ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PE

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMANCINGAN TIRTA SALAK CIOMAS, KABUPATEN BOGOR

  Oleh GILANG GARNIDA BUANA

  H 24066034

  PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

ABSTRAK

  Gilang Garnida Buana, H24066034, Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

  Kabupaten Bogor.

  Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis.

  Pemancingan Tirta Salak merupakan salah satu pemancingan yang terdapat di Kecamatan Ciomas dalam kategori menengah, dengan bahan baku ikan mas untuk dipancing sebanyak 50 – 100 kghari. Dengan meningkatnya jumlah permintaan dan mahalnya harga ikan, Tirta Salak memperbesar peluang yang ada dengan cara melakukan pengembangan usaha. Pengembangan usaha yang dimaksud adalah Tirta Salak membuat tempat budidaya dan penyembuhan ikan dengan konsep kolam air deras. Penelitian ini bertujuan (1) Mempelajari usaha pemancingan Tirta Salak, (2) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha dari usaha pemancingan Tirta Salak yang telah berjalan menurut aspek pemasaran, aspek teknis produksi, aspek manajemen, aspek keuangan dan aspek dampak usaha, serta (3) Menganalisis kondisi sensitivitas pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ditinjau dari aspek pemasaran dan aspek keuangan.

  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh secara langsung melalui hasil dari pengamatan di lapang, wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak Tirta Salak. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis dari Tirta Salak, internet, lembaga-lembaga yang terkait dan studi pustaka. Analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha sesuai pendekatan kriteria investasi dengan Microsoft Office Excel 2007.

  Analisis kelayakan usaha yang dilakukan menunjukan bahwa pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak dikategorikan layak untuk diimplementasikan, dilihat pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek keuangan. Analisis pendapatan usaha tani menunjukan nilai keuntungan dan RC 1,17, analisis penilaian investasi usaha dengan NPV Rp 270.890.336,00, PI 3,117, IRR 57 , dan PBP 2,5 tahun.

  Hasil-hasil sensitivitas menunjukan bahwa kelayakan pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak sangat peka terhadap perubahan yang terjadi pada kenaikan harga input produksi dan penurunan jumlah volume penjualan. Kenaikan harga input produksi tersebut mencapai 15 dan penurunan volume penjualan sebesar 5, sehingga pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak menjadi tidak layak.

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMANCINGAN TIRTA SALAK CIOMAS

KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI Pada program Sarjana Ekonomi penyelenggaraan khusus

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh GILANG GARNIDA BUANA

  H 24066034

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMANCINGAN TIRTA SALAK CIOMAS

KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

Pada program Sarjana Ekonomi penyelenggaraan khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh

GILANG GARNIDA BUANA

  H 24066034

Menyetujui, Bogor, 10 Maret 2009

Pembimbing

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA

Mengetahui,

Dr.Ir. Jono M.Munandar. M.Sc

RIWAYAT HIDUP

  Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Maret 1985. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Hendra Buana Martin.

  Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Panaragan I Bogor pada tahun 1997, lalu melanjutkan ke SLTPN 6 Bogor pada tahun 1997 - 2000. Kemudian di Sekolah Menengah Umum PGRI 4 Bogor pada tahun 2000 - 2003. Tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Program Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, melalui jalur reguler. Pada tahun 2006, penulis diterima di Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

  Selama perkuliahan, penulis sempat ikut dalam merintis keorganisasian mahasiswa Ekstensi Manajemen, yaitu Extention Of Management (EXOM) periode tahun 2006 – 2007. Penulis juga sempat mengikuti softskill seperti Konsultan Bisnis, Perbankan Syariah dan SPSS.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pemancingan Tirta Salak Ciomas, Kabupaten Bogor”, yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

  Pada kesempatan ini, penulis juga ingin berterimakasih kepada :

  1. Bapak Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan memberikan saran-saran, perbaikan, hingga dukungan moral, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

  2. Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM dan Ibu Wita J. Ermawati, STP, MM selaku penguji yang telah memberikan saran-saran, perbaikan dalam pembuatan skripsi ini.

  3. Pemilik pemancingan Tirta Salak Pak Hendra Buana Martin yang telah membantu dalam penelitian di lapang.

  4. Seluruh tenaga kerja pemancingan Tirta Salak yang turut beperan selama penelitian di lapang

  5. Seluruh staf akademik ekstensi manajemen atas bantuannya dalam, pengetahuan dan masukannya selama berlangsungnya penelitian.

  6. Seluruh mahasiswa ekstensi manajemen angkatan 1 yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

  Bogor, 10 Maret 2009

  Penulis

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dimana wilayah laut yang dimiliki oleh Indonesia sangat luas, yaitu dengan panjang garis pantai mencapai ± 81.000 km dan memiliki ± 13.667 pulau yang terbentang, sehingga luas laut yang mencakup tiga perempat luas Indonesia, yaitu 5,8 juta km².

  Perairan Indonesia memiliki karakteristik jenis fauna tropis, diantaranya terdapat 2.057 jenis (spesies) ikan ( www.sinica.edu.twzoolzoolstud42.11.pdf , 2007). Berdasarkan data yang diperoleh, sumber daya perikanan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi sektor perikanan adalah provinsi Jawa Barat sebesar 815.193,11 ton per tahun (Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2007).

  Tabel 1. Data potensi sumber daya perikanan di Provinsi Jawa Barat

  pada tahun 2007

  No. Potensi Sumberdaya

  Jumlah dan Hasil

  Satuan

  (ton tahun)

  1 Budidaya Kolam Air Tenang

  58.770,52 Ha

  2 Budidaya Kolam Air Deras

  5.484 Unit

  3 Budidaya Karamba

  30.000 Unit

  4 Budidaya Mina Sawah

  306.673,69 Ha

  5 Budidaya Tambak

  6 Budidaya Bekas Galian C

  150 Ha

  7 Budidaya Sariban

  374.89 Km

  8 Penangkapan Perairan Umum

  15.464,17 Ha

  9 Penangkapan Perairan Laut

  16.450 Km 2 233.958,55

  10 Penangkapan Perairan Sungai

  11.331,82 Km

  Sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2007.

  Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil produksi perikanan di provinsi Jawa Barat masih nyata dilihat dari hasil produksi per tahun. Meskipun demikian, seiring dengan peningkatan jumlah produksi Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil produksi perikanan di provinsi Jawa Barat masih nyata dilihat dari hasil produksi per tahun. Meskipun demikian, seiring dengan peningkatan jumlah produksi

  Kondisi konsumsi hasil perikanan nusantara masih tergolong rendah, dikarenakan masyarakat Indonesia belum tahu akan manfaatnya daging ikan pada tubuh, disamping belum adanya media yang dapat memberikan informasi dengan baik dan jelas mengenai produk ikan potensial dari sisi nilai kesehatan, nilai citarasa, dan nilai ekonomis kepada masyarakat (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2006). Pada saat ini kebutuhan masyarakat meningkat sangat tajam, hal ini dapat dilihat dari data pada Tabel 2.

  Tabel 2. Data produksi dan konsumsi ikan Kabupaten Bogor

  dari tahun 2006 - 2007

  Tahun

  Produksi Ikan Air Tawar (ton)

  Konsumsi Ikan (KgKapita)

  Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor , 2007 a

  Dari Tabel 2 terlihat bahwa angka kenaikan konsumsi ikan meningkat, walaupun pada tahun 2007 jumlah produksi ikan menurun. Penurunan produksi perikanan air tawar pada tahun 2007 disebabkan terjadinya gagal panen di Cirata. Namun secara keseluruhan tingkat konsumsi perikanan di Kabupaten Bogor meningkat karena :

  1. Pada saat ini banyak kabar atau berita tentang adanya penyakit yang mematikan pada daging-daging hewan darat.

  2. Variasi produk perikanan sangat banyak, sehingga konsumen tidak akan bosan.

  3. Harga produk perikanan relatif lebih murah dibandingkan dengan produk peternakan, seperti daging ayam, sapi, kambing dan lain-lain.

  Dengan meningkatnya konsumsi hasil perikanan, maka saat ini produksi ikan menjadi semakin terasa berkurang dan menjadi langka. Menurut salah satu pedagang ikan di Pasar Gunung Batu Kotamadya Bogor, saat ini ikan konsumsi yang dijual ke masyarakat kebanyakan merupakan ikan konsumsi hasil pancingan atau ikan jaru. Hal tersebut mengakibatkan Dengan meningkatnya konsumsi hasil perikanan, maka saat ini produksi ikan menjadi semakin terasa berkurang dan menjadi langka. Menurut salah satu pedagang ikan di Pasar Gunung Batu Kotamadya Bogor, saat ini ikan konsumsi yang dijual ke masyarakat kebanyakan merupakan ikan konsumsi hasil pancingan atau ikan jaru. Hal tersebut mengakibatkan

  Perikanan budidaya merupakan salah satu sektor dari tiga sektor perikanan (penangkapan, pengolahan dan budidaya) yang dapat membantu mengurangi kelangkaan ikan di Indonesia. Meskipun demikian, usaha budidaya perikanan di Indonesia masih belum berjalan dengan maksimal, karena usaha ini memerlukan biaya investasi yang cukup besar, cara atau teknik budidaya yang cukup sulit dan faktor iklim yang mempengaruhi. Masalah tersebut adalah masalah utama yang mempengaruhi mengapa pada saat ini harga ikan menjadi naik.

  Seperti yang diketahui bahwa Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat yang terdapat banyak sekali pembudidaya atau pengusaha di bidang perikanan. Hal tersebut disebabkan karena Kabupaten Bogor mengalami perkembangan yang pesat pada sektor perikanan (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2007). Berikut adalah data perkembangan pada sektor perikanan Kabupaten Bogor. Tabel 3. Data perkembangan produksi ikan konsumsi Kabupaten Bogor

  dari tahun 2006 – 2007

  Produksi (ton)

  No

  Jenis Ikan

  Persentasi Kenaikan

  9 Sepat Siam

  Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Perikanan Kabupaten Bogor, 2007 b

  Pemancingan merupakan satu jenis usaha yang bergerak di bidang jasa perikanan, khususnya penyewaan tempat untuk memancing dan Pemancingan merupakan satu jenis usaha yang bergerak di bidang jasa perikanan, khususnya penyewaan tempat untuk memancing dan

  Ikan-ikan tersebut didapat dari para pembudidaya-pembudidaya ikan air tawar yang berada di daerah setempat ataupun di luar kota. Rataan ikan yang digunakan berasal dari ikan hasil budidaya kolam, tetapi jarang ada yang menggunakan ikan hasil dari budidaya kolam air deras dan karamba, karena harga ikan hasil dari budidaya kolam air deras dan karamba sangat mahal. Ikan hasil budidaya air deras dan karamba berbeda dengan ikan hasil budidaya di kolam dengan air yang tenang, yaitu bentuk fisik, kelincahan, rasa daging dan respon ikan terhadap rangsangan makanan. Oleh karena itu, pemancingan selalu ingin sekali memakai ikan dari budidaya air deras atau karamba, tetapi permasalahannya harga ikan yang saat ini sedang naik, sehingga membuat tempat-tempat pemancingan sulit untuk mengatasinya.

  Kecamatan Ciomas adalah salah satu Kecamatan terdapat di Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang memiliki cukup banyak tempat pemancingan. Hal tersebut terjadi karena suasana, tempat dan airnya bagus atau cocok untuk melakukan usaha budidaya ikan ataupun pemancingan. Jumlah tempat pemancingan yang terdapat di wilayah Kecamatan Ciomas adalah 22 tempat pemancingan, yang terdiri atas 9 tempat yang berupa pemancingan besar dan sisanya 13 tempat pemancingan sedang atau menengah. Pemancingan besar adalah pemancingan yang memiliki luas

  areal yang besar > 1.500 m 2 , memiliki fasilitas dan peralatan pemancingan

  yang lengkap, memiliki stok yang banyak dan melakukan pembuatan pakan secara mandiri. Sedangkan untuk pemancingan menengah adalah

  2 pemancingan yang memiliki luas areal 600 m 2 – 1.500 m , memiliki fasilitas dan peralatan pemancingan yang lengkap dan memiliki stok ikan yang

  banyak. Tetapi untuk pemancingan kategori menengah, pemancingan ini tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi pakan secara mandiri.

