Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pangkas Akar, Inokulasi Fungi Ektomikoriza Dan Stimulan Akar Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Melinjo

PENGARUH KOMBINASI PERLAKUAN PANGKAS AKAR,
INOKULASI FUNGI EKTOMIKORIZA DAN STIMULAN AKAR
ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MELINJO

WINDY ANDINI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kombinasi
Perlakuan Pangkas Akar, Inokulasi Fungi Ektomikoriza dan Stimulan Akar
Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Melinjo adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Windy Andini
NIM E44110042

ABSTRAK
WINDY ANDINI. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pangkas Akar, Inokulasi Fungi
Ektomikoriza dan Stimulan Akar Organik terhadap Pertumbuhan Bibit MelinjoDibimbing
oleh ARUM SEKAR WULANDARI.
Kegiatan pangkas akar yang dikombinasikan dengan inokulasi fungi ektomikoriza
(ECM) dapat meningkatkan kolonisasi fungi ECM dan pertumbuhan bibit melinjo
(Gnetum gnemon). Pemberian stimulan akar organik dapat meningkatkan pertumbuhan
akar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi perlakuan pangkas
akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik terhadap keberhasilan
kolonisasi fungi ECM dan pertumbuhan bibit melinjo. Penelitian ini dilakukan di rumah
kaca menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial, dengan 3 faktor yaitu (1)
pangkas akar (tingkat pangkas akar 0% dan 30%), (2) inokulasi fungi ECM (inokulum
fungi 0 g/bibit dan 5 g/bibit) dan (3) pemberian stimulan akar organik (konsentrasi 0.00%
dan 1.25%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit melinjo yang diberi perlakuan

dengan (a) pangkas akar (30%) + stimulan akar (1.25%) mempengaruhi pertumbuhan
tinggi yang lebih baik, (b) perlakuan inokulum fungi (5 g/bibit) + stimulan akar (0.00%)
mempengaruhi berat kering akar, berat kering pucuk dan berat kering total (BKT), dan (c)
kombinasi perlakuan pangkas akar (30%) + inokulum fungi (5 g/bibit) + stimulan akar
(1.25%) mempengaruhi pertumbuhan tinggi setelah 8 bulan perlakuan.
Kata kunci: pangkas akar, ektomikoriza, Gnetum gnemon, stimulan akar organik

ABSTRACT
WINDY ANDINI. The Influence of Treatment Combination of Root Pruning,
Ectomycorrhizal Fungi Inoculation and Organic Root Stimulant to the Growth of Melinjo
Seedling. Supervised by ARUM SEKAR WULANDARI.
Root pruning activities combined with ectomycorrhizal fungi inoculation can
increase the colonization of ectomycorrhizal fungi and growth of melinjo (Gnetum
gnemon) seedling. The additional of the organic root stimulant can increase the growth of
the root. This research aims to figure out the influence of treatment combination of root
pruning, ectomycorrhizal fungi inoculation and organic root stimulant toward the
successful colonization of ectomycorrhizal fungi and the growth of melinjo seedling. This
research used completely randomized design (CRD) with 3 factors, namely (1) root
pruning (root pruning level 0% and 30%), (2) ectomycorrhizal fungi inoculation (fungi
inoculum 0 g/seedling and 5 g/seedling) and (3) the additional of the organic root

stimulant (concentration of 0.00% and 1.25%). The results showed that the melinjo
seedling given treatment (a) root pruning (30%) + root stimulant (1.25%) affects better
height growth, (b) treatment of fungi inoculum (5 g/seedling) + root stimulant (0.00%)
affecting root dry weight, dry weight tops, and dry weight total (BKT), and (c) a
treatment combination of root pruning (30%) + fungi inoculum (5 g/seedling) + root
stimulant (1.25%) influence height growth after eight months of treatment.
Keywords: root pruning, Gnetum gnemon, ectomycorrhizal, organic root stimulant

PENGARUH KOMBINASI PERLAKUAN PANGKAS AKAR,
INOKULASI FUNGI EKTOMIKORIZA DAN STIMULAN AKAR
ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MELINJO

WINDY ANDINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah Pengaruh
Kombinasi Perlakuan Pangkas Akar, Inokulasi Fungi Ektomikoriza dan Stimulan
Akar Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Melinjo.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS
selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya, Bapak Dr Ir Rachmad
Hermawan, MScF selaku dosen penguji dan Bapak Dr Ir Omo Rusdiana, MSc
selaku ketua sidang komprehensif. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Jaenab, Tria, Sabihah, Risma, Indah, Suci, Rizki teman seperjuangan,
teman-teman Silvikultur 48 dan keluarga besar Departemen Silvikultur yang telah
membantu selama pengumpulan data penelitian, penyusunan skripsi dan
menyumbang semangat. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,

ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016
Windy Andini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian


2

Bahan dan Alat

2

Prosedur Penelitian

3

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN


6
6
13
15

Simpulan

15

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

RIWAYAT HIDUP

18


DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi hasil analisis ragam data pertumbuhan pada bibit melinjo
dengan perlakuan pangkas akar, pemberian stimulan akar organik dan
inokulasi fungi ECM
6
2 Pertumbuhan bibit melinjo dengan perlakuan pangkas akar, inokulasi
fungi ECM dan pemberian dan stimulan akar organik
7
3 Interaksi antara perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi
ektomikoriza terhadap pertumbuhan bibit melinjo
9
4 Interaksi antara perlakuan pangkas akar dan pemberian stimulan akar
organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo
10
5 Interaksi antara perlakuan inokulasi fungi ektomikoriza dan pemberian
stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo
11
6 Interaksi antara perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ektomikoriza
dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit

12
melinjo

DAFTAR GAMBAR
1 Perakaran tanaman
2 Sistem percabangan akar pada bibit melinjo
3 Infeksi fungi ECM pada akar bibit melinjo

