Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA
PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR

MUHAMMAD ISMAIL

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Jumlah
Bidang Sadap pada Penyadapan Getah Pinus dengan Metode Bor adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Muhammad Ismail
NIM E14090108

ABSTRAK
MUHAMMAD ISMAIL. Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan
Getah Pinus dengan Metode Bor. Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA.
Metode penyadapan yang digunakan dalam menyadap getah pinus saat ini
menggunakan metode quarre. Metode penyadapan ini mudah diimplementasikan
namun penggunaan metode ini menyebabkan tingginya tingkat kerusakan pada
pohon yang disadap. Untuk meminimalisir tingkat kerusakan pada pohon maka
digunakan alternatif metode penyadapan yaitu metode bor. Tujuan penelitian ini
adalah memperoleh getah dengan jumlah bidang sadap yang optimal dalam satu
pohon dengan meminimalisir tingkat kerusakan.
Pohon pinus disadap
menggunakan bor mekanis yang kemudian diberi stimulansia. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data
diperoleh dari enam perlakuan yaitu jumlah bidang sadap: satu sampai enam
bidang sadap. Setiap perlakuan menggunakan 10 pohon contoh yang berdiameter

≥30 cm. Hasil penelitian menunjukkan semakin banyak jumlah bidang sadap
maka produksi getah per pohon akan semakin besar, namun rataan produksi getah
per bidang sadap akan semakin kecil. Laju pertambahan produksi getah akibat
penambahan bidang sadap akan meningkat sampai dengan tiga bidang sadap per
pohon. Penambahan bidang sadap lebih dari tiga cenderung menurunkan laju
pertambahan produksi. Jumlah bidang sadapan yang optimal untuk penyadapan
pohon pinus dengan metode bor adalah sebanyak tiga bidang sadap dengan ratarata produksi sebesar 38.02 g/pohon/hari.
Kata kunci: bidang sadap, metode bor, pinus, produksi getah

ABSTRACT
MUHAMMAD ISMAIL. Determination of the Quantity of Tapping Areas in
Tapping Pine Resin Using The Drill Method. Supervised by GUNAWAN
SANTOSA.
The current method of tapping pine resin is quarre method. A method of
tapping is simple to be implemented, but using this method causes the high level
of damage to the tree. In order to decrease the rate of the damage, drill method can
be used as an alternative. The purpose of this experiment was to find out the
optimum number of tapping areas to obtain an optimal productivity of resin in
one tree. Pine trees were tapped using a mechanical drill and stimulant was then
sprayed. Experimental design used was completely randomized design (CRD).

The data were obtained from the six treatments, i.e., one to six of tapping areas on
the sample trees with a diameter ≥30 cm. Each treatment consisted of 10 sample
trees. The results showed that resin production in line with quantity of tapping
areas, but the average resin production per tapping area will be lesser. The rate of
resin production increased up to three tapping areas per tree. The addition of
tapping areas more than three reduced rate of production. The optimum quantity
of tapping area by the drill method in pine trees are three tapping areas. The
average production from that optimum method is 38.02 gr/tree/day.
Keywords: drill method, pine trees, resin production, tapping areas

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA
PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR

MUHAMMAD ISMAIL

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan Getah Pinus
dengan Metode Bor
Nama
: Muhammad Ismail
NIM
: E14090108

Disetujui oleh

Dr Ir Gunawan Santosa, MS
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc FTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan Getah Pinus
dengan Metode Bor
Nama
: Muhammad Ismail
NIM
: E14090108

Disetujui oleh

Dr Ir Gunawan Santosa, MS
Pembimbing

Tanggal Lulus:


1 4fEB 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat, kasih sayang, dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah getah, dengan judul
Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan Getah Pinus dengan Metode
Bor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Gunawan Santosa, MS
selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan saran selama
melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada papa Dr Ir Asep Sudarman,
M Rur Sc, mama Ir Erni Hendarini Ismoyo, adik Muhammad Umar, adik Adiba
Azharudina, dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terimakasih juga saya sampaikan kepada pihak HPGW beserta seluruh karyawan
yang telah banyak membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada pak Udin, Ika Nugraha, S Hut, Sandy Lesmana, M.
Adly Rahandi Lubis, S Hut, Fajar T, Rendhy P.G, Niken L, Susanti A.M, Agung
K, Dzikrullah, Agil A.H, Khabibi N, Putri J.S, Lina M, dan Sofian H.P atas
dukungannya. Teman satu bimbingan Agustina Pertisia Ginting, Rizky, Widhy,

dan Indri yang selalu memberikan semangat selama penelitian. Juga kepada
seluruh teman MNH 46, Fahutan 46, dan civitas Fakultas Kehutanan IPB atas
ilmu dan rasa kekeluargaan yang diberikan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Muhammad Ismail

