Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pada Usaha Warung Surabi

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor usaha mikro, kecil dan menengah merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang terbukti tahan terhadap adanya krisis ekonomi. Hal ini dapat dipahami karena UMKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat (banyak) dengan skala kecil, dan bukan kegiatan ekonomi yang dikuasai beberapa orang. Beberapa keunggulan UMKM di banding usaha berskala besar seperti dinyatakan Partomo dan Soejoedono (2004) adalah: (1) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk, (2) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja, (3) Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis, dan (4) Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. UMKM saat ini telah menjadi sumber kehidupan bagi sebagian besar rakyat Indonesia dan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional Indonesia. Apabila dilihat dari jumlah UMKM mengalami peningkatan sebesar 2,01 persen, yaitu dari 52.764.603 unit pada tahun 2009 menjadi 53.823.732 unit pada tahun 2010. Perkembangan jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan jumlah pelaku usaha berdasarkan skala

UNIT USAHA Satuan Tahun 2009 Tahun 2010 A. Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM)

(Unit) 52.764.603 53.823.732

- Usaha Mikro (UMi) (Unit) 52.176.795 53.207.500 - Usaha Kecil (UK) (Unit) 546.675 573.601 - Usaha Menengah(UM) (Unit) 41.133 42.631

B. Usaha Besar (UB) (Unit) 4.677 4.838

Usaha mikro merupakan skala usaha yang jumlahnya paling besar dibandingkan dengan skala usaha lainnya terhadap total usaha yang ada di Indonesia, yaitu sekitar 98,88 persen pada tahun 2009 dan 98,85 persen pada tahun 2010. Pada tahun 2010 kontrubusi UMKM terhadap PDB tercatat sebesar Rp 2.993 triliun. Pada 2010 UMKM sudah mampu


(2)

menyerap tenaga kerja lebih dari 90 juta orang, yang membuktikan bahwa penciptaan lapangan kerja terbesar berasal dari usaha mikro (http://www.depkop.go.id, 2011). Perkembangan jumlah tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 TENAGA KERJA Satuan Tahun 2009 Tahun 2010

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

(Orang) 96.211.332 99.401.775

- Usaha Mikro (UMi) (Orang) 90.012.694 93.014.759 - Usaha Kecil (UK) (Orang) 3.521.073 3.627.164 - Usaha

Menengah(UM)

(Orang) 2.677.565 2.759.852

B. Usaha Besar (UB) (Orang) 2.674.671 2.839.711

Usaha mikro juga memiliki kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 91,03 persen dari total tenaga kerja pada tahun 2009, begitu juga pada tahun 2010 sebesar 90,98 persen dari total tenaga kerja yang terserap berasal dari usaha mikro. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro telah berperan besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran.

Kota Bogor merupakan salah satu kota perdagangan yang mendukung pengentasan kemiskinan, pengangguran dan penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat. Tahun 2010 jumlah UMKM di Kota Bogor mencapai 32.901 unit, 2193 diantaranya telah masuk ke dalam pembinaan Pemerintah Kota Bogor. Jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor UMKM sampai tahun 2010 mencapai 58.429 orang. Sedangkan dari jumlah asset atau investasi capaian UMKM di tahun 2010 berkisar pada angka Rp 575.397.110.000 (http://www.kotabogor.go.id, 2011). Usaha skala mikro menjadi pilihan yang diambil oleh beberapa tempat karena membutuhkan modal yang tidak besar serta menawarkan harga jual produk yang lebih mudah diterima / dijangkau masyarakat.

Dari sekian banyak UMKM (Usaha Mikro, Kecil Menengah) di kota Bogor, salah satu bidang yang potensial adalah usaha makanan. Usaha makanan merupakan usaha yang potensial, salah satu alasannya karena kebiasaan masyarakat yang mulai berubah yang menginginkan makanan


(3)

yang cepat saji dan praktis daripada membuatnya sendiri. Peluang tersebut tidak disia-siakan oleh para pengusaha yang ada di Kota Bogor. Alasan manusia pasti butuh makan menjadi dasar bagi para pelaku bisnis untuk membuka dan mengembangkan usaha di bidang makanan. Bisnis makanan sebagai bagian dalam rangkaian sistem agribisnis, merupakan salah satu sistem pengolahan yang banyak dikembangkan dan sangat prospektif, karena bagaimanapun, setiap individu memerlukan asupan energi untuk mempertahankan hidupnya.

Salah satu usaha mikro yang bergerak dalam bidang usaha makanan jajanan di Kota Bogor adalah usaha surabi. Jajanan ini merupakan jajanan yang popular hampir di seluruh Indonesia, namun belum ada data yang pasti mengenai populasi pengusaha surabi di Indonesia maupun di Bogor. Berdasarkan pengamatan di Kota Bogor pada tahun 2011 terdapat beberapa kedai surabi antara lain, Surabi Djanda, Surabi BNR, Surabi Royale, Paramuda Surabi dan Surabi Duren. Selain kandungan gizi yang terdapat pada makanan, faktor yang paling mendasar adalah rasa dari makanan yang dijual, hal itu yang memicu pengusaha makanan untuk membuat menu baru maupun memodifikasi menu demi menarik minat konsumen. Usaha makanan yang sudah lama berdiri maupun yang baru dibuka berusaha untuk mengenalkan atau menawarkan menu-menu baru agar dapat diterima dengan baik oleh para konsumen baik dari kalangan muda maupun kalangan orang tua.

Warung Surabi adalah salah satu usaha kecil menengah yang menggeluti usaha panganan di Kota Bogor. Usaha ini belum lama berdiri sehingga masih membutuhkan banyak masukan. Dalam suatu usaha baik dalam skala kecil maupun besar sebaiknya memiliki studi kelayakan usaha. Studi kelayakan usaha diperlukan untuk melihat sebuah gambaran mengenai layak atau tidak layaknya suatu usaha yang akan dijalankan. Sebelumnya perusahaan ini belum melakukan analisis terhadap kelayakan usahanya, maka penelitian ini dilakukan, agar dapat menjadi masukan bagi perusahaan.


(4)

Mendirikan usaha ini bisa dilakukan siapapun yang memiliki modal, tetapi untuk menjadikan suatu usaha menjadi sukses bukanlah hal yang mudah. Jika mampu dikelola dengan baik, bisnis pengolahan makanan akan berjalan lancar. Dalam bidang usaha pengolahan makanan terdapat persaingan, persaingan yang ada berupa upaya menarik perhatian konsumen, mempertahankan, atau bahkan persaingan dalam merebut pangsa pasar.

Salah satu UKM di bidang pengolahan makanan yang terdapat di Bogor adalah Warung Surabi. Produk yang dihasilkan Warung Surabi adalah surabi yang beraneka rasa. Warung Surabi memulai usahanya pada November 2009 di Jalan Pondok Rumput No 14.

Tabel 3. Data penjualan Warung Surabi

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Tahun

2010

780 807 825 816 880 925 943 907 925 988 1.025 1.034 Tahun

2011

1,075 1,096 1,137 1,148 1,117 1,168 1,210 1,230 1.241 1,158 1,199 1,189

Data penjualan Warung Surabi menunjukkan adanya peningkatan jumlah penjualan. Berdasarkan data pada Tabel 3 pemilik Warung Surabi melihat potensi dalam usaha ini, oleh karena itu pemilik berniat untuk mengembangkan usahanya dengan cara pembukaan cabang baru. Pemilihan lokasi pengembangan usaha memerlukan pertimbangan, karena hal itu bertujuan agar konsumen dapat dengan mudah menjangkau tempat usaha. Berdasarkan wawancara dengan pemilik Warung Surabi, lokasi yang dipilih adalah kampus Pakuan. Lokasi tersebut dianggap strategis karena dekat dengan konsumen. Dari hal yang diuraikan pada latar belakang dapat disusun beberapa pertanyaan berikut :

1. Apakah pengembangan usaha warung surabi layak dilakukan, dilihat dari aspek pasar, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, maupun aspek finansial ?


(5)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha Warung Surabi dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, serta aspek finansial.

2. Menganalisa sensitivitas perusahaan terhadap perubahan yang terjadi. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di tempat usaha Warung Surabi di Jalan Pondok Rumput No 14, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor, dengan ruang lingkup ditekankan pada pengembangan usaha Warung Surabi yang didasarkan pada kelayakan usahanya.


(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Bisnis

2.1.1 Definisi Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Studi kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis. Keberhasilan ini ditafsirkan sebagai manfaat ekonomis. Sedangkan menurut Kadariah dkk (1999), proyek sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau suatu aktivitas di mana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang dan dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit.

Tujuan dilakukannya analisis bisnis (Gray dan Larson, 2007) adalah (1) Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek; (2) Menghindari pemborosan sumber-sumber daya, yaitu menghindari pelaksanaan kegiatan yang tidak menguntungkan; (3) Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif kegiatan yang paling menguntungkan; (4) Menentukan prioritas investasi.

2.1.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Manfaat studi kelayakan bisnis (Umar, 2003), adalah :

a. Pihak Investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap keuntungan yang akan diperoleh, serta jaminan keselamatan atas modal yang ditanamkannya.

b. Pihak Kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.