4
8
13

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mikoriza adalah struktur yang menggambarkan asosiasi simbiotik antara akar
tanaman dengan fungi. Secara umum mikoriza yang tersebar di daerah tropika
terbagi ke dalam dua tipe, yaitu ektomikoriza (ECM) dan endomikoriza. Hifa ECM
tumbuh di antara sel-sel korteks yang disebut dengan Hartig net sedangkan yang
tumbuh mengelilingi sel-sel epidermis disebut dengan mantel. Fungi ECM mudah

untuk dikenali tanpa harus melalui proses pewarnaan. Fungi ECM diketahui dapat
berasosiasi dengan jenis-jenis tanaman keras, seperti tanaman kehutanan yaitu
tusam, eukaliptus, famili Dipterocarpaceae (Darwo dan Sugiarti 2008) dan
Gnetaceae (Wulandari 2002).
Tanaman melinjo (Gnetum gnemon) sudah dikenal luas manfaatnya di
masyarakat, namun budidaya tanaman melinjo masih terbatas. Tanaman melinjo
merupakan salah satu famili Gnetaceae yang memiliki struktur khas di dalam
perakarannya, yaitu terdapat struktur mikoriza sebagai manifestasi adanya
simbiosis mutualisme dengan fungi ECM yaitu Scleroderma sinnamariense dan
Scleroderma spp. Salah satu manfaat mikoriza ialah untuk meningkatkan
pertumbuhan dan daya hidup tanaman melinjo sehingga kehadiran fungi ECM
tersebut perlu diusahakan melalui inokulasi. Simbiosis antara fungi ECM dan
tanaman dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan mikro yang dapat
membantu meningkatkan pertumbuhan (Lunt dan Hedger 2003), dapat
meningkatkan penyerapan air (Warren et al. 2008) dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap patogen dan kekeringan (Riyanto 2003).
Teknik pangkas akar merupakan metode untuk mengurangi bagian sistem
perakaran yang dapat meningkatkan tumbuhnya akar-akar lateral baru
(Pourmajidian et al. 2009). Akar-akar lateral yang tumbuh akibat kegiatan pangkas
akar diharapkan dapat meningkatkan produksi bibit bermikoriza. Bibit yang
bermikoriza memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang baru sehingga dapat mengurangi tingkat kegagalan dalam
pembangunan hutan (Valdes et al. 2009). Inokulasi fungi ECM dilakukan pada
bibit yang masih muda agar menghasilkan bibit dengan kolonisasi yang tinggi,
karena pada tanaman yang lebih tua, jaringan akar sudah banyak yang berkayu
sehingga sulit dikolonisasi oleh fungi. Umumnya, hifa fungi menginfeksi akar
lateral yang masih muda pada zona infeksi mikoriza (Krüger et al. 2004). Dengan
demikian, penerapan teknik pangkas akar ini membantu penyediaan bibit
bermikoriza (Wulandari dan Supriyanto 2013).
Pemberian stimulan akar organik merangsang kolonisasi fungi ECM karena
pemberian stimulan akar organik mampu merangsang pertumbuhan akar lateral
baru pada bibit melinjo (Adisetia 2015). Stimulan akar organik merupakan pupuk
cair hasil dekomposisi yang terdiri dari bahan-bahan organik dengan kandungan
asam humat (HSC), asam amino, mineral dan katalis (Hariangbanga 2009). Manfaat
dari stimulan akar organik antara lain meningkatkan hasil panen, merangsang
pertumbuhan tanaman dan penyerapan unsur hara, pelepasan unsur hara yang
terhambat, ketahanan terhadap timbulnya hama dan gulma, meningkatkan tekstur

2
dan aerasi tanah dan mengurangi bahaya racun tanah dari zat kimia yang
ditimbulkan (Sumadi 1999).

Perumusan Masalah
Teknik pangkas akar yang diterapkan pada akar bibit melinjo dapat
menghasilkan percabangan akar. Dalam 1 bibit melinjo, sedikitnya terdapat 1 akar
yang bercabang akibat kegiatan pemangkasan. Satu percabangan akar akan
menghasilkan sedikitnya 2 cabang akar. Teknik pangkas akar yang dikombinasikan
dengan inokulasi fungi ECM dapat meningkatkan jumlah akar yang bercabang
(Wulandari dan Supriyanto 2013). Untuk merangsang pertumbuhan tanaman dan
penyerapan unsur hara dibutuhkan pupuk organik dan mineral yang siap diserap
oleh akar seperti pemberian stimulan akar organik. Perlakuan pemberian stimulan
akar organik memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap peubah tinggi bibit,
diameter batang, dan bobot kering akar (Irwansyah 2015). Dengan demikian,
diperlukan penelitian lanjutan mengenai kombinasi perlakuan pangkas akar,
inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik untuk meningkatkan
bibit bermikoriza dan pemberian nutrisi pada bibit melinjo.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi perlakuan
pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik terhadap
keberhasilan kolonisasi fungi ECM dan pertumbuhan bibit melinjo.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu diperolehnya kombinasi yang tepat antara
pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik pada bibit
melinjo yang dapat meningkatkan keberhasilan kolonisasi fungi ECM dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit melinjo.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, dari bulan Juni 2014 sampai dengan
bulan Januari 2015. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah bibit melinjo dengan tinggi
sekitar 30 ̶ 40 cm dan inokulum tanah yang mengandung miselium fungi ECM

3
sebagai sumber inokulum. Media tanam (campuran tanah, cocopet, kompos, dan
arang sekam), plastik, dan stimulan akar organik sebagai pupuk organik. Alat yang
digunakan ialah polibag ukuran 20 cm × 12 cm, otoklaf, tally sheet, timbangan
dengan ketelitian 0.01, gunting, pisau, sekop, lup, penggaris, kaliper digital
ketelitian 0.01 mm, bak kecambah berukuran 45×25×10 cm, alat penyiram
tanaman, ember, gelas plastik, sendok, software SAS 9.1.3 portabel dan kamera.

