Komposisi dan Struktur Tumbuhan Anggrek di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun

(1)

KOMPOSISI DAN STRUKTUR TUMBUHAN ANGGREK

DI HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN

Oleh

ADIL SHADLI

097030013/BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KOMPOSISI DAN STRUKTUR TUMBUHAN ANGGREK

DI HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN

Oleh

ADIL SHADLI

097030013/BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

Judul Tesis :KOMPOSISI DAN STRUKTUR TUMBUHAN ANGGREK DI HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN Nama Mahasiswa :Adil Shadli

Nomor Induk Mahasiswa :097030013 Program Studi :Magister Biologi

Fakultas :Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II


(4)

KOMPOSISI DAN STRUKTUR TUMBUHAN ANGGREK

DI HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkaan yang tiap satunya telah di jelaskan sumbernya dengan benar.

Medan 4 Agustus 2011

( Adil Shadli ) NIM. 097030013


(5)

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Adil Shadli

NIM : 097030013

Program Studi : Biologi

Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis aya yang berjudul :

Komposisi dan Struktur Tumbuhan Anggrek di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawan dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 4 Agustus 2011


(6)

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : 1. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, M.S. Anggota : 2. Dr. Delvian, S.P, M.P.

3. Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc. 4. Dr. Suci Rahayu, M.Si.


(7)

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Adil Shadli, S.Pd. Tempat dan Tanggal Lahir : Indrapura, 29 Juni 1971

Alamat Rumah : Desa Dewi Sri Kec.Laut Tador Kab. Batu Bara

Telepon/Faks/HP : 085270255992

e-mail : Adilshadli@ymail.com

Instansi Tempat Bekerja : SMA N. 1 Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi

Alamat Kantor : Jln. Kom Yossudarso Kota Tebing Tinggi

Telepon/Faks/HP : (0621) 21466

DATA PENDIDIKAN

SD : Negeri 010224 Tamat : 1984

SMP : SMP Negeri Indrapura Tamat : 1987

SMA : SMA Negeri Indrapura Tamat : 1990


(8)

Bismillahirrahmannirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa pengetahuan, kesehatan dan waktu sehingga tesis yang berjudul “Komposisi dan Struktur Tumbuhan Anggrek di Aek Nauli Kabupaten Simalungun” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Biologi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Prof. Dr. Retno Widhiastuti, M.S., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Delvian S.P. M.P., selaku Pembimbing II yang telah membimbing Penulis dalam penelitian dan penyusunan tesis ini.

Prof. Dr. Syafruddin Illyas, M.Biomed, selaku Ketua Program Studi Magister Biologi.

Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc, sebagai Penguji I, dan Dr. Suci Rahayu, M.Si, sebagai Penguji II, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan dan penyusunan tesis ini.

Gubernur Sumatera Utara dan Ketua BAPEDA, yang telah memberikan beasiswa S-2 kepada Penulis di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Drs. Mhd. Syarif, M.Si., M.Pd., sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi Penulis.

Orang tuaku, Ayahanda Almarhum Abdul Wahid dan Ibunda Yahmie, serta Bapak H. Ngadimin dan Ibunda Hj. Sunarsih dan keluarga besar Almarhumah Hj. Rubinem, yang telah memberikan motivasi dan doa untuk menyelesaikan tesis ini. Istriku tercinta Nuraini, Am.Keb., dan anak-anak tercinta yang telah memberikan motivasi, doa dan mendampingi dengan sabar selama pendidikan demi keberhasilan studi ini.

Rekan-rekan program studi Biologi Pasca Sarjana tahun 2009 diantaranya: Lambas, Srikurniaty, Hj. Sriati, Dina, Rahma, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

Ayahanda guru Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, M.A. M.Sc., dan keluarga yang telah memberikan doa kepada ananda.


(9)

dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya. Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan bersyukur kepada Allah SWT, atas rahmat yang telah diberikan-Nya.

Medan, Agustus 2011


(10)

ABSTRAK

Penelitian Struktur dan Komposisi Tumbuhan Anggrek di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Maret 2011. Lokasi penelitian ditentukan dengan menggunakan Metode Purposive Sampling dan dalam pengambilan data digunakan Metode Jalur Berpetak pada lima lokasi dengan ketinggian yang berbeda dengan ukuran petak 5 m x 5 m. Dari penelitian didapatkan 50 jenis anggrek yang termasuk kedalam 22 genus. Dari 50 jenis, 12 jenis diantaranya merupakan anggrek teresterial dan 38 jenis anggrek epifit. Komposisi anggrek teresterial tertinggi terdapat di ketinggian 1300-1400 m dpl pada jenis Apostasia sp. dengan nilai kerapatan relatif sebesar 73,33% dan komposisi anggrek epifit tertinggi terdapat di ketinggian 1400-1500 m dpl pada jenis Coelogyne brachygyna dengan nilai kerapatan relatif 81,77%. Nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman anggrek teresterial tertinggi adalah 1,719 dan 0,883. pada anggrek epifit nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman tertinggi yaitu 3,134 dan 0,961. Indeks kesamaan tertinggi untuk anggrek teresterial yaitu antara ketinggian 1200-1300 dan 1500-1600 m dpl dengan nilai sebesar 54,54%. Sedangkan untuk anggrek epifit yaitu antara ketinggian 1200-1300 m dpl dan 1300-1400 m dpl dengan nilai sebesar 76%. Umumnya persebaran anggrek terestrial maupun anggrek epifit pada kawasan ini menyebar secara teratur.


(11)

ABSTRACT

The study of Composition and structure of Orchids at Aek Nauli Forest Simalungun regency was conducted from December 2010 to March 2011 by using Purposive Sampling Method and data was collected at five’s area at several altitude. In total 50 species of orchids were recorded occurred in the study area in the study area classifiying into 22 genera, including 12 species are of groupeth as terrestrial orchids and 38 species as ephyphitic orchids. The highest composition of terrestrial orchids was recorded at 1300-1400 meters above sea level are Apostasia sp. with relative density value 73,33%, while the highest composition of ephyfit orchids was recorded at 1400-1500 meters above sea level are Coelogyne brachygyna with relative density value 81,77%. The highest index of diversity and index of equitability for terrestrial orchids are 1,719 and 0,883, while Index of diversity and index of equitability for ephyfit orchids are 3,134 dan 0,961. The highest index of similarity for Terestrial orchids is found between 1200-1300 meters above sea level and 1500-1600 meters above sea level with 54,54%, while the ephypitic orchids is found between 1200-1300 meters above sea level and 1300-1400 meters above sea level with its value is 76%. Generally in the study are, both of terestrial and ephyphith orchids where regularly spread.


(12)

halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN iii iv v vii viii x

I. PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang 1.2Permasalahan 1.3Tujuan 1.4Manfaat 1 2 3 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Deskripsi Jenis 2.1.1 Akar 4 4 2.1.2 Batang 2.1.3 Daun 2.1.4 Bunga 2.1.5 Biji

2.2 Habitat Anggrek 2.3 Distribusi Anggrek 2.4 Manfaat Anggrek 2.5 Struktur dan komposisi 2.6 Faktor-Faktor Fisik Kimia

5 6 7 8 9 9 10 10 11

III. BAHAN DAN METODA 14

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 3.3 Alat dan Bahan

14 14 14

3.4 Pelaksanaan Penelitian 15

3.4.1 Di lapangan 3.4.2 Di laboratorium 3.5 Analisis Data

3.5.1 Komposisi Jenis 3.5.2 Tempat Tumbuh 3.6 Analisis Taksonomi

15 17 17 17 21 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22


(13)

4.3.2 Indeks Nilai Penting Anggrek Epifit 4.3.3 Keanekaragaman dan Keseragaman 4.3.4 Indeks Kesamaan (IS)

4.3.5 Pola Penyebaran 4.4 Tempat Tumbuh 4.5 Inang Anggrek Epifit 4.6 Deskripsi Jenis

38 45 47 48 53 55 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN 100

5.1 Kesimpulan 5.2 Saran

100 101

DAFTAR PUSTAKA 102


(14)

Nomor Judul halaman

1. Jenis anggrek yang diperoleh pada kelima lokasi penelitian di Hutan Aek Nauli

22

2. Komposisi Anggrek pada ketinggian 1200-1300 m dpl 26

3. Komposisi Anggrek pada ketinggian 1300-1400 m dpl 28

4. Komposisi Anggrek pada ketinggian 1400-1500 m dpl 29

5. Komposisi Anggrek pada ketinggian 1500-1600 m dpl 31

6. Komposisi Anggrek pada ketinggian 1600-1700 m dpl 32

7. Indeks Nilai Penting Anggrek Teresterial pada ketinggian 1200-1300 m dpl

34 8. Indeks Nilai Penting Anggrek Teresterial pada ketinggian

1300-1400 m dpl

35 9. Indeks Nilai Penting Anggrek Teresterial pada ketinggian

1400-1500 m dpl

36 10. Indeks Nilai Penting Anggrek Teresterial pada ketinggian

1500-1600 m dpl

37 11. Indeks Nilai Penting Anggrek Teresterial pada ketinggian

1600-1700 m dpl

37 12. Indeks Nilai Penting Anggrek Epifit pada ketinggian 1200-1300

m dpl

38 13. Indeks Nilai Penting Anggrek Epifit pada ketinggian 1300-1400

m dpl

40 14. Indeks Nilai Penting Anggrek Epifit pada ketinggian 1400-1500

m dpl

41 15 Indeks Nilai Penting Anggrek Epifit pada ketinggian 1500-1600

m dpl

43 16 Indeks Nilai Penting Anggrek Epifit pada ketinggian 1600-1700

m dpl

44

17 Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E)

pada kelima lokasi penelitian

45

18 Indeks Kesamaan Anggrek pada kelima lokasi penelitian 47

19 Indeks Morishita anggrek teresterial 48

20 Indeks Morishita anggrek epifit 49

21 Tempat Tumbuh anggrek epifit 53


(15)

Nomor Judul halaman

1. Pola Pertumbuhan Batang Anggrek 6

2. Morfologi Bunga Anggrek 7

3. Column Anggrek 8

4. Persentase Jumlah Genus Anggrek yang terdapat di hutan Aek Nauli

25

5. Agrostophyllum bicuspidatum J. J. Sm 58

6. Agrostophyllum laxum J. J. Sm 59

7. Agrostophyllum sp 60

8. Anoectochilus longicalcaratus J. J. Sm 61

9. Apostasia sp 62

10. Appendicula pauciflora Bl. 62

11. Appendicula sp 1 63

12. Appendicula sp 2 64

13. Bulbophyllum flavidiflorum Carr 65

14. Bulbophyllum longivagans Carr 66

15. Bulbophyllum odoratum (Bl.) Lindl 67

16. Bulbophyllum ovalifolium (Bl.) Lindl 67

17. Bulbophyllum romburghii J. J. Sm 68

18. Bulbophyllum stelis J. J. Sm 69

19. Bulbophyllum sp 1 70

20. Bulbophyllum sp 2 71

21. Bulbophyllum sp 3 71

22. Bulbophyllum sp 4 72

23. Bulbophyllum sp 5 73

24. Bulbophyllum sp 6 74

25. Calanthe chrysoglossoides J. J. Sm 75

26. Coelogyne brachygyne J. J. Sm 76

27. Coelogyne cumingii Lindl 77

28. Coelogyne sp 2 77

29. Coelogyne sp 3 78

30. Corybas stenotribonos J. B. Comber 79

31. Dendrobium sociale J. J. Sm. 80

32. Dendrobium sp. 81

33. Eria sp 1 81

34. Eria sp 2 82


(16)

