Pengaruh Umur Pohon dan Alkali Aktif terhadap Sifat-Sifat Pulp Kraft Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)

PENGARUH UMUR POHON DAN ALKALI AKTIF
TERHADAP SIFAT – SIFAT PULP KRAFT KAYU JABON
(Anthocephalus cadamba Miq.)

WIDYA SARI ASTUTI PULUNGAN

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Umur
Pohondan Alkali Aktif terhadap Sifat-Sifat Pulp Kraft Kayu Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.) adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Widya Sari Astuti Pulungan
NIM E24090003

ABSTRAK
WIDYA SARI ASTUTI PULUNGAN. Pengaruh Umur Pohon dan Alkali Aktif
terhadap Sifat-Sifat Pulp Kraft Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.).
Dibimbing oleh NYOMAN JAYA WISTARA.
Anthocephalus cadamba Miq. merupakan spesies yang mengalami
pertumbuhan cepat sehingga berpotensi dikembangkan dalam HTI untuk
memenuhi pasokan bahan baku industri pulp dan kertas. Hal ini didukung oleh
kesesuaian karakteristik kayu dengan persyaratan bahan baku pulp. Proses kraft
merupakan metode yang paling banyak diaplikasikan dalam industri pulp, terkait
dengan kualitas pulp yang dihasilkan dan efisiensi proses. Pada penelitian ini,
umur pohon dan alkali aktifdijadikan sebagai faktor perlakuan melalui rancangan
percobaan faktorial, meliputi pohon berumur 3, 5, dan 7 tahun, dengan alkali aktif
sebesar 15%, 18%, 21%, 24%, dan 27%. Adapun respon yang diamati sebagai
parameter proses pulping dan kualitas pulp, meliputi derajat delignifikasi,

bilangan kappa, lignin klason, rendemen, konsumsi alkali, viskositas, brightness,
unbeaten freeness, selektivitas delignifikasi, derajat polimerisasi, dan bobot
molekul selulosa. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa umur pohon,
alkali aktif, dan interaksi keduanya berpengaruh secara signifikan terhadap respon
yang diamati, kecuali unbeaten freeness.
Kata kunci:Anthocephalus cadamba Miq, proses kraft, alkali aktif, umur pohon.

ABSTRACT
WIDYA SARI ASTUTI PULUNGAN.The influence of tree age and active alkali
to the kraft pulp properties made from jabon-wood (Anthocephalus cadamba
Miq.). Supervised by NYOMAN JAYA WISTARA.
Anthocephalus cadamba Miq.is a fast growing species potentially developed
in industrial plantation forest in order to supply raw material of wood-based
industries, mainly pulp and paper.It is supported by wood characteristics that meet
the requirements of raw material. Kraft process is the most applied method in pulp
industry,related to the pulp quality yielded and process efficiency. In this research,
tree age and active alkali were usedas treatments arranged in factorial design. The
wood chips were prepared from jabon tree with the age of 3, 5, and 7 years, then
chemically pulped under condition of 15%, 18%, 21%, 24%, and 27% active
alkali. Control parameters of pulping process and pulp quality were examined,

consist of delignification degree, kappa number, klason lignin, pulp yield, alkali
consumption, viscosity, brightness, unbeaten freeness, delignification selectivity,
degree of polymerization, and molecular weight of cellulose.The results showed
that tree age, active alkali, and interaction between them significantly affect the
responses examined, except unbeaten freeness.
Keywords:Anthocephalus cadamba Miq, kraft process, active alkali, tree age.

PENGARUH UMUR POHON DAN ALKALI AKTIF
TERHADAP SIFAT – SIFAT PULP KRAFT KAYU JABON
(Anthocephalus cadamba Miq.)

WIDYA SARI ASTUTI PULUNGAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Pengaruh Umur Pohon dan Alkali Aktif terhadap Sifat-Sifat Pulp
Kraft Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)
Nama
: Widya Sari Astuti Pulungan
NIM
: E24090003

Disetujui oleh

Dr Ir Nyoman Jaya Wistara, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’alaatas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan usaha dan kerja
keras. Skripsi ini mengangkat tema respon perlakuan alkali aktif dan umur pohon
pada pulp kraft kayu jabon yang dilaksanakan sejak September 2012 sampai April
2013.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs Hamzah Pulungan
dan Ibu Elli Farida Harahap, SPd atas jasa luar biasa sebagai orangtua yang selalu
mendukung dan mendoakan kelancaran studi dan skripsi penulis. Terima kasih
juga penulis ucapkan kepada Dr Ir Nyoman Jaya Wistara, MS selaku dosen
pembimbing, Dr Ir Tutut Sunarminto, MS selaku dosen penguji, serta seluruh
dosen, laboran, dan karyawan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB
yang telah banyak memberi bimbingan, saran, dan bantuan yang sangat berharga
dan bermanfaat.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman seperjuangan
di BKHH, THH angkatan 46, Fahutan angkatan 46, dan keluarga besar Fakultas

Kehutanan IPB yang selalu membantu, mendampingi, dan memberi semangat
selama masa studi di IPB.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Oktober 2013
Widya Sari Astuti Pulungan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

PENDAHULUAN

1


METODE

2

Persiapan Bahan Baku

2

Proses Pulping Kraft

2

Pengujian Sifat-Sifat Pulp

2

Pengolahan Data

3


HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Derajat Delignifikasi dan Bilangan Kappa

4

Rendemen

6

Viskositas dan Brightness

7

Konsumsi Alkali

11


Unbeaten Freeness

12

Selektivitas Delignifikasi

13

SIMPULAN DAN SARAN

14

DAFTAR PUSTAKA

14

RIWAYAT HIDUP

17


DAFTAR TABEL
1. Kondisi proses pulping kraft kayu jabon
2. Hasil pengujian derajat delignifikasi, bilangan kappa, lignin klason, dan
rendemen
3. Nilai viskositas dan brightnesspulp

2
4
8

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.


