Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara

PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI
HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
PROVINSI SUMATERA UTARA

ADVENT KRISTIAN PERANGIN-ANGIN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas Getah
Pinus dengan Metode Bor di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Provinsi
Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Advent Kristian Perangin-angin
NIM E14100053

ABSTRAK
ADVENT KRISTIAN PERANGIN-ANGIN. Penyadapan Getah Pinus dengan
Metode Bor dan Stimulansia di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Provinsi
Sumatera Utara. Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA
Penyadapan getah pinus di Aek Nauli pernah dilakukan dengan metode
quarre, kekurangan penggunaan metode ini menyebabkan pohon menjadi rusak
akibat besarnya area yang disadap. Kekurangan metode quarre ini dapat
disubstitusi dengan menggunakan metode lain yaitu metode bor. Penelitian ini
bertujuan untuk menghitung produktivitas penyadapan getah pinus dengan metode
bor dan pemberian stimulansia. Penelitian dilakukan dengan 4 perlakuan yang
berbeda yaitu perlakuan A menggunakan metode quarre tanpa stimulansia sebagai

kontrol, perlakuan B menggunakan metode quarre dengan stimulansia, perlakuan
C menggunakan metode bor dengan pipa dan perlakuan D menggunakan metode
bor dengan talang sadap di hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun Sumatera
Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode quarre dengan pemberian
stimulansia menghasilkan produksi getah pinus tertinggi namun untuk penerapan
penyadapan getah pinus di Aek Nauli lebih baik menggunakan metode bor dengan
talang sadap yang memberikan dampak kerusakan pohon yang minimal dan
terkait hutan di Aek Nauli sebagai Daerah Resapan Air.
Kata kunci: getah pinus, metode bor, produktivitas, stimulansia
ABSTRACT
ADVENT KRISTIAN PERANGIN-ANGIN. The Resin Tapping of Pine by Using
Drill Method and Stimulant in Aek Nauli Forest Provinced Simalungun Regency,
Province of North Sumatera. Supervised by GUNAWAN SANTOSA.
Pine tapping at Aek Nauli have been done using quarre method, the
disadvantage of this method is the damage of tree stem because of a large area
which tapped. The disadvantage of quaree method can be substituted by using
another method like drill method. The aimed of study is to measure the
productivity of pine resin tapping with the drill method and apply stimulants. The
study was conducted with 4 different treatments, there are treatment A using the
quarre method without stimulants as a control, treatment B using quarre method

with stimulants, treatment C using the drill method with a pipe and stimulants,
and treatment D using the drill method with a tap gutter and stimulants at Aek
Nauli Simalungun District North Sumatera. The results showed that the quarre
method by applying stimulants produces the highest production of pine resin. But
for the application of pine resin tapping in Aek Nauli is better to use the drill
method with a tap gutter that provides minimal impact damage to trees and the
forest in Aek Nauli as Water Absorption Area.
Key words: drill method, pine resin, productivity, stimulant

PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DENGAN METODE BOR
DI HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
PROVINSI SUMATERA UTARA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor di Hutan Aek Nauli
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara
Nama
: Advent Kristian Perangin-Angin
NIM
: E14100053

Disetujui oleh

Dr Ir Gunawan Santosa, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
perencanaan dan penulisan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Mei 2014 ini ialah Penyadapan
Getah Pinus dengan Metode Bor di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun
Provinsi Sumatera Utara.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Gunawan Santosa MS
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan
nasehat dalam penyususunan karya ilmiah ini. Terimakasih untuk seluruh staf
Badan Penelitian Kehutanan Aek Nauli yang telah banyak memberikan bantuan
kepada penulis selama melakukan penelitian. Ucapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada ayah, ibu dan kakak-kakak tercinta atas dukungan dan
semangatnya kepada penulis. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada
Dita Muwartami, Randy Prasetya, Sonya Dyah, Peby Yusnita, Dwi Anjarsari,
Maya Rianasari,Winda Lismaya, Quldino Taqwa, Kurniawati Nurul Azizah, Lerfi

M, Winda Astuti, Meta Fadina Putri, Ajeng, Desi, Utet atas bantuan dan
semangatnya. Ungkapan Terimakasih juga penulis sampaikan kepada temanteman MNH 47, KOMLIT, MTA dan teman-teman sebimbingan Tyas, Astria,
Dedi, Mirwan atas bantuan dan semangatnya. Serta semua pihak yang tidak dapat
disebut satu persatu.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

Advent Kristian Perangin-angin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN


x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian


1

METODE

2

Waktu dan Lokasi Penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Metode Pengumpulan Data

2

HASIL DAN PEMBAHASAN


7

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

7

Keanekaragaman Hayati

8

Produksi Getah pada Berbagai Perlakuan

8

Pengaruh Perlakuan terhadap Produktivitas Getah

12

Analisis Biaya Setiap Perlakuan


13

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

14

RIWAYAT HIDUP


20

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Rancangan percobaan
Analisys sidik ragam
Produktivitas rata-rata getah pinus (g/quarre/Hari)
Analisis ragam pengaruh berbagai perlakuan terhadap produktiitas
getah pinus
5 Hasil Uji Duncan setiap perlakuan terhadap produktivitas penyadapan
getah pinus
6 Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinus

3
5
9
12
12
13

DAFTAR GAMBAR
1 Peta kawasan KHDTK Aek Nauli
2 Kondisi tumbuhan bawah tegakan pinus
3 Perlakuan yang digunakan: (a) Perlakuan A (b) Perlakuan B (c)
Perlakuan C (d) Perlakuan D
4 Hasil produktivitas rata-rata sadapan berbagai perlakuan

7
8
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Alat dan Bahan
Lampiran 2 Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinus
Lampiran 3 Hasil pengolahan statistik dengan menggunakan Analisis
Sidik Ragam dan Uji Duncan

16
17
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pinus merupakan jenis tumbuhan asli Indonesia dengan sebaran alami di
Sumatera. Penyebaran pinus di Sumatera dibagi menjadi tiga strain yaitu galur
Aceh, galur Tapanuli, dan galur Kerinci (Butarbutar et al. 1998). Selama ini
metode quarre atau yang dikenal dengan metode koakan merupakan metode
yang paling sering digunakan untuk menyadap getah pinus. Adapun kelebihan
metode ini adalah mudah dan murah dalam proses pelaksanaannya. Metode
quarre ini memiliki kelemahan yaitu penutupan luka yang lama, kotornya getah
yang dihasilkan saat pemanenan karena tercampur dengan berbagai bahan lain
seperti daun, serpihan kayu, bunga pinus, tanah, dan air. Selain itu kelemahan
yang paling merugikan ialah luka pada bekas penyadapan menyebabkan
menurunnya kualitas kayu dan mempercepat pohon roboh akibat tiupan angin
yang disebabkan bagian yang menyangga pohon tidak ada karena bekas koakan.
Berdasarkan penuturan pihak Balai Penelitian Kehutanan pohon pinus di
Aek Nauli pernah disadap sebelumnya namun semenjak tahun 2004 terjadi
pemberhentian penyadapan getah pinus dikarenakan adanya pohon yang
tumbang akibat koakan yang terlalu dalam. Hal ini menjadi kekhawatiran pihak
Badan Penelitian Kehutanan akan kelestarian hutan lindung dan fungsinya
sebagai daerah tangkapan air.
Metode bor adalah metode alternatif yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Penyadapan dengan menggunakan metode
bor memiliki kelebihan yaitu dalam penutupan luka sadap yang relatif cepat,
meminimalisir kerusakan kayu, kesehatan pohon terjaga, hasil getah yang
diperoleh bersih dan berkualitas (Purnawati 2013).
Perumusan Masalah
Penyadapan getah pinus pada umumnya dilakukan dengan menggunakan
metode quarre akan tetapi terdapat kekurangan dari metode quarre yaitu dapat
menimbulkan kerusakan pohon akibat pembuatan koakan yang terlalu dalam.
Hal ini menyebabkan diperlukannya suatu metode penyadapan baru yang dapat
menghasilkan getah lebih banyak, berkualitas, dan ramah lingkungan sehingga
digunakan uji coba menggunakan metode bor sebagai metode yang dapat di
implementasikan di hutan pinus Aek Nauli dengan mempertimbangkan hutan
Aek Nauli sebagai Daerah Resapan Air.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk menghitung produktivitas penyadapan getah
pinus dengan metode bor dan pemberian stimulansia di hutan Aek Nauli.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan
bagi perusahaan pengusahaan getah pinus di Provinsi Sumatera Utara untuk

2
meningkatkan produktivitas hasil getah dan mengetahui produktivitas
penyadapan pinus dengan metode bor dan pemberian stimulansia etrat.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitan ini dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2014 yang
bertempat di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Balai Penelitian
Kehutanan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bor manual,
kadukul, plastik ukuran 12 cm×25 cm, sprayer, pipa paralon berukuran 5/8 inch,
timbangan digital, pita ukur, tally sheet, alat tulis, spidol permanen, pita penanda,
plastik mika, pohon pinus, stimulansia etrat 1240, kalkulator, kamera dan paku
payung. Data diolah dengan menggunakan software SPSS 20, Microsoft Word
2013 dan Microsoft Excel 2013.
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan
Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini meliputi kondisi umum
tempat penelitian, pengelolaan pengusahaan getah dan data yang didapatkan dari
wawancara serta informasi berupa arsip dari pihak Balai Penelitian Kehutananan
Aek Nauli. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menyadap pohon
pinus dengan metode bor dan metode quarre yang nantinya dihasilkan 4
perlakuan .
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomize Design). Adapun empat
perlakuan tersebut yaitu:
a. Perlakuan A:Kontrol dengan metode quarre dengan periode pelukaan 3
hari
b. Perlakuan B:Metode quarre dengan stimulansia , periode pelukaan 3
hari
c. Perlakuan C:Metode bor dengan stimulansia menggunakan pipa, periode
pelukaan 3 hari.
d. Perlakuan D:Metode bor dengan stimulansia menggunakan talang sadap,
periode pelukaan 3 hari
Model persamaan rancangan acak lengkap yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Yij = µ + τ + εij