38. Eria sp 6 85

39. Lepidogyne longifolia (Bl.) Lindl 86

40. Liparis pallida (Bl.) Lindl 87

41. Liparis rheedii (Bl.) Lindl 88

42. Liparis nervosa (Thunb.) Lindl 89

43. Oberonia lotsyana J. J. Sm. 90

44. Octarrhena parvula Thwaites 91

45. Paphiopedilum tonsum (Rchb. f) Stein 92

46. Phaius sp 92

47. Pholidota globosa J.J.Sm 93

48. Podochilus muricatum (Teijsm. & Binn. ) Schltr 94

49. Spathoglottis aurea Lindl 95

50. Spathoglottis apendicula Lindl 96

51. Spathoglottis sp 97

52. Taeniophyllum proliferum J. J. Sm. 97

53. Trichotosia sp 98


(17)

1. Peta Hutan Aek Nauli 106

2. Jalur dan Plot Pengamatan di Hutan Aek Nauli 107

3. Jumlah dan Jenis Anggrek Teresterial pada kelima Lokasi Penelitian di Hutan Aek Nauli

108 4. Jumlah dan Jenis Anggrek Epifit pada kelima Lokasi Penelitian di

Hutan Wisata Aek Nauli

108 5. Tabel Pengamatan Anggrek di Hutan Aek Nauli pada ketinggian

1200-1300 m dpl

110 6. Tabel Pengamatan Anggrek di Hutan Aek Nauli pada ketinggian

1300-1400 m dpl

112 7. Tabel Pengamatan Anggrek di Hutan Aek Nauli pada ketinggian

1400-1500 m dpl

115 8. Tabel Pengamatan Anggrek di Hutan Aek Nauli pada ketinggian

1500-1600 m dpl

117 9. Tabel Pengamatan Anggrek di Hutan Aek Nauli pada ketinggian

1600-1700 m dpl

119 10. Tabel Nilai K, KR, F, FR, INP, H’ dan E Anggrek Teresterial pada

ketinggian 1200-1300 m dpl

121 11. Tabel Nilai K, KR, F, FR, INP, H’ dan E Anggrek Teresterial pada

ketinggian 1300-1400 m dpl

121 12. Tabel Nilai K, KR, F, FR, INP, H’ dan E Anggrek Teresterial pada

ketinggian 1400-1500 m dpl

121 13. Tabel Nilai K, KR, F, FR, INP, H’ dan E Anggrek Teresterial pada

ketinggian 1500-1600 m dpl

122 14. Tabel Nilai K, KR, F, FR, INP, H’ dan E Anggrek Teresterial pada

ketinggian 1600-1700 m dpl

122 15. Tabel Nilai K, KR, F, FR, DM, DR, INP, H’ dan E Anggrek Epifit

pada ketinggian 1200-1300 m dpl

122 16. Tabel Nilai K, KR, F, FR, DM, DR, INP, H’ dan E Anggrek Epifit

pada ketinggian 1300-1400 m dpl

123 17. Tabel Nilai K, KR, F, FR, DM, DR, INP, H’ dan E Anggrek Epifit

pada ketinggian 1400-1500 m dpl

124 18. Tabel Nilai K, KR, F, FR, DM, DR, INP, H’ dan E Anggrek Epifit

pada ketinggian 1500-1600 m dpl

125 19. Tabel Nilai K, KR, F, FR, DM, DR, INP, H’ dan E Anggrek Epifit

pada ketinggian 6100-1700 m dpl

126 20. Contoh Perhitungan Nilai K, KR, F, FR, INP, H’, E, dan IS 128

21. Data Faktor Fisik Anggrek pada Lima Lokasi Penelitian 132


(18)

(19)

ABSTRAK

Penelitian Struktur dan Komposisi Tumbuhan Anggrek di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Maret 2011. Lokasi penelitian ditentukan dengan menggunakan Metode Purposive Sampling dan dalam pengambilan data digunakan Metode Jalur Berpetak pada lima lokasi dengan ketinggian yang berbeda dengan ukuran petak 5 m x 5 m. Dari penelitian didapatkan 50 jenis anggrek yang termasuk kedalam 22 genus. Dari 50 jenis, 12 jenis diantaranya merupakan anggrek teresterial dan 38 jenis anggrek epifit. Komposisi anggrek teresterial tertinggi terdapat di ketinggian 1300-1400 m dpl pada jenis Apostasia sp. dengan nilai kerapatan relatif sebesar 73,33% dan komposisi anggrek epifit tertinggi terdapat di ketinggian 1400-1500 m dpl pada jenis Coelogyne brachygyna dengan nilai kerapatan relatif 81,77%. Nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman anggrek teresterial tertinggi adalah 1,719 dan 0,883. pada anggrek epifit nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman tertinggi yaitu 3,134 dan 0,961. Indeks kesamaan tertinggi untuk anggrek teresterial yaitu antara ketinggian 1200-1300 dan 1500-1600 m dpl dengan nilai sebesar 54,54%. Sedangkan untuk anggrek epifit yaitu antara ketinggian 1200-1300 m dpl dan 1300-1400 m dpl dengan nilai sebesar 76%. Umumnya persebaran anggrek terestrial maupun anggrek epifit pada kawasan ini menyebar secara teratur.


(20)

ABSTRACT

The study of Composition and structure of Orchids at Aek Nauli Forest Simalungun regency was conducted from December 2010 to March 2011 by using Purposive Sampling Method and data was collected at five’s area at several altitude. In total 50 species of orchids were recorded occurred in the study area in the study area classifiying into 22 genera, including 12 species are of groupeth as terrestrial orchids and 38 species as ephyphitic orchids. The highest composition of terrestrial orchids was recorded at 1300-1400 meters above sea level are Apostasia sp. with relative density value 73,33%, while the highest composition of ephyfit orchids was recorded at 1400-1500 meters above sea level are Coelogyne brachygyna with relative density value 81,77%. The highest index of diversity and index of equitability for terrestrial orchids are 1,719 and 0,883, while Index of diversity and index of equitability for ephyfit orchids are 3,134 dan 0,961. The highest index of similarity for Terestrial orchids is found between 1200-1300 meters above sea level and 1500-1600 meters above sea level with 54,54%, while the ephypitic orchids is found between 1200-1300 meters above sea level and 1300-1400 meters above sea level with its value is 76%. Generally in the study are, both of terestrial and ephyphith orchids where regularly spread.


(21)

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa. Letak negara Indonesia yang berada di garis khatulistiwa ini menjadikan Indonesia sebagai Negara tropis dengan hutan tropis yang sangat kaya dalam hal keanekaragam hayatinya seperti pohon, herba, semak, epifit, liana, dan lain-lain. Keanekaragaman hayati yang sedemikian besarnya belum banyak diketahui oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, akibatnya pengetahuan masyarakat tentang struktur, komposisi, jenis apalagi aspek ekologi, kegunaan dan konservasinya sangatlah kurang, terutama jenis-jenis anggrek.

Anggrek merupakan herba perennial yang tergolong ke dalam famili Orchidaceae dengan bentuk bunga yang sangat beraneka ragam (Van Steenis, 1997). Menurut Brian & Ritter, (1987), anggrek merupakan famili terbesar diantara famili lain yang tergolong ke dalam tumbuhan biji. Menurut Ashari, (1995), berdasarkan tempat tumbuhnya anggrek dibedakan atas anggrek epifit dan anggrek teresterial. Anggrek epifit adalah anggrek yang tumbuhnya menempel pada tumbuhan lain, namun tidak merugikan tumbuhan yang ditumpanginya, contohnya genus Dendrobium, Bulbophyllum dan Coelogyne, sedangkan anggrek teresterial adalah anggrek yang tumbuhnya di tanah, contohnya genus Spathoglottis, Calanthe dan Paphiopedilum.

Keanekaragaman jenis dan varietas tumbuhan anggrek di seluruh dunia sangat tinggi. Ribuan jenis anggrek tersebut banyak ditemukan pada kawasan hutan tropis terutama di daerah Indo-Malaya (Pandey,2003). Sebagian besar masih asli berupa anggrek alam atau anggrek liar yang belum tersentuh oleh teknologi manusia, tetapi kenyataannya ribuan jenis anggrek liar terancam punah akibat pengkoleksian


(22)

anggrek liar secara ekstensif untuk bahan baku industri bunga potong, akibatnya jumlahnya menjadi berkurang (Lovelles, 1989).

Menurut Wagiman & Sitanggang, (2007), jumlah anggrek di seluruh dunia diperkirakan ± 25.000 jenis. Menurut Gunadi, (1986), di Indonesia diperkirakan mempunyai ± 5.000 jenis yang tersebar di hutan-hutan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya, sedangkan jumlah anggrek di Sumatera menurut Comber, (2001) , diperkirakan ± 1.118 jenis.

Anggrek memiliki dua manfaat yaitu manfaat secara ekologi dan ekonomi. Manfaat secara ekologi anggrek epifit yaitu menyediakan habitat utama bagi hewan tertentu seperti semut dan rayap, sedangkan anggrek teresterial yaitu sebagai salah satu tumbuhan penutup lantai hutan yang menjaga kelembaban tanah (Anwar et al.,1994). Secara ekonomi, anggrek dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman hias karena bentuk bunganya yang indah dan warna-warnanya yang memikat.

Hutan Aek Nauli merupakan daerah konservasi hutan lindung. Hutan Aek Nauli termasuk salah satu tipe hutan hujan dataran tinggi di Sumatera Utara yang berdasarkan pengamatan di lapangan memiliki keanekaragaman jenis anggrek yang tinggi, baik jenis anggrek epifit maupun teresterial. Namun, sejauh ini informasi dari pihak-pihak terkait dan data ilmiah tentang bagaimana struktur dan komposisi anggrek di kawasan ini belum pernah dilaporkan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai struktur dan komposisi anggrek yang tumbuh di hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini antara lain:

a. Bagaimana komposisi dan struktur tumbuhan anggrek teresterial maupun epifit yang terdapat di hutan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun ?

b. Bagaimana tempat tumbuh anggrek epifit yang terdapat di hutan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun ?


(23)

c. Bagaimana jenis pohon inang tempat tumbuh jenis anggrek epifit yang terdapat di hutan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui komposisi dan struktur tumbuhan anggrek teresterial maupun epifit yang terdapat di hutan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun.

b. Untuk mengetahui tempat tumbuh anggrek epifit yang terdapat di hutan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun.

c. Untuk mengetahui jenis pohon inang tempat tumbuh jenis anggrek epifit yang terdapat di hutan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sebagai bahan informasi mengenai struktur dan komposisi tumbuhan anggrek epifit maupun tanah yang terdapat di hutan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun


(24)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Jenis Anggrek

Anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbiji dari famili Orchidaceae yang banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot atau hiasan taman. Anggrek dapat dijumpai hampir disetiap tempat di dunia, kecuali Antartika dan padang pasir. Tanaman anggrek yang sedemikian banyak jumlahnya, secara morfologi hampir sama, hanya lingkungan hidupnya saja yang berbeda, tergantung habitat asalnya (Gunawan, 2007).