Derajat delignifikasi dan bilangan kappa sebagai fungsi dari alkali aktif
Hubungan antara alkali aktif dan rendemen pulp
Hubungan antara bilangan kappa dan rendemen pulp
Hubungan antara alkali aktif dan viskositas pada unbleached dan bleached
kraft pulp kayu jabon berumur (a) 3 tahun, (b) 5 tahun, dan (c) 7 tahun
Hubungan antara alkali aktif dan brightness pada unbleached dan bleached
kraft pulp kayu jabon
Hubungan antarabilangan kappa dan brightnesspulp
Hubungan antara alkali aktif dan konsumsi alkali
Hubungan antara alkali aktif dan selektivitas delignifikasi pada proses pulping
kraft

5
6
7
9
10
11
12
13

PENDAHULUAN
Kayumerupakan bahan baku utama industri pulp dan kertas (FAO 2012)
yang permintaannya semakin tinggi dengan meningkatnya pertumbuhan industri
tersebut. APKI menyatakan bahwa konsumsi kertas nasional sebesar 30 kg/kapita
pada
tahun
2012
dan
masih
berpeluang
untuk
mengalami
peningkatan.Peningkatan tersebut harus diimbangi oleh suplai bahan baku
sehingga dapat mendukung keberlanjutan produksi. Upaya pemenuhan suplai
kayu dapat dilakukan melalui pembangunan HTI.Proyeksikebutuhan kayu pulp
pada tahun 2013 sekitar 58.87 juta m3, sedangkanpasokannya diperkirakan hanya
41.39 juta m3(Departemen Kehutanan 2006).Produktivitas HTI perlu ditingkatkan
dengan menemukan jenis tanaman yang berpotensi sebagai kayu pulp.Pada
pengelolaan hutan tanaman, daur teknis disesuaikan dengan tujuan pemanfaatan
kayu.Dalam hal ini, HTI pulp memiliki daur yang relatif singkat sehingga
penebangan dapat dilakukan pada umur 5-7 tahun.Selain itu, tanaman dengan daur
yang relatif singkatjuga berpotensi dikembangkan dengan sistem pengelolaan
hutan rakyat (Hakim 2009) sehingga dapat menambah suplai kayu industri dan
berkontribusi terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat.
Kayu jabon (Anthocephaluscadamba Miq.) dapat dijadikan sebagai bahan
baku alternatif dalam produksi pulp karena memiliki riap biomassa tegakan yang
tinggi, daur pendek, dan sifat-sifat kayu sesuai dengan persyaratan bahan baku
pulp. Jabon merupakan jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing species) yang
dapat ditebang dengan rotasi 4 tahun pada pengelolaan optimal.Pada 6-8 tahun
pertama, tinggi pohon dapat mencapai45 m dengan laju pertumbuhan 3 m/tahun,
tinggi bebas cabang dapat mencapailebih dari 25 m, dan diameter batang berkisar
antara 100-160 cm dengan laju pertumbuhan 7 cm/tahun. Adapun laju
pertambahan volume sebesar 10-26 m3/tahun (Soerianegara & Lemmens
1993).Selain itu, jabon merupakan jenis endemik Indonesia (Krisnawati et al.
2011) yang sesuai dengan karakteristik ekologis lokal dan berdampak positif
terhadap ekosistem (Aprianis& Junaedi 2009).Emil (2013) meneliti bahwa kadar
holoselulosa jabon rata-rata sebesar 75.485% dengan persentase selulosa sebesar
41.625% sehingga berpotensi sebagai kayu pulp.DalamSoerianegara dan
Lemmens (1993)dinyatakan bahwa kayu jabon dapat menghasilkan pulp sulfat
dengan kualitas yang cukup baik sebagai bahan baku kertas. Rendemen pulp
sekitar 48.50% dengan brightness dan hasil lembaran yang memuaskan.Jabon
diharapkan dapat menjadi bagian penting dari kayu industri, terutama karena
penurunan suplai kayu dari hutan alam.Di Indonesia, jabon sudah digunakan
untuk tujuan reforestasi, aforestasi, dan hutan tanaman industri (Krisnawati et al.
2011) yang sebagian besar berada di Provinsi Sumatera Utara, Riau, dan
Kalimantan Tengah (Nair 2000).
Setelah pemilihan jenis tanaman, perlu dilakukan penelitian mengenai
kondisi pulping yang sesuai dan sifat pulp yang dihasilkan.Proses kraft
merupakan metode pulping kimia yang paling banyak diaplikasikan di industri
pulp dan kertas (Dang & Nguyen 2007, Hubbell & Ragauskas 2010) karena dapat
mengolah berbagai jenis bahan baku, menghasilkan pulp berkualitas tinggi, serta
efisien dalam proses daur ulang energi dan bahan kimia (Gellerstedt et al. 2004).
Variabel proses yang memengaruhi pulping kraft, meliputi sulfiditas, alkali aktif,

2
rasio L/W, dan H-factor (Smook 1992). Komposisi kimia struktural kayu juga
sangat penting dalam proses pulping karena berhubungan dengankadar komponen
lignoselulosa. Komposisi tersebut dipengaruhi secara nyata oleh umur pohon,
terkait dengan meningkatnya porsi kayu dewasa (Roliadi et al. 2009).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh umur pohon dan alkali
aktif terhadap sifat-sifat pulpkraft berbahan baku kayu jabon.Hasil
penelitiandiharapkan dapat digunakan untuk memperkirakan umur pohon dan
alkali aktif yang optimal sehingga pemanfaatan kayu jabon menjadi lebih efisien,
terutama dalam pembuatan pulp.

METODE
Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kayu jabon berumur
3, 5, dan 7 tahun. Kayu tersebut dicacah menjadi serpih (chips) berukuran panjang
2-3 cm dan tebal 3-5 mm. Kemudian kadar air ditentukan menurut standar ASTM
D4442-07.NaOH dan Na2S yang digunakan masing-masingmemiliki konsentrasi
309.942 g L-1 dan 184.266 g L-1.
Proses Pulping Kraft
Proses pulping dilakukan padakondisi H-factor yangsama untuk seluruh
kombinasi faktor perlakuan yangdisajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Kondisi proses pulping kraft kayu jabon
Parameter
Sulfiditas (%)
Alkali aktif (%)
Rasio L/W
BKT serpih (g)

Pemasakan pada suhu
26-90ºC (menit)
Pemasakan pada suhu
90-140ºC (menit)
Pemasakan pada suhu
140-165ºC (menit)
Pemasakan pada suhu
maksimum (menit)
Suhu maksimum (ºC)

Kondisi
I
30
15

III
30
21

IV
30
24

30
27

6:1
150

II
30
18
6:1
150

6:1
150

6:1
150

6:1
150

26

26

26

26

27

25

25

25

25

26

25

25

24

25

23

65

65

65

65

65

165

165

165

165

165

V

Pengujian Sifat – Sifat Pulp
Pulp yang lolos melalui flat screen ditentukan rendemennya menurut
standar TAPPI T 18 m – 53. Selanjutnya dilakukan penentuan derajat

3
delignifikasiselama proses pulpingdengan caramenghitung persentase lignin yang
terdegradasi terhadap kadar lignin kayu, sebagai berikut:

