Media untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian seluruh dosen dan mahasiswa Kimia FMIPA Unand
METODE SIMULTANEOUS SACCHARIFICATION FERMENTATION (SSF)
Ichsan Marli, Marniati Salim, Zulkarnain Chaidir
3. PRODUKSI BIOETANOL MENGGUNAKAN METODA
19-25
SIMULTANEOUS SACCHARIFICATION FERMENTATION (SSF) DARI LIMBAH KULIT NANAS DENGAN PERLAKUAN BASA Nur Afdila, Marniati Salim, dan Zulkarnain Chaidir
4. OPTIMASI PENENTUAN Ni(II) DAN Fe(II) SECARA SIMULTAN
26-34
DENGAN VOLTAMMETRI STRIPING ADSORPTIF (AdSV) Raesa Pratiwi Putri, Deswati, Hamzar Suyani
5. ISOLASI DAN KARAKTERISASI TERPENOID DARI FRAKSI
35-38
AKTIF TOKSISITAS DAUN SRIKAYA (Annona squamosa L.) Ayu Muthia, Afrizal, dan Bustanul Arifin
6. PEMANFAATAN EKSTRAK ETANOL KULIT JENGKOL
39-47
(Pithecellobium jiringa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA St.37 DALAM MEDIUM ASAM KLORIDA Siska Rozi, Emriadi, dan Yeni Stiadi
7. VALIDASI METODA PENENTUAN ANTIOKSIDAN TOTAL
48-53
(DIHITUNG SEBAGAI ASAM ASKORBAT)SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN
OKSIDATOR FeCl 3 DAN PENGOMPLEK orto - FENANTROLIN Yuharmaleni Putri, Yefrida, dan Umiati Lukman
8. OPTIMASI TRANSPOR Ni (II) ANTAR FASA DENGAN
60-63
AMONIUM PIROLIDIN DITIOKARBAMAT (APDC) SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Yuliana, Djufri Mustafa, dan Olly Norita Tetra
STUDI TOKSISITAS BROMOFENOL BERDASARKAN HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR AKTIFITAS (HKSA) HALOGEN FENOL
Lucya Fitri, Emdeniz, Imelda
a Laboratorium Kimia Komputasi Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
e-mail: [email protected] Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Study quantitative analysis of the structure and activity relationship halogen phenol derivatives had been performed by multilinear regression analysis. Structural parameters were obtained from the structure geometry optimization results using semiempirical methods AM1 (Austin Model 1) and PM3 (Parameterized Model 3) while the toxic activity of the experimental was acquired from literature. Independent variables were used in Quantitative Structure Activity
Relationship (QSAR) are C 1 atom charge, O atom charge, polarizability, log P, dipole moment,
E LUMO, E HOMO and the dependent variable in the form -log IC 50 experiments. QSAR equations were obtained from PM3 method are better than AM1 method. The best QSAR equation is -log IC 50predicted = 29.556 + 20.023 (qC1) - 21.023 (qO) - 0.564 ( α) + 3.559 (log P) -0.325 (μ) + 3.151
(E HOMO ) - 10.074 (E LUMO )
(n = 10; R 2 = 0.975; SD = 0.71795899)
Toxic activity values of -log IC 50 , 2-bromophenol; 2.4-dibromophenol; 5-bromophenol; 2.3- dibromophenol;
2.3.4-tribromophenol; 2.6- dibromophenol; 2.3.4.5-tetrabromophenol; 2.3.5.6-tetrabromophenol are 0.439898; 2.295010; 2.380608; 2.92455; 3.697125; 4.009600; 4.511717; 4.915778; 5.402502;6.396181, respectively.
3.5-dibromophenol;
2.4.5-tribromophenol;
Keywords: Halogen phenol, toxicity, QSAR, AM1, PM3
sebagian besar terdiri dari antiradikal alam Fenol adalah senyawa organik aromatik
I. Pendahuluan
dan sejumlah antiradikal sintesis. 1 dengan gugus hidroksil yang terikat pada
tersubsitusi banyak banyak digunakan sebagai bahan kimia
cincin aromatik. Fenol dan turunanya
Senyawa
fenol
antiradikal dan dalam industri dan merupakan bahan yang
digunakan
sebagai
antioksidan. Antiradikal yang baik adalah berbahaya, sesuai dengan tingkat toksisitas
senyawa yang mampu membuat radikal yang
fenol dari antiradikal menjadi lebih stabil. Disamping
Contoh antioksidan dan antiradikal fenol senyawa
sintetik yang biasa digunakan adalah antiradikal dan antioksidan, yang sering
BHA(Butil Hidroksi Anisol) dan BHT(Butil digunakan saat ini adalah senyawa turunan
Hidroksi Toluene ). Kedua bahan tersebut fenol dan amina. Antiradikal golongan fenol
merupakan senyawa fenol tersubtitusi pada posisi para dan kedua posisi ortho-nya. Dari merupakan senyawa fenol tersubtitusi pada posisi para dan kedua posisi ortho-nya. Dari
struktur
antioksidan
suatu seri senyawa. 6-7
berpengaruh terhadap daya antioksidan senyawa. BHT dengan subtituen t-butil
Pada penelitian ini dilakukan analisis studi pada dua posisi ortho dan para-nya
senyawa turunan fenol menyumbang aktivitas antioksidan lebih
toksisitas
berdasarkan HKSA, dengan menggunakan kuat dibanding dengan BHA. 2-3 parameter
struktural molekul secara kuantitatif dari beberapa halogen fenol Kajian Hubungan Kuantitatif Struktur-
dengan menggunakan metode semiempiris Aktivitas (HKSA) antara toksisitas senyawa
PM3 dan AM1. Parameter yang dihitung fenol dengan menggunakan parameter
antara lain: qC1, qO, E HOMO , E LUMO , hidrofobik dan lipofilitas telah banyak
polarizability (α), Log P, momen dipol ( ). dilakukan. Kajian ini mempelajari korelasi
Hubungan kuatitatif antara variabel terikat secara kuantitatif antara struktur molekul
dengan variabel bebas ini diolah dengan dan nilai aktivitas biologis yang terukur
menggunakan metode statistik multilinear secara eksperimen. Struktur suatu senyawa
menggunakan program SPSS for windows dapat direpresentasikan sebagai parameter
fisik dan kimiawi (analisis Hansch), variabel indikator (analisis Free- Wilson) atau
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dengan peninjauan sifat molekular secara
hubungan kuantitatif antara aktivitas toksik tiga
-log IC 50 dengan struktur molekul dan Berdasarkan
dimensi (analisis
HKSA-3D).
elektronik derivat fenolnya yang telah digunakan, analisa HKSA digolongkan
eksperimen dan dalam 3 metode, yaitu metode Hansch,
didapatkan
secara
memprediksi nilai toksisitas (-log IC 50 ) metode Free-Wilson dan metode 3 dimensi
senyawa turunan fenol yang belum ada nilai (Comparative
aktivitasnya dari hasil perhitungan secara (CoMFA)). Metode Hansch berkembang
eksperimen .
dari pemikiran bahwa interaksi senyawa dengan reseptor terjadi karena adanya efek
Hasil penelitian ini diharapkan dapat gaya-gaya intermolekular seperti interaksi
melengkapi informasi tentang nilai toksik hidrofobik,
suatu senyawa derivat fenol, sehingga elektrostatik dan efek sterik senyawa. 4-5 bermanfaat bagi pengguna derivat fenol, baik untuk digunakan sebagai parameter
Perkembangan kimia
komputasi
aktifitas toksisitas.
memungkinkan untuk
perhitungan
kuantum suatu senyawa sehingga dapat
II. Metodologi Penelitian
diperoleh struktur elektronik senyawa
2.1. Peralatan dan instrumentasi tersebut, yang dapat dinyatakan dengan
Alat-alat yang digunakan yaitu Sebuah parameter muatan atom, momen dwikutub,
perangkat keras berupa komputer dengan kerapatan elektron dan lain-lain. Analisis
processor Intel ® Atom TM N2600 1.66 GHz, HKSA-3D dikembangkan sebagai antisipasi
memory 2.00 GB . Perangkat lunak kimia permasalahan yang terdapat pada metode
program Hyperchem ™ for Hansch, yaitu senyawa-senyawa enantiomer
komputasi:
windows versi 7.0. dan program Statistical yang memiliki kuantitas sifat fisikokimia
Package for Service Solutions (SPSS) for yang sama, tetapi memiliki aktivitas biologis
Windows versi 17.0.Bahan yang digunakan berbeda. Richard Cramer menggunakan
dalam penelitian ini adalah satu seri prosedur analisis perbandingan medan
senyawa derivat fenol serta nilai aktivitas molekular (Comparative Molecular Field
toksik (-log IC 50 ) yang diungkapkan dalam Analysis, CoMFA ) dalam metode HKSA-3D
jurnal P.Yan-Fen dan L.Tian-Bao. 8 ini. CoMFA berusaha untuk menyusun suatu hubungan antara aktivitas biologis
Tabel 1. Nilai aktivitas toksik senyawa derivat tersedia dibuat variasi variabel bebas, fenol hasil eksperimen 8 sehingga akan didapatkan beberapa bentuk
No. Senyawa alternatif model persamaan. Untuk setiap ekperiment model
-log IC 50
persamaan
alternatif didapat
1 3-florofenol
beberapa parameter statistik seperti R, R 2 ,
2 3-klorofenol
SD dan F hit /F tab . Dari semua bentuk
didapatkan dipilih
4 2,4-diklorofenol
beberapa persamaan yang dianggap baik
parameter statistik.
6 3-kloro-4-florofenol
Persamaan yang diperoleh digunakan untuk
7 2,4,5-triklorofenol
menghitung aktivitas toksik prediksi. Untuk mengetahui kualitas dan kemampuan
8 2,3,5,6-tetraklorofenol
memprediksi dari setiap model persamaan,
9 2,3,5,6-tetraflorofenol
maka dihitung harga PRESS-nya.
10 Fenol
Nilai PRESS didapatkan dari persamaan:
2.2. Prosedur penelitian Pada penelitian ini, untuk menggambarkan struktur yang sebenarnya setiap senyawa
dibuat model struktur 3D menggunakan Persamaan yang mempunyai nilai PRESS paket
terkecil dipilih sebagai persamaan yang selanjutnya adalah melakukan optimasi
terbaik untuk memprediksi nilai –log IC 50 geometri molekul berupa minimasi energi
menurut metode HKSA. Bila semua molekul untuk memperoleh konformasi
parameter statistik dan nilai PRESS belum struktur
memberikan gambaran yang nyata untuk dilakukan dengan metode semiempiris AM1
paling stabil.
Perhitungan
memilih model terbaik, maka dilakukan uji dan PM3 dengan RMS gradient 0,001
statistik antara nilai aktivitas toksik prediksi kkal/Å mol dan maximum cycle 500. Metode
yang dihitung berdasarkan persamaan optimasi dilakukan berdasarkan algoritma
yang Polak-Ribiero. Keadaan struktur paling
model dengan nilai –log IC
50 ekp
tercantum pada Tabel 1 .
stabil ditandai dengan didapatkan energi total terendah. Untuk mendapatkan luaran
III. Hasil dan Pembahasan
3.1. Optimasi Senyawa Fenol dan Derivat terhadap masing-masing molekul yang
data dilakukan perhitungan single point
Halogen Fenol
telah dioptimasi. Tentukan nilai parameter Hasil optimasi senyawa fenol dan derivat
didapatkan dengan dengan O (qC 1 ), muatan oksigen dari fenol
muatan pada atom C 1 yang berikatan
halogen
fenol
menggunakan dua metode semiempiris (qO), E HOMO , E LUMO , polarizability, log P,
AM1 dan PM3 dalam program HyperChem. momen dipol ( ) dan ΔE. Aktivitas toksik
adalah melakukan hasil eksperimen derivat fenol (-log IC
Proses
selanjutnya
optimasi geometri molekul berupa minimasi pada
50 ekp )
untuk memperoleh digunakan
struktur paling stabil. tercantum pada Tabel 1. 8 Perhitungan dilakukan dengan metode semiempiris AM1 dan PM3. Variabel bebas
Tahap selanjutnya dari penelitian ini adalah yang digunakan qC 1 , qO, polaritas , log menentukan korelasi antara aktivitas toksik
P, momen dipol, E HOMO dan E LUMO dan nilai hasil eksperimen (-log IC
aktivitas toksik ( –log IC 50) sebagai variabel masing-masing deskriptor, dihitung dengan
50 ekp ) dengan
terikat. Dari data hasil yang diperoleh dapat metode analisis regresi linier menggunakan
dilihat pengaruh nilai toksik dari 7 variabel perangkat lunak SPSS 17 dengan metode
bebas tersebut.
enter. Selanjutnya dari 7 variabel bebas yang
Nilai log P sangat berkaitan dengan bahwa antara variabel bebas qC 1 , qO, distribusi obat dalam tubuh. Karena nilai
, log P, momen dipol, E HOMO log P merupakan ukuran kenonpolaran dari
polaritas
dan E LUMO menunjukkan korelasi dengan – suatu senyawa, semakin besar nilai log P
log IC 50 sehingga dapat dianalisis dengan maka senyawa akan semakin non polar.
regresi multilinear.
Semakin bersifat non polar suatu senyawa maka efek toksik akan semakin besar.
Tabel 2. Koefisien korelasi antara variabel bebas Karena senyawa tersebut akan mudah
terikat dengan mengendap dalam tubuh. menggunakan metode AM1
dan
variabel
-log IC 50 Nilai log P yang paling kecil terdapat pada
No.
Parameter
1 -log IC 50 1 senyawa 3-florofenol dan nilai paling besar
2 qC 1 0,461 didapatkan pada senyawa 3-bromofenol, hal
0,639 ini sangat berpengaruh pada efek toksik
3 qO
0,845 suatu senyawa. Sedangkan pada nilai
5 Log P
polarisabilitas berkisar antara 10,98 A 3 6 µ
7 E HOMO -0,478 juga merupakan ukuran tingkat kepolaran
sampai dengan 18,78 A 3 . Nilai polarisabilitas
8 E LUMO -0,760 dari suatu senyawa. Jika suatu senyawa
semakin polar maka efek toksiknya akan Tabel 3. Koefisien korelasi antara variabel bebas sedikit atau rendah, karena senyawa
variabel terikat dengan tersebut dalam tubuh akan larut dalam air menggunakan metode PM3
dan
-log IC 50 dan bisa dikeluarkan melalui urine.
No.
Parameter
1 -log IC 50 1 Pada penelitian ini juga dihitung nilai E HOMO 2 qC 1 0,482 dan E LUMO , dan kemudian dihitung selisih
3 qO
0,845 Pada tabel terlihat nilai ( ∆E) pada metode
E HOMO dan E LUMO atau celah pita (∆E (eV)).
-0,283 AM1 dan PM3 nilainya tidak jauh berbeda
5 Log P
-0,337 dan hampir mendekati 9 eV. Semakin kecil
7 E HOMO 0,121 ( ∆E) suatu senyawa maka senyawa tersebut
8 E LUMO -0,660 akan
Dari tabel koefisien korelasi baik dengan toksisitasnya semakin besar.
semakin kurang
stabil
dan
metode semiempiris AM1 dan PM3 dapat
3.2 Korelasi Deskriptor Senyawa Fenol dan dilihat bahwa nilai polarisabilitas atau Derivat Halogen Fenol dengan Aktivitas Toksik
polaritas memberikan nilai yang besar (-log IC 50 ) eksperimen
terhadap nilai –log IC 50 , dimana nilai Hasil korelasi anatara variabel terikat
korelasinya adalah 0,845 (Tabel 2 dan 3). dengan
Nilai korelasi yang bertanda negatif menggunakan metode AM1 dan PM3 dapat
menunjukkan arah yang berlawanan atau dilihat pada (Tabel 2 dan 3).
variabel bebas berbanding terbalik dengan antar variabel digunakan untuk melihat
Korelasi
variabel terikat (-log IC 50 ). Dan log P bagaimana hubungan yang terjadi antara
memberikan nilai korelasi yang kecil variabel sesungguhnya secara awal.
AM1, dimana nilai korelasinya terhadap –log IC 50 adalah -0,283. Berdasarkan data analisis statistik korelasi
dengan
metode
Sedangkan PM3 nilai korelasi yang terkecil yang didapatkan dengan menggunakan
pada parameter 0,121 .
paket program SPSS for Windows 17.0 yang telah disajikkan pada Tabel 2 dan 3, dapat
Data korelasi tersebut tidak cukup kuat dilihat pengaruh tiap-tiap substituen pada
untuk melihat adanya data yang signifikan, posisi tertentu terhadap aktivitas toksik.
dilakukan analisis regresi Pada tabel tersebut dapat terlihat jelas
menentukan model menentukan model
AM1 dan PM3, dipilih satu model
persamaan terbaik. Dari Tabel 6 dapat bebas (muatan C1, muatan O, polaritas, log
aktivitas toksik (-log IC 50 ) dengan variabel
dilihat perbedaan dari kedua metode P, momen dipol, E HOMO dan E LUMO ).
tersebut.
3.3 Penentuan Model Persamaan HKSA Tabel 6. Persamaan terbaik AM1 dan PM3 pada Terbaik
model persamaan 1 Melalui perhitungan statistik analisis regresi
Metode Metode
No. Parameter
multilinear dengan menggunakan program AM1 PM3 SPSS For Windows 17.0 , didapat model
0,981 0,988 persamaan HKSA. Untuk menentukan
2 R 2 0,962 0,975 model persamaan terbaik dari metode AM1
3 AR 2 0,829 0,889 dan PM3, dapat dilihat dari parameter-
0,713 0,718 parameter atau deskriptor statistik yang
4 SD
5 F 7,241 11,254
0,127 0,084 dan SD tiap model persamaan relatif tidak
didapatkan. Nilai parameter statistik R, R 2 ,
berbeda sehingga
penggunaan
parameter statistik ini dalam penentuan Pada metode AM1 didapatkan nilai R = model persamaan yang terbaik masih belum
0,981, R 2 = 0,962, SD = 0,713. Dan pada memuaskan. Sehingga digunakan teknik uji
metode PM3 didapatkan nilai R = 0,988, R 2 = PRESS pada ke 6 model persamaan baik
0,975, SD = 0,718. Dari kedua model pada metode AM1 dan PM3, agar
persamaan tersebut parameter statistik R didapatkan
dan R 2 yang lebih mendekati nilai = 1 terbaik.
adalah metode PM3, akan tetapi nilai SD yang
terdapat pada model Tabel 4. Variabel bebas yang telibat dalam model
terkecil
persamaan pada metode AM1, yang dapat persamaan metode AM1
dilihat pada Tabel 6.
No. variabel yang terlibat
PRESS
1. qC 1 , qO, α, Log P, µ, E H ,E L 0,180425
4.4 Hasil Analisis Regresi Multilinear
2. qC 1 , qO, α, Log P
3. qC 1 , qO, α, µ, E H ,E L 0,199070
Hasil persamaan regresi multilinear yang
menyatakan hubungan struktur molekul
4. qC 1 , qO, Log P, E H ,E L 0,184515
elektronik
dengan
–log IC 50 , yang
5. α, Log P, µ, E H ,E L 0,234935
melibatkan semua variabel bebas (muatan
atom C 1 , muatan atom O, polaritas, log P, Tabel 5. Variabel bebas yang telibat dalam model
6. qC 1, α, E H ,E L 0,365643
momen dipol, E HOMO dan E LUMO ) yang persamaan metode PM3
didapatkan dengan menggunakan paket No.
variabel yang terlibat
PRESS
program SPSS for Windows 17.0 (Tabel 7 dan
1. qC 1 , qO, α, Log P, µ, E H ,E L 0,117773
Dapat
dinyatakan dalam bentuk
2. qC 1 , qO, α, µ, E H ,E L 0,210918
persamaan HKSA sebagai berikut:
1. Metode AM1
3. qC 1 , qO, Log P, E H ,E L
-log IC 50 prediksi = 0,315 + 2,628 (qC1) –
4. α, µ, E H ,E L 0,224589
24,067 (qO) + 0,039 ( )
5. qC 1, α, µ, E H ,E L 0,352889
+ 0,693 (log P) – 0,014
6. qO, Log P, E H ,E L 0,168506
() + 0,687 (E HOMO ) – 3,121 (E LUMO )
Setelah dilakukan uji PRESS pada model dengan parameter regresi: ( n= 10; R 2 = 0,962; persamaan, maka didapatkan nilai PRESS
SD = 0,713)
yang terkecil pada metode AM1 dan PM3.
2. Metode PM3
Selanjutnya dari dua model persamaan
-log IC 50 prediksi = 29,556 + 20,023(qC1) –
1,570 1,383 21,023(qO) – 0,564 ( ) + 3,559 (log P) – 0,325 ( ) +
3,5 –diklorofenol
1,130 1,207 3,151 (E HOMO ) – 10,074
3-kloro-4-florofenol
(E LUMO ) 2,4,5- triklorofenol
dengan parameter regresi: (n = 10; R 2 = 0,975;
2,3,5,6 tetraklorofenol 2,220 2,415 SD = 0,718)
1,170 1,153 Dari persamaan analisis regresi multilinear
2,3,5,6 tetraflorofenol
-0,210 -0,101 dengan metode AM1 dan PM3 diatas, dapat dilihat bahwa variabel bebas yang sangat 2 Pada (Tabel 6) harga R , F, Sig dan PRESS.
Fenol
Maka metode PM3 relatif lebih baik sebagai yaitu muatan C 1 sebesar 20,023 dan 2,628.
berpengaruh pada variabel terikat (-log IC 50 )
metode yang digunakan pada HKSA yang Berdasarkan persamaan regresi multiliinear
diteliti, akan tetapi dilihat dari nilai SD yang
terbaik pada metode AM1. Oleh karena itu senyawa fenol dan derivat halogen fenol
dapat dihitung nilai –log IC 50 prediksi dari
perlu dilakukan uji lanjutan terhadap nilai – yang disajikan pada (Tabel 7 dan 8).
log IC 50 eksperiment, yang bertujuan untuk menguji nilai akurasi prediksi.
Tabel 7. Hasil nilai –log IC 50 prediksi senyawa
fenol dan derivat halogen fenol Uji akurasi prediksi dilakukan dengan dengan metode AM1
melakukan perbandingan grafik hubungan
–log
nilai –log IC
50 eksperiment dengan nilai –log IC 50
Senyawa IC 50 prediksi dengan metode AM1 dan PM3.
-logIC 50
eksperiment
prediksi Perhitungan uji regresi linear sederhana
3- florofenol
atau uji akurasi dilakukan terhadap 10 senyawa dengan memasukkan nilai masing-
3- klorofenol
masing data variabel bebas kedalam
3- bromofenol
persamaan regresi multilinear. Dengan menggunakan metode AM1 dapat dilihat
pada tabel diatas bahwa nilai residu yang 3,5 – diklorofenol
menunjukkan tingkat penyimpangan antara 3-kloro-4-florofenol
nilai –log IC
50 eksperimen dengan nilai –log IC 50
2,4,5- triklorofenol
Tabel 8. Hasil nilai –log IC 50 prediksi senyawa
fenol dan derivat halogen fenol dengan metode PM3
IC 50 IC 50
eksperiment prediksi Gambar 1. Grafik hubungan nilai –log IC 50
dengan nilai –log IC 50 prediksi 3- klorofenol senyawa fenol dan derivat 0,870 0,806 halogen fenol dengan metode AM1
3- florofenol
3- bromofenol
2,4- dibromofenol
Tabel 9. Nilai –log IC 50 prediksi pada 10 senyawa
bromofenol
–log IC 50 Senyawa Bromo Fenol
Gambar 2. Grafik hubungan nilai –log IC 50 2. 5-bromofenol
dengan nilai –log IC 50 3. 2,3- dibromofenol 2,924547 prediksi senyawa fenol dan derivat
eksperiment
4. 2,4- dibromofenol 2,29501 halogen fenol dengan metode PM3
5. 2,6- dibromofenol 4,915778 Berdasarkan data yang diperoleh, sebaiknya
6. 3,5- dibromofenol 3,697125 yang diperoleh sama dengan 1,
nilai R 2
7. 2,3,4- tribromofenol 4,511717 maka persentase pengaruh yang diberikan
variabel bebas terhadap variabel terikat
8. 2,4,5- tribromofenol 4,0096 adalah sangat baik dan nilai intersepnya
9. 2,3,4,5- tetrabromofenol 5,402502 mendekati nol. Dari perbandingan R 2 10 2,3,5,6- tetrabromofenol
6,396181 didapatkan metode PM3 yang relatif lebih baik dibandingkan dengan metode AM1,
IV. Kesimpulan
karena intersep pada metode PM3 lebih
mendekati nol yaitu
Hasil analisa parameter statistik, untuk kemiringan (slope) yaitu 0,975 yang lebih
dengan
persamaan regresi multilinear antara –log mendekati nilai 1. (Gambar 1 dan 2) dapat
IC 50 dengan parameter struktural dan disimpulkan metode PM3 relatif lebih baik
regresi linier antara –log IC 50 prediksi digunakan untuk memprediksi aktivitas
dengan –log IC 50 eksperimen didapatkan toksik derivat halogen fenol.
metode PM3 relatif lebih baik dibandingkan dengan metode AM1. Persamaan Hubungan
Struktur-Aktivitas (HKSA) maka diuji senyawa derivat bromofenol
Setelah didapatkan metode yang relatif baik,
Kuantitatif
toksik derivat halogen fenol dengan yang belum ada data eksperimennya
parameter struktural yang terbaik didapat
dengan menggunakan metode PM3 adalah: atom O, polarisabilitas, log P, momen dipol,
dengan parameter (muatan atom C 1 , muatan
-log IC 50 prediksi = 29,556 + 20,023(qC1) –
E HOMO dan E LUMO ) yang nilai data 21,023(qO) – 0,564 ( ) + parameternya didapatkan setelah dihitung
3,559 (log P) – 0,325 ( ) dengan program HyperChem. 10 senyawa
+ 3,151 (E HOMO ) – 10,074 bromofenol
(E LUMO ) eksperimennya, data parameter yang sudah didapatkan, dimasukkan dalam persamaan
Nilai aktivitas toksik -log IC 50 senyawa HKSA untuk parameter PM3, sehingga
bromofenol yang dihitung berdasarkan
persamaan HKSA terbaik adalah metode (Tabel 9).
didapatkan nilai –log IC 50 prediksinya pada
PM3 menggunakan persamaan regresi multilinear dari nilai terkecil sampai
Nilai aktivitas toksik prediksi ( –log IC 50 terbesar berturut-turut adalah 2-bromofenol; prediksi ) dari 10 senyawa bromofenol yang
5-bromofenol; 2,3- didapatkan dari model persaman HKSA
2,4-dibromofenol;
3,5-dibromofenol, 2,4,5- yang terbaik dengan metode PM3. Pada
dibromofenol;
2,3,4-tribromofenol, 2,6- (Tabel 9) dapat dilihat pengaruh substituen
tribromofenol;
2,3,4,5-tetrabromofenol; pada
dibromofenol;
senyawa bromofenol
dengan
2,3,5,6-tetrabromofenol yaitu sebesar
8. Yan-Fen, P., dan Tian-Bao, L.,(2009).
QSAR Study of Halogen Phenols Toxicity to Tetrahymena Pyriformis, Chinese J. Struct. Chem., hal. 218-222
V. Ucapan terima kasih
Ucapan terima kasih diberikan kepada analis laboratorium kimia komputasi dan elektrokimia, serta dosen pembimbing yang sudah mengarahkan dan membimbing dalam melakukan penelitian ini .
Referensi
1. Diana, R., Haeruddin dan Rejeki, S., (2003). Efek Fenol Terhadap Tingkat Kerja Osmotik Udang Windu, Peraeus monodon Fab, hal. 1-2.
2. Stuckey, B.N., (1981), in Handbook of Food Additives , T.E. Furia Ed., CRC Press Inc, Clkeveland.Journal of Medicinal Chemistry , hal. 408-428.
3. Burton, G. W. , Ingold, K. U., (1981). "Autoxidation
of
Biological
Molecules and Related Chain- Breaking Phenolic Antioxidants In Vitro", Journal of the American Chemical Society, , volume 103, hal. 6472 – 6477.
4. Alim, S., Tahir, I., dan Pradipta, M. F., (2000). Terapan Analisis Hansch Pada Hubungan Struktur Dan Toksisitas
Senyawa
Fenol
Berdasarkan Parameter Teoritik, Makalah Seminar Nasional Kimia Fisik
I , Malang, hal.1-2.
5. Kubinyi, H., (1993). QSAR : Hansch Analysis and Related Approach, VCH
Verlaggessellschaft,
Weinheim.
6. Leach, A.R., (1996). Molecular Modelling
Longman, Singapore
Journal
of
Chemistry , hal. 20-34.
7. Tahir, I.,
Widianingsih, D., (2003). Terapan Analisis Hansch Untuk Aktivitas Antioksidan
Senyawa
Turunan
Flavon / Flavonol,
Indonesian
Journal of Chemistery 3(1), hal. 48-54.
SIMULTANEOUS SACCHARIFICATION FERMENTATION (SSF)
Ichsan Marli, Marniati Salim, Zulkarnain Chaidir
Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
e-mail : [email protected] Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
Production of bioethanol from rice straw has been carried out. Rice straw was used as main material for bioethanol production. Pretreatment firstly has been done to release cellulose from
lignin. By using mixture of NaOH 2% and NH 4 OH with varied concentration from 2% to 10%. Ratio of rice straw : mixture of NaOH-NH 4 OH in pretreatment varied ratio 1:10, 1:15, 1:20. Optimum pretreatment resulted in NaOH 2% and NH 4 OH 6% with ratio of rice straw and mixture of NaOH-NH 4 OH 1:15. Result of rice straw saccharification by using extract of cellulose enzyme from Trichoderma viride strain T1 Sk against pure substrat CMC showed enzyme activityas 0.015 unit. Saccharification also has been done against amount of rice straw substrate from 0.1 g to 1 g and saccarification time from 30 to 105 minutes. Maximum concentration of glucose was 182,9 µg/L given by 0,6 g rice straw substrate with optimum saccharification for 60 minutes. Ethanol produced as 2,0151 mL from 3 mL Volume produced for 144 hours fermentation time
Keywords: rice straw, pretreatment, bioethanol, SSF
I. Pendahuluan
Harga bahan bakar minyak yang terus meningkat dan cadangan minyak dunia
Bahan lignoselulosa merupakan komponen yang makin terbatas telah mendorong
organik berlimpah dialam, yang terdiri dari upaya untuk mendapatkan bahan bakar
3 polimer yaitu selulosa, hemiselulosa, dan alternatif. Diperkirakan produksi minyak
lignin. Menurut Ali Mursyad (2011) mentah dunia menurun dari 25 miliar
komposisi kimia dari jerami padi yaitu barrel menjadi 5 miliar barrel pada tahun
selulosa 32.1 %, hemiselulosa 24%, lignin 2050. Tidak seperti minyak bumi yang
18%. Komponen ini merupakan sumber berasal dari fosil, bioetanol adalah sumber
utama untuk menghasilkan produk bernilai energi alternatif yang diproduksi melalui
seperti gula hasil fermentasi, bahan bakar fermentasi gula. Bioetanol dapat diproduksi
cair, serta energi alternatif 5 . dari bahan bahan yang mengandung selulosa seperti tongkol jagung, gandum,
Jerami padi merupakan salah satu limbah jerami padi, tebu secara fermentasi 1234 .
pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan
bioetanol dimana Limbah pertanian mengandung banyak
baku
Indonesia cukup bahan lignoselulosa yang bisa didegradasi
ketersediaannya
di
berlimpah dan pemanfaatannya belum oleh enzim selulase. Bakteri dan fungi
optimal 67 .
keduanya dapat memproduksi selulase untuk
menghidrolisis
Pembuatan bioetanol dari jerami padi dapat lignoselulosa 5 .
4 tahap yaitu 4 tahap yaitu
1:10, 1:15, dan menghilangkan lignin yang terdapat pada
dengan
NaOH)
1:20Pretreatment dilakukan selama 24 jam selulosa,
50 o C. Kemudian, hasil memecah rantai polisakarida menjadi
pretreatment disaring dan dicuci dengan monosakarida, fermentasi bertujuan untuk
menggunakan akuades sampai pH netral mengubah monosakarida menjadi etanol,
Endapan yang diperoleh destilasi bertujuan untuk memisahkan
(pH
C dalam oven etanol dari komponen-komponen yang
dikeringkan pada suhu 50 o
selama lebih dari 24 jam. Sampel ini siap tidak diinginkan . Metoda yang digunakan
11 12 13 . untuk memperoleh bioetanol dari jerami
untuk produksi bioetanol
padi yaitu meuoda simultan sakarifikasi
b. Uji kualitatif lignin
dan fermentasi (SSF) 8 9 10 . Uji lignin dilakukan dengan beberapa tetes hasil
saringan pretreatment Dengan melihat latar belakang diatas maka
yangditambahkan dengan larutan FeCl 3 . peneliti tertarik melakukan penelitian
Uji positif adanya lignin ditandai dengan “Produksi Bioetanol dari Jerami Padi
perubahan warna larutan menjadi merah Dengan
Metoda
Saccharification
bata pada larutan sampel 14 .
Simultaneous Fermentation (SSF)” dengan
harapan dapat memberikan informasi
c. Pengujian aktivitas enzim selulase mengenai cara pembuatan bioetanol dari
Biakan jamur Trichoderma viride strain T1 jerami padi.
skdiremajakan terlebih dahuludengan cara menginokulasikan
biakan murni
II. Metode Penelitian
Trichoderma viride pada medium agar
2.1. Bahan, peralatan dan instrumentasi miring (PDA) secara aseptik. Kemudian Bahan yang digunakan adalah sampel
diinkubasi pada suhu kamar selama 7 hari jerami padi, larutan NaOH 5%, larutan
dan biakan siap digunakan. Sebanyak 2 NH 4 OH 2%, reagen Nelson, reagen
tabung reaksi biakan Trichoderma viride Fosfomolibdat,
strain T1 sk yang ditambahkan dengan 10 (Merck), natrium hidroksida (Merck), jamur
ammonium
hidroksida
mL akuades steril, disuspensikan ke dalam Trichoderma
100 mL medium produksi enzim dan Saccharomyces cerevisiae , akuades, glukosa
viride strain
T1
sk,
C selama 7 hari. (Merck), medium andreoti, medium YPD,
diinkubasi pada suhu 30 o
Setelah 7 hari, ke dalam medium tersebut buffer sitrat pH 5.0, buffer Na-asetat 0.2 M
ditambahkan 0,2 mL tween 80 0,1% dan pH 5.0, dan PDA (Merck).Alat yang
disaring. Kemudian, hasil supernatan digunakan pada penelitian ini adalah
C, selama spektrofotometer
disentrifus 4000 rpm pada suhu 5 o
30 menit. Supernatan yang diperoleh Kromatografi Gas (GC 2010 Shimadzhu),
UV-Vis
(Genesys20),
digunakan sebagai ekstrak kasar enzim. Uji autoklaf, inkubator, alat-alat gelas.
aktivitas enzim selulase ditentukan dengan menggunakan
metode Somogy-Nelson
2.2. Prosedur penelitian dengan variasi jumlah jerami padi dengan
a. Pretreatment sampel
lama sakarifikasi.
Sampel jerami padi dipotong menjadi potong-potongan kecil. Kemudian sampel
d. Produksi bioetanol
tersebutdihaluskan dengan menggunakan Sebanyak 0,6 g jerami padi ditambahkan gerinda. Pretreatment dilakukan dengan
dengan 1 g ekstrak ragi dan 2 g pepton, menggunakan campuran larutan NaOH 2
ditempatkan dalam erlenmeyer 250 mL. % dengan NH 4 OH yang konsentrasinya
Selanjutnya 80 mL buffer sitrat 50 mM pH 5 divariasikan 2%, 4%, 6%, 8%, dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer tersebut 10%.Sebanyak 10 g sampel direndam dalam
C selama 15 campuran larutan ammonium hidroksida
dan disterilisasi pada 121 o
menit. Setelah medium dingin, 10 mL (NH 4 OH) dan natrium hidroksida (NaOH)
ekstrak kasar enzim selulase dan 30 mL dengan variasi perbandingan padatan
inokulumSaccharomyces cerevisiae , inokulumSaccharomyces cerevisiae ,
menunjukkan adanya pada suhu kamar dengan variasi waktu 48,
hasil
yang
penurunan pada proses delignifikasi.
72, 96, 120, 144, 168 jam. Hasil fermentasi Penurunan terjadi pada perbandingan disaring dan supernatant disentrifus 10000
(1:20) hal ini dapat terjadi karena kurang rpm
optimumnya kontak antara larutan sampel kamar.Supernatan
(NaOH-NH 4 OH).
didestilasi. Destilat disimpan untuk analisis
etanol pada kromatografi gas 15 .
b. Uji kualitatif lignin uji kualitatif lignin dilakukan dari cairan
III.Hasil dan Pembahasan
sampel
hasil
pretreatment . Dengan
3.1. Pretreatment sampel menggunakan FeCl 3 , yang mana cairan Gambar 1 menunjukkan pengurangan berat
tersebut akan berubah mejadi warna merah jerami padi setelah dipretreatment dengan
bata, hal ini menunjukan bahwa lignin berbagai
yang ada pada sampel telah larut. perbandingan padatan (jerami padi) :
Gambar 2 menunjukkan bahwa cairan hasil cairan (NaOH-NH4OH).Dari gambar 1
pretreatment positif mengandung lignin. dapat dilihat bahwa terjadi pengurangan berat sampel jerami padi setelah dilakukan pretreatment dengan
berbagai
variasi
konsentrasi dan perbandingan padatan : cairan yang juga divariasikan.Fungsi utama dari NaOH yaitu mendegradasi lignin dengan memutus ikatan ester sedangkan
NH 4 OH dapat menyebabkan biomassa terjadi pembengkakan, sehingga terjadi
peningkatan luas
permukaan,
dan
menurunkan derajat kristalinitas 16 .
Gambar 2. a.Sebelum ditetesi FeCl 3 dan b.Setelah ditetesi FeCl 3
A. Hasil penyaringan setelah 2 hari
B. Hasil penyraingan setelah 5 hari
C. Hasil penyaringan setelah 7 hari
Lignin yang ada dalam sampel dapat didegradasi dengan menggunakan larutan alkali salah satunya campuran NaOH-
NH 4 OH. Lignin dengan NaOH akan membentuk garam fenolat, dimana garam
ini dapat larut dalam air, yang jika garam Gambar 1 . Kurva pengaruh konsentrasi
ini terbentuk maka ikatan antara lignin dan NH 4 OHterhadap
selulosa akan lepas. Warna merah bata pengurangan berat jerami padi
persentase
yang terbentuk terjadi karena terbentuk kompleks Fe-fenolat yang terbentuk dari
Perbandingan berat jerami padi dengan reaksi garam fenolat dengan FeCl 3 14 . volume larutan perendam 1:10
Perandingan berat jerami padi dengan
c. Pengujian aktivitas enzim Perbandingan berat jerami padi dengan
volume larutan perendam 1:15
ekstrak enzim selulase yang didapat volume larutan perendam 1:20
sebelum digunakan dalam proses SSF, harus dilakukan uji terlebih dahulu
terhadap susbtrat CMC. Substrat CMC semakin tinggi rasio perbandingan padatan
Semakin tinggi konsentrasi NH 4 OH dan
yang digunakan yaitu 0.1%. Konsentrasi : cairan yang diberikan, semakin tinggi
gula reduksi yang didapat untuk substrat pengaruhnya terhadap kehilangan berat
jerami padi setelah dilakukan sakarifikasi
µg/mL dengan aktivitas enzim sebesar 0,015 unit .Setelah dilakukan pengujian aktivitas ekstrak enzim terhadap substrat CMC, selanjutnya aktivitas ekstrak enzim diuji terhadap sampel jerami padi dengan variasi jumlah jerami padi dari 0,1g hingga
1 g dengan volume ekstrak enzim tetap yaitu sebesar 3 mL. Pengaruh jumlah ampas tebu terhadap konsentrasi glukosa
yang dihasilkan dapat dilihat pada kurva Gambar 4 .Kurva pengaruh lama sakarifikasi berikut :
terhadap
konsentrasi glukosa yang dihasilkan
Variasi
sakarifikasi dilakukan terhadap jerami padi 0,6 g selama 30, 45, 60,
lama
75, 90, 105 menit. Variasi lama sakarifikasi dilakukan
dengan tujuan untuk menentukan waktu yang optimum untuk enzim menghidrolisis selulosa supaya menghasilkan konsentrasi glukosa yang optimum. Pada penelitian ini didapatkan
waktu optimum untuk sakarifikasi adalah Gambar 3. Kurva hubungan jumlah jerami padi
pada menit ke 60. Dari gambar di atas terhadap
terlihat bahwa semakin lama waktu yang dihasilkan .
konsentrasi
glukosa
diberikan juga menurunkan konsentrasi glukosa yang Gambar 3 menunjukkan kemampuan dari
sakarifikasi
yang
dihasilkan karena stabilitas dan ketahanan enzim
ekstrak enzim menurun. selulosa menjadi glukosa. Semakin besar sampel yang diberikan, semakin besar pula
selulase dalam
menghidrolisis
d. Produksi bioetanol
konsentrasi glukosa yang dihasilkan seperti
dilakukan dengan ditunjukkan pada berat sampel 0,6 g
Produksi
etanol
melakukan fermentasi, lama fermentasi menghasilkan glukosa sebesar 182,934
yang dilakukan yaitu dari 48 sampai 168 µg/mL. Semakin besar jumlah substrat
jam dengan menggunakan 30 mL inokulum yang diberikan, aktivitas enzim juga akan
Saccharomyces cerevisiae. Seperti yang semakin meningkat karena sisi aktif enzim
ditunjukkan pada gambar 5 : makin banyak mengikat substrat. Tetapi, pada berat substrat (0,7 g – 1 g), terjadi penurunan
dihasilkan. Hal ini dapat terjadi karena sisi aktif enzim selulase telahmembentuk kompleks enzim-substrat sehingga tidak ada lagi sisi aktif enzim yang bebas. Sehingga, semakin besar sampel yang diberikan,
tidak akan
meningkatkan
konsentrasi glukosa yang dihasilkan.
Gambar 5.Kromatogram bioetanol Hubungan lama sakarifikasi terhadap
konsentrasi glukosa dapat dilihat gambar 4 Produksi etanol ditentukan oleh banyaknya glukosa yang dikonversi oleh enzim
invertase yang dihasilkan oleh inokulum Saccharomyces cerevisiae . Semakin besar invertase yang dihasilkan oleh inokulum Saccharomyces cerevisiae . Semakin besar
IV.Kesimpulan
yang dihasilkan. Namun, kinerja dari Dari penelitian yang telah dilakukan dapat enzim invertase akan terhambat jika jumlah
bahwa lignin dapat glukosa yang dihasilkan selama proses
disimpulkan
dilepaskan dari jerami padi dengan sakarifikasi terlalu tinggi. Konsentrasi
menggunakan metode pretreatment alkali substrat yang tinggi akan mengurangi
(NaOH 2%-NH4OH 6%) dengan persentase jumlah
penurunan berat sampel sebesar 55,48%, kehidupan Saccharomyces cerevisiae akan
dengan perbandingan padatan (jerami terganggu. Dari gambar 5 etanol dihasilkan
padi) : cairan (NaOH-NH4OH) (1:15) pada lama fermentasi 144 jam, dihasilkan
C. Konsentrasi etanol sebsar 2,0151 mL dengen persen area
selama 24 jam pada 50 o
glukosa maksimum yang dihasilkan oleh 67,17 5 dan waktu retensi 1,630 menit.
enzim selulase dari Trichoderma viride Selain etanol pada analisis kromatogram
strain T1 sk adalah sebesar 182,93 µg/mL terdapat senyawa lain seperti 7-hydroxy-7-
dari 0,6 g jerami padi dengan lama phenil-3,9
sakarifikasi 60 menit. Aktivitas enzim Terdapatnya puncak senyawa lain yang
diisopropil-2,10
diox.
selulase itu sendiri terhadap substrat murni muncul menurut Judoamidjojo et al (1989)
CMC 0,1% adalah 0,015 unit. Sedangkan merupakan produk sampingan dari hasil
etanol yang dihasilkan dengan metode SSF fermentasi 17 .
adalah 2,0151 mL dengan persen area kromatogram sebesar 67,17%
Jika dibandingkan
dengan
penelitianZhuang Zuo (2011), hasil yang
V. Ucapan terima kasih
diperoleh sangat sedikit. Hal ini dapat Penulis mengucapkan terima kasih kepada disebabkan oleh kondisi pretreatment dan
analis Laboratorium Biokimia FMIPA enzim yang digunakan berbeda. Pada
Universitas Andalas yang telah membantu penelitian ini, enzim yang digunakan
dalam menyelesaikan penelitian ini. Rekan- berupa ekstrak kasar enzim sehingga tidak
rekan dan semua pihak yang telah hanya selulosa yang akan dikonversi
membantu dan memberikan dukungan menjadi glukosa tetapi juga dihasilkan
sepenuh hati kepada penulis dalam enzim
menyelesaikan penelitian ini. mendegradasi
glukosa dan enzim endo-1,4- β-xilanase
Referensi
yang dapat mendegradasi xilan. Sehingga
1. Jefries, T.W., and Y.S Jin,2000 ,Ethanol jumlah glukosa yang dihasilkan selama
Thermotolerance in The proses sakarifikasi akan semakin banyak.
and
Bioconversion of Xylose By Yeast,Appl. Banyaknya
47, 221-268. menghambat
2. Campbell,C.J.,Laherrere,J.H, 1998, The sehingga etanol yang dihasilkan sedikit.Hal end of Cheap Oil, 3, 78-83. ini juga dapat disebabkan karena waktu
3. Howard,R.L., Abotsi., E.Jansen van fermentasi yang terlalu lama yang telah
melebihi dari fasa eksponensial. Fasa Resburg,E.L., and Howard,S., 2003, eksponensial untuk Saccharomyces cerevisiae
Lignocellulose Biotechnology: Issues of terjadi pada 36 jam hingga 72 jam. Pada
and Enzyme fasa tersebut, terjadi pembelahan sel yang
Bioconversion
African Journal of sangat cepat sehingga membutuhkan gula
Production,
Biotechnology , 2 (12), 602-619. sederhana dalam jumlah yang banyak juga.
4. Wang,M.,Saricks,C.,Santini,D., 1999 , Sehingga pada saat dilakukan fermentasi
Effect of Fuel Ethanol Use On Fuel- bioetanol hingga 84 jam, tidak lagi terjadi
Cycle Energy And Greenhouse Gas pembelahan sel, namun jumlah nutrien
Argonne National yang semakin berkurang sehingga terjadi
Emissions,
Laboratory, Argonne ,IL. kompetisi
nutrisi yang
menyebabkan
5. Mursyad, W.M.A., 2011, Fermentasi beberapa sel mati.
Etanol dari jerami Padi, Fakultas
Nusantara. Mulyani,N., 2013, Aktivitas Fusarium
6. Fatma, H., Abd El-Zaher., and Fadel., oxysporum Dalam Menghidrolisis 2010 , Production Of Bioethanol Via
Enceng Gondok (Eichornia crassipes) Enzymatic Saccharification of Rice
Dengan Variasi Temperatur, Chem Info, Straw by Cellulase Produced by
1 (1), 220-225.
Trichoderma ressei Under Solid State
15. Setyawati,H.,Astuti, R.N., 2013 , Fermentation, New york Science Journal,
Bioetanol dari Kulit Nanas Dengan 72-78.
Variasi Massa Saccharomyces cerevisiae
7. Carlile, M.J.,S.C.Watkinson.,
dan Waktu Fermentasi. G.W.Gooday., 2011, The Fungi, 2 nd
and
16. Balat, M., Balat, H., Cahide, Oz., 2008,
Academy Press , London-California. Progress in Bioethanol Processing :
8. Hyun K.T., Taylor. F., and Kevin B. Progres in Energy and Combustion Hicks., 2008, Bioethanol Production
Science, Elsevier, 551-573 .
From Barley Hull Using SAA (Soaking
17. Zhu,S.,Wu,Yu.,Yu,Z., and Zhang,Y., in Aqueous amonia) Pretreatment,
Comparison of three Bioresource technology , 99, 5694-5702.
Microwave/Chemical pretreatment
9. A.Aden.,M.Ruth.,K.Ibsen,
Processes for Enzymatic Hydrolisis Of Jechura.,K.Neeves.,
J.
Rice Straw, Biosystem Enginering, 93 (3), B.Wallace.,
Biomass to Ethanol Design and
Economics Utilizaing
Co-Current
Dilute Acid Prehydrolisis
and
Enzymatic Hydrolisis for Corn Stover,
NREL, NREL/TP-510-32438.
10. Armata, W., Setyaningsih, D., Richana, N.,2009, Produksi Bioetanol dari Ubi
Kayu Melalui Proses Sakarifikasi
Fermentasi Simultan Menggunakan
Kultur Campuran Trichoderma viride,
Aspergilus niger , dan Saccharomyces cerevisiae.
11. N.Chinedu,S.,C.Yah,S.,C.Nwinyi,O.,I. Okochi,V.,A.Okafor,U.,andM. Onyegeme, O.B.M., 2008, Plant Waste Hydrolysis by Ekstracellular Enzymes of Aspergillus niger and Penicillium chrysogenum :Effect of Amonium Pretreatment ,
Biochemistry and Molecular Biology , 23 (1), 1-7.
12. Bagus,W.G.I.I.,Redi,A.W.,
dan
Bagus,N.S.D., 2011, Produksi Selulase Kasar dari kapang Trichoderma viride dengan
Perlakuan
Konsentrasi
Substrat Ampas Tebu dan Lama Fermentasi, Jurnal Biologi, XV (2), 29-
13. Zuo,Z.,Tian,S.,Chen, Z., and Li,J., 2012, Soaking PretreatmentOn Corn Stover For Bioethanol Production Followed By Anaerobic Digestion Process, Appl Biochem Bioethanol , 167, 2088-2102.
PRODUKSI BIOETANOL MENGGUNAKAN METODA SIMULTANEOUS SACCHARIFICATION FERMENTATION (SSF) DARI LIMBAH KULIT NANAS DENGAN PERLAKUAN BASA
Nur Afdila, Marniati Salim, dan Zulkarnain Chaidir
Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
e-mail : [email protected] Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstract
The lignocellulosic contents in pineapple peels provide an opportunity to be alternative energy such as bioethanol. Utilization the natural resources as renewable energy are expected able to overcome the issues of energy crisis. The pineapple peels are converted to be bioethanol by using cellulase enzyme from Trichoderma viride T1 Sk and Saccharomyces cerevisiae yeast by Simultaneous Saccharification Fermentation method. Determination optimum pretreatment
was obtained by soaking NH 4 OH 8% for 48 hours. Measuring the concentration of reducing sugar at the enzymatical saccharification was obtained 1425,89 mg/L for 105 minutes saccharification time. Assay of the cellulase enzyme activity toward CMC substrate was 0.66 unit/mL. Bioethanol yield was obtained 76,36% of percent area for 1.632 minutes retention time and by GC-MS 3,818 mL of ethanol volume
Keywords: Bioethanol,pretreatment,Trichoderma viride strain T1 sk,SSF,Saccharomyces cerevisiae.
I. Pendahuluan
alternatif dalam yang tidak akan pernah ada habisnya,
Energi merupakan salah satu kebutuhan
menjadi
energi
menggantikan posisi sumber energi yang selama masih ada kehidupan maka
telah dikenal selama ini seperti minyak kebutuhan energi tidak akan pernah
bumi,gas alam dan lain sebagainya [1,2] . berhenti. Energi memiliki peranan yang sangat
Konversi biomassa menjadi bioethanol kelangsungan hidup manusia baik berupa
penting dalam
menunjang
dengan berbagai teknologi telah dilakukan gas,cair maupun padat. Namun yang
akhir-akhir ini. Hal ini perlu dilakukan menjadi masalah utama pada saat sekarang
secara optimal dan berkesinambungan ini adalah kebutuhan manusia yang
sehingga hasil temuan tersebut benar-benar semakin
manfaatnya dalam dengan
kehidupan. Salah satu biomassa yang dapat menunjang aktivitas manusia itu sendiri.
dimanfaatkan untuk renewable energi adalah Sumber energi yang beberapa abad ini
Limbah organik seperti kulit nanas. Limbah masih didominasi dari bahan bakar fosil
tersebut sudah mulai banyak dilaporkan yang
pemanfaatannya baik secara individu sewaktu-waktu bisa habis. Hal ini menjadi
maupun campuran sebagai bahan baku dasar pertimbangan utama, dimana saat ini
pembuatan bioetanol [3] . Bioetanol dapat para peneliti berlomba-lomba mencari
dibuat dari bahan yang mengandung gula sumber
energi terbarukan,yang
bisa bisa
Saat ini, penelitian lebih difokuskan pada NaOH + 4% NH 4 OH, dan 1% NaOH + 8% biomassa berlignoselulosa seperti kulit
NH 4 OH selama 48 jam. Berdasarkan variasi nanas. Nanas (Ananas comosus L. Merr)
tersebut, cairan dengan adalah salah satu jenis buah yang terdapat
konsentrasi
konsentrasi 1% NaOH + 8% NH 4 OH di Indonesia yang pemasarannya cukup
memberikanhasilpengurangan lignin yang merata di daerah-daerah Indonesia. Sebagai
lebih baik. Pada proses SSF, enzim selulase peluang
yang digunakan adalah selulase murni terbarukan,kulit
dengan mikroorganisme Pichiastipitis CBS karbohidrat 13,7 gram/100 g nanas [5] .
nanas
mengandung
6054. Produksi bioetanol dengan metode Biomassa ini dianggap sebagai bahan baku
SSF menghasilkan etanol sebesar 36,1 g/L yang menjanjikan karena kaya gula dan
denganfermentasiselama 72 jam [9] . komponen
berlignoselulosa,
ketersediaannya melimpah dan biaya SSF pertama kali dikenalkan oleh Takagi produksi
dan teman-temannya pada tahun 1977, Penggunaan biomassa sisa seperti kulit
antara hidrolisis nanas
yaitu
kombinasi
menggunakan enzim selulase dan yeast S. memberikan keuntungan untuk mengubah
untuk produksi
bioetanol
cerevisiae untuk fermentasi gula menjadi bahan limbah menjadi produk bernilai
simultan. Proses SSF harganya [6,7] .
etanol
secara
sebenarnya hampir sama dengan proses yang terpisah antara hidrolisis dengan
Bahan-bahan lignoselulosa
enzim dan proses fermentasi, hanya dalam terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan
umumnya
proses SSF hidrolisis dan fermentasi lignin. Selulosa secara alami diikat oleh
dilakukan dalam satu fermentor [10] . hemiselulosa dan dilindungi oleh lignin
.Adanya senyawa pengikat lignin inilah Berdasarkan penelitian terdahulu oleh yang
Wijana dkk (1991) tentang biomassa lignoselulosa sulit untuk dihidrolisa. Oleh
menyebabkan
bahan-bahan
lignoselulosa yang terdapat pada kulit sebab itu, proses pretreatment dan hidrolisa
nanas seperti serat kasar 20,87%,gula merupakan tahapan proses yang sangat
13,65%,lignin 7,07% hal ini penting
reduksi
peluang kulit nanas perolehan
yang dapat
mempengaruhi
memberikan
sebagai bahan dasar dilakukan untuk mengkondisikan bahan-
etanol. Proses
pretreatment
dimanfaatkan
pembuatan bioethanol [11]. Pada penelitian bahan lignoselulosa baik dari segi struktur
ini peneliti ingin melakukan “Produksi dan
Bioetanol Dengan Menggunakan Metoda menghilangkan kandungan lignin dan
ukuran dengan
memecah
dan
Simultaneous Saccharification Fermentation hemiselulosa, merusak struktur krital dari
(SSF) Dari Limbah Kulit Nanas Dengan selulosa serta meningkatkan porositas
Perlakuan Basa ”,dengan variasi konsentrasi bahan. Rusaknya struktur kristal selulosa
NH 4 OH pada suhu pretreatment 50 o C [8] dan akan mempermudah terurainya selulosa
jamur Trichoderma viride strain T1 sk. menjadi glukosa. Selain itu, hemiselulosa
akan turut terurai menjadi senyawa gula
II. Metode Penelitian
sederhana: glukosa, galaktosa, manosa,
2.1. Bahan, peralatan dan instrumentasi heksosa, pentosa, xilosa dan arabinosa.
Bahan yang digunakan adalah sampel Selanjutnya
limbah kulit nanas yang diambil di Pasar sederhana tersebut yang akan difermentasi
senyawa-senyawa
gula
Raya Padang, kertas saring, ammonium oleh
hidroksida (Merck), natrium hidroksida etanol [8] .
mikroorganisme
menghasilkan