Secara morfologi, tanaman anggrek terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:

2.1.1 Akar

Akar anggrek berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering, akar tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja berwarna hijau atau tampak agak keunguan. Akar yang sudah tua akan berwarna coklat tua dan kering. Akar anggrek berfilamen, yaitu lapisan luar yang terdiri dari beberapa lapis sel berongga dan transparan, serta merupakan lapisan pelindung pada sistem saluran akar (Latif, 1960).

Menurut Darmono, (2008), filamen ini berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi dan evaporasi, menyerap air, melindungi bagian dalam akar, serta membantu melekatnya akar pada benda yang ditumpanginya. Air atau hara yang langsung mengenai akar akan diabsorbsi (diserap) oleh filamen dan ujung akar. Namun, hanya air dan hara yang diserap melalui ujung


(25)

akar saja yang dapat disalurkan ke dalam jaringan tanaman. Oleh karenanya, tidak efektif bila penyiraman hanya dilakukan dengan membasahi tanah.

2.1.2 Batang

Darmono, (2008), menyebutkan bahwa batang anggrek beranekaragam, ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa umbi semu (pseudobulb). Berdasarkan pertumbuhannya, batang anggrek dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.

a. Tipe Simpodial

Pada umumnya anggrek tipe ini mempunyai beberapa batang utama dan

berumbi semu (pseudobulb) dengan pertumbuhan ujung batang terbatas.

Pertumbuhan batang akan terhenti bila telah mencapai maksimal. Pertumbuhan baru dilanjutkan oleh tunas anakan yang tumbuhnya di sampingnya. Tunas anakan tersebut tumbuh dari rizom yang menghubungkannya dengan tanaman induk. Tangkai bunga dapat keluar dari ujung pseudobulb atau dari sampingnya, contoh seperti genus Dendrobium, Oncidium dan Cattleya.

b. Tipe Monopodial

Anggrek tipe monopodial mempunyai batang utama dengan pertumbuhan tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping tidak berumbi. Tangkai bunga keluar di antara dua ketiak daun, contohnya genus Vanda, Aranthera dan Phalaenopsis.


(26)

2.1.3 Daun

Bentuk daun anggrek terdiri dari bermacam-macam bentuk, ada yang bulat telur (Renanthera coccinea),bulat telur terbalik, artinya bagian daun yang bagian atas lebar dan bagian pangkal kurang lebar, memanjang bagai pita atau serupa daun tebu. Daun jenis Coelogyne dan Spathoglottis mendekati bentuk daun kunyit, sedangkan daun genus Dendrobium dan Phalaenopsis berbentuk bulat memanjang (Latif, 1972).

Tebal daun beragam, dari tipis sampai berdaging dan kaku, permukaannya rata. Daun tidak bertangkai, sepenuhnya duduk pada batang. Bagian tepi tidak bergerigi (rata) dengan ujung daun terbelah. Tulang daun sejajar dengan tepi daun dan berakhir di ujung daun. Susunan daun berseling-seling atau berhadapan. Warna daun anggrek hijau muda atau hijau tua, kekuningan dan ada pula yang bercak-bercak. Anggrek daun memiliki daun atau tulang daun yang berwarna dan disanalah terletak keindahan jenis-jenis anggrek daun itu (Latif, 1960).


(27)

2.1.4 Bunga

Bunga anggrek tersusun dalam karangan bunga. Jumlah kuntum bunga pada satu karangan dapat terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Karangan bunga pada beberapa spesies letaknya terminal, sedangkan pada sebagian besar letaknya aksilar (Latif, 1972).

Bunga anggrek memiliki beberapa bagian utama yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil (putik) dan ovarium (bakal buah). Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal dorsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Anggrek memiliki tiga buah petal, petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal. Petal ketiga mengalami modifikasi menjadi labellum (bibir) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2 di bawah ini. Pada labellum terdapat gumpalan-gumpalan yang mengandung protein, minyak dan zat pewangi. Warna bunga tananam anggrek sangat bervariasi dan berfungsi untuk menarik serangga hinggap pada bunga untuk mengadakan polinasi (penyerbukan). Berdasarkan beberapa laporan, lebah madu merupakan serangga pollinator yang umum pada tanaman anggrek (Sumartono, 1981).


(28)

Colum (tugu) yang terdapat pada bagian tengah bunga merupakan tempat alat reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Pada ujung columnya terdapat anter atau kepala sari yang merupakan gumpalan serbuk sari atau pollinia. Pollinia tertutup dengan sebuah cap (anther cap). Stigma (kepala putik) terletak di bawah rostellum dan menghadap ke labellum. Ovarium bersatu dengan dasar bunga dan terletak di bawah colum, sepal dan petal (Latif, 1990), seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.

2.1.5 Biji

Menurut Sumartono, (1981), bunga anggrek mengandung ribuan sampai jutaan biji yang sangat halus, berwarna kuning sampai coklat. Pembiakkan dengan biji lebih sukar dibandingkan dengan cara-cara lainnya, karena biji anggrek sangat kecil dan mudah diterbangkan angin. Selain itu, biji anggrek keadaannya tidak sempurna karena tidak mempunyai lembaga atau cadangan makanannya, maka pembiakan dengan biji yang dilakukan orang bertujuan untuk mendapatkan jenis baru. Biji diperolehnya dari penyerbukan serbuk sari pada putik. Di hutan penyerbukan terjadi dengan bantuan serangga. Namun, secara sengaja kita dapat


(29)

melakukan penyerbukan, dengan mengambil serbuk sari dengan alat dan letakkan pada kepala putik sehingga terjadi pembuahan.

2.2 Habitat Anggrek

Anggrek dapat tumbuh di berbagai tempat yang memungkinkan untuk tumbuh seperti sampah, tanah yang berhumus, tanah rawa-rawa, batu cadas pasir, pohon dan akar tumbuhan lain. Daerah penyebarannya meliputi seluruh dunia, dari daerah tropis hingga kutub, genus Cypripedium, pada ketinggian nol di atas permukaan laut hingga 4.000 m lebih di pegunungan. Varietas paling luas dan jumlahnya terbanyak berada di daerah panas. Mayoritas anggrek memang merupakan tanaman bunga tropis, dan sebagian besar adalah sub tropis (Gunadi,,1985).

Pertumbuhan tanaman anggrek di pengaruhi oleh iklim baik kapasitas sinar matahari (intensitasnya,panjang hari atau jumlah penyinaran), kelembaban udara, dan temperature udara. Ketiga faktor ini merupakan faktor primer yang menentukan keadaan fisik lingkungan setempat. Di samping faktor primer terdapat juga faktor skunder (medium pertumbuhan, air, makanan), dan faktor tambahan seperti hama dan penyakit (Sarwono, 2002).

Anggrek dapat hidup pada berbagai ketinggian tempat. Jenis anggrek ada yang hidup di semak-semak atau pohon-pohon yang disebut epifit, ada yang hidup di tanah atau disebut teresterial. Anggrek tidak bersifat parasit sehingga tidak merugikan tanaman lainnya. Tanaman ini mencukupi kebutuhan makanan untuk dirinya sendiri dari proses fotosintesis (Ashari, 1995).

2.3 Distribusi Anggrek

Menurut Lawrence, (1964), daerah distribusi anggrek meliputi seluruh pelosok dunia, baik di daerah tropis,sub tropis, hingga artik kecuali antartika yang suhunya terlalu dingin dan padang pasir yang suhunya terlalu panas. Pada umumnya genera yang paling umum bersifat epifit, sedangkan genera yang di daerah artik (temperature dingin) hampir sebagian besar adalah teresterial. Walaupun anggrek


(30)

dapat tumbuh pada daerah artik, tetapi anggrek ini banyak ditemukan di daerah tropis (Comber, 2001). Di Indonesia tidak meratanya curah hujan (547-7069 mm pertahunnya) menyebabkan penyebaran jenis anggrek dari sabang sampai papua memiliki habitat yang berbeda, walaupun demikian pada beberapa jenis penyebarannya ada juga yang merata dalam berbagai suasana iklim tersebut (Gunadi, 1985).

2.4 Manfaat Anggrek

Menurut Purwanto et al., (2005), anggrek alam atau anggrek hutan biasanya dikenal sebagai anggrek liar. Anggrek-anggrek liar ini tumbuh secara alami di tempat-tempat yang tidak dipelihara oleh manusia. Anggrek liar ini memegang peranan penting sebagai induk persilangan.

Tanaman anggrek telah dikenal masyarakat sejak lama. Salah satu jenis anggrek yang bermanafaat untuk kesehatan adalah anggrek tanah. Manfaat anggrek tanah bagi kesehatan, yaitu untuk mengobati penyakit asbes paru-paru, radang saluran napas, pendarahan usus, mata ikan, herpes, terkilir, sinusitis, ingus berbau tak sedap (Kusuma, 2004).

Manfaat utama anggrek adalah sebagai tanamana hias karena bunga anggrek memiliki keindahan bentuk dan warnanya. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai ramuan obat-obatan, bahan campuran minyak wangi atau minyak rambut (Kartikaningrum et al., 2004).

2.5 Struktur dan Komposisi

Struktur merupakan lapisan vertikal dan horizontal dari suatu komunitas tumbuhan di dalam hutan. Struktur horizontal digambarkan dengan kerapatan, frekuensi, luas bidang dasar dan struktur kanopi, sedangkan secara vertikal dilukiskan dengan diagram profil maupun stratifikasi tegakan. Dalam komunitas selalu terjadi kehidupan bersama yang selalu menguntungkan sehingga dikenal adanya lapisan-lapisan bentuk kehidupan (Syahbudin, 1987). Selanjutnya Anwar et al., (1994),


(31)

menyatakan struktur atau tegakan atau hutan menunjukkan sebaran umur atau kelas diameter dan kelas tajuk.

Komposisi hutan merupakan penyusun suatu tegakan atau hutan yang meliputi jumlah jenis spesies ataupun banyaknya individu dari suatu jenis tumbuhan (Wirakusuma, 1980). Komposisi hutan sangat ditentukan oleh faktor-faktor kebetulan, terutama waktu-waktu pemencaran buah dan berkembangnya bibit. Pada daerah tertentu komposisi hutan berkaitan erat dengan ciri habitat dan topografi (Damanik et al., 1992). Selanjutnya Resisiedarmo et al., (1989), menyatakan adanya perbedaan komposisi jenis pada hutan disebabkan oleh proses suksesi, di mana pada komunitas tersebut terjadi pergantian jenis.

2.6 Faktor Faktor Fisik Kimia

Faktor faktor fisika-kimia tumbuhan anggrek adalah :

1. Cahaya

Cahaya berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. Menurut Fitter & Hay, (1981), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh terhadap anggrek baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yaitu pada proses fotosintesis dan pengaruh secara tidak langsung yaitu terhadap pertumbuhan, perkecambahan dan pembungaan.