Pengujian bilangan kappa dilakukan berdasarkan standarTAPPI T 236 cm –
85.Persentase alkali yang dikonsumsi selama proses pulping ditentukan menurut
standar TAPPI T 625 cm – 85. Pengujian nilai viskositas dilakukan sesuai dengan
standar TAPPI T 230 om – 89.Berat molekul selulosadiperoleh dengan
menggunakanpersamaan Mark-Houwink-Sakurada.Derajat polimerisasi dapat
diketahui melalui perbandingan antara berat molekul selulosa dengan berat
molekul unit strukturnya.
[η] = 0.0098 × BM0.9
dengan: [η] = viskositas intrinsik, mL g-1 (hasil konversi viskositas TAPPI, cP)
BM = berat molekul selulosa
DP = derajat polimerisasi
Tingkat kecerahan pulp (brightness) yang dinyatakan dalam % ISOdiuji
berdasarkan standar TAPPI T 452 om–98 pada lembaran pulpdengan
menggunakan alat uji Elrepho. Derajat kehalusan serat diuji tanpa melalui proses
penggilingan (unbeaten freeness) sesuai dengan prosedur TAPPI T 227 om – 85
pada suspensi pulp (konsistensi 0.3%). Pengujian dilakukan dengan menggunakan
alat uji CSF (Canadian Standard Freeness). Pengujian terhadap kondisi
pulpingdilakukan dengan menentukan selektivitas delignifikasi, yaitu
perbandingan antara karbohidrat dan lignin yang terdegradasi selama proses
pemasakan, dengan rumus:

Pengolahan Data
Data penelitian yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik
dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, kemudian dilanjutkan dengan uji
Anova dan uji lanjut Duncan menggunakan SPSS 16.0for windows.Rancangan
percobaan faktorial dimodelkan sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan:
Yijk = nilai pengamatan yang memperoleh perlakuan alkali aktif ke – i dan umur
pohon ke – j pada ulangan ke – k
µ
= nilai tengah populasi
αi
= pengaruh alkali aktif ke – i
βj
= pengaruh umur pohon ke – j
(αβ)ij = interaksi antara pengaruh alkali aktif ke – i dengan pengaruh umur pohon
ke – j
εijk = pengaruh galat perlakuan alkali aktif ke – i dan umur pohon ke – j pada
ulangan ke – k

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Derajat Delignifikasi dan Bilangan Kappa
Berdasarkan kualitas komponen kimia kayu daun lebar untuk bahan baku
pulp dan kertas, kadar lignin kayu jabon berumur 3, 5, dan 7 tahun termasuk kelas
II (18-33%) dengan persentase masing-masing 26.003%, 28.341%, dan 28.539%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa umur pohon berkorelasi positif dengan kadar
lignin (koefisien korelasi 0.89). Pengujian kadar lignin kayu bermanfaat dalam
penentuan derajat delignifikasi dan selektivitas pemasakan. Hasil pengujian
terhadap proses pulpingdan sifat pulp tercantum dalam Tabel 2.
Tabel 2Hasil pengujian derajat delignifikasi, bilangan kappa, lignin klason, dan
rendemen
Pulp

Jabon 3 tahun

Jabon 5 tahun

Jabon 7 tahun

Alkali
aktif (%)
27
24
21
18
15
27
24
21
18
15
27
24
21
18
15

Derajat
delignifikasi
(%)
92.153
90.547
90.498
85.690
73.795
92.578
91.433
89.023
85.709
59.566
92.456
90.950
89.456
85.828
70.700

Bilangan
kappa

Lignin
klason (%)

Rendemen
(%)

15.694
18.911
19.006
28.625
52.416
16.181
18.676
23.931
31.156
88.150
16.561
19.866
23.147
31.113
64.321

2.040
2.458
2.471
3.721
6.814
2.103
2.428
3.111
4.050
11.459
2.153
2.582
3.009
4.044
8.362

38.42
43.06
44.61
45.52
46.97
41.52
43.58
43.71
44.55
45.83
36.14
40.13
41.17
43.97
44.30

Derajat delignifikasi dipengaruhi secara nyata oleh umur pohon, alkali aktif,
maupun interaksi keduanya (tingkat α = 95%). Uji lanjut Duncan menunjukkan
nilai yang berbeda pada masing-masing umur, secara berurut kayu jabon berumur
5, 7, dan 3 tahun semakin mudah didelignifikasi.Dari hasil regresi diperoleh
bahwa masing-masing sebesar 82.9%, 75.4%, dan 82.3% variasi derajat
delignifikasi pada pulp kraft jabon berumur 3, 5, dan 7 tahun dapat dijelaskan oleh
persamaanyang menggunakan alkali aktif sebagai variabel independen.
Nguyen dan Dang (2006) menyatakan bahwa konsentrasi ion OH- dan HSsecara signifikan memengaruhi delignifikasi.Pada penelitian ini, pengaruh tersebut
ditunjukkan oleh grafik monoton naik dari fungsi logaritma dengan semakin
meningkatnya kandungan ion OH- dalam white liquor.Berdasarkan hasil
penelitian,penggunaan alkali aktif 27% menghasilkan derajat delignifikasi
tertinggi (rata-rata 92.395%) pada masing-masing umur pohon, dan semakin
rendah seiring dengan penurunan alkali aktif. Hal ini disebabkan kandungan alkali
yang semakin tinggi meningkatkan penetrasi dan difusi bahan kimia ke dalam
struktur kayu.Selain itu, reaksi pelarutan hemiselulosa juga membantu difusi

5
bahan kimia pereaksi ke dalam dinding sel dan lamela tengah.Hal ini terkait
dengan sifat polimer hemiselulosa yang mudah terdegradasi dalam kondisi alkali
dan pada suhu yang lebih rendah dibandingkan selulosa.
Pada reaksi delignifikasi, lignin terdegradasi dari struktur kayu. Namun
sebagian lignin masih tersisa dalam pulp bersama material lain yang dapat
dioksidasi oleh KMnO4, meliputihexenuronic acids, zat ekstraktif, gugus karbonil,
dan struktur lainnya. Jumlah total material tersebut dinyatakan sebagai bilangan
kappa.Derajat delignifikasi yang semakin tinggi cenderung menurunkan bilangan
kappa karena semakin banyak lignin yang terlarut dalam black liquor.Jika ditinjau
dari waktu dan suhu pemasakan, penelitian ini dilakukan pada H-factor sekitar
803-815.Penelitian Baptista et al. (2008) pada pulp kraft Pinus pinaster juga
menunjukkan bahwa peningkatan delignifikasi menurunkan bilangan kappa
dengan menggunakan H-factor sebagai variabel (85-8049).Gambar 1
menunjukkan hubungan invers antara kedua parametertersebut.
100
y3 = 29.50 ln(x) – 2.662
y5 = 51.31 ln(x) – 71.48
y7 = 34.51 ln(x) – 18.46

80
60
40

80
60
40

y3 = 175.6 e-0.09x
y5 = 442.4 e-0.13x
y7 = 250.0 e-0.10x

20

20

0

Bilangan Kappa

Delignifikasi (%)

100

0
10

15

20

25

30

Alkali Aktif (%, sebagai Na2O)
delignifikasi jabon 3 thn
Kappa # pulp jabon 3 thn

delignifikasi jabon 5 thn
Kappa # pulp jabon 5 thn

delignifikasi jabon 7 thn
Kappa # pulp jabon 7 thn

Gambar 1 Derajat delignifikasi dan bilangan kappa sebagai fungsi dari alkali aktif
Dari hasil regresi diperoleh bahwa masing-masing sebesar 85.7%, 84%, dan
88.5% variasi bilangan kappa pada pulp jabon berumur 3, 5, dan 7 tahun dapat
dijelaskan oleh persamaaneksponensial yang menggunakan alkali aktif sebagai
variabel independen. Berdasarkan uji statistik, diketahui bahwa umur pohon,
alkali aktif, maupun interaksi keduanya memberikan pengaruh yang nyata
terhadap bilangan kappa pada selang kepercayaan 95%.Peningkatan alkali aktif
pada sulfiditas konstan secara nyata menurunkan bilangan kappa.Uji lanjut
Duncan menunjukkan bahwa bilangan kappa pulp dari masing-masing umur
pohon memiliki nilai yang berbeda, yaitu pulp jabon berumur 3 tahun memiliki
nilai terendah. Hal ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan kadar komponen kimia
kayu. Setiap level alkali aktif juga berbeda nyata, sehingga penggunaan faktor
perlakuan tersebut dapat disesuaikan dengan target bilangan kappa.
Derajat delignifikasi berkorelasi dengan kadar lignin pulp karena adanya
hubungan linear antara lignin sisa dan bilangan kappa. Berbeda dengan papan
serat, keberadaan lignin dalam pembuatan kertas tidak diharapkan karena sifat
lignin yang hidrofobik.Semakin banyak lignin yang didegradasitanpa
menyebabkan kerusakan selulosa secara signifikan (ditunjukkan oleh viskositas)

6
akan meningkatkan sifat hidrofilik dan fleksibilitas serat sehingga ikatan antar
serat selulosa akan semakin tinggi(Nguyen & Dang 2006, Jun et al. 2012). Selain
itu, kadar lignin juga memengaruhi konsumsi bahan kimia selama proses
pemutihan pulp.
Rendemen
Rendemen tersaring semakin rendah dengan meningkatnya alkali aktif.Hal
ini terkait dengan semakin tingginya intensitas reaksi delignifikasi dan degradasi
polisakarida.Polisakarida, terutama yang berada dalam dinding sel sekunder,
bereaksi dengan komponen kimia dalam larutan yang menyebabkan pemutusan
ikatan glikosida.Degradasi selulosa sangat kuat terjadi pada fase residual
delignification(Gullichsen & Paulapuro 2000).Reaksi tersebut menyebabkan
perubahan struktural serat sehingga menurunkan rendemen pulp.Berdasarkan hasil
pengujianpada Tabel 2, diperoleh hubungan polinomial antara alkali aktif dan
rendemen pada masing-masing umur pohon yang ditunjukkan oleh Gambar2.

Rendemen (%)

50
45
40
35
30
25
20
10

15

20

25

30

Alkali Aktif (%, sebagai Na2O)
pulp jabon 3 tahun
pulp jabon 5 tahun
pulp jabon 7 tahun

Gambar 2 Hubungan antara alkali aktif dan rendemen pulp
Umur pohon, alkali aktif, dan interaksi antara kedua faktor secara nyata
memengaruhi rendemen pulp pada selang kepercayaan 95%.Hal yang sama juga
dinyatakan oleh MacLeod (2007) bahwa alkali aktif memegang peranan penting
terhadap rendemen, dalam kaitannya dengan kerentanan polisakarida terhadap
degradasi.Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kayu jabon berumur 3 dan 5
tahun menghasilkan rendemen pulp yang sama dan lebih tinggi dibandingkan
dengan kayu jabon berumur 7 tahun.
Penelitian Dang dan Nguyen (2007) pada Eucalyptus nitens menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara rendemen dan bilangan kappa (koefisien
determinasi 0.96), yang dipengaruhi oleh kondisi pulping.Pada penelitian ini,
hubungan tersebutdapat dijelaskan dengan regresi polinomial yang ditunjukkan
oleh Gambar 3.

7

Rendemen (%)

50
45
40
35
30
25
20
0

20

40

60

80

100

Bilangan Kappa
pulp jabon 3 tahun

pulp jabon 5 tahun

pulp jabon 7 tahun

Gambar 3 Hubungan antara bilangan kappa dan rendemen pulp
Dari Gambar 3, dapat dilihat bahwa pulp dengan bilangan kappa tertinggi
pada masing-masing umur pohon (alkali aktif 15%) memiliki rendemen lebih
tinggi daripada kondisi lainnya. Namun setelah bilangan kappa tersebut, rendemen
cenderung menurun yang disebabkan oleh adanya hasil pemasakan yang tidak
tersaring. Pemasakan pada alkali aktif 15% dan 18% menghasilkan rejects, tetapi
masih memiliki rendemen yang lebih tinggi karena kandungan lignin sisa dalam
pulp dapat meningkatkan rendemen.Pada penggunaan alkali aktif 21%, 24%, dan
27%, degradasi lignin dan karbohidrat semakin tinggi sehingga menurunkan
rendemen pulp. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Copur et al. (2008) bahwa
bilangan kappa dapat digunakan untuk memperkirakan rendemen pulp kraft
karena keduanya memiliki korelasi yang kuat (koefisien determinasi 82%).
Viskositas dan Brightness
Viskositas pulp berhubungan dengan derajat polimerisasi dan berat molekul
polisakarida. Hasil pengujian dapatmengindikasikandegradasi selulosa dari proses
pembuatan dan pemutihan pulp. Umur pohon, alkali aktif, maupun interaksi
keduanya secara nyata memengaruhi viskositas pulp pada selang kepercayaan
95%.Gambar 4 menunjukkan peningkatan dan penurunan nilai viskositas secara
polinomial dengan semakin meningkatnya alkali aktif. Uji lanjut Duncan
menunjukkan nilai viskositas yang berbeda pada setiap level umur, yaitu jabon
berumur 5, 3, dan 7 tahun, masing-masing menghasilkanpulp dengan viskositas
yang semakin rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan komposisi kimia
struktural kayu.Hasil pengujian viskositas dan brightnesspulp dapat dilihat pada
Tabel 3.
Peningkatan alkali aktif pada sulfiditas konstan menyebabkan penambahan
jumlah ion OH-.Kandungan ion OH- memengaruhi reaksi antara bahan kimia
dengan komponen kimia kayu. Selama proses kraft ion HS- bereaksi dengan lignin
dan reaksi degradasi karbohidrat hanya dipengaruhi oleh ion OH-(Gullichsen &
Paulapuro 2000). Viskositasunbleached pulpyang semakin tinggi diduga
dipengaruhi oleh meningkatnya reaksi degradasi hemiselulosa. Hemiselulosa
memiliki kristalinitas dan derajat polimerisasi lebih rendah dibandingkan selulosa,
larut dalam alkali, dan mudah terhidrolisis (Gullichsen & Paulapuro 2000).Vu et
al. (2004) menemukan bahwa peningkatan viskositas pulp kraft bambu pada H-

8
factor di bawah 900 dapat dijelaskan oleh penurunan relatif kadar hemiselulosa.
Penelitian lain menunjukkan penurunan viskositas pulp Pinus brutia yang
diproses dengan metode kraft-NaBH4karena mengandung kadar hemiselulosa
yang signifikan (Copur & Tozluoglu 2008).
Tabel 3 Nilai viskositas dan brightnesspulp
Viskositas, cP
Alkali
G-factor
Pulp
aktif, %
Unbleached Bleached1)
Jabon
3 tahun

Jabon
5 tahun

Jabon
7 tahun
1)

2)

27
24
21
18
152)
27
24
21
182)
152)
27
24
21
182)
152)

6704
6704
6704
6704
6663
6750
6750
6750
6750
6663
6745
6745
6663
6745
6663

19.675
21.942
26.079
27.933
23.933
22.255
28.767
31.431
30.263
15.267
20.854
23.436
24.861
20.727
12.178

11.289
13.009
14.207
21.789
32.972
13.117
15.375
15.855
22.381
34.350
11.074
12.712
14.152
21.379
32.284

Brightness, % ISO
Unbleached Bleached 1)
42.98
41.20
37.97
35.40
32.34
38.32
37.17
34.60
31.91
24.47
40.65
38.05
34.62
31.89
25.93

89.52
85.97
82.32
78.68
69.72
89.02
85.76
82.03
78.64
62.96
89.32
85.90
83.07
78.67
65.97

D0 (konsistensi 4%, ClO2 1.5%, suhu 60-70°C, 60 menit), EP (konsistensi 10%, NaOH 1.6%,
H2O2 0.2%, suhu 70-80°C, 90 menit), D1 (konsistensi 10%, ClO2 1%, suhu 80°C, 120 menit),
dan D2 (konsistensi 10%, ClO2 0.5%, suhu 80°C, 120 menit)
Kadar lignin klason > 4%

Selain itu, kadar lignin klason pulp juga memengaruhi viskositas.
Berdasarkan hasil pengujian (Tabel 3), pulp jabon yang mengandung lignin lebih
dari 4% memiliki viskositas yang semakin rendah. Hasil penelitian Feng dan Alén
(2001a,b) juga menunjukkan bahwa pada proses pulping soda-AQ jerami
gandumdanalang-alang kenari, viskositas cenderung meningkat dengan penurunan
bilangan kappa.Hal ini kemungkinan disebabkan semakin banyaknya lignin
berupa substansi amorf dan kompak yang mempercepat aliran larutan pulp
melalui pipa kapiler pada saat pengujian.Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa
viskositas tinggi menunjukkan selulosa merupakan polimer yang mengembang
dalam pelarut, sedangkan lignin berupa struktur kompak dalam larutan.Pada
pengujian viskositas, rapat massa larutan pulp ditetapkan sebesar 1052 kg/m 3
sehingga diperlukan berat pulp yang sama untuk setiap kombinasi faktor
perlakuan, meskipun dengan kadar selulosa yang berbeda. Perbedaan tersebut
tentu saja memengaruhi hasil pengujian, terutama karena viskositas berkaitan
dengan derajat polimerisasi selulosa. Selain itu, pengujian viskositas biasanya
dilakukan pada pulp dengan kadar lignin kurang dari 4% menurut standar TAPPI
T230 om–89.
Penurunan viskositas unbleached pulp dengan semakin meningkatnya alkali
aktif (Gambar 4) menunjukkan terjadinya peningkatan degradasi selulosa (Area et
al. 2010).Hal ini sesuai dengan hasil penelitianVu et al. (2004) yang menunjukkan
adanya korelasi antara penambahan ion OH- terhadap penurunan viskositas
pulp.Abrantes et al. (2007) menyatakan bahwa delignifikasi yang tinggi
berdampak terhadap depolimerisasi selulosa.Sharma dan Shukla (2013)

9

40

35
30
25
20
15
10
5
0

Viskositas (cP)

Viskositas (cP)

menyatakan bahwa pada kondisi G-factor konstan, penurunan viskositas
disebabkan oleh reaksi pengelupasan dan hidrolisis pada polimer karbohidrat
akibat meningkatnya konsentrasi alkali.G-factor merupakan kombinasi integral
antara waktu dan suhu pemasakan yang berkaitan dengan viskositas pulp karena
menggunakan energi aktivasi dari degradasi selulosa dalam perhitungannya. Pada
penelitian ini, nilai G-factor jugacenderung konstan antara 6663-6750.
Sifat kekuatan pulp dapat diduga dari derajat polimerisasi dan berat molekul
selulosa yang berbanding lurus dengan nilai viskositas intrinsik.Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa derajat polimerisasi dan berat molekul selulosa tertinggi dari
masing-masing umur bahan baku sebesar 2171.44 dan 351773.08 g mol-1 (3 tahun,
AA 18%), 2280.76 dan 369484.07 g mol-1(5 tahun, AA 21%), serta 2064.02 dan
334370.95 g mol-1 (7 tahun, AA 21%). Hasil penelitian Khiari et al. (2010)
menunjukkan bahwa pulp dengan viskositas tinggi memiliki sifat mekanis yang
lebih baik.Dengan demikian, dapat diduga bahwa kondisi tersebut menghasilkan
kekuatan unbleached pulp paling baik. Kedua parameter tersebut berkaitan
dengan panjang rantai selulosa yang memengaruhi rendemen, kekuatan, dan
kualitas serat (Jun et al. 2012).

30
20
10
0

10

15
20
25
30
Alkali Aktif (%, sebagai Na2O)
bleached pulp
unbleached pulp

10
20
30
Alkali Aktif (%, sebagai Na2O)
bleached pulp
unbleached pulp

Viskositas (cP)

(a)

(b)

35
30
25
20
15
10
5
0
10

15
20
25
Alkali Aktif (%, sebagai Na2O)
bleached pulp
unbleached pulp

30

(c)
Gambar 4 Hubungan antara alkali aktif dan viskositas pada unbleached dan
bleachedkraft pulp kayu jabon berumur (a) 3 tahun, (b) 5 tahun, dan (c) 7 tahun
Setelah melalui proses bleaching, yaitu tahap D0, EP, D1, dan D2, terjadi
perubahan yang signifikan terhadap viskositas dan brightness. Hal ini disebabkan

10

50
45
40
35
30
25
20
15
10

110

Bleached Brightness

Unbleached Brightness

selama proses pemutihan pulp terjadi delignifikasi (D0 dan EP) dan peningkatan
brightness(D1 dan D2) dengan menggunakan bahan kimia ClO2, NaOH, dan H2O2.
Klorin dioksida bersifat efisien dalam melarutkan fragmen lignin sisa, mengurangi
gugus kromofor dalam pulp, dan mengurangi kemampuan penyerapan cahaya dari
lignin tersebut (Gullichsen & Fogelholm 1999).
Dari Gambar 4 terlihat bahwa viskositas pulpyang diproses pada alkali aktif
15% mengalami kenaikan setelah proses pemutihan. Kenaikan tersebut diduga
dipengaruhi oleh pelarutan komponen non-selulosa yang cukup tinggi dalam pulp
(ditunjukkan oleh bilangan kappa), tanpa menyebabkan degradasi selulosa secara
signifikan.Dugaan ini didasarkan pada korelasi positif antara bilangan kappa dan
konsumsi bahan kimia pemutih.Bilangan kappa tersusun atas beberapa fraksi,
meliputi lignin sisa, lignin carbohydrate complex (LCC),hexenuronic acids, zat
ekstraktif, dan gugus karbonil.Hasil penelitian Costa dan Colodette (2007) pada
pulp kraft eucalyptus menunjukkan bahwa hexenuronic acids, LCC, dan lignin
sisa merupakan fraksi utama yang mengkonsumsi ClO2 dan mempengaruhi
bleachability pulp.
Berbeda dengan unbleached pulp, viskositas pulp yang telah diputihkan
cenderung menurun secara eksponensial dengan meningkatnya alkali aktif yang
digunakan pada proses pemasakan. Penurunan viskositas bleached pulp berkaitan
dengan selulosa teroksidasi yang mengalami degradasi pada tahap ekstraksi alkali
(Camarero et al. 2004). Proses pemutihan pulp dapat disesuaikan dengan target
viskositas dan brightness yang ingin dicapai sehingga penggunaan bahan kimia
lebih efisien dari segi ekonomi dan lingkungan. Oleh karena itu, pengujian
parameter kontrol pada unbleached pulp perlu dilakukan sebelum proses
pemutihan.
90
70
50
30
10
10

20

30

Alkali Aktif (%, sebagai Na2O)
pulp jabon 3 tahun
pulp jabon 5 tahun
pulp jabon 7 tahun

10

20

30

Alkali Aktif (%, sebagai Na2O)
pulp jabon 3 tahun
pulp jabon 5 tahun
pulp jabon 7 tahun

Gambar 5 Hubungan antara alkali aktif dan brightness pada unbleached dan
bleached kraft pulp kayu jabon
Brightness menyatakan banyaknya sinar yang dipantulkan kembali oleh
suatu bahan relatif terhadap bahan standar (titanium oksida).Umur pohon, alkali
aktif, dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadapbrightness pulp (tingkat
α = 95%). Kenaikan alkali aktif secara nyata meningkatkan brightness(Gambar 5)
dan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa setiap level perlakuan menghasilkan
nilai yang berbeda. Nilai brightnessjuga berbeda pada masing-masing umur pohon,
yaitu kayu jabon berumur 3 tahun menghasilkan pulp dengan tingkat kecerahan

11
tertinggi. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kadar lignin kayu yang lebih rendah
dibandingkan dengan jabon berumur 5 dan 7 tahun. Peningkatan brightness terjadi
karena pelarutan lignin selama proses pemasakan dan pemutihan pulp. Hal ini
terlihat dari korelasi negatif antara bilangan kappa dan brightness, yang terhubung
secara logaritmik pada Gambar 6.
Unbleached Brightness

50
40
R² = 0.8725

30

R² = 0.9926

R² = 0.9629

20
10
10

30

pulp jabon 3 tahun

50

70

Bilangan Kappa
pulp jabon 5 tahun

90

110

pulp jabon 7 tahun

Gambar 6 Hubungan antarabilangan kappa dan brightness pulp
Koefisien determinasi yang tinggi menunjukkan bahwa keberadaan fraksi
bilangan kappa sangat berpengaruh terhadap tingkat kecerahan pulp.Penelitian
sebelumnya juga menunjukkan bahwa pelarutan zat ekstraktif menghasilkan
penurunan bilangan kappa sebesar 1.3 unit dan peningkatan brightness sebesar
3.4% ISO (Costa & Colodette 2007).
Konsumsi Alkali
Alkali yang dikonsumsi berkaitan dengan reaksi lignin,degradasi
karbohidrat, dan reaksi asam-asam organik yang berasal dari kayu maupun yang
dihasilkan oleh reaksi hidrolisis. Berdasarkan uji statistik, kenaikan persentase
alkali aktif secara nyata meningkatkan konsumsi alkali (tingkat α = 95%) dengan
nilai yang berbeda pada masing-masing level perlakuan. Secara grafis, hubungan
linear keduanya dapat dilihat pada Gambar 7.Umur pohon dan interaksinya
dengan alkali aktifberpengaruh nyata terhadap konsumsi alkali. Uji lanjut Duncan
menunjukkan bahwa kayu jabon berumur 3 tahun mengkonsumsi alkali lebih
rendah dibandingkan dengan level umur lainnya. Kayu jabon berumur 5 dan 7
tahun menunjukkan konsumsi alkali yang sama. Perbedaan konsumsi alkali
diduga disebabkan oleh kadar lignin kayu dan komponen kimia kayu lainnya yang
reaktif terhadap alkali. Semakin banyak lignin yang terdapat dalam kayu, maka
konsumsi bahan kimia pada proses delignifikasi akan semakin tinggi.
Rendahnya nilai konsumsi alkali diduga dipengaruhi oleh H-factor yang
rendah, terutama waktu pemasakan yang singkat (65 menit) pada suhu maksimum
sehingga alkali yang tersisa dalam larutan cukup tinggi.Tahap impregnasi berjalan
sesuai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 165°C.Vu et al. (2004) dan
Virtanen et al. (2008) mengemukakan bahwa waktu pemasakan yang lebih lama
meningkatkan pelarutan fragmen lignin.Jika dibandingkan dengan pulp kraft

12

Konsumsi Alkali (%)

Pinus brutia yang diproses pada alkali aktif 20%, sulfiditas 30%, dan H-factor
1528 (Copur & Tozluoglu 2008), pulp jabon menghasilkan bilangan kappa lebih
rendah dan brightness lebih tinggi.Perbandingan tersebut dilakukan pada pulp
jabon dengan persentase alkali aktif yang hampir setara, yaitu 18% dan 21%, serta
H-factor yang lebih rendah (803-815).Hal ini menunjukkan bahwa kayu jabon
dapat menggunakan energi yang lebih rendah untuk menghasilkan pulp
berkualitas lebih baik, dinilai dari bilangan kappa dan brightness.
17
15
13
11
9
7
5
10

15

20

25

30

Alkali Aktif (%, sebagai Na2O)
pulp jabon 3 tahun

pulp jabon 5 tahun

pulp jabon 7 tahun

Gambar 7 Hubungan antaraalkali aktif dan konsumsi alkali
Unbeaten Freeness
Freeness
menyatakan
laju
suspensi
pulp
dalam
mengikat
maupunmelepaskan air yang dibawanya.Freeness berhubungan dengan tingkat
pemurnian pulp.Hal ini sangat penting karena tingkat pemurnian berkaitan erat
dengan kekuatan pulp sehingga sifat lembaran sering dinyatakan sebagai fungsi
dari freeness. Sifat-sifat pulp tersebut memiliki korelasi yang kuat secara linear
dengan freeness, meliputi charge ratio, drainage time, specific surface area,
water retention value, tensile index, and burst index(Banavath et al. 2011).Aliran
pulp dan proses basah pada pembuatan kertas juga dipengaruhi oleh level freeness.
Interaksi antara serat selulosa dan air berpengaruh terhadap aliran air,
pengempaan, dan pengeringan pada proses pembuatan kertas. Interaksi tersebut
berhubungan dengan fleksibilitas dan fibrilasi serat yang berperan terhadap
kekuatan kertas.
Hasil pengujian menunjukkan unbeaten freeness pulp jabon sekitar 646-722
mL CSF. Hasil ini sesuai dengan penelitian Banavath et al. (2011), yaitu nilai
unbeaten freeness pulp kayu daun lebar sebesar 670 mL CSF. Penentuan freeness
pulp sebelum penggilingan dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan pulp
untuk digiling, terlihat dari nilai revolusi PFI yang digunakan untuk mencapai
target freeness. Hal ini dipengaruhi oleh sumber bahan baku, dimana pulp
hardwood mengalami penurunan freeness lebih besar dibandingkan dengan pulp
softwood dan bambu pada revolusi yang sama (Banavath et al. 2011).
Penggilingan pulp dapat meningkatkan ikatan antarserat dan kekuatan optimum
karena memperluas permukaan serat.Analisis korelasi menunjukkan hubungan
yang lemah antara alkali aktif dan rendemen terhadap unbeaten freeness pada

13
penelitian ini. Hasil yang berlawanan diperoleh dari penelitian Tran (2006) yang
menyatakan bahwa nilai unbeaten freeness semakin tinggi dengan meningkatnya
rendemen pulp.
Selektivitas Delignifikasi
Selama proses pulping, dapat terjadi kehilangan karbohidrat dari kayu
bersamaan dengan pelarutan lignin. Selektivitas delignifikasi dapat dinyatakan
sebagai nisbah berat karbohidrat dan lignin yang dihilangkan dari kayu setelah
waktu pemasakan tertentu atau pada derajat delignifikasi yang
ditentukan.Selektivitas tinggi berarti kehilangan karbohidrat dalam jumlah yang
rendah.Kondisi pulping diharapkan bersifat selektif, yaitu dapat mendegradasi
lignin sebanyak mungkin tanpa disertai degradasi selulosa yang signifikan.
Umur pohon, alkali aktif, maupun interaksi keduanya memengaruhi
selektivitas delignifikasi secara nyata (tingkat α = 95%). Hasil uji lanjut Duncan
menunjukkan bahwa alkali aktif18%, 21%, dan 24% memiliki nilai yang tidak
berbeda nyatadan lebih selektif dibandingkan dengan alkali aktif 15% dan 27%.
Proses pulping jabon berumur 5 dan 7 tahun memiliki nilai selektivitas yang sama
dan lebih tinggi dibandingkan dengan umur 3 tahun. Hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh komposisi kimia struktural kayu.Selektivitas tinggi ditunjukkan
oleh rasio antara degradasi karbohidrat dan lignin yang rendah.Dari Gambar 8
dapat dilihat bahwapulping yang lebih selektif pada jabon berumur 3, 5, dan 7
tahun secara berurutan terjadi pada alkali aktif 21%, 24%, dan 18%.Penambahan
alkali aktif setelah kondisi tersebut cenderung menurunkan selektivitas.Hasil
penelitian Baptista et al. (2008)juga menunjukkan bahwa peningkatan
delignifikasi menyebabkan terjadinya penurunan selektivitas.

Selektivitas
Delignifikasi

1.60
1.20
0.80
0.40
0.00
10

15

20

25

30

Alkali Aktif (%, sebagai Na2O)
pulp jabon 3 tahun
pulp jabon 5 tahun
pulp jabon 7 tahun

Gambar 8Hubungan antara alkali aktif dan selektivitas delignifikasi pada proses
pulpingkraft

14

SIMPULAN DAN SARAN
Umur pohon dan alkali aktif merupakan variabel yang menentukan kualitas
pulp karena memberikan pengaruh yang signifikan terhadap parameter yang diuji,
kecuali unbeaten freeness. Kombinasi kedua faktor menghasilkan interaksiyang
secara signifikan meningkatkan maupun menurunkan nilai parameter, sesuai
dengan level masing-masing perlakuan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kayu jabon berumur 3 tahun
menghasilkan pulp berkualitas lebih baik dibandingkan umur 5 dan 7 tahun. Hal
ini dipertimbangkan dari kadar lignin kayu yang lebih rendah sehingga semakin
mudah untuk didelignifikasi dengan konsumsi alkali lebih rendah. Bilangan kappa
yang lebih rendah berimplikasi terhadap tingkat kecerahan pulp dan penurunan
konsumsi bahan kimia pemutih. Kayu jabon berumur 3 dan 5 tahun memiliki
rendemen yang sama dan lebih tinggi dibandingkan jabon 7 tahun. Namun, umur
3 tahun dipilih karena masa tebang yang lebih singkat.Jika ditinjau dari
selektivitas pemasakan, jabon berumur 5 dan 7 tahun bersifat lebih
selektif.Selektivitas tertinggi pada jabon 3 tahun dicapai pada alkali aktif
21%.Viskositas tertinggi pada pulp jabon berumur 3, 5, dan 7 tahun diperoleh
masing-masing dengan penggunaan alkali aktif 18%, 21%, dan 21%.
Penelitian ini dilakukan pada kondisi H-factordan G-factoryang sama untuk
setiap kombinasi faktor perlakuan. Berdasarkan referensi dari literatur,
keduanyamemengaruhi proses pulping dan kualitas pulp. Dengan demikian,
penggunaan H-factordan G-factor sebagai variabel pulping menarik untuk
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Abrantes S, Amaral ME, Costa AP, Duarte AP. 2007.Cynara cardunculusL.
alkaline pulps: Alternatives fibres for paperand paperboard production.
Biores Technol.98: 2873-2878.
Aprianis Y, Junaedi A. 2009. Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) sebagai
bahan baku pulp. Mitra Hutan Tanaman4 (1): 1-8.
Area MC, Carvalho MGVS, Ferreira PJ, Felissia FE, Barboza OM, Bengoechea
DI.2010. The influence of pulping and washing conditions on the properties
of Eucalyptus grandis unbleached kraft pulps treated with chelants.Biores
Technol. 101: 1877-1884.
Banavath HN, Bhardewaj NK, Ray AK. 2011. A comparative study of the effect
of refining on charge of various pulps.Biores Technol.102: 4544-4551.
Baptista C, Robert D, Duarte AP. 2008.Relationship between lignin structure and
delignificationdegree in Pinus pinaster kraft pulps.Biores Technol. 99: 23492356.
Camarero S, Garcı´a O, Vidal T, Colom J, del Rı´o JC, Gutie´rrez A.
2004.Efficient bleaching of non-wood highquality paper pulp using
laccaseemediator system.Enzyme Microbial Technol. 35:11-20.

15
Copur Y, Tozluoglu A. 2008. A comparison of kraft, PS, kraft-AQ and kraftNaBH4pulps of Brutia pine. Biores Technol.99: 909-913.
Costa MM, Colodette JL.2007. The impact of kappa number composition on
eucalyptus kraft pulp bleachability. Brazilian J of Chem Eng.24 (1): 61-71.
Dang VQ, Nguyen KL.2007. A systematic approach for determination of optimal
conditionsfor Lo-SolidsTM kraft pulping of Eucalyptus nitens. Chem Eng
J.133: 97-103.
Emil N. 2013. Analisis komponen kimia dan dimensi serat jabon menurut
lingkartumbuh [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2012. Pulp and Paper Capacities,
2011-2016. Rome (IT): FAO Forestry Department.
Feng Z, Alén R. 2001a. Soda-AQ pulping of wheat straw.Appita J.54 (2): 217-220.
Feng Z, Alén R. 2001b. Soda-AQ pulping of reed canary grass.Ind Crops Prod.14
(1): 31-39.
Gellerstedt G, Majtnerova A, Zhang L. 2004. Towards a new concept of lignin
condensation in kraft pulping.Initial results*.C R Biologies 327: 817-826.
Gullichsen J, Fogelholm C. 1999. Chemical Pulping.Helsinki (FI): Fapet Oy.
Gullichsen J, Paulapuro H. 2000. Forest Products Chemistry. Helsinki (FI): Fapet
Oy.
Hakim I. 2009.Kajian Pembiayaan Pembangunan Hutan Tanaman Industri (The
Study of Financing for Industrial Plantation Forest).Jurnal Penelitian
Sosial dan Ekonomi Kehutanan 6 (2):135-158.
Hubbell CA, Ragauskas AJ.2010. Effect of acid-chlorite delignification on
cellulose degree of polymerization. Biores Technol.101: 7410-7415.
Jun A, Tschirner UW, Tauer Z. 2012.Hemicellulose extraction from aspen chips
prior to kraftpulping utilizing kraft white liquor. Biomass and Bioenergy 37:
229-236.
Khiari R, Mhenni MF, Belgacem MN, Mauret E. 2010.Chemical composition and
pulping of date palm rachis and Posidonia oceanica – Acomparison with
other wood and non-wood fibre sources. Biores Technol.101: 775-780.
Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Anthocephalus cadamba Miq:
Ecology, Silviculture, and Productivity. Bogor (ID): CIFOR.
MacLeod M. 2007.The top ten factors in kraft pulp yield. Paperi ja Puu-Paper
and Timber 89 (4): 1-7.
Nair KSS.2000. Insect Pests and Diseases in Indonesian Forests: an Assessment
of the Major Threats, Research Efforts and Literature. Bogor (ID): CIFOR.
Nguyen KL, Dang VQ. 2006. The fractal nature of kraft pulping kinetics applied
to thinEucalyptus nitens chips. Carbohydrate Polymers 64: 104-111.
Roliadi H, Dulsalam, Anggraini D. 2009.Penentuan Daur Teknis Optimal dan
Faktor Eksploitasi Kayu Hutan Tanaman Jenis Eucalyptus Hybrid sebagai
Bahan Baku Pulp Kertas. Bogor (ID): Pustekolah.
Sharma M, Shukla RN. 2013. Impact of cooking conditions on pulp viscosity and
kappa number of Leucaena leucocephala woodfor kraft pulping. IJERT2
(1): 1-8.
Smook GA. 1992. Handbook for Pulp & Paper Technologists (Third Edition).
Vancouver(CA): Angus Wilde Publications Inc.

16
Johns RJ, Wong WC, Ilic J, Hoffman MHA. 1993.Plant Resources of South-East
Asia 5(1): 102-108.Soerinegara I, Lemmens RHMJ, editor.Wageningen
(AN): Pudoc Scientific Publishers.
Tran AV. 2006. Chemical analysis and pulping study of pineapple crown leaves.
Industrial Crops and Products24(1): 66-74.
Vu THM, Pakkanen H, Alén R. 2004. Delignification of bamboo (Bambusa
procera
acher)Part
1.Kraft
pulping
and
the
subsequent
oxygendelignification to pulp with a low kappa number.Industrial Crops
and Products 19: 49-57.
Virtanen T, Maunu SL, Tamminen T, Hortling B, Liitiä T.2008. Changes in fiber
ultrastructure during various kraft pulping conditions evaluated by 13C
CPMAS NMR spectroscopy.Carbohydrate Polymers 73: 156-163.

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan, Sumatera Utara, pada tanggal 01
Juli 1991 dari ayah Drs Hamzah Pulungan dan ibu Elli Farida Harahap, SPd.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009, penulis lulus
dari SMA N 2 Padangsidimpuan dan pada tahun yang sama penulis diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) pada program studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan.
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan, penulis telah
mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang, meliputi Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Hutan Mangrove Cikeong dan Gunung Tangkuban
Perahu pada tahun 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat, KPH Cianjur, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan PGT
Sindangwangi pada tahun 2012. Selain itu, penulis juga melaksanakan Praktek
Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2013 di PT Toba Pulp Lestari, Tbk.
Selain aktif mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif berorganisasi di
Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Hutan (Himasiltan) sebagai anggota Divisi
Kelompok Minat Kimia Hasil Hutan pada tahun 2010 dan menjadi anggota Divisi
Internal pada tahun 2011. Selain itu penulis mengikuti beberapa seminar nasional
dan internasional, baik sebagai panitia maupun peserta.Penulis juga pernah
menjadi finalis dalam pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat Departemen Hasil
Hutan dan lomba pidato berbahasa Inggris dengan tema Sustainable Forest
Management di Forester Cup 2012.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dari
Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian.Setelah itu, penulis
melaporkan hasil penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Umur
Pohon dan Alkali Aktif terhadap Sifat-Sifat Pulp Kraft Kayu Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.)”di bawah bimbingan Nyoman Jaya Wistara, PhD.