(7)

c. Pihak Manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana pendanaan dari investor dan kreditor.

d. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis yang memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah akan diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.

e. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan terhadap perekonomian nasional. 2.1.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek-aspek pasar, teknis, finansial, manajemen, hukum, ekonomi dan sosial. Meskipun belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis, maka perlu ditentukan kelayakan berdasarkan seluruh aspek yang akan dinilai. Jika ditemukan aspek yang kurang layak, maka dilakukan perbaikan agar memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut, sebaiknya usaha jangan dijalankan.

a. Aspek pasar

Analisis aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, berapa bagian yang dapat diraih oleh perusahaan atau usaha yang diusulkan, serta strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen (Husnan dan Muhammad, 2000).

Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan, karena tidak ada bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu bisnis yang dijalankan. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan


(8)

dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2004). Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pemasaran, pengembangan strategi pemasaran, perencanaan program pemasaran, dan pengelolaan usaha pemasaran (Kotler, 1997). Aspek pasar mempelajari tentang :

1) Permintaan

Permintaan adalah kegiatan yang didukung oleh kemampuan untuk membeli, dengan kata lain permintaan akan terjadi apabila didukung oleh kemampuan membeli oleh konsumen untuk memperoleh barang dan jasa yang ditawarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain baik sebagai substitusi maupun komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan akses untuk mendapatkan barang dan jasa yang ditawarkan.

2) Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan produsen kepada konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, diantaranya adalah harga barang dan jasa itu sendiri, harga barang lain, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses.

3) Pemasaran

Aspek-aspek dalam pemasaran meliputi bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan 4 P (Umar, 2003), yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi) dan promotion (promosi) :

i) Produk

Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan, dikonsumsi, dan dapat memenuhi suatu


(9)

keinginan atau kebutuhan. Menurut Stanton (1991), produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk di dalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya. ii) Harga

Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh pelanggan atas suatu produk tertentu. Menurut Alma (2000), harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang. Dalam kebijakan harga, manajemen harus menentukan harga dasar dari produknya, kemudian menentukan kebijaksanaan yang menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos kirim, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah harga. Konsep harga harus sesuai dengan nilai yang ditawarkan kepada pelanggan.

iii) Tempat

Tempat diartikan sebagai distribusi. Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk menjadi mudah diperoleh dan selalu tersedia untuk konsumen sasaran. Sedangkan saluran distribusi adalah seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan untuk meyalurkan produk dan status kepemilikan dari titik produksi sampai titik konsumsi. iv) Promosi

Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran. Menurut Keegan (2003) promosi merupakan bentuk komunikasi yang bersifat membujuk atau persuasif.


(10)

Bauran promosi terdiri dari lima cara utama yaitu:  Periklanan

Periklanan adalah semua bentuk presentasi non personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk untuk mendapatkan pembayaran.

 Promosi Penjualan

Promosi penjualan adalah insentif jangka panjang untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli produk atau jasa. Promosi penjualan terdiri dari cara promosi pelanggan (contoh kupon, penawaran pengembalian uang, potongan harga premi, hadiah, hadiah langganan, percobaan gratis, garansi, promosi gabungan, promosi silang, tampilan ditempat pembelian dan demonstrasi), promosi perdagangan (potongan harga, tunjangan iklan, dan pajangan barang gratis), dan promosi bisnis dan wiraniaga (pameran perdagangan dan konvensi, kontes bagi wiraniaga dan iklan khusus).

 Pemasaran Langsung

Pemasaran langsung melalui surat, telepon dan alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi dengan mendapatkan respon dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu.

 Penjualan Personal

Penjualan personal adalah interaksi langsung antar satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan pembelian.

 Hubungan masyarakat dan publisitas

Hubungan masyarakat dan publisitas melalui berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.


(11)

b. Aspek teknis

Aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad, 2000). Aspek teknis berkaitan dengan pemilihan lokasi proyek, jenis mesin, atau peralatan lainnya yang sesuai dengan kapasitas produksi, tata letak dan pemilihan teknologi untuk produksi (Umar, 2003).

Kapasitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan pembatas dari unit untuk berproduksi dalam waktu tertentu. Tata letak (layout) atau disebut juga tata ruang, yaitu penempatan fasilitas-fasilitas yang dipakai di dalam pabrik seperti letak mesin-mesin, letak alat-alat produksi, jalur pengangkutan dan seterusnya. Letak dari berbagai fasilitas tersebut harus dikaji, agar proses produksi dapat dijalankan secara efektif dan efisien (Umar, 2003).

c. Aspek manajemen

Analisis terhadap aspek manajemen dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan staf dalam melaksanakan usaha yang dijalankan. Analisis ini mengkaji struktur organisasi yang sesuai dengan usaha yang direncanakan, sehingga diketahui mengenai jumlah kebutuhan, kualifikasi dan deskripsi tugas individu untuk mengelola proyek (Kadariah dkk, 1999).

Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan usaha, menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi serta pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Selain itu, menurut Suryana (2003) perlu juga diperhatikan apakah usaha akan dikelola sendiri atau melibatkan orang lain secara profesional.

d. Aspek Sosial

Analisis sosial dilakukan untuk mengetahui apakah dengan keberadaan proyek memberikan dampak pada suatu wilayah menjadi semakin ramai, lalulintas semakin lancar, adanya jalur


(12)

komunikasi, penerangan listrik, pendidikan masyarakat setempat dan lainnya.

e. Aspek finansial

Suatu usaha dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Kegiatan pada aspek keuangan ini antara lain adalah penghitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan pengadaan harta tetap. Dipelajari pula mengenai struktur pembiayaan yang paling menguntungkan dengan menentukan berapa dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dana dari modal sendiri. Pembuatan hasil analisis keuangan akan digunakan untuk mengkomunikasikan keadaan rencana keuangan dengan pihak yang berkepentingan.

Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan apakah suatu proyek menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad, 2000). Analisis finansial berkaitan dengan sumber dana (investasi) yang akan diperoleh dan proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal (biaya yang akan dikeluarkan) dan sumber dana yang bersangkutan. Analisis finansial meliputi :

1) Net Present Value (NPV)

Nilai bersih sekarang usaha memberikan ukuran nilai bersih proposal investasi dalam nilai uang pada saat sekarang. Oleh karena itu semua arus kas didiskontokan kembali ke masa sekarang, membandingkan selisih antara nilai sekarang arus kas tahunan dan pengeluaran investasi menjadi tepat. Perbedaan antara nilai sekarang arus kas tahunan dan pengeluaran awal menentukan nilai bersih atas penerimaan proposal investasi dalam nilai uang pada saat sekarang. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV yaitu :


(13)

NPV > 0, artinya proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan.

NPV < 0, artinya proyek tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.

NPV = 0, artinya proyek mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial opportunity cost faktor produksi normal, dengan kata lain proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Rasio keuntungan/biaya atau indeks keuntungan adalah rasio nilai sekarang dari arus kas bersih pada masa depan terhadap pengeluaran awalnya. Jika kriteria nilai bersih investasi sekarang memberikan ukuran kelayakan proyek dalam nilai uang yang absolut, maka indeks keuntungan memberikan ukuran relatif dari keuntungan bersih masa depannya terhadap biaya awal (Keown dkk, 2001).Net B/C Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek.

Kriteria investasi berdasarkan Net B/C rasio adalah : Net B/C > 0, maka NPV > 0. proyek menguntungkan. Net B/C < 0, maka NPV < 0. proyek merugikan.

Net B/C = 1, maka NPV = 0. proyek tidak untung dan tidak rugi.

3) Internal Rate Return (IRR)

IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan PV kas keluar yang diharapkan dengan PV kas masuk yang diharapkan atau dapat diartikan sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV = 0.

Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rataan keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (%). Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang


(14)

dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan. Suatu investasi dikatakan layak, apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

4) Payback Period (PBP)

PBP atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan usaha yang digunakan untuk mengukur periode waktu pengembalian modal yang digunakan. Semakin cepat modal dapat kembali, maka semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang digunakan akan cepat kembali dan digunakan untuk membiayai kegitan lain (Husnan dan Muhammad, 2000).

5) Analisis Switching Value

Analisis switching value adalah analisis yang digunakan untuk meneliti kembali analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan. Analisis ini ditujukan untuk melihat pengaruh yang terjadi apabila keadaan berubah. Menurut Kadariah dkk (1999), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap analisis proyek, jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. 6) BEP atau Titik Impas

Titik impas adalah suatu kondisi pada saat tingkat produksi atau besarnya pandapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan, sehingga pada saat itu perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Mulyadi, 1997). 2.2. Surabi

Surabi atau serabi adalah makanan khas orang Sunda yang bentuknya seperti pancake namun lebih kecil dan tebal, terbuat dari tepung beras. Surabi dibakar dengan menggunakan alat tradisional yaitu tungku dan cetakan khusus dari tanah liat. Surabi ini memiliki banyak rasa, dengan


(15)

rasa yang dianggap paling original khas Sunda yaitu surabi oncom. Warung surabi saat ini menawarkan surabi dengan berbagai rasa atau istilah dalam kamus kuliner modern „topping‟. Mulai dari oncom, keju, coklat, dan berbagai rasa buah yang menciptakan sensasi rasa manis, asin, pedas, dan lain-lain. (sumber:http://www.indonesia.travel/id/.2011).

Serabi adalah penganan atau jajanan pasar asal Indonesia yang serupa dengan pancake. Namun serabi biasanya terbuat dari tepung beras, bukan tepung terigu. Macamnya lumayan banyak, ada yang polos manis atau asin, ada juga serabi manis yang diberi kuah cair manis, yang biasanya dari gula kelapa, isi, dan taburan serabi bervariasi menurut daerah serta selera pembelinya. Di Bandung, serabi biasanya disebut surabi. Sejak dulu sudah dikenal disantap pada pagi hari, karena umumnya pedagang surabi berjualan dari subuh hingga pagi hari. Tidak mengherankan kalau surabi juga biasa dimakan untuk sarapan. Dulu yang terkenal adalah surabi polos (tapi ada yang berisi parutan kelapa) dan surabi oncom. Tapi, kini sudah banyak macam taburannya, termasuk yang manis-manis.