Persentase Kebutuhan cahaya matahari untuk jenis anggrek berbeda-beda. Anggrek Epifit umumnya membutuhkan intensitas cahaya matahari rendah yakni sekitar 25 – 50 % . Anggrek Teresterial membutuhkannya dalam jumlah lebih tinggi yakni sekitar 60 – 75% (Iswanto, 2002).

2. Temperatur atau Suhu

Menurut Iswanto, (2002), umumnya tanaman anggrek membutuhkan suhu maksimum sekitar 28oC dan suhu minimum sekitar 15oC. Namun beberapa jenis anggrek alam yang tumbuh di pegunungan hidup dan berkembang pada suhu


(32)

rendah yakni sekitar 5 – 10oC .Anggrek tanah atau Teresterial umumnya lebih tahan panas daripada anggrek epifit. Bukan berarti semua jenis anggrek tanah toleran terhadap suhu tinggi sebab suhu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi (kehilangan cairan) sehingga menghambat pertumbuhan tanaman anggrek.

3. Kelembaban Udara

Tanaman anggrek umumnya membutuhkan kelembaban yang tinggi yang disertai dengan kelancaran sirkulasi udara. Kelembaban nisbi (RH) yang dibutuhkan tanaman anggrek sekitar 60 – 80%. Fungsi kelembaban yang tinggi ini antara lain untuk menghindari proses respirasi atau penguapan yang berlebihan. Kelembapan yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan akar tanaman anggrek membusuk (Iswanto, 2002).

4. pH

Menurut (Gunawan, 2007), penyebaran anggrek pada umumnya terdapat pada kisaran pH pada kisaran 4-7, dimana idealnya adalah 5,5 – 5,6. Sedangkan kisaran pH optimum anggrek menurut (Hanafiah, 2005), adalah 4,0 – 5,0 dan pH idealnya adalah 6,5. Angka kemasaman tanah kadang – kadang di pengaruhi oleh kelembapan tanah. Tanah yang basah cenderung menunjukkan pH yang rendah, sedangkan tanah yang kering pH nya agak tinggi. Selain itu kemasaman tanah juga dipengaruhi oleh kadar bahan organik, mineral, dan kapur yang terkandung di dalamnya (LIPI, 2003).

5. Kandungan bahan organik

Menurut Gunawan, (2007) anggrek membutuhkan unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) yang berperan menyusun zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tumbuhan anggrek. Unsur-unsur esensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan anggrek itu terdiri dari nitrogen (N), fosfor(P), kalium (K), magnesium (Mg) dan sulfur (S).


(33)

Adapun fungsi dari unsur-unsur makro tersebut menurut Gunawan, (2007) adalah : a. Nitrogen (N), adalah unsur utama pendorong pertumbuhan. nitrogen konstituen

protein, asam nukleat dan beberapa subtansi lainnya.

b. Fospor (P), berfungsi sebagai aktivator atau pengatur enzim dalam proses fisiologi.

c. Kalium (K), berperan penting dalam katalisator yang merubah protein menjadi asam amino.

d. Magnesium (Mg) dan kalsium (Ca), berperan dalam produksi cadangan bersama, menghilangkan daya racun dan mempengaruhi daya reabsorpsi makanan.


(34)

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3 bulan yaitu pada bulan Desember 2010 sampai Maret 2011, di hutan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun.

3.2 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Hutan kawasan Aek Nauli secara administratif berada di lima Kecamatan, yaitu Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, Jorlang Hataran, dan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera utara. Secara geografis terletak di anatara 02°40’00” LU - 02°50’00” LU dan 98°40’00” BT - 99°10’00” BT. Lokasi ini berjarak ± 10 km dari Prapat sebagai kota wisata andalan Sumatera Utara.

Hutan lindung Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, yang berada pada ketinggian ± 1200 m – 1700 m dpl, merupakan daerah yang terdiri dari tebing-tinggi yang tinggi, jurang yang terjal. Hutan Aek Nauli memiliki tekstur tanah berliat halus, lempung berpasir, lempung berliat, lempung halus. Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetaasi yang umum ditemukan yaitu dari family Annonaceae, Myrtaceae, Araceae, euphorbiaceae, Papilionaceae, Rubiaceae, Caesalpiniaceae, Mimosceaea, Rosaceae, Zingiberaceae dan orchidaceae.

3.3 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran/pita kur, alat tulis dan buku lapangan ( buku identifikasi ), patang, gunting tanaman, sasak kayu (alat press), label gantungan, lakban, soil tester, luv, lux meter, kamera (dokumentasi), altimeter, pH meter, dan GPS Garmin 12 XL.


(35)

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alcohol 70%, aquades, kantung plastic berukuran 40 x 60 cm, kertas Koran, tally sheet dan bagian-bagian tumbuhan hasil koleksi pada seluruh transek penelitian.

3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Di Lapangan

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling berdasarkan keberadaan tumbuhan anggrek yang dianggap mewakili tempat tersebut, sedangkan untuk pengamatan dan koleksi anggrek di dalam komunitas, menggunakan metode kuadrat.

Pelaksanaan di lapangan terdiri dari 3 tahapan, yaitu : 1. Pembuatan plot

Cara kerja sebagai berikut :

a. Menentukan daerah sampel pada hutan Aek Nauli dengan melakukan survey untuk mengetahui keberadaan anggrek (Orchidaceae).

b. Menetapkan lokasi pengamatan atau pengukuran berdasarkan ketinggian lokasi yang terbagi menjadi lima yaitu lokasi I dengan interval ketinggian 1.200 – 1.300 m dpl, lokasi II dengan interval ketinggian 1.300 – 1.400 m dpl, lokasi III dengan interval ketinggian 1.400 – 1.500 m dpl, lokasi IV dengan interval 1.500 – 1600 m dpl, dan lokasi V dengan interval ketinggian 1600 – 1700 m dpl.

c. Membuat plot pengamatan yang dianggap mewakili daerah penelitian dengan cara membuat plot dengan ukuran 5 x 5 m sebanyak 10 plot berdasarkan topografi ( ketinggian ) di sepanjang jalur perjalanan kiri dan kanan sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 50 plot (lampiran 2). 2. Pengamatan objek


(36)

a. Mencatat dan menghitung jumlah species anggrek epifit dan teresterial yang terdapat pada masing-masing plot. Untuk anggrek epifit dicatat pohon yang menjadi inangnya dan lokasi penempelannya.

b. Mendokumentasikan dengan kamera digital pada seluruh bagian tanaman, seperti bagian daun, akar, bunga dan buah (jika ada).

c. Mencatat keterangan lapangan yang penting untuk identifikasi seperti sifat morfologi (akar, batang, daun, bunga dan buah) dan ciri-ciri lain yang akan hilang bila di keringkan.

d. Mengkoleksikan setiap tumbuhan anggrek yang dijumpai pada setiap plot dengan cara mengambil tumbuhan seperti batang, daun dan bunga.

e. Memberi label gantung bernomor. Masing-masing koleksi anggrek disusun didalan lipatan Koran, diikat denagn plastik dan dimasukkan kedalam kantong plastik berukuran 40 x 60 cm.

f. Mengawetkan dengan alkohol 70% sampai basah agar specimen tidak busuk dan berjamur, diusahakan sebelum kantong plastik di lakban, dikosongkan terlebih dahulu udara yang terdapat di dalam kantong plastik, setelah itu baru ditutup rapat.

g. Membawa spesimen ke laboratorium untuk dikeringkan, dideskripsikan dan di identifikasikan.

3. Pengukuran faktor fisika-kimia

Pengukuran faktor fisika-kima terdiri dari : a. Tekstur tanah

Cara kerja sebagai berikut :

1) Mengambil sampel tanah dengan menggunakan bor tanah sampai kedalaman 1-20 cm dengan sistem diagonal. (lampiran 3).

2) Menghomogenkan tanah yang diambil cuplikannya sebanyak 500 gr untuk dianalisis di laboratorium riset Fakultas Pertanian USU.

3) Mengukur tekstur, unsur hara dan komposisi penyusun tanah yang terkandung di dalamnya.


(37)

b. Melakukan pengukuran faktor fisik-kimia lainnya pada setiap interval. Adapun parameter yang diukur adalah ketinggian dengan menggunakan altimeter, suhu udara dengan menggunakan thermometer, kelembaban udara dengan hygrometer, pH tanah dengan soil tester dan intensitas cahaya dengan lux meter. Pengambilan faktor fisik-kimia sebanyak 3 kali di setaip lokasi pengamatan.

3.4.2 Di laboratorium

Setelah pengamatan di lapangan berakhir, tumbuhan anggrek yang telah dikoleksikan dibuka kembali dan disusun sedemikian rupa untuk dikeringkan dalam oven pengering dengan temperatur ± 60°C hingga bobotnya konstan. Specimen yang telahbenar-benar kering diidentifikasi di Laboratorium Penelitian Kehutanan Aek Nauli Sumatera utara dengan menggunakan buku identifikasi anatara lain :

1. Flora (Van Steenis, 1997).

2. Jenis-jenis anggrek (Sastrapradja, 1979).

3. Collection of Illustrared Tropical Plant (Watanabe and Corner, 1969) 4. The Macdonal Encyclopedia of Orchids (Fanfani, 1989)

5. Orchids of Sumatera (Comber, 2001)

6. Jenis-jenis anggrek Taman Nasional Gunung Halimun (Mahyar, 2003) 7. Taksonomi Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2003)

8. Fundamental of Ecology (Odum, E P. 1996) 9. Dasar dasar ekologi Tumbuhan (Syahbudin 1987)

3.5 Analisis Data 3.5.1 Komposisi Jenis

Analisis data ekologi anggrek dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut (Krebs, 1985).


(38)

a. Kerapatan

KerapatanMutlak(KM) =

Kerapatan Relatif (KR) = x100%

b. Frekuensi

Frekuensi Mutlak (FM) =

Frekuensi Relatif (FR) = x 100

%

c. Indeks nilai Penting (INP)

Untuk mengetahui jenis anggrek yang dominan maka dihitung dalam dengan rumus :

INP = KR + FR

Dimana =

KR = Kerapan Relatif

FR = Frekuensi Relatif

d. Indeks Keanekaragaman ( Diversitas )

Digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam komunitas dihitung denagn menggunakan rumus Shannon-Wienner, sbb :

Kerapatan mutlak suatu jenis Jumlah total kerapatan mutlak

Seluruh jenis

Frekuensi suatu jenis Frekuensi total seluruh jenis

Jumlahindividusuatujenis LuasPlotpengamatan

Jumlah plot yang ditempati suatu jenis Jumlah seluruh plot pengamatan


(39)

H’

pi =

= -Σpi ln pi

dimana: Ni = Jumlah individu satu jenis N = Jumlah individu seluruh jenis Ln = Log Natural ( log = 2,4 Ln ) Identifikasi Indeks keanekaragaman jenis , sbb : 1. Rendah, bila indeks beranekaragam H’ < 1 2. Sedang, bila indeks keanekaragaman 1 ≤ H’ ≤ 3 3. Tinggi, bila indeks keanekaragaman H’ ≥ 3

Setelah diketahui indeks keanekaragaman, selanjutnya dilakukan perhitungan indeks keseragaman. Untuk menghitung indeks keseragaman dari seluruh jenis tumbuhan anggrek dapat menggunakan indeks Equitabillitas ( E’ ).