  Pemancingan Tirta Salak merupakan salah satu pemancingan yang terdapat di Kecamatan Ciomas yang termasuk ke dalam kategori pemancingan menengah. Hal tersebut disebabkan pemancingan Tirta Salak

  memiliki luas areal pemancingan yang cukup besar, yaitu ± 1.900 m 2 ,

  memiliki kolam penyimpanan khusus, memiliki kolam pancing yang sesuai dengan berat ikan dan memiliki stok ikan yang cukup banyak. Pemancingan Tirta Salak berada persis di belakang kantor Camat atau Kecamatan Ciomas. Pemancingan Tirta Salak adalah salah satu pemancingan yang menggunakan bahan baku ikan mas untuk di pancing. Pemancingan Tirta Salak didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada, yaitu banyaknya pecinta mancing yang berada di dekat wilayah pemancingan Tirta Salak dan juga banyaknya warga yang menyukai santapan ikan. Dengan meningkatnya jumlah permintaan ikan dan mahalnya harga ikan, pemancingan Tirta Salak bertujuan mengambil peluang yang ada dengan cara melakukan suatu pengembangan usaha. Pengembangan usaha yang dimaksudkan adalah pemancingan Tirta Salak tidak bergerak sebagai tempat pemancingan semata, tetapi juga sebagai tempat budidaya dan penyembuhan ikan dengan konsep kolam air deras dan karamba. Dengan melakukan pengembangan usaha, pemancingan Tirta Salak berharap dapat memenuhi kebutuhan akan produk ikan konsumsi air tawar di Kecamatan Ciomas.

1.2. Perumusan Masalah

  Berdasarkan dari informasi yang didapat, permasalahan yang dihadapi oleh pemancingan Tirta Salak adalah keingintahuan pemilik usaha terhadap pengembangan usaha yang akan dilaksanakan layak atau tidak layak. Oleh karena itu, pengkajian terhadap kelayakan aspek keuangan dan non- keuangan dari pengembangan usaha yang ingin dijalankan tersebut penting untuk dilakukan, agar dapat diketahui apakah usaha pengembangan itu layak atau tidak layak untuk diimplementasikan.

  Perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

  1. Pendekatan apakah yang digunakan Pemancingan Tirta Salak dalam pengembangan usahanya ?

  2. Apakah pemancingan Tirta Salak dapat mengembangakan usahanya ?

  3. Apakah pengembangan bisnis yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak layak atau tidak layak untuk diimplementasikan ?

1.3. Tujuan Penelitian

  1. Mempelajari kondisi usaha pemancingan yang telah berjalan menurut pemancingan Tirta Salak.

  2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha dari usaha pemancingan Tirta Salak ditinjau dari aspek pemasaran, aspek teknis produksi, aspek manajemen dan aspek keuangan.

  3. Menganalisis kondisi sensitivitas pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ditinjau dari aspek pemasaran, aspek teknis produksi, aspek manajemen dan aspek keuangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perikanan

  Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006), perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan , binatang air lainnya atau tanaman air. Perikanan adalah suatu kegiatan mulai dari penangkapan, budidaya sampai dengan pengolahan organisme akuatik yang mencakup ikan (finfish), udang (Crustasea), hewan bercangkang (molusca), ekinodermata dan alga yang memiliki nilai ekonomis (Effendi, 2004)

2.1.1. Budidaya Perikanan

  Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006), budidaya perikanan merupakan kegiatan memelihara ikan, binatang air atau tanaman air dengan menggunakan fasilitas buatan. Kegiatan budidaya perikanan terdiri atas kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, kegiatan budidaya merupakan suatu mata rantai antara kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran (Susanto, 2002).

2.1.2. Budidaya Kolam Air Deras

  Budidaya kolam air deras adalah budidaya yang dilakukan pada kolam yang didesain untuk memungkinkan terjadinya aliran air (flowthrough) dalam pemeliharaan ikan dengan dengan padat penebaran yang tinggi. Kolam air deras memiliki aliran air yang melimpah dan relatif deras, serta kaya akan oksigen untuk respirasi ikan dan juga membuang limbah metabolisme, terutama ammonia.

  Debit air di kolam air deras dapat ditentukan dengan patokan setiap 10 menit seluruh air kolam sudah berganti semua. Komponen-komponen kolam air deras sama dengan kolam air tenang, yaitu meliputi pematang atau dinding kolam, dasar kolam, pintu air masuk, pintu air keluar, saluran pembuangan dan saluran Debit air di kolam air deras dapat ditentukan dengan patokan setiap 10 menit seluruh air kolam sudah berganti semua. Komponen-komponen kolam air deras sama dengan kolam air tenang, yaitu meliputi pematang atau dinding kolam, dasar kolam, pintu air masuk, pintu air keluar, saluran pembuangan dan saluran

  2 m. Dengan sifat aliran demikian maka dinding dan dasar kolam air deras terbuat dari beton. Kolam air deras dapat dibuat dari tanah, tetapi dinding dan dasar harus dilapisi plastik untuk mencegah tergerusnya dinding tersebut oleh aliran air (Effendi, 2004).

2.1.3. Budidaya Karamba

  Budidaya karamba adalah budidaya ikan yang dilakukan pada wadah budidaya berupa kandang yang terbuat dari kayu, papan atau bambu yang yang ditempatkan di dasar sungai. Karamba terdiri dari rangka kayu dan dinding yang terbuat dari kayu, bambu, papan atau kawat yang berukuran panjang 2 – 10 m, lebar

  1 – 5 m dan tinggi 1 – 2 m. Dinding karamba harus dirancang sedemikian rupa sehngga aliran air sungai masih memungkinkan menerobos dinding untuk sirkulasi air (pasokan oksigen terlarut dan pembuangan metabolisme dan sisa pakan) dalam karamba. Supaya posisi karamba di sungai tersebut tidak berubah, maka karamba ditambatkan dengan menggunakan tambang pada patok kayu yang ditancapkan di dasar sungai atau pinggiran sungai. Pada bagian atas karamba terdapat bagian pintu yang dapat di buka dan ditutup untuk keperluan operasional budidaya (penebaran benih, pemberian pakan dan pemanenan).

