Daya Racun Zat Ekstraktif Kulit Kayu Jati (Tectona graitdis L.f.)

RINGKASAN
DWI RfARIYATI (E02495045). Daya Racun Zat Ekstraktif Kulit Kayu Jati (Tectoita
graitdis L.0. Dibalvah bimbingan Dr. Ir. Wasrin Syafii, M. Agr.

Sampai smt ini kahu 1nasili lneniegang peranan penting dala~iikehidupa~imanusia.
Namun demikian penggunaan kayv-kalu alvet yang selama ini dihkukan juga belum
memecallkan masalah yang ada: karena disamping jumlahnya yang terbntas (balkan
cendemng langka) juga harganya yang semakin mal~al dan tidak ekonomis dalam
penggunaan bahan baku ka!u.
Penga\vetan kayt~dengan balian pengaivet sintetis cendemng membahayakan baik
bagi lingkungan maupun bagi manusia. Hal ini mendorong usalla untuk mencari bahan
pe~lga~vet
yang tidak me~nbal~a\lakan,dimana salah satu diantaranya adalah dengan earn
mcmanfaatk3n bahan pengalvet alami yang lcbih bersifat arnan bagi lingkungan
(hioclcyrn~lcthle)d m bersifat terbahami (r-cneivnhle).
Secara ala~nikeajvetan ka)u salah satunya ditentukan oleh peranan zat ekstraktif
yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu.

Seperti yang dike~nukakan oleh

Sjostrom ( I 98 1) bahlva s e n y \ - a fenolik yang terdapat pada kayu teras. kulit dan juga yang

terdapat pada xylem, bersifat racun atau anti jamur. Selanjutnya Harun dan Labosky (1985)
men!,atakan

bahlva ekstmkif kulit k a y dapat memperlambat aktivitas rayap dan

pertumbuhan jamur.
Sejumlah penelitian telah dilakukan urlt~kn~emboktikankeampuhan ekstraktif kulit
ka!v

sebagai pengllambat aktivitas organisme perusak.

Salali satunya ole11 Steller dan

Labosky (1982) yang telah menyimpulkan bahlva ekstrak kulit dari Qtrcrnis prjr7ti~,.
Sns.snfin.s nlhidtim. l'ir71u strohtu dan Cnrvo ovnrn sangat ine~?ja~i.jikansebagai b a h n
penya\vet alami k a ~ u Oleh
.
karena itu tidak menutup kenlungkinan untuk menggunakan zat
ekstraktif kulit ka!u


dalam usaha pengalvetan k q u - k a y kelas awet rendah.

Dan suato

penelitian juga telah dilakukan untuk mengetahui daya racun zat ekstraktif kulit kalu jati
(Tcctorio grn17cli.s

L.0 pada berbagai kelas ulnur terhadap rayap tanah Co]~lf~/ert?tr.s

ctrrvrgr7nrhtr.s Holmgren.
Untok mendapatkan ekstraktif. kulit jati dari KPH Saradan kelas umur 11. IV, dan V1
dibuat serbuk dengan ukuran i 40 - 60 mesh dan masing-masing diambil 2000 gram untuk
diekstrak dengan pelarut aseton sehingga didapat ekstrak aseton. Sebagian ekstrak aseton

difraksinasi secara bertingkat dengan tiga macam pelarut secara berurutan yaitu n-lieksana,
P

etil eter, dan etil asetat. Secara keseluruliati didapatkan empat jenis ekstrak yang kemudial
dikeringkan liingga ~iiericapaiberat kering oven.


Untuk pengujiau efikasi zat ekstraktif.

diIakukan.penga\\,etan pada kertas selulosa dengan keempat jellis ekstraktif yang telah ada.
Konsentrasi perlakuali contoh uji dari masing-masing fraksi tiap kelas umur yaitu 2%: 4%:
6%: 8%. dan 10% berdasarka~iberat kering o\.en kertas uji

(IV/\\~dan

0% sebagai kolitrol

denyan pelarut serta tanpa pelarut aseton. Pengumpanan contoh uji dilakuka~iberdasarkan
metode Ohmi~ra(1997) dengal berbagai modifikasi.

Untuk pengujian digunakan rayap

Coptoternles n1tvignnil7us Holmgren. Pengumpanan dilakukan selama 21 hari kemudian
dihitung persentase liiortalitas rayap dan lierselitase kehilangan berat kertas uji.
Dari proses ekstraksi dillasilkan kandungan ekstrak aseton, di mana dihitung
berdasarkan berat kering oven: untuk kelas urnur 11. IV, dan VI secara berumtali adalah
2,67%, 2.73'%). dan 3,07%. Hal lni ment~~ijukkan

dengan meningkatnya umur pollon maka
kandu~iganekstrah~ifsemakin tinggi.
Mortalitas rayap yang ~iientpakancfek dari pznambnlian ekstraktif kulit kn!u jati
ketiga kelas urnor tersebut menutijitkkan liasil yang beragam setclali pengumpanan selama 2 I
hari.