Prosedur Penelitian
Persiapan Bahan
Persiapan Media Tanam. Media tanam yang digunakan ialah campuran
tanah, cocopet, kompos, dan arang sekam. Masing-masing bahan untuk campuran
media disterilisasi terlebih dahulu dalam autoklaf pada suhu 121 °C, tekanan 1 atm
selama 1 jam. Tanah, cocopet, dan kompos dengan perbandingan 4:2:4 (v/v/v)
dicampur terlebih dahulu. Media yang telah tercampur, kemudian ditambahkan
arang sekam dengan perbandingan media:arang sekam = 9:1 (v/v). Media tanam
yang sudah tercampur merata dimasukkan ke dalam polibag.
Persiapan Bahan Tanaman. Bibit yang digunakan dalam penelitian ini ialah
bibit melinjo dengan tinggi sekitar 30 ̶ 40 cm. Bibit melinjo yang digunakan
diasumsikan memiliki performansi yang seragam. Akar tanaman dicuci bersih
dengan air mengalir untuk menghilangkan tanah yang menempel pada akar.
Perakaran bibit diperiksa di bawah kaca pembesar untuk melihat infeksi fungi ECM
yang terbawa dari lapangan.
Inokulasi Fungi Ektomikoriza. Inokulum yang digunakan yaitu inokulum
tanah yang mengandung fungi ECM dengan dosis 5 g/bibit. Sebelum diinokulasi,
media tanam bibit melinjo pada polibag disiram dengan air sampai jenuh. Bibit
melinjo diinokulasi dengan cara meletakkan inokulum fungi ECM di dekat
perakaran. Jenis Fungi ECM yang digunakan ialah Scleroderma sinnamariense dan
Scleroderma spp. yang memiliki mantel berwarna kuning dan putih
Persiapan Stimulan Akar Organik. Larutan stimulan akar organik
diperoleh dari CV Akar Langit Bumi. Stimulan akar organik sebagai pupuk organik
yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman dan penyerapan unsur
hara yang diperlukan bagi tanaman. Konsentrasi yang digunakan yaitu sebesar
1.25% (1:80), dibuat dengan cara melarutkan 12.5 mL stimulan akar organik ke
dalam 1 L air. Pemberian stimulan akar organik dilakukan dengan cara meredam
perakaran bibit di dalam larutan tersebut selama 24 jam. Perendaman dilakukan
agar stimulan akar organik diserap oleh akar sebelum dipindahkan ke polibag.
.
Teknik Pangkas Akar
Kegiatan pemangkasan akar yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu
menggunakan gunting sebagai alat untuk memotong akar. Pemangkasan akar
dilakukan pada bibit melinjo yang sudah terpisah dari media tanamnya, sebelum
dipindahkan ke dalam polibag. Akar bibit dipangkas dengan tingkat 0.00%
(sebagai kontrol, akar tidak dipangkas) dan 30%, kemudian direndam dengan
stimulan akar organik. Akar lateral bibit dipotong sebanyak ±30% dari panjang akar
lateral (Gambar 1). Daun bibit melinjo dipotong ±50% untuk mengurangi laju
transpirasi akibat pemangkasan akar.

4

Gambar 1 Perakaran tanaman
Pemeliharaan tanaman dilakukan guna melindungi tanaman dari faktor-faktor
penghambat pertumbuhan seperti: gangguan hama dan penyakit, timbulnya gulma
pada tanaman, kekurangan air dan sebagainya. Kegiatan pemeliharaan bibit melinjo
yang dilakukan ialah (1) penyiraman yang dilakukan di waktu pagi hari dengan
selang β ̶ γ hari sekali, dan (β) kegiatan penyiangan bibit yang dilakukan jika
terdapat gulma dalam polibag.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengamatan yang dilakukan meliputi: pengukuran tinggi bibit (cm), diameter
batang (mm), biomassa akar, pucuk, total (g), dan pertumbuhan akar.
Tinggi Bibit (cm). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan
menggunakan penggaris. Bibit diukur mulai dari leher akar (batas antara batang
dengan akar di atas permukaan tanah) hingga pucuk. Pengukurannya dilakukan 2
minggu sekali, mulai dari awal penanaman hingga akhir pengamatan, selama 30
minggu pengamatan.
Diameter Batang (mm). Pengukuran diameter batang dilakukan dengan
menggunakan kaliper dengan jarak 1–2 cm di atas leher akar. Pengukuran
dilakukan 6 minggu sekali, selama 30 minggu pengamatan. Bagian batang terukur
ditandai dengan batang lidi untuk menghindari kesalahan pengukuran.
Biomassa Akar, Pucuk, Total (g). Perhitungan biomassa dilakukan dengan
menimbang berat basah dan berat kering akar dan pucuk. Pengambilan data ini
dilakukan pada akhir pengamatan. Pengukuran berat basah dan berat kering akar
dan pucuk dilakukan dengan cara memisahkan bibit dari media tanam, kemudian
akar dicuci dari kotoran yang menempel. Setelah bersih bagian akar dan pucuk
dipisahkan. Akar dan pucuk ditimbang berat basahnya. Untuk mendapatkan data
berat kering, akar dan pucuk dikeringkan dalam oven pada suhu 70 ºC selama 120
jam, kemudian ditimbang beratnya. Berat kering total dapat diperoleh dengan cara
menjumlahkan berat kering akar dan pucuk.

5
Pengamatan Akar. Akar bibit melinjo dibersihkan dari media tanam, dicuci
sampai bersih, kemudian diamati dengan menggunakan kaca pembesar.
Pemeriksaan akar dilakukan untuk mengetahui persentase akar bermikoriza,
pertumbuhan akar setelah dipangkas, dan persentase bibit bermikoriza.
Pertumbuhan akar setelah dipangkas diamati dengan menghitung jumlah akar yang
bercabang dan banyaknya cabang yang terbentuk. Persentase akar bermikoriza dan
bibit bermikoriza dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah akar lateral terinfeksi mikoriza
× 100%
Jumlah seluruh akar lateral

Persentase akar bermikoriza =
Persentase bibit bermikoriza =

Jumlah bibit bermikoriza
× 100%
Jumlah seluruh bibit yang diamati

Analisis Data
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
faktorial yang terdiri atas 3 faktor. Pangkas akar sebagai faktor pertama yang terdiri
atas 2 taraf yaitu tidak dipangkas akar (kontrol, tingkat pangkas akar 0%) dan
dipangkas akar (tingkat pangkas akar 30%). Inokulasi fungi ECM sebagai faktor
kedua yang terdiri atas 2 taraf yaitu tidak diinokulasi (inokulum fungi 0 g/bibit) dan
diinokulasi fungi ECM (inokulum fungi 5 g/bibit). Pemberian stimulan akar organik
sebagai faktor ketiga yang terdiri atas 2 taraf yaitu tidak diberi stimulan akar
(konsentrasi 0.00%) dan diberi stimulan akar organik (konsentrasi 1.25%). Masingmasing perlakuan diulang sebanyak 4 ulangan, 1 ulangan terdiri atas 4 bibit melinjo.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam
(ANOVA), apabila berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan pada taraf kesalahan 5%. Data diolah menggunakan komputer dengan
program software SAS versi 9.1.3 portable.
Model umum rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut:
Yijkl
Yijk

