Aktivitas Antikanker Ekstrak Metanol Berbagai Bagian Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK METANOL
BERBAGAI BAGIAN POHON JABON
(Anthocephalus cadamba Miq.)

DEVI ARMILASARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antikanker
Ekstrak Metanol Berbagai Bagian Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Penelitian ini
merupakan bagian dari Penelitian Hibah Unggulan Perguruan Tinggi 2013 atas
nama Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Devi Armilasarii
NIM E24090017

ABSTRAK
DEVI ARMILASARI. Aktivitas Antikanker Ekstrak Metanol Berbagai Bagian
Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Dibimbing oleh RITA KARTIKA
SARI.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kadar ekstrak metanol daun,
kulit, dan kayu dari pohon jabon putih, menguji aktivitas antikanker ekstrak
tersebut secara in vitro (uji pendahuluan dengan metode BSLT dan antiproliferasi
sel kanker payudara MCF-7, sel kanker serviks HeLa, dan sel normal Vero), serta
menganalisis kandungan kimia ekstrak yang memiliki aktivitas antikanker
tertinggi secara kualitatif melalui uji fitokimia kualitatif dan secara kuantitatif
dengan Pyrolisis GC-MS. Uji antiproliferasi dilakukan dengan metode MTT.
Hasil penelitian menunjukkan daun jabon putih menghasilkan kadar ekstrak

tertinggi yaitu 13.22%. Ekstrak kulit dan kayu sangat toksik terhadap larva udang
A. salina dengan nilai LC50 197 μg/mL dan LC50 122 μg/mL. Aktivitas antikanker
ekstrak kulit terhadap sel kanker MCF-7 (IC50 91 μg/mL) lebih tinggi
dibandingkan dengan bagian kayunya (IC50 312 μg/mL), akan tetapi ekstrak kulit
lebih tinggi terhadap sel kanker HeLa (IC50 3 μg/mL) dibandingkan dengan sel
kanker MCF-7 (IC50 91 μg/mL). Ekstrak kulit sangat potensial dikembangkan
sebagai agen antikanker serviks dan payudara serta aman terhadap sel normal
(IC50 288 μg/mL). Hasil analisis kualitatif dalam ekstrak kulit positif mengandung
fenolik, flavanoid, alkaloid, saponoin, triterpenoid, dan glikosida. Hasil analisis
Pyrolisis GC-MS menunjukkan bahwa dalam ekstrak kulit terdeteksi adanya
turunan asam lemak dan fenolik.
Kata kunci: jabon putih, sel HeLa, sel MCF-7, sel Vero, toksisitas

ABSTRACT
DEVI ARMILASARI. Anticancer Activity of Methanol Extract from Several
Parts of Jabon Tree (Anthocephalus cadamba Miq.). Supervised by RITA
KARTIKA SARI.
The objectives of this research were to determine the percentage of the
methanol extract leaves, bark, and wood of the white jabon tree, and to examine
the activity of such anticancer extract by in vitro (pretreatment with BSLT

method, and antiproliferation of the MCF-7 breast cancer cell, HeLa cervix cancer
cell, and Vero normal cell), as well as to analyze the content of chemical extract
having the highest anticancer activity qualitatively through qualitative
phytochemistry and quantitatively by using GC-MS pyrolisis. Antiproliferation
test was conducted by MTT method. The result of this research revealed that the
leaves of the white jabon obtained the highest extract at 13.22%. The extrac of
bark and wood were very toxic to the larvae of lobster A. salina at the value LC50
197 μg/mL and LC50 122 μg/mL. Anticancer activity of bark extract towards
MCF-7 cancer cell (IC50 91 μg/mL) was higher than the part its wood (IC50 312
μg/mL). However, bark extract was higher towards HeLa cancer cell (IC 50 3
μg/mL) than MCF-7 cancer cell (IC50 91 μg/mL). Bark extract was very potential

to be developed as anticancer agent to cervix and breast, and kept in save in
normal cell (IC50 288 μg/mL). The result of qualitative analysis in bark extract
positively consisted of phenol, flavanoid, alkaloid, saponin, triterpenoid, and
glycoside. Pyrolisis analysis of GC-MS showed that in bark extract was detected
the derived of fatty acid and phenol.
Keywords: HeLa cell, MCF-7 cell, toxicity, Vero cell, white jabon

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK METANOL

BERBAGAI BAGIAN POHON JABON
(Anthocephalus cadamba Miq.)

DEVI ARMILASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Aktivitas Antikanker Ekstrak Metanol Berbagai Bagian Pohon
Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)
Nama

: Devi Armilasari
NIM
: E24090017

Disetujui oleh

Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun karya ilmiah dengan
judul Aktivitas Antikanker Ekstrak Metanol Berbagai Bsagian Pohon Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi atas
bimbingan, kritik, saran, serta dukungannya yang sangat membantu dalam
penyelesaian dan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada pimpinan dan teknisi Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil
Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium Mikrobiologi Pusat Studi Satwa
Primata IPB, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor, dan Herbarium Bogoriense
bidang Botani Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Bogor atas izin dan bantuannya selama melaksanakan penelitian. Terima
kasih penulis ucapkan kepada IPB yang telah memberikan beasiswa PPA kepada
penulis selama menjalani masa studi dan bantuan dana penelitian dari hibah
unggulan Perguruan Tinggi 2013.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah, ibu, kakak atas
dukungan, doa, dan motivasi yang selalu diberikan. Tidak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada Rahmah Utami, Lisa Adina Pratiwi, Jamilyadhatus Solikhah,
dan teman-teman lainnya atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini serta
Hendriyadi yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasinya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013
Devi Armilasari


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

3

METODE

3

Bahan

3

Alat


3

Penyiapan Bahan Baku

3

Ektraksi

3

Pengujian Aktivitas Antikanker

4

Uji Toksisitas dengan Metode BSLT

4

Uji Aktivitas Antiproliferasi Sel Lestari


5

Analisis Komponen Kimia

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Identifikasi Jenis Pohon

6

Kadar Ekstrak

7

Toksisitas


8

Aktivitas Antiproliferasi

9

Kandungan Fitokimia
SIMPULAN DAN SARAN

12
14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

14

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR TABEL
1 Aktivitas antiproliferasi sel lestrai kanker payudara MCF-7
2 Hasil analisis fitokimia secara kualitatif ekstrak metanol kulit jabon
putih
3 Senyawa dominan dalam ekstrak metanol kulit jabon putih dan
bioaktivitasnya

10
12
13

DAFTAR GAMBAR
1 Karakteristik berbagai bagian pohon jabon putih (A. cadamba)
2 Kadar ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon putih
3 Grafik hubungan antara mortalitas larva udang A. salina dengan
konsentrasi ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon putih
4 Nilai LC50 ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon putih hasil ui
BSLT
5 Nilai IC50 ekstrak metanol kulit jabon putih hasil uji antiproliferasi
terhadap sel kanker payudara MCF-7, sel kanker serviks HeLa, dan sel
normal Vero