Di Jakarta, serabi disebut kue ape atau serabi Jakarta. Bentuk kue ape bundar, tipis di bagian pinggir dan menebal bundar di bagian tengah. Karena bentuknya, kue ape juga sering disebut sebagai kue tetek. Kue ape terbuat dari tepung terigu dicampur susu. Variasi warna dan taburannya saat ini banyak. Satu lagi serabi yang terkenal di Indonesia adalah srabi Solo atau serabi Solo. Kue ini juga terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan santan kelapa dan digoreng di atas arang. Serabi juga biasa diberi bermacam taburan, seperti potongan pisang, nangka, meses cokelat atau keju. Serabi yang terkenal berasal dari daerah Notokusuman. (http://bataviase.co.id, 2011)

2.3. Usaha Kecil Menengah (UKM)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan


(16)

sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kriteria usaha kecil dalam undang-undang tersebut tercantum pada pasal 5 ayat 1 yaitu dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

3. Milik Warga Negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Definisi UKM dalam Kepmenperindag adalah suatu usaha dengan nilai investasi maksimal Rp. 5 milyar termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan BPS mengenai jenis UKM berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu:

a. Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja dibawah 3 orang termasuk tenaga yang tidak dibayar,

b. Usaha kecil, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 – 9 orang, c. Usaha menengah, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 – 99

orang.

2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Menurut Putri (2008), didapatkan bahwa pelaksanaan proyek usaha sapi perah dengan kepemilikan 10 ekor sapi induk produktif dinyatakan layak dari berbagai aspek kelayakan usaha, meski pada aspek lingkungan masih terdapat masalah pada polusi udara. Dilihat dari aspek finansial, pengajuan kredit komersil (KUR) dinyatakan layak dengan kriteria NPV positif Rp. 57.556.076,67 pada masa proyek 7 tahun, Net B/C Rasio 1,30 (Net B/C Ratio >1). IRR 24% (lebih besar dari suku bunga Kredit Usaha Ringan (KUR) 16%), dan masa pengembalian selama 2 tahun 3 bulan 18 hari (tidak melebihi masa pinjaman yaitu 5


(17)

tahun). Dari analisis switching value penurunan pendapatan sampai dengan 14% masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika penurunan pendapatan lebih dari 14%. Komponen pendapatan yang berubah pada asumsi ini adalah produktivitas sapi perah tersebut. Analisis switching value pada kenaikan biaya operasional akan menjadikan proyek tidak layak pada tingkat kenaikan biaya operasional lebih dari 11%. Komponen biaya yang berubah pada asumsi ini adalah harga pakan konsentrat. Kemudian Analisis switching value, yaitu penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional secara bersama-sama menjadikan proyek tidak layak pada tingkat perubahan lebih dari 10%.

Perdana (2007) menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan gurame kelompok tani tirta maju, Kelurahan Situgede, Kabupaten Bogor. Analisis kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa rencana usaha Tirta Maju dikategorikan layak untuk diimplementasikan pada aspek pasar, teknis, manajemen maupun finansial. Analisis pendapatan usahatani menunjukkan nilai keuntungan sebesar Rp 16.238.500,- dan R/C sebesar 1,29. Sedangkan, dalam analisis penilaian investasi usaha diperoleh nilai NPV, PI, IRR, dan PBP masing-masing sebesar Rp 10.433.512,-; 1,67; 28,9 persen ; dan 2,9 periode. Lalu, hasil-hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kelayakan rencana usaha Tirta Maju cukup peka terhadap perubahan yang terjadi pada faktor harga jual ikan gurame dan volume produksi. Sementara itu, perubahan pada faktor harga pakan buatan (pellet) tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan rencana usaha ini.

Salah satu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang industri makanan yang terdapat di Bogor adalah Elsari Brownies and Bakery (EBB). EBB bermaksud membuka counter penjualan khusus produk Elsari di lokasi yang strategis. Oleh karena itu EBB memerlukan penelitian tentang kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian kondisi keuangan perusahaan dan kelayakan rencana pengembangan usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi struktur pasar brownies di Kota Bogor, (2) Menilai efisiensi saluran distribusi


(18)

brownies di Kota Bogor, (3) Menilai kinerja keuangan perusahaan EBB dan (4) Menentukan kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha EBB.

Pada pasar tradisional, mekanisme pasar yang berlangsung adalah pasar persaingan monopolistis. Pada pasar modern dan instansi, mekanisme pasar yang terjadi adalah oligopoli diferensiasi. Saluran distribusi brownies di Kota Bogor terdiri dari enam saluran yang melibatkan lima lembaga distribusi yaitu produsen, agen perorangan, toko kue mitra di pasar tradisional, instansi dan pasar modern.

Marjin terbesar diperoleh produsen melalui penjualan langsung yang dilakukan produsen ke konsumen dengan marjin sebesar 40 persen dari harga jual. Kinerja EBB selama tahun 2007 menunjukkan bahwa EBB mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Nilai risiko yang relative besar ditanggung EBB karena struktur aktiva yang banyak dibiayai oleh pinjaman.

Rencana kebutuhan dana untuk investasi awal pengembangan usaha EBB adalah sebesar Rp 1.034.957.456,-Berdasarkan perhitungan dengan analisis keuangan pengembangan usaha EBB, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 456.860.170,-. IRR yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan investasi pengembangan EBB adalah sebesar 18,66%. Payback Period yang dibutuhkan EBB adalah 8 tahun 4 bulan dan nilai PI yang dihasilkan dari analisis kelayakan adalah sebesar 1,55. Pada tahun pertama pengembangan usaha, BEP rupiah EBB mencapai Rp 1.803.049.775,- sedangkan BEP kuantitas EBB mencapai 40.606 box.


(19)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen potensial, dengan adanya perkembangan zaman yang mengubah pola hidup masyarakat saat ini yang senang berkumpul atau bersosialisasi di tempat makan. Selain itu, studi kelayakan bisnis memberikan masukan mengenai target atau pencapaian yang harus diraih untuk mempertahankan kelangsungan usaha yang didirikan agar tetap berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan kondisi tersebut timbul keinginan dari pemilik perusahaan untuk mengembangkan usaha yang dikelola dengan manajemen yang baik. Mengingat saat ini begitu banyak usaha jasa boga di Bogor yang semakin menjamur.

Untuk mengetahui pengembangan usaha yang dijalankan warung Surabi, dilakukan analisis kelayakan dengan mengkaji aspek-aspek kelayakan usaha seperti aspek finansial dan non-finansial yang dapat dilihat dari aspek pasar, teknis, finansial, manajemen dan sosial. Dari aspek finansial dilakukan analisis mengenai NPV, Net B/C, IRR, PBP, dan analisis switching value. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi terhadap pelaksanaan usaha yang dijalankan oleh Warung Surabi. Gambar 1 adalah kerangka pemikiran pada penelitian ini.


(20)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Kondisi Usaha Yang Dijalankan

Warung Surabi

Analisis Studi Kelayakan

Pengembangan Usaha

Analisis Non-Finansial

-

Aspek Pasar dan Pemasaran -Aspek Teknis dan Teknologi

-

Aspek Manajemen dan Operasional

Analisis Finansial

Analisis NPV,

Net

B/C, IRR,

PBP, BEP,

switching value

Hasil Penelitian

Layak

Tidak Layak

Usaha Dapat

Dilanjutkan dan

Dikembangkan

Perbaikan pada aspek

yang mengalami

permasalahan

Rencana Pengembangan Usaha


(21)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Warung Surabi yang berlokasi di Jalan Pondok Rumput No 14 Bogor, berlangsung sejak bulan Maret sampai dengan Mei 2011.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi dikumpulkan untuk menjelaskan gambaran dan keterangan yang berkaitan dengan lingkup usaha. Data yang akan digunakan berupa data primer dan sekunder. Sumber data primer didapat dari hasil wawancara dengan pemilik Warung Surabi. Sedangkan data sekunder bersumber dari beberapa instansi terkait, studi pustaka dan internet.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif diperoleh dari aspek-aspek non-finansial, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial. Sedangkan aspek finansial dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C, IRR, PBP, dan analisis switching value menggunakan Microsoft Excel.

3.4.1 Aspek Pasar dan Pemasaran

Strategi bauran pemasaran yang dikaji meliputi aspek peluang pasar dan bauran pemasaran (place, product, price dan promotion). Melalui analisis aspek pasar ini dapat dilihat kondisi pasar yang terjadi dan dapat diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi, yang nantinya dapat memperkirakan anggaran usaha.

3.4.2 Aspek Teknis

Penilaian aspek teknis dilakukan dengan menganalisis apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasinya secara teknis dapat dilaksanakan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi dari usaha ini. Hal-hal yang perlu dianalisis dari aspek teknis ini adalah :

a. Lokasi proyek, dimana usaha didirikan dengan pertimbangan lokasi dan lahan usaha.