µ
αi
j
k

(α )ij
(α )ik
( )jk

=

µ + αi +

j+

k

+ (α ) ij + (α )ik + ( )jk + (α )ijk + ɛijkl

= Nilai pengamatan pada faktor teknik pangkas akar pada taraf ke-i, faktor
pemberian stimulant akar organik pada taraf ke-j dan faktor inokulasi
fungi ECM pada taraf ke-k
= Nilai tengah (rataan) umum
= Pengaruh perlakuan pangkas akar pada taraf ke-i
= Pengaruh perlakuan inokulasi fungi ECM pada taraf ke-j
= Pengaruh perlakuan pemberian stimulan akar organik pada taraf ke-k
= Pengaruh interaksi antara perlakuan pangkas akar pada taraf ke-i dan
inokulasi fungi ECM pada taraf ke-j
= Pengaruh interaksi antara perlakuan pangkas akar pada taraf ke-i dan
pemberian stimulan akar organik pada taraf ke-k
= Pengaruh interaksi antara perlakuan inokulasi fungi ECM pada taraf ke-j
dan pemberian stimulan akar organik pada taraf ke-k

6
(α )ijk = Pengaruh interaksi antara perlakuan pangkas akar pada taraf ke-i,
inokulasi fungi ECM pada taraf ke-j dan pemberian stimulan akar
organik pada taraf ke-k
ɛijkl
= Galat acak percobaan
i
= Taraf pangkas akar (tidak dipangkas akar (kontrol) dan dipangkas akar)
j
= Taraf inokulasi fungi ECM (tidak diinokulasi dan diinokulasi fungi ECM
k
= Taraf pemberian stimulan akar organik (tidak diberi dan diberi stimulan)
l
= Ulangan (1, 2, 3, 4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Analisis Ragam Data Hasil Pengukuran
Pengamatan bibit melinjo dilakukan selama 8 bulan setelah diberi perlakuan.
Analisis ragam dilakukan pada data pengukuran 8 bulan pengamatan. Analisis
ragam digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh nyata terhadap
peubah yang diamati. Pertumbuhan bibit melinjo yang diamati meliputi
perkembangan akar dan pertumbuhan tajuk bibit. Hasil analisis ragam dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis ragam data pertumbuhan pada bibit melinjo
dengan perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian
stimulan akar organik
Pangkas
akar (P)

Peubah
Perkembangan akar bibit
Jumlah akar bercabangt

Inokulum Stimulan
P×I
fungi (I) akar (B)

P×B

I×B P×I×B

**

tn

tn

tn

tn

tn

tn

Banyaknya cabang baru

**

tn

tn

tn

tn

tn

tn

BK akar (g tanaman-1)
Pertumbuhan tajuk bibit
Tinggi bibit (cm)
Diameter (mm)
BK pucuk (g tanaman-1)

tn

*

tn

tn

tn

*

tn

**
tn
tn

tn
tn
**

tn
tn
tn

tn
tn
tn

**
tn
tn

tn
tn
**

*
tn
tn

**

tn

tn

tn

**

tn

*

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

t

BKT (g tanaman-1)
tn
Tingkat kolonisasi fungi Ektomikoriza
Bibit bermikoriza (%)t
**
Akar bermikoriza (%)t

**

tn: tidak berbeda nyata, *: berbeda nyata pada taraf uji 5%, **: berbeda sangat nyata
pada taraf uji 1%, BB: berat basah, BK: berat kering, BKT: berat kering total, t:
hasil transformasi √ � + 0.5 .

7
Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pangkas akar memberikan pengaruh
sangat nyata terhadap peubah jumlah akar yang bercabang, banyaknya cabang baru
yang terbentuk, tinggi bibit, persentase bibit mermikoriza dan persentase akar
bermikoriza. Perlakuan inokulasi fungi ECM berpengaruh sangat nyata terhadap
peubah berat kering pucuk, berat kering total (BKT) dan berpengaruh nyata
terhadap peubah berat kering akar, persentase bibit bermikoriza. Interaksi pangkas
akar dan pemberian stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo
hanya terjadi pada komponen pertumbuhan tajuk bibit melalui peubah tinggi bibit.
Interaksi pemberian stimulan akar organik dan inokulasi fungi ECM berpengaruh
sangat nyata terhadap peubah berat kering pucuk, dan BKT dan berpengaruh nyata
terhadap berat kering akar. Interaksi antara pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan
pemberian stimulan akar organik berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi bibit
dan berat kering pucuk.
Pertumbuhan Bibit Melinjo
Pengaruh perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ECM terhadap
perkembangan akar bibit dan pertumbuhan tajuk bibit memperlihatkan hasil
berbeda nyata pada beberapa peubah yang diamati, tetapi belum memberikan hasil
berbeda nyata pada perlakuan dengan stimulan akar organik. Pengaruh perlakuan
pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2 Pertumbuhan bibit melinjo dengan perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi
ECM dan pemberian stimulan akar organik
Peubah

Pangkas Akar
(%)
0
30

Inokulum fungi
(g/bibit)
0
5

Stimulan akar
(%)
0.00
1.25

Perkembangan akar bibit
Jumlah akar bercabangt

0.81b

1.08a

0.93a

0.96a

1.02a

0.87a

Banyaknya cabang barut

0.89b

1.39a

1.11a

1.18a

1.25a

1.03a

BK akar (g tanaman-1)

1.56a

1.51a

1.28b

1.79a

1.68a

1.39a

Pertumbuhan tajuk bibit
Tinggi bibit (cm)

48.78b 54.38a

50.07a 53.09a

51.15a 52.01a

Diameter (mm)

4.61a

4.60a

4.51a

4.70a

4.91a

4.30a

BK pucuk (g tanaman-1)

4.03a

4.43a

3.39b

5.06a

4.36a

4.09a

BKT (g tanaman-1)

5.58a

5.94a

4.68b

6.84a

6.04a

5.48a

11.80a

7.48a

3.63a

2.68a

Tingkat kolonisasi fungi Ektomikoriza
Bibit bermikoriza (%)

5.32b 13.97a

6.76b 12.53a

Akar bermikoriza (%)

1.90b

2.49a

4.41a

3.82a

BB: berat basah, BK: berat kering, BKT: berat kering total, angka-angka pada
kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
uji 5% (uji jarak berganda Duncan).