7
7
8
9

11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil identifikasi spesies pohon
2 Hasil pengujian fitokimia secara kualitatif ekstrak metanol kulit jabon
putih
3 Hasil pengujian Pyrolisis GC-MS ekstrak metanol kulit jabon putih

18
19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini kebutuhan akan pasokan kayu sulit dipenuhi jika hanya
mengandalkan tegakan-tegakan dari hutan alam. Meningkatnya laju kerusakan
hutan alam menyebabkan pasokan kayu dari hutan alam menurun drastis sehingga
mendorong industri-industri perkayuan berpaling kepada kayu-kayu yang berasal
dari hutan tanaman rakyat (HTR) maupun hutan tanaman industri (HTI).
Permasalahan lain yang timbul adalah tingkat efisiensi pemanfaatan hasil hutan
masih tergolong rendah, sekitar 50% berupa limbah penebangan. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan, dapat dilakukan
melalui penerapan konsep the whole tree utilization dengan memanfaatkan
seluruh bagian dari pohon termasuk semua komponen kimia kayu (Syafii 2008).
Salah satu cara yang dapat dikembangkan dalam rangka peningkatan efisiensi dan
nilai tambah hasil hutan yaitu dengan memanfaatkan limbah tebangan berupa zat
ekstraktif pada berbagai bagian pohon sebagai obat. Sebagai contoh pemanfaatan
zat ekstraktif sebagai obat adalah pemanfaatan senyawa xanthon dalam kulit buah
manggis dan senyawa asetogenins pada daun sirsak sebagai obat antikanker
(Suherman 2013).
Di sisi lain, salah satu penyakit yang saat ini menjadi masalah besar bagi
kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia adalah kanker.
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2007, kanker payudara
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di
Indonesia (16.85%) dan disusul dengan kanker leher rahim atau serviks (11.78%)
(Soemardini 2012). Kanker payudara terjadi pada jaringan payudara. Kanker ini
terjadi pada kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dari mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. Sel kanker payudara MCF-7 diambil dari jaringan payudara seorang
wanita Kaukasian berumur 69 tahun dengan golongan darah O dan Rh positif,
berupa sel yang melekat yang dapat ditumbuhkan dalam media penumbuh. Sel ini
memiliki sifat yang resisten terhadap agen kemoterapi (Apantaksu 2002). Kanker
serviks terjadi pada leher rahim yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma
Virus (HPV). Sel Kanker serviks HeLa diturunkan dari sel epitel kanker leher
rahim seorang wanita penderita kanker serviks bernama Henrietta Lacks yang
berusia 31 tahun (Sari 2012).
Pengobatan kanker dilakukan sesuai dengan tingkatan stadium klinis.
Pengobatan tersebut dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu operasi atau
pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi (Apantaku 2002). Operasi biasa
dilakukan pada penyakit kanker stadium awal yang bertujuan untuk
menghilangkan sel-sel kanker dengan menghilangkan bagian yang terkena kanker
dan jaringan di sekitarnya. Efek yang ditimbulkan dari operasi adalah adanya sisasisa sel kanker yang tidak bersih setelah operasi dapat muncul kembali, penderita
juga dapat kehilangan kemampuan untuk bereproduksi atau hamil. Pengobatan
dengan radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
kanker. Pengobatan dengan radiasi dapat menimbulkan efek samping seperti mual,
muntah, diare, iritasi, dan bahkan dapat meningkatkan risiko munculnya kanker

2
lain seperti kanker uterus, ginjal, dan kandung kemih, sedangkan pengobatan
dengan kemoterapi bertujuan untuk menghancurkan sel kanker sehingga ukuran
kanker mengecil. Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel
kanker dan biasanya dikombinasikan dengan terapi radiasi. Kemoterapi mampu
membunuh pertumbuhan sel-sel kanker tetapi juga dapat membahayakan sel-sel
normal di sekitarnya dan dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker lain, yaitu
leukemia (NCI 2012). Mahalnya pengobatan tersebut dan adanya efek samping
yang ditimbulkan mendorong banyak peneliti untuk mengkaji dan menemukan
obat baru melalui pemanfaatan senyawa aktif tumbuhan (zat ekstraktif), karena
terbukti pemberian zat ekstraktif mampu mengghambat pertumbuhan sel kanker
dengan efek samping yang lebih rendah. Menurut Suherman 2013, ekstrak kulit
manggis dan daun sirsak memiliki aktivitas antiproliferasi yang kuat dalam
menghambat pertumbuhan sel kanker tanpa menimbulkan rasa mual, berat badan
turun, rambut rontok seperti yang terjadi pada terapi kemo.
Penelitian mengenai potensi zat ekstraktif sebagai obat kanker dari pohon
jabon putih (Anthocephalus cadamba Miq.) belum dilakukan. Studi pustaka
menyebutkan bahwa ekstrak metanol dan kloroform akar jabon putih yang ada di
India memiliki aktivitas antimikroba (Acharrya et al. 2011). Penelitian lain juga
menyebutkan bahwa ekstrak kloroform dan aseton daun jabon putih memiliki
aktivitas antimikroba (Chandrashekar dan Prasanna 2009). Selain itu, ekstrak
etanol daun dan buah jabon putih juga memiliki aktivitas antioksidan (Alekhya et
al. 2013). Daun dan kulit jabon putih yang ada di India mengandung senyawa
flavanoid, alkaloid, glikosida, dan fenolik (Gurjar et al. 2010; Guptar et al. 2013).
Middleton (2000) menyebutkan bahwa senyawa flavanoid merupakan senyawa
yang dapat menghambat mekanisme pembelahan dan memicu apoptosis sel
kanker. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak tertutup kemungkinan
ditemukannya senyawa antikanker pada berbagai bagian pohon jabon putih yang
tumbuh di Indonesia.
Pertimbangan lain pemilihan jabon putih dalam penelitian ini karena jabon
putih sebagai salah satu jenis tumbuhan pilihan di hutan rakyat yang cepat tumbuh,
kemampuan beradaptasinya pada berbagai tempat tumbuh, perlakuan
silvikulturnya yang relatif mudah, serta relatif bebas dari serangan hama dan
penyakit yang serius. Saat ini jabon putih juga merupakan salah satu jenis pohon
yang memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri di Indonesia. Kayunya
digunakan sebagai bahan baku kayu lapis, pulp dan kertas, konstruksi ringan,
perkakas rumah, papan partikel, dan lainnya (Krisnawati et al. 2011).

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kadar ekstrak berbagai bagian
pohon jabon putih (daun, kulit, dan kayu) hasil ekstraksi dengan metode sokletasi
dalam metanol, menguji aktivitas antikanker ekstrak tersebut (uji pendahuluan
dengan uji brine shrimp lethality test (BSLT), uji antiproliferasi sel lestari kanker
payudara MCF7, sel lestari kanker serviks HeLa, dan sel lestari normal Vero
secara in vitro), serta menganalisis kandungan kimia ekstrak yang memiliki
aktivitas antikanker tertinggi secara kualitatif melalui uji fitokimia kualitatif dan

3
secara kuantitatif dengan Pyrolisis Gas Chromatography Mass Spectrometry (Pyr-GCMS).

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
potensi pohon jabon putih sebagai obat antikanker alami sehingga pohon jabon
putih dapat dimanfaatkan secara optimal.

METODE
Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun, kulit, dan
kayu dari pohon jabon putih berdiameter 25 cm yang berasal dari daerah sekitar
kampus IPB Dramaga Bogor. Bahan lain yang digunakan adalah aluminium foil,
larva udang Artemia salina Leach, air laut, metanol, etanol, bubuk dulbecco’s
modified eagle’s (DMEM), fetal bovine serum (FBS), penisilin, streptomisin,
garam tetrazolium, sel lestari kanker serviks HeLa, sel lestari kanker payudara
MCF-7, dan sel lestari normal Vero.

Alat
Peralatan yang digunakan yaitu willey mill, saringan, timbangan, kertas
saring, benang atau tali, oven, desikator, soxlet extractor, gelas ukur, erlenmeyer,
corong, rotary vacuum evaporator, botol kaca, cawan, pipet, toples kaca,
microplate, pipetgene, mixer mix, sonivikator, dan eliza reader.

Penyiapan Bahan Baku
Contoh uji berupa daun, kulit, dan kayu dari pohon jabon putih dipotong
kecil-kecil, kemudian dikeringudarakan. Setelah itu, contoh uji digiling
menggunakan willey mill dan disaring sampai berbentuk serbuk berukuran 40-60
mesh. Untuk memastikan kebenaran jenis pohon yang digunakan, bagian daunnya
diidentifikasi di Herbarium Bogoriense bidang Botani Pusat Penelitian Biologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor.

Ekstraksi
Contoh uji berupa serbuk sebanyak ± 30 g dari masing-masing bagian
pohon (daun, kulit, dan kayunya) yang telah diketahui kadar airnya, kemudian
dimasukkan ke dalam timbel dan diekstraksi dengan cara sokhletasi menggunakan
pelarut metanol sebanyak 400 mL selama ± 12 jam pada suhu 65 oC. Filtrat yang

4
diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada
suhu 40 oC hingga mencapai 50 mL. Sebanyak ± 5 mL dari larutan ekstrak yang
telah pekat tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 103±2 oC selama 24 jam
dan ditimbang untuk memperoleh konsentrasi larutan ekstrak. Informasi
konsentrasi larutan ekstrak tersebut digunakan untuk menentukan bobot kering
oven ekstrak dalam 50 mL larutan ekstrak pekat (dalam contoh uji). Sisa larutan
ekstrak sebanyak 45 mL dikeringkan dalam oven bersuhu 40 oC untuk pengujian
aktivitas antikanker dan analisis kimianya. Kadar ekstrak dari setiap ekstrak uji
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar Ekstrak=

Wa
x100%
Wb

Keterangan:
Wa= Bobot kering oven ekstrak (g)
Wb= Bobot kering oven serbuk (g)

Pengujian Aktivitas Antikanker
Uji toksisitas dengan metode BSLT
Pengujian BSLT merupakan uji pendahuluan dalam pengujian aktivitas
antikanker secara in vitro untuk mendeteksi potensi ekstrak mengandung senyawa
antikanker karena ada korelasi positif antara hasil uji BSLT dengan efek
antiproliferasi sel kanker (Hidayat 2002).
Pengujian BSLT ini mengacu pada metode yang digunakan Meyer et al.
(1982). Pengujian diawali dengan penetasan larva udang A. Salina. Larva udang
ditempatkan dalam wadah (toples kaca) yang berisi air laut, dilengkapi aerator dan
lampu penerangan selama ± 24 jam. Pembuatan larutan ekstrak dilakukan dengan
melarutkan 2 mg ekstrak dalam 0.1 mL etanol, kemudian ditambahkan air laut
sampai 5 mL sehingga didapatkan konsentrasi 400 μ g/mL yang merupakan
larutan induk. Dari konsentrasi 400 μg/mL, dibuat konsentrasi larutan ekstrak uji
dengan konsentrasi 200 μg/mL, 100 μg/mL, 50 μg/mL, 25 μg/mL.
Sebanyak 500 μL air laut yang mengandung larva udang sebanyak ± 20 ekor
dimasukkan ke dalam botol uji, kemudian ditambahkan 500 μL larutan ekstrak uji
dari setiap konsentrasi. Untuk setiap konsentrasi dilakukan 3 kali pengulangan.
Larutan kontrol dibuat dengan konsentrasi yang sama seperti larutan ekstrak uji
(dengan penambahan etanol yang sama dengan larutan ekstrak uji) tetapi tanpa
penambahan ekstrak. Larutan dibiarkan selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah
larva yang mati dan yang masih hidup pada setiap botol uji dengan menggunakan
rumus:
% Mortalitas=

N1
x100%
N2

Jika dalam setiap pengujian, terdapat larva udang yang mati dalam larutan
kontrol, maka persentasi mortalitas dihitung dengan menggunakan rumus:

5
% Mortalitas=

N1-N3
x100
N2

Keterangan:
N1= Jumlah larva udang yang mati dalam larutan ekstrak uji
N2= Jumlah larva udang total awal
N3= Jumlah larva udang yang mati dalam larutan kontrol
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan persamaan regresi
linear yang diperoleh dari hubungan antara konsentrasi ekstrak uji dengan
persentase mortalitas untuk menentukan konsentrasi ekstrak yang dapat
membunuh 50% larva dari larva udang total awal (lethality concentration) pada
tingkat 50% (LC50). Rieser (1998) dalam Pissutthanan et al. (2004) menyatakan
bahwa suatu ekstrak dikatakan aktif atau toksik jika memiliki nilai LC50 < 250
μg/mL. Oleh karena itu, ekstrak dengan nilai LC50 < 250 μg/mL diuji lanjut
dengan uji aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara MCF-7 secara in vitro.
Uji aktivitas antiproliferasi sel lestari
Pengujian antiproliferasi merupakan pengujian lanjut dari pengujian BSLT
terhadap ekstrak yang memiliki LC50 < 250 μg/mL. Pengujian antiproliferasi sel
dalam penelitian ini dilakukan secara in vitro dengan metode uji mikrokultur
tetrazolium (MTT). Pengujian ini mengacu metode yang dilakukan oleh Meiyanto
et al. (2008) dalam Sari (2012). Sel lestari MCF-7, sel lestari HeLa, dan sel lestari
Vero ditumbuhkan secara terpisah dalam media penumbuh yang terdiri dari
campuran bubuk dulbecco’s modified eagle’s medium (DMEM) yang
ditambahkan 10% fetal bovine serum (FBS), penisilin 100 U/mL, dan streptomisin
100 μg/mL yang berfungsi sebagai antiseptik. Setelah sel tumbuh, jumlah sel
tersebut dihitung hingga masing-masing sumur microplate terisi 5000 unit sel dari
100 μL kultur sel. Kultur sel kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC
dengan kelembaban 100% dalam inkubator CO2 5%.
Setelah kultur sel diinkubasi selama 24 jam, ekstrak dengan berbagai
konsentrasi dimasukkan ke dalam media tumbuh sel dalam sumur microplate dan
diinkubasi selama 48 jam. Konsentrasi ekstrak untuk pengujian sel HeLa dan sel
MCF-7 adalah 12.5 μg/mL, 25 µg/mL, 50 μg/mL, dan 100 μg/mL, sedangkan
konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk pengujian sel Vero adalah 12.5 μg/mL,
50 μ g/mL, 200 μ g/mL, dan 800 μ g/mL. Uji MTT dilakukan setelah 48 jam
inkubasi dengan memasukkan garam tetrazolium sebanyak 10 μL ke dalam setiap
sumur microplate dan diinkubasi selama 4 jam dalam inkubator CO2 5%. Kristal
formazan yang terbentuk setelah inkubasi, dilarutkan dalam 0.1 N HCl dalam
isopropanol. Intensitas warna ungu yang dihasilkan diukur dengan menggunakan
eliza reader pada panjang gelombang 595 nm. Persen penghambatan (inhibisi)
dihitung dengan persamaan berikut:
% Inhibisi =

