Pengaruh Pemberian Stimulan Akar Organik Terhadap Tingkat Kolonisasi Fungi Ektomikoriza Pada Bibit Melinjo (Gnetum Gnemon L.).

PENGARUH PEMBERIAN STIMULAN AKAR ORGANIK TERHADAP
TINGKAT KOLONISASI FUNGI EKTOMIKORIZA PADA BIBIT
MELINJO (Gnetum gnemon L.)

RIZKI ADISETIA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul pengaruh pemberian
stimulan akar organik terhadap tingkat kolonisasi fungi ektomikoriza pada bibit
melinjo (Gnetum gnemon L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Rizki Adisetia
NIM E4411004

ABSTRAK
RIZKI ADISETIA. Pengaruh Pemberian Stimulan Akar Organik terhadap Tingkat
Kolonisasi Fungi Ektomikoriza pada Bibit Melinjo (Gnetum gnemon L.).
Dibimbing oleh ARUM SEKAR WULANDARI.
Pemberian stimulan akar organik mampu meningkatkan pertumbuhan akar
lateral baru. Kegiatan pemberian stimulan akar organik pada akar bibit melinjo
diharapkan dapat meningkatkan kolonisasi fungi ektomikoriza pada akar bibit
melinjo. Penelitian ini bertujuan menetapkan konsentrasi stimulan akar organik
yang dapat meningkatkan kolonisasi akar oleh fungi ektomikoriza pada bibit
melinjo yang telah diberi perlakuan inokulasi fungi ektomikoriza dan pangkas akar.
Penelitian ini dilakukan di rumah kaca selama 33 minggu. Konsentrasi stimulan
akar organik yang digunakan yaitu 0.00%, 1.00%, 1.25% dan 1.67%. Pemberian
stimulan akar organik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit melinjo
dengan peubah tinggi, diameter, berat basah pucuk, berat kering pucuk dan berat

basah akar. Pemberian pupuk stimulan akar organik berpengaruh terhadap
penambahan jumlah akar yang bercabang hingga 1−3 dan banyaknya cabang baru
2−4. Pemberian pupuk stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.67%
memberikan hasil terbaik untuk tingkat kolonisasi ektomikoriza yaitu sebesar
58.47% pada akar bibit melinjo.
Kata kunci: ektomikoriza, Gnetum gnemon, Scleroderma, stimulan akar organik

ABSTRACT
RIZKI ADISETIA. Effect of Organic Root Stimulants against Fungi
Ectomycorrhizal colonization rate on Seed Melinjo (Gnetum gnemon L.).
Advisor by ARUM SEKAR WULANDARI.
Application of organic root stimulants can increase the growth of new
lateral roots. T r e a t m e n t b y u s i n g o rganic root stimulant on melinjo
seedling roots is expected to increase the colonization of ectomycorrhizal fungi.
The purpose of this research to determine the optimal concentration of an
organic root stimulant, that can increase root colonization caused by the
ectomycorrhizal fungi on ectomycorrhizal inoculated seeds and root pruning
treatment. This research was conducted in a greenhouse and for 33 weeks. The
concentration of organic root stimulant used are 0.00%, 1.00%, 1.25% and
1.67%. Treatment by organic root stimulant significantly affect seedling growth

a long with variable height, diameter, shoot wet weight, shoot dry weight and
roots wet weight. Its affect increase the number of root branching incrased until
1−3 and followed by 2−4 of new branches. Organic root stimulant application
with a concentration of 1.67% provides the best results for ectomycorrhizal
colonization level that is equal to 58.47% at the roots of melinjo.
Key word: ectomycorrizhal, Gnetum gnemon, Scleroderma, organic root stimulant

PENGARUH PEMBERIANSTIMULAN AKAR ORGANIK TERHADAP
TINGKAT KOLONISASI FUNGI EKTOMIKORIZA PADA BIBIT
MELINJO (Gnetum gnemon L.)

RIZKI ADISETIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi

: Pengaruh Pemberian Stimulan Akar Organik terhadap Tingkat
Kolonisasi Fungi Ektomikoriza pada Bibit Melinjo
(Gnetum gnemon L.)
Nama mahasiswa : Rizki Adisetia
NRP
: E44110049

Menyetujui,
Pembimbing

Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS
Pembimbing


Mengetahui,
Ketua Departemen Silvikultur

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah pengaruh
pemberian stimulan akar organik yang optimal terhadap pertumbuhan tanaman
melinjo (Gnetum gnemon L.).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS
selaku pembimbing skripsi, serta Bapak Dr Ir Yadi Setiadi, Msc yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada CV Akar
Langit Bumi yang telah menyediakan bahan stimulan akar organik, Tria Nur’aini,
Siti Jaenab dan teman-teman Silvikultur 48 yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,

serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Rizki Adisetia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Perumusan Masalah

