Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Rumah Makan Sagita

(1)

Oleh

NURMAULIDA SIFA

H24104114

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(2)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Oleh

NURMAULIDA SIFA

H24104114

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(3)

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Mimin Aminah, MM NIP 19660907 199103 2 002

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM NIP 19760623 200604 1 001


(4)

NURMAULIDA SIFA. H24104114. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Rumah Makan Sagita. Di bawah bimbingan MIMIN AMINAH.

Sektor UKM salah satunya rumah makan dan restoran saat ini semakin berkembang dan semakin banyak. Usaha restoran merupakan usaha yang menjanjikan dari waktu ke waktu. Prospek yang cukup baik ini mendorong pelaku usaha di bidang ini untuk mengembangkan usahanya dalam skala yang lebih besar. Salah satunya rumah makan Sagita, pemilik rumah makan Sagita memiliki rencana untuk mengembangkan usahanya dengan membuka cabang di tempat lain. Pemilik perusahaan berencana membuka cabang di daerah Sentul, Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi tetap berada di Kota Bogor, hal ini dikarenakan untuk memudahkan pemilik dalam melakukan pemantauan kantor cabang. Selain itu, menurut pengamatan daerah sentul memiliki potensi yang bagus bagi pemilik rumah makan Sagita untuk mengembangkan usahanya. sentul merupakan lokasi yang strategis dan di daerah sentul kini semakin ramai tempat-tempat wisata yang dapat dikunjungi, seperti Jungleland, Alam Fantasia, Taman Budaya, Sentul Paradise Park, dan beberapa fasilitas lain yang sedang dalam proses pembangunan seperti Rumah Sakit, Apartement, Universitas dan Gedung Perniagaan.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengkaji kelayakan pengembangan usaha rumah makan Sagita dilihat dari aspek finansial dan non finansial. (2) Menganalisis sensitivitas kelayakan rumah makan Sagita terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan permintaan.

Berdasarkan analisis aspek non finansial yang terdiri dari aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologi, serta aspek manajemen, pengembangan usaha rumah makan ini layak untuk dijalankan. Adapun dilihat dari analisis finansial proyek pengembangan usaha rumah makan Sagita juga dinyatakan layak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 45.074.513,53, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 39%, Net Benefit Cost Ratio (B/C) sebesar Rp 1.12 dan Payback Period selama 3 tahun 10 bulan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa tingkat kepekaan maksimum usaha terhadap kenaikan harga bahan baku berada pada batas 14,498%. Apabila kenaikan harga bahan baku melebihi 14,498% maka usaha tidak akan mendapatkan laba bila dijalankan dan begitupun hasil analisis switching value terhadap penurunan permintaan, berada pada batas 16,671% yang artinya apabila penurunan permintaan melebihi 16,671% maka usaha tidak akan mendapatkan laba apabila dijalankan.


(5)

Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 14 Oktober 1989. Penulis yang bernama lengkap Nurmaulida Sifa merupakan anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Endang Kosasih dan Yani Iriani.

Pendidikan pertama penulis di mulai pada tahun 1994 di TK Al-Falah Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan di SDN Pabrik Gas III Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada Tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Bina Insani Bogor, kemudian tahun 2004 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Plus YPHB (Yayasan Persaudaraan Haji Bogor). Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi pada Program Diploma III Administrasi Perkantoran dan Sekretari, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Kemudian penulis melanjutkan kembali pendidikannya pada Program Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(6)

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA RUMAH MAKAN SAGITA”, sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan dari pengembangan usaha Rumah Makan Sagita di Kota Bogor.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan akibat keterbatasan dan kendala yang dihadapi, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2014


(7)

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang mendukung, baik secara moril maupun materil. Sebagai suatu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Mimin Aminah, MM, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai.

2. Bapak/Ibu Dosen pengajar Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmunya selama penulis melaksanakan perkuliahan.

3. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, semangat, dan doa restu kepada penulis. Terima kasih atas dukungannya selalu “I love you”.

4. Ibu Ida Rianti selaku pemilik Rumah Makan Sagita yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

5. Teman-teman seperjuangan yang selalu mendukung, memberikan perhatian dan semangat untuk penulis baik di dalam maupun di luar perkuliahan, Abok Awiw, Tikul, Bu RT, Wawaw, Kemas, Yanda, Mbah, Angger, Ikhsan, Eja, Nijam, Jai, Gin dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

6. The Bloons Familyku sayang yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, canda tawa dan dukungan yang tak pernah henti, yang selalu menemani penulis dalam suka maupun duka, Mami, Ai, Titi, Om adey, ae, Uta, dan Ipan, “Love you too all”.


(8)

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... ivv UCAPAN TERIMAKASIH... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Usaha Kecil dan Menengah ... 8

2.2. Pengembangan Usaha ... 9

2.3. Bisnis ... 10

2.4. Studi Kelayakan Bisnis ... 11

2.4.1 Tahap – tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis ... 12

2.4.2 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis ... 12

2.4.3 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis ... 13

2.4.4 Aspek – aspek Studi Kelayakan Bisnis ... 15

2.5. Penelitian Terdahulu ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Kerangka Pemikiran ... 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 28

3.5.1 Aspek Non Finansial ... 29

3.5.2 Aspek Finansial... 32


(9)

4.1. Gambaran Umum Rumah Makan Sagita ... 36

4.2. Analisis Kelayakan Bisnis ... 37

4.3. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 37

4.3.1 Peluang dan Pangsa Pasar ... 38

4.3.2 Kebijakan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 40

4.3.3 Analisis Pesaing ... 42

4.4. Aspek Teknis dan Teknologi ... 44

4.4.1 Bahan Baku ... 44

4.4.2 Proses Produksi ... 45

4.4.3 Fasilitas, Peralatan, dan Perlengkapan ... 47

4.4.4 Tata Letak dan Pemilihan Lokasi ... 48

4.4.5 Tata Kelola (SOP) ... 50

4.5. Aspek Manajemen dan Hukum ... 51

4.5.1 Kebutuhan Tenaga Ahli ... 51

4.5.2 Kebutuhan Pelatihan ... 53

4.5.3 Struktur Organisasi ... 53

4.5.4 Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha ... 55

4.6. Aspek Sosial Ekonomi ... 56

4.7. Aspek Lingkungan ... 56

4.8. Aspek Keuangan ... 56

4.8.1 Biaya Investasi ... 57

4.8.2 Biaya Operasional... 57

4.8.3 Proyeksi Penjualan ... 60

4.8.4 Proyeksi Arus Kas ... 63

4.8.5 Kriteria Evaluasi Finansial ... 64

4.8.6 Analisis Sensitivitas ... 65

KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

1. Kesimpulan ... 68

2. Saran ... 689

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 71


(10)

No. Halaman

1. Data kunjungan wisatawan ke Kota Bogor tahun 2009-2012 ... 1

2. Perkembangan restoran dan rumah makan di Kota Bogor tahun 2007 - 2010 . 2 3. Data penjualan rumah makan Sagita 2009-2013 ... 2

4. Daftar restoran yang terdapat di Sentul City ... 3

5. Daftar restoran khas Sunda di Sentul City ... 5

6. Peralatan rumah makan Sagita ... 47

7. Perlengkapan rumah makan Sagita ... 48

8. Divisi dan jumlah karyawan rumah makan Sagita ... 53

9. Komponen biaya investasi yang dibutuhkan... 57

10.Biaya tetap ... 58

11.Biaya variabel rumah makan Sagita ... 58

12.Model analisis trend dan nilai parameter kesalahan ... 61

13.Proyeksi penjualan dengan model quadratic (dalam porsi) ... 62

14.Kriteria evaluasi finansial ... 64

15.Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga ... 66


(11)

No. Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 26

2. Proses produksi rumah makan Sagita ... 46

3. Tata letak ... 49

4. Tata kelola SOP... 51

5. Penjualan rumah makan Sagita ... 60

6. Quadratic trend model untuk produk nasi timbel komplit ayam ... 61

7. Quadratic trend model untuk produk nasi timbel komplit empal (data diolah, 2014) ... 62


(12)

No. Halaman

1. Pertanyaan wawancara kepada pemilik perusahaan ... 72

2. Rencana kebutuhan fisik pengembangan usaha rumah makan Sagita ... 74

3. Rencana anggaran biaya pengembangan usaha rumah makan Sagita ... 77

4. Perhitungan biaya penyusutan aset rumah makan Sagita ... 82

5. Rencana cash flow rumah makan Sagita ... 83


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu unsur penting yang menopang perekonomian nasional di Indonesia secara menyeluruh. Hal ini dibuktikan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2012 terdapat 55,2jutausaha kecil menengah. Seluruh usaha tersebut memberikan kontribusi dalam PDB sebesar 57,9% dan kontribusi penyerapan tenaga kerja 97,2%. UKM mampu bertahan dan cenderung bertambah dibandingkan dengan usaha besar yg cenderung mengalami keterpurukan atau bahkan tumbang oleh krisis. Dengan UKM pengangguran akibat tenaga kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang dan UKM mampu menopang peningkatan taraf hidup masyarakat. Mengetahui pentingnya UKM dalam perekonomian Indonesia, pengembangan UKM harus diperhatikan agar dapat bertahan, bersaing, dan dapat memunculkan banyaknya UKM baru.

Tabel 1. Data kunjungan wisatawan ke Kota Bogor tahun 2010 – 2013

No. Jenis

Wisatawan

Jumlah per Tahun

2010 2011 2012 2013

1. Domestik 2.821.508 3.112.414 3.452.211 3.769.787

2. Mancanegara 145.918 151.755 167.006 183.807

Jumlah 2.967.426 3.264.169 3.619.217 3.953.594

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor (2014)

Kedudukan geografis yang berdekatan dengan Ibu kota Negara, kota Bogor merupakan salah satu kota yang sangat strategis untuk mengembangkan UKM. Terlihat dari perkembangan kota Bogor yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Termasuk perkembangan dari sektor UKM salah satunya rumah makan dan restoran. Perkembangan yang terjadi beberapa tahun terakhir mengindikasikan bahwa usaha kuliner di Kota Bogor masih memiliki prospek yang menjanjikan seperti terlihat pada Tabel 2.


(14)

Tabel 2. Perkembangan restoran dan rumah makan di Kota Bogor tahun 2010 - 2013

Tahun Jumlah (Unit) Perkembangan Restoran (%)

2010 137 0

2011 200 31,5

2012 219 8,67

2013 225 2,66

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor (2014)

Salah satu UKM di Kota Bogor yang bergerak di bidang kuliner adalah rumah makan Sagita. Rumah makan Sagita yang berlokasi di Bogor Rest Area KM 38 adalah rumah makan yang menyajikan makanan tradisional khas Sunda dan sudah berjalan selama 6 tahun. Hal yang melatar belakangi pemilihan rumah makan Sagita adalah karena terus berkembangnya sektor UKM dan usaha restoran merupakan usaha yang memiliki prospek yang menjanjikan dari waktu ke waktu, hal ini dikarenakan makanan merupakan kebutuhan dasar yang bersifat kontinu bagi manusia dan sudah merupakan gaya hidup. Pemilik usaha rumah makan Sagita juga memiliki rencana untuk mengembangkan usahanya, alasan yang melatar belakangi pelaku usaha ini mengembangkan usahanya adalah karena terus meningkatnya permintaan di rumah makan Sagita seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data penjualan rumah makan Sagita 2009-2013 Tahun Permintaan Rumah Makan

Sagita (porsi/tahun)

Peningkatan (%)

2009 1720 21%

2010 2886 40%

2011 3806 24%

2012 4930 22%

2013 5922 16%

Sumber : Data penjualan rumah makan Sagita (2014)

Pemilik rumah makan Sagita berencana membuka cabang di daerah Sentul, Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi di tempat berbeda dikarenakan tidak memungkinkannya tempat awal rumah makan Sagita yang berada di


(15)

Bogor Rest Area KM 38 untuk dilakukan pengembangan (sumber daya dan fasilitas terbatas). Pemilihan lokasi di kota yang sama dilakukan untuk memudahkan pemilik untuk melakukan pemantauan, selain itu menurut pengamatan daerah sentul memiliki potensi yang bagus bagi pemilik rumah makan Sagita untuk mengembangkan usahanya karena Sentul merupakan salah satu alternatif daerah tujuan wisata Jabodetabek dimana terdapat banyak wahana rekreasi liburan, seperti Jungleland, Taman Budaya, Alam Fantasia, dan Sentul Paradise Park. Kemudian juga terdapat banyak fasilitas yang tersedia, seperti gedung serbaguna SICC (Sentul International Convention Center) yang biasa digunakan untuk pertunjukkan musik dan pameran-pameran, kemudian Sentul City Offroad Park, Sentul Highlands Golf Course, hotel berbintang, dan beberapa tempat yang masih dalam proses pembangunan.

Namun, setiap usaha atau bisnis pasti memiliki resiko dan tantangan termasuk jenis usaha ini. Dilihat dari lokasi pengembangan usahanya, di daerah Sentul sendiri banyak terdapat tempat yang menawarkan produk makanan, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Daftar restoran yang terdapat di Sentul City

No. Restoran/Rumah Makan/ Cafe Lokasi

1. Restoran Karimata The Grand Sentul City

2. Virgine Cafe Bellanova Country Mall

3. Digital Lifestle Cafe & Resto Bellanova Country Mall

4. Baliniz Cafe Bellanova Country Mall

5. Kedai Kita Bellanova Country Mall

6. D’Hotplate Bellanova Country Mall

7. Kabita Resto Bellanova Country Mall

8. Eco Raos Bellanova Country Mall

9. Obonk Bellanova Country Mall

10. Jin Xiang Oriental Resto Bellanova Country Mall

11. Pecel Solo Ah Poong

12. Kupat Tahu Bandung Ah Poong

13. Gerai Sate Padang Ah Poong

14. Gerai Sate Ayam Madura Ah Poong

15. Gerai Toge goreng Ah Poong

16. Gerai Nasi Bakar Ah Poong


(16)

Lanjutan Tabel 4.

No. Restoran/Rumah Makan/ Cafe Lokasi

18. Bebek Kahlua Ah Poong

19. Gerai Nasi Timbel Ah Poong

20. Singapore Chicken Rice Ah Poong

21. Gerai Gado-gado Ah Poong

22. Bongkot Nasi Campur Bali Ah Poong

23. Gudeg Dewa Ah Poong

24. Gerai Pempek Ah Poong

25. Soto Lamongan H. Said Ah Poong

26. Rumah Sumsum Ah Poong

27. Gerai Lontong Sayur Medan Ah Poong

28. Soto Tangkar Galaxy Ah Poong

29. Gerai Mie Aceh Ah Poong

30. Gerai Soto Kuning Bogor Ah Poong

31. Gerai Bakso Campur Ah Poong

31. Kwetiaw Akang Ah Poong

32. Mie Jowo Ah Poong

33. Gerai Mie Kocok Ah Poong

34. Gerai Bakmie Kepiting Ah Poong

35. Bakmie Grand Kelinci Giant Extra Sentul City

36. Sushi Kiosk Giant Extra Sentul City

37. Lotteria Giant Extra Sentul City

38. Yong Tau fu Giant Extra Sentul City

39. Daiji Ramen Giant Extra Sentul City

40. California Fried Chicken Giant Extra Sentul City

41. Bakmie Golek Plaza Niaga 1

42. Warung Ijo Plaza Niaga 1

43. Gunung Mas Seafood Plaza Niaga 1

44. Mamih Masakan Khas Sunda Plaza Niaga 1

45. Pondok Sate Klaten Plaza Niaga 1

46. Batu Cafe & Resto Plaza Niaga 1

47. Andatu Resto Plaza Niaga 1

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan pemaparan diatas untuk restoran atau gerai rumah makan yang khusus menyajikan menu tradisional khas Sunda sendiri tidak terlalu banyak, seperti yang dapat dilihat di Tabel 5.


(17)

Tabel 5. Daftar restoran khas Sunda di Sentul City

No. Nama Restoran Lokasi

1. Kabita Resto Bellanoca Country Mall

2. Eco Raos Bellanoca Country Mall

3. Gerai Nasi Timbel Ah Poong

4. Mamih Masakan Khas Sunda Plaza Niaga 1 Sumber: Data diolah (2014)

Meski demikian, melihat banyaknya usaha serupa yang tersedia disekitar lokasi perlu dilakukan suatu analisis awal mengenai kelayakan pengembangan usaha tersebut dilihat dari berbagai macam aspek non finansial dan aspek finansial. Dari studi kelayakan tersebut dapat dilihat dari awal bagaimana prospek pemasarannya hingga perhitungan matematis mengenai modal awal dan proyeksi penerimaan, sehingga pemilik dapat mengetahui bagaimana prospek pengembangan usaha kedepannya apakah pengembangan dengan membuka cabang baru dapat mendatangkan income atau profit bagi pemilik usaha dan perluasan pasar dapat membuat rumah makan Sagita banyak dikenal sehingga pengembangan usaha tersebut dapat dijalankan serta mampu bersaing dan bertahan menghadapi para kompetitornya.

1.2. Perumusan Masalah

Prospek yang besar di bisnis makanan, dan keberhasilan yang dicapai pada usaha ditempat awal dilihat dari adanya peningkatan penjualan membuat pemilik rumah makan Sagita ingin mengembangkan usahanya dengan membuka gerai baru. Tetapi, terlalu banyaknya persaingan dengan terdapatnya lebih dari 30 gerai usaha yang sama membuat diperlukannya kajian analisis kelayakan pengembangan bisnis dilihat dari berbagai aspek/sudut pandang untuk mengetahui apakah pengembangan usaha rumah makan Sagita layak untuk dijalankan, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran usaha rumah makan Sagita selama ini serta kemungkinan pengembangan usaha rumah makan Sagita dilihat dari aspek finansial dan non finansial ?


(18)

2. Bagaimana kelayakan rencana pengembangan usaha rumah makan Sagita apabila terjadi perubahan pada beberapa variabel yang dianggap paling berpengaruh, seperti kenaikan harga bahan baku dan penurunan permintaan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengkaji kelayakan pengembangan usaha rumah makan Sagita dilihat dari aspek finansial dan non finansial.

2. Menganalisis sensitivitas kelayakan rumah makan Sagita terhadap perubahan - perubahan yang terjadi pada biaya dan permintaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penilitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi keberlangsungan usaha Rumah Makan Sagita sebagai bahan pertimbangan terutama dalam pengembangan usaha rumah makan Sagita.

2. Bagi Investor

Dapat dijadikan pedoman bagi pengusaha kecil atau investor yang baru akan memulai usaha.

3. Bagi Akademis

Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi atau bahan masukan dan informasi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah makan Sagita yang berlokasi di Bogor Rest Area KM 38. Pemilihan rumah makan Sagita ini dikarenakan rumah makan Sagita merupakan salah satu rumah makan yang ada di Kota Bogor yang ingin dan memiliki peluang untuk mengembangkan usahanya. Penelitian ini berfokus pada aspek non finansial (aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen dan hukum, aspek teknis dan teknologi, aspek sosial ekonomi, dan aspek lingkungan) dan aspek finansial. Kriteria kelayakan yang digunakan adalah NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit-Cost


(19)

Ratio), IRR (Internal Rate Return), PP (Payback Period ), dan Analisis Sensitivitas (Switching Value). Produk yang dijadikan sample dalam penelitian ini adalah produk andalan rumah makan Sagita, yakni nasi timbel komplit ayam goreng dan nasi timbel komplit empal goreng. Studi kelayakan ini akan mencoba untuk memproyeksikan pengembangannya di masa yang akan datang dengan menggunakan asumsi-asumsi penelitian yang telah ditetapkan.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Kecil dan Menengah

Menurut UU No 20 Tahun 2008, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Ciri-ciri Usaha Kecil:

1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap atau tidak gampang berubah.

2. Lokasi/tempat usaha umunya sudah menetap tidak berpindah-pindah. 3. Pada umumnya sudah melakukan pembukuan/manajemen keuangan

walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga dan sudah membuat neraca usaha.

4. Harus memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

5. Sumberdaya manusia (pengusaha) sudah mulai/lebih maju rata-rata berpendidikan SMU namun masih perlu ditingkatkan pengetahuan usahanya dan sudah ada pengalaman usaha namun jiwa wirausahanya masih harus ditingkatkan lagi.

6. Sebagian sudah mulai mengenal dan berhubungan dengan perbankan dalam hal keperluan modal, namun sebagin besar belum dapat membuat business planning, studi kelayakan dan proposal kredit kepada bank sehingga masih sangat memerlukan jasa konsultan/pendampingan.

Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;


(21)

dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Ciri-ciri Usaha Menengah:

1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang lebih jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, bagian produksi dll.

2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan.

3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll.

4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll.

5. Telah sering bermitra dan memanfaatkan pendanaan yang ada di bank. 6. Sumber daya manusianya sudah lebih meningkat, banyak yang sudah

meraih kesarjanaannya sebagai manajer dan telah banyak yang memiliki jiwa wirausaha yang cukup handal, dan lain-lain.

2.2. Pengembangan Usaha

Menurut Umar (2009) sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam dan komperhensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak. Mengembangkan usaha caranya bermacam-macam, misalnya :

1. Membuat perusahaan baru yang secara umum dikenal sebagai anak perusahaan atau secara akademis dikenal sebagai Strategic Business Unit (SBU) dimana produk baru yang akan dibuat berada dibawah perusahaan yang baru ini;


(22)

2.3. Bisnis

Menurut Sutarno (2012), bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi dan memuaskan kebutuhan masyarakat. Bisnis juga dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup masyarakat.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya adalah keuntungan. Pendirian suatu bisnis atau proyek akan memberikan berbagai manfaat atau keuntungan terutama bagi pemilik usaha. Disamping itu keuntungan dan manfaat lain dapat pula dipetik oleh berbagai pihak dengan kehadiran suatu usaha. berikut keuntungan dengan adanya kegiatan bisnis baik bagi perusahaan, pemerintah maupun masyarakat antara lain :

1. Memperoleh Keuntungan

Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan apabila usaha tersebut akan memberikan keuntungan, terutama keuntungan keuangan bagi pemilik bisnis. Keuntungan ini biasanya diukur dari nilai uang yang akan diperoleh dari hasil usaha yang dijalankan.

2. Membuka Peluang Pekerjaan

Dengan adanya usaha jelas akan memberikan peluang pekerjaaan kepada masyarakat, baik bagi masyarakat yang terlibat langsung dengan usaha atau masyarakat yang tinggal disekitar lokasi usaha.

3. Manfaat Ekonomi

a. Menambah jumlah barang dan jasa, dengan tersedianya jumlah barang dan jasa yang lebih banyak, masyarakat memiliki banyak pilihan, sehingga pada akhirnya akan berdampak pada harga yang cenderung turun dan kualitas barang sejenis akan lebih meningkat.

b. Meningkatkan mutu produk, disebabkan dengan adanya produk dari usaha sejenis dapat memacu produsen untuk meningkatkan kualitas produknya.


(23)

c. Meningkatkan devisa khusus untuk barang yang bertujuan ekspor. d. Menghemat devisa dengan memproduksi produk sendiri didalam

negeri.

4. Tersedia Sarana dan Prasarana

Memberikan manfaat terutama bagi masyarakat disekitar lokasi usaha dengan tersedianya sarana dan prasarana, seperti jalan, telepon, air, penerangan, pendidikan dan sarana dan prasarana lainnya.

5. Membuka Isolasi Wilayah

Untuk wilayah tertentu akan membuka isolasi wilayah, wilayah yang tadinya tertutup menjadi terbuka sehingga akses masyarakat akan menjadi lebih baik.

6. Meningkatkan Persatuan dan Membantu Pemerataan Pembangunan Dengan adanya proyek atau usaha biasanya pekerja datang dari berbagai suku bangsa, pertemuan dari berbagai suku akan dapat meningkatkan persatuan. Kemudian dengan adanya proyek atau usaha diberbagai daerah akan memberikan pemerataan pembangunan keseluruh wilayah.

2.4. Studi Kelayakan Bisnis

Suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Studi kelayakan bisnis dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dimasa yang akan datang, sehingga dapat meminimalkan kemungkinan melesetnya hasil yang dicapai dalam suatu investasi. Dengan kata lain, studi kelayakan bisnis akan memperhitungkan hal-hal yang akan menghambat atau peluang dari investasi yang akan dijalankan. Studi kelayakan bisnis minimal dapat memberikan pedoman dan arahan kepada usaha yang akan dijalankan nantinya (Kasmir dan Jakfar, 2012).


(24)

2.4.1 Tahap – tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008), tahapan studi kelayakan bisnis perlu dilakukan secara benar agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tahapan studi kelayakan adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data dan informasi

Mengumpulkan data dan informasi secara kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber-sumber yang dapat dipercaya, misalnya Biro Pusat Statistika (BPS), Bank Indonesia (BI) dan sebagainya.

b. Melakukan pengolahan data

Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dan informasi. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan metode dan ukuran yang telah lazim digunakan dalam bisnis.

c. Analisis Data

Analisis data untuk menentukan kriteria kelayakan suatu aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dengan kriteria-kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria yang layak digunakan.

d. Mengambil keputusan

Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil.

e. Memberikan rekomendasi

Tahap terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam rekomendasi, diberikan juga saran jika memang dibutuhkan.

2.4.2 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008), ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau bisnis dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan yaitu :


(25)

Resiko kerugian untuk masa yang akan datang yang penuh dengan ketidak pastian, dalam hal ini fungsi studi kelayakan untuk meminimalkan resiko baik yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2. Memudahkan Perencanaan

Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha akan dijalankan, dimana, bagaimana pelaksanaannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan.

3. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan

Dengan rencana yang telah tersusun maka sangat memudahkan pelaksanaan bisnis, pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik.

4. Memudahkan Pengawasan

Dengan melaksanakan proyek sesuai rencana maka memudahkan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.

6. Memudahkan Pengendalian

Jika dapat diawasi maka jika terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga mudah untuk mengendalikan penyimpangan tersebut.

2.4.3 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Manfaat Studi kelayakan dapat dibedakan karena dua pihak yang berkepentingan atas studi kelayakan itu sendiri (Subagyo, 2007): 1. Pihak Pertama (bagi analisis)

a. Memberikan pengetahuan tentang cara berpikir yang sistematis (runtut) dalam menghadapi suatu masalah (problem) dan mencari jawabannya (solusi).

b. Menerapkan berbagai disiplin ilmu yang telah dipelajari sebelumnya dan menjadikannya sebagai alat bantu dalam penghitungan/pengukuran, penilaian dan pengambilan keputusan.


(26)

c. Mengerjakan studi kelayakan berarti mempelajari suatu objek bisnis secara komprehensif sehingga penyusunannya akan mendapatkan pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. 2. Pihak kedua (bagi masyarakat)

a. Calon Investor

Dalam menilai SKB, calon investor lebih terkonsentrasi pada aspek ekonomis dan keuangan karena pada aspek inilah mereka dapat menentukan tingkat pengembalian modal, keuntungan yang akan dihasilkan proyek, aliran kas dan tentunya proyeksi laba-rugi. Disini mereka juga dapat memperhitungkan return dan resiko yang mungkin dihadapi.

b. Mitra penyerta modal

Calon Investor biasanya membutuhkan mitra penyerta modal baik perseorangan maupun perusahaan. Hasil studi kelayakan ini akan membantu calon investor dalam meyakinkan mitranya.

c. Perbankan

Dalam proses persetujuan perkreditan dari bank diperlukan rekomendasi yang menyatakan bahwa proyek tersebut layak, maka diperlukan SKB.

d. Pemerintah

Penilaian Pemerintah terhadap studi kelayakan adalah biasanya yang menyangkut pada aspek legalitas dan perizinan (izin prinsip dan izin operasional proyek).

e. Manajemen Perusahaan

SKB untuk pengembangan bisnis baru akan berhubungan dengan pihak menajemen terutama direksi.

f. Masyarakat

Acuan penilaian masyarakat terhadap suatu proyek atau bisnis biasanya yang menyangkut AMDAL (dampak lingkungan) dan AMDAL ini biasanya untuk proyek-proyek besar.


(27)

2.4.4 Aspek – aspek Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Umar (2005), studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu bisnis dapat dikerjakan atau ditunda atau bahkan tidak dapat dijalankan. Beberapa aspek yang perlu diteliti adalah :

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan proyek tersebut. Pada dasarnya, analisis aspek pasar bertujuan antara lain untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market-share dari produk bersangkutan. Pembahasan aspek-aspek studi kelayakan diawali dengan aspek pasar dan pemasaran. Alasannya mengapa aspek ini diletakkan pada awal pembahasan sistematika studi kelayakan, antara lain:

a. Produk yang dihasilkan perusahaan harus marketable. Jika tidak, sebaiknya kegiatan analisis studi kelayakan dihentikan.

b. Kecenderungan permintaan atas produk yang akan dihasilkan harus menunjukkan adanya kenaikan. Jika menurun, sebaiknya proses studi kelayakan untuk pendirian dihentikan, kecuali jika tujuan objek studi adalah pengembangan.

c. Kandungan material produk tidak mengandung unsur yang dilarang negara ataupun agama. Jika ada ditinjau dari aspek hukum, tidak akan direkomendasikan dan harus dihentikan. d. Aspek teknis dan kronologis sangat ditentukan oleh hasil

rekomendasi aspek pasar, terutama yang berkaitan dengan pemilihan alat dan mesin.

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan dan butuhkan dengan menciptakan, menawarkan dan


(28)

mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain. Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pemasaran, pengembangan strategi pemasaran, perencanaan program pemasaran dan pengelolaan usaha pemasaran (Kotler, 2004). Hal-hal yang dipelajari dalam aspek pasar dan pemasaran adalah :

a. Permintaan

Permintaan adalah kegiatan yang didukung kemampuan untuk membeli, dengan kata lain permintaan akan terjadi jika didukung oleh kemampuan konsumen membeli atau memperoleh suatu barang dan jasa pada suatu harga dan waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan, antara lain perilaku atau selera konsumen, harga barang dan jasa itu sendiri, pendapatan konsumen dan kebutuhan konsumen.

b. Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang tersedia dan dapat dijual oleh penjual pada berbagai tingkat harga dan pada waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran adalah biaya produksi, teknologi yang digunakan, tujuan perusahaan, pajak, ketersediaan dan harga barang atau jasa itu sendiri.

c. Pemasaran

Mencakup strategi pemasaran yang akan digunakan, yakni STP (Segmentasi, Targeting, Positioning) dan bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari 7P, yaitu Product, Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence.

Menurut Kotler (2004), agar berhasil didalam pasar dengan tingkat persaingan pasar yang cukup tinggi,. Perusahaan harus memperhatikan pelanggan, mendapatkan pelanggan dari pesaing, mempertahankan dan mengembangkan pelanggan dengan nilai yang lebih baik. Ada tiga langkah dalam proses mendesain strategi untuk melayani pelanggan secara lebih baik, yaitu :


(29)

a. Segmentasi (Segmentation)

Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku maupun gaya hidup.

b. Penetapan target (Targeting)

Sekelompok pembeli (buyers) yang memiliki kebutuhan atau karakteristik yang sama yang menjadi tujuan promosi perusahaan.

c. Penetapan posisi (Positioning)

Suatu tindakan atau langkah-langkah dari produsen untuk mendesain citra perusahaan dan penawaran nilai dimana konsumen didalam suatu segmen tertentu mengerti dan menghargai apa yang dilakukan suatu segmen tertentu dan apa yang dilakukan perusahaan dibandingkan dengan pesaingnya.

Menurut Kotler (2004), definisi bauran pemasaran sebagai perangkat alat pemasaran taktis yang terdiri dari 7P, yaitu Produk (Product), Harga (Price), Tempat (Place), Promosi (Promotion), Orang (People), Proses (Process), dan Bukti Fisik (Physical Evidence) yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran.

a. Produk (Product)

Produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan.

b. Harga (Price)

Standar nominal yang ditetapkan perusahaan terhadap produk yang dihasilkan untuk dijual sehingga konsumen harus mengeluarkan biaya dengan jumlah tertentu untuk mendapatkan produk. Strategi harga berpengaruh terhadap hasil penjualan dan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan.


(30)

c. Tempat (Place)

Berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran.

d. Promosi (Promotion)

Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyampaikan manfaat dan keistimewaan produknya dan membujuk konsumen sasaran untuk membelinya.

e. Orang (People)

Adalah semua pelaku yang memainkan sebagai penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli, yang termasuk dalam elemen ini adalah personel perusahaan dan konsumen lain dalam lingkungan jasa.

f. Proses (Process)

Meliputi prosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme, kegiatan dan rutinitas dimana suatu produk atau jasa disampaikan kepada pelanggan.

g. Bukti Fisik (Physical Evidence)

Merupakan lingkungan fisik dimana jasa disampaikan, perusahaan jasa dan konsumennya berinteraksi dan setiap komponen yang berwujud memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersebut.

2. Aspek Teknis dan Teknologi

Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan pengoperasian dan proses pembangunan proyek secara teknis setelah bisnis tersebut selesai dibangun atau didirikan. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk pra operasional bisnis yang akan dilaksanakan.

Studi aspek teknis dan teknologi akan mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Perlu dikaji mengenai kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan


(31)

mesin, lokasi pabrik, dan tata-letak atau layout bangunan dan pabrik yang paling menguntungkan. lalu dari kesimpulan itu, dapat dibuat rencana jumlah biaya pengadaan harta tetapnya (Nurmalina dkk, 2009).

3. Aspek Manajemen dan Hukum

Menurut Umar (2009), tujuan studi aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak, atau sebaliknya. Studi aspek manajemen meneliti tentang manajemen pada saat pembangunan proyek bisnis dan juga manajemen pada saat bisnis dioperasionalkan secara rutin. Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan usaha, jenis-jenis pekerjaan, pelatihan, struktur organisasi dan pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan.

Menurut Nurmalina dkk (2009), aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, serta sertifikat, dan izin. Selain itu, aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain.

4. Aspek Sosial dan Ekonomi

Pada aspek sosial yang diperhatikan adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran di sekitar lokasi dimana bisnis dijalankan. Lebih jauh lagi, bagaimana pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis, seperti semakin ramainya daerah


(32)

tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lainnya (Nurmalina dkk, 2009).

Sedangkan dari aspek ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi.

5. Aspek Lingkungan

Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau sebaliknya. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Nurmalina dkk, 2009)

6. Aspek Keuangan

Menurut Rangkuti (2012), analisis kelayakan aspek keuangan dalam bisnis bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan aliran kas serta sumber dana dan proyeksi keuangan, baik pemasukan atau pengeluaran yang mungkin terjadi selama masa produksi dan operasional proyek yang direncanakan. Dengan begitu para investor yang menanamkan modalnya pada suatu proyek dapat mengetahui rencana biaya yang dibutuhkan serta proyeksi hasil yang akan diperolehnya dengan investasi yang akan ditanamkan.

Menurut Umar (2009), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah


(33)

ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat terus berkembang.

Aspek finansial mencakup kebutuhan investasi, asumsi-asumsi, kebutuhan modal kerja, proyeksi arus kas serta proyeksi laba rugi. Metode yang biasa digunakan untuk kriteria evaluasi finansial, meliputi :

1. NPV (Net Present Value)

Net Present Value, yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. NPV merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara (benefit) manfaat dengan biaya (cost) pada tingkat diskonto (bunga) tertentu.

2. IRR (Internal Rate of Return)

IRR adalah nilai Discount Rate (suku bunga) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Proyek dapat dikatakan memiliki prospek yang baik apabila nilai IRR > tingkat discount rate yang ditentukan, namun jika IRR < tingkat discount rate maka proyek tidak memiliki prospek yang baik.

Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal.

3. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina dkk, 2009).


(34)

4. PP (Payback Period)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutupi kembali pengeluaran investasi (initial cash invesment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash invesment dengan cash flow yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima.

5. Analisis Sensitivitas

Menurut Rangkuti (2012), Analisis kepekaan (sensitivity analysis) digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian produksi yang peka dan memerlukan pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang diharapkan dan menguntungkan secara ekonomis. Tujuan dilakukan analisis kepekaan adalah untuk mengetahui kemungkinan yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek bila ada suatu kesalahan atau perubahan terjadi dalam dasar asumsi perhitungan. Faktor yang dapat menyebabkan perubahan pada suatu bisnis adalah kenaikan biaya produksi, penurunan harga produk dan penurunan jumlah permintaan.

Menurut Umar (2009) Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat, didasarkan kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang terjadi di masa yang akan datang. Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba perusahaan. Salah satu variasi dalam analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (Switching Value).


(35)

Gittinger dalam Nurmalina dkk (2009) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input / peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu, perubahan tidak boleh melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).

2.5. Penelitian Terdahulu

Wardoyo (2012) dalam penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Warung Surabi, dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian ini didapatkan kesimpulan berupa nilai-nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 12,658.281,-. Kemudian berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh nilai IRR 34%. Nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku sebesar 7%. Sedangkan untuk nilai Net B/C diperoleh nilai 1,97. Nilai PBP yang diperoleh adalah 1 tahun.

Dewi (2010) dalam penilitiannya mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (kasus: Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor). Dalam E- Journal terlihat bahwa hasil penelitian pada aspek non finansial menyatakan, berdasarkan aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial, ekonomi dan budaya, serta lingkungan, usaha layak untuk dilaksanakan baik dengan ada atau tidak adanya pengembangan usaha. Pada aspek finansial seperti NPV, IRR, Net B/C dan payback periode menyatakan bahwa usaha layak untuk dilaksanakan baik dengan ada atau tidak adanya pengembangan usaha. Hasil analisis switching value dan sensitivitas memperlihatkan bahwa kondisi tanpa adanya pengembangan usaha lebih sensitif terhadap penurunan harga susu kambing, penurunan jumlah produksi susu kambing,


(36)

dan peningkatan harga ampas tempe dibandingkan dengan kondisi dengan pengembangan usaha.

Nishka (2009) dalam penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate & Spageti Restaurant di Kota Bogor, menyimpulkan analisis kelayakan usaha pada DBC & Spageti Restaurant layak untuk diusahakan. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis kelayakan financial pada tingkat diskonto 7% diperoleh nilai NPV Rp 632,000,000; Net B/C 3,00; IRR 27% dan PBP 6 tahun 7 bulan.


(37)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian mengenai rencana pengembangan usaha ini diawali dengan melihat kemampuan usaha rumah makan Sagita untuk memiliki lebih banyak konsumen potensial, seiring dengan adanya perkembangan zaman yang mengubah pola atau gaya hidup masyarakat yang senang bersosialisasi di tempat makan sehingga permintaan di rumah makan Sagita terus meningkat, namun karena fasilitas dan sumber daya yang sudah ada kurang memadai dan adanya keinginan untuk terus meningkatkan profitabilitas yang didapat maka timbul pemikiran akan peluang mengembangkan usaha rumah makan Sagita.

Pengembangan usaha rumah makan ini dilakukan dengan cara membuka outlet baru tetapi masih berada di Kota yang sama agar rencana pengembangan usaha ini dapat berjalan efektif dan efisien maka diperlukan studi awal berupa analisis kelayakan pengembangan usaha. Studi kelayakan pengembangan usaha akan menganalisis rencana pengembangan dari berbagai aspek, yaitu aspek non finansial (aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, dan aspek lingkungan) dan aspek finansial. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Studi kelayakan usaha dimulai dengan mengumpulkan data-data yang relevan dan kemudian data-data tersebut dianalisis aspek finansial dan aspek non finansialnya. Aspek non finansial meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi dan aspek lingkungan. Aspek finansial dilakukan analisis mengenai NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Returns), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PP (Payback Period) dan Analisis sensitivitas (Switching Value). Penggunaan aspek- aspek tersebut merupakan bagian dari studi kelayakan bisnis untuk menentukan apakah suatu usaha dapat


(38)

dikatakan layak atau tidak. Setiap penilaiain memiliki standar nilai yang berbeda dan penilaian harus mencakup seluruh aspek yang ada.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi atau gambaran terhadap pelaksanaan pengembangan usaha yang dijalankan rumah makan Sagita apakah akan menghasilkan laba sehingga dapat dijalankan atau malah akan menimbulkan kerugian sehingga diperlukan kajian ulang terhadap permasalahan yang dialami perusahaan dan

Usaha Layak Usaha Tidak Layak

Karakteristik Usaha Rumah Makan Sagita

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

Aspek Non Finansial :

1. Aspek Pemasaran

2. Aspek Teknis dan Teknologi

3. Aspek Manajemen dan Hukum

4. Aspek Sosial Ekonomi

5. Aspek Lingkungan

Aspek Finansial :

1. NPV

2. Net B/C

3. IRR

4. PP

5. Switching Value

Hasil Penelitian

Rencana Pengembangan Usaha


(39)

sementara tidak perlu diadakan pengembangan usaha sampai kajian memberikan hasil yang baik sehingga perusahaan dapat menjalankan rencana usahanya.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi kajian dilakukan di rumah makan Sagita yang dipilih secara sengaja (purposive), yaitu berlokasi di Bogor Rest Area KM 38. Pelaksanaan kajian berlangsung sejak Oktober 2013 sampai dengan Desember 2013.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan menggunakan observasi dan wawancara langsung dengan pemilik dan manager pelaksana, seperti harga bahan baku, peralatan, penerimaan, biaya operasional perusahaan, jumlah produksi dan lain-lain. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi literatur, buku serta informasi dari beberapa instansi terkait seperti BPS Kota Bogor, dan referensi lainnya berupa makalah, hasil penelitian terdahulu,catatan perusahaan, laporan keuangan serta internet.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif atau dapat disebut juga penelitian pra eksperimen. Dalam penelitian ini peneliti melakukan eksplorasi, menggambarkan dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh dilapangan. Metode pengumpulan data digunakan agar dapat memberikan hasil yang maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan. Adapun metode pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peniliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara


(40)

yang dilakukan adalah wawancara yang tidak terstruktur yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pemilik rumah makan Sagita.

2. Observasi

Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan langsung mengenai seluruh kegiatan atau aktivitas perusahaan dan gambaran umum perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil observasi meliputi kegiatan proses produksi yang terjadi di perusahaan.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diolah serta dianalisis dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif dan meliputi transfer data, pengolahan, editing dan intepretasi data secara deskriptif. Data kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek pasar dan pemasaran, teknis dan produksi, manajemen dan hukum, sosial ekonomi, dan aspek lingkungan. Sehingga hasil dari pengkajian data ini dapat diinterpretasikan secara deskriptif untuk menggambarkan kelayakan usaha bisnis secara non finansial. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial usaha rumah makan Sagita melalui analisis kriteria evaluasi kelayakan, yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PP (Payback Period ), dan Analisis Sensitivitas (Switching Value) yang diolah dengan Microsoft Office Excel 2007. Semua metode ini adalah metode yang biasa digunakan dalam analisis keuangan studi kelayakan bisnis dan investasi dengan tujuan untuk mengetahui kinerja keuangan dari investasi yang akan dikeluarkan. Bahkan menurut Rangkuti (2012), metode NPV dan IRR merupakan metode yang paling baik dalam memberikan gambaran profitabilitas suatu investasi, karena metode ini telah mempertimbangkan nilai waktu dari uang (time value of money).

Analisis rencana bisnis yang dilakukan diarahkan kepada rumah makan Sagita yang sudah berjalan selama 7 tahun, dimana investasi dimulai. Biaya-biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, upah tenaga kerja dan sebagainya sedangkan biaya


(41)

variabel meliputi biaya bahan baku. Penyusunan aliran kas (cash flow) dilakukan untuk mengetahui nilai manfaat bersih dan nilai manfaat bersih tambahan. Komponen manfaat dan biaya dilakukan melalui penyusunan cash flow ini, dengan mengelompokkan komponen-komponen terlebih dahulu mana yang masuk ke dalam manfaat dan mana yang biaya.

Proyeksi permintaan dilakukan untuk memperoleh proyeksi penjualan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Perhitungan proyeksi penjualan dilakukan dengan menggunakan analisis trend, sedangkan untuk pengolahan data peramalan menggunakan Minitab 16.

Langkah – langkah dalam pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik dan manager pelaksana usaha rumah makan Sagita.

2. Mengkaji kelayakan usaha rumah makan Sagita dilihat dari aspek finansial dan non finansial.

3.5.1 Aspek Non Finansial

Aspek non finansial meliputi aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, dan aspek lingkungan, berikut penjelasannya :

1. Aspek Pemasaran

Aspek-aspek yang dikaji di dalam rencana pemasaran meliputi potensi pasar, strategi pemasaran yang meliputi STP (Segmentation, Targeting, Positioning) dan bauran pemasaran (marketing mix).

Pada dasarnya segmentasi pasar adalah proses membagi pasar keseluruhan suatu produk atau jasa kedalam beberapa segmen. Dengan melakukan segmentasi pasar, pemasaran akan lebih terarah dan efektif sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Segmentasi pasar dibagi menjadi :

a.Segmentasi Geografis, yaitu pasar disesuaikan dengan kondisi wilayah, pembagian pasar menjadi unit geografis, seperti : 1) Bangsa


(42)

2) Propinsi 3) Kabupaten 4) Kecamatan 5) Iklim

b. Segmentasi Demografis, yaitu pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel demografis, seperti :

1) Usia

2) Jenis kelamin 3) Ukuran keluarga 4) Penghasilan 5) Pekerjaan 6) Agama 7) Ras

8) Kebangsaan

c. Segmentasi Psikografis, yaitu pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel psikografis, seperti :

1) Kelas sosial 2) Gaya hidup

3) Karakteristik kepribadian

d. Segmentasi Perilaku, yaitu pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel perilaku, seperti :

1) Pengetahuan 2) Sikap

3) Kegunaan

4) Tanggap terhadap suatu produk

Setelah proses segmentasi pasar berhasil dilakukan, maka dapat diketahui beberapa segmen yang dianggap potensial untuk dimasuki (targeting), kemudian harus pula menentukan posisi mana yang ingin ditempati dalam segmen tersebut (positioning). Komponen-komponen pokok strategi bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari Produk (Product), Harga (Price), Tempat (Place), Promosi (Promotion), Orang (People), Proses (Process), dan Bukti


(43)

Fisik (Physical Evidence). Melalui analisis aspek ini dapat dilihat kondisi pasar yang terjadi dan dapat diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi, yang nantinya dapat memperkirakan anggaran usaha.

2. Aspek Teknis dan Teknologi

Penilaian dalam aspek ini dilakukan dengan menganalisis apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasinya dapat di laksanakan. Hal-hal yang akan dianalisis adalah tata letak, tata kelola, pemilihan lokasi usaha, kebutuhan bahan baku, proses produksi, fasilitas transportasi, kemudian mesin dan peralatan, dan sebagainya. Setiap penelitian memerlukan beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, salah satunya seperti penelitian mengenai lokasi meliputi berbagai pertimbangan seperti dekat dengan pasar, dekat konsumen, dekat pemerintahan, dekat tenaga kerja, atau pertimbangan lainnya. Kemudian dalam melakukan pertimbangan adalah faktor biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu lokasi.

Secara keseluruhan rencana atau aspek teknis ini akan dinilai apakah sudah bekerja secara efisien atau tidak, karena pada akhirnya efisiensilah yang akan menentukan salah satu faktor besar kecilnya laba yang akan diperoleh perusahaan.

3. Aspek Manajemen dan Hukum

Dalam aspek ini yang dipelajari adalah bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan kebutuhan pelatihan untuk para tenaga kerja. Tujuan dari analisis aspek ini adalah untuk mengetahui apakah proses perencanaan dan pengelolaan bisnis yang ada sudah efektif dan efisien, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

4. Aspek Sosial dan Ekonomi

Tujuan dari analisis aspek ini adalah untuk melihat manfaat dari bisnis rumah makan Sagita terhadap lingkungan sekitarnya baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Faktor yang menjadi tolak ukur adalah peningkatan kesempatan kerja warga sekitar,


(44)

peningkatan pendapatan masyarakat, dan pajak bagi pemerintah setempat.

5. Aspek Lingkungan

Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat pengaruh bisnis rumah makan Sagita terhadap lingkungannya apakah sisa limbah dari proses produksi Rumah Makan Sagita memberikan dampak positif atau justru berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga dapat merusak kelestarian lingkungan.

3.5.2 Aspek Finansial

Secara umum dalam aspek finansial mencakup rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, biaya penyusutan, modal, dan rencana penerimaan, biaya operasional, analisis kriteria evaluasi kelayakan, dan analisis kepekaan (sensitivitas). Analisis kriteria evaluasi kelayakan, meliputi :

1. NPV (Net Present Value)

Metode NPV memiliki keunggulan., yaitu :

a. Dapat mengetahui time value of money atau nilai rupiah saat ini memiliki nilai yang lebiih tinggi dibandingkan dengan nilai rupiah yang akan diterima dimasa yang akan datang.

b. Menggunakan seluruh nilai cash flow yang dimiliki suatu proyek.

c. Perhitungan NPV bersifat objektif karena menggunakan ukuran yang sudah jelas yaitu estimasi cash flow dan discount rate. d. Bersifat value-additivity principle, masing-masing NPV suatu

proyek dapat dijumlahkan. Artinya, jumlah NPV tersebut dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan. Selain itu, dapat dievaluasi nilai masing-masing proyek.

e. Metode NPV selalu konsisten dengan tujuan memaksimalkan nilai suatu proyek.

NPV = ... (1)

Keterangan :


(45)

Bt = Manfaat pada tahun ke-t (Rupiah) Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rupiah) n = Umur proyek (tahun)

t = Tahun kegiatan bisnis (t= 0,1,2,3,...,n), tahun awal bisnis tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya. i = Tingkat Discount Rate / Diskonto (%)

Terdapat tiga kriteria investasi dalam metode NPV, yaitu : a. NPV ≥ 0, secara finansial proyek menghasilkan keuntungan. b. NPV = 0, secara finansial proyek tidak menghasilkan

keuntungan ataupun kerugian.

c. NPV ≤ 0, secara finansial proyek lebih baik tidak dijalankan karena akan menimbulkan kerugian.

2.IRR (Internal Rate of Return)

IRR = ... (2)

Keterangan :

IRR = Tingkat internal hasil (%)

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif (%)

i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif (%)

NPV1 = Nilai bersih sekarang bernilai positif (Rupiah)

NPV2 = Nilai bersih sekarang bernilai negatif (Rupiah)

Diperlukan nilai IRR yang lebih besar dari bunga bank (tingkat diskonto) apabila ingin menutupi pengeluaran investasi dan operasional selama umur proyek.

3. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)

NET B/C = ... (3)

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun ke-t (Rupiah)

Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rupiah)

i = Discount rate (%) n = Umur proyek (tahun)


(46)

t = Tahun kegiatan proyek

Terdapat tiga kriteria evaluasi penilaian kelayakan finansial Net B/C, yaitu :

a. Net B/C ≥ 1, secara finansial manfaat bersih nilainya lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

b. Net B/C = 1, secara finansial besarnya manfaat yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan.

c. Net B/C < 1, secara finansial besarnya biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan manfaat yang diperoleh.

4. PP ( Payback Period )

Payback Period = ... (4)

Keterangan :

I = Jumlah modal investasi

Ab = Manfaat bersih rata-rata pertahun per periode (yang dapat diperoleh setiap tahunnya)

5. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui dampak dari perubahan yang terjadi di masa yang akan datang terhadap keberlangsungan binis dengan menggunakan metode switching value. Perubahan yang dianalisis adalah dari variabel input, yaitu kenaikan seluruh komponen biaya operasional yang disebabkan kenaikan tingkat inflasi. Dari hasil analisis akan terlihat sampai tingkat inflasi berapa usaha masih layak untuk dijalankan.

3.6. Asumsi Dasar

1. Seluruh modal usaha berasal dari modal sendiri, karena pemilik tidak ingin menggunakan dana yang bersifat pinjaman baik dari perseorangan maupun dari bank.

2. Dasar penentuan harga awal produk dan investasi adalah harga yang berlaku pada saat pengambilan data bulan Oktober-Desember 2013. 3. Penetapan umur proyek 5 tahun.


(47)

4. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 8% berdasarkan tingkat suku bunga deposito per Desember 2013.

5. Metode penyusutan menggunakan metode Garis Lurus

6. Penetapan umur ekonomis peralatan yang digunakan adalah 5 tahun. 7. Produk yang dijadikan bahan penelitian adalah Nasi Timbel Komplit

Ayam Goreng dan Nasi Timbel Empal Goreng.

8. Harga jual produk Nasi Timbel Komplit Ayam Goreng adalah Rp 28.000,- dan untuk Nasi Timbel Komplit Empal (Sapi) Goreng adalah Rp 28.500,-

9. 1 ekor ayam terdiri dari 4 potong 10.1 kg daging terdiri dari 20 potong

11.Proyeksi rencana penjualan diperoleh dari hasil peramalan ditempat sebelumnya dengan menggunakan metode time series dan trend analisis (quadratic model) dengan bantuan aplikasi Minitab 16.

12.Hasil peramalan dengan menggunakan bantuan aplikasi Minitab 16 tersebut dijadikan proyeksi target penjualan di tempat baru.

13.Pada proyeksi rencana penjualan tahun pertama terjadi peningkatan penjualan sebesar 19% dari penjualan tahun 2013 di tempat sebelumnya. Hal ini mungkin dikarenakan masih adanya peningkatan pengunjung ke tempat wisata yang masih terhitung baru yang terdapat di Sentul City sehingga meningkatkan pendapatan rumah makan dan restoran disekitar lokasi. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan persentase peningkatan penjualan seperti pada tahun kedua proyeksi kenaikan hanya 13,8%, tahun ketiga 9,12%, dan tahun keempat 5,39% hal ini mungkin dikarenakan semakin meningkatnya jumlah restoran atau rumah makan disekitar lokasi, tetapi pada tahun kelima terjadi peningkatan persentase penjualan sebesar 9,25% dari tahun keempat mungkin dikarenakan kondisi restoran atau rumah makan yang baru tidak sesuai dengan selera atau keinginan konsumen, namun kenaikan persentase tersebut tetap tidak melebihi peningkatan pada proyeksi rencana penjualan tahun pertama.


(48)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Rumah Makan Sagita

Rumah makan Sagita adalah restoran khas Sunda yang tetap mempertahankan standar resep tradisional untuk kenikmatan pelanggannya. Rumah makan Sagita didirikan pada tahun 2008 dan berpusat di Rest Area Bogor KM 38. Menu andalan rumah makan Sagita tidak berubah sejak dimulainya usaha jasa boga ini, namun tentunya seiring dengan berkembangnya selera masyarakat, rumah makan ini juga telah menambah menu baru sesuai dengan keinginan pelanggan. Beberapa hidangan favorit dari rumah makan ini adalah nasi timbel komplit ayam goreng dan nasi timbel komplit empal goreng. Rumah makan Sagita memiliki visi dan misi, yaitu :

Visi : Menjadi salah satu produsen makanan terbaik di Kota Bogor yang memiliki banyak cabang namun tetap mempertahankan citra rasa tradisional yang dimiliki.

Misi : - Mempertahankan cita rasa tradisional yang dimiliki untuk menjaga kepuasanpelanggan.

- Menciptakan suasana yang nyaman bagi para konsumen.

- Menjaga mutu dan kualitas makanan.

Sejak awal pendirian usaha ini hanya dijalankan oleh satu orang pemilik dengan merekrut beberapa tenaga kerja. Seiring berjalannya waktu dengan kondisi geografis dan infrastruktur yang baik, ditambah lagi dengan kekuatan promosi dan pemasaran yang sederhana, yaitu dari mulut ke mulut membuat usaha ini berkembang dan sampai saat ini rumah makan Sagita telah memiliki 20 orang karyawan dan mampu mempertahankan cita rasa tradisional yang dimilikinya untuk kepuasan pelanggan.

Setiap karyawan memiliki tugas dan keahliannya masing-masing, karyawan terlebih dahulu diberikan pengarahan atau pelatihan berkaitan dengan tugasnya masing-masing. Tidak hanya sumber daya manusianya yang terampil, rumah makan Sagita juga memiliki hubungan yang baik dengan para konsumen dan distributor. Hal ini terbukti dari banyaknya


(49)

konsumen setia dari berbagai macam golongan baik itu para pekerja atau pun yang masih bersekola dan juga kelancaran pemasokan bahan baku yang dibutuhkan oleh rumah makan Sagita yang disediakan oleh pihak distributor.

4.2. Analisis Kelayakan Bisnis

Dalam perjalanan usahanya, rumah makan Sagita berencana untuk mengembangkan usahanya. Bentuk pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh rumah makan Sagita adalah dengan membuka gerai baru. Bentuk pengembangan ini atas dasar permintaan di rumah makan Sagita yang terus meningkat dan potensi yang dimiliki lokasi baru. Pengembangan usaha tersebut sudah pasti akan berpengaruh terhadap beberapa variabel produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, dan sumber daya lainnya. Pengembangan rumah makan Sagita dengan manajemen yang sama dengan usaha sebelumnya diharapkan dapat berjalan lancar dan bahkan memperoleh keuntungan yang lebih dari sebelumnya. Analisis kelayakan usaha dapat digunakan untuk menilai apakah pengembangan usaha tersebut layak atau tidak untuk dijalankan.

Analisis kelayakan usaha terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek keuangan. Penilaian terhadap berbagai komponen tersebut akan mempengaruhi kelayakan suatu usaha.

4.3. Aspek Pasar dan Pemasaran

Pemasaran produk rumah makan Sagita difokuskan kepada konsumen yang mencintai makanan khas sunda, seperti makanan rumah pada umumnya namun disajikan secara lebih menarik dan diolah dengan bumbu-bumbu dan resep rahasia sehingga menghasilkan cita rasa tradisional yang lezat yang dapat memenuhi selera konsumen.

Strategi pemasaran yang dilakukan rumah makan Sagita adalah Market Development, yakni meningkatkan pangsa pasar produk ke daerah yang baru. Kegiatan berikutnya yang menunjang rencana pemasaran adalah menentukan segmentasi pasar, target pasar dan penetapan posisi pasar.


(50)

Pengkajian terhadap aspek ini menjadi perhatian agar dapat diketahui sejauhmana peluang dan pangsa pasar yang tersedia dan untuk melihat sejauhmana potensi bisnis tersebut untuk dijalankan. Dengan demikian, perusahaan mampu menempatkan diri dalam pasar sasaran yang diinginkan.

4.3.1 Peluang dan Pangsa Pasar

Berdasarkan hasil sensus penduduk Jawa Barat 2011 Badan Pusat Statistik diperoleh data jumlah penduduk di Kota Bogor mencapai 967.398 jiwa, 493.496 jiwa diantaranya adalah laki-laki dan 473.902 jiwa adalah perempuan. Untuk wilayah Kabupaten Bogor mencapai 4.857.612 jiwa, 2.496.599 jiwa adalah laki-laki dan 2.361.013 jiwa adalah perempuan. Hasil sensus juga menunjukkan, penduduk Bogor mengalami laju pertumbuhan 3,58 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Bogor memiliki pangsa pasar yang sangat luas.

a. Segmentasi (Segmentation)

Segmentasi pasar yang dilakukan oleh rumah makan Sagita adalah segmentasi pasar Demografis dan Psikologis. Segmentasi pasar Demografis yaitu berdasarkan ukuran keluarga dan penghasilan dan aspek psikologis yang menjadi segmen rumah makan Sagita adalah kelas sosial dan gaya hidup.

Pembukaan gerai baru rumah makan Sagita di lokasi berbeda memiliki segmen yang berbeda dengan kondisi perusahaan saat ini. Segmentasi pasar yang dituju rumah makan Sagita ialah keluarga sedangkan segmentasi demografis berdasarkan penghasilan ialah konsumen atau masyarakat yang memiliki penghasilan diatas Rp 1.000.000,00. Aspek psikologis berdasarkan kelas sosial dan gaya hidup ialah masyarakat kelas menengah dan menengah ke atas, yang memiliki kecenderungan gaya hidup sering menghabiskan waktu disuatu tempat.


(51)

b. Penetapan Target (Targeting)

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha dan segmentasi yang telah dilakukan, maka target pasar yang diambil rumah makan Sagita adalah keluarga. Hal ini dikarenakan Sentul merupakan kawasan perumahan yang dihuni lebih dari 4.500 keluarga. Di daerah Sentul juga banyak terdapat wahana rekreasi liburan, seperti Jungleland, Taman Budaya, Alam Fantasia, dan Sentul Paradise Park. Kemudian juga fasilitas-fasilitas yang tersedia, seperti gedung serbaguna SICC (Sentul International Convention Center) yang biasa digunakan untuk pertunjukan musik dan pameran-pameran, Sentul City Offroad Park, Sentul Highlands Golf Course, dan hotel berbintang dimana sebagian besar pengunjungnya adalah keluarga.

c. Penetapan Posisi (Positioning)

Rumah makan Sagita menempatkan produknya sebagai produk yang sehat, lezat, higienis dan tetap mempertahankan cita rasa tradisional dengan harga terjangkau. Sehingga dapat masuk kedalam berbagai macam kalangan baik itu kalangan atas ataupun menengah, baik orang dewasa, anak-anak, keluarga atau pun para pekerja kantor dan mahasiswa.

Melalui kegiatan positioning rumah makan Sagita diharapkan mampu membentuk citra produk unggulan dimana persepsi masyarakat atau konsumen terhadap produk atau makanan yang tersedia di rumah makan Sagita adalah makanan yang sehat tidak mengandung pengawet karena di produksi langsung didapur rumah makan Sagita, lezat, higienis dan tetap mempertahankan cita rasa tradisional karena terbuat dari resep rahasia serta bahan baku yang berkualitas baik dan diproduksi dengan memperhatikan kebersihan serta harga yang terjangkau karena diorientasikan untuk semua kalangan sehingga menimbulkan kepuasan dan loyalitas konsumen.


(1)

84

Lanjutan Lampiran 5.

Tempat Sendok 9.900 0 0 9.900 0 0

Rak Piring 74.900 0 0 74.900 0 0

Gunting 18.900 0 18.900 0 18.900 0

Toples Sedang 18.000 0 0 18.000 0 0

Lap 16.000 16.000 16.000 16.000 16.000 0

Keranjang Besar 25.000 0 25.000 0 25.000 0

Keranjang Sedang 15.000 0 15.000 0 15.000 0

Sendok Sayur 15.000 0 15.000 0 15.000 0

Sikat 14.000 0 14.000 0 14.000 0

Tempat Sampah 15.900 0 15.900 0 15.900 0

Pisau 25.000 0 25.000 0 25.000 0

Sendok 35.000 0 0 35.000 0 0

Sodet 39.000 0 39.000 0 39.000 0

Baskom Plastik 46.500 0 46.500 0 46.500 0

Talenan 153.800 0 153.800 0 153.800 0

Gayung 11.900 0 0 11.900 0 0

Ulekan 70.000 0 0 70.000 0 0

Piring Saji 80.000 0 80.000 0 80.000 0

Saringan Besar 60.000 0 0 60.000 0 0

Sendok Nasi 18.000 0 0 18.000 0 0

Total Biaya Investasi 14.465.050 88.650 736.750 1.339.950 736.750 0

Biaya Operasional

Biaya Variabel


(2)

85

Lanjutan Lampiran 5.

Ayam Pejantan 47.040.000 49.980.000 52.920.000 55.860.000 58.800.000

Daging Sapi 8.640.000 10.800.000 12.960.000 15.120.000 17.280.000

Ikan Asin 768.000 832.000 896.000 960.000 1.024.000

Tempe 1.568.000 1.750.000 2.044.000 2.184.000 2.828.000

Tahu 2.184.000 2.620.800 2.839.200 3.057.600 3.276.000

Minyak Goreng 4.036.750 4.036.750 4.157.250 4.157.250 4.277.750

Cabe Merah 448.000 576.000 704.000 832.000 960.000

Cabe Rawit 504.000 588.000 672.000 756.000 840.000

Bawang Merah 1.440.000 1.480.000 1.520.000 1.560.000 1.600.000

Bawang Putih 720.000 792.000 864.000 936.000 1.008.000

Lengkuas 480.000 510.000 540.000 570.000 600.000

Garam 180.000 200.000 220.000 240.000 260.000

Sasa 234.000 252.000 270.000 288.000 306.000

Royco 840.000 924.000 1.008.000 1.092.000 1.176.000

Merica 84.000 105.000 126.000 147.000 168.000

Gula Merah 580.500 607.500 634.500 661.500 688.500

Gula Putih 300.000 337.500 375.000 412.500 450.000

Jahe 480.000 540.000 600.000 660.000 720.000

Kunyit 465.000 496.000 527.000 542.500 573.500

Ketumbar 80.000 96.000 112.000 128.000 144.000

Kemiri 240.000 280.000 320.000 360.000 400.000

Daun Salam 48.000 52.000 56.000 60.000 64.000

Daun Sereh 52.000 56.000 60.000 64.000 68.000


(3)

86

Lanjutan Lampiran 5.

Daun Pisang 2.520.000 2.550.000 2.580.000 2.610.000 2.640.000

Mentimun 1.190.000 1.211.000 1.232.000 1.253.000 1.267.000

Daun Kemangi 840.000 850.000 860.000 870.000 880.000

Gambas 604.800 806.400 1.008.000 1.209.600 1.411.200

Daun Poh-pohan 1.008.000 1.008.000 1.092.000 1.344.000 1.344.000

Selada 900.000 945.000 990.000 1.035.000 1.065.000

Tomat 400.000 424.000 448.000 472.000 488.000

Kol 1.328.000 1.344.000 1.360.000 1.376.000 1.392.000

Daun Tangkil 192.000 192.000 196.000 196.000 200.000

Melinjo 384.048 400.100 416.156 432.216 448.280

Jagung 2.016.000 2.160.000 2.304.000 2.376.000 2.448.000

Semi 1.000.000 1.100.000 1.200.000 1.300.000 1.400.000

Terasi 70.200 85.800 101.400 117.000 132.600

Asem Jawa 1.725.000 1.748.000 1.771.000 1.794.000 1.817.000

Total Biaya Variabel 14.465.050 87.023.948 95.182.600 103.408.456 110.224.916 117.269.830

Biaya Tetap

Karyawan tetap 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000

Sewa 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000

Gas 4.200.000 5.400.000 6.600.000 7.800.000 9.000.000


(4)

87

Lanjutan Lampiran 5.

Kebersihan 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000

Air PDAM 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000

Biaya penyusutan 2.175.840 2.175.840 2.175.840 2.175.840 2.175.840

Total Biaya Tetap 99.015.840 100.215.840 101.415.840 102.615.840 103.815.840

Total Biaya Operasional 14.465.050 186.039.788 195.398.440 204.824.296 212.840.756 221.085.670

Total Outflow 28.930.100 186.128.438 196.135.190 206.164.246 213.577.506 221.085.670

EBIT -28.930.100 5.439.562 15.100.810 24.739.754 36.994.494 49.154.330

Pajak Penghasilan 1.523.077 4.228.227 6.927.131 10.358.458 13.763.212

EAT -28.930.100 3.916.485 10.872.583 17.812.623 26.636.036 35.391.118

Discount Factor (r=8% , n=5) 1 0,926 0,857 0,976 0,735 0,681

Present Value (28.930.100,00) 3.626.374,67 9.321.487,65 17.391.869,86 19.578.281,38 24.086.599,96

Accumulated PV (28.930.100,00) (25.303.725,33) (15.982.237,68) 1.409.632,18 20.987.913,57 45.074.513,53

NPV

45.074.513,53

IRR

39%

NET B/C

1,12


(5)

88

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 Index A y a m

MA PE 8.7

MA D 230.8

MSD 98910.4

A ccuracy Measures A ctual Fits Forecasts Variable

Trend Analysis Plot for Ayam

Growth Curve Model Yt = 779.207 * (1.4485**t)

Lampiran 6. Metode Peramalan

Time Series

1.

Growth Curve Model

(Ayam)

2.

Linear Trend Model

(Ayam)

3.

Quadratic Trend Model

(Ayam)

4.

S-Curve Trend Model

(Ayam)

Lanjutan Lampiran 12.

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Index A y a m

MA PE 4.9

MA D 110.6

MSD 14589.4

A ccuracy Measures A ctual Fits Forecasts Variable

Trend Analysis Plot for Ayam Linear Trend Model

Yt = 80 + 871*t

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Index A y a m

MA PE 1.93

MA D 38.56

MSD 2467.70

A ccuracy Measures A ctual Fits Forecasts Variable

Trend Analysis Plot for Ayam

Quadratic Trend Model Yt = 33 + 1020*t - 18.1*t**2

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 30000 20000 10000 0 -10000 Index A y a m Intercept 1272.28 A sy mptote 1594.01 A sy m. Rate 1.21 C urv e Parameters

MA PE 36

MA D 425

MSD 472608

A ccuracy Measures A ctual Fits Forecasts Variable

Trend Analysis Plot for Ayam

S-Curve Trend Model


(6)

89

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2500 2000 1500 1000 500 Index S a p i

MA PE 1.164

MA D 11.271

MSD 174.783

A ccuracy Measures A ctual Fits Forecasts Variable

Trend Analysis Plot for Sapi

Growth Curve Model Yt = 616.602 * (1.15122**t)

Lanjutan Lampiran 6.

1.

Growth Curve Model

(Sapi)

2.

Linear Trend Model

(Sapi)

3.

Quadratic Trend Model

(Sapi)

4.

S-Curve Trend Model

(Sapi)

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 Index S a p i

MA PE 1.940

MA D 16.560

MSD 322.160

A ccuracy Measures A ctual Fits Forecasts Variable

Trend Analysis Plot for Sapi

Linear Trend Model Yt = 558.2 + 134*t

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2250 2000 1750 1500 1250 1000 750 500 Index S a p i

MA PE 1.148

MA D 10.697

MSD 149.303

A ccuracy Measures A ctual Fits Forecasts Variable

Trend Analysis Plot for Sapi

Quadratic Trend Model Yt = 613.2 + 86.7*t + 7.86*t**2

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1500 1250 1000 750 500 Index S a p i Intercept 415.18 A sy mptote 1516.33 A sy m. Rate 0.61 C urv e Parameters

MA PE 4.91

MA D 36.07

MSD 4178.39

A ccuracy Measures A ctual Fits Forecasts Variable

Trend Analysis Plot for Sapi

S-Curve Trend Model