  Seringkali karamba ini ditempatkan di pinggiran badan sungai yang dekat atau melintasi kawasan urban, sehingga kandungan bahan organik di perairan tersebut relatif tinggi dan dapat dimanfaatkan oleh ikan kultur. Selain itu, ikan kultur juga dapat memanfaatkan potongan atau partikel organik dan buangan Seringkali karamba ini ditempatkan di pinggiran badan sungai yang dekat atau melintasi kawasan urban, sehingga kandungan bahan organik di perairan tersebut relatif tinggi dan dapat dimanfaatkan oleh ikan kultur. Selain itu, ikan kultur juga dapat memanfaatkan potongan atau partikel organik dan buangan

  Keberadaan karamba dalam badan air sungai juga bisa menghambat aliran air, sedimentasi dan jebakan sampah. Sampah yang terdapat dalam air sungai tertahan oleh dinding karamba dan bila jumlahnya banyak dan semakin banyak maka pada akhirnya bisa menghambat aliran air. Kondisi demikian menyebabkan kualitas air dalam karamba menjadi jelek dan nafsu makan ikan kultur menjadi hilang sama sekali, sehingga ikan tidak tumbuh bahkan mati (Effendi, 2004).

2.1.4. Usaha Pemancingan

  Usaha pemancingan adalah suatu kegiatan di bidang jasa perikanan dengan menyediakan tempat (kolam pancing) dan ikan yang digunakan untuk kegiatan memancing. Usaha pemancingan biasanya didirikan di lokasi-lokasi yang dekat dekat sumber air ( www.sinica.edu.tw , 2006 ).

2.2. Studi Kelayakan Bisnis

  Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak suatu bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2003). Studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak suatu bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2003). Studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari

2.2.1. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

  Menurut Umar (2003), belum ada keseragaman mengenai aspek bisnis apa yang harus dikaji dalam rangka studi kelayakan bisnis. Beberapa aspek yang perlu diteliti adalah :

1. Aspek Pemasaran (Pasar)

  Pengkajian terhadap aspek ini penting dilakukan, karena tidak ada bisnis atau usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan. Pada dasarnya, analisis aspek pemasaran (pasar) bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, pangsa pasar dari produk bersangkutan, kondisi persaingan antara produsen dan siklus hidup produk.

2. Aspek Keuangan

  Dari sisi keuangan, suatu usaha dikatakan sehat, apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban keuangan. Kegiatan pada aspek keuangan ini, antara lain penghitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan pengadaan harta tetap. Dipelajari juga struktur pembiayaan yang paling menguntungkan dengan menentukan berapa dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dana dari modal sendiri. Hasil analisis keuangan akan digunakan untuk mengkomunikasikan keadaan rencana keuangan dengan pihak yang berkepentingan.

3. Aspek Teknis (Produksi)

  Studi teknis akan mengungkapkan kebutuhan apakah yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Beberapa hal umum yang perlu diperhatikan adalah mengenai kapasitas produksi, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi dan tata letak usaha yang paling menguntungkan.

4. Aspek Manajemen

  Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi dan pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan.

2.2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

  Manfaat studi kelayakan bisnis (Umar, 2003) adalah :

  1. Pihak Investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap keuntungan yang akan diperoleh dan jaminan keselamatan atas modal yang ditanamnya.

  2. Pihak Kreditor. Pihak Bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.

  3. Pihak Manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana pendanaan dari investor dan kreditor.

  4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah dalam prioritas yang akan dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.

  5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam penyusunan studi kelayakan bisnis perlu dianalisis manfaat yang akan 5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam penyusunan studi kelayakan bisnis perlu dianalisis manfaat yang akan

2.3. Penelitian Terdahulu

  Tahmid (2005) meneliti mengenai studi kelayakan pendirian industri gelatin berbasis tulang sapi di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pendirian industri gelatin tipe b berbasis tulang sapi di Indonesia layak untuk diimplementasikan bila dilihat pada aspek pasar dan keuangannya, karena berdasarkan analisis keuangan diperoleh nilai dari beberapa parameter kelayakan yang meliputi Net Present Value (NPV) Rp 402.927.007.574,87, Internal Rate of Return (IRR) 53,70 , Net BenefitCost (BC) 4,06 dan Payback Period (PBP) 2,91 tahun. Keseluruhan penilaian kriteria kelayakan tersebut menunjukan bahwa pendirian pabrik gelatin tipe b di Indonesia layak untuk diimplementasikan. Hasil analisis sensitivitas untuk proyek ini menunjukan bahwa ketika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 121,10 dan ketika terjadi penurunan harga produk gelatin 43,45, maka industri ini tidak layak, karena NPV proyek menjadi negatif.

  Perdana (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usaha secara Partisipatif pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame (Studi Kasus Kelompok Tani Tirta Maju) di Desa Situ Gede. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa usaha keseragaman Kelompok Tani Tirta Maju layak untuk diimplementasikan bila dilihat pada aspek pasar dan keuangan, karena pada analisis usaha tani menunjukan keuntungan Rp. 16.238.500,00 dan RevenueCost (RC) 1,29, pada analisis penilaian investasi usaha diperoleh NPV, Net BC, IRR dan PBP, masing-masing Rp. 10.433.612,00; 1,67; 28,9 dan 2,9 tahun (periode). Namun demikian, usaha ini masih tergolong kurang menguntungkan dan menarik bagi bankinvestor untuk menanamkan modalnya, hal tersebut dikarenakan keuntungan per bulan usaha ini selama 5 tahun berjalan hanya Rp. 260.838,00. Selain itu, pendapatan per bulan setiap anggota yang terlibat berdasarkan nilai Perdana (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usaha secara Partisipatif pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame (Studi Kasus Kelompok Tani Tirta Maju) di Desa Situ Gede. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa usaha keseragaman Kelompok Tani Tirta Maju layak untuk diimplementasikan bila dilihat pada aspek pasar dan keuangan, karena pada analisis usaha tani menunjukan keuntungan Rp. 16.238.500,00 dan RevenueCost (RC) 1,29, pada analisis penilaian investasi usaha diperoleh NPV, Net BC, IRR dan PBP, masing-masing Rp. 10.433.612,00; 1,67; 28,9 dan 2,9 tahun (periode). Namun demikian, usaha ini masih tergolong kurang menguntungkan dan menarik bagi bankinvestor untuk menanamkan modalnya, hal tersebut dikarenakan keuntungan per bulan usaha ini selama 5 tahun berjalan hanya Rp. 260.838,00. Selain itu, pendapatan per bulan setiap anggota yang terlibat berdasarkan nilai

  Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa kelayakan usaha Tirta Maju cukup peka terhadap perubahan yang terjadi pada faktor harga jual ikan gurame dan volume produksi. Sementara itu, perubahan pada faktor harga pakan buatan (pellet) tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ini. Namun, kenaikan harga pellet 61 dapat menyebabkan usaha ini tidak layak.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

  Pemancingan Tirta Salak didirikan agar dapat memenuhi keinginan pemilik usaha yang mempunyai hobi memncing dan mengambil peluang yang ada. Akan tetapi dari mulai pertengahan usaha, usaha pemancingan Tirta Salak mengalami penurunan penerimaan sejak bulan November sampai saat. Hal terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pihak manajemen pemancingan Tirta Salak. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan penerimaan adalah (1) langkanya ikan untuk bahan baku pemancingan, (2) mahalnya harga ikan yang disebabkan kegagalan panen di Cirata, (3) manajemen pemancingan Tirta salak yang kurang dapat mengatasi permasalahan dan (4) terjadinya tindak penggelapan olah tenaga kerja pemancingan Tirta Salak.

  Sejak hal tersebut terjadi, pemilik pemancingan Tirta Salak mendapatkan suatu gagasan dari pihak keluarga untuk melakukan pengembangan usaha. Pengembangan usaha itu dimaksudkan, bahwa pemancingan Tirta Salak harus membuat suatu terobosan usaha. Terobosan usaha itu adalah melakukan pembuatan usaha budidaya kolam air deras dan karamba, serta melakukan penataan ulang pada manajerial pemancingan Tirta Salak dan juga mengganti karyawan. Pembuatan usaha baru tersebut dimaksudkan agar pemancingan Tirta Salak dalam menghadapi kelangkaan dan mahalnya harga ikan, serta memperbaiki sistem manajerialnya agar dapat meningkatkan penerimaannya. Selain itu, rencana pengembangan ini juga dimaksudkan agar dapat membantu program pemerintah dalam rangka mengatasi jumlah angka pengangguran yang semakin hari semakin meningkat, karena pada lokasi berdirinya pemancingan Tirta Salak terdapat banyak sekali penduduk yang kurang mampu dan memiliki jumlah warga yang menganggur cukup banyak.

  Disamping hal tersebut, rencana pendirian kegiatan usaha budidaya ikan air deras dan karamba oleh pemancingan Tirta Salak tentu akan mendapatkan atau akan menghadapi masalah-masalah dan tantangan, seperti Disamping hal tersebut, rencana pendirian kegiatan usaha budidaya ikan air deras dan karamba oleh pemancingan Tirta Salak tentu akan mendapatkan atau akan menghadapi masalah-masalah dan tantangan, seperti

  Berdasarkan dari kondisi tersebut, maka timbul keinginan untuk membuat atau melakukan sebuah studi kelayakan bisnis pada pengembangan usaha untuk pemancingan Tirta Salak. Harapannya dengan dibuatnya sebuah analisis tentang kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan pada pemancingan Tirta Salak dapat menimbulkan rasa optimis dan rencana- rencana pengembangan, serta strategi yang akan atau harus dilakukan untuk memajukan pemancingan Tirta Salak di masa mendatang dalam bentuk pedoman rencana usaha. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

  Pemancingan Tirta Salak

  Keinginan mengembangkan

  Mengetahui pekembangan

  Mengatasi kelangkaan ikan

  usahanya untuk

  usaha di masa depan untuk

  air tawar dan memanfaat

  meningkatkan penerimaan

  memperkirakan dan

  peluang

  pendapatan

  mendapat gambaran usaha

  Potensi Usaha Budidaya Air Deras dan Karamba Ikan Air Tawar

  Umpan balik

  Analisis Kelayakan Usaha

  Layak

  Tidak layak

  Implementasi

  Re-evaluasi

  Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

  Tahapan penelitian yang dilakukan terdiri atas beberapa tahapan, berikut :

  1. Melakukan pendekatan dan sosialisasi terhadap semua pihak yang terkait dengan jalannya pemancingan Tirta Salak.

  2. Mengidentifikasi potensi apa yang dimiliki oleh pemancingan Tirta Salak serta melihat sisi lingkungan usahanya.

  3. Menggali semua informasi mulai dari aspek pemasaran, produksi operasi, keuangan, sumber daya manusia (SDM) dan sistem informasi yang dimiliki oleh pemancingan Tirta Salak.

  4. Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh pemancingan Tirta Salak

  5. Merumuskan permasalahan yang dihadapi oleh pemancingan Tirta Salak.

  6. Melakukan analisis kelayakan usaha, sesuai dengan pendekatan kriteria investasi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian dilakukan di Kecamtan Ciomas, Kabupaten Bogor. Pemancingan Tirta Salak dipilih sebagai tempat penelitian. Waktu pelaksanaan di lapang berlangsung sejak Bulan November - Desember 2008.

3.3. Pengumpulan Data

  Data yang digunakan dalam membuat penelitian ini adalah data primer dan sekunder, yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer merupakan data yang diambil atau diperoleh secara langsung melalui hasil dari pengamatan di lapang, wawancara dan juga Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak pemancingan Tirta Salak dengan membahas apa yang harus dilakukan dalam melakukan suatu pengembangan usaha ke arah budidaya kolam air deras dan karamba. Data sekunder merupakan dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari pemancingan Tirta Salak, lembaga-lembaga yang terkait dan studi pustaka.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

  Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif adalah menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan konsumsi air tawar air deras dan karamba dilihat dari aspek manajemen usaha. Metode analisis secara kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung kelayakan usaha ini dari aspek pemasaran, aspek teknik dan aspek finansialnya, dengan menghitung NPV, IRR, Net BC, BEP, PBP dan analisis sensitivitas. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Microsoft Excel.

1. Aspek Pemasaran

  Pada aspek pemasaran, pengkajian dengan menganalisis permintaan, penawaran, harga, peluang pasar, program pemasaran dan juga kebijakan bauran pemasaran, serta pesaing dan prediksi penjualan yang akan dilakukan.

2. Aspek Keuangan

  Dalam analisis pada aspek keuangan digunakan asumsi dasar, berikut :

  a. Periode analisis adalah 5 tahun ( 2009 – 2013).

  b. Perhitungan menggunakan basis harga tetap (fixed proce) dan penentuan harga menggunakan harga yang berlaku pada periode pengambilan data pada bulan Agustus 2008.

  c. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 5,5 , yaitu suku bunga

  (www.bni.co.id, 2008).

  d. Pembayaran gaji untuk karyawan ditetapkan oleh pemilik

  dengan tidak adanya peningkatan selama umur usaha.

  e. Penyusutan investasi dan peralatan dilakukan dengan metode garis lurus.

  f. Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai seluruh capital budget yang masih memiliki umur ekonomis hingga periode analisis (80 dari nilai awal aset setiap jenis investasi).

  g. Sumber modal yang digunakan adalah modal sendiri.

  h. Perhitungan pajak dilakukan dilakukan melalui analisis rugi laba berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000. Apabila laba bersih 0 - 50 juta Rupiah, maka besarnya pajak yang harus dibayarkan 10 dari laba bersih. Bila laba bersih antara

  50 juta - 100 juta Rupiah, maka pajak yang harus dibayarkan

  10 dari 50 juta Rupiah ditambah sisa labanya dikalikan

  15. Bila nilai laba bersih di atas 100 juta Rupiah, maka pajak yang dibayarkan sejumlah 50 juta Rupiah dikalikan 10 ditambah 100 juta Rupiah dikalikan 15 ditambah dengan sisa laba yang dicatat dikalikan sebesar 30.

  i. Analisis sensitivitas dilakukan dengan dua perubahan, yaitu peningkatan harga input produksi 15, penurunan volume penjualan 5. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa besar pengaruh peningkatan dan penurunan tersebut terhadap kriteria-kriteria investasi.

  Kriteria investasi :

a. NPV

  NPV atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur teknis (Umar, 2003). NPV diperoleh dari selisih antara PV kas dan PV investasi. Usaha dinyatakan layak, apabila NPV yang dihasilkan bernilai positif.

  n

  NPV ∑

  Bt − Ct

  t − 1 ( + i )

  Keterangan : Bt : Benefit (manfaat) dari unit usaha pada tahun t Ct : Biaya (cost) dari usaha pada tahun N: Umur ekonomis

  i : Tingkat bunga (interest) t: 1,2,3……

b. IRR

  IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal (Umar, 2003). IRR adalah tingkat suku bunga dari suatu saham dalam jangka waktu tertentu yang membuat NPV dari usaha sama dengan 0.

  ⎛ ⎛

  ⎞

  ⎟ × ( " − I ' )

  IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu proyek, sepanjang setiap manfaat bersih yang diperoleh secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek, apabila IRR lebih besar dari discount rate yang berlaku, maka dari aspek keuangan usaha layak untuk dilaksanakan.

c. Net BC

  Net BC adalah perbandingan sedemikian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present valueI (PV) total benefit bersih dalam tahun dimana benefit itu bernilai positif, sedangkan penyebut terdiri atas PV total dari benefit bersih dalam tahun dimana benefit itu bersifat negatif.

  n

  NetB C = ∑

  Bt − Ct

  t = 1 () + i

  n Ct − ∑ Bt

  t = 1 () + i

  Kriteria : Net BC > 1, berarti layak

  Net BC = 1, berarti usaha peluang pokok Net BC < 1, berarti usaha tidak layak

d. BEP

  BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran pada suatu proyek, sehingga pada keadaan tersebut usaha tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.

e. PBP

  PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang dibutuhkan usaha untuk mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam. Nilai PBP yang lebih pendek dari jangka waktu usaha menyatakan layak usaha, sedangkan apabila nilai PBP lebih tinggi dari jangka waktu yang ditetapkan maka usaha yang dijalankan tidak layak

  f. Analisis sensitivitas

  Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk menguji seberapa jauh proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan dari harga-harga input dan output, kesalahan estimasi dalam pembangunan fisik dan keperluan sarana operasional atau kelemahan estimasi hasil produksi.

3. Aspek Teknis

  Aspek teknis dinilai dengan cara menganalisis segi pembangunan dan segi implementasinya, yaitu dengan dengan mengetahui rancangan penaksiran biaya investasi awal dari usaha ini. Hal-hal yang dianalisis adalah :

  a. Lokasi berdirinya usaha

  b. Skala usaha

  c. Peralatan dan fasilitas produksi

  d. Proses produksi dan layout

  e. Penyediaan bahan baku

4. Aspek Manajemen

  Aspek ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan. Hal yang dianalisis pada aspek manajemen adalah manajemen dalam operasi seperti bentuk organisasi, kebutuhan sumber daya manusia atau tenaga kerja, sistem penggajian, rekruitmen, sanksi-sanksi sampai dengan pemecatan tenaga kerja.

5. Aspek Dampak Usaha

  Menganalisis dampak dari penelitian usaha terhadap lingkungan sekitar, jika banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan, maka pendirian usaha tersebut memiliki dampak yang baik, sehingga dapat dinyatakan layak apabila didirikan. Namun, bila yang terjadi sebaliknya, manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan sedikit atau tidak ada, maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

  Kecamatan Ciomas merupakan adalah salah satu dari 34 kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor. Kecamatan Ciomas memiliki luas wilayah

  1.630,537 Ha. Kecamatan Ciomas memiliki kondisi geografis dengan ciri- ciri seperti : (1) memiliki ketinggian tanah ± 700 m dari permukaan laut, (2)

  memiliki rataan suhu udara 25 o - 30 , (3) memiliki mutu air (suhu air, kadar pH dan kejernihan air) yang cocok untuk melakukan usaha di bidang

  o

  perikanan. Kecamatan Ciomas dibagi menjadi 11 desa, yaitu Desa Ciapus, Desa Ciomas Rahayu, Desa Ciomas, Desa Kota Batu, Desa Laladon, Desa Mekarjaya, Desa Padasuka, Desa Pagelaran, Desa Parakan, Desa Sukharja dan Desa Sukamakmur. Kecamatan Ciomas memiliki jumlah penduduk

  ± 128.885 jiwa (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2007 c ).

  Kecamatan Ciomas memiliki jarak yang cukup dekat dengan pusat pemerintahan pusat Kabupaten dan Kotamadya. Jarak dari Kecamatan Ciomas ke pusat pemerintahan Kabupaten adalah 45 km dan jarak dari Kecamatan Ciomas ke pusat pemerintaan Kotamadya adalah 5 km. Selain itu, kondisi transportasi yang berada di Kecamatan Ciomas cukup baik, karena banyak tersedianya sarana angkutan umum selama 24 jam dan sehari. Dengan banyaknya sarana transpotasi yang banyak menjadikan Kecamatan Ciomas seringkali mengalami kemacetan kendaraan, kemacetan tersebut terjadi karena ketidak teraturan dalam mentaati peraturan lalu lintas.

  Sektor ekonomi yang terdapat di Kecamatan Ciomas dapat dibagi kedalam beberapa sektor, antara lain adalah sektor pertanian, sektor peternakan, sektor perikanan, sektor industri, sektor jasa dan sektor perdagangan. Sektor perikanan merupakan sektor ekonomi ke dua terbesar di Kecamatan Ciomas. Hal itu terjadi karena karakteristik wilayah Kecamatan Ciomas yang mendukung untuk melakukan usaha dalam bidang perikanan. Sedangkan sektor ekonomi utama di Kecamatan Ciomas adalah sektor perdagangan, karena sebagian besar lahan-lahan pertanian banyak yang Sektor ekonomi yang terdapat di Kecamatan Ciomas dapat dibagi kedalam beberapa sektor, antara lain adalah sektor pertanian, sektor peternakan, sektor perikanan, sektor industri, sektor jasa dan sektor perdagangan. Sektor perikanan merupakan sektor ekonomi ke dua terbesar di Kecamatan Ciomas. Hal itu terjadi karena karakteristik wilayah Kecamatan Ciomas yang mendukung untuk melakukan usaha dalam bidang perikanan. Sedangkan sektor ekonomi utama di Kecamatan Ciomas adalah sektor perdagangan, karena sebagian besar lahan-lahan pertanian banyak yang

  Adanya potensi yang besar di sektor perikanan menjadikan Kecamatan Ciomas dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil ikan di Kabupaten Bogor dan juga menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan usaha di bidang perikanan. Salah satu usaha di bidang perikanan yang cocok untuk dilakukan di wilayah Kecamatan Ciomas adalah usaha budidaya, pengolahan dan jasa.

  Usaha jasa dalam bidang perikanan yaitu usaha pemancingan, dimana konsumen menyewa tempat (kolam) yang digunakan sebagai wadah untuk memancing ikan. Dengan banyak minat dan hobies-hobies memancing, maka banyak pula tempat-tempat pemancingan yang didirikan. Pemancingan juga terdiri atas beberapa golongan yang dilihat dari luas pemancingan, fasilitas pemancingan, banyaknya ikan dan keanekaragaman jenis ikan. Golongan tempat pemancingan tersebut adalah pemancingan kecil, pemancingan menengah dan pemancingan besar. Pemancingan Tirta Salak adalah salah satu dari 22 tempat pemancingan yang terdapat di Kecamatan Ciomas. Pemancingan Tirta Salak termasuk ke dalam golongan pemancingan menengah.

4.2. Gambaran Umum Pemancingan Tirta Salak

4.2.1. Sejarah Berdirinya Pemancingan Tirta Salak

  Tirta Salak merupakan tempat kegiatan usaha yang bergerak di bidang perikanan, khususnya di bidang jasa perikanan. Tirta Salak awalnya didirikan hanya sebagai tempat pemancingan pribadi. Awal berdirinya pemancingan Tirta Salak adalah dengan terlihatnya peluang pasar yang cukup besar pada usaha pemancingan. Mulai pada tahun 2006, pemancingan Tirta Salak resmi berdiri. Tirta Salak berlokasi di Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Lokasi pemancingan Tirta Salak juga berdekatan dengan kantor Kecamatan Ciomas dan tidak jauh dari kantor Desa Ciomas.

  Pada awal berdirinya, Tirta Salak adalah pemancingan yang sudah masuk dalam golongan pemancingan menengah. Hal tersebut terjadi, karena Tirta Salak merupakan pemancingan ikan yang memiliki : (1) kolam penyimpanan khusus, (2) kolam-kolam yang ukurannya beranekaragam sesuai dengan berat ikan yang akan dipancing, (3) kafetaria (pondok makan), (4) stok ikan mas yang cukup banyak dan terdiri atas berbagai ukuran atau size ikan, serta (4)

  memiliki luas areal mencapai 1.900 m 2 .

4.2.2. Fasilitas dan Kegiatan Pengembangan Usaha Pemancingan Tirta

  Salak

  Tirta Salak sebagai pemancingan golongan menengah memiliki fasilitas yang cukup lengkap dalam menunjang kegiatan usahanya. Fasilitas tersebut adalah :

  a. Fasilitas utama usaha. Sarana yang dimiliki Tirta Salak dalam hal untuk memancing antara lain adalah kolam memancing, kolam penyimpanan ikan, dan saluran pengairan yang baik.

  b. Perlengkapan memancing. Perlengkapan alat yang dimiliki oleh Tirta Salak dalam kegiatan memancing antara lain adalah paralon, jaring, ember, serokan, hapa, tambang dan timbangan.

  c. Peralatan memancing. Peralatan memancing yang dimiliki oleh Tirta Salak antara lain adalah jalar (jejer), pelampung, benang pancing (tali pancing), roller dan mata kail pancing.

  d. Fasilitas pendukung usaha. Fasilitas pendukung yang dimiliki oleh Tirta Salak dalam kegiatan usaha adalah areal parkir kendaraan yang cukup luas, kafetaria (pondok makan), mushola dan sarana bermain anak-anak.

  Tidak hanya itu, dalam hal mempermudah penghitungan stok ikan sampai dengan penghitungan uang, Tirta Salak hanya menggunakan kalkulator. Hal tersebut terjadi dikarenakan tidak adanya tenaga kerja Tirta Salak yang mahir dalam menggunakan komputer. Oleh karena itu, dalam menjalankan kegiatan usahanya Tidak hanya itu, dalam hal mempermudah penghitungan stok ikan sampai dengan penghitungan uang, Tirta Salak hanya menggunakan kalkulator. Hal tersebut terjadi dikarenakan tidak adanya tenaga kerja Tirta Salak yang mahir dalam menggunakan komputer. Oleh karena itu, dalam menjalankan kegiatan usahanya

  Sementara itu, kegiatan pemancingan yang ada di Tirta Salak sendiri sebenarnya telah berjalan sebelum Tirta Salak resmi didirikan. Tetapi saat tahun 2006, proses kegiatan usaha pemancingan mulai di buka untuk masyarakat umum (konsumen). Pada awal usaha Tirta Salak selalu mengadakan event atau acara-acara. Event tersebut adalah lomba-lomba memancing ikan, lomba menyusun alat pancing dan acara musik.

