Gambar II.1 Tujuan Perencanaan Transportasi
Sumber: Fidel Miro 2005 Sebagai sebuah proses, perencanaan transportasi memberikan solusi
kepada para ahli dan orang-orang yang berkepentingan dalam perencanaan transportasi untuk memberikan pilihan alternatif-alternatif kebijakan transportasi
untuk mencapai tujuan yang optimal. Berikut ini merupakan empat tahap dalam perencanaan:
II.2.1 Bangkitan Perjalanan Trip Generation
Menurut Adib Kanafani 1983, bangkitan perjalanan adalah tahapan pemodelan yang meperkirakan jumlah perjalanan yang berhubungan dengan total
jumlah perjalanan yang dilakukan oleh individu atau rumah tangga berasal dari suatu zona yang tertarik ke suatu tata guana lahan atau zona. Sedangkan menurut
Morlok 1998, mengatakan bahwa banyaknya perjalanan pada tahun rencana
Universitas Sumatera Utara
nanti, sangat ditentukan oleh karakteristik tata guna lahanpetak-petak lahan serta karakteristik tata guna lahan serta karakteristik sosioekonomi tiap-tiap kawasan
tersebut yang terdapat dalam ruang lingkup wilayah kajian tertentu, seperti area kota, regionalpropinsi atau nasional.
Adib Kanafani 1983, mengatakan bahwa analisa bangkitan perjalanan secara konvensional dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Produksi perjalanan Trip Production, yang mengacu pada jumlah
perjalanan yang dilakukan oleh seorang individu atau rumah tangga, melalui kelompok rumah tangga seperti dengan zona tempat tinggal.
2. Tarikan Perjalanan Trip Attraction, yang mengacu pada jumlah
perjalanan yang tertarik menuju lokasi perkotaan tertentu atau kegiatan. Seperti objek wisata, perbelanjaan, perkantoran, sekolah dan lain
sebagainya.
Pergerakan dari zona asal i Pergerakan menuju zona tujuan d
Gambar II.2 Bangkitan Dan Tarikan Pergerakan
i
d
Universitas Sumatera Utara
II.2.2 Sebaran Perjalanan Trip Distribution
John Black 1998, sebaran perjalanan merupakan jumlah atau banyaknya perjalanan yang bermula dari suatu zona asal yang menyebar ke banyak zona
tujuan atau sebaliknya jumlah atau banyaknya perjalananyang datang mengumpul ke suatu zona tujuan yang tadinya berasal dari sejumlah zona asal. Sebaran
perjalanan ini akan membentuk suatu pola sebaran arus lalulintas antara zona asal ke zona tujuan. Jadi sebaran perjalanan merupakan jumlah perjalanan yang berasal
dari suatu tata guna lahan seperti zona: i yang akan menuju suatu tata guna lahan seperti zona: d.
Gambar II.3 Sebaran Perjalanan
Pola sebaran arus lalulintas antara zona asal ke zona tujuan adalah hasil yang terjadi secara bersamaan, yaitu lokasi dan intensitas tata guna lahan yang
akan menghasilkan arus lalulintas, dan pemisahan ruang, interaksi antara dua buah tata guna lahan yang akan menghasilkan pergerakan manusia danatau barang.
Lokasi dan intensitas tata guna lahan yang akan menghasilkan arus lalulintas. Semakin tinggi tingkat aktivitas suatu tata guna lahan, makin tinggi
pula tingkat kemampuannya dalam menarik lalulintas.
Zona i
Zona d
Universitas Sumatera Utara
Pemisahan ruang. Jarak antara dua buah tata guna lahan merupakan batas
pergerakan. Jarak yang jauh atau biaya yang besar akan membuat pergerakan antara tata guna lahan menjadi lebih sulit aksesibilitas rendah.
Pemisahan ruang dan intensitas tata guna lahan. Daya tarik suatu tata guna
lahan akan berkurang dengan meningkatnya jarak. Interaksi antardaerah sebagai fungsi dari intensitas setiap daerah dan jarak kedua daerah tersebut dapat dilihat
pada Table II.1.
Tabel II.1 Interaksi antardaerah
jarak jauh
Interaksi dapat diabaikan
Interaksi rendah
Interaksi menengah
dekat Interaksi
rendah Interaksi
menengah Interaksi
sangat tinggi Intensitas tata guna lahan
antara dua zona Kecil-Kecil
Kecil-Besar Besar-Besar
Sumber: John Black 1981
Universitas Sumatera Utara
Berikut salah satu contoh gambaran pola penyebaran perjalanan dari dan ke berbagai zona:
menyebar
Gambar II.4 Pola Penyebaran Perjalanan dari dan ke Berbagai Zona II.2.3 Pemilihan Moda Moda SplitModa Choice
Pada proses perencanaan transportasi empat tahap, pemilihan moda merupakan tahap ketiga. Menurut beberapa para ahli perencanaan transportasi,
tahap ini merupakan tahap terpenting dan juga merupakan tahap tersulit. Ini karena peran kunci dari angkutan umum dalam berbagai kebijakan transportasi.
Dan hal ini menyangkut efisiensi pergerakan di suatu daerah, ruang yang harus disediakan suatu daerah untuk dijadikan prasarana transportasi, dan banyaknya
pilihan moda transportasi yang dapat pilih oleh penduduk. Dalam tahapan ini merupakan tahapan dalam menentukan model dari
perilaku orang banyak terutama para pengguna jasa transportasi dalam memilih layanan transportasi yang akan digunakan untuk melakukan perjalanan. Pemilihan
moda ini sangat sulit dimodel, walaupun hanya ada dua pilihan moda yang Zona Asal i
Menghasilkan 1000 perjalanan
Zona tujuan J2 100trip 100 trip
Zona tujuan J3 500trip 500 trip
Zona tujuan J4 200trip 200 trip
Zona tujuan J1 200trip 200 trip
Universitas Sumatera Utara
digunakan angkutan umum atau pribadi. Pemilihan moda juga mepertimbangkan pergerakan yng menggunakan lebih dari satu moda dalam perjalanan.
Sehingga menurut Fidel Miro 2005, tahap pemilihan moda ini merupakan suatu tahapan proses perencanaan angkutan yang bertugas untuk
menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah orang dan barang yang akan menggunakan atau memilih berbagai moda transportasi yang tersedia
untuk melayani suatu titik asal-tujuan tertentu, demi beberapa maksud perjalanan tertentu pula.
II.2.4 Pembebanan jaringan Traffic Assignment