2

Manfaat Penelitian

2

METODOLOGI


2

Bahan

2

Alat

2

Penyiapan bahan

2

Metode

3

Pengambilan Data


3

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Hasil

5

Pembahasan

7

SIMPULAN DAN SARAN


9

Simpulan

9

Saran

9

DAFTAR PUSTAKA

9

LAMPIRAN

12

RIWAYAT HIDUP


13

DAFTAR TABEL
1 Pertumbuhan bibit melinjo yang diberi perlakuan konsentrasi pupuk
stimulan akar organik selama 8 bulan pengamatan
2 Tingkat kolonisasi ektomikoriza dan bibit bermikoriza pada bibit
melinjo dengan perlakuan pemberian stimulan akar organik

5
7

DAFTAR GAMBAR
1 Performansi bibit melinjo yang telah diberi perlakuan pemberian pupuk
stimulan akar organik dan performansi akar bibit melinjo
2 Percabangan akar melinjo setelah diberi perlakuan pemberian pupuk
stimulan akar organik konsentrasi 0%, konsentrasi 1.67%
3 Infeksi fungi ektomikoriza infeksi oleh Scleroderma sp.
infeksi oleh Scleroderma sinannmariense

DAFTAR LAMPIRAN

1 Produk stimulan akar organik
2 Rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan bibit melinjo yang diberi perlakuan
stimulan akar organik

6
6
7

12
12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman melinjo memiliki banyak kegunaan mulai dari daun hingga
buahnya yang dapat diolah menjadi beberapa bahan makan dan dijadikan sebagai
bahan dasar pembuatan produk khas seperti (emping). Selain itu, tanaman melinjo
dapat dijadikan tanaman reboisasi dan tanaman reklamasi. Pohon melinjo
termasuk ke dalam famili Gnetaceae. Pohon melinjo termasuk tumbuhan berbiji
terbuka (Gymnospermae) karena bijinya tidak memilki daging buah, melainkan
hanya kulit luarnya saja. Tanaman melinjo memiliki tinggi pohon 10−15 m
dan diameter 40 cm (Cadiz dan Florido 2001). Batangnya berkayu dengan
bentuk membulat atau teres. Daun melinjo merupakan daun tunggal yang
terdiri atas tangkai daun dan juga helai daun, daunnya berwarna hijau tua, lembut,
mengkilap, bentuk opposite, ukuran panjang daunnya 10−20 cm dan lebarnya 4−7
cm (Harley 2006).
Melinjo (Gnetum gnemon L.) termasuk tanaman yang mampu hidup di
tempat dengan kondisi miskin unsur hara dan kekurangan air. Hal ini
dimungkinkan karena kemampuan tanaman berasosiasi mutualisme dengan fungi
ektomikoriza dari genus Scleroderma. Ada dua morfotipe ektomikoriza yaitu
kuning dan putih. Morfotipe yang kuning lebih tersebar luas, teridentifikasi
secara morfologi dan molekular sebagai Scleroderma sinnamariense
sedangkan morfotipe yang memiliki warna putih teridentifikasi sebagai genus
Scleroderma sp. (Bechem dan Alexander 2012).
Ektomikoriza merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualistik
antara fungi pembentuk ektomikoriza dengan akar tanaman tingkat tinggi,
tanaman memperoleh nutrisi sedangkan fungi memperoleh senyawa karbon hasil
fotosintesis (Smith dan Read 2008). Beberapa manfaat ektomikoriza bagi
pertumbuhan tanaman antara lain; mikoriza membantu penyerapan unsur hara
(Allen et al. 2003; Dehlin et al. 2004; Lilleskov et al. 2002; Baghel et al. 2009).
Bibit yang bermikoriza mempunyai karakter yang cukup baik dan mudah
beradaptasi dengan lingkungan yang baru sehingga dapat mengurangi tingkat
kegagalan dalam pembangunan hutan (Valdes et al. 2009). Produksi bibit
bermikoriza dapat ditingkatkan dengan kegiatan pangkas akar, yang dipadukan
dengan inokulasi buatan saat tanaman masih muda (Wulandari dan Supriyanto
2013). Pemberian stimulan akar organik pada bibit melinjo merupakan cara untuk
meningkatkan kolonisasi ektomikoriza pada akar bibit melinjo, hal ini karena
stimulan akar organik mampu meningkatkan pertumbuhan akar lateral baru
(Setiadi 2009), yang mudah diinfeksi oleh fungi ektomikoriza. Kandungan
stimulan akar organik ialah pupuk cair hasil dekomposisi dari bahan-bahan
organik dengan kandungan asam humat (HSC), asam amino, mineral dan katalis
(Hariangbanga 2009).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menetapkan konsentrasi stimulan akar organik yang
dapat meningkatkan kolonisasi akar oleh fungi ektomikoriza pada bibit melinjo
yang telah diberi perlakuan inokulasi fungi ektomikoriza dan pangkas akar.