  Pada proses kegiatan memancing, Tirta Salak merupakan pemancingan yang menggunakan ikan mas sebagai bahan baku ikan untuk di pancing. Hal tersebut dilakukan karena para konsumen hanya ingin menggunakan ikan mas untuk dipancing, dengan alas an bahwa ikan mas bila dipancing tidak merusak tali pancing. Ukuran ikan mas yang digunakannya pun beranekaragam, mulai dari ukuran 1 kg (3 ekor) sampai dengan ukuran di atas 1 kg. Walaupun demikian, ada sebagian kecil konsumen yang ingin memancing ikan yang lain, dikarenakan ingin merasakan sensasi baru dalam memancing.

4.2.3. Kepengurusan Pemancingan Tirta Salak

  Dalam kepengurusannya, pemancingan Tirta Salak mempekerjakan tenaga kerja yang cukup banyak. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di pemancingan Tirta Salak sejumlah 10 orang tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut terdiri dari pengelola, keuangan dan administrasi, pemasaran dan produksi. Untuk lebih jelasnya akan diterangkan pada bagian manajemen SDM.

  Pada awal berdirinya usaha, pemancingan Tirta Salak belum membuat struktur organisasi. Tetapi pada saat menjelang dua bulan berjalan, pemancingan Tirta Salak membuat struktur organisasi. Struktur organisasi yang dibuat oleh pemancingan Tirta Salak adalah struktur organisasi sederhana. Struktur organisasi pemancingan Tirta Salak dapat dilihat pada aspek manajemen.

4.3. Latar Belakang dan Rencana Usaha Budidaya Kolam Air Deras dan Karamba Pemancingan Tirta Salak.

  Latar belakang dilakukannya sebuah rencana pengembangan oleh pemancingan Tirta Salak dikarenakan harga ikan-ikan konsumsi pada saat sekarang ini sedang

  mengalami peningkatan, yaitu

  mencapai

  Rp 15.500,00 kg untuk harga beli dari pembudidaya dan Rp 18.000,00kg untuk harga jual untuk ke pengecer atau konsumen rumah tangga. Tidak hanya itu, alasan dilakukannya pengembangan usaha terjadi karena semakin bertambahnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi ikan. Selain itu pemancingan Tirta Salak ingin mengantisipasi kelangkaan ikan yang digunakan untuk bahan baku pemancingan yang seringkali terjadi kegagalan panen di Cirata.

  Selain dari alasan-alasan tersebut, alasan yang paling menjadi permasalahan pemancingan Tirta Salak untuk melakukan pengembangan usaha adalah keadaan pemancingan Tirta Salak yang saat ini sedang mengalami kemunduran usaha, sehingga mengakibatkan kerugian yang besar mulai dari bulan November 2007 sampai saat penelitian ini berlangsung. Hal tersebut terjadi karena kurang sigapnya pihak manajemen pemancingan Tirta Salak dalam mengantisipasi permasalahan yang ada. Contohnya adalah pihak pemancingan Tirta Salak kurang sigap dalam mengantisipasi harga ikan untuk bahan baku pemancingan, kurang sigapnya pihak pemancingan Tirta Salak dalam mengatasi persediaan stok ikan dan kurang tegasnya pihak pemancingan Tirta Salak memberikan sanksi atau hukuman kepada tenaga kerjanya yang melakukan kesalahan dalam pekerjaannya.

  Pada rencana pengembangan usaha ini, pemancingan Tirta Salak berencana untuk memanfaatkan lahan yang belum terpakai untuk dijadikan tempat produksi dan budidaya. Tidak hanya itu, pihak pemancingan Tirta Salak sudah melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang berkecimpung dengan dunia usaha perikanan, seperti pembudidaya ikan konsumsi, pembuat pakan, lembaga-lembaga pemerintah dibidang perikanan (Dinas Agribisnis) dan kelompok tani yang berada di Kecamatan Ciomas.

  Harapannya di masa mendatang adalah pemancingan Tirta Salak dapat menjadi sebuah tempat pemancingan golongan besar yang lengkap dengan memiliki fasilitas yang lengkap, mulai dari fasilitas budidaya perikanan. Tidak hanya itu, pemancingan Tirta Salak pun berharap dengan dilakukannya pengembangan usaha ini pemancingan Tirta Salak dapat memenuhi kebutuhan ikan untuk masyarakat di Kecamatan Ciomas dengan memberikan produk perikanan yang berkualitas.

4.3.1. Bidang Usaha dan Hasil Produksi

  Rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan pemancingan Tirta Salak adalah usaha budidaya kolam air deras dan karamba, yang direncanakan akan memiliki kolam air deras dan karamba, kolam penyimpanan hasil panen dan tempat pembuatan pakan. Kegiatan utama dalam usaha budidaya dan jasa di bidang perikanan adalah tempat yang terkait dengan produksi ikan konsumsi dan juga penyehatan ikan setelah dipancing.

  Pemancingan Tirta Salak direncanakan akan menghasilkan jasa pelayanan tempat pemancingan ikan yang merupakan usaha awal, produksi ikan konsumsi hasil budidaya. Ikan jaru adalah ikan hasil dari memancing. Ikan jaru yang dapat diperjualbelikan setelah sehat. Sedangkan limbah hasil pemancingan dapat dijualbelikan kepada rumah makan-rumah makan kecil.

4.3.2. Tujuan dan Manfaat Ekonomi Usaha

  Tujuan dari pengembangan usaha ini adalah menciptakan suatu usaha yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, memberikan kesempatan kepada warga sekitar untuk bekerja sehingga dapat membantu dalam mengurangi tingkat pengangguran di wilayah sekitar lokasi usaha, dan memberikan fasilitas bagi masyarakat.