8

Gambar 2 Sistem percabangan akar pada bibit melinjo: (a) akar lateral normal,
(b) akar lateral bercabang 2, dan (c) akar lateral bercabang 4
Pertumbuhan bibit melinjo tidak hanya terjadi pada bagian atas (tajuk), tetapi
juga terjadi pada bagian bawah (akar). Pertumbuhan pada bibit yang akarnya
dipangkas (tingkat pangkas akar 30%) memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan yang tidak dipangkas (tingkat pangkas akar 0%) terhadap
peubah jumlah akar yang bercabang, banyaknya cabang baru yang terbentuk, tinggi
bibit, persentase bibit bermikoriza dan persentase akar bermikoriza.
Pada perakaran bibit melinjo terdapat akar-akar lateral baru yang tumbuh dan
terbentuknya cabang-cabang baru setelah kegiatan pangkas akar. Jumlah akar yang
bercabang pada bibit yang dipangkas sekitar 1 ̶ 2 akar. Banyaknya cabang baru yang
terbentuk pada bibit yang dipangkas sekitar β ̶ 4 cabang. Akar yang tidak bercabang
akan tetap meneruskan pertumbuhan memanjang. Percabangan akar yang terbentuk
akibat kegiatan pangkas akar, dapat dibedakan dengan percabangan akar yang
terbentuk secara alami. Pada akar yang sudah dipangkas terdapat bekas potongan
akar yang warnanya lebih gelap. Percabangan akar-akar lateral baru dapat dilihat
pada Gambar 2. Pada Gambar 2a menunjukkan percabangan akar lateral normal
tanpa kegiatan pangkas akar, sedangkan Gambar 2b akar lateral yang terbentuk 2
cabang dan Gambar 2c terbentuk 4 cabang akibat kegiatan pangkas akar.
Pemberian stimulan akar organik dengan konsentrasi 0.00% dan 1.25% (1:80)
belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit melinjo. Hal
ini terjadi diduga karena konsentrasi stimulan akar organik yang digunakan belum
memenuhi kebutuhan tanaman. Perlakuan inokulasi fungi ECM sebanyak 5 g/bibit
memberikan pengaruh nyata terhadap peubah berat kering akar, berat kering pucuk,
Namun tidak berpengaruh yang nyata terhadap peubah yang diamati dengan
inokulasi fungi ECM sebanyak 0 g/bibit.
Pengaruh interaksi pangkas akar dan inokulasi fungi ECM terhadap
pertumbuhan bibit melinjo
Interaksi antara tingkat pangkas akar dan inokulasi fungi ECM tidak
memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap peubah yang diamati. Tabel 3
menunjukkan pengaruh interaksi tingkat pangkas akar (`0% dan 30%) dan inokulasi
fungi ECM (0 g/bibit dan 5 g/bibit) pada bibit melinjo.

9
Tabel 3 Interaksi antara perlakuan pangkas akar dan inokulasi
fungi ECM terhadap pertumbuhan bibit melinjo
Pangkas akar (%)
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30

Inokulum fungi (g/bibit)
0
5
Jumlah akar yang bercabang
0.77a
0.84a
1.14a
1.03a
Banyaknya cabang baru
0.82a
0.96a
1.39a
1.40a
Berat kering akar (g tanaman-1)
1.23a
1.89a
1.34a
1.69a
Tinggi (cm)
48.03a
49.54a
52.11a
56.65a
Diameter (mm)
4.68a
4.54a
4.34a
4.86a
Berat kering pucuk (g tanaman-1)
3.28a
4.78a
3.51a
5.34a
Berat kering total (g tanaman-1)
4.50a
6.67a
4.85a
7.03a
Bibit bermikoriza (%)
0.71a
9.93a
12.80a
15.13a
Akar bermikoriza (%)
0.71a
3.08a
4.27a
4.55a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan).

Pengaruh interaksi pangkas akar dan pemberian stimulan akar organik
terhadap pertumbuhan bibit melinjo
Pertambahan volume bibit menunjukkan bahwa bibit mengalami
pertumbuhan. Pengaruh interaksi antara pangkas akar dan pemberian stimulan akar
organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo terlihat pada komponen pertumbuhan
tajuk bibit yaitu tinggi bibit (cm). Pada peubah tinggi bibit memberikan hasil yang
berbeda nyata diperoleh dari kombinasi perlakuan tingkat pangkas akar 30% dan
pemberian stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.25%. Tabel 4 menunjukkan
pengaruh interaksi tingkat pangkas akar (0% dan 30%) dan pemberian stimulan
akar organik (konsentrasi 0.00% dan 1.25%) pada bibit melinjo.

10
Tabel 4 Interaksi antara perlakuan pangkas akar dan pemberian
stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit
melinjo
Pangkas akar (%)

0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30

Stimulan akar (%)
0.00
1.25
Jumlah akar yang bercabang
0.84a
0.77a
1.20a
0.97a
Banyaknya cabang baru
0.96a
0.82a
1.54a
1.25a
Berat kering akar (g tanaman-1)
1.84a
1.28a
1.53a
1.50a
Tinggi (cm)
51.23b
46.34b
51.08b
57.69a
Diameter (mm)
4.84a
4.38a
4.98a
4.22a
Berat kering pucuk (g tanaman-1)
4.47a
3.58a
4.25a
4.60a
Berat kering total (g tanaman-1)
6.31a
4.85a
5.78a
6.10a
Bibit bermikoriza (%)
8.23a
2.41a
15.38a
12.55a
Akar bermikoriza (%)
2.59a
1.21a
4.15a
4.67a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan).

Pengaruh interaksi inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar
organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo
Interaksi antara inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik
terhadap pertumbuhan bibit melinjo terlihat pada komponen perkembangan akar
bibit yaitu berat kering akar, sedangkan pada komponen pertumbuhan tajuk bibit
yaitu berat kering pucuk dan BKT. Tabel 5 menunjukkan pengaruh interaksi

11
inokulasi fungi ECM (0 g/bibit dan 5 g/bibit) dan pemberian stimulan akar organik
(konsentrasi 0.00% dan 1.25%). Pada peubah berat kering akar, berat kering pucuk
dan BKT memberikan hasil berbeda nyata pada kombinasi perlakuan inokulasi
fungi ECM sebanyak 5 g/bibit dan stimulan akar organik konsentrasi 0%.
Tabel 5 Interaksi antara perlakuan inokulasi fungi ECM dan
pemberian stimulan akar organik
terhadap
pertumbuhan bibit melinjo
Inokulum fungi
(g/bibit)
0
5
0
5
0
5
0
5
0
5
0
5
0
5
0
5
0
5

Stimulan akar (%)
0.00
1.25
Jumlah akar yang bercabang
1.01a
0.90a
1.03a
0.84a
Banyaknya cabang baru
1.15a
1.07a
1.36a
1.00a
Berat kering akar (g tanaman-1)
1.20b
1.36b
2.16a
1.41b
Tinggi (cm)
48.68a
51.46a
53.63a
52.56a
Diameter (mm)
4.87a
4.14a
4.95a
4.45a
Berat kering pucuk (g tanaman-1)
2.96c
3.83bc
5.76a
4.35b
Berat kering total (g tanaman-1)
4.16c
5.19bc
7.93a
5.76b
Bibit bermikoriza (%)
6.63a
6.88a
16.98a
15.13a
Akar bermikoriza (%)
2.57a
2.41a
4.68a
2.95a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan).