Indeks Equitabillitas ( E’ ) = �′

���

Keterangan :

H’ = Indeks kenaekaragaman Shannon-Wienner

H max = Ln S ; S : jumlah jenis

Krebs, (1985), menyatakan bahwa Indeks Kemerataan rendah apabila 0 < E < 0,5 dan kemerataan tinggi apabila 0,5 < E < 1.

e. Indeks Similiaritas

Untuk menghitung indeks kesamaan jenis pada interval ketinggian di lokasi peneltian dari seluruh anggrek tanah dan epifit, dipergunakan rumus indeks Similiratis, yaitu :

IS = x 100%

Keterangan : A = Jumlah jenis yang terdapat pada lokasi A H’

Hmax

2C A+B

ni N


(40)

B = Jumlah jenis yang terdapat pada lokasi B

C = Jumlah jenis yang terdapat pada lokasi yang ada di dalam dibandingkan (A dan B)

Dimana :

C = ∑ nilai kuantitatif ≤ jenis yang ada di 2 komunitas A = ∑ nilai kuantitatif semua jenis di komunitas 1 B = ∑ nilai kuantitatif semua jenis di komunitas 2

f. Pola Distribusi ( penyebaran )

Selanjutnya untuk mengetahui pola distributive vegetasi anggrek testerial dan epfit berdasarkan analisis pola distributive indeks Morishita dapat dilihat pada rimus berikut ini :

Keterangan : I∂ = Indeks morishita

Xi = jumlah individu jenis X pada petak conto ke-I (1,2,…q) q = jumlah petak contoh

T = jumlah semua individu pada semua petak contoh Penyebaran individu di tentukan berdasarkan kriteria sbb ;

a) Jika I∂= 1, maka individu menyebar secara acak (random)

b) Jika I∂ > 1, maka individu menyebar secara mengelompok (cliumped) c) Jika I∂ < 1, maka individu menyebar secara teratur (uniform, regular)


(41)

Untuk mengetahui tempat tumbuh anggrek epifit dilakukan dengan mendata anggrek yang tumbuh dan menempel pada ketinggian pohon dengan kriteria, sebagai berikut :

Bawah : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari permukaan tanah sampai tinggi 1,3 m

Tengah : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari 1,3 m sampai percabangan utama

Atas : Anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari percabangan utama sampai tajuk

3.6 Analisis Taksonomi

Jenis-jenis anggrek yang ditemukan dideskripsikan dengan cara dibuat table berdasaarkan kedudukannya di dalam taksonomi, yang dilengkapi dengan foto, keterangan morfologi dan gambaran habitat secara umum dari masing-masing jenis.


(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kekayaan Jenis Anggrek

Hasil penelitian tentang struktur dan komposisi anggrek yang dilakukan di tiga lokasi pada ketinggian yang berbeda-beda di hutan Aek Nauli, menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian terdapat 50 jenis anggrek yang termasuk ke dalam 22 genus seperti tercantum pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Jenis anggrek yang diperoleh pada lima lokasi penelitian di Hutan Aek Nauli

Anggrek Epifit

No Genus Jenis Ketinggian

1200-1300 1300-1400 1400-1500 1500-1600 1600-1700 1 Agrostophyllum Agrostophyllumbicuspidatum √ √ - - -

2 Agrostophyllumlaxum √ √ √ √ -

3 Agrostophyllum sp. √ - - - -

4 Appendicula Appendiculapauciflora √ - √ √ -

5 Appendicula sp.1 √ - - - √

6 Appendicula sp.2 - - - √ √

7 Bulbophyllum Bulbophyllumflavidiflorum √ - √ √ -

8 Bulbophyllumlongivagans - - √ - -

9 Bulbophyllumodoratum √ - √ √ -

10 Bulbophyllumovalifolium √ - - √ -

11 Bulbophyllumromburghii √ - √ - -

12 Bulbophyllumstelis - - √ - √

13 Bulbophyllum sp.1 √ √ √ - √

14 Bulbophyllum sp.2 √ √ √ √ -

15 Bulbophyllum sp.3 √ √ √ √ -

16 Bulbophyllum sp.4 √ √ √ √ √

17 Bulbophyllum sp.5 √ √ √ - √

18 Bulbophyllum sp.6 - √ - - √

19 Coelogyne Coelogynebrachygyna √ √ √ √ √

20 Coelogynecumingii - √ - - -

21 Coelogyne sp.2 √ √ √ √ -

22 Coelogyne sp.3 - - √ - -

Anggrek Epifit

No Genus Jenis Ketinggian

1200-1300 1300-1400 1400-1500 1500-1600 1600-1700 23 Dendrobium Dendrobiumsociale √ √ √ - √

24 Dendrobium sp.1 - √ - - -


(43)

26 Eria sp.2 √ √ - √ √

27 Eria sp.3 √ √ √ √ √

28 Eriaalbidotomentosa √ √ √ - √

29 Eria sp.5 √ √ - - √

30 Eria sp.6 √ √ √ - √

31 Liparis Liparispallid √ √ - - - 32 Oberonia Oberonialotsyana √ √ - - - 33 Octarrhena Octarrhenaparvula - √ √ - √ 34 Pholidota Pholidotaglobosa √ - - - - 35 Podochillus Podochillusmuricatum - - - - √ 36 Taeniophyllum Taeniophyllumproliferum - √ - - - 37 Trichotasia Trichotasia sp. - √ - - - 38 Trixspermum Trixspermumcentipede - - √ - √ Anggrek Teresterial

No Genus Jenis Ketinggian

1200-1300 1300-1400 1400-1500 1500-1600 1600-1700 1 Anoectochillus Anoectochilluslongicalcaratus √ - - √ - 2 Apostasia Apostasia sp. √ √ - √ - 3 Calanthe Calanthechrysoglossoides √ - √ √ - 4 Corybas Corybasstenotribonos - - √ √ - 5 Lepidogyne Lepidogynelongifolia - - - - √ 6 Liparis Liparisrhedii √ √ - - -

7 Liparisnervosa √ - - - -

8 Paphiopedilum Paphiopedilumtonsum - - √ - - 9 Phaius Phaius sp. √ - √ - √ 10 Spathoglottis Spathoglottisaurea - - - - √

11 Spathoglottis apendicula √ - - - -

12 Spathoglottis sp. - - √ - -

Keterangan :

(√) = ditemukan (-) = tidak ditemukan

Berdasarkan Tabel 1 di atas, anggrek di kawasan Aek Nauli terdiri atas 12 jenis anggrek teresterial dan 38 jenis anggrek epifit yang tersebar pada lima lokasi penelitian. Dari kelima lokasi penelitian dapat diketahui bahwa jumlah jenis tertinggi terdapat pada ketinggian 1200-1300 m dpl, yaitu 33 jenis yang terdiri dari 7 anggrek teresterial dan 26 anggrek epifit, pada ketinggian 1300-1400 m dpl ditemukan 26 jenis yang terdiri dari 2 anggrek teresterial dan 24 anggrek epifit, pada ketinggian 1400-1500 m dpl ditemukan 27 jenis yang terdiri dari 5 anggrek teresterial dan 22 anggrek epifit, pada ketinggian 1500-1600 m dpl yang ditemukan 18 jenis yang terdiri dari 4 anggrek teresterial dan 14 anggrek epifit dan pada ketinggian 1600-1700 m dpl ditemukan 20 jenis yang terdiri dari 3 anggrek teresterial dan 17 anggrek epifit.


(44)

Tingginya jenis anggrek pada ketinggian 1200-1300 m dpl diduga disebabkan oleh faktor-faktor fisik lingkungan yang sesuai untuk kehidupan berbagai jenis anggrek, baik jenis epifit maupun teresterial. Pada ketinggian ini suhu udara rata-rata 20,1°

Pada ketinggian 1500-1600 m dpl, jumlah anggrek yang ditemukan lebih sedikit dari keseluruhan lokasi penelitian. Pada lokasi ini kondisi suhu udara 21

C, intensitas cahaya rata-rata 900 lux dengan kelembaban rata-rata 92,6%. Berdasarkan kondisi fisik lingkungan yang demikian, dapat dikatakan bahwa pada ketinggian ini tergolong lebih lembab dengan suhu udara, kelembaban dan intensitas cahaya optimum karena naungannya tidak terlalu lebat. Menurut Heddy & Kurniati, (1996), keadaan seperti ini sangat sesuai untuk pertumbuhan anggrek baik teresterial ataupun epifit yang tidak tahan terhadap intensitas cahaya yang terlalu tinggi ataupun rendah dan tempat yang relatif terbuka.

0

C, intensitas cahaya rata-rata 563,3 lux dan kelembaban rata-rata 80,3%. Menurut Harwati, (2007), setiap jenis anggrek membutuhkan cahaya matahari yang berbeda-beda, jika intensitas cahaya lebih rendah atau lebih tinggi dari kebutuhan optimal menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman anggrek. Menurut Heddy & Kurniati (1996), umumnya kondisi optimal bagi pertumbuhan anggrek adalah sebagai berikut: suhu udara berkisar antara 18-220

Lebih lanjut pada Tabel 1. tersebut ditemukan beberapa jenis anggrek yang langka yaitu Corybas stenotribonos., Bulbophyllum longivagans dan Paphiopedilum tonsum. Informasi ini diketahui dari penelitian Comber (2001), yang menyatakan bahwa Corybas spp. dan Bulbophyllum longivagans adalah jenis anggrek yang jarang ditemui karena sangat rentan terhadap perubahan iklim, sedangkan Paphiopedilum tonsum tumbuh pada habitat yang mengandung banyak serasah pohon.

C dengan kelembaban 83-91% dengan cukup naungan.

Ditemukannya jenis anggrek langka di hutan Aek Nauli menandakan bahwa habitat atau kondisi lingkungan di kawasan ini masih dalam keadaan baik dan alami. Menurut Comber, (2001), anggrek jenis Corybas spp. dan Paphiopedilum tonsum


(45)

hanya akan tumbuh pada daerah yang kondisi tanah dan iklimnya benar-benar sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Dari Tabel 1. juga dapat dilihat bahwa anggrek yang ditemukan di hutan Aek Nauli kekayaan jenisnya cukup tinggi. Genus yang memiliki jenis yang paling banyak adalah genus Bulbophyllum, yaitu diperoleh sebanyak 12 jenis, kemudian diikuti oleh genus Eria sebanyak 6 jenis, genus coelogyne sebanyak 4 jenis, genus Appendicula, Liparis, Agrostophyllum dan Spathoglottis sebanyak 3 jenis, genus Dendrobium sebanyak 2 jenis, dan genus Anoectochilus, Apostasia, Calanthe, Corybas, Lepidogyne, Oberonia, Octarrhena, Paphiopedilum, Phaius, Taeniophyllum, Thrixspermum, dan Trichotosia masing-masing sebanyak 1 jenis. Persentase jumlah genus anggrek yang terdapat di hutan Aek Nauli dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Persentase Jumlah Genus Anggrek yang terdapat di Hutan Aek Nauli

Tingginya persentase genus Bulbophyllum disebabkan oleh tingginya tingkat toleransi genus tersebut untuk dapat tumbuh dan berkembang serta mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan menguasai suatu kawasan. Menurut Van steenis (1997), bahwa anggrek jenis Bulbophyllum spp. umumnya memiliki kisaran toleransi yang cukup tinggi, ditambah lagi jenis ini memiliki biji yang banyak dan ringan yang

Agr o st o phyl lum A p os tac ia Appe ndi cul a B ul bo phyl lum Cal an th e Coe log y n e Cor y b as De ndr o bi

um Eria

Le pi do gyne Lip a ris M ac od e s O b er o n ia O ct a rr h en a P a phi o pe di lum Ph a iu s Ph o li d o ta Po d o ch il lu s S p ath og loti s T a e ni o phyl lum Tri ch o ta si a Tri xsp e rm u m 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%


(46)

mudah terbawa angin sehingga memudahkan dalam penyebarannya dan umumnya memiliki viabilitas yang sangat tinggi sehingga jenis ini biasanya banyak ditemukan tumbuh di dalam hutan.