3

Keterangan :
i
= 1,2,3,4
j
= 1,2,3,....,10
Yij
= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan pohon contoh ke-j
µ
= Nilai rataan umum
τ
= Pengaruh perlakuan ke-i
εij
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i
= Perlakuan

Rancangan percobaan dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Rancangan Percobaan
Ulangan Pohon Contoh
1
2
3
4
5
...
10
Rata-rata

A
Y11k
Y12k
Y13k
Y14k
Y15k
..
.
Y110k
Y1

B
Y21k
Y22k
Y23k
Y24k
Y25k
...
Y210k
Y2

Perlakuan
C
Y31k
Y32k
Y33k
Y34k
Y35k
..
.
Y310k
Y3

D
Y41k
Y42k
Y43k
Y44k
Y45k
...
Y410k
Y4

Prosedur Kerja
1. Penyadapan pohon pinus menggunakan metode quarre

Penyadapan pohon pinus menggunakan metode quarre dilakukan dengan
cara membersihkan kulit pohon kemudian membuat koakan 10 cm×10cm lalu
dilakukan pemasangan talang sadap dan plastik penampung getah dan pada

4
perlakuan B dilakukan penyemprotan Stimulansia Etrat 1240 sebanyak 0.5cc (1
kali semprotan)
2.Penyadapan pohon pinus menggunakan metode bor

(Perlakuan C)

(Perlakuan D)

Penyadapan pohon pinus menggunakan metode bor dilakukan dengan cara
membersihkan kulit pohon kemudian membuat lubang sadapdengan sudut 30-40
derajat kemudian membersihkan serbuk kayu yang terdapat dalam lubang sadap
lalu disemprotkan stimulansia sebanyak 0.5 cc lalu dilakukan pemasangan pipa
paralon 5/8 inch untuk perlakuan C dan pada perlakuan D dilakuakan
pemasangan talang sadap kemudian memasang plastik untuk menampung getah.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui potensi dasar yang
dimiliki oleh pohon dalam menghasilkan getah. Jumlah pohon yang di sadap
dalam penelitian pendahuluan ini sebanyak 60 pohon. Pohon yang dipilih
memiliki diameter >30cm dengan topografi tempat tumbuh seragam. Pohon
contoh yang dipilih disadap dengan menggunakan metode quarre tanpa
menggunakan stimulansia dan dipanen sebanyak 3 kali panen getah (1 kali
panen = 3 hari). Berdasarkan hasil data produksi tersebut maka dilakukan

5
penapisan sebanyak 20 pohon yang memiliki hasil produktivitas ekstrim rendah
dan ekstrim tinggi guna mendapatkan 40 pohon. Pohon contoh yang berjumlah
40 pohon di kelompokan kedalam 4 perlakuan yang nantinya didapat masingmasing 10 pohon contoh dalam setiap perlakuan dengan cara pengurutan
berdasarkan produktivitas yang tertinggi sampai yang terendah setelah itu
diurutkan berdasarkan perlakuan yang akan digunakan sehingga setiap perlakuan
diwakili setiap kelas produktivitas getah pinus dari yang terkecil sampai
terbesar.

Analisis Data
Pengaruh faktor perlakuan berdasarkan periode pembaharuan luka
terhadap peningkatan produktivitas getah pinus dapat dilakukan dengan analisis
sidik ragam. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam
untuk rancangan acak lengkap satu faktor yaitu faktor perlakuan dengan ulangan
yang sama. Perhitungan analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Faktor Korelasi (FK) =
JKT
=

)2/rt

JKR

=

-FK

JKT

=JKT-JKR

- FK

Hasil perhitungan jumlah kuadrat setiap faktor selanjutnya ditabulasikan
dalam bentuk tabel analisis sidik ragam seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Sumber

Regresi
Galat
Total

Derajat
Bebas
(DB)
t-1
t(r-1)
tr-1

Tabel 2 Analisis Sidik Ragam
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
(JK)
(KT)
JKP
KTP
JKG
JKT

KTG

Keterangan
t
:Banyak perlakuan
r
:Total ulangan
JKP :Jumlah (total perlakuan)²/r-FK
JKG :JKT-JKR
KTP :JKP/db Perlakuan
KTG :JKG/db galat
Hipotesis :
Pengujian terhadap pengaruh periode pembaharuan luka
H0 : τ1 = τ2 = …….τi = 0
H1 : sekurangnya ada satu τi ≠ 0