Pengaruh interaksi pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian
stimulan akar organik terhadap pertumbuhan bibit melinjo
Interaksi antara tingkat pangkas akar (0% dan 30%), inokulasi fungi ECM
(sebanyak 0 g/bibit dan 5 g/bibit) dan pemberian stimulan akar organik (konsentrasi

12
0.00% dan 1.25%) tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap komponen
perkembangan akar bibit ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Interaksi antara perlakuan pangkas akar, pemberian stimulan akar
organik dan inokulasi fungi ECM terhadap pertumbuhan bibit
melinjo
Stimulan akar (%)
Pangkas akar
Inokulum fungi
(%)
(g/bibit)
0.00
1.25
Tinggi (cm)
0
0
50.03bdc
46.03d
5
52.43abcd
46.65d
30

0
5

47.33dc
56.90ab
54.83abc
58.48a
Diameter (mm)
5.04a
4.33a
4.65a
4.43a

0

0
5

30

0
5

0

0
5

30

0
5

0

0
5

30

0
5

0

0
5

30

0
5

0

0
5

30

0
5

0

0
5

12.55a
13.05a
18.21a
12.05a
Akar bermikoriza (%)
0.71a
0.71a
4.46a
1.70a

30

0
5

4.44a
4.90a

4.71a
3.97a
5.25a
4.48a
Berat kering total (g tanaman-1)
4.35a
4.65a
8.28a
5.05a
3.96a
5.73a
7.58a
6.48a
Jumlah akar yang bercabang
0.71a
0.84a
0.97a
0.71a
1.31a
0.97a
1.09a
0.97a
Banyaknya cabang baru
0.71a
0.93a
1.22a
0.71a
1.58a
1.22a
1.50a
1.28a
Bibit bermikoriza (%)
0.71a
0.71a
15.75a
4.12a

4.10a
4.20a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan).

13

Interaksi antara perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian
stimulan akar organik memberikan hasil yang berbeda nyata pada komponen
pertumbuhan tajuk bibit yaitu tinggi bibit yang diperoleh dari kombinasi perlakuan
tingkat pangkas akar 30%, inokulasi fungi ECM sebanyak 5 g/bibit dan stimulan
akar organik dengan konsentrasi 1.25%. Data yang didapat menunjukkan bahwa
adanya kontribusi dari ketiga perlakuan terhadap peningkatan tinggi bibit. Interaksi
antara tingkat pangkas akar (0% dan 30%),inokulasi fungi ECM (sebanyak 0 g/bibit
dan 5 g/bibit) dan pemberian stimulan akar organik (konsentrasi 0.00% dan 1.25%)
tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap tingkat kolonisasi fungi ECM.
Kolonisasi fungi ECM pada akar melinjo
Kolonisasi fungi ECM terbentuk di akar lateral. Pada akar lateral ditemukan
rambut akar dalam jumlah banyak. Rambut akar berfungsi untuk meningkatkan luas
permukaan akar (Campbell et al. 2013). Akar yang bersimbiosis dengan fungi ECM
memiliki struktur yang khas berupa mantel (lapisan hifa) yang dapat dilihat dengan
mata telanjang. Adapun akar bibit melinjo yang tidak terinfeksi fungi ECM
(Gambar 3a) memiliki tampilan yang berbeda dengan akar bibit melinjo yang
terinfeksi oleh fungi ECM. Pada akar bibit melinjo yang terinfeksi oleh
Scleroderma sinnamariense terdapat mantel hifa yang tebal berwarna kuning
(Gambar 3b), warnanya sangat mencolok sehingga mudah dibedakan dengan fungi
ECM lainnya.

Gambar 3 Infeksi fungi ECM pada akar bibit melinjo: (a) akar yang tidak terinfeksi,
(b) infeksi oleh Scleroderma sinnamariense
Pembahasan
Tanaman melinjo (Gnetum gnemon) termasuk salah satu jenis pohon yang
bermanfaat ganda (multi purpose tree species) karena hampir semua bagian
tanaman melinjo seperti bagian daun, buah dan batangnya dapat dimanfaatkan.
Melinjo juga termasuk salah satu famili Gnetaceae yang diketahui membentuk
asosiasi dengan fungi ektomikoriza, yaitu Scleroderma sinnamariense. Adanya
mikoriza dapat meningkatkan keragaan, kelangsungan hidup, dan pertumbuhan
bibit (Jones et al. 2003; Lee et al. 2008). Selain itu, akar yang bermikoriza dapat
menyerap unsur hara dalam bentuk terikat sehingga tersedia bagi tanaman. Selain
membentuk hifa internal, mikoriza membentuk hifa eksternal yang berfungsi
menyerap unsur hara P dari dalam tanah. Unsur hara P yang telah diserap oleh hifa

14
eksternal akan segera ditransfer ke tanaman induk. Kolonisasi fungi ECM yang
terbentuk pada bibit melinjo dapat membantu proses penyerapan nutrisi yang
diperlukan oleh bibit melinjo.
Kolonisasi fungi ECM pada bibit melinjo dapat ditingkatkan melalui teknik
pangkas akar (Wulandari et al. 2013). Teknik pangkas akar adalah upaya yang
dilakukan untuk merangsang pertumbuhan akar-akar baru dengan cara memotong
bagian akar lateral pada bibit melinjo. Pada saat akar dipangkas, konsentrasi
hormon sitokinin berkurang mengakibatkan transportasi hormon auksin dari
meristem apikal menuju akar berjalan lancar dan dapat merangsang pertumbuhan
akar-akar lateral baru (Campbell et al. 2003). Berdasarkan penelitian ini, pangkas
akar memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar yang bercabang,
banyaknya cabang baru yang terbentuk, tinggi bibit, persentase bibit bermikoriza
dan persentase akar bermikoriza. Pertumbuhan pada bibit yang dipangkas (tingkat
pangkas akar 30%) memberikan hasil yang lebih baik dbandingkan dengan yang
tidak dipangkas (tingkat pangkas akar 0%). Respon positif dari kegiatan pangkas
akar juga dihasilkan dalam penelitian yang dilakukan Kurniawan (2014). Bibit
melinjo dengan tingkat pangkas akar 30% dan 50% memberikan hasil yang lebih
baik terhadap pertumbuhan tinggi dan biomassa bibit melinjo dibandingkan dengan
yang tidak diberikan perlakuan pangkas akar. Selain itu, tingkat pangkas akar 30%
dan 50% mampu meningkatkan kolonisasi fungi ECM dan pertumbuhan bibit
melinjo setelah 6 bulan perlakuan (Febrianingrum 2014).
Optimasi pembentukan dan perkembangan fungi ECM dapat ditingkatkan
dengan berbagai metode, salah satunya yaitu melalui inokulasi fungi ECM secara
buatan dengan sumber inokulum tanah. Penggunaan inokulum tanah yang
mengandung miselium fungi ECM lebih efektif dalam meningkatkan tingkat
kolonisasi ECM pada bibit melinjo. Hal ini disebabkan miselium yang terkandung
dalam tanah bisa melakukan kontak langsung dengan akar bibit melinjo. Pada
penelitian ini setelah 8 bulan perlakuan diketahui bahwa inokulasi fungi ECM
memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah berat kering akar dan berat
kering pucuk, berat kering total (BKT), dan persentase bibit bermikoriza. Perlakuan
inokulasi fungi ECM pada bibit melinjo berpengaruh nyata juga terhadap
persentase bibit bermikoriza yang diinokulasikan sebanyak 5 g/bibit. Bibit melinjo
yang diinokulasi fungi ECM sebanyak 5 g/bibit semuanya terinfeksi oleh fungi
ECM (100%). Bibit melinjo yang tidak diinokulasi fungi ECM juga terdeteksi
adanya infeksi fungi ECM sebesar 44%. Hal ini diduga karena adanya kontaminasi
pada bibit melinjo yang dapat disebabkan oleh penularan yang tidak sengaja saat
pengamatan dan penyiraman.
Penggunaan stimulan akar organik merupakan alternatif dalam melakukan
pemupukan. Stimulan akar organik terdiri dari asam amino, mineral dan HSC
(humate substance complex) yang dapat merangsang mikroorganisme untuk
mendekomposisikan bahan-bahan organik pada media tanam sehingga unsur hara
pada media tanam menjadi tersedia bagi tanaman (Lestari 2012). Pemberian
stimulan akar organik dengan konsentrasi 0.00% dan 1.25% (1:80) belum
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit melinjo dan tingkat
kolonisasi fungi ECM. Namun, telah dilakukan penetapan konsentrasi stimulan
akar organik oleh Adisetia (2015) bahwa konsentrasi 1.67% (1:60) memberikan
hasil yang terbaik terhadap peubah yang diamati kecuali pada berat kering akar dan

15
konsentrasi tersebut berpengaruh juga terhadap tingkat kolonisasi pada akar bibit
melinjo oleh fungi ECM.
Interaksi perlakuan pangkas akar dan pemberian stimulan akar organik
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit melinjo terlihat pada komponen
pertumbuhan tajuk bibit yaitu tinggi bibit (cm). Pada peubah tinggi bibit
memberikan hasil yang berbeda nyata diperoleh dari kombinasi perlakuan tingkat
pangkas akar 30% dan pemberian stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.25%
Kegiatan pangkas akar dan pemberian stimulan akar organik mampu meningkatkan
percabangan akar lebih banyak lagi, hal ini disebabkan pupuk stimulan akar organik
membantu dalam merangsang perkembangan akar-akar lateral yang telah
dipangkas, sehingga dapat meningkatan penyerapan unsur hara dan pertumbuhan
bibit melinjo (Adisetia 2015).
Perlakuan antara inokulasi fungi ECM dan pemberian stimulan akar organik
memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah berat kering akar, berat kering
pucuk dan berat kering total (BKT). Artinya adanya kontribusi dari ke dua
perlakuan tersebut terhadap pertambahan bobot berat kering pucuk, berat kering
akar dan BKT bibit melinjo. Pada peubah berat kering akar, berat kering pucuk dan
BKT berpengaruh nyata pada kombinasi perlakuan inokulasi fungi ECM sebanyak
5 g/bibit dan pemberian stimulan akar organik dengan konsentrasi 0%. Hal ini
diduga sangat dipengaruhi oleh kepekaan tanaman terhadap infeksi fungi ECM, dan
sifat ketergantungan tanaman pada mikoriza dalam serapan hara. Selain itu,
menurut Lewenussa (2009) bahwa BKT merupakan indikator yang dapat digunakan
untuk mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bibit karena berat kering total dapat
menggambarkan efisiensi proses fisiologis dalam tanaman dengan interaksi
lingkungan tempat tumbuh.
Kombinasi perlakuan pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan pemberian
stimulan akar organik memberikan hasil yang berbeda nyata pada komponen
pertumbuhan tajuk bibit yaitu tinggi bibit yang diperoleh dari kombinasi perlakuan
tingkat pangkas akar 30%, inokulasi fungi ECM sebanyak 5 g/bibit dan pemberian
stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.25%. Bibit melinjo yang dipangkas
akar akan mengalami stres dan membutuhkan nutrisi untuk mendukung
pertumbuhannya. Dengan demikian, pemberian stimulan akar organik dapat
merangsang pertumbuhan tanaman dan penyerapan unsur hara yang juga
dibutuhkan pada tahap awal terinfeksi fungi ECM.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Bibit melinjo yang diberi perlakuan tingkat pangkas akar 30% dan inokulasi
fungi ektomikoriza (ECM) sebanyak 5 g/bibit mempengaruhi keberhasilan
kolonisasi fungi ECM. Kombinasi perlakuan dengan tingkat pangkas akar 30%,
inokulasi fungi ECM sebanyak 5 g/bibit dan pemberian stimulan akar organik
dengan konsentrasi 1.25% mempengaruhi pertumbuhan bibit melinjo terutama
tinggi.