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


METODE PENELITIAN

2

Waktu danTempat Penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Metode Pengumpulan Data

3

Rancangan Percobaan

3


HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Produksi Getah Pinus dengan Berbagai Jumlah Bidang Sadap

6

Pengaruh Jumlah Bidang Sadap Terhadap Produksi Getah

8

Penentuan Jumlah Bidang Sadap Per Pohon

9


SIMPULAN DAN SARAN

11

Simpulan

11

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

12

DAFTAR TABEL
1. Bagan rancangan percobaan
2. Analysis of Variance (ANOVA)
3. Produksi rata-rata getah pinus pada berbagai jumlah bidang sadap
(g/pohon/hari)
4. Analysis of Variance (ANOVA) pengaruh jumlah bidang sadap
terhadap produksi getah pinus dengan selang kepercayaan 95%

4
5
8
9

DAFTAR GAMBAR
1. Kondisi tegakan pinus dan tumbuhan bawah di HPGW
2. Pohon pinus dengan perlakuan penyadapan
3. Grafik pengamatan produksi getah pinus selama 10 kali pengambilan
(g/pohon/hari) ♦ 1 bidang sadap, ■ 2 bidang sadap, ▲ 3 bidang sadap, х
4 bidang sadap, ж 5 bidang sadap, ● 6 bidang sadap
4. Rata-rata roduksi getah pinus pada berbagai jumlah bidang sadap
5. Grafik hubungan antara ♦ PT, ■ PPPBS, dan ▲ RPPBS

6
7

7
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi penelitian

12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya hasil hutan saat ini tidak terpaku pada hasil kayu
saja namun permintaan terhadap Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) pun
mengalami peningkatan. Selain memberikan kontribusi dibidang ekonomi dan
sosial, pemanfaatan HHBK pun dapat menunjang kelestarian hutan dikarenakan
dalam memperolehnya tidak menyebabkan terjadinya kerusakan dan keterbukaan
pada areal hutan. Salah satu bentuk dari HHBK yang diminati pasar berupa getah
pinus yang dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Menurut Pehutani
(2006), getah pinus merupakan salah satu komoditi yang memiliki jumlah
permintaan tinggi baik di pasar lokal maupun pasar internasional, dimana 80%
produksinya dialokasikan untuk kebutuhan ekspor ke Eropa, India, Korea Selatan,
Jepang, dan Amerika.
Permintaan gondorukem dan terpentin yang besar menyebabkan dilakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas getah pinus yang
mengakibatkan intensitas penyadapan tinggi bahkan berlebih. Hal tersebut dapat
menyebabkan kerusakan yang cepat terhadap batang pohon pinus sehingga
mempengaruhi produktivitas getah. Sistem penyadapan yang digunakan dalam
menyadap getah pinus saat ini menggunakan sistem koakan (quarre system).
Sistem penyadapan ini mudah diimplementasikan di lapangan namun luas dan
dalamnya bidang sadap akibat pelukaan menyebabkan tingginya kerusakan pada
pohon yang disadap. Menurut Soetomo (1971) kerugian dalam sistem koakan
diantaranya mengingat bentuk dan ukuran alat yang besar dan kasar dengan
penanganan oleh pekerja yang tidak tetap koakan umumnya terlalu dalam dan
lebar sehingga membahayakan kelestarian produksi, selain itu getah yang
dihasilkan tercampur kotoran karena penampung selalu terbuka, dan luka lebar
mudah terserang penyakit.
Penyadapan yang ideal adalah dengan memaksimalkan pencapaian produksi
getah diimbangi kerusakan pada pohon yang disadap seminimal mungkin. Namun
pada kenyataannya untuk memperoleh getah dengan jumlah yang besar maka
jumlah pelukaan pada pohon pun akan semakin banyak. Semakin banyak jumlah
pelukaan pada pohon akan berimbas pada semakin besar pula tingkat kerusakan
pohon yang disadap. Oleh karena itu perlu diketahui optimasi jumlah pelukaan
pada satu pohon.
Penerapan metode bor merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang terjadi dalam penyadapan getah pinus. Metode ini
meminimalisir luasnya pelukaan akibat sadapan karena ukuran bidang sadap yang
kecil dan proses pemulihan pohon pun relatif cepat sehingga tidak menganggu
proses fisiologis. Menurut Litbang Kehutanan (1996) keuntungan sistem bor
adalah hasil getah baik jumlah maupun mutunya lebih baik daripada system
koakan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jumlah
optimal bidang sadap dalam satu pohon sehingga dapat diketahui produktvitas
yang efisien dari penyadapan getah pinus dengan menggunakan metode bor.