2
Perumusan masalah
Pangkas akar dapat meningkatkan hasil kolonisasi ektomikoriza pada
bibit melinjo. Pemangkasan akar yang dikombinasikan dengan inokulasi
ektomikoriza dapat meningkatkan jumlah bibit melinjo terinfeksi dan
persentase kolonisasi akar oleh ektomikoriza (Wulandari dan Supriyanto 2013).
Kegiatan LRM (lateral root manipulation) atau pangkas akar yang dipadukan
dengan pemberian stimulan akar organik pada tanaman dengan pertumbuhan
stagnan, mampu meningkatkan percabangan akar lateral baru yang membantu
penyerapan hara dalam tanah sehingga tanaman dapat tumbuh normal (Setiadi
2009). Permasalahannya ialah: apakah pemberian stimulan akar organik mampu
meningkatkan koloniasi fungi ektomikoriza pada akar bibit melinjo yang telah
diberi perlakuan pangkas akar dan inokulasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo.
Manfaat
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai konsentrasi
stimulan akar organik yang optimal untuk meningkatkan kolonisasi ektomikoriza
pada bibit melinjo sehingga bibit melinjo dapat tumbuh dan berkualitas lebih baik.

METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di rumah kaca bagian Silvikultur Departemen
Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaannya
bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Januari 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plastik anti panas berukuran
2 kg, gelas plastik, karet gelang, sekop, polibag berukuran 20 cm x 7 cm, alat tulis,
kaliper digital, sendok, alat penyiram, otoklaf, ember, software Ms. Word, Ms.
Excel dan software SAS 9.1.3 portabel, kamera digial, bak kecambah berukuran
45x25x10 cm dan tally sheet. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tanaman melinjo, tanah, kompos, arang sekam, kokopit dan pupuk stimulan akar
organik.
Penyiapan Bahan
Media tanam. Media tanam yang digunakan adalah tanah, kompos, kokopit
dan arang sekam.Sebelum dicampur, media disterilkan terlebih dahulu dengan
menggunakan otoklaf pada suhu 1210C, tekanan 1 atm, selama 1 jam.
Pencampuran media dilakukan dengan mencampurkan tanah, kokopit, dan
kompos dengan nisbah 4:2:4 terlebih dahulu. Media yang telah tercampur
kemudian ditambahkan arang sekam dengan nisbah media : arang sekam = 9:1.
Media tanam yang sudah tercampur merata dimasukkan ke dalam polibag.
Bibit melinjo. Bibit melinjo yang digunakan adalah bibit yang berasal dari
daerah Purworejo, Jawa Tengah dan tidak berektomikoriza, memiliki tinggi 30–40

3
cm. Akar bibit dicuci untuk menghilangkan tanah yang menempel pada akar. Akar
lateral bibit dipangkas sebanyak +30%. Daun dipotong +50% dari luas permukaan
keseluruhan, untuk mengurangi transpirasi tanaman akibat pemangkasan akar.
Larutan stimulan akar organik. Larutan stimulan akar organik diperoleh
dari CV Akar Bumi Langit (Lampiran 1). Konsentrasi yang digunakan yaitu
0.00%, 1.00%, 1.25% dan 1.67%. Penentuan taraf konsentrasi dilakukan
berdasarkan penelitian pendahuluan yang menggunakan konsentrasi di atas 1.67%,
yaitu 2.50%, 5.00% mengakibatkan bibit melinjo menunjukan gejala terbakar.
Larutan dengan konsentrasi 0.00% tidak ditambahkan stimulan akar organik
(sebagai perlakuan kontrol). Konsentrasi 1% dibuat dengan cara melarutkan 10
mL stimulan akar organik ke dalam 1 L air (1:100), untuk konsentrasi 1.25%
dibuat dengan cara melarutkan 12.5 mL stimulan akar organik ke dalam 1 L
(1:80) air dan konsentrasi 1.67% dibuat dengan cara melarutkan 16.7 mL stimulan
akar organik ke dalam 1 L air (1:60).
Inokulum Fungi Ektomikoriza. Inokulum yang digunakan berupa inokulum
tanah yang diambil dari media tanam bibit melinjo berektomikoriza. Inokulum
yang digunakan sebanyak 5g/bibit. Jenis ektomikoriza yang digunakan ialah S.
sinnamariense dan Scleroderma sp.
Metode
Bibit melinjo yang sudah disiapkan, direndam dalam larutan stimulan akar
organik sesuai dengan konsentrasi yang telah dibuat sebelumya selama 24 jam.
Bibit melinjo yang telah direndam selanjutnya ditanam dalam polibag yang telah
diisi dengan media tanam. Inokulasi dilakukan dengan meletakkan inokulum
fungi ektomikoriza dekat perakaran bibit melinjo, kemudian lubang tanam ditutup
oleh media tanam. Pemeliharan bibit melinjo yang dilakukan ialah (1) penyiraman
yang dilakukan di pagi hari dengan interval 2−3 hari sekali, dan (2) kegiatan
penyiangan bibit yang dilakukan jika terdapat gulma dalam polibag.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Tinggi Bibit (cm). Pengukuran tinggi bibit dilakukan dengan
menggunakan penggaris. Bibit diukur mulai dari leher akar (batas antara
batang dengan akar diatas permukaan tanah) hingga pucuk. Pengukuran
dilakukan setiap 2 minggu selama 33 minggu.
Diameter Batang (mm). Pengukuran diameter dilakukan dengan
menggunakan kaliper. Bibit diukur dengan jarak 1–2 cm di atas leher akar yang
sudah diberi tanda kayu lidi untuk mengurangi kesalahan pada saat pengukuran.
Pengukuran dilakukan setiap 6 minggu selama 33 minggu.
Biomassa Akar dan Pucuk (g). Perhitungan biomassa dilakukan dengan
mengukur berat basah (BB) dan berat kering (BK) akar dan pucuk. Pengambilan
data ini dilakukan pada minggu ke-33. Pengukuran berat basah dan berat kering
pada akar dan pucuk dilakukan dengan cara memisahkan tanaman dari media
tanam kemudian akar dicuci dari kotoran dan tanah yang menempel. Setelah
bersih bagian akar dan pucuk dipisahkan. Pucuk dan akar kemudian ditimbang
berat basahnya menggunakan neraca. Berat basah total diperoleh dengan cara
menjumlahkan berat basah pucuk dan akar. Pucuk dan akar dikeringkan dalam
oven pada suhu 70 0C selama 5 hari, kemudian ditimbang berat keringnya.
Pengamatan Akar. Pengamatan dilakukan dengan cara memisahkan bibit
dari media tanam, kemudian diamati dengan menggunakan kaca pembesar.

4
Pemeriksaan dilakukan pada minggu ke-33. Pemeriksaan dilakukan untuk
mengetahui persentase kolonisasi ektomikoriza, pertumbuhan akar setelah
dipangkas, dan jumlah bibit yang terinfeksi. Pertumbuhan akar setelah dipangkas
diamati dengan menghitung jumlah akar yang bercabang akibat pemangkasan akar
dan banyaknya cabang yang terbentuk. Persentase kolonisasi ektomikoriza dan
bibit terinfeksi dihitung dengan menggunakan rumus:
Persentase akar bermikoriza =
Persentase bibit bermikoriza =

Jumlah akar lateral bermikoriza
×100%
Jumlah seluruh akar lateral
Jumlah bibit bermikoriza
×100%
Jumlah seluruh bibit yang diamati

Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) (Lampiran 2). Setiap perlakuan terdiri atas 4 ulangan, setiap ulangan
terdiri atas 5 unit tanaman bibit melinjo, dengan 1 faktor yaitu konsentrasi
stimulan akar organik. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
pengukuran di lapangan dianalisis dengan menggunakan rancangan acak lengkap,
dalam model linear:
Keterangan:

Yijk = µ +τi + εij

Yij = Pengamatan pada perlakuan konsentrasi stimulan akar organik ke-i dan
ulangan ke-j
µ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan konsentrasi stimulan akar organik ke-i
εijk= Pengaruh acak pada perlakuan konsentrasi stimulan akar organik ke-i
ulangan ke-j
Bentuk hipotesisnya yang diuji adalah :
Ho :τi = … = τ10 = 0 (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon
pemberian stimulan akar organik yang diamati)
Hi : paling sedikit ada satu perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap
respon pemberian stimulan akar organik yang diamati stimulan akar
organik dimana τi ≠ 0
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan sidik ragam dengan uji F.
Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistika SAS 9.1.3, jika:
a.
Nilai P-value lebih dari α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan
tidak berpengaruh nyata terhadap parameter diameter, tinggi, dan biomasa.
b.
Nilai P-value kurang dari α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata terhadap parameter diameter, tinggi, dan biomasa. Jika
terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji jarak berganda Duncan.