4.2 Komposisi Anggrek

Komposisi anggrek dapat diartikan sebagai variasi jenis anggrek yang terdapat pada suatu kawasan. Komposisi anggrek epifit dan teresterial pada di kawasan hutan Aek Nauli pada tiap ketinggian dapat di lihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 2. Komposisi Jenis Anggrek Pada Ketinggian 1200-1300 mdpl

Epifit

No Genus Jenis Jumlah individu/250 m2 Jumlah Individu/ha

1 Agrostophyllum Agrostophyllumbicuspidatum 32 1280

2 Agrostophyllumlaxum 20 800

3 Agrostophyllum sp. 4 160

4 Appendicula Appendiculapauciflora 12 480

5 Appendicula sp.1 15 600

6 Bulbophyllum Bulbophyllumflavidiflorum 35 1400

7 Bulbophyllumodoratum 19 760

8 Bulbophyllumovalifolium 65

10

2600

9 Bulbophyllumromburghii 400

2600

10 Bulbophyllum sp.1 65

11 Bulbophyllum sp.2 55 2200

12 Bulbophyllum sp.3 109 4360

13 Bulbophyllum sp.4 51 2040

14 Bulbophyllum sp.5 7 280

15 Coelogyne Coelogynebrachygyna 153 6120

16 Coelogyne sp.2 22 880

17 Dendrobium Dendrobiumsociale 28 1120

18 Eria Eria sp.1 89 3560

19 Eria sp.2 15 600

20 Eria sp.3 60 2400

21 Eriaalbidotomentosa 34 1360

22 Eria sp.5 36 1440

23 Eria sp.6 35 1400

24 Liparis Liparispallid 46 1840

25 Oberonia Oberonialotsyana 35 1400

26 Pholidota Pholidotaglobosa 45 1800

Total 1097 43880

Teresterial

No Genus Jenis Jumlah Individu/250 m2 Jumlah Individu/ha


(47)

2 Apostasia Apostasia sp. 2 80

3 Calanthe Calanthechrysoglossoides 4 160

4 Liparis Liparisrhedii 24 960

5 Liparisnervosa 22 880

6 Phaius Phaius sp. 7 280

7 Spathoglottis Spathoglottis apendicula 21 840

Total 96 3840

Jumlah jenis anggrek pada ketinggian 1200-1300 m dpl terdiri dari 33 jenis yang terdiri dari 7 jenis anggrek terrestrial dan 26 jenis anggrek epifit dengan jumlah individu pada anggrek teresterial sebanyak 3.840 individu/ha dan 43.880 individu/ha untuk anggrek epifit.

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada ketinggian 1200-1300 m dpl untuk anggrek terrestrial Liparis rhedii memiliki jumlah individu tertinggi yaitu 980 individu/ha diikuti oleh Liparis nervosa, dan Anoectochilus longicalcaratus dengan nilai kerapatan mutlak berturut-turut sebesar 880 dan 640 individu/ha. Tingginya jumlah individu/ha pada Liparis rhedii diduga karena kecocokan tempat tumbuh dan kondisi lingkungan yang menyokong pertumbuhan jenis ini. Pada ketinggian ini terdapat banyak pohon yang mempunyai tajuk yang tidak terlalu rapat sehingga intensitas cahaya masuk tinggi yaitu rata-rata 900 lux. Keadaan ini diasumsikan dapat menyokong pertumbuhan jenis ini untuk tumbuh dengan baik. Menurut Latif, (1960), anggrek akan tumbuh optimal pada daerah dengan pencahayaan yang sesuai. Cahaya merupakan energi untuk mengubah unsur hara menjadi bahan yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Menurut Latif, (1960), Anggrek genus Liparis tumbuh baik pada suhu 20-24°

Selanjutnya, pada ketinggian 1200-1300 m dpl untuk anggrek epifit, Coelogyne brachigyna memiliki jumlah individu terbanyak yaitu 6.120 individu/ha. Jenis yang memiliki jumlah individu terbanyak setelah Coelogyne brachigyna antara lain Bulbophyllum sp.3 dan Eria sp.1 yaitu berturut-turut sebesar 4.360 dan 3.560 individu/ha.

C dan kelembaban udara rata-rata 60-90.

Tingginya persentase jumlah individu jenis Coelogyne brachigyna diduga karena jenis ini cenderung memiliki kisaran toleransi yang baik terhadap berbagai


(48)

macam kondisi lingkungan. Menurut Loveless (1989), sebagian tumbuhan dapat tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar luas.

Untuk mengetahui komposisi anggrek pada ketinggian 1300-1400 m dpl dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Komposisi Anggrek pada ketinggian 1300-1400 m dpl

Epifit

No Genus Jenis Jumlah Individu/250 m2 Jumlah Individu/ha

1 Agrostophyllum Agrostophyllumbicuspidatum 14 560

2 Agrostophyllumlaxum 18 720

3 Bulbophyllum Bulbophyllum sp.1 58 2320

4 Bulbophyllum sp.2 38 1520

5 Bulbophyllum sp.3 44 1760

6 Bulbophyllum sp.4 26 1040

7 Bulbophyllum sp.5 7 280

8 Bulbophyllum sp.6 7 280

9 Coelogyne Coelogynebrachygyna 328 13120

10 Coelogynecumingii 4 160

11 Coelogyne sp.2 12 480

12 Dendrobium Dendrobiumsociale 19 760

13 Dendrobium sp.1 13 520

14 Eria Eria sp.1 3 120

15 Eria sp.2 2 80

16 Eria sp.3 2 80

17 Eriaalbidotomentosa 19 760

18 Eria sp.5 10 400

19 Eria sp.6 11 440

20 Liparis Liparispallid 16 640

21 Oberonia Oberonialotsyana 26 1040

22 Octarrhena Octarrhenaparvula 85 3400

23 Taeniophyllum Taeniophyllumproliferum 20 800

24 Trichotasia Trichotasia sp. 29 1160

Total 811 32440

Teresterial

No Genus Jenis Jumlah Individu/250 m2 Jumlah Individu/ha

1 Apostasia Apostasia sp. 22 880

2 Liparis Liparisrhedii 8 320


(49)

Dari Tabel 3 diketahui bahwa jumlah jenis anggrek teresterial pada ketinggian 1300-1400 m dpl terdapat 2 jenis dengan jumlah individu sebanyak 1.200 individu/ha, sedangkan anggrek epifit terdapat 24 jenis dengan jumlah individu sebanyak 32.440 individu/ha

Pada ketinggian 1300-1400 m dpl diketahui jumlah individu tertinggi adalah Coelogyne brachygyna yang merupakan jenis anggrek epifit dengan kerapatan mutlak sebesar 19.540 individu/ha. Banyaknya jenis Coelogyne brachygyna yang dijumpai pada ketinggian 1300-1400 m dpl ini disebabkan karena biji yang dimiliki banyak dan ringan sehingga memudahkan dalam penyebarannya karena dapat terbawa oleh angin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Van Steenis, (1997), bahwa biji anggrek banyak, berukuran sangat kecil dan halus seperti tepung hingga mudah tertiup oleh angin yang memudahkan anggota famili ini dalam penyebarannya. Selain itu biji anggrek juga memiliki viabilitas yang cukup tinggi yang menyebabkannya mudah tumbuh jika kondisi lingkungan cocok bagi pertumbuhannya.

.

Untuk mengetahui komposisi anggrek pada ketinggian 1400-1500 m dpl dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Komposisi Jenis Anggrek Pada Ketinggian 1400-1500 m dpl. Teresterial

No Genus Jenis Jumlah Individu/250 m2

Jumlah Individu/ha

1 Calanthe Calanthechrysoglossoides 7 280

2 Corybas Corybasstenotribonos 6 240

3 Paphiopedilum Paphiopedilumtonsum 1 40

4 Phaius Phaius sp. 9 360

5 Spathoglottis Spathoglottis sp. 2 80

Total 25 1000

Epifit

No Genus Jenis Jumlah Individu/250 m2 Jumlah Individu/ha

1 Agrostophyllum Agrostophyllumlaxum 11 440

2 Appendicula Appendiculapauciflora 7 280

3 Bulbophyllum Bulbophyllumflavidiflorum 6 240

4 Bulbophyllumlongivagans 72 2880


(50)

6 Bulbophyllumromburghii 4 160

7 Bulbophyllumstelis 13 520

8 Bulbophyllum sp.1 11 440

9 Bulbophyllum sp.2 34 1360

10 Bulbophyllum sp.3 13 520

11 Bulbophyllum sp.4 7 280

12 Bulbophyllum sp.5 3 120

13 Coelogyne Coelogynebrachygyna 689 27560

14 Coelogyne sp.2 80 3200

15 Coelogyne sp.3 16 640

16 Dendrobium Dendrobiumsociale 4 160

17 Eria Eria sp.1 6 240

18 Eria sp.3 18 720

19 Eriaalbidotomentosa 4 160

20 Eria sp.6 7 280

21 Octarrhena Octarrhenaparvula 25 1000

22 Trixspermum Trixspermumcentipede 14 560

Total 1066 42640

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah jenis anggrek teresterial pada ketinggian 1400-1500 m dpl terdapat 5 jenis dengan jumlah individu sebanyak 1000 individu/ha, sedangkan anggrek epifit terdapat 22 jenis dengan jumlah individu 42.640 individu/ha.

Pada ketinggian ini Phaius sp. memiliki nilai kerapatan mutlak tertinggi dengan jumlah individu sebanyak 360 individu/ha untuk anggrek teresterial. Sedangkan untuk anggrek epifit jenis Coelogyna brachygyna memiliki jumlah individu tertinggi yaitu 27.560 individu/ha, diikuti oleh jenis Coelogyna sp.2 sebesar 3200 individu/ha. Banyaknya dijumpai jenis-jenis anggrek ini pada ketinggian 1400-1500 m dpl disebabkan oleh adanya faktor-faktor fisik yang sangat mendukung pertumbuhan dari jenis tersebut. Menurut Van Steenis, (1997), Phaius spp. merupakan jenis anggrek yang membutuhkan lama penyinaran yang cukup dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi dan ketebalan serasah yang cukup. Hal ini sesuai dengan Keadaan lingkungan pada ketinggian ini umumnya memiliki lama penyinaran yang optimum karena merupakan daerah yang terbuka dengan ketebalan serasah mencapai 8-12 cm dan kelembaban udara 92 % yang sangat cocok bagi pertumbuhan jenis ini. Begitu juga dengan jenis Coelogyne brachygyna yang banyak dijumpai di seluruh areal penelitian ini.


(51)

Untuk mengetahui komposisi anggrek pada ketinggian 1500-1600 m dpl dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Komposisi Jenis Anggrek Pada Ketinggian 1500-1600 mdpl.

Teresterial

No Genus Jenis Jumlah Individu/250 m2 Jumlah Individu/ha

1 Anoectochillus Anoectochilluslongicalcaratus 5 200

2 Apostasia Apostasia sp. 23 920

3 Calanthe Calanthechrysoglossoides 7 280

4 Corybas Corybasstenotribonos 3 120

Total 38 1520

Epifit

No Genus Jenis Jumlah Individu/250 m2 Jumlah Individu/ha

1 Agrostophyllum Agrostophyllumlaxum 34 1360

2 Appendicula Appendiculapauciflora 9 360

3 Appendicula sp.2 22 880

4 Bulbophyllum Bulbophyllumflavidiflorum 21 840

5 Bulbophyllumodoratum 36 1440

6 Bulbophyllumovalifolium 36 1440

7 Bulbophyllum sp.2 11 440

8 Bulbophyllum sp.3 36 1440

9 Bulbophyllum sp.4 32 1280

10 Coelogyne Coelogynebrachygyna 297 11880

11 Coelogyne sp.2 8 320

12 Eria Eria sp.1 2 80

13 Eria sp.2 2 80

14 Eria sp.3 11 440

Total 557 22280

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah jenis anggrek teresterial pada ketinggian 1500-1600 m dpl terdapat 4 jenis dengan jumlah individu sebanyak 1520 individu/ha, sedangkan anggrek epifit terdapat 14 jenis dengan jumlah individu 22.280 individu/ha.

Pada ketinggian ini Apostasia sp. memiliki nilai kerapatan mutlak tertinggi dengan jumlah individu sebanyak 920 individu/ha untuk anggrek teresterial. Sedangkan untuk anggrek epifit jenis Coelogyna brachygyna memiliki jumlah individu tertinggi yaitu 11.880 individu/ha. Banyaknya dijumpai jenis-jenis anggrek ini pada ketinggian 1500-1600 m dpldisebabkan oleh adanya faktor-faktor fisik yang sangat mendukung pertumbuhan dari jenis tersebut. Menurut Van Steenis, (1997),


(52)

jenis ini sangat cocok tumbuh pada daerah yang memiliki kisaran suhu 17-220

Untuk mengetahui komposisi anggrek pada ketinggian 1600-1700 m dpl dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

C. Begitu juga dengan jenis Coelogyne brachygyna yang banyak dijumpai di seluruh areal penelitian ini.

Tabel 6. Komposisi Jenis Anggrek Pada Ketinggian 1600-1700 mdpl.

Teresterial

No Genus Jenis Jumlah Individu/250 m2 Jumlah Individu/ha

1 Lepidogyne Lepidogynelongifolia 9 360

2 Phaius Phaius sp. 7 280

3 Spathoglottis Spathoglottisaurea 2 80

Total 18 720

Epifit

No Genus Jenis Jumlah Individu/250 m2 Jumlah Individu/ha

1 Appendicula Appendicula sp.1 2 80

2 Appendicula sp.2 4 160

3 Bulbophyllum Bulbophyllumstelis 9 360

4 Bulbophyllum sp.1 3 120

5 Bulbophyllum sp.4 24 960

6 Bulbophyllum sp.5 10 400

7 Bulbophyllum sp.6 22 880

8 Coelogyne Coelogynebrachygyna 135 5400

9 Dendrobium Dendrobiumsociale 11 440

10 Eria Eria sp.2 14 560

11 Eria sp.3 29 1160

12 Eriaalbidotomentosa 25 1000

13 Eria sp.5 19 760

14 Eria sp.6 4 160

15 Octarrhena Octarrhenaparvula 4 160

16 Podochillus Podochillusmuricatum 4 160

17 Trixspermum Trixspermumcentipede 7 280

Total 326 13040

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah jenis anggrek teresterial pada ketinggian 1600-1700 m dpl terdapat 3 jenis dengan jumlah individu sebanyak 720 individu/ha, sedangkan anggrek epifit terdapat 17 jenis dengan jumlah individu 13.040 individu/ha.

Pada ketinggian ini Lepidogyne longifolia. memiliki nilai kerapatan mutlak tertinggi dengan jumlah individu sebanyak 360 individu/ha untuk anggrek teresterial.


(53)

Sedangkan untuk anggrek epifit jenis Coelogyna brachygyna memiliki jumlah individu tertinggi yaitu 5.400 individu/ha. Pada ketinggian 1600-1700 m dpl keberadaan anggrek sudah sangat sedikit. Hal ini dikarenakan sedikitnya jumlah intensitas cahaya yang masuk yang sangat mempengaruhi keberadaan berbagai jenis anggrek. Menurut Fitter & Hay, (1981), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh terhadap anggrek baik langsung ataupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yaitu pada proses fotosintesis, sedangkan pengaruh secara tidak langsung yaitu terhadap pertumbuhan, perkecambahan dan perbungaan yang sangat mempengaruhi keberadaan anggrek pada suatu daerah.

4.3 Struktur Vegetasi Anggrek

Pada suatu komunitas, struktur tumbuhan dapat dilihat dari adanya perbedaan jenis penyusun secara horizontal, seperti perbedaan bentuk hidup serta tingkatannya (Suin, 2002). Struktur horizontal digambarkan dengan, Indeks Nilai Penting, Indeks Keseragaman, Indeks Kesamaan.

4.3.1 Indeks Nilai Penting Anggrek Teresterial.

Indeks nilai penting anggrek teresterial pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Indeks Nilai Penting Anggrek Teresterial pada Ketinggian 1200-1300 m dpl

Ketinggian 1200-1300 m dpl

No Jenis KR (%) FR (%) INP (%)

1 Anoectochilluslongicalcaratus 16.67 22.22 38.89

2 Apostasia sp. 2.08 11.11 13.19

3 Calanthechrysoglossoides 4.17 11.11 15.28

4 Liparisrhedii 25.00 22.22 47.22

5 Liparisnervosa 22.92 11.11 34.03

6 Phaius sp. 7.29 11.11 18.40


(54)

Total 100% 100% 200%

KR : Kerapatan Relatif (%) FR : Frekuensi Relatif (%) INP: Indeks Nilai Penting (%)

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa Indeks Nilai Penting (INP) anggrek terrestrial pada ketinggian 1300 m dpl berkisar antara 13,19–47,22 %. Pada ketinggian 1200-1300 m dpl, INP tertinggi ditempati oleh spesies Liparis rhedii dengan nilai sebesar 47,22 % sedangkan INP terendah ditempati oleh spesies Apostasia sp. dengan nilai sebesar 13,19 %.

Tingginya nilai INP jenis tertentu menunjukkan bahwa jenis tersebut dapat beradaptasi pada lokasi ini tepatnya dibawah naungan jenis-jenis pohon yang terdapat pada lokasi ini, terutama jenis yang dominan. Keadaan lingkungan seperti suhu udara yang berkisar 20,10C, intensitas cahaya berkisar 900 lux dengan kelembaban rata-rata 92,6% sangat menguntungkan bagi pertumbuhan jenis tersebut. Dalam hal ini keadaan lingkungan pada ketinggian 1200-1300 m dpl sangat mendukung bagi pertumbuhan jenis Liparis rhedii. Menurut Suin (2002) faktor lingkungan sangat menentukan penyebaran dan pertumbuhan suatu organisme dan tiap jenis hanya dapat hidup pada kondisi abiotik tertentu yang berada dalam kisaran toleransi tertentu yang cocok bagi organisme tersebut. Selanjutnya Ewusie (1990), menyatakan bahwa cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan yang penting bagi pertumbuhan jenis anggrek teresterial ini. Menurut Latif (1960), Anggrek genus Liparis tumbuh baik pada suhu 20-24°

Untuk mengetahui nilai INP anggrek teresterial pada ketinggian 1300-1400 m dpl dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

C dan kelembaban udara rata-rata 60-90.

Tabel 8. Indeks Nilai Penting Anggrek Teresterial pada Ketinggian 1300-1400 m dpl

Ketinggian 1300-1400 m dpl

No Jenis KR (%) FR (%) INP (%)

1 Apostasia sp. 73.333 50 123.333


(55)

KR : Kerapatan Relatif (%) FR : Frekuensi Relatif (%) INP: Indeks Nilai Penting (%)

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa Indeks Nilai Penting (INP) anggrek terrestrial pada ketinggian 1400 m dpl berkisar antara 76,67–12,33 %. Pada ketinggian 1300-1400 m dpl, INP tertinggi ditempati oleh spesies Apostasia sp. dengan nilai sebesar 123,33 % sedangkan INP terendah ditempati oleh spesies Liparis rhedii dengan nilai sebesar 76,67 %.

Pada ketinggian ini cahaya lebih sedikit sampai pada lantai hutan. Pada ketinggian ini kisaran suhu berada pada 22,330 C dengan kelembaban udara 75,67 % dan inte nsitas cahaya 530 lux. Keadaan ini menyebabkan hanya beberapa jenis anggrek terrestrial yang dapat tumbuh, khususnya jenis Apostasia sp. yang diketahui memiliki kisaran toleransi yang cukup luas. Menurut Heddy & Kurniati (1996), anggrek dari jenis Apostasia dapat hidup pada daerah yang ternaungi dengan kelembaban udara yang tidak terlalu lembab, berkisar antara 60-80 % dengan suhu udara antara 18-220 C. Keadaan lingkungan pada ketinggian ini sangat cocok bagi pertumbuhan jenis Apostasia sp. sehingga jenis ini banyak ditemukan pada ketinggian 1300-1400 m dpl.

Untuk mengetahui nilai INP anggrek teresterial pada ketinggian 1400-1500 m dpl dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Indeks Nilai Penting Anggrek Teresterial pada Ketinggian 1400-1500 m dpl

Ketinggian 1400-1500 m dpl

No Jenis KR (%) FR (%) INP (%)

1 Calanthechrysoglossoides 28 25 53

2 Corybasstenotribonos 24 12.5 36.5

3 Paphiopedilumtonsum 4 12.5 16.5

4 Phaius sp. 36 37.5 73.5

5 Spathoglottis sp. 8 12.5 20.5

KR : Kerapatan Relatif (%) FR : Frekuensi Relatif (%) INP: Indeks Nilai Penting (%)


(56)

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa Indeks Nilai Penting (INP) anggrek terrestrial pada ketinggian 1400-1500 m dpl berkisar antara 16,5–73,5 %. Pada ketinggian 1400-1500 m dpl, INP tertinggi ditempati oleh spesies Phaius sp. dengan nilai sebesar 73,5 % sedangkan INP terendah ditempati oleh spesies Paphiopedillum tonsum dengan nilai sebesar 16,5 %.

Pada ketinggian ini kisaran suhu berada pada 20,670 C dengan kelembaban udara 71,33 % dan intensitas cahaya 438,67 lux. Keadaan ini sangat mendukung bagi pertumbuhan anggrek Phaius sp. Menurut Heddy & Kurniati (1996), Phaius sp. Merupakan anggrek teresterial yang umum ditemukan pada ketinggian 1500 m dpl di daerah pegunungan Jawa. Jenis ini dapat hidup pada daerah yang ternaungi dengan kelembaban udara yang tidak terlalu lembab, berkisar antara 75-92 % dengan suhu udara antara 17-210

Untuk mengetahui nilai INP anggrek teresterial pada ketinggian 1500-1600 m dpl dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

C. Keadaan lingkungan pada ketinggian ini sangat cocok bagi pertumbuhan jenis Phaius sp. sehingga jenis ini banyak ditemukan pada ketinggian 1400-1500 m dpl.

Tabel 10. Indeks Nilai Penting Anggrek Teresterial pada Ketinggian 1500-1600 m dpl

Ketinggian 1500-1600 m dpl

No Jenis KR (%) FR (%) INP (%)

1 Anoectochilluslongicalcaratus 13.158 12.5 25.658

2 Apostasia sp. 60.526 50 110.526

3 Calanthechrysoglossoides 18.421 25 43.421

4 Corybasstenotribonos 7.895 12.5 20.395

KR : Kerapatan Relatif (%) FR : Frekuensi Relatif (%) INP: Indeks Nilai Penting (%)

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa Indeks Nilai Penting (INP) anggrek terrestrial pada ketinggian 1500-1600 m dpl berkisar antara 20,395–110,526 %. Pada ketinggian 1500-1600 m dpl, INP tertinggi ditempati oleh spesies Apostasia sp. dengan nilai sebesar 110,526 % sedangkan INP terendah ditempati oleh spesies Corybas stenotribonos dengan nilai sebesar 20,395 %.


(57)

Pada ketinggian ini kisaran suhu berada pada 210 C dengan kelembaban udara 80,3 % dan intensitas cahaya 563,3 lux. Keadaan ini sangat mendukung bagi pertumbuhan anggrek Apostasia sp. Menurut Heddy & Kurniati (1996), anggrek dari jenis Apostasia dapat hidup pada daerah yang ternaungi dengan kelembaban udara yang tidak terlalu lembab, berkisar antara 60-80 % dengan suhu udara antara 18-220

Untuk mengetahui nilai INP anggrek teresterial pada ketinggian 1600-1700 m dpl dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

C.

Tabel 11. Indeks Nilai Penting Anggrek Teresterial pada Ketinggian 1600-1700 m dpl

Ketinggian 1600-1700 m dpl

No Jenis KR (%) FR (%) INP (%)

1 Lepidogynelongifolia 50 40 90

2 Phaius sp. 38.89 40 78.89

3 Spathoglottisaurea 11.11 20 31.11

KR : Kerapatan Relatif (%) FR : Frekuensi Relatif (%) INP: Indeks Nilai Penting (%)

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa Indeks Nilai Penting (INP) anggrek terrestrial pada ketinggian 1600-1700 m dpl berkisar antara 31,11–90 %. Pada ketinggian 1600-1700 m dpl, INP tertinggi ditempati oleh spesies Lepidogyne longifolia dengan nilai sebesar 90 % sedangkan INP terendah ditempati oleh spesies Spathoglottis aurea dengan nilai sebesar 31,11 %.

Pada ketinggian ini kisaran suhu berada pada 19,50 C dengan kelembaban udara 94,3 % dan intensitas cahaya 426,6 lux. Pada ketinggian naungan tajuk relatif cukup rapat namun pada beberapa tempat terdapat rumpang yang memungkinkan cahaya menembus lantai hutan. Anggrek Lepidogyne longifolia yang cukup mendominasi pada ketinggian ini dianggap memiliki toleransi yang cukup baik pada keadaan lingkungan seperti ini.


(58)

Menurut Heddy & Kurniati (1996), anggrek dari jenis Lepidogyne longifolia dapat hidup pada daerah yang ternaungi dengan kelembaban udara berkisar antara 70-90 % atau lebih dengan suhu udara antara 18-220 C sehingga jenis ini umum ditemukan pada ketinggian ini.

4.3.2 Indeks Nilai Penting Anggrek Epifit

Indeks nilai penting anggrek epifit pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Indeks Nilai Penting Anggrek Epifit pada Ketinggian 1200-1300 m dpl

Ketinggian 1200-1300 mdpl

No. Jenis KR (%) FR (%) INP

1 Agrostophyllum bicuspidatum 2.92 5.26 8.18

2 Agrostophyllum laxum 1.82 3.51 5.33

3 Agrostophyllum sp. 0.36 1.75 2.12

4 Appendicula pauciflora 1.09 1.75 2.85

5 Appendicula sp.1 1.37 1.75 3.12

6 Bulbophyllum flavidiflorum 3.19 3.51 6.70

7 Bulbophyllum odoratum 1.73 1.75 3.49

Ketinggian 1200-1300 mdpl

No. Jenis KR (%) FR (%) INP

8 Bulbophyllum ovalifolium 5.93 1.75 7.68

9 Bulbophyllum romburghii 0.91 1.75 2.67

10 Bulbophyllum sp.1 5.93 10.53 16.45

11 Bulbophyllum sp.2 5.01 8.77 13.79

12 Bulbophyllum sp.3 9.94 8.77 18.71

13 Bulbophyllum sp.4 4.65 5.26 9.91

14 Bulbophyllum sp.5 0.64 1.75 2.39

15 Coelogyne brachygyna 13.95 5.26 19.21

16 Coelogyne sp.2 2.01 3.51 5.51

17 Dendrobium sociale 2.55 3.51 6.06

18 Eria sp.1 8.11 7.02 15.13

19 Eria sp.2 1.37 1.75 3.12

20 Eria sp.3 5.47 1.75 7.22


(59)

22 Eria sp.5 3.28 5.26 8.54

23 Eria sp.6 3.19 1.75 4.94

24 Liparis pallid 4.19 3.51 7.70

25 Oberonia lotsyana 3.19 1.75 4.94

26 Pholidota globosa 4.10 1.75 5.86

KR : Kerapatan Relatif (%) FR: Frekuensi Relatif (%) INP : Indeks Nilai Penting (%)

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa Indeks Nilai Penting (INP) anggrek epifit pada ketinggian 1300 m dpl berkisar antara 2,12–19,21 %. Pada ketinggian 1200-1300 m dpl, INP tertinggi ditempati oleh spesies Coelogyne brachygyna dengan nilai sebesar 19,21 % sedangkan INP terendah ditempati oleh spesies Agrostophyllum sp. dengan nilai sebesar 2,12 %.

Keadaan lingkungan seperti suhu udara yang rata-rata 20,10

Selain itu, menurut Heddy & Kurniati, (1996), penyebaran jenis ini yang luas juga di dukung oleh kondisi biji yang relatif lebih ringan dari kebanyakan biji anggrek lainnya, sehingga kisaran persebarannya cenderung lebih luas. Selain itu Polunin, (1994), menyatakan bahwa pemencaran biji yang berukuran sangat kecil dengan bantuan angin dapat mencapai jarak beratus mil tanpa kehilangan kemampuannya untuk mulai dengan kehidupan yang baru setelah memperoleh kondisi yang sesuai juga sangat mempengaruhi keadaan ini.

C, intensitas cahaya rata-rata 900 lux dengan kelembaban rata-rata 92,6% sangat menguntungkan bagi pertumbuhan jenis tersebut. Tingginya nilai ini berasal dari kerapatan relatif dan frekuensi relatif yang nilai masing-masingnya sangat tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa Coelogyne brachygyna mempunyai peranan yang penting dalam komunitas ini. Menurut Purwanto et al., (2005), anggrek spesies liar seperti genus Coelogyne spp. memiliki daerah penyebaran yang relatif luas.

Untuk mengetahui nilai INP anggrek epifit pada ketinggian 1300-1400 m dpl dapat dilihat pada Tabel 13.


(1)

Terestrial pada ketinggian 1200-1300 dengan

1300-1400

2C ISI & II

A + B

= X 100 %

2 (2)

= X 100 % (7 + 2)

= 44,44%

I.Contoh menghitung Indeks Morishita pada ketinggian 1.200-1300 m dpl jenis

Anoectochilus longicalcaratus

Σ

Xi (Xi-1) Dimana :

q

q

T (T-1)

I = 1

I∂ =

[{11(11-

1)}+{5(5-1)}

I∂ = 10

I∂ = 10

130

9120

∂ = 0,14

Xi : 11, 5

T : 96


(2)

Lampiran 21. Data Faktor Fisik Anggrek pada Masing-masing Lokasi Penelitian

Paramater Suhu Udara (oC)

Suhu Tanah (oC)

Kelembaban

Udara (%) pH Tanah

Intensitas Cahaya

Ketinggian 1200-1300 m dpl

Plot 1

20,5 21 89 6,4 1620

Plot 5

19,5 21 95 6,5 420

Plot 10

20,3 21 94 6,8 660

Rata-rata

20,1 21 92,6 6,5 900

Ketinggian 1300-1400 m dpl

Plot 1

21 18 57 6,4 360

Plot 5

23 18 80 6,3 370

Plot 10

23 18 90 6,2 560

Rata-rata

22,33 18 75,67 6,3 430

Ketinggian 1400-1500 m dpl

Plot 1

23 19 57 6,8 256

Plot 5

19 19 67 5,6 400

Plot 10

20 19 90 6,6 660

Rata-rata

20,67 19 71,33 6,33 438,67


(3)

Plot 5 Plot 10

23 21 95 6,6 560

Rata-rata

21 21,3 80,3 6,3 563,3

Ketinggian 1600-1700 m dpl

Paramater Suhu Udara (oC) Suhu Tanah (oC) Kelembaban Udara (%)

pH Tanah Intensitas Cahaya Ketinggian 1600-1700 m dpl

Plot 1

19 20 95 6,6 238

Plot 5

19 21 94 6,1 478

Plot 10

20,5 21 94 6,6 564

Rata-rata

19,5 19,5 94,3 6,4 426,6

Lampiran 22. Analisis Tanah di Hutan Aek Nauli

No Unit Ketinggian ( m dpl)

1200-1300 1300-1400 1400-1500 1500-1600 1600-1700

1 C-organik (ppm) 1,50 1,97 2,67 2,08 2,21

2 N-total 0,10 0,15 0,16 0,19 0,15

3 C/N 15 13,13 16,19 10,95 14,73

4 P-avl (Bray II) 6 8 9 9 5

5 K-exch (ppm) 0,53 0,25 0,26 0,35 0,31

6 Ca-exch (ppm) 0,18 0,21 0,19 0,28 0,22


(4)

Lampiran 23. Hasil Identifikasi Tumbuhan Anggrek di Kawasan Hutan aek Nauli Kabupaten Simalungun


(5)

(6)

Lampiran 24. Foto-foto Penelitian

Gambar Pencatatan Specimen

Gambar Pencatatan Intensitas Cahaya dan Suhu Tanah