Narnun demikinn tetap nienu~ijokknn kecenden~ngan yaitu denpan meningkatnya

konsentrasi ekstraktif ~iiakamortalitas rayap semakio besar. Mortalitas rayap pad3 kolitrol
tanpa pelarut (aseton) adalali 22.67% sedangkan kontrol dengan penamballan pelarut (aseton)
23,330/;,.
Pada kelas umur 11 mortalitas rayap tertinggi pada ftaksi terlarut etil eter yaitu
konsentrasi 10% sebesar 54,67%. Untuk kelas ilnlur IV nlortalitas ra)ap tertingsi pada fraksi
terlantt etil eter yaitu konsentrasi 10% sebesar 69,33%,. Seda~lgka~l
pada kelas umur VI
mortalitas rayap tertinggi pada fraksi terlarut 11-heksana yaitu kotlselltrasi 8% sebesnr
60,67%. Dari hasil i ~ i idajiat dikatakan ball\\-a diantara keempat fraksi tersebut yang diduga
paling a h ~ i fmempcnganthi mortalitas rayail adalah ekstrakif yang terlarut dalam n-heksana
dan etil eter. Mortalitas rayap selai~inkibat daya racun zat ekstraktif juga diduga akibat sifat
repellei71 atau ni7tifie~Ioi7ipada zat tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleli

Carter dan Celia (3983) drrln177 Nofaria~ity(1998); contoh uji kertas selulosa yang direndam
dalam zat ekstraktif beberapa jenis ka)u yang berasal dari llutan tropika Brazil, disimpulka~l
baliwa kematia~irayap Refic7rlitermes ,flnvipe,s da11 Co/>toier177e.s,fi~rino.sontrstidak hanya
disebabkan oleh sifat racun pada u t tersebut tetapi juga dapat disebabkan oleh sifat ),an!:

memberikan pengaruli untuk metiolak amu tidak disitkai oleh rayap sehingga rayap kelaparan
dan mati.
Besaniya nilai persentase kehilangan berat pada kettas selulosa selatiia pengompalian
dapat dijadikan ilidikator keampuhan zat ekstraktif terhadap faktor perusak ka!u. dalaiii lial
ini ra!.ap.

La.ju konsutiisi rayap terhadap kertas selulosa sangat berflukruasi dali tergantung

jenis ekstrahif yang terlarut. Persenrase kehilangan berat pada kootrol tanpa pelarut sebesar

54.42% sedangkan kontrol dengan pelarut sebesar 57.76% Hal ini dapat disimpulkan bali\va
peniakaian pelanit untuk pengenceran eksrraktif tidak memberikan penpanth yang berani
terhadap iaju konsumsi rayap pad3 kertas selulosa. Selain itu juga didukung ole11 mortalitas
rayap yaig tidak jauli berbeda.
'


Pad3 kelas u~tiurI1 d a ~ VI
i persellrase kehila~igatberat terkecil pada fraksi terlarut n-

heksana yaitii ko~isei~trasi
10% sebesar 5.9 1% d a ~ i8.37%. U~itukkelas uiiiur IV persentasc
kehilan~nnberat terkecil jitga pada fiaksi rerlanit n-hcksana. tetapi pada konsentrasi 8'%>
sebesar 5.6S1',,.

Hasil peiielitian ini mi.nu~?jukka~~
ba11\v3 pada tiap kclas umur. ekstraktil-

!an% terlantr dalani fi-aksi rerlarut n-htksana lebih bersifat racun dan bersifat ntenyh:~n~bat

terliadap rayap tanah dalam mengkonsumsi keitas sclulosa.
Bsrdasarkan data persentasr n~ortalitas rayap dan persentase kehilangan berat
disi~npulkaobali\va daya mcun z3t ekstrakif yang diduga terdapat pada kulit kayu J3ti

(Tec/oilngrnii~lisL.0 antar kelas umur pollon tidak jauli berbeda. Adapun saran y a ~ gdap3t
diberihn \-nit11 perlu dilakukan penelitinn 1ali.jutan untuk mengisolasi dan mengidentitikasi

ko1iil1onen-kompo1ie1izat ekstraktif ~ n diditga
g
beraciin pada fraksi terlarut n-heksaoa \-an$
terdapat pada kulit ka!u jati (Tccroiio grondi.~L.f) dan perlu dilakukan penelitian itntuk
mengetaliui kaltdungan ekstraktif yang rerdapat pada onto. dan inner hnrk pad3 lapisan kulit
pohon.