16
Saran
Kombinasi perlakuan antara pangkas akar, inokulasi fungi ECM dan
pemberian stimulan akar organik memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
bibit melinjo, oleh karena itu perlu penerapan perlakuan pada tanaman kehutanan
yang lainnya untuk mengetahui pengaruhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adisetia R. 2015. Pengaruh pemberian stimulan akar organik terhadap tingkat
kolonisasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo (Gnetum gnemon Linn)
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2003. Biologi. Manalu W, penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Biology.
Darwo, Sugiarti. 2008. Beberapa jenis cendawan ektomikoriza di kawasan hutan
Sipirok Tongkoh dan Aek Nauli Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam 5(2):157-173.
Febrianingrum HW. 2014. Pruning akar untuk meningkatkan keberhasilan infeksi
ektomikoriza pada bibit melinjo (Gnetum gnemon) umur 7 bulan fungi
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hariangbanga G. 2009. Green Earth Product. Bogor (ID): Green Hearth Trainer.
Irwansyah A. 2015. Respon pertumbuhan bibit Gmelina arborea Roxb dan Tectona
grandis Linn.F. terhadap penambahan Growth Stimulant di persemaian
permanen IPB [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Jones MD, Durall DM, Cairney WG. 2003. Ectomycorrhizal fungal communities
at forest edges. New Phytologist 157:399-422.
Krüger A, Berghöfer TP, Frettinger P, Herrmann S, Buscot F, Oelmüller R. 2004.
Identification of premycorrhiza-related plant genes in the association between
Quercus robur and Piloderma croceum. New Phytologist 163:149-157. DOI:
10.1111/j.1469-8137.2004.01091.x
Kurniawan A. 2014. Keberhasilan aplikasi pangkas akar dan inokulasi fungi
ektomikoriza pada bibit melinjo (Gnetum gnemon) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Lee SS, Patahayah M, Chong WS, Lapeyrie F. 2008. Successful ectomycorrhizal
inoculation of two dipterocarp species with a locally isolated fungus in
Penisular Malaysia. Journal of Tropical Forest Science 20(4):237-247.
Lestari P. 2012. Perbaikan pertumbuhan tanaman pinus (Pinus merkusii Jungh. De
Vriese). Dengan tehnik Lateral Root Manipulation (LRM) di lahan pasca
tambang pasir kuarsa PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lewenussa A. 2009. Pengaruh mikoriza dan bio organik terhadap pertumbuhan
bibit Cananga odorata (Lamk) Hook.Fet & Thoms [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Lunt PH, Hedger JN. 2003. Effect of organic enrichment of mine spoil on growth
and nutrient uptake in oak seedlings inoculated with selected ectomychorrizal
fungi. Restoration Ecology 11(2):125-130.

17
Pourmajidian MR, Ammi S, Taban M, Spahbodi K, Parsakhoo A. 2009. Effect of
the extent of root pruning on growth, biomass, and nutrient content of oak
(Quercus castaneifolia C.A.Mey,) seedlings. JABS 3(1):87-91.
Riyanto D. 2003. Respon pertumbuhan stek Shorea selanica BL. terhadap
pemberian asam humat dan inokulasi cendawan ektomikoriza [skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Jurusan Manajemen Hutan. Institut
Pertanian Bogor.
Sumadi AA. 1999. Pemberian cendawan mikoriza arbuskula dan bio nature pada
hasil perbanyakan kultur jaringan kentang (Solanum tuberosum L) saat
aklimatisasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Valdes M, Pereda V, Ramírez P, Valenzuela R, Pineda RM. 2009. The
ectomycorrhizal community in a Pinus oaxacana forest under different
silvicultural treatments. Journal of Tropical Forest Science 21(2):88–97.
Warren JM, Brooks JR, Meinze FC, Eberhart JL. 2008. Hydraulic redistribution of
water from Pinus ponderosa trees to seedling: evience for an ectomycorrhizal
pathway. New Phytologist 178:382-394. DOI: 10.1111/j.1469.8137.2008.
02377.x.
Wulandari AS, Supriyanto. 2013. Teknik pangkas akar untuk meningkatkan
produksi bibit bermikoriza. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 18 (3):167-171.
Wulandari AS, Supriyanto, Febrianingrum HW. 2013. Pruning akar: teknik untuk
meningkatkan kolonisasi ektomikoriza pada akar melinjo. [editor tidak
diketahui]. Mikoriza untuk Membangun Kemandirian Pertanian dan
Pelestariam Lingkungan Hidup. Prosiding Seminar Nasional Mikoriza III;
2013 Nov 25-26; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Seameo Biotrop. hlm: 21-22.

18
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Windy Andini dilahirkan di Bogor pada 9 Oktober
1992. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang dibesarkan
dengan kasih sayang oleh ibu bernama Latipah dan ayah yang bernama Wahyudin.
Tahun 2011 penulis lulus dari Madrasah Aliyah Al - Haitsam dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui SNMPTN
Jalur Undangan dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.
Penulis aktif dalam kegiatan MBKB (Merangkai Bunga Kering & Buatan) dan
kegiatan lingkungan baik di lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam keanggotaan TGC (Tree Grower
Community), sekertaris IPB Entrepreneur Community dan beberapa kepanitiaan
kegiatan di dalam kampus maupun di luar kampus. Penulis aktif sebagai peserta
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh DIKTI pada tahun 2013
dibidang kewirausahaan yang berjudul “Kreasi Biodiversitas Tanaman sebagai
Peluang Greenpreneurship Industri Kreatif Berbasis Edukasi-Konservasi” dan pada
tahun 2014 dibidang pengabdian masyarakat yang berjudul “Pendidikan Kreatif Seni
Bunga Tekan (Oshibana) Bagi Siswa SMPIT Nurul Fajar Sebagai Sarana Mencintai
Biodiversitas Tanaman Indonesia”.
Penulis pernah melaksanakan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Sancang Timur-Papandayan, kegiatan Praktik Pengelolaan Hutan (P2H)
di Hutan Pendidikan Gunung Walat, kegiatan Praktik Kerja Profesi (PKP) di Perum
Perhutani KPH Garut Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, serta kegiatan
Program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (UPSUS
PAJALE) Kerjasama Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Kementerian
Pertanian Republik Indonesia Periode Mei-Juni 2015 di Kabupaten Karawang.
Guna memperoleh sarjana kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Kombinasi Perlakuan Pangkas Akar, Inokulasi Fungi
Ektomikoriza dan Stimulan Akar Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Melinjo”
di bawah bimbingan Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS.