Penentuan Kondisi Optimum dengan x Variasi Potensial Akumulasi
Penentuan Kondisi Optimum dengan x Variasi Potensial Akumulasi
campuran Ni(II) 50 µg/L dan Fe 10 µg/L ke S = Standar deviasi/ simpangan baku dalam vessel dan ditambahkan 0,2 mL
x = nilai rata-rata
buffer amonium asetat pH 7. Kemudian
ditambahkan 0,2 mL KCl 0,1 M dan 0,2 mL larutan
kalkon konsentrasi
optimum.
Dilakukan pengukuran larutan dengan
Analisis Sampel
potensial akumulasi -0,1 V dan waktu Dimasukkan 10 mL larutan sampel ke akumulasi 80 s. Pada kondisi pengukuran
dalam vessel voltammeter. Kemudian yang sama, dilakukan pengukuran untuk
pengukuran dengan potensial -0,1 V sampai -0,6 V. Selanjutnya
dilakukan
potensial akumulasi dialurkan kurva antara potensial akumulasi
menggunakan
optimum, waktu akumulasi optimum, Vs Peak current (Ip). Kemudian didapatkan
konsentrasi kalkon optimum, dan pH potensial akumulasi optimum.
larutan optimum yang didapatkan pada keempat
prosedur
diatas. Kemudian
Penentuan Kondisi Optimum dengan
dilakukan
pengukuran dengan
Variasi Waktu Akumulasi
menggunakan metoda standar adisi untuk Dimasukkan
mendapatkan konsentrasi Ni(II) dan Fe(II) campuran Ni(II) 50 µg/L dan Fe 10 µg/L ke
10 mL
larutan standar
dalam sampel
dalam vessel dan ditambahkan 0,2 mL
buffer amonium asetat pH 7. Kemudian
Penentuan Perolehan Kembali
ditambahkan 0,2 mL KCl 0,1 M dan 0,2 mL Penentuan perolehan kembali dilakukan larutan
dengan menggunakan sampel yang diukur. Dilakukan pengukuran larutan dengan
kalkon konsentrasi
optimum.
Persen perolehan kembali diperoleh dari potensial akumulasi optimum dan waktu
perbandingan konsentrasi sampel yang akumulasi 20 s. Pada kondisi pengukuran
pengukuran dengan yang sama, dilakukan pengukuran untuk
diperoleh
dari
sejumlah konsentrasi standar dan sampel. % waktu 20 s sampai 130 s. Selanjutnya
dihitung dengan dialurkan kurva antara waktu akumulasi Vs
Peak current (Ip). Kemudian didapatkan
waktu akumulasi optimum.
% perolehan kembali = B / (A+C) x 100%
Penentuan Standar Deviasi Relatif
Keterangan :
B = Konsentrasi sampel yang diperoleh campuran Ni(II) 50 µg/L dan Fe 10 µg/L ke
A = Konsentrasi sampel
dalam vessel dan ditambahkan 0,2 mL
C = Konsentrasi standar ditambahkan buffer amonium asetat pH optimum.
Kemudian ditambahkan 0,2 mL KCl 0,1 M
III. Hasil dan Pembahasan
dan 0,2 mL kalkon optimum. Dilakukan
Kondisi Optimum Pengukuran
pengukuran dengan potensial dan waktu Pada penelitian ini dilakukan penentuan akumulasi
Ni(II) dan Fe(II) secara simultan dengan pengulangan
optimum.
Dilakukan
Voltammetri Striping Adsorptif (AdSV). Kemudian ditentukan nilai standar deviasi
optimum telah relatif dengan menggunakan rumus:
Penentuan
kondisi
dilakukan terhadap empat parameter yaitu variasi konsentrasi kalkon, variasi pH, dilakukan terhadap empat parameter yaitu variasi konsentrasi kalkon, variasi pH,
0,6 mM dipilih sebagai kondisi optimum dengan alasan pada konsentrasi kalkon 0,6
Variasi Konsentrasi Kalkon
mM terjadinya arus kompromi komplek hubungan
logam Ni dan Fe.
dengan arus puncak terhadap larutan standar Ni(II) 50 μg/L dan Fe(II) 10 μg/L
Variasi pH
dengan potensial akumulasi -0,5 Volt, waktu Pada penelitian ini ditentukan kondisi akumulasi 80 detik dan pH 6. Adapun
optimum pH larutan Ni(II) dan Fe(II) yang variasi konsentrasi kalkon antara lain : 0,1 ;
konsentrasinya 50 µg/L dan 10 µg/L. pH 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8 dan 0,9 mM..
berperan dalam meningkatkan jumlah Hasil dapat dilihat pada Gambar 1 :
senyawa kompleks atau ion asosiasi yang terbentuk pada proses adsorpsi pada elektroda
HMDE
dan mempengaruhi
kestabilannya.
Gambar 1.Kurva hubungan konsentrasi kalkon
(mM) Vs arus puncak (nA).Kondisi pengukuran: larutan standar Ni(II) 50 µg/L (
); larutan standar Fe(II) Gambar 2. Kurva hubungan pH larutan Vs arus
puncak (nA). Kondisi pengukuran: potensial akumulasi -0.5 V; waktu
10 µg/L (
); KCl 0,1 M; pH 6;
larutan standar Ni(II) 50 µg/L ( ); akumulasi 80 detik.
larutan standar Fe(II) 10 µg/L ( ); potensial akumulasi -0,5 V; waktu Dari Gambar 1 terlihat bahwa, awalnya arus
akumulasi 80 detik; konsentrasi puncak
kalkon optimum 0,6 mM.
meningkat dengan
Dari Gambar 2 terlihat pengaruh pH konsentrasi kalkon di bawah 0,7 mM untuk terhadap arus puncak (Ip) pada analisa Fe(II). Ini terjadi karena masih terdapat ion
bertambahnya
Ni(II) dan Fe(II) didapatkan kondisi yang belum membentuk senyawa optimum pada pH 7. Pada pH 7 ini kompleks dengan kalkon. Pada konsentrasi terbentuk kompleks yang stabil antara ion kalkon di atas 0,7 mM terjadi penurunan
Fe 2+
Fe 2+ dengan kalkon dan arus puncak. Hal ini disebabkan karena membentuk asosiasi ion dalam jumlah yang terjadinya kompetisi antar ligan untuk banyak sehingga dapat meningkatkan arus teradsorpsi pada permukaan elektroda dan puncak. Pada pH yang lebih kecil dari 7 membentuk kompleks dengan ion logam. arus puncak rendah karena masih terdapat Sedangkan untuk logam Ni(II) terjadi kelebihan proton yang dapat berkompetisi peningkatan arus dari konsentrasi kalkon dengan ion Ni 2+ dan Fe 2+ membentuk 0,1 mM - 0,6 mM, ini menunjukkan kompleks lain. Sebaliknya, pada pH yang pembentukan
Ni 2+ dan
komplek
Ni(II)
dengan
lebih besar dari pH 7 terjadi penurunan nilai kalkon
arus puncak akibat adanya ion H + , serta ion konsentrasi kalkon di atas 0,6 mM terjadi OH - sehingga menyebabkan ion logam penurunan arus puncak, karena terjadi membentuk hidroksidanya sehingga arus kompetisi antar pengompleks sebagai ligan yang terukur akan menurun 14 . Untuk itu pH dalam berikatan dengan ion logam sehingga
7 dipilih sebagai kondisi optimum dalam Variasi Waktu Akumulasi
analisa selanjutnya.
Penelitian selanjutnya dilakukan penentuan kondisi optimum waktu akumulasi. Waktu
Variasi Potensial Akumulasi
akumulasi yang diberikan pada penelitian Dalam penelitian ini dilakukan penentuan
ini dimulai dari 20 detik sampai 130 detik. hubungan antara potensial akumulasi dan
Hasil yang telah didapat dapat dilihat pada arus puncak yang diuji pada rentang -0,1 V
Gambar 4.
sampai dengan -0,6 V. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 4. Kurva hubungan waktu akumulasi (s)
Vs
puncak (nA).Kondisi pengukuran: larutan standar Ni(II) 50 µg/L (
arus
); larutan standar Fe(II) 10
); KCl 0,1 M; kalkon 0,6 Gambar 3. Kurva hubungan potensial akumulasi
µg/L (
mM; pH 7; potensial akumulasi (-V) Vs arus puncak (nA). Kondisi
optimum -0.2 V. pengukuran: larutan standar Ni(II) 50
µg/L (
); larutan standar Fe(II)
Waktu akumulasi adalah waktu yang
10 µg/L ( ); KCl 0,1 M; kalkon 0,6 dibutuhkan oleh analit untuk melakukan mM; pH 7; waktu akumulasi 80 detik. deposisi ke elektroda kerja. Pada kurva di atas dapat dilihat bahwa arus puncak
Potensial akumulasi adalah potensial pada saat analit terdeposisi pada elektroda kerja.
meningkat mulai dari 20 detik sampai 130 detik. Secara teori, semakin lama waktu
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa pada setiap variasi potensial akumulasi yang
deposisi maka akan semakin banyak analit yang terdeposisi pada elektroda kerja dan
diuji, memberikan nilai arus puncak yang arus puncak yang dihasilkan akan besar berbeda. Pada potensial akumulasi -0,1V
sampai -0,2V kurva naik secara signifikan, pada saat terjadi striping. Tetapi pada penelitian, arus puncak menurun pada
hal ini menyatakan terjadi proses deposisi kompleks analit pada permukaan elektroda
waktu 120 detik. Hal ini terjadi karena adanya kejenuhan pada elektroda kerja
kerja yang belum mencapai maksimum. Pada rentang potensial -0,3 sampai -0,6 V
sehingga
saat proses deposisi berlangsung, kompleks analit akan sulit
pada
kurva turun, Hal ini disebabkan karena untuk tereduksi yang mengakibatkan arus terjadi proses reduksi kompleks analit
selama proses deposisi
berlangsung,
puncak yang dihasilkan kecil. Pada waktu akumulasi 110 detik, semua analit telah
sehingga arus puncak yang didapatkan pada saat pengukuran menjadi menurun.
terdeposisi
sempurna sehingga menghasilkan arus puncak yang tinggi.
Jadi terjadi proses deposisi kompleks analit pada permukaan elektroda kerja yang
Dengan demikian waktu akumulasi 110 detik yang dipilih sebagai waktu akumulasi
mencapai maksimum di -0,2 V. Potensial
dapat dipakai untuk akumulasi
V digunakan
pada
penentuan selanjutnya. penelitian selanjutnya.