5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertumbuhan Bibit Melinjo
Pertumbuhan bibit melinjo yang diamati meliputi perkembangan akar bibit
dan pertumbuhan tajuk bibit. Hasil analisis ragam data pertumbuhan bibit melinjo
yang diberi perlakuan konsentrasi pupuk stimulan akar organik dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Lampiran 2.
Tabel 1 Pertumbuhan bibit melinjo yang diberi perlakuan konsentrasi pupuk
stimulan akar organik selama 8 bulan pengamatan
Peubah
Uji F
Konsentrasi stimulan akar organik (%)
Perkembangan akar bibit
Jumlah akar yang bercabang
Banyaknya cabang baru
Pertumbuhan tajuk bibit
Diameter (mm)
Tinggi (cm)
Berat basah pucuk (g tanaman-1)
Berat kering pucuk (g tanaman-1)
Berat basah akar (g tanaman-1)
Berat kering akar (g tanaman-1)

0.00

1.00

1.25

1.67

*
*

3.32b
2.19b

3.31b
2.57b

3.00b
2.62b

4.12a
3.75a

*
*
*
*
*
tn

2.57b
38.52b
7.15b
2.57b
3.90b
1.19a

2.59b
38.37b
7.24b
2.51b
4.39b
1.13a

2.68b
41.67ab
7.69b
2.52b
5.04ab
1.20a

3.57a
48.21a
8.57a
3.56a
5.81a
1.38a

Angka-angka pada kolom yang sama, yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, tn: tidak berbeda nyata, *: berbeda nyata
pada taraf uji 5%.
Tabel 1 menunjukkan data pertumbuhan bibit melinjo yang diberi perlakuan
dengan stimulan akar organik pada beberapa konsentrasi, yaitu 0.00%, 1.00%,
1.25% dan 1.67%. Untuk konsentrasi 0.00% dan 1.00% tidak memberikan
pengaruh nyata pada seluruh peubah, sedangkan konsentrasi 1.25% memberikan
pengaruh nyata hanya untuk peubah tinggi dan berat basah akar bibit melinjo.
Pupuk stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.67% (1:60) memberikan hasil
yang terbaik terhadap peubah jumlah akar yang bercabang, banyaknya cabang
baru, diameter, tinggi, berat basah pucuk, berat basah akar, dan berat kering pucuk
bibit melinjo dibandingkan dengan konsentrasi stimulan akar organik lainnya,
namun tidak berpengaruh nyata pada berat kering akar.
Pemberian stimulan akar organik memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan bibit melinjo, hal ini dapat dilihat dari dimensi bibit yang diberi
stimulan akar organik. Bibit yang diberi stimulan akar organik dengan konsentrasi
1.67% menunjukan performansi yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol
(Gambar 1a) dan merangsang pertumbuhan akar lateral baru (Gambar 1b).

6

Gambar 1 Performansi tanaman dari setiap konsentrasi stimulan akar organik (a)
performansi akar dari setiap konsentrasi stimulan akar organik (b)
Tingkat Kolonisasi Ektomikoriza
Pemberian stimulan akar organik memberikan rangsangan terhadap
pertumbuhan akar lateral baru. Pada akar yang tidak diberikan stimulan akar
organik, sangat sedikit terdapat pertumbuhan akar lateral baru dan cabang akar
baru yang terbentuk (Gambar 2a) sedangkan pemberian pupuk stimulan akar
organik dapat meningkatkan jumlah akar yang bercabang hingga 2−4 akar dan
banyaknya cabang baru hingga 1−3 percabangan (Gambar 2b).

7
b

a

Gambar 2 Percabangan akar melinjo setelah diberi perlakuan pemberian pupuk
stimulan akar organik (a) konsentrasi 0.00%, (b) konsentrasi 1.67%
Pengamatan persentase bibit terinfeksi fungi ektomikoriza dilakukan pada
bulan terakhir pengamatan. Bibit melinjo yang terinfeksi dapat dilihat pada
Gambar 2.
a

Gambar

b

3

Infeksi fungi ektomikoriza (a) infeksi oleh Scleroderma
sinannmariense (b) infeksi oleh Scleroderma sp.
Bibit melinjo yang terinfeksi oleh S. sinannmariense mempunyai ciri khas
yang berbeda dari fungi Scleroderma lainnya. Hifanya berwarna kuning (Gambar
3a), warnanya begitu mencolok hingga mudah untuk dibedakan dengan hifa
fungi ektomikoriza lainnya, sedangkan yang terinfeksi oleh Scleroderma sp.
mempunyai mantel yang berwarna putih (Gambar 3b). Mantel terdiri atas
kumpulan hifa yang mempunyai sambungan apit (ciri dari kelas
Basidiomycetes) (Heinonsalo & Sen 2007). Ektomikoriza pada akar melinjo
mempunyai percabangan monopodial.

8
Tabel 2 Tingkat kolonisasi ektomikoriza dan bibit bermikoriza pada bibit
melinjo dengan perlakuan pemberian stimulan akar organik
Peubah
Konsentrasi stimulan akar organik (%)
Bibit bermikoriza (%)
Kolonisasi mikoriza (%)

0.00
100.00a
25.71b

1.00
100.00a
18.67b

1.25
100.00a
32.88b

1.67
100.00a
58.47a

Angka-angka pada kolom yang sama yang dikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5%, *: berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Tabel 2 menunjukkan semua bibit melinjo yang diamati terinfeksi oleh
fungi ektomikoriza. Hal ini terjadi pada bibit melinjo yang tidak diberi stimulan
akar organik maupun yang diberi stimulan akar organik. Tingkat kolonisasi pada
akar bibit melinjo oleh fungi ektomikoriza paling baik pada bibit melinjo yang
diberi stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.67%.
PEMBAHASAN
Melinjo merupakan tanaman yang dapat berasosiasi dengan fungi
ektomikoriza. Mikoriza yang berasosiasi dengan tanaman melinjo secara khusus
dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman melinjo dengan cara
memperluas bidang penyerapan akar. Hal ini karena ektomikoriza mempunyai
mantel, Hartig-net dan hifa eksternal yang membantu akar dalam penyerapan
nutrisi pada tanaman. Kolonisasi fungi ektomikoriza yang terbentuk pada bibit
melinjo inilah yang membantu dalam penyerapan nutrisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan bibit melinjo.
Kolonisasi ektomikoriza pada bibit melinjo dapat ditingkatkan dengan teknik
pangkas akar (Wulandari et al. 2013). Pemangkasan akar dan inokulasi
ektomikoriza memberikan pengaruh nyata pada persentase kolonisasi akar oleh
ektomikoriza, persentase tanaman terinfeksi, jumlah akar yang bercabang dan
banyaknya akar yang bercabang pada bibit melinjo 3−4 bulan setelah bibit
diinokulasi (Wulandari dan Supriyanto 2013). Hal ini karena pemangkasan akar
mampu merangsang pertumbuhan dan percabangan akar baru sehingga lebih
mudah dikolonisasi oleh fungi ektomikoriza (Wulandari et al. 2013).
Pada penelitian ini aplikasi pangkas akar yang dipadukan dengan pemberian
stimulan akar organik pada akar melinjo yang diinokulasikan dengan fungi
ektomikoriza memberikan hasil yang lebih baik untuk kolonisasi akar oleh fungi
ektomikoriza (jumlah percabangan akar baru dan banyaknya akar yang bercabang,
pertumbuhan tinggi, diameter, berat basah akar, berat basah pucuk dan berat
kering pucuk pada bibit melinjo) dibandingkan dengan menggunakan aplikasi
pangkas akar saja. Hal ini karena: 1) pemberian stimulan akar organik mampu
meningkatkan tingkat kolonisasi fungi ektomikoriza pada akar bibit melinjo. 2)
kolonisasi bibit melinjo oleh fungi ektomikoriza meningkat, sehingga
meningkatkan penyerapan nutrisi oleh akar. Peningkatan peyerapan unsur hara
menyebabkan pertumbuhan bibit melinjo lebih baik. Fungi ektomikoriza dapat
meningkatkan penyerapan unsur hara P. Peningkatan kandungan P dalam jaringan
tanaman dapat mempercepat pembelahan sel terutama pada perkembangan
jaringan meristem tanaman (Setiadi 2009), sehingga berakibat lebih lanjut
terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter pada bibit melinjo.

9
Stimulan akar organik memiliki kandungan asam amino, mineral dan HSC
(humate substance complex) yang dapat merangsang mikroorganisme untuk
mendekomposisikan bahan-bahan organik pada media tanam sehingga unsur hara
pada media tanam menjadi tersedia untuk tanaman (Lestari 2012). Aktivitas
mikroorganisme di dalam tanah juga menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan
seperti auksin, sitokinin, dan giberelin (Sumadi 1999).
Pemberian pupuk stimulan akar organik pada bibit melinjo sampai
konsentrasi 1% tidak memberikan pengaruh nyata dibandingkan dengan kontrol
(tanpa pemberian stimulan akar organik). Pemberian sampai dengan konsentrasi
1.25% memberikan pengaruh nyata terhadap 2 peubah, sedangkan pemberian
sampai dengan konsentrasi 1.67% memberikan pengaruh nyata terhadap 7 peubah
dari 8 peubah yang diamati. Berdasarkan penelitian pendahulan yang dilakukan,
pemberian stimulan akar organik konsentrasi >1.67% menyebabkan bibit melinjo
menunjukkan gejala terbakar. Pada tanaman yang terindikasi kelebihan dosis
pupuk akan terlihat gejala keracunan yang ditandai oleh mengeringnya tanaman
(batang dan daunnya mengering) akibat kelebihan dosis pupuk (Parnata 2010).
Dengan demikian tidak disarankan pemberian stimulan akar organik dengan
konsentrasi >1.67%. Pemberian stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.67%
pada bibit melinjo memberikan hasil terbaik pada seluruh peubah yang diamati,
kecuali pada peubah berat kering akar.
Pemberian pupuk stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.67%
memberikan hasil terbaik untuk tingkat kolonisasi mikoriza yaitu sebesar 58.47%.
Pemberian pupuk stimulan akar organik berpengaruh terhadap penambahan
jumlah akar yang bercabang hingga 1−3 dan banyaknya cabang baru 2−4.
Penambahan jumlah akar baru yang terbentuk dapat dihasilkan dengan kegiatan
pangkas akar dan pemberian stimulan akar organik. Pemberian stimulan akar
organik mampu meningkatkan percabangan akar lebih banyak lagi. Hal ini karena
pupuk stimulan akar organik membantu dalam merangsang perkembangan akarakar lateral yang telah dipangkas, sehingga meningkatkan penyerapan unsur hara
dan pertumbuhan bibit melinjo. Pupuk stimulan akar organik juga merangsang
kolonisasi fungi ektomikoriza karena pemberian stimulan akar organik mampu
merangsang pertumbuhan akar-akar lateral baru pada bibit melinjo. Stimulan akar
organik juga mengandung asam amino yang dapat digunakan sebagai
asupan nutrisi untuk pertumbuhan fungi ektomikoriza (Hariangbanga 2009).

10

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian pupuk stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.67% (1:60)
memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit melinjo. Pengaruh
pemberian stimulan akar organik terlihat pada peubah diameter, tinggi, jumlah
akar bercabang, banyak cabang baru, berat basah pucuk, berat basah akar dan
berat kering pucuk dan tingkat kolonisasi fungi ektomikoriza pada bibit melinjo
yang dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.
Saran
Perlakuan pemberian stimulan akar organik dengan konsentrasi 1.67% atau
1:60 memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan bibit melinjo, oleh karena
itu perlu penerapan pemberian stimulan akar organik perlakuan pada tanaman
kehutanan lainnya untuk mengetahui pengaruhnya. Perlu adanya penelitian
lebih lanjut penggunaan stimulan akar organik dengan konsentrasi di atas
1.67% dan di bawah 2.50% agar mendapatkan pengaruh yang jauh lebih baik
lagi terhadap pertumbuhan bibit melinjo dan kolonisasi fungi ektomikoriza
pada akar bibit melinjo.

DAFTAR PUSTAKA
Allen MF, Swenson W, Querejeta JJ, Warbuton LME, Treseder KK. 2003.
Ecology of mycorrhizae: A conceptual framework for complex interactions
among plants and fungi. Annu Rev Phytopathol. 41:271-303.
Baghel RK, Sharma R, Pandey AK. 2009. Activity of acid phosphatase in the
ectomycorrhizal fungus Cantharellus tropicalis under controlled conditions. J
Trop For Sci. 21(3):218-222.
Bechem EE, Alexander IJ. 2012. Mycorrhizal status of Gnetum spp. in
Cameroon: evaluating diversity with a view to ameliorating domestication
efforts. Mycorrhiza 22(2):99-108.doi:10.1007/s00572-011-0384-0.
Cadiz RT, Florido HB. 2011. BAGO Gnetum gnemon Linn. Research Information
Series on Ecosystems 13(2):3-4.
Dehlin H, Nilson MC, Wardle DA, Shevtsova. 2004. Effect of shading and humus
fertility on growth, competition and ectomycorrhizal colonization of boreal
forest tree seedling. Can J For Res. 34:2573-2586.
Hariangbanga G. 2009. Green Earth Product. Bogor (ID): Green Earth Trainer.
Harley I. Manner, Craig R. Elevitch. 2006. Gnetum gnemon (gnetum). Species
Profil for Pacific Island Agroforestry. Traditional Tree Initiative.
Heinonsalo J, Sen R. 2007. Scots pine ectomycorrhizal fungal inoculums potential
and dynamics in podzol-specific humus, eluvial and illuvial horizons one and
four growth seasons after forest clear cut logging. Can J For Res. 37:404414.doi:10.1139/X06-212.
Lilleskov EA, Fathey TJ, Hortin TR, Lovett GM. 2002. Below ground
ectomycorrhizal fungal community change over a nitrogen deposisition
gradient in Alaska.Ecology 83:104-115.

Parnata AS. 2010. Meningkatan Hasil Panen dengan Pupuk Organik.
Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka.
Lestari P. 2012. Perbaikan pertumbuhan tanaman pinus (Pinus merkusii Jungh. et
de Vriese) dengan tehnik Lateral Root Manipulation (LRM) di lahan pasca
tambang pasir kuarsa PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi [skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Setiadi Y. 2009. Reclamation and Forest Land Rehabilitation after Mining and
Oil Gas Operation. Bogor (ID): Green Earth Trainer.
Smith SE, Read DJ. 2008. Mycorhizzal Symbiosis. Third Edition. London (UK):
Academic Press.
Sumadi AA. 1999. Pemberian cendawan mikoriza arbuskula dan bio nature pada
hasil perbanyakan kultur jaringan kentang (Solanum tuberosum L) saat
aklimatisasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Valdes M, Pereda V, Ramirez P, Valenzuela R, Pineda RM. 2009. The
ectomycorrhizal community in a Pinus oaxacana forest under different
silvivultural treatment. Journal of Tropical Forest Science 21(2): 88-97.
Wulandari AS, Supriyanto, Febrianingrum HW. 2013. Pruning akar: teknik untuk
meningkatkan kolonisasi ektomikoriza pada akar melinjo. [editor tidak
diketahui]. Mikoriza untuk Membangun Kemandirian Pertanian dan Pelestarian
Lingkungan Hidup. Prosiding Seminar Nasional Mikoriza III: 2013 Nov 25-26.
Bogor, Indonesia. Bogor (ID): SEAMEO BIOTROP. hlm: 21-22.
Wulandari AS, Supriyanto. 2013. Teknik pangkas akar untuk meningkatkan
produksi bibit melinjo bermikoriza. Jurnal Ilmu Pertanian 18(3):167-171.

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Stimulan akar organik yang diperoleh dari CV Akar Langit Bumi

Lampiran 2 Layout pengacakan

Lampiran 3 Rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan bibit melinjo yang diberi
perlakuan stimulan akar organik
Peubah
Konsentrasi stimulan akar organik
(K)
Perkembangan akar bibit
Jumlah akar yang bercabang
0.05 *
Banyaknya cabang baru
0.05 *
BB akar (g tanaman-1)
0.05 *
-1
BK akar (g tanaman )
0.34 tn
Pertumbuhan tajuk bibit
Tinggi (cm)
0.05 *
Diameter (mm)
0.05 *
-1
BB pucuk (g tanaman )
0.05 *
BK pucuk (g tanaman-1)
0.05 *
Akar bermikoriza
0.00 **
Bibit bermikoriza
1.00 tn

13

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 06 Juli 1993 dari ayah Achmad
Wahjudi dan ibu Dwiastuti. Penulis adalah putra ke-2 dari 3 bersaudara.
Tahun 2011 penulis lulus dari SMAN 1 Tambun Utara Bekasi dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur SNMPTN jalur undangan dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas
Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di keanggotaan TGC
(Tree Grower Community) dan beberapa kepanitian di dalam kampus
maupun di luar kampus. Penulis pernah melaksanakan kegiatan PKMP
dengan judul Keanekaragaman Makrofauna Tanah sebagai Indikator Keberhasilan
Kegiatan Reklamasi di Lahan Bekas Tambang PT. Holcim, Sukabumi pada tahun
2014 yang didanai oleh DIKTI, penerima beasiswa Pemerintah Jawa Barat
Kabupaten Bekasi, Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Papandayan-Sancang Timur, kegiatan Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat serta kegiatan Praktik Kerja Profesi (PKP) di PT
Finnantara Intiga Sinar Mas Forestry, Kalimantan Barat.
Penulis menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan
IPB, dengan judul skripsi Pengaruh Pemberian Stimulan akar Organik terhadap
Tingkat Kolonisasi Fungi Ektomikoriza pada Bibit Melinjo (Gnetum gnemon L.)
di bawah bimbingan Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS