieties, weight per

fruit (73.03 g ), fruit diameter (4.99 cm), and PTT (1.58 oBrix) better than
varieties Ratna, and plant height (76.77 cm), fruit number per plant (39), fruit
weight per plant (1 413.70 g), and fruit hardness (1.35 kgf cm-2) higher than
varieties Intan.
Keywords: genotype, lowland, productivity field trial, Solanum lycopersicum L.,
tomato

UJI DAYA HASIL 12 GENOTIPE TOMAT
(Solanum lycopersicum L.) DI DATARAN
RENDAH (TAJUR, BOGOR)

ESSY EMIATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul Uji Daya Hasil 12 Genotipe
Tomat (Solanum lycopersicum L.) di Dataran Rendah (Tajur, Bogor) berhasil
diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 hingga Maret
2015 dengan tema pemuliaan tanaman untuk menguji serta membandingkan daya
hasil dan kualitas dari 12 genotipe tomat di Kebun Percobaan IPB Tajur, Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1.
Prof Dr Ir Sobir, MSi dan Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi selaku
pembimbing skripsi yang selalu memberikan saran dan masukan dalam
penyusunan hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2.
Bapak Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr selaku pembimbing akademik yang
selalu memberikan nasehat terbaiknya untuk selalu belajar dan menjadi
orang yang lebih baik melalui pendidikan yang lebih tinggi.

3.
Ibu Siti Marwiyah, SP MSi selaku wakil komisi pendidikan yang juga
memberikan banyak saran untuk perbaikan skripsi ini.
4.
Bapak Awang, Ibu Yuyun, Kak Galuh, Pak Rizal, peserta magang SMK,
serta semua teknisi lapangan di Kebun Percobaan PKHT-IPB, Tajur, yang
telah memberi bantuan dan dukungan selama penelitian.
5.
Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB selaku penyedia sarana
prasarana yang diperlukan dalam penelitian.
6.
Ibu, adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungan yang selalu
tercurahkan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
7.
Kak Abdul, Larasati Dena, Fajriyatus Sho’idah, Widyaningtyas, Lisa
Sentani, Kak Tustiah, dan seluruh keluarga Dandelion, Maharani,
Gamapuri, Forces, BEM Fakultas Pertanian yang telah membantu jalannya
penelitian serta memberi dukungan dan semangat dalam melaksanakan
penelitian ini.
Semoga penelitian ini bermanfaat baik untuk sekarang maupun untuk

selanjutnya.

Bogor, Agustus 2015

Essy Emiati

vii

DAFTAR ISI
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Tomat

Karakteristik dan fisiologi Tomat
Agroklimat
Pemuliaan Tanaman Tomat
Uji Daya Hasil
Tanaman Tomat Dataran Rendah
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Prosedur Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Rekapitulasi Sidik Ragam
Karakter Kualitatif
Karakter Kuantitatif
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


vii
viii
ix
ix
x
1
1
1
2
2
2
2
4
4
5
5
6
6
6
6

10
11
11
13
14
17
26
27
27
31

viii

DAFTAR TABEL
1 Ukuran buah tomat dalam beberapa kategori
2 Rekapitulasi sidik ragam beberapa karakter yang diamati
3 Penampilan karakter kualitatif daun, tipe pertumbuhan, dan warna
hipokotil pada genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding
4 Penampilan karakter kualitatif tipe tandan dan warna bunga tomat pada
genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding

5 Penampilan karakter kualitatif bentuk buah, bentuk ujung buah, warna
buah muda, warna buah masak, dan warna daging buah pada genotipegenotipe yang diuji dan varietas pembanding
6 Nilai rata-rata tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun dan panjang
pedisel genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding
7 Nilai rata-rata jumlah tandan bunga, jumlah bunga per tandan, dan fruit set
genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding
8 Rata-rata umur berbunga dan umur panen genotipe-genotipe yang
diuji dan varietas pembanding
9 Nilai rata-rata bobot per buah, jumlah buah per tanaman, bobot buah per
tanaman dan produktivitas genotipe-genotipe yang diuji dan varietas
pembanding
10 Nilai rata-rata panjang buah, diameter buah, ketebalan daging buah,
kekerasan buah, dan padatan terlarut total genotipe-genotipe yang
diuji dan varietas pembanding
11 Korelasi linear antara karakter kuantitatif yang diamati dan karakter hasil
10 genotipe tomat dan varietas pembanding

3
13
14
15

16
18
18
19

20

21
25

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Ukuran daun
Pedisel (tangkai buah)
Jumlah rongga buah tomat
Letak daun tomat
Tipe daun tomat
Tipe tandan bunga tomat
Keragaman bentuk tomat
Bentuk ujung buah tomat
Bentuk bekas putik buah tomat
Kondisi umum
Hama dan penyakit pada pertanaman tomat
Jumlah rongga genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding
Intan

7
7
8
8
8
8
9
9
9
11
12
23

ix

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Layout penelitian
Hasil sidik ragam karakter kuantitatif yang diamati
Gambar tipe daun tomat genotipe yang diuji dan varietas pembanding
Gambar morfologi bunga genotipe yang diuji dan varietas pembanding
Gambar buah tomat muda genotipe yang diuji dan varietas pembanding
Gambar buah tomat matang genotipe yang diuji dan varietas
pembanding
Bentuk bekas putik genotipe yang diuji dan varietas pembanding
Penampilan morfologi genotipe tanaman tomat yang diuji dan varietas
pembanding
Deskripsi tanaman tomat varietas Intan
Deskripsi tanaman tomat varietas Ratna
Riwayat hidup