A-B
x100%
A

6
Keterangan:
A= serapan kontrol negatif (tanpa ekstrak)
B= serapan ekstrak uji
Data inhibisi yang diperoleh kemudian diolah menggunakan persamaan
regresi yang diperoleh dari hubungan antara konsentrasi ekstrak uji dengan persen
penghambatan untuk menentukan persen penghambatan (inhibition concentration)
pada tingkat 50% (IC50). Weerapreeyakul et al. (2012) mengklasifikasikan
aktivitas antiproliferasi ekstrak terhadap sel kanker menjadi tiga golongan, yaitu
kategori sangat aktif jika nilai IC50 < 10 μg/mL, aktif jika nilai IC50 10-100
μg/mL, dan kategori cukup aktif jika nilai IC50 100-500 μg/mL. Oleh karena itu,
ekstrak dengan IC50 < 100 µg/mL dari hasil pengujian antiproliferasi terhadap sel
kanker payudara MCF7 kemudian diuji lanjut dengan pengujian antiproliferasi
terhadap sel kanker serviks HeLa dan sel normal Vero.
Analisis komponen kimia
Analisis fitokimia dilakukan secara kualitatif pada ekstrak yang memiliki
aktivitas antikanker tertinggi untuk mengetahui keberadaan flavanoid, alkaloid,
terpenoid dan steroid, saponin, dan tanin. Metode analisis fitokimia kualitatif
mengacu pada metode yang dikerjakan oleh Harborne (1987). Karakterisasi kimia
secara kuantitatif menggunakan kromatogram dari alat kromatografi gas
spektrometer massa pirolisis (Shimadzu Pyr-GCMS QP2010) dengan kolom
kapiler kuarsa yang dilapisi resin poliamida. Alat ini bekerja pada suhu pirolisis
400 °C selama 1 jam, suhu injeksi 280 °C, suhu detektor relatif, dan suhu awal
kolom 50 °C dengan peningkatan 15 °C per menit sampai 280 °C. Data
kromatogram yang berisi waktu retensi, spektrum masa beserta fragmentasi ion
suatu senyawa dalam ekstrak dicocokkan dengan data yang ada dalam pangkalan
data WILEY 7th library untuk menentukan jenis senyawa kimianya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Jenis Pohon
Bagian daun dari pohon yang digunakan dalam penelitian ini telah
diidentifikasi jenis pohonnya oleh Herbarium Bogoriense bidang Botani Pusat
Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong Bogor.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa pohon yang digunakan dalam penelitian ini
telah dipastikan kebenarannya, yaitu pohon jabon putih (A. cadamba Miq.).
Jabon termasuk pohon berukuran besar dengan batang lurus dan silindris
serta memiliki tajuk seperti payung. Kulit pohon yang masih muda berwarna abuabu dan mulus, sedangkan kulit pohon yang sudah tua kasar dan sedikit beralur.
Daun menempel pada batang utama, berwarna hijau mengkilap, berpasangan, dan
berbentuk oval-lonjong. Bunganya termasuk biseksual dan buahnya merupakan
buah majemuk, berbentuk bulat dan lunak. Buah jabon mengandung biji yang
sangat kecil dan tidak bersayap (Krisnawati et al. 2011). Kayu jabon berwanra
kuning kecoklatan dengan teras dan gubal yang tidak dapat dengan mudah
dibedakan.

7

A

B

C

Gambar 1 Karakteristik berbagai bagian pohon jabon putih (A. cadamba)
Keterangan: A) kulit batang pohon jabon, B) daun jabon, C) buah jabon
(foto: bersumber dari Krisnawati et al. 2011)

Kadar Ekstrak

Kadar ekstrak (%)

Hasil ekstraksi berbagai bagian pohon jabon putih dalam metanol
menghasilkan kadar ekstrak yang beragam. Gambar 2 menunjukkan bahwa bagian
daun menghasilkan kadar ekstrak tertinggi, diikuti bagian kulit, dan kayu.
14
12
10
8
6
4
2
0

13.22

Daun

2.22

1.53

Kulit

Kayu

Bagian pohon jabon putih
Gambar 2 Kadar ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon putih
Daun memiliki kadar ekstrak tertinggi karena adanya senyawa klorofil atau
zat hijau daun yang terdistribusi dalam daun dan dapat larut dalam pelarut organik.
Harborne (1987) menyatakan bahwa sebagian besar klorofil terdistribusi dalam
daun dan dapat larut dalam pelarut organik seperti etanol, aseton, metanol, eter,
dan kloroform. Menurut Sari et al. (2011), kadar ekstrak etanol daun surian lebih
tinggi dibandingkan dengan bagian kulit, kayu teras, dan kayu gubalnya.
Kadar ekstrak kulit menempati urutan kedua tertinggi. Menurut Sjostrom
(1998), kandungan ekstraktif pada kulit lebih tinggi dibandingkan dengan bagian
kayu. Pada kulit, terdapat bagian hidrofil seperti senyawa-senyawa fenol dan
suberin yang dapat larut dalam air dan juga dapat larut dalam pelarut-pelarut polar
seperti etanol, aseton, dan metanol. Hasil penelitian Meilani (2006) menunjukkan
bahwa rendeman ekstrak etanol dari kulit Suren (Toona sureni) lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar ekstrak pada kayu teras yang disebabkan oleh

8
tingginya kandungan konstituen-konstituen lipofil dan hidrofil dalam kulit.
Perbedaan kadar ekstrak pada setiap bagian pohon menunjukkan perbedaan
kandungan zat ekstraktif pada setiap bagian pohon meskipun diekstraksi dengan
pelarut yang sama.

Toksisitas

Mortalitas (%)

Pengujian toksisitas dengan metode BSLT dengan menggunakan larva
udang A. salina sebagai hewan uji merupakan salah satu metode yang banyak
digunakan untuk praskrining terhadap senyawa aktif yang terkandung dalam
ekstrak tumbuhan karena sederhana, cepat, mudah, relatif murah, dapat dipercaya,
dan hasilnya representatif (Meyer et al. 1982). Hasil uji toksisitas dengan metode
BSLT (Gambar 3) menunjukkan bahwa hanya ekstrak kulit dan kayu jabon putih
yang berpotensi mengandung senyawa aktif antikanker karena semakin tinggi
konsentrasi ekstrak, semakin tinggi persentasi mortalitas larva udangnya.
Sementara itu, ekstrak daun memberikan respon sebaliknya yaitu peningkatan
konsentrasi ekstrak tidak diikuti dengan peningkatan mortalitas secara signifikan.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Daun

Kulit
Kayu

25

50

100

200

Konsentrasi (μg mL-1)
Gambar 3

Grafik hubungan antara mortalitas larva udang A. salina dengan
konsentrasi ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon putih

Mortalitas pada perlakuan pemberian ekstrak disebabkan adanya senyawasenyawa yang bersifat toksik dari ekstrak yang terlarut dalam media hidup larva
tersebut. Berdasarkan penelitian Ropiqa (2012), senyawa toksik yang terkandung
dalam buah pare dapat mengakibatkan efek antifedant. Cara kerja senyawa
tersebut dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Oleh
karena itu, bila senyawa-senyawa tersebut masuk ke dalam tubuh larva, alat
pencernaannya akan terganggu sehingga menyebabkan larva mati. Mekanisme
tersebut menjadi kemungkinan penyebab sifat toksik dari ekstrak metanol kulit
dan kayu jabon putih.

9
Penentuan toksisitas ekstrak mengacu pada Rieser (1998) dalam
Pissutthanan et al. (2004) yang menyatakan bahwa suatu ekstrak dikatakan aktif
atau toksik jika memiliki nilai LC50 < 250 μ g/mL. Oleh karena itu, ekstrak
metanol kulit (LC50 197 μg/mL) dan kayu (LC50 122 μg/mL) jabon putih
digolongkan bersifat toksik (Gambar 4). Hal ini mengindikasikan bahwa hanya
ekstrak metanol kulit dan kayu jabon putih yang berpotensi mengandung senyawa
aktif antikanker. Oleh karena itu uji lanjut aktivitas antiproliferasi sel kanker
payudara MCF-7 dilakukan terhadap ekstrak metanol kulit dan kayu jabon putih.

LC50 (μg mL-1)

1250

1081

1000
750

500
197

250

122

0
Daun

Kulit

Kayu

Jenis ekstrak
Gambar 4 Nilai LC50 ekstrak metanol berbagai bagian pohon jabon putih hasil uji
BSLT

Aktivitas Antiproliferasi
Berdasarkan hasil uji BSLT (Gambar 5), ekstrak metanol kulit dan kayu
jabon putih tergolong toksik sehingga kedua jenis ekstrak diuji aktivitas
antiproliferasi sel kanker payudara MCF-7. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
kedua jenis ekstrak yang diujikan menunjukkan aktivitas antiproliferasi sel kanker
payudara yang berbeda. Ekstrak kulit jabon mampu menghambat proliferasi
(pertumbuhan) sel kanker payudara yang lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak
kayunya (Tabel 1). Hasil ini berbanding terbalik dengan hasil pengujian toksisitas
dengan BSLT sebelumnya. Hal ini dapat saja terjadi karena sensitivitas larva
udang yang berbeda dengan sel kanker, meskipun uji BSLT sering digunakan
sebagai skrining awal dalam pengujian aktivitas antikanker suatu ekstrak.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol kayu teras surian memiliki
hasil yang berbanding terbalik dengan hasil pengujian toksisitas dengan metode
BSLT. Hasil pengujian toksisitas menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan
metanol kayu teras surian memiliki efek yang toksik terhadap larva udang tetapi
tidak memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa (Sari 2012).

10
Tabel 1 Aktivitas antiproliferasi sel lestari kanker payudara MCF-7
Inhibisi (%)
Jenis ekstrak
IC50 (μg mL-1)
Konsentrasi ((μg/mL)
100
50
25
12.5
Kulit
57.2
21.3
15.6
10.1
91
Kayu
19.6
6.1
1.9
9.4
312
Hasil pengolahan data inhibisi diperoleh nilai IC50. Bila mengacu pada
Weerapreeyakul et al. (2012), ekstrak kulit jabon putih tergolong aktif dan
berpotensi sebagai agen antikanker payudara MCF-7 (IC50 91 μg/mL), sedangkan
ekstrak kayu jabon putih tergolong cukup aktif menghambat proliferasi sel kanker
payudara MCF-7 (IC50 312 μg/mL). Menurut Sinaga et al. (2003), hasil ekstrak
metanol ketiga jenis rimpang famili Zingeberaceae, yaitu bangle hantu,
lempuyang gajah, dan kecombrang yang diuji sitotoksitasnya terhadap sel MCF-7
juga menunjukkan hasil bahwa tidak semua ekstrak memiliki efek toksik terhadap
sel MCF-7, hanya ekstrak bangle hantu dan lempuyang gajah yang memiliki efek
toksik.
Uji lanjutan dilakukan terhadap ekstrak metanol kulit jabon putih karena
memiliki nilai IC50 < 100 μg/mL dan untuk menjawab apakah ekstrak metanol
kulit jabon putih ini memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap jenis sel kanker
lainnya serta aman terhadap sel normal. Oleh karena itu, ekstrak kulit jabon putih
diuji lebih lanjut aktivitas antiproliferasinya terhadap sel kanker serviks HeLa dan
sel normal Vero.
Hasil pengujian lanjutan menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit jabon
putih memiliki aktivitas antiproliferasi yang berbeda terhadap jenis sel yang
berbeda. Aktivitas antiproliferasi ekstrak kulit jabon putih lebih kuat terhadap sel
kanker serviks HeLa dibandingkan dengan aktivitas terhadap sel kanker payudara
MCF-7 (Gambar 5). Bila mengacu pada Weerapreeyakul et al. (2012), ekstrak
kulit jabon putih tergolong sangat aktif menghambat proliferasi sel kanker HeLa.
Perbedaan ini diduga karena sel MCF-7 memiliki sifat yang resisten terhadap agen
kemoterapi sehingga respon antiproliferasinya berbeda. Selain itu, adanya enzimenzim pemicu karsinogenetik yang berbeda baik jenis maupun kadarnya pada
setiap jenis sel kanker. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam ekstrak metanol
kulit jabon putih diduga lebih aktif dalam menjaga atau menghambat enzim-enzim
pemicu karsinogenik pada sel HeLa. Protein E6 dan E7 dari HPV mengikat dan
mendegradasi protein p53 dan pRb. Senyawa yang terkandung dalam ekstrak
metanol jabon putih diduga mengandung zat yang lebih aktif mencegah degradasi
p53 sehingga terjadi apoptosis. Selain itu, ekstrak metanol kulit jabon putih
mungkin mengandung senyawa yang lebih aktif dalam menghambat aktivasi
protein E6 dan E7 sehingga enzim telomerase yang membuat sel bersifat immortal
menjadi terhambat dan sel mati (Meiyanto et al. 2003).

11
Tingginya persen inhibisi yang menunjukkan semakin rendahnya nilai IC50,
diduga terdapat senyawa flavonoid dalam ekstrak yang dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker. Menurut Middleton (2000), senyawa flavanoid
merupakan senyawa yang dapat menghambat mekanisme pembelahan dan
memicu apoptosis sel kanker. Mekanisme penghambatan proliferasi sel kanker
oleh flavanoid dapat terjadi dengan menghambat sintesis DNA dan memicu
fragmentasi DNA. Perlakuan dengan senyawa fenol, dapat mengaktifkan caspase
3 dan menginduksi apoptosis setelah 4 jam, menurunkan ekspresi Bcl-2 setelah 6
jam, dan menaikkan regulasi Bax setelah 16 jam dalam sel leukemia. Studi
pustaka lain juga menyebutkan bahwa flavanoid dapat menginduksi apoptosis
pada sel kanker dengan menghambat DNA topoisomerese II dan penurunan
regulasi p53 (Galati 2004).
288
300
IC50 (μg mL-1)

250
200
150

91

100
3

50
0
MCF7

HeLa

Vero

Jenis sel lestari
Gambar 5 Nilai IC50 ekstrak metanol kulit jabon putih hasil uji antiproliferasi
terhadap sel kanker payudara MCF-7, sel kanker serviks HeLa, dan
sel normal Vero
Berdasarkan hasil pengujian secara in vitro menunjukkan bahwa ekstrak
kulit jabon putih sangat potensial dikembangkan sebagai agen antikanker,
khususnya antikanker serviks. Hal ini ditunjukkan dari aplikasi ekstrak metanol
pada konsentrasi 3 μg/mL saja mampu menghambat proliferasi sel kanker serviks
HeLa sebanyak 50%, tetapi pada konsentrasi itu dianggap aman terhadap sel
normal. Konsentrasi ekstrak kulit jabon putih yang diperlukan untuk menghambat
pertumbuhan 50% sel normal dan membuat morfologi sel menjadi abnormal
hampir seratus kali lebih banyak dibandingkan konsentrasi yang dibutuhkan
terhadap sel kanker serviks atau tiga kali lebih terhadap sel kanker payudara
MCF-7.
Fenomena aktivitas antiproliferasi ekstrak kulit jabon putih terhadap sel
kanker payudara MCF-7 dan sel kanker serviks HeLa yang lebih tinggi
dibandingkan dengan aktivitas terhadap sel normal mengindikasikan bahwa
aktivitas penghambatan bukan disebabkan oleh sifat toksik ekstrak yang bersifat
racun atau membunuh semua jenis sel secara spontan. Menurut Aggarwal dan
Shishodia (2006), selektivitas antiproliferasi senyawa kimia dalam ekstrak

12
terhadap sel kanker melalui mekanisme penghambatan enzim-enzim penyebab
kanker yang hanya ditemukan di dalam sel kanker dan tidak terdapat dalam sel
normal, seperti enzim COX-2 penyebab metastasis (pembelahan sel secara tidak
terkendali), IGF penyebab ketidaknormalan pertumbuhan sel, dan Bcl-2 penyebab
antiapoptosis (sel mati secara tidak terprogram).

Kandungan Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan pada ekstrak yang memiliki efek antiproliferasi
paling tinggi terhadap sel kanker, dalam hal ini adalah ekstrak metanol kulit jabon
putih. Tabel 2 menunjukkan golongan senyawa kimia yang terdeteksi dalam
ekstrak metanol kulit jabon putih.
Tabel 2 Hasil analisis fitokimia secara kualitatif ekstrak metanol
kulit jabon putih
Kelompok senyawa
Hasil pengujian
Alkaloid
+
Tanin
Saponin
+
Fenolik
+
Flavanoid
+
Triterpenoid
+
Steroid
Glikosida
+
(-) : tidak terdeteksi, (+) : terdeteksi

Kematian larva udang A. salina dengan metode BSLT pada pengujian
sebelumnya dimungkinkan karena keberadaan senyawa-senyawa dalam ekstrak
metanol kulit jabon putih tersebut yang bersifat toksik. Studi pustaka
menunjukkan beberapa senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol kayu teras
surian, seperti kelompok senyawa alkaloid, fenolik (flavanoid), terpenoid
(triterpenoid, saponin) bersifat toksik terhadap larva udang A. salina (Sari 2012).
Indriyani et al. (2006) juga melaporkan bahwa ekstrak daun pecut kuda bersifat
toksik terhadap larva A. salina dan senyawa yang terkandung di dalamnya adalah
senyawa terpenoid. Menurut Lisdawati (2002), senyawa terpenoid dikenal pula
sebagai salah satu golongan senyawa kimia dalam tanaman yang memiliki
aktivitas antikanker dan antioksidan.
Hasil uji antiproliferasi terhadap sel kanker yang telah dilakukan juga
menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit jabon putih memiliki efek
antiproliferasi terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan sel kanker serviks HeLa.
Menurut Ren et al. (2003), senyawa-senyawa dari kelompok flavanoid terbukti
memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap beberapa jenis sel kanker, namun aman
terhadap sel normal karena bekerja selektif hanya terhadap sel kanker saja.
Hasil analisis fitokimia dilanjutkan dengan menggunakan kromatogram gasspektrometer massa pirolisis. Hasil penelusuran pustaka terhadap senyawasenyawa dominan dalam ekstrak metanol kulit jabon putih (Tabel 3) menunjukkan
bahwa ekstrak tersebut memiliki berbagai bioaktivitas. Hasil analisis pirolisis GC-

13
MS menegaskan hasil uji analisis fitokimia kualitatif (Tabel 2) bahwa ekstrak
metanol kulit jabon putih mengandung senyawa-senyawa turunan asam lemak dan
fenolik.
Tabel 3 Senyawa dominan dalam ekstrak metanol kulit jabon putih dan
bioaktivitasnya
Nama senyawa1)

6-Octadecenoic acid,
methyl ester (Z)- (CAS)
methyl petroselinate
Hexadecanoic acid
(CAS) Palmitic acid

Carbamic acid,
Monoammonium salt
(CAS) ammonium
carbamat
Phenol, 2-methoxy(CAS) guaiacol
9,12-octadecanoic acid
1)
2)

Konsentrasi
relatif (%)
6.35

3.72

3.48

3.61
3.10

Bioaktivitas2)

Antikanker (Marliyana et al. 2012)
Antioksidan dan antidiabetes
(Sediarso 2008)
Antikanker (Marliyana et al. 2012)
Antioksidan (Miryanti et al. 2011)
Antibakteri (Putra 2010)
Antivirus (Orhan et al. 2009)
Antikanker (Widyaningsih et al.
2007)

Inhibitor (Jayanto dan Sumantoro
2011)
Antiseptik (Waluyo 2013)
Antikanker (Putra et al. 2012)
Antibakteri (Putra 2010)

berdasarkan analisis pirolisis GCMS
berdasarkan studi pustaka

Penelusuran pustaka menunjukkan bahwa senyawa turunan asam lemak dan
fenolik yang teridentifikasi dalam ekstrak kulit jabon ini memiliki aktivitas
antikanker, antioksidan, antibakteri, antivirus (Tabel 3). Menurut Putra et al.
(2012), kandungan senyawa asam linoleat (asam heksadekanoat) yang terkandung
pada ekstrak umbi Typhonium flagelliforme fraksi diklorometanolik berperan
dalam menghambat proliferasi sel kanker payudara MCF-7. Turunan-turunan
senyawa asam lemak (asam heksadekanoat dan asam oktadekanoat) berperan
sebagai senyawa aktif antikanker (Marliyana et al. 2012). Selain memiliki
aktivitas antikanker, asam heksadekanoat juga berperan sebagai antioksidan.
Kandungan asam heksadekanoat dalam ekstrak metanol kulit buah manggis
berperan sebagai antioksidan (Miryanti et al. 2011). Senyawa asam karbamat dan
turunannya hasil perhitungan AM1 juga mempunyai hubungan yang berarti
dengan aktivitas antikanker (Widyaningsih et al. 2007). Senyawa-senyawa
turunan asam lemak dan fenolik tersebut berperan terhadap aktivitas
antiproliferasi sel kanker payudara MCF-7 dan sel kanker serviks HeLa.

14
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kadar ekstrak metanol daun, kulit,
dan kayu jabon putih berturut-turut adalah 13.02%; 2.22%; dan 1.53%. Skrining
pendahuluan aktivitas antikanker dengan metode BSLT menunjukkan bahwa
hanya ekstrak metanol kulit (LC50 197 μg/mL) dan kayu (LC50 122 μg/mL) jabon
putih yang bersifat toksik terhadap larva udang A. salina dan diuji lebih lanjut,
sedangkan daun jabon putih (LC50 1080 μg/mL) bersifat tidak toksik.
Berdasarkan uji antiproliferasi sel kanker secara in vitro, aktivitas
antikanker ekstrak metanol kulit jabon putih terhadap sel kanker payudara MCF-7
(IC50 91 μg/mL) lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak metanol kayunya (IC50
312 μg/mL). Akan tetapi, aktivitas antikanker ekstrak metanol kulit jabon putih
terhadap sel kanker serviks HeLa (IC50 3 μg/mL) lebih tinggi dibandingkan
dengan aktivitas sel kanker payudara MCF-7. Ekstrak kulit jabon putih sangat
potensial dikembangkan sebagai agen antikanker serviks dan payudara serta aman
terhadap sel normal (IC50 288 μg/mL).
Hasil analisis fitokimia kualitatif mendeteksi ekstrak metanol kulit jabon
putih positif mengandung kelompok senyawa fenolik, flavanoid, alkaloid,
saponoin, triterpenoid, dan glikosida. Hasil analisis pirolisis GC-MS
menunjukkan bahwa terkandungnya senyawa fenolik (guaiakol) dan senyawasenyawa turunan asam lemak (asam heksadekanoat dan asam oktadekanoat)
dalam ekstrak metanol kulit jabon putih yang berperan terhadap tingginya
aktivitas antikanker ekstrak.

Saran
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan terhadap ekstrak kulit jabon putih,
seperti pengujian aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker lainnya, isolasi, dan
identifikasi senyawa antikanker, serta pengujian antikanker secara in vivo.

DAFTAR PUSTAKA
Acharyya S, Rathore DS, Kumar HK Sundep, Panda N. 2011. Screening of
Anthocephalus cadamba (Roxb) Miq. Root for antimicrobial and anthelmintic
activities. International JRPBS. 2 (1):2229-3701.
Aggarwal BB, Shisodia S. 2006. Molecular targets of dietary agents for
prevention and therapy of cancer. Chem Pharma. 7(1):1397-1421.
Alekhya V, Deepan T, Sahoo S, Dhanaraju MD. 2013. Preliminary phytochemical
sceening and evaluation of in vitro antioxidant activity of Anthocephalus
cadamba by using solvent extract. Europ J Bio Sci. 5(1):34-37.
Apantaku LM. 2002. Breast conseving surgery for breast cancer. Am. Fam.
Physician. 66(12):2271-2278.

15
Chandrashekar KS, Prasanna KS. 2009. Antimicrobial activity of Anthocephalus
cadamba Linn. JCPR. 1(1):268-270.
Galati G, O’Brian JP. 2004. Potential toxicity of flavanoids and other dietary
phenolics: significance for their chemopreventive and anticancer properties.
Free radical Biology and Medicine. 37(3):287-303.
Guptar A, Anand M, Yadav S, Gautam J. 2013. Phytochemical studies and
antioxidant activity different leaves extract of A. cadamba. JFSET. 1(1).
Gurjar H, Jain SK, Nandanwar R, Sahu VK. 2010. Phytochemical screening on
the stem bark of Anthocephalus cadamba (Rox B.) Miq. JPSR. 1(7).
Harborne. 1987. Metode Fitokimia: Penemuan Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Padmawinata K, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung (ID):
Penerbit ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Hart H. 1987. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Achmadi S, penerjemah.
Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemical.
Hidayat MA. 2002. Uji aktivitas antikanker ekstrak heksana daun Eupatorium
triplinerve Vahl. terhadap kultur sel meiloma. Jurnal Ilmu Dasar. 3: 92-97.
Indrayani, Lany. Soetjipto H, Lydia S. 2006. Skrining fitokimia dan uji toksisitas
ekstrak daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl) terhadap larva
udang Artemia salina Leach. Berk Penel Hayati. 12:57-61.
Jayanto P, Sumantoro P. 2009. Respon cuka kayu terhadap pertumbuhan dan
pengendalian penyakit bercak daun bibit tusam. Buletin Hasil Hutan. 15
(2):101-116.
Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Anthocephelus cadamba Miq.
Ekologi, Silvikultur. Dan Produktivitas [Internet]. Bogor (ID): CIFOR.
[diunduh 2013 Agustus 10]. Tersedia pada: http://www.cifor.org/pdf_files.
Lisdawati, Vivi. 2007, Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa): toksisitas, efek
antioksidan dan efek antikanker berdasarkan uji penapisan farmakologi.
[diunduh 2013 Sep 4]. Tersedia pada: http://mahkotadewa.com/VFC/vivi.htm..
Marliyana SD, Rakhman F, H Nestri, Rakhmawati R. 2012. Uji toksisitas secara
brine shrimp lethality test ekstrak buah merah (Pandanus conoideus Lamk.).
Jurnal Penelitian Kimia 8(1):24-33.
Meilani SW. 2006. Uji bioaktivitas zat ekstraktif kayu suren (Toona sureni Merr.)
dan ki bonteng (Platea latifolia BL.) menggunakan brine shrimp lethality test
(BSLT) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogot.
Meiyanto E, Sismindari, Candra L, Moordiani. 2003. Efek antiproliferatif ekstrak
etanol daun dan kulit batang tanaman cangkring (Erythrina fusca Lour.)
terhadap sel HeLa. Majalah Farmasi Indonesia. 14(3):124-131.
Meyer BN, Feerigni NR, Putnan JE, Jacobson LB, Nicholas DE, McLaughlin JL.
1982. Brine shrimp: A convenient general bioassay for active plant constituents.
Plant Medica. 45:31-34.
Middleton E, Kandaswati C, Theoharides TC. 2000. The effect of plant flavanoids
on mammalian cells: implications for inflammation, heart disease, and cancer.
Pharmacol Rev. 52(4):673-751.
Miryanti A, Sapei L, Budion K, Indra S. 2011. Ekstraksi antioksidan dari kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L.) [Internet]. Bandung (ID): Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. [diunduh 2013 Agustus 30]. Tersedia
pada: http://www.lppmbandung/pdf_files.

16
[NCI] National Cancer Institute. 2012. Cancer treatment. [diunduh 2013 Agustus
15]. Tersedia pada: http://www.cancer.gov/cancertopics/wyntk/cervix/page8.
Orhan I, Ozcelik B, Sener B. 2011. Evaluation of antibacterial, antifungal,
antiviral, and antioxidant potentials of some edible oils and their fatty acid
profiles. Turk J Biol. 35: 251-258.
Pissutthanan S, Plianbangchang P, Pissutthanan N, Ruanruay S, Muanrit O. 2004.
Brine shrimp lethality activity of thai medicinal plantsin the family Meliaceae.
J Naresuan Univ. 12(2):13-18.
Putra KN. 2010. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
Mangostana L.) serta kandungan senyawa aktifnya. J Teknol. dan Industri
Pangan. 21(1).
Putra A, Tjahjono, Winarto. 2012. Efektivitas ekstrak umbi Typhonium
flagelliforme fraksi diklorometanolik dalam menghambat sel MCF-7 kanker
payudara. J Indon Med Assoc. 62(1).
Ren W, Qiao Z, Wang H, Zhu L, Zhang L. 2003. Flavanoids: promising
anticancer agents. Med res Rev. 23(4):519-534.
Ropiqa M. 2012. Uji ketoksikan (LC50) ekstrak etanol daun ekor kucing
(Acalypha hispida Burm.) terhadap Larva Artemia salina Leach dengan metode
brine shrimp lethality test (BSLT). Pontianak (ID): Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura.
Sari RK, Syafii W, Achmadi SS, Hanafi M. 2011. Aktivitas antioksidan dan
Toksisitas Ekstrak Etanol Surian (Toona sinensis). JITHH. 4(2):46-52.
Sari RK. 2012. Bioaktivitas zat ekstraktif kayu ters suren (Toona sureni Merr.)
pada posisi kayu yang berbeda dalam batang pohon [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sediarso, Sunaryo H, Amalia N. 2008. Efek antidiabetes dan identifikasi senyawa
dominan dalam fraksi kloroform herba ciplukan (Physalis angulata L.). J Farm
Indones. 4(2):63-69.
Sinaga E, Suprihatin, Wiryanti I. 2003. Perbandingan daya sitotoksik ekstrak
rimpang 3 jenis tumbuhan zingeberaceae terhadap sel kanker MCF-7. J Farm
Indones. 5(3):125-133.
Sjostrom E. 1998. Kimia Kayu, Dasar-dasar dan Penggunaan . Sastrohamidjojo H,
penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Terjemahan dari: Wood Chemistry, Fundamentals and Applications.
Soemardini, Widjajanto E, Kusuma AD. 2012. Ekstrak daun suket gajahan
(Artemisia vulgaris) sebagai antiproliferatif pada sel kanker MCF-7. [diuduh
2013 Sep 4]. Tersedia pada: http://www.unb.org/pdf_files.
Sunarsih. 2001. Identifikasi kayu teras dan kayu gubal beberapa jenis kayu
melalui uji pewarnaan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suherman A. 2013. Obat Kanker Alami. [diunduh 2013 Agustus 15]. Tersedia
pada: http://www.file:///E:/manggis%20dan%20sirsak.htm.
Syafii W. 2008. Peningkatan efisiensi pemanfaatan hasil hutan melalui penerapan
“the whole tree utilization”. Di dalam: Pemikiran Guru Besar Institut
Pertanian Bogor, Perspektif Ilmu-ilmu Pertanian dalam Pembangunan
Nasional. Bogor (ID): Penebar Swadaya dan IPB Pr.
Waluyo K, Novriyanti E, Pari G, Santoso E. 2013. Komposisi Kimia Produk
Gaharu Hasil Induksi. [diunduh 2013 Sep 4]. Tersedia pada: http://fordamof.org/files/Teknik_Deteksi_Gaharu.pdf.

17
Weerapreeyakul N, Nonpunya A, Barustux S, Thitimetharoch T, Sripanidkulchai
B. 2012. Evaluation of the anticancer potential of six herbs against a hepatoma
cell line. Chinese Medicine 7(15):1-7.
Widyaningsih S, Purwati, Riyadi. 2007. Pemodelan senyawa turunan asam
karbamat sebagai senyawa antikanker menggunakan metode semi empiris AMI.
Molekul. 2(2):59-70.

18
Lampiran 1 Hasil identifikasi spesies pohon

19
Lampiran 1 Hasil pengujian fitokimia secara kualitatif ekstrak metanol kulit
jabon putih

20
Lampiran 3 Hasil pengujian Pyrolisis GC-MS ekstrak metanol kulit jabon putih

21

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 7 Januari 1991 dari ayah
Sodikun dan ibu Sri Arbayah. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Rembang dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.
Tahun 2012 penulis memilih Kimia Hasil Hutan sebagai bidang keahlian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) sebagai staf divisi internal pada periode
2010-2011 dan sebagai sekretaris umum pada periode 2011-2012, serta aktif
dalam berbagai kepanitiaan lainnya. Tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik
Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Gunung Papandayan dan Sancang Timur
Jawa Barat, melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi pada tahun 2012, serta praktik kerja lapang (PKL) di
Taman Sringanis Bogor pada tahun 2013. Penulis juga pernah mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai DIKTI pada tahun 2012 dan 2013.
Dalam penyelesaian studi di IPB, penulis melakukan penelitian yang
berjudul Aktivitas Antikanker Ekstrak Metanol Berbagai Bagian Pohon Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.) dibawah bimbingan Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi.