terhadap industri keramik di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Penelitian skripsi ini berbeda dengan penelitianan skripsi dan tesis tersebut yang juga membahas tentang safeguard, karena terdapat perbedaan yang
signifikan mengenai substansi pembahasan. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan hasil pemikiran sendiri tanpa ada meniru hasil karya orang lain yang
dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Tindakan pengamanan perdagangan
Tindakan pengamanan safeguard adalah tindakan yang diambil
pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan atau untuk mencegah ancaman kerugian serius dari industri dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan impor
barang sejenis atau barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri dengan tujuan agar industri dalam negeri yang mengalami kerugian
serius dan atau ancaman kerugian serius tersebut dapat melakukan penyesuaian
struktural.
22
Agreement on Safeguard berlaku untuk keadaan peningkatan impor secara umum. Pada dasarnya berlaku untuk semua barang dikecualikan untuk tekstil
yang diatur dalam Agreement on Textiles and Clothing ATC, dan produk
22
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor, Pasal 1 angka 1.
Universitas Sumatera Utara
pertanian yang diatur dalam Agreement on Agriculture AA, serta perdagangan jasa yang diatur dalam General Agreement on Trade in Services GATS.
23
Menurut Bismar
Nasution tujuan
dari diterapkannya
tindakan pengamanan, adalah sebagai berikut :
24
a. Untuk tujuan perbaikan daya saing industri dalam negeri.
b. Untuk mencegah terjadinya goncangan atau kejutan terhadap faktor-faktor
produksi, terutama buruh atau tenaga kerja, dengan cara memperlambat tingkat konsentrasiaktivitas di industri impor yang sensitif.
c. Sebagai alat keselamatan politis.
d. Sebagai aplikasi dari alat-alat mikro ekonomi terhadap tingkah laku sosial
social behavior. Pengertiaan terkait dengan pembahasan mengenai tindakan pengamanan
yang akan dipergunkan dalam penelitian ini, akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
a. Industri dalam negeri adalah keseluruhan produsen dalam negeri yang
menghasilakan barang sejenis dengan barang terselidik dan atau barang yang secara langsung merupakan saingan barang terselidik, atau produsen
yang secara kolektif menghasilkan bagian terbesar dari total produksi barang sejenis dalam negeri.
25
23
Mahmul Siregar, Bahan Kuliah Transaksi Bisnis Internasional “Safeguard”
Medan : 2009
,
hlm. 2.
24
Ramziati, Op.Cit., hlm.16.
25
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor, Pasal 1 angka 4.
Universitas Sumatera Utara
b. Barang sejenis adalah barang produksi dalam negeri yang identik atau
sama dalam segala hal dengan barang impor atau barang yang memiliki karakteristik menyerupai barang yang diimpor.
26
c. Barang terselidik adalah barang yang impornya mengalami lonjakan
sehingga mengakibatkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius industri dalam negeri.
27
d. Barang yang secara langsung bersaing adalah barang produksi dalam
negeri yang dalam penggunaannya dapat menggantikan barang yang diselidiki.
28
e. Kerugian serius adalah kerugian menyeluruh yang signifikan yang diderita
oleh industri dalam negeri.
29
f. Ancaman kerugian serius adalah kerugian serius yang jelas akan terjadi
dalam waktu dekat pada industri dalam negeri yang penetapannya didasarkan atas fakta-fakta, bukan didasarkan pada tuduhan, dugaan, atau
perkiraan.
30
26
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, Dan Tindakan Pengamanan Perdagangan,
Pasal 1 Angka 10.
27
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor, Pasal 1 angka 7.
28
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, Dan Tindakan Pengamanan Perdagangan,
Pasal 1 Angka 11.
29
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, Dan Tindakan Pengamanan Perdagangan,
Pasal 1 Angka 15.
30
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, Dan Tindakan Pengamanan Perdagangan,
Pasal 1 Angka 16.
Universitas Sumatera Utara
2. Industri keramik
Industri keramik merupakan salah satu industri dalam negeri yang menjadi unggulan di Indonesia dengan dukungan ketersediaan bahan baku yang melimpah.
Prospek industri keramik nasional dalam jangka panjang cukup baik seiring dengan pertumbuhan pasar dalam negeri yang terus meningkat, terutama untuk
jenis tileubin karena didukung oleh pertumbuhan pembangunan baik properti maupun perumahan.
31
Industri keramik yang terdiri dari ubin tile, saniter, perangkat rumah tangga tableware, dan genteng telah memberikan kontribusi signifikan dalam
mendukung pembangunan nasional melalui penyediaan kebutuhan domestik, perolehan devisa dan penyerapan tenaga kerja.
32
Proses produksi keramik impor dan lokal telah distandarkan dengan tingkat teknologi yang tidak mengalami perubahan signifikan dalam kurun waktu
lebih dari satu dasa warsa terakhir. Alur proses produksi keramik adalah sebagai berikut :
33
a. Bahan baku tanah liat, pasir dan kaolin dicampur dengan air dalam porsi
yang tepat dalam mesin giling sehingga menjadi larutan slip. b.
Larutan disaring dan selanjutnya di-press dengan mesin filter-press sehingga manjadi tanah kepingan filter cake.
31
Mohamad S. Hidayat, “Sambutan Menteri Perindustrian Pada Acara Keramika” Jakarta, 18 April 2013, hlm. 2.
32
ibid
.
33
PT. Lucky Indah Keramik,
Petisi Tidak Rahasia
Permohonan Untuk Memperpanjang Tindakan Pengamanan Safeguard Atas Produk Keramik Tableware,
dalam website www.kppi.kemendag.go.id diakses pada tgl 12 Juni 2015 pukul 20.35.
Universitas Sumatera Utara
c. Tanah kepingan yang telah didiamkan selama 3 hari di masukan kedalam
mesin extruder pugmil sehingga menjadi tanah batangan pugroll. d.
Tanah batangan dipotong menjadi tanah lempengan clay piece, lalu dibentuk dengan mesin pembentuk jigger menjadi barang cetak green
ware dalam bentuk yang beragam piring, mangkok, cangkir. e.
Barang cetak lalu dibakar dalam tungku sehingga menjadi biscuit. f.
Bahan glasir ditambahkan pada permukaan biscuit sehingga menjadi glasir.
g. Biscuit glasir dibakar dalam tungku sehingga menjadi barang polos white
ware. h.
Barang polos didekorasi dengan decal atau dilukis, lalu dibakar dalam tungku sehingga menjadi barang jadi finished product.
3. General Agreement on Tariff and Trade GATT dan World Trade
Organization WTO General Agreement on Tariff and Trade yang selanjutnya disebut GATT
dibentuk pada Oktober tahun 1947. GATT adalah suatu perjanjian multilateral dalam bidang perdagangan yang bertujuan untuk mengadakan perdagangan yang
lebih bebas free trade dengan cara mengurangi hambatan-hambatan perdagangan internasional, baik hambatan tarif maupun nontarif.
34
World Trade Organization yang selanjutnya disebut WTO dibentuk pada tahun 1994. WTO adalah suatu lembaga perdagangan multilateral yang permanen.
Sebagai suatu organisasi permanen, peranan WTO akan lebih kuat daripada
34
Rusli Pandika, Op.Cit., hlm.58.
Universitas Sumatera Utara
GATT. Hal ini secara langsung tercermin dalam struktur organisasi dan sistem pengambilan keputusan.
35
WTO membawa perubahan yang cukup penting bagi GATT, antara lain sebagai berikut :
36
a. WTO mengambil alih GATT dan menjadikannya salah satu lampiran
aturan WTO. b.
Prinsip-prinsip GATT menjadi kerangka aturan bagi bidang-bidang baru dalam perjanjian WTO, khususnya Perjanjian mengenai Jasa GATS,
Penanaman Modal TRIMs, dan juga dalam Perjanjian mengenai Perdagangan yang terkait dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual TRIPS.
Dibentuknya WTO sebagai suatu organisasi perdagangan multilateral, membuat peranannya akan lebih meningkat dari GATT, yaitu :
37
a. Mengadministrasikan berbagai persetujuan yang dihasilkan Putaran
Uruguay di bidang barang dan jasa, baik multilateral maupun plurilateral, serta mengawasi pelaksanaan komitmen akses pasar di bidang tarif
maupun nontarif. b.
Mengawasi praktik-praktik perdagangan internasional dengan cara regular meninjau kebijaksanaan perdagangan negara anggotanya dan melalui
prosedur nontifikasi. c.
Sebagai forum dalam menyelesaikan sengketa dan menyediakan mekanisme konsiliasi guna mengatur sengketa perdagangan yang timbul.
35
Syahmin AK, Op.Cit., hlm.51.
36
Huala Adolf, Op.Cit., hlm 97.
37
Syahmin AK, Op.Cit., hlm.55.
Universitas Sumatera Utara
d. Menyediakan bantuan teknis yang diperlukan bagi anggotanya termasuk
bagi negara-negara berkembang dalam melaksanakan hasil Putaran Uruguay.
e. Sebagai forum bagi negara anggotanya untuk terus-menerus melakukan
perundingan pertukaran konsesi di bidang perdagangan guna mengurangi hambatan perdagangan.
F. Metode Penulisan