2
Perumusan Masalah
Produksi getah yang tinggi dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah
bidang sadap, namun semakin banyak jumlah bidang sadap maka kerusakan
terhadap pohon pun akan semakin besar. Kerusakan pohon pinus pada akhirnya
akan mempengaruhi produksi getah itu sendiri. Dengan digunakannya metode bor
ini perlu ditenentukan jumlah bidang sadap sehingga memberikan hasil
produktivitas getah yang tinggi dengan tingkat kerusakan pada pohon seminimal
mungkin.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengukur produktivitas penyadapan getah pinus menggunakan metode bor
dengan beberapa jumlah bidang sadap
2. Menentukan jumlah bidang sadap yang optimal dalam satu pohon pinus.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam penyadapan
getah pinus tanpa mengesampingkan aspek kelestarian dari pohon itu sendiri.
Selain itu diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang membutukan
informasi mengenai penyadapan getah pinus dengan metode bor, sehingga
didapatkan hasil yang optimal. Khususnya untuk pihak Hutan Pendidikan Gunung
Walat (HPGW) agar dapat memaksimalkan produksi getah secara efisien.

METODE PENELITIAN
Waktu danTempat Penelitian
Penelitan ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013
dan bertempat di HPGW Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bor mekanis, bahan bakar,
mata bor berukuran 5/8 inchi, asahan bor, pipa paralon berukuran 5/8 inchi,
parang, pita ukur 150 cm, sprayer, plastik ukuran 12 x 25 cm, timbangan digital,
tally sheet, kalkulator, laptop, software Microsoft Office 2007 dalam hal ini
Microsoft Word dan Microsoft Excel, software IBM SPSS 20, kamera digital, alat
tulis dan papan jalan, paku, palu, tali rafia, dan label pohon.
Bahan yang digunakan berupa 80 pohon pinus (Pinus merkusii) dengan
diameter berukuran ≥30 cm, stimulansia ethylene asam sitrat (ETRAT) 1240.

3
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini mengenai kondisi umum
tempat penelitian dan data yang didapatkan dari wawancara sertai informasi
berupa arsip dari pihak pengelola HPGW.
Metode Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menyadap pohon pinus
dengan menggunakan metode bor.

Rancangan Percobaan
Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan potensi dasar dari
kemampuan pohon dalam menghasilkan getah. Jumlah pohon yang digunakan
sebanyak 80 pohon dengan diameter ≥30 cm dan belum pernah disadap
sebelumnya. Pohon yang dipilih tersebut diberi perlakuan yang sama, yaitu
penyadapan sistem bor dengan satu lubang tanpa diberikan stimulansia dengan
periode pelukaan 3 hari sekali. Penelitian pendahuluan ini dilakukan sebanyak 3
kali panen getah (1 kali panen = 3 hari sekali). Berdasarkan pengamatan ini dipilih
pinus dengan produktivitas getah yang relatif sama untuk penelitian utama
sebanyak 60 pohon sebagai pohon contoh dan menapis pohon yang produksi
getahnya ekstrem rendah dan ekstrem tinggi. Pohon yang dilakukan penapisan
sebanyak 20 pohon. Pohon-pohon yang telah terpilih ini diharapkan memiliki
kondisi fisiologis yang relatif sama sehingga meminimalisir kesalahan dalam
pengamatan selanjutnya.
Penelitian utama
Data primer diperoleh dengan cara menyadap 60 pohon contoh. Pohon
dilakukan penyadapan memiliki diameter ≥30 cm dan pohon dalam keadaan sehat.
penyadapan menggunakan metode bor dan pemberian stimulansia ETRAT 1240
sebanyak 1.72 g/pelukaan dengan periode pelukaan 3 hari sebanyak 10 kali
pemanenan. Pembagian pohon contoh untuk tiap perlakuan sebanyak 10 pohon
dilakukan dengan mengurutkan produksi getah dari yang tertinggi hingga yang
terendah, kemudian disebar secara merata pada tiap perlakuan. Hal ini dilakukan
untuk memperoleh keseragaman dalam tiap perlakuan sehingga didapat data yang
optimal. Pohon contoh dapat dibagi kedalam enam perlakuan, yaitu:
a.
Perlakuan A: metode bor dengan satu bidang sadap
b.
Perlakuan B: metode bor dengan dua bidang sadap
c.
Perlakuan C: metode bor dengan tiga bidang sadap
d.
Perlakuan D: metode bor dengan empat bidang sadap
e.
Perlakuan E: metode bor dengan lima bidang sadap
f.
Perlakuan F: metode bor dengan enam bidang sadap

4
Penyadapan Pinus dengan Metode Bor
Tahapan penyadapan getah pinus dengan menggunakan metode bor adalah
sebagai berikut:
a.
Membersihkan semak disekitar pohon dan tinggi untuk sadapan awal
sebesar 20 cm diatas permukaan tanah.
b.
Membuat lubang sadapan dengan bor mekanis dengan ukuran matabor 5/8
inchi, ukuran lubang berkedalaman 2 cm dari kulit bagian dalam.
Pembuatan lubang bor dibuat dengan kemiringan 30 – 40 derajat ke arah
atas.
c.
Membersihkan serbuk kayu yang berada di dalam lubang sadapan
d.
Menyemprotkan cairan stimulansia sebanyak 1.72 g/lubang (2 kali
semprotan)
e.
Memasang pipa paralon 5/8 pada bagian lubang sadapan.
f.
Memasang plastik untuk menampung getah dan diikat dengan tali rafia.
g.
Melakukan pemanenan getah disertai dengan memperbarui lubang bor.
Untuk semua perlakuan lubang bor diperbarui dengan jarak 1 cm ke arah
atas. Masing-masing perlakuan diberikan penyemprotan cairan stimulansia
sebanyak 1.72 g/lubang dengan pelukaan 3 hari sekali.
h.
Menimbang hasil panen getah dengan timbangan digital
i.
Mencatat hasil timbangan kedalam tally sheet.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(completely randomize design) dimana respon terdiri dari enam perlakuan.
Model persamaan rancangan acak lengkap yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Yij = µ + τ + εij
Keterangan:
i
= perlakuan A, B, C, D, E, dan F
j
= 1, 2, 3,...sd 10
Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan pohon contoh ke-j
µ
= nilai rataan umum
τ
= pengaruh perlakuan ke-i
εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Tabel 1 Bagan rancangan percobaan
Ulangan pohon
contoh
1
2
3
...
10
Total
Rata-rata

A
YA1
YA2
YA3
YA10
YA
YA/∑j

Periode pembaharuan luka sadapan
B
C
D
E
YB1
YC1
YD1
YE1
YB2
YC2
YD2
YE2
YB3
YC3
YD3
YE3
YB10
YB
YB/∑j

YC10
YC
YC/∑j

YD10
YD
YD/∑j

YE10
YE
YE/∑j

F
YF1
YF2
YF3
YF10
YF
YF/∑j

5
Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam atau Analysis
of Variance (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95% (α = 0.05).
Tabel 2 Analysis of Variance (ANOVA)
Sumber
keragaman
perlakuan
Sisa
Total

Derajat
bebas
(dB)
t-1
n-t
n-1

Jumlah kuadrat
(JK)
JKR
JKS
JKT

Kuadrat
tengah
(KT)
KTR
KTS

Fhit
KTR/KTS

Hipotesis:
Pengujian terhadap pengaruh periode pembaharuan luka
H0: τ1 = τ2 =.......τi = 0
H1 : sekurangnya ada satu τi ≠ 0
Terima H0 : perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05)
Terima H1 : sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata
terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 95% (α = 0.05)
Hasil uji F-hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan Ftabel pada selang 95% (α = 0.05) dengan kaidah:
1.
Jika F-hitung < F-tabel maka H0 diterima, H1 ditolak sehingga perlakuan
memberika pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah pinus pada
selang kepercayaan 95% (α = 0.05)
2.
Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, H1 diterima sehingga perlakuan
memberika pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah pinus pada
selang kepercayaan 95% (α = 0.05)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Hutan pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan kawasan hutan di
wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat yang telah ditetapkan SK
Menhut No. 188/Menhut – II/2005 sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) dimana pengelolaannya diserahkan pada Fakultas Kehutanan
IPB dengan tujuan khusus yaitu hutan pendidikan. Ketinggian berkisar 460 – 715
mdpl dan luas kawasan sebesar 359 ha, HPGW terdiri dari tiga blok yaitu Blok
Cikatomas seluas 120 ha, Blok Cimenyan seluas 125 ha, dan Blok Tangkalak
seluas 114 ha.

6

Gambar 1 Kondisi tegakan pinus dan tumbuhan bawah di HPGW
Penelitian dilakukan pada Blok Timur dari HPGW yaitu Blok Cikatomas.
Topografi pada lokasi penelitian berada di punggung bukit dengan variasi sedang
sampai curam (30 – 40%). Namun pengambilan data penelitian dilakukan pada
topografi yang landai sampai bergelombang agar mendapatkan tegakan dengan
topografi yang relatif seragam. Klasifikasi iklim termasuk kedalam tipe B
berdasarkan Schmidt dan Ferguson dengan nilai Q = 14.3 – 33% dan untuk curah
hujan tahunan berkisar antara 1600 – 4400 mm. Pada siang hari suhu udara
maksimum mencapai 29°C dan suhu udara minimum mencapai 19° C pada malam
hari.
Kondisi tanah di HPGW terdiri dari podsolik, latosol, dan litosol dari batu
endapan dan bekuan daerah bukit. Sedangkan tumbuhan bawah yang mendomiasi
di sekitar tegakan pinus ditunjukkan pada Gambar 1 berupa harendong
(Melastoma polyantum), pungpulutan (Urena lobauta), paku-pakuan, dan pakispakisan. Dengan adanya tumbuhan bawah yang cukup rapat dan tinggi di sekitar
tegakan pinus yang akan diamati, maka dilakukan penyiangan untuk
mempermudah penyadapan.
Tegakan pinus di lokasi penelitian relatif sehat, namun kerusakan pada
sebagian kecil pohon pinus tetap ada yang diakibatkan tersambar petir. Dengan
jarak tanam 3 x 4 m tegakan termasuk kedalam KU VIII yang ditanam tahun
1970. Pohon yang dipilih yaitu dengan kriteria sehat secara fisik berupa tajuk
pohon lebar dengan daun yang banyak, ukuran diameter batang ≥30 cm, dan
belum pernah dilakukan penyadapan. Pemilihan pohon dilakukan secara acak dan
sistematis.
Produksi Getah Pinus dengan Berbagai Jumlah Bidang Sadap
Penyadapan dilakukan menggunakan metode bor dengan alat berupa bor
mekanis. Gambar 2 mempelihatkan perlakuan penyadapan menggunakan metode
bor. Penelitian ini lebih menuju ke arah faktor perlakuan dengan metode sadapan
yang menjadi perhatian utama dalam mengetahui produktivitas pohon pinus dalam
menghasilkan getah. Berdasarkan penelitian Litbang Kehutanan (1996) faktor
yang mempengaruhi produksi getah berupa faktor biologi pohon, faktor tempat
tumbuh, dan faktor perlakuan terhadap pohon. Faktor biologi pohon terdiri dari
jenis pohon, umur tegakan, serta diameter dan tinggi pohon. Untuk faktor tempat
tumbuh terdiri dari ketinggian tempat dan iklim. Sedangkan untuk faktor

7
perlakuan terhadap pohon terdiri dari metode sadapan, arah sadapan, dan
penjarangan pohon.
.

Gambar 2 Pohon pinus dengan perlakuan penyadapan

Produksi (g/pohon/hari)

Melalui pohon contoh yang didapat sebanyak 60 pohon dilakukan
perlakuan sebanyak enam perlakuan yang tiap-tiap perlakuan digunakan 10 pohon.
Grafik garis pada Gambar 3 menunjukkan penelitian utama yang dilakukan
dengan pengamatan getah pinus selama 10 kali pengambilan ditambahkan
stimulansia berupa ETRAT 1240 dimana periode pembaharuan luka selama 3 hari
sekali. Dalam pengukuran produktivitas getah selama 34 hari, getah yang
dihasilkan berfluktuasi pada awal penyadapan.

80
70
60
50
40
30
20
10
0
1

2

3

4
5
6
Panenan ke-

7

8

9

10

Gambar 3 Grafik pengamatan produksi getah pinus selama 10 kali pengambilan
(g/pohon/hari) ♦ 1 bidang sadap, ■ 2 bidang sadap, ▲ 3 bidang sadap,
х 4 bidang sadap, ж 5 bidang sadap, ● 6 bidang sadap
Produksi getah pada sadapan pertama lebih besar dibandingkan sadapan
kedua dan ketiga. Hal ini disebakan pohon yang disadap masih dalam fase
adaptasi yang menunjukkan proses metabolisme sekunder belum stabil. Pada
penyadapan getah berikutnya mulai dari sadapan keempat sampai dengan sadapan
terakhir produksi getah mulai mengalami peningkatan kembali dan relatif stabil.
Getah pinus merupakan oleoresin yang terdiri dari asam resin dan terpentin.
Kramer dan Kozlowsky (1960) dalam Sugiyono (2001) mengatakan bahwa getah

8
pinus tersusun atas 66% asam resin, 25% terpentin, 7% bahan netral yang tidak
mudah menguap, dan 2% air. Getah yang dihasilkan pinus dapat diambil apabila
terputusnya saluran resin traumatis dengan cara dilakukan pelukaan.
Tabel 3 Produksi rata-rata getah pinus pada berbagai jumlah bidang sadap
(g/pohon/hari)
Ulangan
pohon contoh
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata-rata

1
8.77
15.33
14.33
20.83
23.43
23.20
20.83
19.53
15.50
14.97
176.72
17.67

2
22.17
21.27
17.90
28.73
36.00
30.83
28.23
23.90
20.00
19.50
248.53
24.85

Jumlah bidang sadap
3
4
37.83
33.40
21.73
20.70
28.53
29.30
45.17
43.03
48.70
59.13
45.57
49.17
42.20
44.90
45.33
52.97
33.63
39.10
31.53
40.57
380.22
412.27
38.02
41.23

5
61.37
34.10
37.27
62.03
60.03
60.90
60.57
54.90
45.27
45.23
521.67
52.17

6
55.63
40.97
41.43
65.93
67.40
61.73
57.37
52.03
47.53
51.07
541.09
54.11

Berdasarkan Tabel 3 produksi rata-rata getah pinus sebanyak 10 kali
pemanenan dapat dilihat bahwa bidang sadap dengan satu bidang sadap dihasilkan
getah sebesar 17.67 g/pohon/hari. Untuk pohon dengan jumlah bidang sadap dua
dan tiga didapat getah sebesar 24.85 dan 38.02 g/pohon/hari. Pada bidang sadap
dengan 4,5 dan 6 bidang sadap sebesar 41.23 g/pohon/hari, 52.17 g/pohon/hari,
dan 54.11 g/pohon/hari.
Pengaruh Jumlah Bidang Sadap Terhadap Produksi Getah
Getah yang diperoleh dari masing-masing perlakuan menunjukkan
semakin banyak jumlah bidang sadap pada pohon akan menghasilkan getah yang
semakin banyak pada setiap pohon. Gambar 4 memperlihatkan produksi getah
pinus pada berbagai jumlah bidang sadap. Getah yang dihasilkan mengalami
peningkatan seiring dengan banyaknya bidang sadap.
Pohon dengan produksi rata-rata terkecil yaitu pada perlakuan dengan satu
bidang sadap sebesar 17.67 g/pohon/hari. Produksi getah dengan rata-rata
tertinggi sebesar 54.11 g/pohon/hari dengan bidang sadap sebanyak enam bidang
sadap. Pencapaian peningkatan produksi maksimum sebesar 206.18%.
Selain jumlah bidang sadap pada pohon, pemberian stimulansia berupa
ETRAT 1240 juga ikut berpengaruh pada banyaknya produksi getah yang
dihasilkan. Menurut Santosa (2011), ETRAT merupakan formulasi terbaru,
dimana formulasi tersebut mengandung ethylene dan asam sitrat dalam satu
larutan. ETRAT dipilih sebagai stimulansia dikarenakan selain merangsang proses
keluarnya getah juga tidak berbahaya bagi kesehatan penyadap. Komposisi
ETRAT yang digunakan yaitu 100 ppm ethylene dan 150 ppm asam sitrat yang

9
berguna untuk membuka saluran getah. Wattimena (1988) mengatakan bahwa
ethylene merangsang eksudasi atau pengeluaran getah.

Produksi (g/pohon/hari)

60
50
38.02

40
30
20

52.17

54.11

5

6

41.23

24.85
17.67

10
0
1

2

3

4

Jumlah bidang sadap

Gambar 4 Rata-rata produksi getah pinus pada berbagai jumlah bidang sadap
Untuk mengetahui pengaruh jumlah bidang sadap terhadap produksi getah
dilakukan uji statistik dengan analisis ragam atau Analisys of variances (ANOVA)
satu faktor. Faktor yang digunakan sebanyak satu faktor berupa faktor perlakuan
dengan jumlah ulangan yang sama pada tiap perlakuan.
Tabel 4 Analysis of Variance (ANOVA) pengaruh jumlah bidang sadap terhadap
produksi getah pinus dengan selang kepercayaan 95%
Sumber
keragaman

Jumlah
kuadrat

db

Jumlah
bidang sadap
Galat

10 566.90
4 200.78

5
54

Total

14 767.70

59

Kuadrat
tengah
2 113.38
77.79

F-hitung

27.16

F-tabel

Sig.

2.38 0.000*

*(F-hitung > F-tabel, berpengaruh nyata)

Melihat analisis ragam yang dilakukan dengan selang kepercayaan 95%
menggunakan software IBM SPSS 20 pada Tabel 4 menunjukkan jumlah bidang
sadap terhadap produksi getah pinus berpengaruh nyata. F-hitung yang didapat
sebesar 27.16 lebih besar dibandingkan F-tabel sebesar 2.38. Semakin banyak
bidang sadap yang dibuat dalam satu pohon maka produksi getah yang dihasilkan
semakin besar.
Penentuan Jumlah Bidang Sadap Per Pohon
Dilihat pada Gambar 5, menunjukkan hubungan antara Produksi Total (PT),
Pertambahan Produksi akibat Penambahan Bidang Sadap (PPPBS), dan Rata-rata
Produksi per Bidang Sadap (RPPBS) terhadap banyaknya jumlah bidang sadap.
Pada garis PPPBS terlihat bahwa perlakuan dengan meggunakan satu bidang

10
sadap sampai tiga bidang sadap mengalami peningkatan pertambahan produksi
getah. Pencapaian produksi getah tertinggi sebesar 13.17 g/pohon/hari pada
perlakuan dari dua bidang sadap menjadi tiga bidang sadap. Pencapaian produksi
terendah terjadi pada perlakuan lima bidang sadap menjadi enam bidang sadap
dengan pertambahan produksi dari 10.94 g/pohon/hari menjadi 1.94 g/pohon/hari.

60.00
54.11

Produksi
(g/pohon/hari)

50.00

52.17
41.23

40.00
38.02
30.00
24.85
20.00

17.67 12.43

10.00

12.67

13.169

0.00

0
1

7.181
2

10.31

10.43

9.02

10.94
3.205

3
4
5
Jumlah Bidang Sadap

1.942
6

Keterangan :
PT
= Produksi Total (g/pohon/hari)
PPPBS = Pertambahan Produksi akibat Penambahan Bidang sadap (g/pohon/hari)
RPPBS = Rata-rata Poduksi per Bidang Sadap (g/pohon/hari/bidang)

Gambar 5 Hubungan antara ♦ PT, ■ PPPBS, dan ▲ RPPBS
Gambar 5 RPPBS menggambarkan semakin banyak jumlah bidang sadap
dalam pohon akan mengalami penurunan rata-rata produksi getah per bidang
sadap. Jumlah bidang sadap dengan rata-rata produksi tertinggi yaitu pada pohon
dengan satu bidang sadap menghasilkan getah sebesar 17.67 g/pohon/hari.
Sedangkan RPPBS terendah sebesar 9.02 g/pohon/hari pada perlakuan enam
bidang sadap.
Apabila dilihat dari hasil PPPBS dan RPPBS jumlah 4,5 dan 6 bidang sadap
menghasilkan laju pertambahan produksi getah per bidang yang cenderung sedikit
dan tidak jauh berbeda. Begitupula dengan rata-rata produksi per bidang sadap
terlihat bahwa semakin banyak bidang sadap akan menghasilkan getah dengan
pertamabahan produksi yang cendurung menurun. Jumlah bidang sadap yang
optimal dengan melihat tingkat pertambahan produksi getah dalam satu pohon
berdasarkan grafik hubungan PT, PPPBS, dan RPPBS sebanyak tiga bidang sadap.
Pohon dengan bidang sadap lebih dari empat tidak jauh berbeda dalam
memberikan pertambahan pada produktivitas pohon pinus.

11

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Semakin banyak jumlah bidang sadap produksi getah per pohon semakin
besar, namun produksi getah per bidang sadap akan semakin kecil. Pengaruh
perbedaan jumlah bidang sadap per pohon terhadap produksi getah pinus terlihat
nyata. Bidang sadap dengan satu bidang sadap dihasilkan getah sebesar 17.67
g/pohon/hari. Pohon dengan jumlah bidang sadap sebayak dua dan tiga bidang
sadap didapat getah sebesar 24.85 dan 38.02 g/pohon/hari. Pohon dengan 4,5 dan
6 bidang sadap sebesar 41.23 g/pohon/hari, 52.17 g/pohon/hari, dan 54.11
g/pohon/hari.
Laju pertambahan produksi akibat penambahan bidang sadap meningkat
sampai dengan tiga bidang sadap per pohon selanjutnya cenderung menurun pada
penambahan bidang berikutnya. Jumlah bidang sadapan yang optimal untuk
penyadapan pohon pinus dengan metode bor dengan pohon berdiameter ≥30 cm
adalah sebanyak tiga bidang sadap.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak kerusakan yang
terjadi pada pohon akibat pengaruh banyaknya jumlah bidang sadap dan
lamanya pemulihan pohon
2. Perlu dilakukan pelatihan kepada penyadap untuk menggunakan mesin bor

DAFTAR PUSTAKA
[Litbang Kehutanan] Lembaga Penelitian dan Pengembanan Kehutanan. 1996.
Kajian Teknis Ekonomis Pengolahan Gondorukem Dalam Rangka
Peningkatan Nilai Tambah Studi Kasus PGT Paninggaran dan PGT Cimanggu.
Laporan Akhir Penelitian. Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Tidak diterbitkan.
[Perhutani] Perum Perhutani. 2006. Gondorukem Produksi Non kayu yang
Menjanjikan. [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor
(ID):
Perhutani.
[diunduh
2013
Juli
24].
Tersedia
pada:
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=154192.
Santosa G. 2011. Pengaruh Pemberian ETRAT terhadap peningkatan
Produktivitas Penyadapan Getah Pinus (Studi Kasus di KPH Sukabumi Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten). [Laporan Penelitian]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan IPB.
Soetomo. 1971. Pemungutan dan Pengolahan Getah Pinus. KPH Pekalongan
Timur.
Sugiyono Y. 2001. Peningkatan Produksi Getah Pinus. Duta Rimba 247(15):23-28.
Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

12

LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi penelitian

a. Mesin bor

d. Pemanenan getah pinus

b. Mata bor

c. Stimulansia ETRAT 1240

e.Getah pinus

13

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Februari 1991 sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara pasangan Dr Ir Asep sudarman, M Rur Sc dan Erni
Hendarini Ismoyo. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri Taman
Pagelaran. Kemudian melanjutkan studinya di SMP Negeri 4 Bogor dan lulus
pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan
pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Ujian Talenta
Mandiri IPB (UTMI). Penulis memilih Lab. bidang Pemanfaatan Hasil Hutan,
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB.
Selama masa perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan seperti anggota dan pengurus Forest Management Student Club
pada tahun 2011-2012 dalam divisi Keprofesian, anggota dan pengurus PC Sylva
IPB dalam divisi Penguatan dan Pengkaderan Organisasi (PPO) tahun 2012,
Ketua Divisi Acara TEMU MANAJER tahun 2011, Steer Comitte TEMU
MANAJER tahun 2012, selain itu penulis melakukan kegitan Praktik pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Tangkuban Parahu-Cikeong tahun 2011, Praktik
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Kadupandak
Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Tahun 2012 serta Praktik
Kerja Lapang (PKL) di PT Rodamas Timber Kalimantan (IUPHHK-HA)
Kalimatan Timur pada tahun 2013.
Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, Penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “ Penentuan Jumlah Bidang Sadap pada Penyadapan Getah
Pinus dengan Metode Bor” dibawah bimbingan Dr Ir Gunawan Santosa, MS.