Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan Bandrek Instan Pada Rradh Indonesia Fic, Kota Sukabumi
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA
PEMBUATAN SERBUK MINUMAN BANDREK INSTAN
PADA RRADH INDONESIA FIC, KOTA SUKABUMI
DIANA HERLINA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan
pada Rradh Indonesia FIC, Kota Sukabumi adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor,
Juni 2015
Diana Herlina
NIM H34110019
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
DIANA HERLINA. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan
Bandrek Instan pada Rradh Indonesia FIC, Kota Sukabumi. Dibimbing oleh
JUNIAR ATMAKUSUMA.
Bandrek merupakan salah satu minuman tradisional Jawa Barat yang
menjadi salah satu produk unggulan Kota Sukabumi. Rradh Indonesia FIC
merupakan salah satu produsen bandrek instan di Kota Sukabumi. Permintaan
konsumen yang meningkat menjadi peluang usaha bagi Rradh Indonesia FIC
untuk meningkatkan produksi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan yang
akan dilakukan oleh Rradh Indonesia FIC. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif untuk aspek non finansial dan
metode kuantitatif untuk aspek finansial. Berdasarkan hasil analisis aspek non
finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta
aspek ekonomi sosial dan lingkungan, usaha pembuatan serbuk minuman bandrek
instan layak untuk dijalankan. Hasil analisis finansial berdasarkan kriteria
investasi NPV, Net B/C, IRR, dan payback period menunjukkan rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan layak untuk
dijalankan. Sedangkan berdasarkan analisis switching value, usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC memiliki tingkat
sensitifitas yang tinggi pada penurunan penjualan produk.
Kata kunci: kelayakan, minuman tradisional, pengembangan
ABSTRACT
DIANA HERLINA. Feasibility Analysis of Bandrek Instant Production Business
Development at Rradh Indonesia FIC in Sukabumi. Supervised by JUNIAR
ATMAKUSUMA.
Bandrek is one of traditional beverages from West Java that became one of
supreme products in Sukabumi. Rradh Indonesia FIC is one of the bandrek instant
producers in Sukabumi. The increasing of consumer’s demand of bandrek instant
has become Rradh Indonesia FIC’s opportunity to increase production. The
purpose of this study is to analyze the feasibility of developing bandrek instant
production that are going to be performed by Rradh Indonesia FIC. Data analysis
methods that are used in this study were a qualitatif analysis method for nonfinancial aspects and quantitatif analysis method for financial aspects. The results
of non-financial analysis showed that the business is feasible to run based on nonfinancial aspects such as market, technical, management and legal aspect, and also
economic social and environmental aspect. The result of financial analysis based
on investment criteria such as NPV, Net B/C, IRR, and payback period showed
that development plan from this business is feasible to run. Meanwhile, according
to switching value analysis shows that the business of bandrek instant production
in Rradh Indonesia FIC has high sensitifity in product selling.
Keywords: development, feasibility, traditional beverage
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA
SERBUK MINUMAN BANDREK INSTAN PADA
RRADH INDONESIA FIC, KOTA SUKABUMI
DIANA HERLINA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
merupakan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilaksanakan pada bulan
Januari hingga Februari 2015 dengan judul “Analisis Kelayakan Pengembangan
Usaha Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan pada Rradh Indonesia FIC,
Kota Sukabumi”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
Indonesia FIC, Kota Sukabumi berdasarkan aspek non finansial dan aspek
finansial.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Juniar Atmakusuma, MS
selaku pembimbing, serta Dr Ir Burhanuddin, MM dan Etriya, SP MM yang telah
banyak memberikan saran dan masukan. Disamping itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada para staf dan dosen Departemen Agribisnis
yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi, Bapak Dana Saidana
selaku pemilik usaha yang telah bersedia memberikan informasi serta menjadi
tempat penelitian penulis, serta teman-teman seperjuangan yang ikut membantu
dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor,
Juni 2015
Diana Herlina
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
Minuman Tradisional Serbuk Instan
6
Kelayakan Pengembangan Usaha
7
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
9
9
15
18
Lokasi dan Waktu Penelitian
18
Jenis dan Sumber Data
18
Metode Pengumpulan Data
18
Metode Pengolahan dan Analisis Data
18
Analisis Aspek Non Finansial
19
Analisis Aspek Finansial
20
Analisis Switching Value
22
Asumsi Dasar Penelitian
22
GAMBARAN UMUM USAHA
23
Sejarah dan Gambaran Umum Usaha
23
Visi dan Misi Perusahaan
24
Keadaan Lokasi
24
Peralatan Produksi untuk Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
26
Analisis Aspek Non Finansial
26
Analisis Aspek Finansial
43
Analisis Switching Value
SIMPULAN DAN SARAN
52
53
Simpulan
53
Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
54
LAMPIRAN
56
DAFTAR TABEL
1 Nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Sukabumi
menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013
2 Jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi berdasarkan jenis
kegiatan tahun 2010-2014
3 Daftar nama UKM pengolahan serbuk minuman bandrek instan di
Kota Sukabumi tahun 2014
4 Sebaran permintaan dan produksi produk serbuk minuman bandrek
instan di Rradh Indonesia FIC tahun 2015
5 Kapasitas produksi per bulan di Rradh Indonesia FIC pada tahun 2014
6 Gaji tenaga kerja di Rradh Indonesia FIC
7 Proyeksi penerimaan penjualan serbuk minuman bandrek instan per
tahun di Rradh Indonesia FIC
8 Nilai sisa investasi usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan
di Rradh Indonesia FIC
9 Biaya investasi rencana pengembangan usaha di Rradh Indonesia FIC
10 Umur ekonomis dan nilai penyusutan per tahun dari investasi pada
rencana pengembangan usaha di Rradh Indonesia FIC
11 Hasil kelayakan investasi rencana pengembangan usaha di Rradh
Indonesia FIC
12 Hasil analisis switching value pada rencana pengembangan usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
1
2
3
27
34
41
44
45
46
47
50
52
DAFTAR GAMBAR
1 Permintaan produk serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
Indonesia FIC tahun 2014
2 Hubungan antara NPV dan IRR
3 Kerangka pemikiran operasional
4 Lokasi usaha Rradh Indonesia FIC
5 Peralatan produksi pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC
6 Persentase market share dari industri produk serbuk minuman bandrek
instan di Kota Sukabumi
7 Produk serbuk minuman bandrek instan Rradh Indonesia FIC
8 Skema distribusi produk serbuk minuman bandrek instan Rradh
Indonesia FIC
9 Persentase market share produk serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC
10 Proses produksi serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia
FIC
11 Penjemuran bahan baku
12 Penyangraian rempah-rempah
13 Penghalusan
4
14
17
24
26
28
30
31
32
34
35
35
36
14
15
16
17
18
Pencampuran dan pengemasan
Produk siap didistribusi
Mesin penepung
Mesin pengemas sachet
Layout lokasi usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC
19 Struktur organisasi Rradh Indonesia FIC
20 Hubungan antara NPV dan tingkat suku bunga pada rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC
36
37
38
38
39
40
51
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perizinan dan sertifikat dari usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
2 Rangkuman hasil kelayakan aspek-aspek non finansial pada Rradh
Indonesia FIC
3 Rincian biaya variabel per tahun pada rencana pengembangan usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
4 Annuitas pengembalian pinjaman modal investasi rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan
pada Rradh Indonesia FIC
5 Laba rugi rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
6 Cash flow rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
7 Analisis switching value kenaikan harga gula semut pada rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC
8 Analisis switching value penurunan jumlah penjualan produk RISD
Super Bandrek original pada rencana pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
9 Analisis switching value penurunan jumlah penjualan produk RISD
Super Bandrek susu pada rencana pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
56
57
60
61
62
63
66
69
72
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia
yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi terutama di
Jawa Barat (BPS Provinsi Jawa Barat 2014). Pembangunan bidang industri
merupakan bagian dari pembangunan nasional yang harus dilaksanakan secara
terpadu dan berkelanjutan, sehingga pembangunan bidang industri dapat
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Sektor industri merupakan
sektor yang didorong untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dan
kokoh dalam rangka menciptakan landasan ekonomi yang kuat agar tumbuh
berkembang atas kekuatan sendiri (BPS Kota Sukabumi 2014).
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan tingkat pertumbuhan
industri pengolahan makanan dan minuman yang cukup tinggi dibandingkan
industri lainnya. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Provinsi Jawa Barat tahun 2014, jumlah industri pengolahan
makanan dan minuman di Jawa Barat pada tahun 2011 telah mencapai 1 989 unit
usaha. Sebanyak 58.82 persen, kegiatan industri pengolahan makanan dan
minuman di Jawa Barat dilakukan oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Saat ini kegiatan industri pengolahan makanan dan minuman tidak hanya
berada di kota-kota besar saja namun sudah merambah hingga ke kota-kota kecil,
salah satunya yaitu Kota Sukabumi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
Kota Sukabumi tahun 2014, sektor pengolahan di Kota Sukabumi telah
memberikan kontribusi sebesar 5.14 persen pada produk domestik regional bruto
(PDRB) Kota Sukabumi. Tabel 1 menunjukkan nilai PDRB Kota Sukabumi
menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013.
Tabel 1
Nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Sukabumi
menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013
PDRB
Persentase
No
Lapangan usaha
(juta Rupiah)
(%)
1
Pertanian, peternakan, kehutanan, dan
62 305.04
3.25
perikanan
2
Pertambangan dan penggalian
88.67
0.00
3
Industri pengolahan
124 039.16
5.14
4
Listrik, gas, dan air bersih
30 804.55
1.33
5
Bangunan
158 415.42
5.21
6
Perdagangan, hotel, dan restoran
1 029 262.80
47.80
7
Pengangkutan dan komunikasi
386 821.41
16.43
8
Keuangan, persewaan, dan jasa
197 864.69
8.32
perusahaan
9
Jasa-jasa
265 285.74
12.53
Produk domestik regional bruto (PDRB)
2 254 887.46
100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi (2014)
2
Kontribusi sektor industri pengolahan pada PDRB Kota Sukabumi
diharapkan dapat meningkat seiring dengan peningkatan nilai investasi yang
ditanamkan untuk sektor industri pengolahan setiap tahunnya. Berdasarkan data
Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Sukabumi,
investasi di berbagai kegiatan sektor industri pengolahan pada tahun 2014
mencapai Rp47 708 000 000 atau naik 1.44 persen dibanding tahun 2013. Selain
itu, berdasarkan data BPS Kota Sukabumi tahun 2014, laju pertumbuhan sektor
industri pengolahan di Kota Sukabumi pada tahun 2013 berdasarkan harga
konstan mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan sektor lainnya,
yakni sebesar 7.93 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan
merupakan sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Industri pengolahan di Kota Sukabumi terdiri dari industri pengolahan
makanan dan minuman, industri kayu olahan, dan industri kerajinan tangan.
Setiap tahunnya jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi mengalami
peningkatan. Tabel 2 menunjukkan peningkatan jumlah industri pengolahan di
Kota Sukabumi berdasarkan jenis kegiatan tahun 2010 hingga 2014.
Tabel 2 Jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi berdasarkan jenis
kegiatan tahun 2010-2014
Industri
Industri makanan
Industri kayu
Jenis
kerajinan
dan minuman
olahan
kegiatan
tangan
(unit)
(unit)
(unit)
2010
888
291
226
2011
946
305
235
2012
972
306
235
2013
981
306
240
2014
1 012
307
247
Sumber: Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi, 2015
(diolah)
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa industri pengolahan di Kota
Sukabumi lebih banyak dilakukan pada kegiatan pengolahan makanan dan
minuman. Peningkatan jumlah industri pengolahan makanan dan minuman yang
lebih tinggi dibandingkan industri pengolahan lainnya menunjukkan bahwa
industri pengolahan makanan dan minuman memiliki potensi yang cukup baik di
Kota Sukabumi. Pengembangan sektor industri pengolahan makanan dan
minuman terutama produk makanan dan minuman khas di Kota Sukabumi
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Dewan Kerajinan Nasional
Daerah (Dekranasda) Kota Sukabumi untuk meningkatkan jumlah wisatawan
yang datang ke Kota Sukabumi dan meningkatkan pendapatan daerah. Salah satu
produk unggulan dari sektor pengolahan makanan dan minuman di Kota
Sukabumi adalah bandrek instan.
Bandrek dikenal sebagai minuman tradisional Jawa Barat. Minuman
bandrek terbuat dari bahan-bahan alami dengan racikan dan komposisi yang tepat
sehingga memiliki rasa dan aroma yang khas. Selain sebagai minuman penyegar,
bandrek juga memiliki aspek fungsional bagi kesehatan dan dapat menjaga
kebugaran tubuh. Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini bandrek telah
dibuat menjadi produk serbuk minuman instan sehingga lebih praktis dan
memiliki daya simpan yang lebih lama. Aspek kemudahan dalam penyajian,
3
penyimpanan, dan transportasi menjadi nilai tambah dari produk serbuk minuman
instan. Cita rasa yang khas serta tampilan dan bentuk kemasan yang menarik
merupakan alasan produk serbuk minuman bandrek instan ini dapat menjadi
produk unggulan Kota Sukabumi.
Hingga tahun 2014, terdapat enam unit UKM yang memproduksi serbuk
minuman bandrek instan di Kota Sukabumi. Adapun daftar nama UKM yang
memproduksi serbuk minuman bandrek instan di Kota Sukabumi dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Daftar nama UKM pengolahan serbuk minuman bandrek instan
di Kota Sukabumi tahun 2014
Kapasitas
Tahun
No
Nama UKM
Kelurahan
produksi
daftar
(kg)
1 Rradh Indonesia FIC
Cikole
2005
487
2 Bandrek Cap Gelas
Nanggeleng
2007
1 000
3 Supernoni
Cikondang
2009
400
4 Bandrek Do’I
Pelabuhan
2009
450
5 Tia Sari
Limus Nunggal
2010
125
6 Super Bandrek
Cibeureum
2013
375
Sumber: Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi
(2015)
Rradh Indonesia Family Industry Company (FIC) merupakan salah satu
UKM di Kota Sukabumi yang bergerak di bidang pembuatan serbuk minuman
bandrek instan dengan merek RISD Super Bandrek. Rradh Indonesia FIC
merupakan produsen serbuk minuman bandrek instan pertama di Kota Sukabumi.
Keunggulan dari produk Rradh Indonesia FIC adalah penggunaan lada hitam
sebagai bahan bakunya serta tampilan kemasan yang menarik sehingga cocok
untuk menjadi buah tangan bagi wisatawan. Produk serbuk minuman bandrek
instan dari Rradh Indonesia FIC telah lama dikenal sebagai produk khas Kota
Sukabumi, bahkan Rradh Indonesia FIC sudah pernah menerima pesanan dari luar
negeri, seperti Arab Saudi, Malaysia, dan Rusia. Selain memproduksi serbuk
minuman bandrek instan merek RISD Super Bandrek, Rradh Indonesia FIC juga
memproduksi serbuk minuman bandrek instan untuk perusahaan lain.
Rumusan Masalah
Rradh Indonesia FIC merupakan salah satu binaan Dewan Kerajinan
Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Sukabumi. Dengan bantuan Deskranasda
Kota Sukabumi, produk serbuk minuman bandrek instan diperkenalkan dan
dipromosikan sebagai salah satu produk khas unggulan Kota Sukabumi.
Dekranasda Kota Sukabumi telah menunjuk Rradh Indonesia FIC sebagai salah
satu produsen utama bandrek instan khas Kota Sukabumi, karena produk bandrek
instan Rradh Indonesia memiliki ciri khas tersendiri, yakni menggunakan lada
hitam sebagai bahan bakunya. Pemilihan lada hitam sebagai bahan baku dari
serbuk minuman bandrek instan ini karena lada hitam lebih aman dikonsumsi bagi
penderita mag. Selain itu, tampilan kemasan yang menarik menjadi salah satu
nilai tambah dari produk Rradh Indonesia FIC.
4
Dengan adanya promosi bandrek instan sebagai salah satu produk unggulan
Kota Sukabumi, maka permintaan terhadap produk serbuk minuman bandrek
instan dari Rradh Indonesia FIC mengalami peningkatan. Gambar 1 menunjukkan
permintaan produk serbuk minuman bandrek instan dari Rradh Indonesia FIC
pada tahun 2014.
Gambar 1 Permintaan produk serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
Indonesia FIC tahun 2014
Peningkatan permintaan tersebut tidak dapat diimbangi dengan jumlah
produksi Rradh Indonesia FIC yang cenderung konstan akibat keterbatasan
kapasitas produksi. Saat ini, kapasitas produksi Rradh Indonesia FIC per bulan
sebanyak 16 250 sachet yang terdiri dari 7 250 sachet bandrek original dan 9 000
sachet bandrek susu. Permintaan yang belum terpenuhi berasal toko makanan atau
souvenir yang berada di Kota Sukabumi. Selain itu, mulai bulan Juni 2015 Rradh
Indonesia FIC juga mendapat pesanan untuk memproduksi serbuk minuman
bandrek instan original dan serbuk minuman bandrek instan susu secara kontinyu
dari trader. Kegiatan pengemasan serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
yang masih dilakukan secara manual menjadi penyebab utama terbatasnya jumlah
produk yang dapat dihasilkan. Selain itu, kapasitas blender yang digunakan untuk
menghaluskan bahan baku juga masih sedikit yakni 150 gram rempah-rempah
pada sekali proses penghalusan. Agar dapat memenuhi permintaan pasar, maka
Rradh Indonesia FIC berencana untuk melakukan pengembangan usaha untuk
memenuhi permintaan akan produk serbuk minuman bandrek instan di
perusahaannya.
Adapun upaya pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Rradh
Indonesia FIC meliputi pembelian peralatan produksi dan peningkatan kapasitas
produksi. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan dengan penambahan mesin
tanpa harus mengurangi atau menggangu proses produksi yang sedang dilakukan
saat ini. Kegiatan pengembangan usaha tersebut memerlukan modal investasi
yang cukup besar dan hingga saat ini usaha yang dijalankan Rradh Indonesia FIC
belum pernah dianalisis kelayakan usahanya sehingga diperlukan analisis
kelayakan usaha terkait pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ini untuk mengkaji apakah kegiatan investasi ini layak atau tidak
untuk dilaksanakan.
5
Kondisi lingkungan usaha yang tidak pasti atau dapat mengalami perubahan
seperti harga input dan penjualan output yang berfluktuasi akan mempengaruhi
biaya dan manfaat yang diperoleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya.
Untuk itu diperlukan analisis switching value untuk mengetahui seberapa besar
perubahan maksimum dari harga input maupun penjualan output yang dapat
ditolerir pada usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ini agar tetap
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana kelayakan aspek non finansial pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan?
2.
Bagaimana kelayakan aspek finansial pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan dilihat dari kriteria investasi yaitu net
present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return
(IRR), dan payback period (PP)?
3.
Bagaimana switching value kelayakan pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan jika terjadi peningkatan harga bahan baku
dan penurunan penjualan produk?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ditinjau dari aspek non finansial.
2.
Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ditinjau dari aspek finansial.
3.
Menganalisis switching value kelayakan pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan jika terjadi peningkatan harga bahan baku
dan penurunan penjualan produk.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada pada penelitian, maka
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, seperti:
1.
Penulis, yakni penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah
2.
Pemilik usaha, yakni penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan
yang bermanfaat dalam mengembangkan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ini
3.
Calon investor, yakni dapat memberikan gambaran mengenai kondisi usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan, terutama di tempat penelitian
dilakukan
4.
Akademisi, yakni penilitian ini dapat menjadi bahan informasi,
pengetahuan, dan literatur untuk penelitian selanjutnya
6
Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah meneliti kelayakan
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh
Indonesia FIC berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non
finansial yang dianalisis adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Aspek finansial yang dianalisis
meliputi analisis laporan laba/rugi, analisis cash flow berdasarkan kriteria
kelayakan investasi, dan analisis switching value. Adapun kriteria kelayakan
investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah net present value (NPV), net
benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR), dan payback period
(PP).
TINJAUAN PUSTAKA
Minuman Tradisional Serbuk Instan
Minuman khas Indonesia merupakan minuman tradisional yang terbuat dari
bahan baku rempah maupun tanaman obat yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia. Minuman tradisional tersebut umumnya berbentuk minuman dan dikenal
sebagai jamu yang merupakan racikan dari berbagai jenis rempah (Ratnaningsih
2008). Minuman tradisional memiliki khasiat yang penting bagi kesehatan,
diantaranya untuk mencegah masuk angin, influenza, rematik dan batuk juga
menghangatkan badan dan meningkatkan stamina (Wasini 2009). Beberapa jenis
minuman tradisional Indonesia adalah kunyit asam, beras kencur, bandrek,
sekoteng, bajigur, wedang secang dan lain-lain.
Bandrek adalah salah satu minuman tradisional yang berasal dari daerah
Jawa Barat. Bandrek terbuat dari campuran gula palem, lada, jahe, kayu manis,
cengkeh, cabe jawa dan rempah-rempah lainnya. Variasi bahan dalam pembuatan
bandrek dipengaruhi oleh kebiasaan daerah masing-masing. Bandrek
Parahiyangan yang menambahkan lada halus (merica halus) dan cabe kering yang
dimemarkan selain bahan utamannya yaitu jahe dan gula jawa, sedangkan pada
bandrek Wetan ditambahkan serai untuk menambah aroma dan rasa pada bandrek
(Wasini 2009). Selain menggunakan beragam rempah-rempah, bandrek pun dapat
divariasikan dengan bahan lainnya seperti susu dan serutan kelapa muda.
Bandrek biasa disajikan pada saat cuaca dingin, yakni saat hujan ataupun
malam hari. Minuman ini berkhasiat untuk meningkatkan kehangatan tubuh,
meringankan batuk, mencegah masuk angin, melancarkan peredaran darah,
mengobati mual dan menjaga stamina tubuh. Minuman bandrek termasuk dalam
kategori pangan fungsional (food suplement) karena dilihat dari definisinya,
pangan fungsional merupakan makanan atau minuman yang mengandung bioaktif
yang bermanfaat bagi kesehatan (Wasini 2009).
Perkembangan pola hidup masyarakat yang saat ini semakin kompleks
menuntut tersedianya berbagai produk siap saji (instan). Keunggulan bentuk
serbuk minuman instan adalah kemampuan larut tanpa melibatkan pengadukan
secara manual dengan syarat semua komponen mudah larut dalam air. Selain itu,
keunggulan lain yang dimiliki dari produk dalam bentuk serbuk instan adalah
7
daya simpan lebih lama, membutuhkan ruangan lebih kecil untuk transportasi, dan
lebih mudah dikemas (Utami 2008). Penyajian dalam bentuk bubuk cepat saji
(instan) merupakan suatu alternatif untuk menyediakan minuman yang
menyehatkan dan praktis (Ratnaningsih 2008).
Kelayakan Pengembangan Usaha
Menurut Nurmalina et al (2009), studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan
investasi adalah penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi
memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis
merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak
untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan
gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat
(benefit) yang dapat diterima oleh suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar
dalam pengambilan keputusan investasi.
Studi kelayakan usaha digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha yaitu
yang pertama jika dia merupakan suatu usaha baru dan yang kedua apabila
terdapat investasi baru pada usaha tersebut. Salah satu jenis pengembangan usaha
yang dapat dilakukan adalah penambahan alat produksi maupun peningkatan
kapasitas produksi (Hastriratna 2014). Alasan pengembangan usaha tersebut
dilakukan karena terdapat permintaan pasar yang belum bisa dipenuhi karena
keterbatasan kapasitas produksi ataupun produktivitas yang rendah akibat
teknologi yang digunakan masih sederhana (Firdaus 2013). Pengembangan usaha
berupa peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan produksi sesuai dengan kapasitas mesin yang dimiliki maupun
penambahan alat produksi (Indyastuti 2010). Selain untuk meningkatkan kapasitas
produksi, penambahan alat dapat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas produk (Firdaus 2013) atau menambah variasi dari ukuran produk yang
dihasilkan (Hastriratna 2014). Pada analisis kelayakan pengembangan usaha ini,
terdapat dua aspek yang diteliti yakni kelayakan usaha berdasarkan aspek non
finansial dan kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial.
Pada aspek non finansial, aspek-aspek yang diteliti antara lain aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek
lingkungan. Pada penelitian Indyastuti (2010) dan Firdaus (2013), hal-hal yang
dianalisis pada aspek pasar adalah permintaan, penawaran, dan strategi pemasaran
yang dilakukan. Namun, pada penelitian Hastriratna (2014) ditambahkan pula
analisis mengenai potensi pasar. Pada aspek teknis, hal-hal yang diteliti mencakup
lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis
teknologi. Pada analisis aspek teknis, Firdaus (2013) menambahkan informasi
produk dan spesifikasi mesin yang akan digunakan untuk pengembangan usaha,
sedangkan Hastriratna (2014) menambahkan analisis tentang ketersediaan bahan
baku, letak pasar yang dituju, kebutuhan tenaga kerja, dan skala usaha. Pada aspek
manajemen dan hukum dijelaskan mengenai struktur organisasi perusahaan,
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam melakukan kegiatan usaha, serta
bentuk badan usaha maupun perijinan yang dimiliki oleh perusahaan. Pada aspek
sosial dan ekonomi dianalisis bagaimana dampak dari keberadaan bisnis bagi
masyarakat sekitar maupun kontribusi usaha tersebut terhadap perekonomian
daerah secara keseluruhan. Analisis terhadap aspek lingkungan dilakukan untuk
8
mengetahui bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan usaha
(Indyastuti 2010).
Pada analisis mengenai aspek finansial, kriteria kelayakan investasi yang
digunakan adalah net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C),
internal rate of return (IRR), payback period (PP), dan analisis switching value.
Pada penelitian Firdaus (2013) ditambahkan perhitungan incremental net benefit
untuk menunjukkan manfaat bersih tambahan yang diperoleh setelah pemanfaatan
faktor-faktor produksi yang belum termanfaatkan. Untuk penelitian mengenai
analisis kelayakan pengembangan usaha, analisis mengenai aspek finansial
dilakukan pada dua skenario, yakni pada kondisi aktual (sebelum pengembangan)
dan kondisi setelah pengembangan.
Untuk mendanai suatu kegiatan investasi pada kegiatan pengembangan
usaha maka biasanya diperlukan dana yang relatif cukup besar sehingga dapat
menjadi kendala untuk melakukan pengembangan bisnis atau investasi. Perolehan
dana dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada, seperti dari modal sendiri,
modal pinjaman, atau keduanya. Pada penelitian Agustika (2009) dan Rohmawati
(2010), sumber modal untuk melakukan pengembangan usaha berasal dari
gabungan modal sendiri dan pinjaman ke bank. Namun, tingkat diskonto yang
digunakan oleh Agustika (2009) hanya menggunakan suku bunga pinjaman ke
bank, sedangkan tingkat diskonto yang digunakan oleh Rohmawati (2010)
merupakan suku bunga rata-rata dari suku bunga pinjaman bank dan suku bunga
deposito.
Pada penelitian Indyastuti (2010) tentang Analisis Kelayakan Usaha
Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten
Lebak, Banten) dan penelitian Hastriratna (2014) mengenai Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka,
disimpulkan bahwa kedua skenario dikatakan layak untuk dijalankan. Hal tersebut
berdasarkan hasil penelitian Indyastuti (2010) bahwa sebelum dilakukan
pengembangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp1 063 214 374.71, IRR sebesar 65
persen, Net B/C sebesar 3.6 persen, dan PP selama 2 tahun 2 bulan 12 hari.
Setelah dilakukan pengembangan usaha, diperoleh nilai NPV sebesar Rp1 415
855 468.24, IRR sebesar 77 persen, Net B/C sebesar 4.3, dan PP selama 1 tahun
10 bulan 11 hari. Hastriratna (2014) memperoleh nilai NPV sebesar Rp561 581
471, Net B/C sebesar 1.642, IRR sebesar 16.75 persen, dan PP selama 7.42 tahun
untuk kondisi aktual, serta diperoleh nilai NPV sebesar Rp991 447 447, Net B/C
2.12, IRR 24.34 persen dan PP selama 4.9 tahun untuk kondisi pengembangan.
Berbeda dengan Indyastuti (2010) dan Hastriratna (2014), Firdaus (2013)
menyimpulkan bahwa pengembangan usaha dikatakan lebih layak untuk
dijalankan. Hal ini didasarkan pada penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Penggilingan Tepung Ubi Jalar pada KWT Berkah Sari
Desa Purwasari, kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, yang memperoleh hasil
analisis kelayakan finansial pada kondisi aktual dikatakan tidak layak untuk
dijalankan karena nilai NPV Rp-3 048 874.96, Net B/C sebesar 0.79, dan IRR
sebesar 2 persen atau lebih kecil dari tingkat discount rate. Tetapi, ditinjau dari PP
selama 8.39 tahun menunjukkan usaha ini layak karena nilai tersebut kurang dari
umur usaha selama 10 tahun. Namun, setelah dilakukan analisis kelayakan
finansial pada skenario II (setelah pengembangan), diperoleh nilai NPV sebesar
Rp53 059 471.44, Net B/C sebesar 2.96, IRR 38 persen dan PP selama 2.82 tahun.
Selain itu, kesimpulan Firdaus (2013) yang menyatakan bahwa pengembangan
9
usaha lebih layak untuk dijalankan didasarkan pula dari hasil perhitungan
incremental net benefit yang menunjukkam total incremental net benefit selama
10 tahun dari usaha ini sebesar Rp85 122 300, sehingga diperoleh nilai NPV
sebesar Rp62 634 376, Net B/C sebesar 12.03 dan PP 2.71 tahun. Pada penelitian
pengembangan usaha dengan sumber modal tambahan pinjaman ke bank, hasil
penelitian Rohmawati (2009) mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Ikan Hias Air Tawar pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor
Utara, Kota Bogor, memperoleh hasil bahwa pengembangan usaha dengan
tambahan modal dari pinjaman bank layak untuk dilakukan. Berdasarkan hasil
analisis aspek finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp2 039 639 749, Net B/C
sebesar 4.08, IRR sebesar 60 persen, dan payback period sebesar 2.03 tahun.
Setelah analisis aspek finansial, dilakukan pula analisis sensitivitas untuk
melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu
analisis kelayakan. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai
pengganti (switching value). Analisis switching value dilakukan untuk mengetahui
perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan
komponen outflow yang dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak untuk
dijalankan (Indyastuti 2010). Perubahan yang terjadi pada usaha tersebut dapat
berupa peningkatan harga bahan baku dan penurunan harga produk (Firdaus
2013).
Berdasarkan hasil analisis Indyastuti (2010), peningkatan harga gula cetak
maksimum untuk kondisi aktual sebesar 6.3 persen sedangkan untuk kondisi
pengembangan sebesar 6.9 persen, dan untuk penurunan harga gula semut
maksimum untuk kondisi aktual sebesar 5.9 persen, sedangkan untuk kondisi
pengembangan sebesar 6.0 persen. Hasil analisis switching value oleh Hastriratna
(2014) menunjukkan bahwa kenaikan harga gula aren pada kondisi aktual sebesar
49.73 persen, sedangkan pada kondisi setelah pengembangan sebesar 71.7 persen,
dan penurunan produksi maksimum pada kondisi aktual sebesar 8.5 persen
sedangkan pada kondisi setelah pengembangan sebesar 12 persen. Pada penelitian
Firdaus (2013), analisis switching value hanya dilakukan pada kondisi setelah
pengembangan. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa perubahan
maksimum dari penurunan harga penjualan tepung ubi jalar sebesar 17.61 persen
dan kenaikan harga bahan baku maksimum sebesar 70.43 persen.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan teori atau kumpulan teoriteori yang relevan dengan masalah. Berikut ini adalah teori-teori yang relevan dan
dapat digunakan pada penelitian ini.
Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), studi kelayakan bisnis merupakan
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang
akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usahat tersebut
dijalankan. Mempelajari secara mendalam memiliki arti bahwa meneliti secara
10
sungguh-sungguh data dan informasi yang ada, kemudian diukur, dihitung dan
dianalisis dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Nurmalina et al (2010) menyatakan studi kelayakan bisnis diperlukan agar
dapat menunjukkan apakah kegiatan investasi dalam bentuk bisnis yang
direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan.
Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi
atau suatu bisnis layak untuk dijalankan.
Tahap-tahap dalam melakukan studi kelayakan bisnis yang umum dilakukan
menurut Kasmir dan Jakfar (2003) adalah sebagai berikut:
1.
Pengumpulan data dan informasi
Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin,
baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data dan informasi
dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, baik data primer
maupun data sekunder.
2.
Pengolahan data
Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah pengolahan data dan informasi tersebut. Pengolahan data
dilakukan secara benar dan akurat dengan metode-metode yang telah lazim
digunakan dan hendaknya perhitungan tersebut diperiksa ulang untuk memastikan
kebenaran dari pengolahan data yang telah dilakukan.
3.
Analisis data
Kelayakan bisnis ditentukan dari kriteria-kriteria seluruh aspek yang telah
memenuhi syarat sesuai kriteria yang layak untuk digunakan. Setiap jenis usaha
memiliki kriteria tersendiri untuk dikatakan layak atau tidak untuk dilakukan.
4.
Mengambil keputusan
Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan mendapatkan hasil dari
pengukuran, selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil tersebut.
Mengambil keputusan layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan sesuai
dengan hasil pengukuran dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
5.
Memberikan rekomendasi
Rekomendasi diberikan kepada pihak-pihak tertentu terhadap laporan studi
kelayakan bisnis yang telah disusun. Pemberian saran serta perbaikan dilakukan
apabila ada suatu kesalahan dalam melaksanakan usaha.
Tujuan Dan Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis perlu dilakukan agar suatu usaha atau proyek yang
dijalankan tidak akan sia-sia. Adanya studi kelayakan bisnis sangat membantu
saat sebelum maupun dalam menjalankan bisnis. Menurut Kasmir dan Jakfar
(2003), tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah menghindari risiko kerugian,
memudahkan perencanaan, memudahkan pelaksanaan pekerjaan, memudahkan
pengawasan, dan memudahkan pengendalian.
Hasil penilaian melalui kelayakan usaha ini sangat diperlukan dan
dibutuhkan oleh berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap usaha atau proyek yang dijalankan. Perusahaan yang melakukan studi
kelayakan akan bertanggung jawab terhadap hasil yang mereka katakan layak
sehingga pihak-pihak yang berkepentingan merasa yakin dan sangat percaya
dengan hasil studi kelayakan bisnis yang telah dilakukan. Adapun pihak-pihak
yang memperoleh manfaat dari studi kelayakan bisnis menurut Umar (2005)
adalah :
11
1.
2.
3.
4.
5.
Pihak investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap
keuntungan yang akan diperoleh, serta jaminan keselamatan atas modal
yang ditanamkannya.
Pihak kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji ulang
studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai bonafiditas dan
tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.
Pihak manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan
bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang
dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana pendanaan dari investor dan
kreditor.
Pihak pemerintah dan masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis yang
memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah akan diprioritaskan
untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.
Bagi tujuan pembangunan ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan
bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan
ditimbulkan terhadap perekonomian nasional.
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), terdapat beberapa aspek yang perlu
dilakukan studi untuk menentukan kelayakan usaha. Masing-masing aspek tidak
berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Hal ini berarti jika salah satu aspek
tidak terpenuhi maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan.
Secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi
aspek pasar, teknis, finansial, manajemen, hukum, ekonomi dan sosial.
1.
Aspek pasar
Aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menganalisis seberapa besar
potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market
share yang dikuasai oleh para pesaing (Kasmir dan Jakfar 2003). Pengkajian
aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis yang berhasil tanpa
adanya permintaan barang/jasa yang dihasilkan proyek tersebut (Umar 2005).
Menurut Nurmalina et al (2010), aspek pasar dan pemasaran mempelajari
tentang :
a) Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis
konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang
proyeksi permintaan tersebut.
b) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari
impor. Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan
dimasa yang akan datang.
c) Harga, dilakukan dengan perbandingan barang-barang impor, produksi
dalam negeri lainnya.
d) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan.
e) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa
dikuasai.
Untuk menganalisis potensi pasar dari produk yang ditawarkan, perusahaan
perlu menganalisis situasi bisnis dan mengetahui posisi perusahaan dalam industri
yang dimasukinya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
menganalisis persaingan industri adalah Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s
Five-Forces Model). Menurut Porter (1980), hakikat persaingan di suatu industri
tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan, yaitu:
12
a) Ancaman masuknya pendatang baru
Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan
untuk merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumberdaya yang besar.
Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga
mengurangi kemampulabaan dari perusahaan.
b) Tingkat persaingan di antara para anggota industri
Persaingan di kalangan anggota industri terjadi untuk memperbaiki posisi
dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, perang iklan,
introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada
pelanggan. Beberapa bentuk persaingan, khususnya persaingan harga,
sangat tidak stabil dan sangat mungkin membuat keadaan indutri memburuk
dari sudut pandang kemampulabaan.
c) Produk pengganti (substitusi)
Produk pengganti (substitusi) merupakan produk-produk yang dapat
menjalankan fungsi yang sama seperti produk yang dihasilkan dalam
industri. Produk pengganti mebatasi laba potensial dari industri dengan
menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat diberikan oleh
perusahaan dalam industri. Makin menarik alternatif harga yang ditawarkan
oleh produk pengganti, maka makin ketat pembatasan laba industri.
d) Kekuatan tawar-menawar pembeli
Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawarmenawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta
berperan sebagai pesaing satu sama lain yang semuanya akan
mengorbankan kemampulabaan industri. Kekuatan dari tiap-tiap kelompok
pembeli yang penting dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik
situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembeliannya.
e) Kekuatan tawar-menawar pemasok
Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan tawar-menawar atas para anggota
industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa
yang dijualnya. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampu labaan suatu
industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan biaya dengan menaikkan
harganya sendiri.
2.
Aspek teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut
selesai dibangun (Nurmalina et al 2010). Aspek teknis berkaitan dengan
pemilihan lokasi proyek, jenis mesin, atau peralatan lainnya yang sesuai dengan
kapasitas produksi, tata letak dan pemilihan teknologi untuk produksi (Umar
2005).
3.
Aspek manajemen dan hukum
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi (Nurmalina et al 2010).
Dalam aspek ini, dilakukan pengkajian tentang bentuk organisasi atau badan
usaha, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, jumlah tenaga kerja yang
digunakan, serta jabatan apa saja yang dibutuhkan.
Aspek hukum mempelajari bentuk badan usaha yang akan digunakan,
berbagai akta, sertifikat, dan izin yang dimiliki perusahaan. Selain itu, aspek
hukum dalam kegiatan bisnis diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar
13
kegiatan bisnis pada saat bekerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2010).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), aspek hukum digunakan untuk meneliti
keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dukumen-dokumen yang dimiliki.
4.
Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
Pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang akan dinilai adalah
seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan lingkungan
terhadap masyarakat keseluruhan. Menurut Nurmalina et al (2010), hal yang
dipelajari pada aspek sosial adalah penambahan kesempatan kerja atau
pengurangan pengangguran. Pada aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan
peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD),
pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Pada aspek
lingkungan, hal yang dipelajari adalah bagaimana pengaruh bisnis terhadap
lingkungan. Dengan adanya bisnis, apakah akan menciptakan lingkungan yang
semakin baik ataukah semakin rusak.
5.
Aspek finansial
Analisis aspek finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan
dan aliran kas proyek bisnis sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana
bisnis yang dimaksud (Umar 2005). Penelitian ini meliputi seberapa lama
pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat
suku bunga yang berlaku sehingga jika dihitung dengan formula penilaian
investasi sangat menguntungkan (Kasmir dan Jakfar 2003).
Menurut Nurmalina et al (2010), untuk menentukan layak atau tidaknya
suatu kegiatan investasi pada bisnis digunakan metode yang umum yang dipakai
yaitu metode discounted cash flow dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap
tahun didiskonto dengan discount factor (DF). Penggunaan discount factor erat
kaitannya dengan preferensi waktu atas uang (time preference of money) di mana
sejumlah uang sekarang lebih disukai daripada sejumlah uang uang sama pada
tahun mendatang. Terdapat beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan
untuk penilaian kelayakan dari suatu bisnis, yakni sebagai berikut:
a) Net Present Value (NPV)
NPV atau nilai kini manfaat bersih yang akan diperoleh pada masa
mendatang merupakan selisih dari nilai kini benefit dengan nilai kini dan
biaya. NPV ini menunjukkan manfaat bersih yang diterima usaha selama
umur usaha pada tingkat suku bunga tertentu.
Nilai NPV lebih dari nol (NPV > 0) artinya usaha tersebut sudah dinyatakan
menguntungkan dan dapat dilaksanakan atau diteruskan.
Nilai NPV kurang dari nol (NPV < 0) artinya usaha merugikan dan tidak
dapat dilaksanakan.
Nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya usaha tersebut tidak untung
dan tidak rugi.
b) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan
bersih pada tahun di mana keuntungan bersih bernilai positif dengan
keuntungan bersih yang bernilai negatif. Metode ini digunakan untuk
menghitung antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di
masa mendatang dengan nilai sekarang investasi.
14
Nilai Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C > 1) artinya usaha dianggap
layak untuk dilaksanakan secara finansial.
Net B/C kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya usaha tidak layak untuk
dilaksanakan secara finansial.
Net B/C sama dengan satu (Net B/C = 1) maka biaya yang dikeluarkan sama
dengan keuntungan yang didapatkan.
c) Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat suku bunga di mana nilai kini dari biaya total sama
dengan nilai kini dari penerimaan total atau dapat diartikan sebagai tingkat
suku bunga yang menyebabkan NPV = 0. Tingkat IRR mencerminkan tingkat
suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya
yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih
besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Sebaliknya, apabila nilai IRR
lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka bisnis tidak layak
untuk dilaksanakan. Hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada
Gambar 2.
Sumber: Nurmalina et al (2010)
Gambar 2 Hubungan antara NPV dan IRR
d) Payback Period (PP)
Payback Period merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu
(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha (Kasmir dan
Jakfar 2003). Metode ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat
investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat
pengembaliannya termasuk bisnis yang kemungkinan besar akan dipilih.
Metode ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi (Nurmalina et
al 2010).
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
Menurut Nurmalina et al (2010), analisis sensitivitas digunakan untuk
melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu
analisis kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan
terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila
terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat.
Menurut Kadariah et al (1999) dalam Nurmalina et al (2010), analisis
sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha
ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
15
mengandung ketidakpastian tetang apa yang akan terjadi di waktu yang akan
datang. Menurut Gittinger (1986), perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam
menjalankan bisnis pada umumnya disebabkan oleh (1) harga, (2) keterlambatan
pelaksanaan, (3) kenaikan dalam biaya, dan (4) hasil produksi.
Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti
(switching value). Analisis ini digunakan untuk mengukur “perubahan
maksimum” dari perubahan suatu k
PEMBUATAN SERBUK MINUMAN BANDREK INSTAN
PADA RRADH INDONESIA FIC, KOTA SUKABUMI
DIANA HERLINA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan
pada Rradh Indonesia FIC, Kota Sukabumi adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor,
Juni 2015
Diana Herlina
NIM H34110019
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
DIANA HERLINA. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembuatan
Bandrek Instan pada Rradh Indonesia FIC, Kota Sukabumi. Dibimbing oleh
JUNIAR ATMAKUSUMA.
Bandrek merupakan salah satu minuman tradisional Jawa Barat yang
menjadi salah satu produk unggulan Kota Sukabumi. Rradh Indonesia FIC
merupakan salah satu produsen bandrek instan di Kota Sukabumi. Permintaan
konsumen yang meningkat menjadi peluang usaha bagi Rradh Indonesia FIC
untuk meningkatkan produksi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan yang
akan dilakukan oleh Rradh Indonesia FIC. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif untuk aspek non finansial dan
metode kuantitatif untuk aspek finansial. Berdasarkan hasil analisis aspek non
finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta
aspek ekonomi sosial dan lingkungan, usaha pembuatan serbuk minuman bandrek
instan layak untuk dijalankan. Hasil analisis finansial berdasarkan kriteria
investasi NPV, Net B/C, IRR, dan payback period menunjukkan rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan layak untuk
dijalankan. Sedangkan berdasarkan analisis switching value, usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC memiliki tingkat
sensitifitas yang tinggi pada penurunan penjualan produk.
Kata kunci: kelayakan, minuman tradisional, pengembangan
ABSTRACT
DIANA HERLINA. Feasibility Analysis of Bandrek Instant Production Business
Development at Rradh Indonesia FIC in Sukabumi. Supervised by JUNIAR
ATMAKUSUMA.
Bandrek is one of traditional beverages from West Java that became one of
supreme products in Sukabumi. Rradh Indonesia FIC is one of the bandrek instant
producers in Sukabumi. The increasing of consumer’s demand of bandrek instant
has become Rradh Indonesia FIC’s opportunity to increase production. The
purpose of this study is to analyze the feasibility of developing bandrek instant
production that are going to be performed by Rradh Indonesia FIC. Data analysis
methods that are used in this study were a qualitatif analysis method for nonfinancial aspects and quantitatif analysis method for financial aspects. The results
of non-financial analysis showed that the business is feasible to run based on nonfinancial aspects such as market, technical, management and legal aspect, and also
economic social and environmental aspect. The result of financial analysis based
on investment criteria such as NPV, Net B/C, IRR, and payback period showed
that development plan from this business is feasible to run. Meanwhile, according
to switching value analysis shows that the business of bandrek instant production
in Rradh Indonesia FIC has high sensitifity in product selling.
Keywords: development, feasibility, traditional beverage
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA
SERBUK MINUMAN BANDREK INSTAN PADA
RRADH INDONESIA FIC, KOTA SUKABUMI
DIANA HERLINA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
merupakan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilaksanakan pada bulan
Januari hingga Februari 2015 dengan judul “Analisis Kelayakan Pengembangan
Usaha Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan pada Rradh Indonesia FIC,
Kota Sukabumi”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
Indonesia FIC, Kota Sukabumi berdasarkan aspek non finansial dan aspek
finansial.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Juniar Atmakusuma, MS
selaku pembimbing, serta Dr Ir Burhanuddin, MM dan Etriya, SP MM yang telah
banyak memberikan saran dan masukan. Disamping itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada para staf dan dosen Departemen Agribisnis
yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi, Bapak Dana Saidana
selaku pemilik usaha yang telah bersedia memberikan informasi serta menjadi
tempat penelitian penulis, serta teman-teman seperjuangan yang ikut membantu
dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor,
Juni 2015
Diana Herlina
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
Minuman Tradisional Serbuk Instan
6
Kelayakan Pengembangan Usaha
7
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
9
9
15
18
Lokasi dan Waktu Penelitian
18
Jenis dan Sumber Data
18
Metode Pengumpulan Data
18
Metode Pengolahan dan Analisis Data
18
Analisis Aspek Non Finansial
19
Analisis Aspek Finansial
20
Analisis Switching Value
22
Asumsi Dasar Penelitian
22
GAMBARAN UMUM USAHA
23
Sejarah dan Gambaran Umum Usaha
23
Visi dan Misi Perusahaan
24
Keadaan Lokasi
24
Peralatan Produksi untuk Pembuatan Serbuk Minuman Bandrek Instan
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
26
Analisis Aspek Non Finansial
26
Analisis Aspek Finansial
43
Analisis Switching Value
SIMPULAN DAN SARAN
52
53
Simpulan
53
Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
54
LAMPIRAN
56
DAFTAR TABEL
1 Nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Sukabumi
menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013
2 Jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi berdasarkan jenis
kegiatan tahun 2010-2014
3 Daftar nama UKM pengolahan serbuk minuman bandrek instan di
Kota Sukabumi tahun 2014
4 Sebaran permintaan dan produksi produk serbuk minuman bandrek
instan di Rradh Indonesia FIC tahun 2015
5 Kapasitas produksi per bulan di Rradh Indonesia FIC pada tahun 2014
6 Gaji tenaga kerja di Rradh Indonesia FIC
7 Proyeksi penerimaan penjualan serbuk minuman bandrek instan per
tahun di Rradh Indonesia FIC
8 Nilai sisa investasi usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan
di Rradh Indonesia FIC
9 Biaya investasi rencana pengembangan usaha di Rradh Indonesia FIC
10 Umur ekonomis dan nilai penyusutan per tahun dari investasi pada
rencana pengembangan usaha di Rradh Indonesia FIC
11 Hasil kelayakan investasi rencana pengembangan usaha di Rradh
Indonesia FIC
12 Hasil analisis switching value pada rencana pengembangan usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
1
2
3
27
34
41
44
45
46
47
50
52
DAFTAR GAMBAR
1 Permintaan produk serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
Indonesia FIC tahun 2014
2 Hubungan antara NPV dan IRR
3 Kerangka pemikiran operasional
4 Lokasi usaha Rradh Indonesia FIC
5 Peralatan produksi pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC
6 Persentase market share dari industri produk serbuk minuman bandrek
instan di Kota Sukabumi
7 Produk serbuk minuman bandrek instan Rradh Indonesia FIC
8 Skema distribusi produk serbuk minuman bandrek instan Rradh
Indonesia FIC
9 Persentase market share produk serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC
10 Proses produksi serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia
FIC
11 Penjemuran bahan baku
12 Penyangraian rempah-rempah
13 Penghalusan
4
14
17
24
26
28
30
31
32
34
35
35
36
14
15
16
17
18
Pencampuran dan pengemasan
Produk siap didistribusi
Mesin penepung
Mesin pengemas sachet
Layout lokasi usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC
19 Struktur organisasi Rradh Indonesia FIC
20 Hubungan antara NPV dan tingkat suku bunga pada rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC
36
37
38
38
39
40
51
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perizinan dan sertifikat dari usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
2 Rangkuman hasil kelayakan aspek-aspek non finansial pada Rradh
Indonesia FIC
3 Rincian biaya variabel per tahun pada rencana pengembangan usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
4 Annuitas pengembalian pinjaman modal investasi rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan
pada Rradh Indonesia FIC
5 Laba rugi rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
6 Cash flow rencana pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
7 Analisis switching value kenaikan harga gula semut pada rencana
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di
Rradh Indonesia FIC
8 Analisis switching value penurunan jumlah penjualan produk RISD
Super Bandrek original pada rencana pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
9 Analisis switching value penurunan jumlah penjualan produk RISD
Super Bandrek susu pada rencana pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan di Rradh Indonesia FIC
56
57
60
61
62
63
66
69
72
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia
yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi terutama di
Jawa Barat (BPS Provinsi Jawa Barat 2014). Pembangunan bidang industri
merupakan bagian dari pembangunan nasional yang harus dilaksanakan secara
terpadu dan berkelanjutan, sehingga pembangunan bidang industri dapat
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Sektor industri merupakan
sektor yang didorong untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dan
kokoh dalam rangka menciptakan landasan ekonomi yang kuat agar tumbuh
berkembang atas kekuatan sendiri (BPS Kota Sukabumi 2014).
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan tingkat pertumbuhan
industri pengolahan makanan dan minuman yang cukup tinggi dibandingkan
industri lainnya. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Provinsi Jawa Barat tahun 2014, jumlah industri pengolahan
makanan dan minuman di Jawa Barat pada tahun 2011 telah mencapai 1 989 unit
usaha. Sebanyak 58.82 persen, kegiatan industri pengolahan makanan dan
minuman di Jawa Barat dilakukan oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Saat ini kegiatan industri pengolahan makanan dan minuman tidak hanya
berada di kota-kota besar saja namun sudah merambah hingga ke kota-kota kecil,
salah satunya yaitu Kota Sukabumi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
Kota Sukabumi tahun 2014, sektor pengolahan di Kota Sukabumi telah
memberikan kontribusi sebesar 5.14 persen pada produk domestik regional bruto
(PDRB) Kota Sukabumi. Tabel 1 menunjukkan nilai PDRB Kota Sukabumi
menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013.
Tabel 1
Nilai produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Sukabumi
menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2013
PDRB
Persentase
No
Lapangan usaha
(juta Rupiah)
(%)
1
Pertanian, peternakan, kehutanan, dan
62 305.04
3.25
perikanan
2
Pertambangan dan penggalian
88.67
0.00
3
Industri pengolahan
124 039.16
5.14
4
Listrik, gas, dan air bersih
30 804.55
1.33
5
Bangunan
158 415.42
5.21
6
Perdagangan, hotel, dan restoran
1 029 262.80
47.80
7
Pengangkutan dan komunikasi
386 821.41
16.43
8
Keuangan, persewaan, dan jasa
197 864.69
8.32
perusahaan
9
Jasa-jasa
265 285.74
12.53
Produk domestik regional bruto (PDRB)
2 254 887.46
100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi (2014)
2
Kontribusi sektor industri pengolahan pada PDRB Kota Sukabumi
diharapkan dapat meningkat seiring dengan peningkatan nilai investasi yang
ditanamkan untuk sektor industri pengolahan setiap tahunnya. Berdasarkan data
Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Sukabumi,
investasi di berbagai kegiatan sektor industri pengolahan pada tahun 2014
mencapai Rp47 708 000 000 atau naik 1.44 persen dibanding tahun 2013. Selain
itu, berdasarkan data BPS Kota Sukabumi tahun 2014, laju pertumbuhan sektor
industri pengolahan di Kota Sukabumi pada tahun 2013 berdasarkan harga
konstan mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan sektor lainnya,
yakni sebesar 7.93 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan
merupakan sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Industri pengolahan di Kota Sukabumi terdiri dari industri pengolahan
makanan dan minuman, industri kayu olahan, dan industri kerajinan tangan.
Setiap tahunnya jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi mengalami
peningkatan. Tabel 2 menunjukkan peningkatan jumlah industri pengolahan di
Kota Sukabumi berdasarkan jenis kegiatan tahun 2010 hingga 2014.
Tabel 2 Jumlah industri pengolahan di Kota Sukabumi berdasarkan jenis
kegiatan tahun 2010-2014
Industri
Industri makanan
Industri kayu
Jenis
kerajinan
dan minuman
olahan
kegiatan
tangan
(unit)
(unit)
(unit)
2010
888
291
226
2011
946
305
235
2012
972
306
235
2013
981
306
240
2014
1 012
307
247
Sumber: Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi, 2015
(diolah)
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa industri pengolahan di Kota
Sukabumi lebih banyak dilakukan pada kegiatan pengolahan makanan dan
minuman. Peningkatan jumlah industri pengolahan makanan dan minuman yang
lebih tinggi dibandingkan industri pengolahan lainnya menunjukkan bahwa
industri pengolahan makanan dan minuman memiliki potensi yang cukup baik di
Kota Sukabumi. Pengembangan sektor industri pengolahan makanan dan
minuman terutama produk makanan dan minuman khas di Kota Sukabumi
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Dewan Kerajinan Nasional
Daerah (Dekranasda) Kota Sukabumi untuk meningkatkan jumlah wisatawan
yang datang ke Kota Sukabumi dan meningkatkan pendapatan daerah. Salah satu
produk unggulan dari sektor pengolahan makanan dan minuman di Kota
Sukabumi adalah bandrek instan.
Bandrek dikenal sebagai minuman tradisional Jawa Barat. Minuman
bandrek terbuat dari bahan-bahan alami dengan racikan dan komposisi yang tepat
sehingga memiliki rasa dan aroma yang khas. Selain sebagai minuman penyegar,
bandrek juga memiliki aspek fungsional bagi kesehatan dan dapat menjaga
kebugaran tubuh. Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini bandrek telah
dibuat menjadi produk serbuk minuman instan sehingga lebih praktis dan
memiliki daya simpan yang lebih lama. Aspek kemudahan dalam penyajian,
3
penyimpanan, dan transportasi menjadi nilai tambah dari produk serbuk minuman
instan. Cita rasa yang khas serta tampilan dan bentuk kemasan yang menarik
merupakan alasan produk serbuk minuman bandrek instan ini dapat menjadi
produk unggulan Kota Sukabumi.
Hingga tahun 2014, terdapat enam unit UKM yang memproduksi serbuk
minuman bandrek instan di Kota Sukabumi. Adapun daftar nama UKM yang
memproduksi serbuk minuman bandrek instan di Kota Sukabumi dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Daftar nama UKM pengolahan serbuk minuman bandrek instan
di Kota Sukabumi tahun 2014
Kapasitas
Tahun
No
Nama UKM
Kelurahan
produksi
daftar
(kg)
1 Rradh Indonesia FIC
Cikole
2005
487
2 Bandrek Cap Gelas
Nanggeleng
2007
1 000
3 Supernoni
Cikondang
2009
400
4 Bandrek Do’I
Pelabuhan
2009
450
5 Tia Sari
Limus Nunggal
2010
125
6 Super Bandrek
Cibeureum
2013
375
Sumber: Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi
(2015)
Rradh Indonesia Family Industry Company (FIC) merupakan salah satu
UKM di Kota Sukabumi yang bergerak di bidang pembuatan serbuk minuman
bandrek instan dengan merek RISD Super Bandrek. Rradh Indonesia FIC
merupakan produsen serbuk minuman bandrek instan pertama di Kota Sukabumi.
Keunggulan dari produk Rradh Indonesia FIC adalah penggunaan lada hitam
sebagai bahan bakunya serta tampilan kemasan yang menarik sehingga cocok
untuk menjadi buah tangan bagi wisatawan. Produk serbuk minuman bandrek
instan dari Rradh Indonesia FIC telah lama dikenal sebagai produk khas Kota
Sukabumi, bahkan Rradh Indonesia FIC sudah pernah menerima pesanan dari luar
negeri, seperti Arab Saudi, Malaysia, dan Rusia. Selain memproduksi serbuk
minuman bandrek instan merek RISD Super Bandrek, Rradh Indonesia FIC juga
memproduksi serbuk minuman bandrek instan untuk perusahaan lain.
Rumusan Masalah
Rradh Indonesia FIC merupakan salah satu binaan Dewan Kerajinan
Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Sukabumi. Dengan bantuan Deskranasda
Kota Sukabumi, produk serbuk minuman bandrek instan diperkenalkan dan
dipromosikan sebagai salah satu produk khas unggulan Kota Sukabumi.
Dekranasda Kota Sukabumi telah menunjuk Rradh Indonesia FIC sebagai salah
satu produsen utama bandrek instan khas Kota Sukabumi, karena produk bandrek
instan Rradh Indonesia memiliki ciri khas tersendiri, yakni menggunakan lada
hitam sebagai bahan bakunya. Pemilihan lada hitam sebagai bahan baku dari
serbuk minuman bandrek instan ini karena lada hitam lebih aman dikonsumsi bagi
penderita mag. Selain itu, tampilan kemasan yang menarik menjadi salah satu
nilai tambah dari produk Rradh Indonesia FIC.
4
Dengan adanya promosi bandrek instan sebagai salah satu produk unggulan
Kota Sukabumi, maka permintaan terhadap produk serbuk minuman bandrek
instan dari Rradh Indonesia FIC mengalami peningkatan. Gambar 1 menunjukkan
permintaan produk serbuk minuman bandrek instan dari Rradh Indonesia FIC
pada tahun 2014.
Gambar 1 Permintaan produk serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
Indonesia FIC tahun 2014
Peningkatan permintaan tersebut tidak dapat diimbangi dengan jumlah
produksi Rradh Indonesia FIC yang cenderung konstan akibat keterbatasan
kapasitas produksi. Saat ini, kapasitas produksi Rradh Indonesia FIC per bulan
sebanyak 16 250 sachet yang terdiri dari 7 250 sachet bandrek original dan 9 000
sachet bandrek susu. Permintaan yang belum terpenuhi berasal toko makanan atau
souvenir yang berada di Kota Sukabumi. Selain itu, mulai bulan Juni 2015 Rradh
Indonesia FIC juga mendapat pesanan untuk memproduksi serbuk minuman
bandrek instan original dan serbuk minuman bandrek instan susu secara kontinyu
dari trader. Kegiatan pengemasan serbuk minuman bandrek instan pada Rradh
yang masih dilakukan secara manual menjadi penyebab utama terbatasnya jumlah
produk yang dapat dihasilkan. Selain itu, kapasitas blender yang digunakan untuk
menghaluskan bahan baku juga masih sedikit yakni 150 gram rempah-rempah
pada sekali proses penghalusan. Agar dapat memenuhi permintaan pasar, maka
Rradh Indonesia FIC berencana untuk melakukan pengembangan usaha untuk
memenuhi permintaan akan produk serbuk minuman bandrek instan di
perusahaannya.
Adapun upaya pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Rradh
Indonesia FIC meliputi pembelian peralatan produksi dan peningkatan kapasitas
produksi. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan dengan penambahan mesin
tanpa harus mengurangi atau menggangu proses produksi yang sedang dilakukan
saat ini. Kegiatan pengembangan usaha tersebut memerlukan modal investasi
yang cukup besar dan hingga saat ini usaha yang dijalankan Rradh Indonesia FIC
belum pernah dianalisis kelayakan usahanya sehingga diperlukan analisis
kelayakan usaha terkait pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ini untuk mengkaji apakah kegiatan investasi ini layak atau tidak
untuk dilaksanakan.
5
Kondisi lingkungan usaha yang tidak pasti atau dapat mengalami perubahan
seperti harga input dan penjualan output yang berfluktuasi akan mempengaruhi
biaya dan manfaat yang diperoleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya.
Untuk itu diperlukan analisis switching value untuk mengetahui seberapa besar
perubahan maksimum dari harga input maupun penjualan output yang dapat
ditolerir pada usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan ini agar tetap
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana kelayakan aspek non finansial pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan?
2.
Bagaimana kelayakan aspek finansial pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan dilihat dari kriteria investasi yaitu net
present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return
(IRR), dan payback period (PP)?
3.
Bagaimana switching value kelayakan pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan jika terjadi peningkatan harga bahan baku
dan penurunan penjualan produk?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ditinjau dari aspek non finansial.
2.
Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ditinjau dari aspek finansial.
3.
Menganalisis switching value kelayakan pengembangan usaha pembuatan
serbuk minuman bandrek instan jika terjadi peningkatan harga bahan baku
dan penurunan penjualan produk.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada pada penelitian, maka
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, seperti:
1.
Penulis, yakni penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah
2.
Pemilik usaha, yakni penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan
yang bermanfaat dalam mengembangkan usaha pembuatan serbuk minuman
bandrek instan ini
3.
Calon investor, yakni dapat memberikan gambaran mengenai kondisi usaha
pembuatan serbuk minuman bandrek instan, terutama di tempat penelitian
dilakukan
4.
Akademisi, yakni penilitian ini dapat menjadi bahan informasi,
pengetahuan, dan literatur untuk penelitian selanjutnya
6
Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah meneliti kelayakan
pengembangan usaha pembuatan serbuk minuman bandrek instan di Rradh
Indonesia FIC berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non
finansial yang dianalisis adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Aspek finansial yang dianalisis
meliputi analisis laporan laba/rugi, analisis cash flow berdasarkan kriteria
kelayakan investasi, dan analisis switching value. Adapun kriteria kelayakan
investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah net present value (NPV), net
benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR), dan payback period
(PP).
TINJAUAN PUSTAKA
Minuman Tradisional Serbuk Instan
Minuman khas Indonesia merupakan minuman tradisional yang terbuat dari
bahan baku rempah maupun tanaman obat yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia. Minuman tradisional tersebut umumnya berbentuk minuman dan dikenal
sebagai jamu yang merupakan racikan dari berbagai jenis rempah (Ratnaningsih
2008). Minuman tradisional memiliki khasiat yang penting bagi kesehatan,
diantaranya untuk mencegah masuk angin, influenza, rematik dan batuk juga
menghangatkan badan dan meningkatkan stamina (Wasini 2009). Beberapa jenis
minuman tradisional Indonesia adalah kunyit asam, beras kencur, bandrek,
sekoteng, bajigur, wedang secang dan lain-lain.
Bandrek adalah salah satu minuman tradisional yang berasal dari daerah
Jawa Barat. Bandrek terbuat dari campuran gula palem, lada, jahe, kayu manis,
cengkeh, cabe jawa dan rempah-rempah lainnya. Variasi bahan dalam pembuatan
bandrek dipengaruhi oleh kebiasaan daerah masing-masing. Bandrek
Parahiyangan yang menambahkan lada halus (merica halus) dan cabe kering yang
dimemarkan selain bahan utamannya yaitu jahe dan gula jawa, sedangkan pada
bandrek Wetan ditambahkan serai untuk menambah aroma dan rasa pada bandrek
(Wasini 2009). Selain menggunakan beragam rempah-rempah, bandrek pun dapat
divariasikan dengan bahan lainnya seperti susu dan serutan kelapa muda.
Bandrek biasa disajikan pada saat cuaca dingin, yakni saat hujan ataupun
malam hari. Minuman ini berkhasiat untuk meningkatkan kehangatan tubuh,
meringankan batuk, mencegah masuk angin, melancarkan peredaran darah,
mengobati mual dan menjaga stamina tubuh. Minuman bandrek termasuk dalam
kategori pangan fungsional (food suplement) karena dilihat dari definisinya,
pangan fungsional merupakan makanan atau minuman yang mengandung bioaktif
yang bermanfaat bagi kesehatan (Wasini 2009).
Perkembangan pola hidup masyarakat yang saat ini semakin kompleks
menuntut tersedianya berbagai produk siap saji (instan). Keunggulan bentuk
serbuk minuman instan adalah kemampuan larut tanpa melibatkan pengadukan
secara manual dengan syarat semua komponen mudah larut dalam air. Selain itu,
keunggulan lain yang dimiliki dari produk dalam bentuk serbuk instan adalah
7
daya simpan lebih lama, membutuhkan ruangan lebih kecil untuk transportasi, dan
lebih mudah dikemas (Utami 2008). Penyajian dalam bentuk bubuk cepat saji
(instan) merupakan suatu alternatif untuk menyediakan minuman yang
menyehatkan dan praktis (Ratnaningsih 2008).
Kelayakan Pengembangan Usaha
Menurut Nurmalina et al (2009), studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan
investasi adalah penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi
memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis
merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak
untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan
gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat
(benefit) yang dapat diterima oleh suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar
dalam pengambilan keputusan investasi.
Studi kelayakan usaha digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha yaitu
yang pertama jika dia merupakan suatu usaha baru dan yang kedua apabila
terdapat investasi baru pada usaha tersebut. Salah satu jenis pengembangan usaha
yang dapat dilakukan adalah penambahan alat produksi maupun peningkatan
kapasitas produksi (Hastriratna 2014). Alasan pengembangan usaha tersebut
dilakukan karena terdapat permintaan pasar yang belum bisa dipenuhi karena
keterbatasan kapasitas produksi ataupun produktivitas yang rendah akibat
teknologi yang digunakan masih sederhana (Firdaus 2013). Pengembangan usaha
berupa peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan produksi sesuai dengan kapasitas mesin yang dimiliki maupun
penambahan alat produksi (Indyastuti 2010). Selain untuk meningkatkan kapasitas
produksi, penambahan alat dapat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas produk (Firdaus 2013) atau menambah variasi dari ukuran produk yang
dihasilkan (Hastriratna 2014). Pada analisis kelayakan pengembangan usaha ini,
terdapat dua aspek yang diteliti yakni kelayakan usaha berdasarkan aspek non
finansial dan kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial.
Pada aspek non finansial, aspek-aspek yang diteliti antara lain aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek
lingkungan. Pada penelitian Indyastuti (2010) dan Firdaus (2013), hal-hal yang
dianalisis pada aspek pasar adalah permintaan, penawaran, dan strategi pemasaran
yang dilakukan. Namun, pada penelitian Hastriratna (2014) ditambahkan pula
analisis mengenai potensi pasar. Pada aspek teknis, hal-hal yang diteliti mencakup
lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis
teknologi. Pada analisis aspek teknis, Firdaus (2013) menambahkan informasi
produk dan spesifikasi mesin yang akan digunakan untuk pengembangan usaha,
sedangkan Hastriratna (2014) menambahkan analisis tentang ketersediaan bahan
baku, letak pasar yang dituju, kebutuhan tenaga kerja, dan skala usaha. Pada aspek
manajemen dan hukum dijelaskan mengenai struktur organisasi perusahaan,
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam melakukan kegiatan usaha, serta
bentuk badan usaha maupun perijinan yang dimiliki oleh perusahaan. Pada aspek
sosial dan ekonomi dianalisis bagaimana dampak dari keberadaan bisnis bagi
masyarakat sekitar maupun kontribusi usaha tersebut terhadap perekonomian
daerah secara keseluruhan. Analisis terhadap aspek lingkungan dilakukan untuk
8
mengetahui bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan usaha
(Indyastuti 2010).
Pada analisis mengenai aspek finansial, kriteria kelayakan investasi yang
digunakan adalah net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C),
internal rate of return (IRR), payback period (PP), dan analisis switching value.
Pada penelitian Firdaus (2013) ditambahkan perhitungan incremental net benefit
untuk menunjukkan manfaat bersih tambahan yang diperoleh setelah pemanfaatan
faktor-faktor produksi yang belum termanfaatkan. Untuk penelitian mengenai
analisis kelayakan pengembangan usaha, analisis mengenai aspek finansial
dilakukan pada dua skenario, yakni pada kondisi aktual (sebelum pengembangan)
dan kondisi setelah pengembangan.
Untuk mendanai suatu kegiatan investasi pada kegiatan pengembangan
usaha maka biasanya diperlukan dana yang relatif cukup besar sehingga dapat
menjadi kendala untuk melakukan pengembangan bisnis atau investasi. Perolehan
dana dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada, seperti dari modal sendiri,
modal pinjaman, atau keduanya. Pada penelitian Agustika (2009) dan Rohmawati
(2010), sumber modal untuk melakukan pengembangan usaha berasal dari
gabungan modal sendiri dan pinjaman ke bank. Namun, tingkat diskonto yang
digunakan oleh Agustika (2009) hanya menggunakan suku bunga pinjaman ke
bank, sedangkan tingkat diskonto yang digunakan oleh Rohmawati (2010)
merupakan suku bunga rata-rata dari suku bunga pinjaman bank dan suku bunga
deposito.
Pada penelitian Indyastuti (2010) tentang Analisis Kelayakan Usaha
Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten
Lebak, Banten) dan penelitian Hastriratna (2014) mengenai Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Kecap CV Maja Menjangan di Kabupaten Majalengka,
disimpulkan bahwa kedua skenario dikatakan layak untuk dijalankan. Hal tersebut
berdasarkan hasil penelitian Indyastuti (2010) bahwa sebelum dilakukan
pengembangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp1 063 214 374.71, IRR sebesar 65
persen, Net B/C sebesar 3.6 persen, dan PP selama 2 tahun 2 bulan 12 hari.
Setelah dilakukan pengembangan usaha, diperoleh nilai NPV sebesar Rp1 415
855 468.24, IRR sebesar 77 persen, Net B/C sebesar 4.3, dan PP selama 1 tahun
10 bulan 11 hari. Hastriratna (2014) memperoleh nilai NPV sebesar Rp561 581
471, Net B/C sebesar 1.642, IRR sebesar 16.75 persen, dan PP selama 7.42 tahun
untuk kondisi aktual, serta diperoleh nilai NPV sebesar Rp991 447 447, Net B/C
2.12, IRR 24.34 persen dan PP selama 4.9 tahun untuk kondisi pengembangan.
Berbeda dengan Indyastuti (2010) dan Hastriratna (2014), Firdaus (2013)
menyimpulkan bahwa pengembangan usaha dikatakan lebih layak untuk
dijalankan. Hal ini didasarkan pada penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Penggilingan Tepung Ubi Jalar pada KWT Berkah Sari
Desa Purwasari, kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, yang memperoleh hasil
analisis kelayakan finansial pada kondisi aktual dikatakan tidak layak untuk
dijalankan karena nilai NPV Rp-3 048 874.96, Net B/C sebesar 0.79, dan IRR
sebesar 2 persen atau lebih kecil dari tingkat discount rate. Tetapi, ditinjau dari PP
selama 8.39 tahun menunjukkan usaha ini layak karena nilai tersebut kurang dari
umur usaha selama 10 tahun. Namun, setelah dilakukan analisis kelayakan
finansial pada skenario II (setelah pengembangan), diperoleh nilai NPV sebesar
Rp53 059 471.44, Net B/C sebesar 2.96, IRR 38 persen dan PP selama 2.82 tahun.
Selain itu, kesimpulan Firdaus (2013) yang menyatakan bahwa pengembangan
9
usaha lebih layak untuk dijalankan didasarkan pula dari hasil perhitungan
incremental net benefit yang menunjukkam total incremental net benefit selama
10 tahun dari usaha ini sebesar Rp85 122 300, sehingga diperoleh nilai NPV
sebesar Rp62 634 376, Net B/C sebesar 12.03 dan PP 2.71 tahun. Pada penelitian
pengembangan usaha dengan sumber modal tambahan pinjaman ke bank, hasil
penelitian Rohmawati (2009) mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Ikan Hias Air Tawar pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor
Utara, Kota Bogor, memperoleh hasil bahwa pengembangan usaha dengan
tambahan modal dari pinjaman bank layak untuk dilakukan. Berdasarkan hasil
analisis aspek finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp2 039 639 749, Net B/C
sebesar 4.08, IRR sebesar 60 persen, dan payback period sebesar 2.03 tahun.
Setelah analisis aspek finansial, dilakukan pula analisis sensitivitas untuk
melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu
analisis kelayakan. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai
pengganti (switching value). Analisis switching value dilakukan untuk mengetahui
perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan
komponen outflow yang dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak untuk
dijalankan (Indyastuti 2010). Perubahan yang terjadi pada usaha tersebut dapat
berupa peningkatan harga bahan baku dan penurunan harga produk (Firdaus
2013).
Berdasarkan hasil analisis Indyastuti (2010), peningkatan harga gula cetak
maksimum untuk kondisi aktual sebesar 6.3 persen sedangkan untuk kondisi
pengembangan sebesar 6.9 persen, dan untuk penurunan harga gula semut
maksimum untuk kondisi aktual sebesar 5.9 persen, sedangkan untuk kondisi
pengembangan sebesar 6.0 persen. Hasil analisis switching value oleh Hastriratna
(2014) menunjukkan bahwa kenaikan harga gula aren pada kondisi aktual sebesar
49.73 persen, sedangkan pada kondisi setelah pengembangan sebesar 71.7 persen,
dan penurunan produksi maksimum pada kondisi aktual sebesar 8.5 persen
sedangkan pada kondisi setelah pengembangan sebesar 12 persen. Pada penelitian
Firdaus (2013), analisis switching value hanya dilakukan pada kondisi setelah
pengembangan. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa perubahan
maksimum dari penurunan harga penjualan tepung ubi jalar sebesar 17.61 persen
dan kenaikan harga bahan baku maksimum sebesar 70.43 persen.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan teori atau kumpulan teoriteori yang relevan dengan masalah. Berikut ini adalah teori-teori yang relevan dan
dapat digunakan pada penelitian ini.
Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), studi kelayakan bisnis merupakan
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang
akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usahat tersebut
dijalankan. Mempelajari secara mendalam memiliki arti bahwa meneliti secara
10
sungguh-sungguh data dan informasi yang ada, kemudian diukur, dihitung dan
dianalisis dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Nurmalina et al (2010) menyatakan studi kelayakan bisnis diperlukan agar
dapat menunjukkan apakah kegiatan investasi dalam bentuk bisnis yang
direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan.
Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi
atau suatu bisnis layak untuk dijalankan.
Tahap-tahap dalam melakukan studi kelayakan bisnis yang umum dilakukan
menurut Kasmir dan Jakfar (2003) adalah sebagai berikut:
1.
Pengumpulan data dan informasi
Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin,
baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data dan informasi
dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, baik data primer
maupun data sekunder.
2.
Pengolahan data
Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah pengolahan data dan informasi tersebut. Pengolahan data
dilakukan secara benar dan akurat dengan metode-metode yang telah lazim
digunakan dan hendaknya perhitungan tersebut diperiksa ulang untuk memastikan
kebenaran dari pengolahan data yang telah dilakukan.
3.
Analisis data
Kelayakan bisnis ditentukan dari kriteria-kriteria seluruh aspek yang telah
memenuhi syarat sesuai kriteria yang layak untuk digunakan. Setiap jenis usaha
memiliki kriteria tersendiri untuk dikatakan layak atau tidak untuk dilakukan.
4.
Mengambil keputusan
Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan mendapatkan hasil dari
pengukuran, selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil tersebut.
Mengambil keputusan layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan sesuai
dengan hasil pengukuran dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
5.
Memberikan rekomendasi
Rekomendasi diberikan kepada pihak-pihak tertentu terhadap laporan studi
kelayakan bisnis yang telah disusun. Pemberian saran serta perbaikan dilakukan
apabila ada suatu kesalahan dalam melaksanakan usaha.
Tujuan Dan Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis perlu dilakukan agar suatu usaha atau proyek yang
dijalankan tidak akan sia-sia. Adanya studi kelayakan bisnis sangat membantu
saat sebelum maupun dalam menjalankan bisnis. Menurut Kasmir dan Jakfar
(2003), tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah menghindari risiko kerugian,
memudahkan perencanaan, memudahkan pelaksanaan pekerjaan, memudahkan
pengawasan, dan memudahkan pengendalian.
Hasil penilaian melalui kelayakan usaha ini sangat diperlukan dan
dibutuhkan oleh berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap usaha atau proyek yang dijalankan. Perusahaan yang melakukan studi
kelayakan akan bertanggung jawab terhadap hasil yang mereka katakan layak
sehingga pihak-pihak yang berkepentingan merasa yakin dan sangat percaya
dengan hasil studi kelayakan bisnis yang telah dilakukan. Adapun pihak-pihak
yang memperoleh manfaat dari studi kelayakan bisnis menurut Umar (2005)
adalah :
11
1.
2.
3.
4.
5.
Pihak investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap
keuntungan yang akan diperoleh, serta jaminan keselamatan atas modal
yang ditanamkannya.
Pihak kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji ulang
studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai bonafiditas dan
tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.
Pihak manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan
bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang
dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana pendanaan dari investor dan
kreditor.
Pihak pemerintah dan masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis yang
memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah akan diprioritaskan
untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.
Bagi tujuan pembangunan ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan
bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan
ditimbulkan terhadap perekonomian nasional.
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), terdapat beberapa aspek yang perlu
dilakukan studi untuk menentukan kelayakan usaha. Masing-masing aspek tidak
berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Hal ini berarti jika salah satu aspek
tidak terpenuhi maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan.
Secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi
aspek pasar, teknis, finansial, manajemen, hukum, ekonomi dan sosial.
1.
Aspek pasar
Aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menganalisis seberapa besar
potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market
share yang dikuasai oleh para pesaing (Kasmir dan Jakfar 2003). Pengkajian
aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis yang berhasil tanpa
adanya permintaan barang/jasa yang dihasilkan proyek tersebut (Umar 2005).
Menurut Nurmalina et al (2010), aspek pasar dan pemasaran mempelajari
tentang :
a) Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis
konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang
proyeksi permintaan tersebut.
b) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari
impor. Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan
dimasa yang akan datang.
c) Harga, dilakukan dengan perbandingan barang-barang impor, produksi
dalam negeri lainnya.
d) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan.
e) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa
dikuasai.
Untuk menganalisis potensi pasar dari produk yang ditawarkan, perusahaan
perlu menganalisis situasi bisnis dan mengetahui posisi perusahaan dalam industri
yang dimasukinya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
menganalisis persaingan industri adalah Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s
Five-Forces Model). Menurut Porter (1980), hakikat persaingan di suatu industri
tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan, yaitu:
12
a) Ancaman masuknya pendatang baru
Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan
untuk merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumberdaya yang besar.
Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga
mengurangi kemampulabaan dari perusahaan.
b) Tingkat persaingan di antara para anggota industri
Persaingan di kalangan anggota industri terjadi untuk memperbaiki posisi
dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, perang iklan,
introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada
pelanggan. Beberapa bentuk persaingan, khususnya persaingan harga,
sangat tidak stabil dan sangat mungkin membuat keadaan indutri memburuk
dari sudut pandang kemampulabaan.
c) Produk pengganti (substitusi)
Produk pengganti (substitusi) merupakan produk-produk yang dapat
menjalankan fungsi yang sama seperti produk yang dihasilkan dalam
industri. Produk pengganti mebatasi laba potensial dari industri dengan
menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat diberikan oleh
perusahaan dalam industri. Makin menarik alternatif harga yang ditawarkan
oleh produk pengganti, maka makin ketat pembatasan laba industri.
d) Kekuatan tawar-menawar pembeli
Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawarmenawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta
berperan sebagai pesaing satu sama lain yang semuanya akan
mengorbankan kemampulabaan industri. Kekuatan dari tiap-tiap kelompok
pembeli yang penting dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik
situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembeliannya.
e) Kekuatan tawar-menawar pemasok
Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan tawar-menawar atas para anggota
industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa
yang dijualnya. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampu labaan suatu
industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan biaya dengan menaikkan
harganya sendiri.
2.
Aspek teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut
selesai dibangun (Nurmalina et al 2010). Aspek teknis berkaitan dengan
pemilihan lokasi proyek, jenis mesin, atau peralatan lainnya yang sesuai dengan
kapasitas produksi, tata letak dan pemilihan teknologi untuk produksi (Umar
2005).
3.
Aspek manajemen dan hukum
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi (Nurmalina et al 2010).
Dalam aspek ini, dilakukan pengkajian tentang bentuk organisasi atau badan
usaha, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, jumlah tenaga kerja yang
digunakan, serta jabatan apa saja yang dibutuhkan.
Aspek hukum mempelajari bentuk badan usaha yang akan digunakan,
berbagai akta, sertifikat, dan izin yang dimiliki perusahaan. Selain itu, aspek
hukum dalam kegiatan bisnis diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar
13
kegiatan bisnis pada saat bekerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2010).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), aspek hukum digunakan untuk meneliti
keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dukumen-dokumen yang dimiliki.
4.
Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
Pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang akan dinilai adalah
seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan lingkungan
terhadap masyarakat keseluruhan. Menurut Nurmalina et al (2010), hal yang
dipelajari pada aspek sosial adalah penambahan kesempatan kerja atau
pengurangan pengangguran. Pada aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan
peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD),
pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Pada aspek
lingkungan, hal yang dipelajari adalah bagaimana pengaruh bisnis terhadap
lingkungan. Dengan adanya bisnis, apakah akan menciptakan lingkungan yang
semakin baik ataukah semakin rusak.
5.
Aspek finansial
Analisis aspek finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan
dan aliran kas proyek bisnis sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana
bisnis yang dimaksud (Umar 2005). Penelitian ini meliputi seberapa lama
pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat
suku bunga yang berlaku sehingga jika dihitung dengan formula penilaian
investasi sangat menguntungkan (Kasmir dan Jakfar 2003).
Menurut Nurmalina et al (2010), untuk menentukan layak atau tidaknya
suatu kegiatan investasi pada bisnis digunakan metode yang umum yang dipakai
yaitu metode discounted cash flow dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap
tahun didiskonto dengan discount factor (DF). Penggunaan discount factor erat
kaitannya dengan preferensi waktu atas uang (time preference of money) di mana
sejumlah uang sekarang lebih disukai daripada sejumlah uang uang sama pada
tahun mendatang. Terdapat beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan
untuk penilaian kelayakan dari suatu bisnis, yakni sebagai berikut:
a) Net Present Value (NPV)
NPV atau nilai kini manfaat bersih yang akan diperoleh pada masa
mendatang merupakan selisih dari nilai kini benefit dengan nilai kini dan
biaya. NPV ini menunjukkan manfaat bersih yang diterima usaha selama
umur usaha pada tingkat suku bunga tertentu.
Nilai NPV lebih dari nol (NPV > 0) artinya usaha tersebut sudah dinyatakan
menguntungkan dan dapat dilaksanakan atau diteruskan.
Nilai NPV kurang dari nol (NPV < 0) artinya usaha merugikan dan tidak
dapat dilaksanakan.
Nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya usaha tersebut tidak untung
dan tidak rugi.
b) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan
bersih pada tahun di mana keuntungan bersih bernilai positif dengan
keuntungan bersih yang bernilai negatif. Metode ini digunakan untuk
menghitung antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di
masa mendatang dengan nilai sekarang investasi.
14
Nilai Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C > 1) artinya usaha dianggap
layak untuk dilaksanakan secara finansial.
Net B/C kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya usaha tidak layak untuk
dilaksanakan secara finansial.
Net B/C sama dengan satu (Net B/C = 1) maka biaya yang dikeluarkan sama
dengan keuntungan yang didapatkan.
c) Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat suku bunga di mana nilai kini dari biaya total sama
dengan nilai kini dari penerimaan total atau dapat diartikan sebagai tingkat
suku bunga yang menyebabkan NPV = 0. Tingkat IRR mencerminkan tingkat
suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya
yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih
besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Sebaliknya, apabila nilai IRR
lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka bisnis tidak layak
untuk dilaksanakan. Hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada
Gambar 2.
Sumber: Nurmalina et al (2010)
Gambar 2 Hubungan antara NPV dan IRR
d) Payback Period (PP)
Payback Period merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu
(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha (Kasmir dan
Jakfar 2003). Metode ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat
investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat
pengembaliannya termasuk bisnis yang kemungkinan besar akan dipilih.
Metode ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi (Nurmalina et
al 2010).
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
Menurut Nurmalina et al (2010), analisis sensitivitas digunakan untuk
melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu
analisis kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan
terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila
terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat.
Menurut Kadariah et al (1999) dalam Nurmalina et al (2010), analisis
sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha
ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
15
mengandung ketidakpastian tetang apa yang akan terjadi di waktu yang akan
datang. Menurut Gittinger (1986), perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam
menjalankan bisnis pada umumnya disebabkan oleh (1) harga, (2) keterlambatan
pelaksanaan, (3) kenaikan dalam biaya, dan (4) hasil produksi.
Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti
(switching value). Analisis ini digunakan untuk mengukur “perubahan
maksimum” dari perubahan suatu k