(22)

b. Skala usaha/luas produksi, ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.

c. Mesin dan alat pembantu mesin, dengan melihat kriteria pemilihannya.

d. Proses produksi dan tata letak, termasuk bangunan dan fasilitas lainnya.

e. Penyediaan bahan baku. 3.4.3 Aspek Manajemen

Analisa aspek manajemen meliputi kepemilikan, struktur organisasi, jumlah tenaga kerja, deskripsi pekerjaan sekaligus pembagian wewenang dan tanggungjawab serta sistem gaji atau upah anggota maupun tenaga kerja. Tujuan analisis usaha dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan, sehingga pada akhirnya rencana usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak.

3.4.4 Aspek Finansial

Analisis aspek finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan proyek berdasarkan criteria tertentu. Data yang diperlukan meliputi jumlah penjualan, nilai sisa pada akhir tahun, biaya investasi, biaya tetap, biaya operasional dan biaya lainnya yang terkait.

1. Net Present Value

Kriteria NPV didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang

Keterangan :

Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t n = Umur proyek


(23)

Dengan kriteria:

1) Nilai NPV dalam suatu proyek didapatkan nilai lebih besar atau lebih daripada nol, berarti proyek dapat menghasilkan keuntungan.

2) Apabila nilai NPV yang dihasilkan sama dengan nol berarti proyek tersebut akan mengembalikan biaya sebesar opportunity cost faktor produksi modal.

3) Apabila nilai NPV yang dihasilkan kurang dari nol berarti proyek tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan.

2. Net B/C

………(2) Keterangan :

Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t n = Umur proyek

i = Discount rate (%) dengan kriteria :

1) Jika net B/C lebih besar atau sama dengan satu maka proyek layak dijalankan

2) Jika net B/C lebih kecil dari 1 maka proyek tidak layak 3. Internal Rate Return

Internal Rate of Return adalah tingkat pengembalian yang menghasilkan NPV arus kas masuk sama dengan NPV arus kas keluar.

Keterangan :

I1 = Nilai diskonto pada saat NPV1 I2 = Nilai diskonto pada saat NPV2 NPV1 = Nilai NPV positif

NPV2 = Nilai NPV negative dengan kriteria:


(24)

1) Apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku berarti usaha dapat dilanjutkan.

2) Jika nilai IRR kurang dari tingkat suku bunga yang berlaku berarti usaha tidak dapat dijalankan.

4. Pay Back Period

Pay Back Period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, yang dihitung dari kas bersih.

………(4) 5. Analisis Sensitivitas

Perencanaan suatu usaha pada umumnya menggunakan perkiraan dalam menentukan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang akan diperoleh tiap tahun oleh suatu usaha. Peubah-peubah kebijakan yang

digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah perubahan biaya operasional dan penurunan harga penjualan.

3.5. Kriteria Kelayakan Investasi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis pengembangan usaha Warung Surabi melalui penyusunan suatu cash flow sebagai berikut :

1) Analisis kelayakan finansial diproyeksikan dengan jangka waktu lima tahun mulai tahun 2011 - 2015

2) Umur proyek yang direncanakan adalah 5 tahun yang telah disepakati oleh pihak Warung Surabi.

3) Penentuan bulan dalam satu tahun adalah 12 bulan.

4) Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak dikeluarkan pada periode ke nol, yaitu sebelum proses produksi dimulai.

5) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada periode bulan Mei (harga tahun 2011) dengan asumsi harga konstan selama umur proyek.


(25)

6) Sesuai dengan permintaan pemilik yang ingin menaikkan kapasitas produksi 5% per tahun, maka pembelian bahan baku ditingkatkan 5% tiap tahunnya.

7) Tingkat discount rate (DR) yang digunakan 7% sesuai dengan rata-rata suku bunga deposito pada bulan Mei tahun 2011 (http://pusatdata.kontan.co.id,2011).

8) Biaya investasi tidak dihitung dari usaha yang lama. 9) Sumber modal berasal dari modal sendiri.

10)Pajak pendapatan usaha didasarkan pada UU No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Pendapatan Usaha dan Perseroan, yaitu :

i.Apabila mengalami kerugian tidak dikenai pajak.

ii.Apabila pendapatan kurang dari Rp 50.000.000, dikenakan pajak 10%.

iii.Apabila pendapatan antara Rp 50.000.000 - Rp 100.000.000, dikenakan pajak 10% dari Rp 50.000.000 pertama dan ditambah dengan 15% dari pendapatan setelah dikurangi Rp 50.000.000. iv.Apabila pendapatan di atas Rp 100.000.000, dikenakan pajak sebesar

10% dari Rp 50.000.000 pertama ditambah dengan 15% dari Rp 50.000.000 kedua dan ditambah dengan 30% dari pendapatan yang telah dikurangi Rp 100.000.000.


(26)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Warung Surabi

Usaha Warung Surabi berdiri mulai bulan November 2009. Warung Surabi berlokasi di Jalan Pondok Rumput No 14. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Sugeng. Sejak awal pendirian usaha ini hanya dijalankan oleh satu orang (pemilik), dengan merekrut tenaga kerja sebanyak dua orang. Perusahaan Warung Surabi memiliki visi dan misi, yaitu

Visi

a. Menjadi salah satu produsen makanan terbaik di kota Bogor dalam aspek profitabilitas, penjualan, dan kepuasan konsumen.

b. Loyalitas konsumen terhadap produk hasil olahan terjaga. Misi

a. Memuaskan konsumen dengan menyediakan produk - produk makanan yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan.

b. Menciptakan suasana yang nyaman bagi para konsumen c. Menjaga mutu serta kualitas produk makanan

Dengan dua orang pekerja saat ini sebenarnya belum cukup mengawasi setiap transaksi di hari-hari tertentu, sehingga pemilik harus ikut terjun di dalam usaha tersebut. Warung Surabi menggunakan alat-alat masak sederhana dalam proses produksinya seperti banyak usaha surabi lainnya. Peralatan yang digunakan adalah sodet, baskom, tungku dan cetakan surabi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perusahaan surabi ini merupakan perusahaan home industry karena masih berskala mikro.

4.2. Aspek-aspek Analisis Kelayakan Usaha 4.2.1 Aspek Pasar

Pengkajian mengenai aspek pasar bertujuan untuk dapat melihat kondisi pasar yang terjadi dan perkiraan mengenai penjualan yang mungkin terjadi.

Aspek pasar diperlukan untuk menilai sejauhmana potensi bisnis tersebut untuk dijalankan. Analisis terhadap aspek ini menjadi


(27)

perhatian pertama agar dapat diketahui sejauhmana peluang dan pangsa pasar yang tersedia. Dengan demikian, perusahaan mampu menempatkan diri dalam pasar sasaran yang diinginkan.

a. Peluang dan pangsa pasar

Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010 Badan Pusat Statistik Bogor diperoleh data jumlah penduduk di Kecamatan Bogor Utara saat ini mencapai 170.320 Jiwa. Dari jumlah tersebut, diketahui bahwa sebanyak 86.915 adalah laki-laki dan 83.405 perempuan. Hasil sensus juga menunjukkan, penduduk Kecamatan Bogor Utara mengalami laju pertumbuhan 2,59 persen per tahun selama sepuluh tahun terakhir. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecamatan Bogor Utara memiliki pangsa pasar yang luas.

Segmentasi pasar berdasarkan demografis yaitu berdasarkan usia karena pada usia 12-50 tahun termasuk usia produktif, dimana cenderung membutuhkan tempat-tempat untuk berkumpul dengan teman-teman. Sedangkan segmentasi pasar berdasarkan psikografis terdiri atas gaya hidup dan kepribadian. Gaya hidup yang ingin berkumpul dengan teman-teman disuatu tempat yang nyaman dan terdapat berbagai menu makanan yang cepat saji, menjadi salah satu peluang bagi usaha di bidang makanan.

Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Target pasar utama Warung Surabi berdasarkan usia antara 12-50 tahun. Pada usia tersebut aktivitas lebih banyak dihabiskan di luar rumah, baik bersekolah maupun bekerja dan cenderung lebih suka menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman di suatu tempat yang diinginkannya. Berdasarkan aspek usia dan latar belakang pendidikan, pasar sasarannya adalah berasal dari usia dan tingkatan yang berbeda-beda, yaitu anak – anak, remaja, dan dewasa. Pada kalangan remaja, umumnya konsumen berasal dari pelajar sekolah menengah atas dan mahasiswa di wilayah kampus Pakuan. Berdasarkan aspek level pengeluaran, pasar sasaran Warung Surabi


(28)

adalah kalangan kelas menengah. Berdasarkan data versi Bank

Dunia, Kategori kelas menengah adalah mereka yang

membelanjakan uangnya 2 dollar AS (sekitar Rp 18.000) sampai 20 dollar AS (sekitar Rp 180.000) per hari saat ini ada 134 juta warga menengah di Indonesia (http://data.worldbank.org).

Warung Surabi berusaha menawarkan produk yang sehat,

lezat dan higienis. Untuk menarik minat konsumen untuk membeli

produknya, maka Warung Surabi menyediakan beberapa macam rasa yang bisa dipilih konsumen, berbeda dengan penjual surabi tradisional yang ada pada umumnya yang hanya menyediakan satu jenis/macam rasa.

b. Kebijakan Bauran Pemasaran

Menurut Umar (2001), manajemen pemasaran produk barang dibagi atas empat kebijakan pemasaran yang disebut bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi.

1) Product (Produk)

Produk adalah setiap tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan (Kotler, 2004). Produk adalah apa yang ditawarkan kepada konsumen. Produk makanan yang ditawarkan di Warung Surabi adalah surabi dengan berbagai macam toping yakni surabi sosis, surabi es krim, surabi coklat susu, surabi coklat keju, surabi nangka, surabi sossis mayonese, surabi ayam, susu kental, surabi sosis telur mayonese, dan surabi pisang dan beberapa diantara toping tersebut dapat dikombinasikan sesuai keinginan pelanggan. Akan tetapi dengan beragamnya selera konsumen maka diperlukan variasi rasa yang lebih banyak untuk memenuhi keinginan pengunjung. Untuk produk surabi, sebaiknya ditambahkan varian rasa misalnya saja rasa selai kacang, bluberry atau daging. Hal ini juga bertujuan agar konsumen tidak bosan dengan varian rasa yang sudah ada.


(29)

Banyaknya variasi rasa yang dimiliki Warung Surabi tentunya akan mejadi keunggulan tersendiri dibandingkan pesaingnya.

Bahan baku yang digunakan untuk adonan secara umum sama, yang membedakan tiap varian adalah toping. Kualitas produk yang ditawarkan terjamin rasanya karena produk langsung dibuat ketika dipesan, sehingga pelanggan merasakan kenikmatan serabi yang masih hangat. Selain itu bahan baku yang disediakan juga berkualitas baik dan baru, sehingga kualitas produk tetap terjaga. Bahan baku utama dalam pembuatan serabi ini adalah menggunakan produk-produk pertanian seperti kelapa dan beras. Beras ini yang nantinya dibuat tepung sebagai bahan baku utama adonan serabi. Kemudian tepung beras tersebut dicampur dengan tepung terigu dan parutan kelapa.

Ukuran produk serabi sama untuk semua varian rasa, yaitu dengan diameter sekitar 13 cm sesuai dengan cetakan produk yang disediakan. Jika dibandingkan dengan pesaingnya dari segi variasi menu surabi memiliki lebih banyak varian rasa. Varian topping cukup terasa, sehingga tidak sedikit pengunjung yang datang kembali. Tekstur yang dimiliki surabi cukup lembut/empuk dan terasa kenyal di mulut. Pada bagian bawah surabi umumnya berwarna kecoklatan dan mengeluarkan aroma khas. Aroma khas dan warna kecoklatan surabi dihasilkan saat proses pemasakan. Aroma tersebut yang bisa menggugah selera konsumen.

Desain kemasan produk terdiri dari dua jenis kemasan, tergantung permintaan pelanggan. Bagi yang langsung dimakan di tempat, disediakan dengan piring. Sedangkan yang ingin di bawa pulang, serabi dikemas dengan dus kemasan yang tidak jauh berbeda dengan pesaingnya yang juga menggunakan dus karton sebagai wadah kemasan produk. Namun kemasan yang digunakan saat ini belum memiliki label, akan lebih baik bila


(30)

pada kemasan diberi label Warung Surabi. Hal tersebut akan membuat konsumen lebih mengingat nama Warung Surabi. 2) Price (Harga)

Harga merupakan faktor yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu usaha dalam menciptakan penawaran kepada konsumen, sehingga konsumen dapat tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan. Harga jual yang diberikan kepada konsumen harus mampu menutupi biaya operasional yang ditanggung perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Menurut pemilik, keberadaan pesaing dianggap mempengaruhi pertimbangan harga. Jika harga yang ditawarkan terlalu tinggi dibandingkan pesaing tentunya konsumen tidak tertarik, oleh karena itu perusahaan mencari keuntungan yang relatif. Dalam hal ini, agar dapat menjalankan usaha secara kontinyu juga untuk menarik minat konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Warung Surabi menetapkan harga yang beragam untuk setiap menu. Variasi harga jual didasari harga bahan baku yang digunakan sebagai topping surabi pada tiap menu yang dipilih konsumen. Daftar harga dan menu Warung Surabi dapat dilihat pada Tabel 4. Seperti yang terlihat pada tabel, harga surabi ice cream sebesar Rp 6.500 dikarenakan harga beli bahan baku es krim lebih mahal dibandingkan bahan baku lainnya.

Harganya jual surabi berkisar dari Rp 3.500 hingga Rp 6.500 per porsi tergantung variasi rasa yang diinginkan oleh konsumen. Sejauh ini harga yang ditawarkan warung surabi relatif terjangkau untuk kalangan remaja, khususnya mahasiswa yang menjadi salah satu target pasar usaha Warung Surabi. Harga yang ditetapkan Warung Surabi tidak terlalu mahal bila dibandingkan dengan pesaingnya semacam roti bakar, burger, kebab, maupun pisang bakar yang mencapai kisaran harga Rp 7.000 – Rp 9.000 per porsi.


(31)

Tabel 4. Daftar menu dan harga jual Warung Surabi

Menu Harga

Surabi pisang keju 3.500

Surabi ayam 3.500

Surabi telur mayonaise 4.000 Surabi sossis telor

mayonaise

5.500

Surabi pisang 3.500

Surabi pisang coklat 4.000

Surabi ice cream 6.500

Surabi coklat keju 3.500 Surabi sosis keju 4.000 Surabi coklat keju susu 4.500 Surabi nangka keju susu 3.500

Surabi nangka 3.500

Surabi telor sosis ayam mayonaise

6.000 Surabi coklat susu 4.000 Surabi pisang coklat susu 4.000

3) Place (Tempat)

Place yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Tempat meliputi antara lain channels, coverage, assortments, locations, inventory, and transport. Saluran distribusi bertugas untuk menyalurkan produk dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Warung Surabi yang telah memiliki tempat usaha yang tetap, sehingga dalam pelaksanaan pendistribusian produknya langsung ke konsumen, dengan kata lain Warung Surabi melaksanakan sistem penjualan langsung (direct selling) di tempat produksinya. Hal ini juga berarti Warung Surabi tidak menggunakan jasa perantara dalam memasarkan produknya ke konsumen. Menurut pemilik, distribusi secara langsung dianggap lebih ekonomis, karena apabila menggunakan perantara maka harga jual yang diterima konsumen bisa lebih tinggi. Alasan lain tidak digunakannya perantara adalah kualitas produk, karena surabi cenderung


(32)

memiliki rasa yang lebih enak dinikmati ketika hangat daripada surabi yang sudah dingin.

Pemilihan lokasi strategis merupakan faktor penting sehingga perlu memperhatikan berbagai faktor. Faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan lokasi adalah mudah dijangkau/dilihat konsumen, dan lokasi yang banyak dilalui atau dihuni target konsumen yang berpotensi membeli produk. Alasan itu yang menjadi pertimbangan warung Surabi untuk mengembangkan usaha di sekitar wilayah kampus Pakuan.

4) Promotion (Promosi)

Untuk mau membeli produk yang dihasilkan konsumen harus dapat dibujuk, didorong dan diberikan informasi produk yang dihasilkan. Pelaku UKM cenderung masih melakukan promosi yang sederhana, begitu pula dengan Warung Surabi Bentuk promosi yang dilakukan Warung Surabi saat ini masih berupa promosi dari mulut ke mulut dan spanduk. Warung Surabi menjual produk langsung di tempat produksi, oleh karena itu yang melakukan penjualan adalah karyawan Warung Surabi. Strategi promosi dari mulut ke mulut dianggap sudah cukup di kalangan remaja, karena dengan cara promosi seperti ini produk surabi lebih cepat dikenal oleh kalangan mahasiswa dan pelajar. Cara promosi dari mulut ke mulut semacam ini dianggap lebih mudah dilakukan dan juga dianggap lebih ekonomis dalam memasarkan produk sehingga tidak menambah pengeluaran bagi perusahaan.

4.2.2 Aspek Teknis Dan Teknologi a. Lokasi dan Tata Letak

Lokasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sukses atau gagalnya sebuah bisnis. Lokasi ini ada yang mudah dicapai konsumen dan ada pula yang jauh. Kemajuan sebuah bisnis sangat tergantung pada kunjungan konsumen. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen antara lain kenyamanan, waktu


(33)

tempuh, biaya, kepercayaan, kualitas dan layanan. Lokasi usaha yang dipilih untuk pengembangan Warung Surabi terletak di Jalan Ciheuleut Pakuan, Bogor. Lokasi tersebut menjadi tempat usaha Warung Surabi cukup ideal karena berada di lokasi yang berdekatan dengan perumahan penduduk, kampus Universitas Pakuan, SMAKBO, dan pusat makanan, sehingga mudah dalam mencari calon konsumen.

Lokasi penjualan ini juga dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan dalam akses transportasi dan memudahkan pelanggan mencapai lokasi. Pemilihan lokasi baru tersebut mempunyai potensi untuk dapat menarik konsumen, baik dari pengguna jalan maupun warga yang tinggal di sekitar lokasi tersebut. Tata letak pada lokasi pengembangan usaha Warung Surabi mengikuti bentuk bangunan tanpa melakukan banyak perubahan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu memakan biaya pembangunan. Penyesuaian yang dilakukan hanya pada kursi dan meja makan, serta penempatan peralatan di dapur.

Gambar 2.Tata letak tampak atas

Keterangan.

1. Meja kasir 5. Meja dan kursi

2. Tempat peralatan 6. Tempat parkir

3. Tempat bahan baku 7. Toilet

4. Tempat pembuatan menu 5

4

5 5 5

5

6 5

5


(34)

b. Fasilitas Dan Peralatan

Fasilitas penunjang yang dibutuhkan oleh Warung Surabi adalah bangunan khusus untuk proses produksi dan tempat usaha. Warung Surabi membutuhkan listrik 100 watt yang digunakan untuk lampu neon 40 watt, lampu neon box 20 watt, lampu dalam 20 watt, dan lampu kelap-kelip 20 watt. Kebutuhan air per harinya digunakan untuk keperluan membuat adonan dan mencuci peralatan memasak. Kebutuhan listrik dan air dari Warung Surabi dapat dipenuhi oleh pihak pemilik tempat, sehingga operasional Warung Surabi dapat berjalan dengan lancar. Untuk menunjang keperluan produksi usahanya, Warung Surabi membutuhkan peralatan. Peralatan yang digunakan oleh Warung Surabi surabi adalah alat-alat masak yang sederhana dan biasa digunakan oleh penjual makanan surabi pada umumnya.

Peralatan pada Warung Surabi

a) Baki g) Tungku

b) Pisau makan h) Cetakan surabi

c) Sendok i) Sodet

d) Container adonan j) Baskom e) Meja produksi k) Kulkas

f) Piring l) Garpu

Perlengkapan Warung Surabi

a) Alat kebersihan e) Rak piring

b) Sound system f) Meja makan

c) Kursi g) Tempat sendok

d) Alat tulis h) Kipas angin

c. Penyediaan Bahan Baku dan Proses Produksi

Perusahaan ini memiliki tempat penyimpanan bahan baku di lokasi penjualan, sehingga dapat memudahkan proses produksi. Bahan baku toping disimpan dalam lemari es untuk menjaga keawetan bahan. Selain itu, karena lokasi berada di kota, sehingga


(35)

akses untuk penyaluran bahan baku dari produsen menjadi lebih mudah (dekat dengan pasar) dan akses mencapainya pun mudah. Bahan baku yang digunakan pada produksi surabi adalah bahan baku yang mudah didapat di toko atau di pasar. Sehingga bisa dikatakan tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku dalam proses produksi. Untuk bahan baku yang bersifat perishable atau mudah rusak, selalu dilakukan pembelian setiap hari agar kualitas bahan baku tetap terjaga kesegarannya, sedangkan bahan baku yang tahan lama biasanya dibeli secara langsung setiap dua minggu sekali

Proses produksi dalam pembuatan surabi menggunakan proses produksi yang tradisional yaitu dengan menggunakan cetakan yang terbuat dari tanah liat dan tungku dengan pengapian menggunakan arang. Menurut pemilik, surabi yang dibuat secara tradisional akan menghasilkan aroma yang khas. Aroma tersebut yang dapat menggugah selera konsumen dalam menikmati surabi.

Gambar 3.Alur produksi

Tahap awal dalam produksi surabi adalah pembuatan adonan yang terdiri dari tepung beras, tepung terigu, kelapa parut

tepung beras, terigu, kelapa, air

dicampur jadi 1

dibuat adonan

diaduk

cetak (dibakar)

toping


(36)

dan air. Kemudian dalam membuat adonan dilakukan dengan manual yaitu menggunakan sebuah alat yang diaduk dengan menggunakan tangan tidak menggunakan alat pengaduk seperti mixer. Cara tradisional ini masih dilakukan karena untuk mempertahankan rasa khas serabi yang enak dan gurih. Adonan tersebut selanjutnya dituang kedalam cetakan yang sudah dipanaskan. Saat surabi menjadi setengah matang tahap selanjutnya adalah pemberian toping. Setelah menjadi matang kemudian surabi disajikan kepada konsumen.

Untuk jumlah produksi yang dihasilkan tergantung permintaan dan penawaran konsumen setiap harinya. Pembuatan adonan biasa dilakukan sebelum memulai kegiatan penjualan. Biasanya Warung Surabi membuat adonan secukupnya, 1 adonan tersebut menghasilkan 20 buah surabi. Apabila jumlah pengunjung saat itu mulai bertambah, maka akan dibuat adonan lagi.

4.2.3 Aspek Manajemen dan Operasional a. Kepemilikan

Usaha yang mengolah bahan baku makanan menjadi makanan/ produk jadi yaitu produk serabi ini berada di bawah kepemilikan satu (1) orang yang merupakan pemilik modal usaha.

b. Struktur Organisasi

Aspek manajemen sangatlah penting karena merupakan aspek yang mengelola dan menggerakan suatu bisnis. Manajemen yang akan dilakukan dalam usaha ini terdiri dari satu orang pemegang kendali perusahaan dan di tambah dua orang karyawan. Dalam perusahaan Warung Surabi tidak terdapat struktur organisasi yang jelas. Warung Surabi membentuk struktur organisasi yang masih bersifat sederhana. Pembagian pekerjaannya pun di buat fleksibel sehingga diharapkan semua karyawan dapat berperan pada semua posisi, bagian persiapan produk harus dapat berganti peran pelayan atau sebaliknya.

Struktur organisasi (Gambar 4) di bawah merupakan struktur organisasi yang dibuat sendiri untuk menggambarkan keadaan


(37)

organisasi di perusahaan Warung Surabi. Berdasarkan pengamatan, semua jabatan dapat beralih fungsi pada saat kapan pun menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada. Rangkap jabatan pun terjadi dalam usaha ini. Bapak Sugeng selaku pendiri perusahaan tersebut. menjalankan tugas sebagai pemimpin, pengawas, serta pemegang tanggung jawab penuh untuk seluruh kegiatan, dan bagian kasir yang mencangkup bagian keuangan bertugas melayani proses pembayaran para konsumen dan mencatat keuangan masuk dan keluar pada usaha ini.

Juru masak memiliki kewajiban memproduksi pesanan makanan yang ditawarkan, serta menjaga agar rasa yang dihasilkan sama pada setiap produk. Pada bagian ini dikerjakan oleh satu orang karyawan. Bagian ini juga juga harus selalu mengawasi persediaan bahan baku yang diperlukan.

Pelayan bertugas melayani para pengunjung, mulai dari pemesanan menu hingga penyajiannya serta merapikan meja setelah para pengunjung selesai menyantap hidangan. Selain itu pelayan juga memiliki kewajiban memberikan informasi menu spesial dan deskripsi dari setiap menu agar para pengunjung mendapatkan gambaran tentang menu yang akan dipesan nantinya.

Gambar 4. Struktur organisasi Warung Surabi

Struktur organisasi yang dijalankan oleh Warung Surabi bersifat sederhana sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. Pada

pemilik

pegawai

1

pegawai

2


(38)

usaha Warung Surabi, struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi lini atau garis (Gambar 4). Struktur organisasi ini merupakan ketetapan dan telah disepakati bersama oleh seluruh karyawan pada perusahaan ini. Alasan dari Warung Surabi menggunakan struktur organisasi lini atau garis, agar memudahkan dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengendalikan dan melakukan pengontrolan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat.

c. Tenaga Kerja

Sumber Daya Manusia merupakan asset berharga bagi perusahaan. Suatu perusahaan yang maju tentu sangat memperhatikan kualitas dari SDM yang mereka miliki serta sudah menerapkan sistem manajemen SDM yang baik pada perusahaannya. Dalam perusahaan Warung Surabi, sistem manajemen SDM yang diterapkan masih sederhana. Tidak ada persyaratan khusus untuk bekerja di Warung Serabi. Satu-satunya kemampuan yang harus pegawai miliki adalah disiplin dan mau bekerja keras. Tenaga kerja ini memperoleh gaji dengan jumlah yang tetap dan diberikan setiap awal bulan. Gaji yang diberikan kepada tenaga kerja Rp 600.000 per bulan. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak dua orang yaitu juru masak dan pramusaji. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang keluar untuk gaji karyawan. Perekrutan tenaga kerja tidak menetapkan standar pendidikan yang tinggi karena proses produksi hanya membutuhkan tenaga yang terlatih. Warung Surabi beroperasi setiap hari mulai pukul 14.00 hingga 22.00 dan libur setiap 2 minggu sekali.

Setelah jam kerja selesai pemilik tidak melakukan evaluasi kerja. Namun apabila ada salah satu pegawai yang melakukan kesalahan pembuatan menu, pegawai yang lain langsung menegur dan mengingatkan saat itu juga. Dalam perusahaan ini juga tidak ada pelatihan khusus dan pengembangan ketrampilan pegawai. Sebelum bekerja, pegawai hanya diajari tentang cara membuat makanan, cara penyajiannya, dan pelayanan terhadap pelanggan. Selain itu, di


(39)

perusahaan ini juga tidak ada promosi dan kenaikan jabatan, serta pemindahan pegawai.

Pemilik usaha juga membuat peraturan bagi pegawai Warung Surabi, antara lain :

1) Setiap tenaga kerja diharuskan selalu menjaga kebersihan dan menjaga kenyamanan konsumen.

2) Setiap tenaga kerja dilarang untuk mencuri atau mengambil hal-hal yang merupakan milik Warung Surabi.

3) Setiap tenaga kerja dilarang untuk memakai narkoba dan mengkonsumsi minuman keras, terutama di lokasi usaha.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek manajemen pada pendirian usaha yang dilakukan oleh Warung Surabi memungkinkan pihak manajemen mengorganisasikan, melaksanakan maupun mengendalikan usahanya dengan baik. Dengan demikian, aspek manajemen pada pendirian usaha ini termasuk kategori layak.

4.2.3 Aspek Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui kelayakan usaha sehingga diketahui apakah usaha yang dijalankan oleh Warung Surabi layak secara finansial. Aspek finansial yang dibahas adalah :

a. Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya

Kebutuhan modal dalam usaha Warung Surabi terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pendirian atau pembelian peralatan yang mendukung proses produksi dan penjualan dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan produksi. Kebutuhan modal investasi pada periode ke


(40)

nol Rp 10.958.000. Kebutuhan investasi pada usaha Warung Surabi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan investasi

Uraian Nilai (Rp)

Instlalasi bangunan 3.000.000

Tungku 500.000

Meja kasir 500.000

Kulkas 1.200.000

Meja Produksi 350.000

Cetakan surabi 25.000

Kipas angin 150.000

Container adonan 30.000

Rak piring 55.000

Kursi 704.000

Meja makan 1.440.000

Baki 24.000

Tempat sendok 40.000

Tupperware kecil 840.000

Alat tulis 52.000

Alat kebersihan 35.000

Talenan 25.000

Spanduk 200.000

Sound system 400.000

Cetakan surabi 25.000

Kursi 704.000

Container adonan 60.000

ATK 35.000

Alat kebersihan 17.000

Kalkulator 75.000

Pisau dapur 25.000

Sendok 150.000

Piring 500.000

Pisau makan 288.000

Garpu 150.000

Asbak 80.000

Capit biasa 25.000

Gembok 100.000

Biaya investasi yang dikeluarkan antara lain untuk pembelian peralatan dan perlengkapan antara lain, meja kasir, kursi, meja makan, pisau makan, asbak, piring, gelas, sendok, garpu, kulkas dan lain-lain.


(41)

Selain biaya investasi, biaya lain yang harus dikeluarkan oleh Warung Surabi adalah untuk modal kerja yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada jumlah (tingkat) output yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan diantaranya untuk membiayai gaji tenaga kerja, arang, biaya listrik, dan biaya air. Biaya tetap per tahun dapat dilihat pada tabel biaya tetap.

Tabel 6. Biaya tetap

No Uraian Jumlah Harga per

Satuan (Rp) Nilai (Rp) 1 Tenaga kerja 2 orang 600.000 14.400.000 2 Biaya listrik 12 bulan 400.000 4.800.000

3 Biaya air 12 bulan 200.000 2.400.000

4 Sewa tempat 1 tahun 5.000.000

Sedangkan, biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan jumlah output produksi perusahaan. Biaya variabel pada usaha surabi yang dimaksud adalah kebutuhan fisik bahan baku yang dibutuhkan pada tahun pertama. Total kebutuhan variabel per tahun pertama adalah Rp 39,120.831. Kebutuhan variabel pada Warung Surabi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kebutuhan variabel Warung Surabi

No Uraian No Uraian

1 Tepung beras 10 Mayonaise 2 Tepung terigu 11 Ayam

3 Garam 12 Nangka

4 Kelapa 13 Sossis

5 Susu kental 14 Es krim

6 Meses 15 Saus cabe

7 Keju 16 Arang

8 Telur 17 Kemasan

9 Pisang

Selain biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel, terdapat biaya penyusutan. Biaya penyusutan diperhitungkan berdasarkan umur ekonomis semua peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi.


(42)

Biaya penyusutan yang dikeluarkan Rp 1,353.071. Rincian biaya penyusutan terdapat pada Lampiran 8.

b. Sumber Modal

Modal yang digunakan dalam pendirian dan operasional Warung Surabi berasal dari modal sendiri. Jadi tidak terdapat peminjaman dan kewajiban pengembalian bunga kepada pihak Bank atau kreditor. Seluruh modal akan digunakan untuk membiayai semua keperluan baik untuk biaya investasi dan biaya operasional pada periode pertama.

c. Identifikasi Manfaat dan Penerimaan

Dalam suatu analisis cash flow finansial, manfaat yang diterima adalah penerimaan dari penjualan output serta nilai sisa dari komponen-komponen investasi. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga jual per satuannya.

Penerimaan pada usaha Warung Surabi didapat dari penjualan makanan dan nilai sisa pada akhir periode jangka waktu analisis kelayakan finansial. Pada tahun pertama pendapatan yang diperoleh Rp 67,803.210. Penerimaan dari nilai sisa diperoleh dari sisa umur ekonomis pada akhir jangka waktu analisis kelayakan finansial. Nilai akhir yang diperoleh Rp 1,908.643. Rincian penerimaan Warung Surabi pada tahun pertama dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya total (Total Cost). Biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap total dan biaya variabel total per periode.

Total biaya operasional tahun pertama adalah Rp 65,720.831. Berdasarkan perhitungan penerimaan dan pengeluaran tersebut maka keuntungan yang diperoleh Warung Surabi dalam kurun waktu tahun pertama Rp 2,082.379. Proyeksi laba rugi Warung Surabi dapat dilihat pada Lampiran 7. Empat (4) kriteria umum yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi suatu usaha, yaitu NPV, Profitability Index (PI), IRR, dan PBP (Umar, 2003). Hasil perhitungan analisis tersebut dapat dilihat pada perhitungan cashflow kelayakan usaha


(43)

Warung Surabi dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai dari kriteria investasi pengembangan usaha Warung Surabi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil analisis kelayakan usaha Warung Surabi No Kriteria

Kelayakan Kelayakan Keterangan

1. NPV NPV > 0 Rp 12,658.281 (layak)

2. IRR IRR > DR 34% (layak)

3. Net B/C Net B/C > 1 1,97 (layak) 4. PBP PBP < jangka waktu 1.07 tahun (layak) 1. NPV

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur usaha yang direncanakan. Pada hasil analisis kelayakan finansial yang dilakukan pada Warung Surabi menunjukkan nilai NPV positif Rp 12,658.281. Nilai tersebut merupakan penjumlahan net benefit (keuntungan bersih) setiap periode yang telah didiskontokan pada rencana usaha Warung Surabi. Nilai NPV yang positif menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dijalankan karena usaha tersebut dapat menghasilkan arus kas masuk dengan persentase lebih besar dibandingkan opportunity cost (biaya yang dikorbankan) modal yang ditanamkan, sehingga usaha ini layak dikembangkan dalam jangka panjang. Perhitungan kriteria NPV dapat dilihat pada Lampiran 3.

2. IRR

IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengembalian internal yang dihasilkan dari investasi pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai IRR 34%. Nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang digunakan dalam perhitungan sebesar 7%. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada rencana usaha ini


(44)

lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada rencana usaha ini daripada menabungkan dananya di bank.

Nilai IRR diperoleh dengan menggunakan metode coba-coba (trial and error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan selama umur usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu. Kemudian nilainya dibandingkan dengan biaya investasi awal. Jika nilai investasi awal lebih kecil, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika nilai investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Begitu seterusnya hingga ditemukan nilai yang sama besar atau mendekati (Umar, 2003).

3. Net B/C

Net B/C atau disebut juga Profitability Index merupakan perbandingan antara jumlah net benefit dan total cost berdasarkan nilai relatif kas. Rumusnya adalah PV positif dibagi dengan jumlah PV negatif. Kriteria Net B/C menunjukkan berapa kali lipat perbandingan jumlah benefit netto yang diperoleh dari proyek terhadap capital expenditure. Untuk nilai Net B/C pada analisis kelayakan usaha Warung Surabi diperoleh nilai 1,97. Dengan demikian menurut kriteria Net B/C usaha tersebut dinyatakan layak untuk dijalankan karena memiliki Net B/C sebanyak 1,97 kali lipat dari capital expenditure. Dengan kata lain setiap Rp 1 biaya yang akan dikeluarkan akan menghasilakan manfaat Rp 0,97, sehingga manfaat yang didapat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Nilai PI > 1, maka pendirian usaha ini menguntungkan dan layak diimplementasikan.


(45)

4. PBP

PBP (Payback Period) merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan. PBP menunjukkan jangka waktu kembalinya dana investasi proyek, melalui akumulasi net benefit yang diperoleh dari proyek tersebut (Umar, 2003). Nilai PBP yang diperoleh adalah 0.97 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa usaha ini dapat menutupi pengeluaran biaya investasinya dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan setelah rencana usaha ini berjalan sekitar 12 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan karena kemampuan mengembalikan modal usaha lebih cepat daripada jangka waktu analisis yang direncanakan yaitu 5 tahun.

d. Analisis Sensitivitas

Untuk menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menentu dalam setiap usaha diperlukan persiapan apabila terjadi guncangan ekonomi yang menyebabkan adanya kenaikan biaya produksi atau penurunan penjualan. Maka dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui sejauhmana Warung Surabi dapat bertahan dalam kondisi krisis dan ketidakpastian.

Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari suatu usaha dalam beroperasi menghasilkan laba (Umar, 2003). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan dari rencana usaha Warung Surabi dengan mengubah beberapa faktor penting, meliputi harga beli bahan baku, harga jual dan penurunan harga penjualan.

Untuk melihat sejauhmana usaha tersebut dapat mentolerir perubahan yang terjadi atas faktor-faktor penting di atas dibuat dua skenario berikut :

a. Harga bahan baku naik 16 % b. Penurunan harga jual 9%


(1)

Lampiran 8. Penyusutan

No JENIS ASSET

TERKENA

NILAI

AWAL UMUR

SISA

UMUR

BIAYA PE-

NILAI AKHIR

BIAYA

PENYUSUTAN ASSET EKONOMI

EKONOMIS

NYUSUTAN

(10%x NAA)

(RP) ( TH )

(TH)

(RP/TH) (RP)

1

Instalasi bangunan 3,000.000 7

2

428.571 857.143

2

Tungku 500.000 5

0

100.000 0.000

3

Meja Kasir 500.000 5

0

100.000 0.000

4

Kulkas 1,200.000 8

3

150.000 450.000

5

Meja Produksi 350.000 6

1

58.333 58.333

6

Kipas angin 150.000 7

2

21.429 42.857

7

Rak piring 55.000 6

1

9.167 9.167

8

Tempat sendok 40.000 5

0

8.000 0.000

9

Meja makan 1,440.000 6

1

240.000 240.000

10

Tupperware 840.000 6

1

140.000 140.000

11

Baki 24.000 6

1

4.000 4.000

12

Talenan 25.000 7

2

3.571 7.143

13

Spanduk 200.000

5

0

40.000 0.000

14

Sound system 400.000 8

2

50.000 100.000


(2)

Lampiran 9. Analisis sensitivitas peningkatan biaya variable 16%

NO ITEM TAHUN ANALISIS

0 1 2 3 4 5

A Penerimaan

Penjualan Surabi 67,803.210 71,194.321 74,754.937 78,493.533 84,327.653

Nilai Sisa 1,908.643

B Pengeluaran

1 BIAYA INVESTASI

a Instalasi bangunan 3,000.000

b Tungku 500.000

c Meja Kasir 500.000

d Kulkas 1,200.000

e Meja produksi 350.000

f Kipas angin 150.000

g Rak piring 55.000

h Meja makan 1,440.000

i Baki 24.000 12.000

j Tempat sendok 40.000 8.000

k Tupperware kecil 840.000

l Talenan 25.000 25.000

m Spanduk 200.000

n Sound system 400.000

o Biaya-biaya 2,234.000 2,234.000 2,234.000

2 BIAYA TETAP

Gaji Karyawan 14,400.000 14,400.000 14,400.000 14,400.000 14,400.000 biaya air 2,400.000 2,400.000 2,400.000 2,400.000 2,400.000 biaya listrik 4,800.000 4,800.000 4,800.000 4,800.000 4,800.000 sewa tempat 5,000.000 5,000.000 5,000.000 5,000.000 5,000.000

3 BIAYA VARIABEL

a Tepung beras 3,273.984 3,437.683 3,609.567 3,790.046 3,979.548 b Tepung terigu 3,741.696 3,928.781 4,125.220 4,331.481 4,548.055 c Garam 140.314 147.329 154.696 162.431 170.552 d Kelapa 2,923.200 3,069.360 3,222.828 3,383.969 3,553.168 e Susu kental 555.084 582.839 611.981 642.580 674.709 f Meses 3,642.073 3,824.176 4,015.385 4,216.154 4,426.962 g Keju 4,272.937 4,486.584 4,710.913 4,946.459 5,193.782 h Telor 3,323.446 3,489.619 3,664.100 3,847.305 4,039.670 i Pisang 1,558.529 1,636.456 1,718.279 1,804.193 1,894.402 j Mayonaise 1,217.427 1,278.298 1,342.213 1,409.324 1,479.790 k Ayam 1,241.775 1,303.864 1,369.057 1,437.510 1,509.386 l Nangka 159.246 167.209 175.569 184.347 193.565 m Sossis 3,690.285 3,874.799 4,068.539 4,271.966 4,485.564 n Es krim 5,960.146 6,258.154 6,571.061 6,899.614 7,244.595


(3)

Lanjutan Lampiran 9.

o Saus cabe 1,328.021 1,394.422 1,464.143 1,537.351 1,614.218 p Arang 4,176.000 4,176.000 4,176.000 4,176.000 4,176.000 q Kemasan 4,176.000 4,176.000 4,524.000 4,524.000 4,524.000 TOTAL OUTFLOW 10,958.000 67,804.164 69,655.573 71,599.551 78,164.729 80,307.965 C BENEFIT (A - B) -10,958.000 -0.954 1,538.748 3,155.385 328.805 5,928.331 D

DISCOUNT

FACTOR 1 0.934579439 0.873438728 0.816297877 0.762895212 0.712986179

E PV/TAHUN -10,958.000 -0.892 1,344.002 2,575.734 250.843 4,226.818

F PV POSITIF 8,396.506

G PV NEGATIF -10,958.000

H NPV -2,561.494

I NET B/C 0.77

J IRR 0%


(4)

Lampiran 10. Analisis sensitivitas penurunan harga jual 9%

NO ITEM TAHUN ANALISIS

0 1 2 3 4 5

A Penerimaan

Penjualan Surabi 61,700.011 64,785.012 68,024.262 71,425.475 74,996.749

Nilai Sisa 1,908.643

B Pengeluaran

1 BIAYA INVESTASI

a Instalasi bangunan 3,000.000

b Tungku 500.000

c Meja Kasir 500.000

d Kulkas 1,200.000

e Meja produksi 350.000

f Kipas angin 150.000

h Container adonan 30.000

i Rak piring 55.000

j Kursi 704.000 176.000

k Meja makan 1,440.000

l Baki 24.000 12.000

m Tempat sendok 40.000 8.000

n Tupperware kecil 840.000

q Talenan 25.000 25.000

r Spanduk 200.000

s Sound system 400.000

t Biaya-biaya 2,234.000 2,234.000 2,234.000

2 BIAYA TETAP

Gaji Karyawan 14,400.000 14,400.000 14,400.000 14,400.000 14,400.000

biaya air

2,400.000 2,400.000 2,400.000 2,400.000 2,400.000

biaya listrik

4,800.000 4,800.000 4,800.000 4,800.000 4,800.000

sewa tempat

5,000.000 5,000.000 5,000.000 5,000.000 5,000.000

3

BIAYA VARIABEL

a Tepung beras

2,822.400 2,963.520 3,111.696 3,267.281 3,430.645

b Tepung terigu

3,225.600 3,386.880 3,556.224 3,734.035 3,920.737

c Garam

120.960 127.008 133.358 140.026 147.028

d Kelapa

2,520.000 2,646.000 2,778.300 2,917.215 3,063.076

e Susu kental

478.521 502.447 527.569 553.948 581.645

f Meses

3,139.718 3,296.704 3,461.539 3,634.616 3,816.347

g Keju

3,683.567 3,867.745 4,061.132 4,264.189 4,477.398

h Telor

2,865.040 3,008.292 3,158.707 3,316.642 3,482.474

i Pisang

1,343.560 1,410.738 1,481.275 1,555.338 1,633.105

j Mayonaise

1,049.506 1,101.981 1,157.080 1,214.934 1,275.681

k Ayam

1,070.496 1,124.021 1,180.222 1,239.233 1,301.195

l Nangka

137.281 144.145 151.353 158.920 166.866


(5)

Lanjutan lampiran 10.

m Sossis

3,181.280 3,340.344 3,507.361 3,682.729 3,866.866

n Es krim

5,138.057 5,394.960 5,664.708 5,947.943 6,245.341

o Saus cabe

1,144.846 1,202.088 1,262.193 1,325.302 1,391.567

p Arang

3,600.000 3,600.000 3,600.000 3,600.000 3,600.000

q Kemasan

3,600.000 3,600.000 3,900.000 3,900.000 3,900.000

TOTAL OUTFLOW 11,692.000 62,120.831 65,950.873 65,392.717 67,152.352 68,999.970

C

BENEFIT (A - B) -11,692.000 -420.820 -1,165.861 2,631.546 4,273.123 7,905.422

D

DISCOUNT FACTOR 1 0.9345794 0.8734387 0.8162979 0.7628952 0.7129862

E

PV/TAHUN -11,692.000 -353.961 -916.478 1,933.313 2,933.951 5,072.811

F

PV POSITIF 8,669.636

G

PV NEGATIF -11,692.000

H

NPV -3,022.364

I

NET B/C 0.74

J

IRR 0%


(6)

RINGKASAN

CANDRA WARDOYO. H 24076023.

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

Warung Surabi. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Di

bawah bimbingan

MIMIN AMINAH

Bermunculannya usaha makanan saat ini disebakan oleh kebiasaan

masyarakat yang mulai berubah yang lebih memilih untuk membeli makanan

daripada membuatnya sendiri, karena akan lebih praktis dan cepat. Tempat makan

tidak sekedar tempat untuk makan tapi juga digunakan sebagai tempat

bersosialisasi, dan tempat untuk berkumpul. Peluang usaha semacam ini

mendorong pebisnis maupun pemilik modal untuk mendirikan sebuah usaha.

Salah satu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang industri makanan yang

terdapat di Bogor adalah Warung Surabi. Warung Surabi bermaksud membuka

cabang baru di lokasi yang strategis. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui

kondisi usaha Warung Surabi. (2) Menganalisis kelayakan pendirian usaha olahan

makanan dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis,

aspek manajemen dan operasional, serta aspek finansial.(3) Memberikan langkah

atau masukan yang dapat digunakan untuk memajukan usaha warung surabi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dengan pemilik usaha,

sedangkan data sekunder didapat dari studi pustaka seperti jurnal, hasil penelitian

terdahulu dan internet. Penelitian ini menggunakan analisis non finansial, yaitu

aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial serta melalui analisis

finansial dengan menggunakan

Internal Rate of Return

(IRR),

Net Present Value

(NPV),

Benefit/Cost Ratio

(B/C Ratio), dan

Payback Period

(PP).

Hasil yang diperoleh dari analisis finansial yang dilakukan menunjukkan

nilai nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 12,658.281,-. Kemudian berdasarkan

hasil perhitungan diperoleh nilai IRR 34%. Nilai ini lebih besar dari tingkat suku

bunga bank yang berlaku sebesar 7 %. Sedangkan untuk nilai

Net

B/C diperoleh

nilai 1,97. Nilai PBP yang diperoleh adalah 1 tahun.