31
32
37
38
39
40
41
42
43
44
45

x

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tomat merupakan salah satu hortikultura penting di Indonesia. Permintaan
akan komoditas tomat ini selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini terkait dengan
pertambahan populasi penduduk serta adanya peningkatan kesadaran masyarakat
akan pentingnya gizi. Permintaan buah tomat yang terus meningkat menuntut
peningkatan produksi dan produktivitas tomat yang tinggi. BPS dan Ditjen Horti
(2012) melaporkan bahwa produksi tomat nasional tahun 2008-2011 selalu
mengalami peningkatan. Produksi tomat nasional tahun 2008 sebesar 725 973 ton
meningkat menjadi 853 061 ton pada tahun 2009. Nilai produksi tomat nasional
pada tahun 2010 juga mengalami peningkatan dari 891 616 ton menjadi 954 046
ton pada tahun 2011.
Produktivitas tanaman tomat yang tinggi cenderung dapat dicapai pada
budidaya tanaman tomat di dataran tinggi daripada di dataran rendah. Menurut
Idham et al. (2013), produktivitas tomat di dataran rendah Riau berkisar 650.1
kg/ha sedangkan produktivitas tomat di dataran tinggi Sumatera Barat dapat
mencapai 4.44 ton/ha. Tantangan dalam budidaya tomat di dataran tinggi adalah
ketersediaan lahan yang semakin berkurang. Hal ini karena selama ini masyarakat
umumnya menanam tomat di dataran tinggi dan lahan yang ada di dataran tinggi
juga dibutuhkan untuk konservasi lingkungan. Oleh karena itu, pengembangan
budidaya tanaman tomat akan lebih diarahkan ke dataran rendah.
Budidaya tanaman tomat di dataran rendah masih mengalami beberapa
kendala antara lain: (i) Kesesuaian iklim. Tomat tumbuh baik pada temperatur
antara 65°F-90°F (18.3°C-32.2°C) (Jones 2008), (ii) Produktivitas. Saat ini
tanaman tomat dataran rendah memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan
dengan tomat yang dibudidayakan di dataran tinggi, (iii) Kualitas buah. Tomat
yang diinginkan konsumen memiliki ukuran yang seragam, warna buah merah
merata, berdaging buah tebal, berbentuk lonjong, dan cukup keras, serta tinggi
akan kandungan nutrisi, (iv) Ketahanan terhadap hama dan penyakit. Tanaman
tomat dataran rendah rentan terhadap penyakit, seperti penyakit layu bakteri
(Pseudomonas solanacearum), sehingga hasil buahnya akan rendah (Villareal
1980). Oleh karena itu pengembangan terhadap varietas tomat yang adaptif di
lingkungan dataran rendah dan memiliki daya hasil serta kualitas yang baik perlu
dilakukan.
Calon varietas atau galur harapan tanaman tomat yang telah diseleksi
berdasarkan sifat yang diinginkan harus diuji terlebih dahulu melalui proses uji
daya hasil pendahuluan (UDHP) dan uji daya hasil lanjutan (UDHL) (Soedomo
2012). Uji daya hasil diperlukan untuk mengetahui daya adaptasi tanaman tomat
di lingkungan tertentu yang dapat ditentukan berdasarkan kualitas dan kuantitas
buah yang dihasilkan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji serta membandingkan daya hasil dan
kualitas buah 10 genotipe tomat dengan 2 varietas pembanding yang ditanam di
dataran rendah.

2

Hipotesis
Terdapat perbedaan karakter kualitatif dan kuantitatif antara 10 genotipe
tomat dengan varietas pembandingnya yang ditanam di dataran rendah.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Tomat
Tomat (Solanum lycopersicum L.) berasal dari Amerika yaitu daerah bagian
dari negara-negara Bolivia, Chili, Kolumbia, Equador, dan Peru. Tomat pertama
kali diintroduksi ke Eropa sebagai tanaman hias bukan sebagai bahan pangan
karena dianggap berbahaya. Tomat pada awalnya dianggap berbahaya karena
berkerabat dengan Sollanaceae beracun seperti belladonia dan mandrake. Tomat
menyebar dengan cepat ke seluruh dunia khususnya Asia setelah penerimaannya
sebagai pangan dan introduksi di Eropa. Saat ini, tomat yang dibudidayakan dapat
tumbuh dengan baik pada iklim yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal
1979).
Tomat pertama kali diklasifikasikan oleh Linnaeus ke dalam genus Solanum
dengan nama spesies Solanum lycopersicum. Philip Miller, 15 tahun setelah
deklarasi dari Linnaeus, mengklarifikasikan tanaman tomat ke dalam famili
Solaneceae dengan spesies Lycopersicum esculentum. Nama spesies Solanum
lycopersicum L. kemudian yang digunakan hingga saat ini dan Lycopersicum
esculentum Mill. sebagai sinonimnya (Costa dan Heuvelink 2004).
Tanaman tomat diklasifikasikan secara lengkap dan sistematik oleh para
ilmuwan ke dalam kingdom Plantae, subkingdom Tracheobionia, divisi
Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, subkelas Asteridae, ordo Solanales, famili
Solaneceae, genus Solanum, dan spesies Lycopersicum esculentum. Dua spesies
tomat yang dibudidayakan saat ini dengan buah berwarna merah dan rata
termasuk ke dalam subgenus Eulycopersicon. Spesies liar tomat dengan buah
berwarna hijau dan berbulu termasuk ke dalam subgenus Eriopersicon. Spesies
tomat liar ini memiliki keunggulan dalam ketahanannya terhadap penyakit
sehingga banyak disilangkan dengan tomat budidaya untuk menghasilkan varietas
tahan penyakit dan bobot kering buah tinggi (Vincent et al. 1999).
Karakteristik Tanaman Tomat
Tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) memiliki akar tunggang yang
dapat tumbuh menembus ke dalam tanah hingga kedalaman 3 m. Batang tanaman
tomat padat dengan pola pertumbuhan bervariasi dari tegak, merayap hingga
menjalar. Tanaman tomat ini dapat tumbuh dengan tinggi 0.5-2.0 m. Beberapa
kultivar memiliki tinggi kurang dari 30 cm. Sifat pertumbuhan tanaman dibagi
menjadi tiga yaitu tidak terbatas, semi-terbatas, dan terbatas (Vincent et al. 1999).
Daun tanaman tomat dibagi menjadi beberapa tipe yaitu pendek,
pimpinellifolium, tipe daun kentang, hirsutum, standar, dan peruvianum (IPGRI
1996). Daun berwarna hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah
5-7. Ukuran daun sekitar (15-30) cm x (10-25) cm dengan panjang tangkai sekitar

3

3-6 cm. Daun majemuk pada tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral
mengelilingi batang tanaman.
Bunga tanaman tomat memiliki kelopak bunga berjumlah lebih dari lima
buah dan berwarna hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga.
Mahkota bunga berjumlah lebih dari lima buah dan berwarna putih, kuning, atau
orange. Bunga tomat merupakan bunga sempurna karena terdapat benang sari dan
kepala putik pada bunga yang sama. Bunga memiliki lima buah tepung sari yang
mengelilingi putik (Jones 2008). Perbungaan tumbuh berlawanan dan di antara
daun. Bunga umumnya menyerbuk sendiri tetapi dapat juga menyerbuk silang
dengan bantuan serangga. Tangkai bunga biasanya memiliki zona absisik sekitar
pertengahan panjang (Vincent et al. 1999).
Buah tomat merupakan buah buni (beri) berdaging, permukaannya agak
berbulu ketika masih muda, tetapi halus ketika matang (Vincent et al. 1999). Buah
tomat memiliki bentuk antara lain pipih, agak pipih, bulat, bulat lonjong,
berbentuk hati, silinder, pyriform, dan elips (plum) (IPGRI 1996). Ukuran buah
bervariasi dari yang paling kecil memiliki bobot 14 gram hingga yang berukuran
besar memiliki bobot 425 gram. Buah tomat dengan ukuran terbesar disebut tomat
beefsteak dibagi menjadi kecil, sedang, dan besar. Tomat beefsteak kecil memiliki
bobot 170-227 g, tomat beefsteak sedang memiliki bobot 255-425 g, tomat
beefsteak besar memiliki bobot 340-425 g. Tomat berukuran kecil disebut tomat
ceri (memiliki bobot 14-56.7 g) dan cocktail (memiliki bobot 56.7-113.4 g). Buah
tomat berukuran normal dibagi menjadi Roma, oxheart, dan pir (Jones 2008).
Buah tomat yang masih muda berwarna putih kehijauan, hijau muda, hijau, hijau
agak tua, atau hijau tua. Buah matang berwarna hijau, kuning, jingga,merah muda,
merah, atau warna lainnya (IPGRI 1996).
Warna buah merah pada tomat disebabkan oleh pigmentasi lycopene,
sedangkan warna kuning disebabkan oleh karotenoid. Tomat merah memiliki
warna kulit kuning dan daging buah (perikarp) merah. Kultivar merah jambu juga
memiliki daging buah merah tetapi karena gen resesif kulit menjadi tidak
berwarna. Kultivar tomat berwarna kuning memiliki warna kulit buah kuning atau
tidak berwarna dan daging buah kuning (Vincent et al. 1999).
Tabel 1 Ukuran buah tomat dalam beberapa kategori (IPGRI 1996)
Ukuran buah
Diameter (cm)
Sangat Kecil
10
Tanaman tomat memiliki tiga kategori rata-rata umur panen yaitu genjah
(50-65 hari), sedang (65-80 hari), dan dalam (85-95 hari). Hasil pemuliaan terkini
menghasilkan varietas yang memiliki umur panen lebih pendek daripada varietas
genjah yaitu 45-50 hari dan tahan terhadap suhu rendah. Periode tanaman tomat
dari biji berkecambah hingga panen pertama bervariasi mulai dari 45 hari hingga
lebih dari 100 hari. Umur berbunga tanaman tomat berkisar antara 45-60 hari
setelah berkecambah dengan selang waktu berbunga sebesar 20-30 hari (Jones
2008).

4

Komponen kualitas buah tomat selain ukuran dan bentuk adalah rasa,
kekerasan, kandungan padatan terlarut, dan pH. Rasa buah tomat yang baik
dipengaruhi oleh rasio gula dan asam dalam buah tomat. Rasio gula dan asam
yang tinggi merupakan indikator buah tomat yang baik. Kandungan gula dan asam
yang tinggi pada buah tomat terjadi pada saat buah berwarna merah jingga.
Kandungan padatan terlarut pada buah tomat juga mempengaruhi rasa buah tomat
tersebut. Semakin tinggi kandungan padatan terlarut maka rasa buah tomat
tersebut semakin baik. Kebanyakan buah tomat memiliki kandungan padatan
terlarut sebesar 5% dan 7%. Pada tomat ceri dan anggur, kandungan padatan
terlarut sebesar 8-10 oBrix sedangkan tomat beefsteak memiliki kandungan
padatan terlarut sebesar 4-6 oBrix. Pada umumnya, buah tomat memiliki pH
berkisar antara 4.0-4.5 dengan rata-rata antara 4.3 dan 4.4. Kekerasan buah
dipengaruhi oleh keseimbangan nutrisi kalium dan nitrogen pada tanaman tomat.
Tanaman tomat yang tidak mendapat kalium dan nitrogen pada dosis yang
seimbang maka akan menghasilkan buah yang lunak (Jones 2008).
Agroklimat
Tanaman tomat membutuhkan tanah gembur dengan pH antara 6-7 agar
pertumbuhannya baik. Temperatur udara yang cocok bagi pertumbuhan tomat
adalah 24°C pada siang hari dan 15-20°C pada malam hari. Tanaman tomat dapat
dibudidayakan pada dataran rendah hingga dataran tinggi (1 500 m dpl). Tanaman
ini memerlukan sinar matahari minimal 8 jam per hari dan curah hujan sebesar
750-1 250 mm per tahun atau 100-200 mm per bulan (Deptan 2006).
Pemuliaan Tanaman Tomat
Pemuliaan tanaman adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan potensi genetik tanaman, sehingga diperoleh
varietas baru dengan hasil dan kualitas yang lebih baik. Umumnya perbaikan sifat
genetik tersebut dapat dicapai melalui tiga cara yaitu : (1) dengan penggabungan
sifat-sifat baik yang berasal dari dua atau lebih tetua, yang kemudian dilakukan
seleksi, (2) dengan seleksi sifat-sifat baik yang telah tersedia dalam suatu populasi
alam yang heterogen, (3) dengan manipulasi atau perubahan susunan genom dan
gen secara mutasi (Purwati 1997).
Pemuliaan tanaman dilakukan dengan melakukan serangkaian tahapan
antara lain pembentukan keragaman atau koleksi, seleksi, pengujian, dan
pelepasan varietas. Seleksi untuk meningkatkan hasil dapat dilakukan pada
tanaman yang memiliki ukuran buah dan berat yang lebih besar (Haydar et al.
2007). Daya hasil tomat tergantung pada dua komponen yaitu, berat buah dan
jumlah buah per tandan bunga. Karakter ini bersifat kuantitatif (dipengaruhi oleh
beberapa gen). Oleh karena itu, peningkatan jumlah buah per tandan bunga akan
menjadi strategi yang paling efisien untuk meningkatkan daya hasil tomat
(Zdravković et al. 2011).
Perbaikan kultivar hingga sekarang ditujukan untuk memperoleh varietas
yang memiliki produktivitas (daya hasil) tinggi dan tahan kepada cekaman faktor
lingkungan, seperti ketahanan terhadap penyakit layu, ketahanan terhadap cuaca
panas dan ketahanan terhadap hujan. Selain itu, juga dikembangkan varietas yang

5

tahan terhadap pecah buah, berumur genjah, mengandung vitamin C yang tinggi
serta tahan terhadap perubahan lingkungan tumbuh lainnya yang kurang
menguntungkan (stress) (Siregar et al. 2010). Pemuliaan sekarang ini tidak hanya
mengembangkan kultivar dengan ketahanan monogenik dan dominan untuk
mengendalikan patogen tanaman tertentu, atau dengan kombinasi resistensi di
hibrida F1, tetapi juga memungkinkan akuisisi, baik nilai tambah sifat agronomi,
seperti fertilitas pembentukan buah tinggi, keseragaman, adaptasi, kekerasan, dan
lama daya simpan yang sesuai untuk pengiriman jarak jauh (Passam et al. 2007).
Uji Daya Hasil
Calon varietas atau galur harapan tanaman tomat yang telah diseleksi
berdasarkan sifat yang diinginkan harus diuji terlebih dahulu melalui proses uji
daya hasil pendahuluan (UDHP) dan uji daya hasil lanjutan (UDHL). Uji daya
hasil galur-galur harapan tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui
produktivitas dan kualitas galur-galur harapan pada lokasi yang berbeda
(Soedomo 2012). Menurut Nazirwan et al. (2014) masalah yang dihadapi dalam
penggunaan galur-galur potensial adalah fenomena perbedaan hasil bila ditanam
pada lingkungan yang berbeda, untuk itu diperlukan pengujian untuk mengetahui
karakteristik, daya hasil dan kualitas varietas tersebut dengan kondisi lingkungan
yang sesuai dengan kondisi tempat suatu varietas yang akan dibudidayakan.
Tomat Dataran Rendah
AVDRC mengemukakan bahwa dalam lingkungan yang tropis, kondisi suhu
tinggi kadang-kadang umum terjadi selama musim tanam dan dengan perubahan
iklim, tanaman tomat di wilayah ini diisukan akan mengalami peningkatan stres
panas (Golam et al. 2012). Suhu tinggi pada tomat dapat menyebabkan kerugian
yang luar biasa pada hasil karena pembentukan buah berkurang, ukuran kecil, dan
buah berkualitas rendah (Stevens dan Rudich 1978). Hazra et al. (2007)
menjelaskan bahwa, pada tomat, sinyal yang menyebabkan kegagalan
pembentukan buah pada suhu tinggi melibatkan penurunan tunas, pertumbuhan
bunga abnormal, rendahnya pembuatan serbuk sari, perbungaan dan viabilitas
rendah, gugurnya ovul dan berkurangnya kandungan karbohidrat. Menurut Saeed
et al. (2007) perpanjangan saluran stigma, rendahnya perkecambahan serbuk sari,
rendahnya pertumbuhan tabung polen, dan stres karbohidrat adalah alasan utama
rendahnya pembentukan buah tomat pada suhu tinggi. Dinar dan Rudich (1985)
melaporkan pada tanaman tomat, suhu tinggi mempengaruhi beberapa proses
fisiologis dan biokimia yang akhirnya berpengaruh pada penurunan hasil.
Kemungkinan proses biokimia dan fisiologis yang dipengaruhi oleh suhu adalah
aktivitas fotosintesis enzim, integritas membran, fotofosforilasi, dan transpor
elektron di kloroplas, konduktansi stomata untuk difusi CO2 dan translokasi hasil
fotosintesis.
Beberapa varietas unggul tomat yang cocok dibudidayakan di dataran
rendah dan toleran terhadap penyakit layu bakteri serta telah melalui serangkaian
pengujian dan pelepasan varietas oleh pemerintah RI adalah varietas Mirah, Opal
Zamrud, Intan, dan Ratna. Menurut Purwati et al. (2001) produksi rata-rata
varietas Mirah, Opal, Zamrud, dan Intan/Ratna berturut-turut 19.71; 21.43; 18.61;

6

dan 12.94 ton/ha, disamping itu varietas tersebut juga toleran terhadap penyakit
bakteri layu yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum. Menurut penelitian
Santosa (2014), terdapat beberapa genotipe tomat potensial yang memiliki
produktivitas serta kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas Intan dan Ratna.
Genotipe F6004009-5-7-5-7 memiliki nilai produktivitas paling tinggi sehingga
potensial untuk dilanjutkan.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur yang terletak pada
ketinggian ± 250 m dpl dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Penelitian dilaksanakan
bulan November 2014 sampai Maret 2015.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang diuji terdiri dari 10 genotipe tomat (F8 005001-4-1-123-7-1, F8 005001-4-1-12-3-17-3, F8 005001-4-1-12-3-38-1, F8 005001-4-1-12-338-3, F8 005001-4-1-12-3-46-3, F8 005001-4-1-12-3-48-2, F8 005001-4-1-12-354-3, F8 005001-4-1-12-3-66-3, F8 005001-4-1-12-3-82-2, F8 005001-4-1-12-382-4) dan 2 varietas pembanding (Intan dan Ratna). Alat yang digunakan dalam
penelitian meliputi meteran, tray, alat tulis, kamera, handpenetrometer,
handrefractometer, alat titrasi, dan alat-alat pertanian umum. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang, Urea, ZA, SP-36, dan KCl. Untuk melindungi
tanaman dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) digunakan
insektisida dan fungisida dengan dosis 1-2 g/l.
Prosedur Penelitian
Persemaian dan Penanaman
Benih dikecambahkan dalam tray menggunakan media tanam kompos.
Setelah memiliki 4-5 pasang daun, tanaman dipindahtanamkan ke lapang. Lokasi
persemaian berada di dalam plastic house.
Penyiraman pada persemaian dilakukan dua kali setiap hari pada pagi dan
sore hari. Lahan yang digunakan untuk penanaman diolah dan dibersihkan dari
gulma. Tanah yang telah diolah kemudian dibiarkan selama dua minggu agar
penyakit tular tanah mati akibat terpapar sinar matahari langsung. Setelah 2
minggu, tanah dibuat bedengan dengan ukuran lebar 120 cm, tinggi 40-50 cm, dan
panjang 30 m dengan populasi per bedeng 96 tanaman. Aplikasi pupuk dasar
(pupuk kandang, setengah dosis pupuk Urea 100 kg/ha, SP-36 250 kg/ha, dan KCl
200 kg/ha) dilakukan di tiap bedengan pada 2-7 hari sebelum pindah tanam. Bibit
tomat ditanam dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm dan setiap bedengan ditanami
dua baris tomat. Penanaman dilakukan dengan cara transplanting ketika tanaman
berumur 3-4 MST (minggu setelah tanam).

7

Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian OPT, penyiraman,
pemberian ajir, pemangkasan tunas-tunas liar, dan pemupukan. Pengendalian OPT
dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian OPT secara kimia antara lain
menggunakan fungisida Propineb 70% dengan dosis 2 g/l air, insektisida
Profenofos 50% dengan dosis 2 ml/l, dan pestisida Dikofol kelthane 20% dengan
dosis 2 ml/l. Penyiraman dilakukan dua hari sekali pada pagi atau sore hari.
Pengajiran dilakukan ketika tanaman berumur 2 MSP. Ajir dibuat dari bambu
dengan panjang 1 m. Ajir dipasang tegak di setiap tanaman tomat dengan jarak 10
cm, tanaman diikatkan ke ajir dengan menggunakan tali rafia membentuk angka 8.
Pemupukan dilakukan 10 hari sekali sebanyak 3 kali aplikasi dengan cara fertigasi
manual. Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK Mutiara dengan
dosis 10 g/tanaman (dilarutkan ke dalam 250 ml air).
Pemanenan
Pemanenan buah tomat untuk pengamatan dilakukan hingga panen
terakhir (panen ke-5). Buah tomat dipanen per buah dengan mempertahankan
tangkai buah. Pemanenan buah tomat dilakukan ketika tomat berubah warna
(semburat) dan masak (berwarna merah penuh).
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh setiap genotipe tomat.
Beberapa variabel yang diamati pada penelitian ini adalah variabel kuantitatif dan
kualitatif berdasarkan deskriptor IPGRI dan UPOV.
Karakter kuantitatif yang diamati meliputi:
1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah sampai ujung tanaman
(titik tumbuh), diukur pada panen kedua
2. Panjang dan lebar daun diukur pada panen kedua pada daun terlebar tanaman
contoh tiap genotipe

Gambar 1 Ukuran daun. L: panjang daun, W: lebar daun
3.
4.
5.
6.
7.

Jumlah bunga per tandan, diamati pada tanaman contoh tiap genotipe
Jumlah tandan bunga per tanaman pada tanaman contoh tiap genotipe
Fruit set, diamati pada tanaman contoh tiap genotipe
Jumlah buah per tanaman, diamati pada tanaman contoh tiap genotipe
Umur berbunga (ketika 50 % tanaman dalam populasi berbunga), diamati pada
tiap genotipe

8

8. Panjang pedisel, diamati pada 10 buah setiap ulangan tiap genotipe
lapisan absisik

Gambar 2 Pedisel (tangkai buah)
9. Jumlah rongga buah, diamati 10 buah setiap ulangan tiap genotipe tomat

hanya satu

tiga atau empat

dua atau tiga

lebih dari enam
empat atau lima
Gambar 3 Jumlah rongga buah tomat

10. Umur panen (ketika 50 % tanaman dalam populasi dapat dipanen), diamati
pada tiap genotipe
11. Ukuran buah, meliputi panjang buah dan diameter buah dari 10 buah yang
sudah matang fisiologis/ masak, diamati pada 10 buah setiap ulangan tiap
genotipe.
12. Ketebalan daging buah, diamati pada tanaman contoh tiap genotipe.
13. Bobot rata-rata buah (g) tiap tanaman contoh tiap genotipe.
14. Bobot buah per tanaman (g), diamati pada tanaman contoh tiap genotipe
15. Produktivitas, dihitung dengan cara:
Produktivitas = bobot buah per tanaman x (populasi tanaman per ha – 20%
populasi/ha)
16. Kekerasan pada buah diukur dengan menggunakan alat penetrometer

9

17. Kandungan padatan terlarut total diukur dengan menggunakan
handrefractometer
Karakter kualitatif yang diamati meliputi:
1. Tipe pertumbuhan tanaman (determinate dan indeterminate)
2. Warna hipokotil: hijau, ungu
3. Letak daun (pada sepertiga bagian tengah): semi-erect, horizontal, semidrooping.

semi-errect

horisontal
Gambar 4 Letak daun tomat

semi-dropping

4. Tipe daun, diamati pada daun yang sudah membuka sempurna

Gambar 5 Tipe daun tomat
5. Letak anak daun terhadap tulang daun utama: semi-errect, horisontal, semidrooping.
6. Tipe tandan bunga: secara umum uniporus, sebagian uniporus, sebagian
multiporus, secara umum multiporus.

uniporous

biporous

Gambar 6 Tipe tandan bunga tomat

multiporous

10

7. Warna bunga: kuning, oranye
8. Bentuk buah (dalam penampang membujur)

pipih

agak pipih bulat bulat lonjong hati silindrikal pyriform ellipsoid
Gambar 7 Keragaman bentuk tomat

9. Bentuk ujung buah

melekuk

melekuk agak datar
datar

agak pointed
meruncing

Gambar 8 Bentuk ujung buah tomat
10. Warna buah muda: hijau muda, hijau, hijau tua
11. Warna buah masak: kuning, orange, merah muda, merah
12. Warna daging buah: kuning, merah
13. Bentuk bekas putik

titik

bintang

garis

tidak beraturan

Gambar 9 Bentuk bekas putik buah tomat
Analisis Data
Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
satu faktor dengan 12 genotipe potensial tomat sebagai perlakuan dengan 3
ulangan sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat
24 tanaman dengan 10 tanaman contoh, jarak tanam 50 cm x 50 cm. Secara
statistik model rancangan yang digunakan adalah :
Yij = μ + τi + βj + εij
Keterangan:
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan genotipe ke-i
βj = Pengaruh ulangan ke-j
εij = Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j
i = 1,2,3,..12
j = 1,2,3
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F. Apabila hasil
yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan
uji t-Dunnet pada taraf 5%.

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Tanaman tomat pada persemaian tumbuh dengan baik pada mulanya akan
tetapi pertumbuhan bibit mulai terhambat ketika bibit berumur 4 minggu setelah
tanam (MST) (Gambar 10a). Terhambatnya pertumbuhan bibit disebabkan oleh
media tanam yang kurang baik sehingga bibit tidak mendapat suplai hara yang
cukup serta pertumbuhan akar tidak maksimal. Pertumbuhan bibit tomat lebih
baik setelah dilakukan pemupukan menggunakan pupuk daun 1 gl-1 dua kali
seminggu dengan cara fertigasi. Bibit tomat dapat dipindahtanamkan ketika
berumur 46 hari setelah tanam (HST). Hama yang banyak menyerang di
persemaian adalah belalang (Oxya chinensis L.) yang menyebabkan pucuk bibit
patah.
a

b

Gambar 10 Kondisi umum: (a) pada persemaian 4 MST, (b) pada lahan penelitian
Tanaman tomat dipindahtanam ke lapang pada tanggal 17 Desember 2014.
Pertumbuhan awal tanaman tomat banyak yang mati akibat pangkal batang yang
putus (Gambar 10b). Putusnya pangkal batang tersebut disebabkan oleh hama
jangkrik (Gryllus asimilis) dan belalang (Valanga nigricornis dan Oxya chinensis
L.). Tanaman yang mati disulam pada umur 1 minggu setelah pindah tanam
(MSP). Tanaman tomat yang sudah berumur 2 MSP dilakukan pemeliharaan
seperti pemupukan dan pemangkasan. Pemangkasan tunas-tunas liar dilakukan
setiap minggu hingga tanaman berumur 4 MSP. Meskipun telah dilakukan
pemangkasan, tunas-tunas liar masih tetap tumbuh dan menyebabkan lingkungan
menjadi lembab. Lingkungan yang lembab merupakan keadaan yang kondusif
bagi pertumbuhan hama dan penyakit pada tanaman tomat. Rimbunnya daun
memberikan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan ulat grayak (Spodoptera
litura F.) (Gambar 11a) dan ulat penggerek buah (Helliothis armigera Hubner)
(Gambar 11b). Kedua hama ulat tersebut mulai menyerang pertanaman tomat
pada 4 MSP. Serangan hama ulat tersebut cukup banyak sehingga mengurangi
kualitas dan kuantitas buah yang dipanen.
Menurut Saladin (2002), rimbunnya daun akibat tidak dilakukannya
pemangkasan menyebabkan lingkungan sekitar tanaman menjadi lembab sehingga
memberikan keadaan yang kondusif bagi pertumbuhan Phytophtora infestans
yang mengakibatkan penyakit busuk daun (Gambar 11c). Penyakit busuk daun

12

tersebut mulai menyerang pertanaman tomat pada 10 MSP. Penyakit lain yang
juga menyerang pertanaman tomat yaitu penyakit gemini virus (Gambar 11d)
yang menyebabkan daun menguning dan tanaman menjadi kerdil, serta penyakit
layu fusarium (Gambar 11e) yang disebabkan Fusarium oxysporum dan
menyerang beberapa tanaman contoh. Kedua penyakit tersebut mulai menyerang
pertanaman tomat pada 3-4 MSP. Daun yang terkena penyakit layu fusarium
menunjukkan gejala bercak hitam kecoklatan, selanjutnya tampak membusuk, dan
mengeluarkan bau tidak sedap (Dimyati 2009). Menurut Cahyono (2008),
tanaman yang terkena layu fusarium memiliki warna tulang daun yang memucat,
tangkai daun merunduk, serta pada pagi maupun malam hari tanaman terlihat
segar tetapi menjadi layu pada siang hari yang panas. Daun tanaman yang terkena
busuk daun pada mulanya terdapat bercak-bercak berwarna abu-abu kemudian
menguning dan daun menggulung di bagian tepi. Daun akan menguning semua
dan mengering dalam waktu kurang lebih 2 minggu. Tanaman tomat mulai
terserang penyakit busuk buah (Gambar 11f) yang disebabkan oleh Rhizoctonia
solani pada 10 MSP. Busuk buah banyak terjadi pada tanaman yang terserang
hama ulat pada fase berbuah. Penyakit-penyakit yang menyerang tanaman tomat
tersebut terjadi pada fase generatif tanaman.
a

b

c

b

d

b

e

f

Gambar 11 Hama dan penyakit pada pertanaman tomat: (a) ulat grayak, (b)
penggerek buah, (c) layu fusarium, (d) gemini virus, (e) busuk daun,
(f) busuk buah
Intensitas serangan hama dan penyakit pada pertanaman tomat sangat
mempengaruhi produksi buah per tanaman. Rata-rata tanaman tomat yang berada
di ulangan satu memiliki produksi buah per tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman tomat yang berada di ulangan dua maupun ulangan
tiga. Perbedaan ini disebabkan intensitas serangan hama dan penyakit di tiga
ulangan tersebut berbeda. Intensitas serangan hama dan penyakit di ulangan tiga
paling tinggi sehingga menyebabkan rata-rata hasilnya paling rendah jika
dibandingkan dengan dua ulangan lain. Besarnya intensitas serangan hama
terutama penyakit di ulangan tiga disebabkan lokasinya lebih dekat dengan kebun

13

dan semak-semak serta adanya sisa-sisa penyakit (layu fusarium) dari pertanaman
pisang sebelumnya.
Rekapitulasi Sidik Ragam
Sidik ragam diperlukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
karakter-karakter yang diamati pada penelitian. Tabel 2 menunjukkan bahwa
genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap semua karakter kuantitatif yang
diamati. Karakter umur panen memiliki nilai koefisien keragaman (kk) terendah
yaitu 3.15% sedangkan karakter jumlah bunga per tandan memiliki koefisien
keragaman tertinggi yaitu 27.68%. Semakin tinggi nilai koefisien keragaman
suatu karakter menunjukkan karakter tersebut semakin beragam pada genotipe
maupun antar genotipe. Adanya variasi nilai kk menunjukkan bahwa lingkungan
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap karakter yang diamati.
Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam beberapa karakter yang diamati
Karakter
Kisaran
F hitung Genotipe KK (%)
Tinggi tanaman (cm)
50.0 - 100.0
10.88
**
Panjang daun (cm)
25.5 - 48.1
3.13
**
Lebar daun (cm)
19.1 - 42.3
4.38
**
Jumlah tandan bunga
6.0 - 49.0
6.38
**
Jumlah bunga per tandan
4.0 - 10.0
25.11
**
5.66
Fruit set (%)
50.0 - 100.0
**
Rata-rata bobot buah (g)
40.0 - 106.0
27.47
**
Jumlah buah per tanaman
3.0 - 124.0
4.57
**
Bobot buah per tanaman (g)
141.0-3858.0
4.29
**
Produktivitas (ton/ha)
4.5 - 123.4
4.29
**
Panjang buah (cm)
4.0 - 6.1
67.30
**
47.25
Diameter buah (cm)
3.8 - 5.8
**
Ketebalan daging buah (cm)
0.4 - 0.8
35.00
**
13.96
Panjang pedisel (cm)
2.0 - 3.6
**
Jumlah rongga buah
2.0 - 8.0
61.54
**
5.21
Umur berbunga (hari)
23.0 - 39.0
**
11.01
Umur panen (hari)
59.0 - 79.0
**
Kekerasan buah
0.9 - 1.8
11.41
**
PTT
0.2 - 4.0
42.16
**
Keterangan: ** berpengaruh sangat nyata , KK= koefisien keragaman

10.59
10.32
13.63
8.79
27.68
11.51
13.38
24.54
22.87
22.87
3.57
3.43
6.19
8.80
22.67
6.39
3.15
12.46
24.97

Nilai kk karakter jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, dan
produktivitas merupakan hasil transformasi data dengan mengakarkan data
sebelumnya dan menganalisisnya kembali. Transformasi data dilakukan apabila
nilai kk melebihi 25% atau 30%. Data dengan keragaman tinggi yang ditandai
dengan nilai kk yang tinggi pula dapat menyebabkan bias terhadap hasil analisis
data dan kesimpulan yang diambil. Mattjik dan Sumertajaya (2006) menyatakan
nilai kk yang terlalu besar bila dibandingkan dengan nilai yang biasa diperoleh
peneliti, mencerminkan bahwa unit-unit percobaan yang digunakan tidak
homogen. Nilai kk pada bidang pertanian yang dianggap wajar adalah 20-25%.

14

Karakter Kualitatif
Karakter Kualitatif Daun, Tipe Pertumbuhan, dan Warna Hipokotil
Sifat kualitatif merupakan sifat yang kelasnya dapat dibedakan dengan
jelas karena dipengaruhi oleh beberapa gen (monogenik atau digenik) (Murti et al.
2004). Karakter kualitatif dikendalikan oleh gen sederhana (satu atau dua gen) dan
sedikit sekali dipengaruhi lingkungan (Syukur et al. 2012). Genotipe-genotipe
tomat yang diuji pada umumnya memiliki karakter kualitatif yang berbeda dengan
varietas pembanding Intan dan Ratna kecuali pada karakter letak anak daun dan
tipe pertumbuhan (Tabel 3).
Tabel 3 Penampilan karakter kualitatif daun, tipe pertumbuhan, dan warna
hipokotil pada genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding
Letak
Letak
Tipe
Warna
Genotipe
Tipe daun
anak
daun
Pertumbuhan hipokotil
daun
F8 005001-4semistandard
horisontal determinate
ungu
1-12-3-7-1
drooping
F8 005001-4semistandard
horisontal determinate
hijau
1-12-3-17-3
drooping
F8 005001-4semistandard
horisontal determinate
ungu
1-12-3-38-1
drooping
F8 005001-4semistandard
horisontal determinate
ungu
1-12-3-38-3
drooping
F8 005001-4standard
horisontal determinate
ungu
horisontal
1-12-3-46-3
F8 005001-4semistandard
horisontal determinate
ungu
1-12-3-48-2
drooping
F8 005001-4standard
horisontal determinate
hijau
horisontal
1-12-3-54-3
F8 005001-4standard
horisontal determinate
ungu
horisontal
1-12-3-66-3
F8 005001-4standard
horisontal determinate
ungu
horisontal
1-12-3-82-2
F8 005001-4semistandard
horisontal determinate
ungu
1-12-3-82-4
drooping
Intan
semiperuvianum horisontal determinate
ungu
errect
Ratna
semistandard
horisontal determinate
ungu
errect
Letak daun genotipe-genotipe yang diuji pada umumnya semi-drooping
sedangkan kedua varietas pembanding semi-errect. Letak daun berpengaruh
terhadap kualitas buah terutama warna buah karena buah yang ternaungi daun
akan memiliki jumlah lycopene yang lebih banyak dibandingkan buah yang tidak
ternaungi oleh daun (Rosales et al. 2006; Toor et al. 2006). Semakin banyak
kandungan lycopene pada buah tomat maka buah tomat akan berwarna merah.
Daun genotipe-genotipe yang diuji memiliki tipe yang sama dengan varietas
Ratna yaitu tipe standar tetapi berbeda dengan varietas Intan yang bertipe

15

peruvianum. Bentuk daun varietas Intan lebih ramping jika dibandingkan dengan
varietas Ratna dan genotipe-genotipe yang diuji.
Letak anak daun dan tipe pertumbuhan genotipe-genotipe yang diuji dan
kedua varietas pembanding sama yaitu horisontal dan determinate. Tipe
pertumbuhan determinate memiliki ciri-ciri pada ujung tanaman terdapat tandan
bunga dan tandan bunga terdapat pada setiap ruas. Selain itu tanaman tomat
dengan tipe pertumbuhan determinate umumnya memiliki tinggi tanaman yang
pendek dan tegak. Warna hipokotil genotipe-genotipe yang diuji pada umumnya
ungu kecuali genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 dan F8 005001-4-1-12-3-54-3
yang berwarna hijau. Warna hipokotil ungu menunjukkan adanya antosianin pada
batang maupun tulang daun tanaman tomat. Antosianin dapat terletak di seluruh
hipokotil, ujung hipokotil, maupun di tengah hipokotil. Antosianin akan terpusat
di ujung tanaman setelah tanaman dewasa. Tanaman Solanaceae umumnya
memiliki karakter warna hipokotil ungu dominan terhadap warna hipokotil hijau.
Hal ini dapat terlihat pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-7-1, F8 005001-4-1-123-38-1, F8 005001-4-1-12-3-38-3, F8 005001-4-1-12-3-48-2, F8 005001-4-1-123-66-3, dan F8 005001-4-1-12-3-88-2 yang dominan berwarna ungu tetapi masih
terdapat 6-25% tanaman dengan hipokotil berwarna hijau.
Tipe Tandan Bunga dan Warna Bunga
Genotipe-genotipe yang diuji dan kedua varietas pembanding umumnya
memiliki tipe tandan bunga uniporous (Tabel 4). Beberapa tanaman pada genotipe
F8 005001-4-1-12-3-54-3 memiliki tipe tandan bunga multiporous tetapi sebagian
besar bertipe uniporous. Tanaman tomat yang sebagian besarnya bertipe tandan
bunga multiporous pada umumnya memiliki ukuran buah yang lebih kecil
dibandingkan dengan tanaman tomat yang bertipe tandan bunga uniporous. Tipe
tandan multiporous cenderung memiliki jumlah buah per tandan lebih banyak
dibandingkan dengan tipe tandan bunga uniporous sehingga persaingan dalam
mendapatkan fotosintat pada tandan bunga bertipe multiporous lebih tinggi
dibandingkan dengan tipe tandan bunga uniporous. Semakin kecil persaingan
dalam mendapatkan fotosintat, maka semakin besar buah yang dihasilkan.
Tabel 4 Penampilan karakter kualitatif tipe tandan dan warna bunga tomat pada
genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding
Genotipe
Tipe tandan bunga
Warna bunga
F8 005001-4-1-12-3-7-1
umumnya uniparous
kuning
F8 005001-4-1-12-3-17-3
umumnya uniparous
kuning
F8 005001-4-1-12-3-38-1
umumnya uniparous
kuning
F8 005001-4-1-12-3-38-3
umumnya uniparous
kuning
F8 005001-4-1-12-3-46-3
umumnya uniparous
kuning
F8 005001-4-1-12-3-48-2
umumnya uniparous
kuning
F8 005001-4-1-12-3-54-3
umumnya uniparous
kuning
F8 005001-4-1-12-3-66-3
umumnya uniparous
kuning
F8 005001-4-1-12-3-82-2
umumnya uniparous
kuning
F8 005001-4-1-12-3-82-4
umumnya uniparous
kuning
Intan
umumnya uniparous
kuning
Ratna
umumnya uniparous
kuning

16

Menurut PPVT (2007), warna bunga tomat terdiri atas 2 warna yaitu kuning
dan orange. Genotipe-genotipe yang diuji dan kedua varietas pembanding
memiliki warna bunga yang sama yaitu berwarna kuning dan tidak ada yang
berwarna orange.
Bentuk Buah, Bentuk Ujung Buah, Warna Buah Muda, Warna Buah Masak,
dan Warna Daging Buah
Genotipe-genotipe yang diuji memiliki bentuk buah bulat lonjong dan bulat
sedangkan varietas pembanding Intan berbentuk agak pipih dan varietas Ratna
berbentuk ellipsoid (Tabel 5). Menurut Murti et al. (2004), bentuk buah yang
banyak diminati konsumen adalah bulat atau lonjong bukan pipih. Hasil penelitian
Murti et al. (2000) menunjukkan bahwa bentuk buah lonjong dikendalikan oleh
gen resesif, oleh karena itu untuk menghasilkan tomat berbentuk lonjong atau
bulat maka genotipenya harus homozigot. Bentuk buah lonjong hanya dapat
dihasilkan dengan menyilangkan tomat berbuah lonjong dengan lonjong atau
bulat.
Tabel 5 Penampilan karakter kualitatif bentuk buah, bentuk ujung buah, bentuk
bekas putik, warna buah muda, warna buah masak, dan warna daging
buah pada genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding
Bentuk
Bentuk Warna Warna Warna
Bentuk
Genotipe
ujung
bekas
buah
buah daging
buah
buah
putik
muda masak buah
F8 005001-4-1-12- bulat
melekuk
hijau
titik
merah merah
3-7-1
lonjong agak datar
muda
F8 005001-4-1-12- bulat
melekuk
titik
hijau merah merah
3-17-3
lonjong agak datar
F8 005001-4-1-12- bulat
melekuk
hijau
titik
merah merah
3-38-1
lonjong agak datar
muda
F8 005001-4-1-12- bulat
melekuk
hijau
titik
merah merah
3-38-3
lonjong agak datar
muda
F8 005001-4-1-12- bulat
melekuk
hijau
titik
merah merah
3-46-3
lonjong agak datar
muda
F8 005001-4-1-12- bulat
melekuk
titik
hijau merah merah
3-48-2
lonjong agak datar
F8 005001-4-1-12melekuk
hijau
bulat
titik
merah merah
3-54-3
agak datar
muda
F8 005001-4-1-12melekuk
hijau
bulat
titik
merah merah
3-66-3
agak datar
muda
F8 005001-4-1-12melekuk
bulat
titik
hijau merah merah
3-82-2
agak datar
F8 005001-4-1-12melekuk
bulat
titik
hijau merah merah
3-82-4
agak datar
agak
hijau
Intan
datar
titik
merah merah
pipih
muda
agak
hijau
Ratna
ellipsoid
titik
merah merah
meruncing
muda

17

Ujung buah genotipe-genotipe tomat yang diuji berbentuk melekuk agak
datar berbeda dengan varietas Intan yang berbentuk datar dan varietas Ratna yang
berbentuk agak meruncing. Bentuk bekas putik genotipe yang diuji dan kedua
varietas pembanding pada umumnya titik, akan tetapi pada buah berbentuk agak
pipih dan berukuran besar (bobot per buah kurang lebih 100 g) yang dihasilkan
oleh sedikit sekali dari genotipe yang diuji serta sebagian kecil dari varietas Intan
memiliki bentuk bekas putik garis (linier). Tomat berukuran besar umumnya
memiliki bentuk bekas putik garis (linier), sebagai contoh buah tomat beefsteak
(bobot per buah lebih dari 170 g) yang banyak di pasaran umumnya memiliki
bentuk bekas putik garis (linier). Tomat yang banyak disukai konsumen dengan
ukuran buah yang lebih kecil (bobot per buah kurang dari 80 g) memiliki bentuk
bekas putik titik.
Warna buah muda genotipe F8 005001-4-1-12-3-7-1, F8 005001-4-1-12-338-1, F8 005001-4-1-12-3-46-3, F8 005001-4-1-12-3-38-3, F8 005001-4-1-12-354-3, dan F8 005001-4-1-12-3-66-3 sama dengan dua varietas pembanding
sedangkan genotipe yang lain berbeda. Warna buah tomat dipengaruhi kandungan
klorofil a dan b serta kandungan betakaroten (Murti et al. 2004). Kandungan
karotenoid buah mentah jauh lebih kecil dibandingkan klorofil (Grierson dan
Kader 1986). Sifat warna pangkal buah muda hijau tua dominan terhadap warna
hijau muda (Murti et al. 2004; Zamroh 2014).
Warna buah masak dan warna daging buah genotipe-genotipe yang diuji
sama dengan dua varietas pembanding Intan dan Ratna. Perubahan warna tomat
menjadi merah disebabkan destruksi klorofil dan peningkatan akumulasi
betakaroten dan lycopene (Grierson dan Kader 1986). Kandungan lycopene dan
aktivitas antioksidan tomat bervariasi antar kultivar dan nilai tertinggi terdapat
pada tomat ceri atau tomat kecil, kemudian tomat koktail (Kaur et al. 2004;
Molyneux et al. 2004). Kultivar berbuah merah memiliki kandungan lycopene
yang lebih tinggi dari kuning, oranye dan kultivar berwarna hitam (Cox et al.
2003). Sintesis lycopene lebih tinggi pada buah yang dinaungi oleh dedaunan.
Karena itu, ada efek musiman terhadap kadar lycopene dan antioksidan dalam
buah (Rosales et al. 2006; Toor et al. 2006). Menurut Jones (2008) buah tomat
yang disukai konsumen adalah yang berwarna merah kecuali jika dimaksudkan
untuk disimpan dalam beberapa hari sebelum dimakan.
Karakter Kuantitatif
Tinggi Tanaman, Panjang Daun, Lebar Daun, dan Panjang Pedisel
Karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing
mempunyai pengaruh kecil pada karakter itu dan banyak dipengaruhi lingkungan
(Syukur et al. 2012). Genotipe-genotipe tanaman tomat yang diuji pada umumnya
memiliki tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding
Intan kecuali pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 (Tabel 6).
Panjang daun genotipe F8 005001-4-1-12-3-54-3 nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan kedua varietas pembanding sedangkan genotipe-genotipe
lain tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding. Lebar daun genotipe
F8 005001-4-1-12-3-17-3, F8 005001-4-1-12-3-66-3, dan F8 005001-4-1-12-382-4 nyata lebih tinggi dibandingkan kedua varietas pembanding sedangkan
genotipe-genotipe yang pada umumnya nyata lebih tinggi dibandingkan varietas