F Hitung

KTP/KTG

6
Terima H0 : Perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α =
0.05).
Terima H1 : Sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh
nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α
= 0.05).
Hasil uji F-hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan F-tabel
pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05) dengan kaidah :
1. Jika F-hitung < F-tabel maka H0 diterima, H1 ditolak sehingga perlakuan
memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah pinus pada
selang kepercayaan 95% (α = 0.05).
2. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima sehingga perlakuan
memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang
kepercayaan 95% (α = 0,05).
Apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas
getah pinus, maka dilakukan pengujian kembali dengan Uji Duncan
menggunakan Software SPSS 20 untuk mengetahui perlakuan mana yang paling
baik digunakan dalam meningkatkan produktivitas getah pinus.
Analisis Biaya Berbagai Perlakuan
Stimulansia yang dibutuhkan selama penelitian yaitu untuk kebutuhan 30
pohon dengan periode panen sebanyak 10 kali. Hal-hal yang harus dihitung dalam
analisis biaya penerapan stimulansia adalah sebagai berikut :
1. Biaya stimulansia

Bi = Hi/ 1000/ 3
Keterangan:
Bi = Biaya stimulansia ke-i yang dikeluarkan setiap 1 kali penyemprotan
(Rp/quarre/hari)
Hi = Harga stimulansia ke-i (Rp/liter)
Asumsi : satu kali semprotan adalah 0.5 ml/quarre/3 hari
2. Peningkatan produksi getah

Pi = Qi – R
Keterangan :
Pi = Peningkatan produksi getah untuk stimulansia ke-i (g/quarre/hari)
Qi = Produksi perlakuan stimulansia ke-i (g/quarre/hari)
R = Produksi getah pada pohon contoh kontrol/tanpa perlakuan (g/quarre/hari)
3. Pendapatan hasil peningkatan getah
Zi = ×C
Keterangan :
Zi = Pendapatan hasil peningkatan getah dari stimulansia ke-i (Rp/quarre/hari)
C = Harga getah pinus (Rp/kg)
4. Nilai tambah penggunaan stimulansia
Ri = Zi – Bi
Keterangan :

7
Ri = Nilai tambah penggunaan stimulansia ke-i (Rp/quarre/hari)
Zi = Pendapatan hasil peningkatan getah dari stimulansia ke-i (Rp/quarre/hari)
Bi = Biaya stimulansia ke-i yang dikeluarkan setiap 1 kali penyemprotan
(Rp/quarre/hari)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Penelitian penyadapan getah pinus dilakukan di dalam Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yang dikelola oleh Badan Penelitian
Kehutanan Aek Nauli. KHDTK Aek Nauli bermula dari hutan lindung yang
ditetapkan sebagai KHDTK oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 7 Februari
2005 dengan luasan sekitar 1900 ha. KHDTK Aek Nauli ditanami oleh
pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1930 dalam rangka rencana
pembangunan pabrik kertas dan penanaman semakin meluas dengan
meningkatnya kegiatan reboisasi dan penghijauan pada awal Pelita
(Pembangunan Lima Tahun) (Harahap 2000). Kawasan KHDTK berada di
daerah pegunungan yang terletak pada ketinggian 1100-1650 mdpl dan
mempunyai topografi datar, berbukit, dan berada pada kemiringan lereng yang
berkisar antara 3% sampai 65% (datar sampai curam). Klasifikasi iklim KHDTK
Aek Nauli menurut Schmidt dan Ferguson masuk dalam tipe iklim A dengan
curah hujan tahunan sebesar 2525.22 mm dan rata–rata jumlah hari hujan
206.95 per tahun. Suhu udara rata-rata 19.8°C dengan kelembaban udara ratarata sebesar 62.7% (Butarbutar et al 1998). Kondisi tanah di KHDTK Aek Nauli
terdiri dari tanah lempung berdebu, padsolik coklat kuning, padsolik coklat.Peta
Kawasan KHDTK dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta KHDTK Aek Nauli

8

Berikut adalah tumbuhan bawah yang berada di KHDTK Aek Nauli yang dapat
dilihat pada Gambar 2.

(a)

(b)

Gambar 2 Kondisi tumbuhan bawah tegakan pinus
Adapun tumbuhan bawah yang mendominasi di sekitar tegakan pohon
pinus ialah (a) Cyperus compressues (b) harendong (Melastoma polyantum),
paku-pakuan, dan pakis-pakisan.
Keanekaragaman Hayati
Hutan di KHDTK Aek Nauli merupakan hutan sekunder yang
ditumbuhi beragam jenis tumbuhan, seperti Pinus merkusii, Eucaliptus deglupta,
kemenyan (Styrax sp.), meranti (Shorea sp), simartolu (Schima wallichii),
medang (Litsea sp.), dan hoteng (Quercus sp.). Adapun jenis mamalia yang
teridentifikasi diantaranya monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (M.
nemestrina), siamang (Hylobates syndactylus), kijang (Muntiacus muntjak), babi
(Sus scrofa), dan rusa (Cervus unicolor). Jenis-jenis burung yang banyak
dijumpai adalah kucica hutan (Copsychus malabaricus), tekukur (Streptopelia
chinensis), kutilang (Pynonotus aurigaster), burung semak dan jenis lainnya.
Produksi Getah pada Berbagai Perlakuan
Ada 4 perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perlakuan A
dengan metode quarre tanpa pemberian stimulansia, perlakuan B dengan metode
quarre dengan pemberian stimulansia, perlakuan C dengan metode bor
menggunakan pipa dan diberi stimulansia, perlakuan D dengan metode bor
menggunakan talang sadap dan diberi stimulansia. Keempat perlakuan tersebut
dapat dilihat pada Gambar 3.

9

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 3 Perlakuan yang digunakan :(a) Perlakuan A (b)Perlakuan B
(c) Perlakuan C (d) perlakuan D
Hasil penelitian menunjukan produktivitas yang berbeda-beda dari setiap
perlakuan yang di uji. Produktivitas rata-rata dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Produktivitas rata-rata getah pinus (g/quarre/Hari)
Periode
Perlakuan A
Perlakuan B
Perlakuan C Perlakuan D
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-Rata
SD

14.6
19.5
12.7
14.9
19.8
17.6
19.9
9.3
18.9
21.0
16.8
3.80

36.2
21.9
28.6
38.9
59.4
62.3
63.0
30.5
68.8
70.1
48.0
22.77

25.1
20.3
26.1
27.4
48.7
49.2
51.0
19.1
50.5
56.7
37.4
14.90

28.8
19.8
27.8
30.3
51.5
56.1
56.5
31.7
62.8
65.2
43.1
16.90

10
Tabel 3 menunjukan produktivitas hasil sadapan tertinggi diperoleh oleh
perlakuan B sebesar 48.0 g/quarre/hari. Hal ini dikarenakan luka sadapan yang
lebih luas di bandingkan dengan penggunaan metode bor sehingga getah yang
keluar lebih banyak. Hasil produktivitas sadapan terendah ditemukan pada
perlakuan A atau kontrol hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya penggunaan
stimulansia yang digunakan. Stimulansia yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ETRAT 1240.
Stimulansia Etrat merupakan perpaduan dari 100 ppm ethylene dan 150
ppm asam sitrat yang berfungsi untuk mempelancar keluarnya getah. Stimulansia
pada hakekatnya berfungsi sebagai perangsang ethylene pada tanaman dan
selanjutnya menaikkan tekanan osmosis serta tekanan turgor yang menyebabkan
aliran getah bertambah cepat dan lebih lama. Secara alami, ethylene ada di dalam
tanaman (ethylene endogen). Santosa (2011) menyatakan pembentukan getah di
dalam tanaman dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan ethylene endogen dan
adanya stres (pembuatan luka sadap). Dengan demikian, peningkatan produksi getah
dapat dilakukan dengan memberikan zat yang mengandung ethylene (exsogen) yang
akan merangsang pembentukan ethylene endogen pada tanaman sehingga proses
metabolisme sekunder dapat ditingkatkan. Adapun kelebihan stimulansia etrat ini
ialah lebih aman dalam penggunaannya bagi kesehatan para penyadap dan juga
kondisi pohon yang disadap (Putri 2011).
Hasil produktivitas rata-rata setiap panen pada berbagai perlakuan
memiklii hasil yang berbeda-beda yang dapat dillihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Hasil produktivitas rata-rata sadapan berbagai perlakuan
Berdasarkan Gambar 4 di atas produktivitas rata-rata hasil getah pinus
pada awal panen pada perlakuan B,C,D memiliki hasil sadapan getah pinus
lebih besar di bandingkan dengan hasil sadapan kedua dan ketiga. Hal ini di
karenakan adanya Shock yang dialami oleh pohon pinus yang menunjukan

11
proses metabolisme sekunder yang belum stabil. Gambar hasil produktivitas
rata-rata pada perlakuan B,C,D
menunjukan pada panen ke 4 terjadi
peningkatan hasil produktivitas yang mulai stabil. Hal ini dikarenakan Ethylene
yang terkandung dalam stimulansia ETRAT membutuhkan waktu untuk merubah
bentuk dari cair menjadi gas di dalam jaringan tanaman. Setelah itu proses untuk
membangkitkan ethylene di dalam tanaman pun memerlukan waktu hingga
tercapainya proses metabolisme sekunder (pembentukan getah) dapat berjalan
dengan stabil (Santosa 2011).
Menurut Doan (2007), curah hujan yang tinggi akan menyebabkan
kelembaban di sekitar luka sadapan menjadi tinggi dan hal tersebut dapat
menyebabkan getah menggumpal. Pada periode panen ke 8 diketahui terjadi
penurunan hasil produktivitas getah pinus
dibandingkan dengan panen
sebelumnya yaitu sebesar 53.26% pada perlakuan A,51.58% pada perlakuan
B,62.54% pada perlakuan C dan 43.89% pada perlakuan D. Hal ini disebabkan
oleh suhu udara yang rendah dan kelembaban yang tinggi di karenakan oleh
intensitas dan lamanya hujan pada periode panen tersebut.
Hasil produktivitas penyadapan yang diperoleh di Aek Nauli
dibandingkan dengan hasil peneltian Purnawati (2013) yang berlokasi di Gunung
Walat Sukabumi. Perbandingan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat produktivitas yang dihasilkan kedua penelitian dengan menggunakan
penelitian yang sama yaitu dengan metode bor, metode quarre dan stimulansia
jenis ETRAT 1240. Hasil produktivitas getah pinus penelitian (Purnawati 2013)
pada metode quarre tanpa stimulansia adalah 39.97 g/quarre/hari dan pada
metode quarre dengan stimulansia 74.24 g/quarre/hari. Hasil penelitian di Aek
Nauli pada metode quarre tanpa stimulansia adalah 16.8 g/quarre/hari dan pada
metode quarre dengan stimulansia adalah 48.0 g/quarre/hari.Hasil yang di
peroleh dengan menggunakan metode bor dengan pipa 37.4 g/lubang bor dan
metode bor dengan talang sadap 43.1 g/lubang bor/hari pada penelelitian di Aek
Nauli sedangkan di Gunung Walat memiliki hasil produktivitas yaitu 57.58
g/lubang bor/hari dengan perlakuan metode bor dengan pipa dan 59.04 g/lubang
bor/hari dengan perlakuan metode bor dengan talang sadap. Hal ini menunjukan
bahwa hasil produktivitas getah pinus di Aek Nauli lebih redah dibandingkan
dengan hasil prodiktivitas di Gunung Walat.
Perbedaan produktivitas getah pinus di Aek Nauli dengan gunung Walat
sangat dipengaruhi oleh faktor perbedaan tempat tumbuh. KHDTK Aek Nauli
memiliki ketinggian tempat tumbuh pada ketinggian 1100-1650 mdpl yang lebih
tinggi dari pada di Gunung Walat yaitu dengan ketinggian berkisar 460-715
mdpl. Menurut Rochidayat dan Sukowi (1979) dalam Sulistyono (1995)
produksi getah pada ketinggian 800 mdpl lebih besar dari produksi getah pada
ketinggian tempat tumbuh 1000 mdpl. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap
suhu udara dan intensitas cahaya. Suhu dan intensitas cahaya akan semakin kecil
dengan semakin tingginya tempat tumbuh. Berkurangnya suhu dan intensitas
cahaya dapat mengahambat pertumbuhan karena proses fotosintesis terganggu.
Pengaruh tinggi tempat akan mempengaruhi keadaan lingkungan tempat
tumbuh pohon terhadap suhu, kelembaban, oksigen di udara, dan keadaan tanah.
Keterampilan penyadap getah pinus juga mempengaruhi hasil sadapan
yang diperoleh penyadap. Keterampilan penyadap di Gunung Walat lebih
terampil dalam membuat koakan sehingga dapat mengoptimalkan getah yang

12
keluar. Kedua hal ini sangat mempengaruhi produktivitas getah pinus di Aek
Nauli sedangkan kerapatan, diameter tidak terlalu berbeda dengan kondisi
tegakan di Gunung Walat.
Pengaruh Perlakuan terhadap Produktivitas Getah
Penelitian Produktivitas ini menggunakan analisis sidik ragam atau
Analysis of Variance (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh berbagai perlakuan
terhadap hasil sadapan getah pinus yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Analisis ragam pengaruh berbagai perlakuan terhadap produktivitas
getah pinus
Sumber
Jumlah Kuadrat Derajat
Kuadrat
F hitung
F Tabel
Bebas
Tengah
Keragaman
(JK)
(Db)
(KT)
Perlakuan
4971.977
3
1657.326
6.3666
2.86627
Galat

9372.174

36

Total

14344.151

39

260.338

Hasil pengujian ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05)
menunjukkan setiap perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini memiliki
pengaruh yang nyata terhadap rata-rata produktivitas hasil sadapan getah pinus.
F hitung sebesar 6.3666 lebih besar dari F tabel 2.86627 sehingga hipotesis yang
diterima yaitu Terima H1 yang menyatakan perlakuan memberikan pengaruh
nyata terhadap respon percobaan. Selanjutnya untuk mengetahui kelompok
setiap perbedaan maka dilakukanlah analisis Uji Duncan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil Uji Duncan setiap perlakuan terhadap produktivitas penyadapan
getah pinus
Perlakuan
Jumlah Data Produktivitas rataUji Duncan
rata getah pinus
(α =0.05)
(g/hari)
A
B
C
D

10
10
10
10

16.82
47.97
37.41
43.05

A
B
B
B

Hasil Uji Duncan menunjukan bahwa setiap perlakuan yang diuji
memiliki pengaruh terhadap hasil produktivitas getah pinus. Hasil uji tersebut
menyatakan bahwa pemberian stimulansia pada metode bor dan metode quarre
memberikan hasil lebih baik dibandingan tanpa pemberian stimulansia.

13
Analisis Biaya Setiap Perlakuan
Analisis biaya dilakukan untuk mengetahui potensi pengelolaan
penyadapan getah pinus di Aek Nauli yang disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinus
Perlakuan

Total
Pemanenan
Getah
(kg)

Upah
penyadap
(Rp)

1

Penggunaan
Etrat
(ml)

Biaya
Alat
dan
bahan
(Rp)
3

2

Penjualan
Getah
(Rp)

4

Keuntungan
(Rp)

5

A

16 832

42 080

-

70 960

252 480

181 520

B

47 972

119 930

50

71 560

719 580

648 020

C

37 403

93 507

50

93 000

561 045

468 045

D

43 050

107 625

50

92 560

645 750

553 190

Keterangan:
1 : upah penyadap Rp 2500/kg x total getah yang didapat selama penelitian
2 : penggunaan ETRAT 12.40 selama penelitian
3 : penggunaan ETRAT/1000 x harga ETRAT 12.40 Rp 12 000/liter+ biaya alat dan bahan
perlakuan
4 : total getah yang didapat selama penelitian x harga jual getah pinus Rp 15 000/kg(harga
penjualan getah pinus gunung walat)
5 : penjualan getah – (Biaya ETRAT + kebutuhan alat dan bahan perlakuan + upah penyadap)

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan B memiliki nilai keuntungan
tertinggi yaitu sebesar Rp648 020 dan nilai keuntungan terendah diperoleh pada
perlakuan A yang digunakan sebagai kontrol dengan nilai keuntungan Rp181
520. Hal ini menunjukan bahwa penyadapan getah pinus di KHDTK Aek Nauli
berpotensi baik secara ekonomi untuk di usahakan dikarenakan memiliki nilai
keuntungan yang cukup tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitar hutan. Perlakuan D merupakan metode
penyadapan yang dapat digunakan dalam pemanfaatan getah pinus dengan
mempertimbangkan kawasan KHDTK Aek Nauli merupakan kawasan hutan
lindung yang berfungsi sebagai Daerah Resapan Air sehingga penggunaan
metode bor dengan talang sadap merupakan pilihan yang tepat untuk menjaga
kelestarian hasil produksi getah dengan tetap memperhatikan kondisi dan
pertumbuhan tegakan pinus.

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Produktivitas hasil sadapan getah pinus menggunakan metode quarre
dengan pemberian stimulansia memiliki hasil paling besar yaitu 48 g/quarre/hari.
Hasil sadapan pada perlakuan metode bor menggunakan talang sadap dengan
hasil sadapan sebesar 43.1 g/quarre/hari merupakan metode penyadapan yang
dapat diterapkan di Aek Nauli. Penyadapan menggunakan metode bor dengan
talang sadap yang memberikan dampak kerusakan pohon yang minimal dan
terkait hutan di Aek Nauli sebagai Daerah Resapan Air.

Saran
1. Pemanenan getah pinus menggunakan metode bor di KHDTK Aek Nauli
dapat diterapkan oleh pihak BPK Aek Nauli dengan pemberdayaan
masyarakat sekitar.
2. Perlu dilakukannya peningkatan kemampuan kerja penyadap getah pinus

DAFTAR PUSTAKA
Butarbutar T, Rusli MSH, Pidin M. 1998. Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Pinus
merkusii di Aceh Tengah. Buletin Penelitian Kehutanan. 13 (4): 329-358
BPK Pematang Siantar (ID). Balitbang Kehutanan.
Doan ANG. 2007. Ciri-ciri Fisik Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese)
Banyak Menghasilkan Getah dan Pengaruh Pemberian Stimulansia Serta
Kelas Umur terhadap Produksi Getah Pinus di RPH Sawangan dan RPH
Kemiri, KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Harahap RM S. 2000. Keragaman Sifat dan Uji Asal Benih Pinus merkusii Di
Sumatera Utara. Buletin Penelitian Kehutanan. 11 (3): 295-306 BPK
Pematang Siantar (ID). Balitbang Kehutanan
Litbang. 2011. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Aek Nauli. Parapat
Purnawati RR. 2013. Produktivitas Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor
tanpa Pipa [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.
Putri IOA. 2011.Pengaruh Cara Pemberian ETRAT 1240 Terhadap
Produktivitas Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat
Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Santosa G. 2011. Pengaruh Pemberian
Etrat Terhadap
Peningkatan
Produktivitas Getah Pinus [Laporan Penelitian]. KPH Sukabumi
PerumPerhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (ID). Tidak diterbitkan .

15
Sulistyono 1995. Pengaruh Tinggi Tempat Tumbuh Terhadap Produksi GetahPinus
( Pinus merkusii Jungh. et. de Vriese ) di KPH Probolinggo Perum Perhutani
Unit II Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.

16
Lampiran 1 Dokumentasi Alat dan Bahan

Bor manual

Stimulansia Etrat 1240

Kadukul

Meteran

Timbangan Digital
Pita Penanda

17
Lampiran 2 Analisis biaya setiap perlakuan penyadapan getah pinus
Perlakuan A
Alat dan
No Bahan
Satuan
Plastik
1 (12x25 cm) unit
Seng (4 x6
2 cm)
unit
3 Kadukul
Sub Total
Biaya Upah
1 Upah

unit

Satuan
Kg

Biaya/unit(Rp)

Total
Kebutuhan

Total biaya
(Rp)

100

100

10000

96

10

960

60000

1

Upah/kg

Total
Produksi(kg)

60000
70960
Total upah
(Rp)

2500

16.83

42 075

Subtotal
Total

42 075
113 035

Perlakuan B
No

Alat dan
Bahan

Plastik
1 (12x25 cm)
Seng (4 x6
2 cm)
3 Kadukul
4 Etrat
Sub Total

1

Biaya Upah
Upah
Sub Total
Total

Satuan

Biaya/unit(Rp)

Total
Kebutuhan

Total biaya
(Rp)

unit

100

100

10000

unit
unit
ml

96
60000
12

10
1
50

960
60000
600
71560

Satuan
Kg

Upah/kg
2000

Total
Produksi(kg)
47.97

Total upah
119 925
119 925
191 485

18
Perlakuan C
Alat dan
No Bahan
Satuan Biaya/unit(Rp)
Plastik (12x25
1 cm)
unit
100
2 Pipa
unit
140
3 Bor
unit
81000
4 Etrat
ml
12
Sub Total
Biaya
Upah
Satuan
Upah/kg
1 Upah
Kg
2500
Sub Total
Total

Perlakuan D
Alat dan
No
Bahan
Satuan Biaya/unit(Rp)
Plastik
1 (12x25 cm)
unit
100
Seng (4 x6
2 cm)
unit
96
3 Bor
unit
81000
4 Etrat
ml
12
Sub Total
Biaya Upah
1 Upah
Sub Total
Total

Satuan
Kg

Upah/kg
2000

Total
Kebutuhan
100
10
1
50
Total Produksi
(kg)
37.4

Total
Kebutuhan

Total biaya
(Rp)
10000
1400
81000
600
93000
Total upah
93 500
93 500
186 500

Total biaya
(Rp)

100

10000

10
1
50

960
81000
600
92560

Total
Produksi(kg)
43.05

Total upah
107 625
107 625
200 185

19
Lampiran 3 Hasil pengolahan statistik dengan menggunakan Analisis Sidik
Ragam dan Uji Duncan

ANOVA
Descriptives
bobot
N

Mean

Std.

Std.

95% Confidence Interval

Deviation

Error

for Mean
Lower

Upper

Bound

Bound

Minimum

Maximum

1

10 16.8200

3.80199

1.20229

14.1002

19.5398

9.30

21.00

2

10 44.8600

22.77656

7.20258

28.5666

61.1534

5.10

70.10

3

10 37.4100

14.91557

4.71672

26.7400

48.0800

19.10

56.70

4

10 43.0500

16.90123

5.34464

30.9596

55.1404

19.80

65.20

Total

40 35.5350

19.17808

3.03232

29.4016

41.6684

5.10

70.10

bobot
Sum of Squares
Between
Groups
Within Groups
Total

df

Mean Square

4971.977

3

1657.326

9372.174

36

260.338

14344.151

39

F
6.366

Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
bobot
Duncan
Perlakuan

N

Subset for alpha = 0.05
1

2

1

10

16.8200

3

10

37.4100

4

10

43.0500

2

10

44.9700

Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.000.

1.000

0.137

Sig.
.001

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Desember 1991. Penulis merupakan
anak ke 3 dari 3 bersaudara pasangan Johanys Darma Perangin-angin dan Riani
Tarigan. Pada tahun 1997 penulis memulai pendidikan formal pada tingkat TK
Methodist Binjai dan lulus pada tahun 1998 kemudian melanjutkan kejenjang
SD Taman Siswa Binjai pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004 dan
melanjutkan ke SLTPN 2 Binjai di tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA di SMAN 5 Binjai
pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010, pada tahun yang sama Penulis
melanjutkan ke jenjang kuliah di Insitiut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Hutan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum
Ekologi Hutan dan asisten praktikum Dendrologi pada tahun 2013. Penulis juga
melakukan beberapa kegiatan praktek guna mendukung pengetahuan dan
keterampilan penulis yaitu Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di jalur
hutan pantai Pangandaran dan hutan pegunungan Sawal Jawa Barat pada tahun
2012, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat
Jawa Barat pada tahun 2013, dan Praktek Kerja Lapang di IUPHHK-HA PT
Timberdana pada bulan Februari–Maret 2014. Penulis Juga Aktif di Organisasi
PC Sylva IPB dan Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB.
Dalam rangka Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana
kehutanan penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul
“Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor di Hutan Aek Nauli Kabupaten
Simalungun Sumatera Utara di bawah bimbingan Dr Ir Gunawan Santosa MS.