Analisis Musikal

4.3 Analisis Musikal

Dalam menganalisis kedua mantra tersebut, penulis berpedoman kepada teori yang dikemukakan oleh William P. Malm yang dikenal dengan teori weighted scale dan hal-hal Dalam menganalisis kedua mantra tersebut, penulis berpedoman kepada teori yang dikemukakan oleh William P. Malm yang dikenal dengan teori weighted scale dan hal-hal

4.3.1 Tangga Nada

Nettl, (1964 : 1945) mengemukakan bahwa cara-cara untuk mendeskripsikan tangga nada adalah menuliskan nada-nada yang diapakai tanpa melihat fungsi masing-masing dalam musik. Tangga nada tersebut kemudian digolongkan menurut beberapa klasifikasi, yaitu menurut jumlah nada yang dipakai. Diatonic (dua nada), tritonic (tiga nada), tetratonic (empat nada), pentatonic (lima nada), hexatonic (enam nada), heptatonic (tujuh nada).

Dua nada yang mempunyai jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada saja. Yang dimaksud tangga nada dalam tulisan ini yaitu nada-nada yang terdapat pada mantra yang diucapkan. Hal ini dilakukan pada pencacahan nada-nada mulai dari nada yang tertinggi hingga nada yang terendah.

4.3.1.1 Tangga Nada Mantra 108 Kalasa Thirumanjana

Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam mantra 108 Kalasa Thirumanjana dari nada terendah sampai nada tertinggi. Terdiri dari tiga nada dengan nada terendah Dis dan nada tertinggi Fis.

4.3.1.2 Tangga Nada Mantra Kalyana Mohotsava

Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam mantra Kalyana Mohotsava dari nada terendah sampai nada tertinggi. Terdiri dari tiga nada dengan nada terendah D dan nada tertinggi Fis.

4.3.2 Nada Dasar

Dalam menentukkan nada dasar kedua mantra ini, penulis beracuan pada hasil rekaman video maupun audio yang penulis dapatkan saat pelaksaan upacara yang telah ditranskripsikan ke dalam notasi Barat. Maka hasil yang didapatkan adalah: untuk mantra 108 Kalasa Thirumanjana nada dasarnya E Mayor dan mantra Kalyana Mohotsava nada dasarnya D Mayor.

4.3.3 Wilayah Nada

Metode untuk menentukan wilayah nada berdasarkan ambitus suara yang terdengar secara alami yang ditentukan oleh media penghasil bunyi itu sendiri, ialah dengan memperhatikan nada yang paling rendah hingga nada yang paling tinggi.

4.3.3.1 Wilayah Nada Mantra 108 Kalasa Thirumanjana

Wilayah nada mantra 108 Kalasa Thirumanjana yang diurutkan dari nada terendah sampai tertinggi adalah:

4.3.3.2 Wilayah Nada Mantra Kalyana Mohotsava

Wilayah nada mantra Kalyana Mohotsava yang diurutkan dari nada terendah sampai tertinggi adalah:

4.3.4 Frekuensi Pemakaian Nada

Frekuensi pemakaian nada dapat dilihat dari banyaknya jumlah nada yang dipakai dalam suatu musik atau nyanyian.

4.3.4.1 Frekuensi Pemakaian Nada Mantra 108 Kalasa Thirumanjana

Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam mantra 108 Kalasa Thirumanjana dapat dilihat dari garis paranada di bawah ini:

Jumlah pemakaian nada-nada pada mantra 108 Kalasa Thirumanjana adalah :

1. Nada Dis sebanyak 7 kali

2. Nada E sebanyak 21 kali

3. Nada Fis sebanyak 5 kali

4.3.4.2 Frekuensi Pemakaian Nada Mantra Kalyana Mohotsava

Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam mantra Kalyana Mohotsava dapat dilihat dari garis paranada di bawah ini:

Jumlah pemakaian nada-nada pada mantra Kalyana Mohotsava adalah :

1. Nada D sebanyak 13 kali

2. Nada E sebanyak 15 kali

3. Nada Fis sebanyak 11 kali

4.3.5 Jumlah Interval

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain yang terdiri dari interval naik maupun turun.

4.3.5.1 Jumlah Interval Mantra 108 Kalasa Thirumanjana

Berikut adalah interval dari mantra 108 Kalasa Thirumanjana :

Interval Posisi

Jumlah

Total

1P

2M

Tabel 5.1 Interval mantra 108 Kalasa Thirumanjana

Dari tabel di atas dapat diketahui interval yang paling sering muncul adalah interval 2m, yang muncul sebanyak 13 kali, diikuti dengan interval 1P dan 2M sebanyak 9 kali. Interval yang jarang digunakan adalah interval 3m dengan jumlah penggunaan sebanyak 1 kali.

4.3.5.2 Jumlah Interval Mantra Kalyana Mohotsava

Berikut adalah interval dari mantra Kalyana Mohotsava :

Interval Posisi

Tabel 5.2 Interval mantra Kalyana Mohotsava

Dari tabel di atas dapat diketahui interval yang paling sering muncul adalah interval 2M, yang muncul sebanyak 20 kali, diikuti dengan interval 1P sebanyak 14 kali. Interval yang jarang digunakan adalah interval 3m dengan jumlah penggunaan sebanyak 3 kali.

4.3.6 Formula Melodik (Bentuk)

Formula melodik yang akan dibahas tulisan ini meliputi bentuk, frasa dan motif. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Motif adalah ide melodi sebagai dasar pembentukkan melodi.

William P. Malm mengemukakan bahwa ada beberapa istilah dalam menganalisis bentuk, yaitu:

1. Repetitive yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang.

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian.

3. Stropic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.

5. Progresive yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru.

Melihat kepada apa yang dikemukakan Malm mengenai bentuk nyanyian, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa kedua mantra yang dibahas dalam tulisan ini memiliki bentuk repetitive yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang.

Mantra 108 Kalasa Thirumanjana dan Kalyana Mohotsava dalam tulisan ini bersifat free meter sehingga biramanya tidak dapat ditentukan. Untuk itu penulis berpedoman dengan Mantra 108 Kalasa Thirumanjana dan Kalyana Mohotsava dalam tulisan ini bersifat free meter sehingga biramanya tidak dapat ditentukan. Untuk itu penulis berpedoman dengan

4.3.6.1 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif Pada Mantra 108 Kalasa Thirumanjana

Secara garis besar, bentuk frasa dan motif yang terdapat dalam 108 Kalasa Thirumanjana adalah sebagai berikut:

1. Bentuk pada mantra 108 Kalasa Thirumanjana memiliki 3 bentuk yang terdiri dari bentuk A, B, dan C. Bentuk A mengalami satu kali perubahan menjadi A’. Jadi secara keseluruhan menjadi 4 bentuk, yaitu: A, A’, B, dan C.

2. Frasa pada mantra 108 Kalasa Thirumanjana berjumlah 4 buah frasa

3. Motif pada mantra ini adalah:

Motif dalam mantra 108 Kalasa Thirumanjana ini adalah motif repetitive dan juga motif reverting. Kebanyakan melodi diulang dan ada juga yang diulang dan terjadi penyimpangan.

4.3.6.2 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif Pada Mantra Kalyana Mohotsava

1. Bentuk pada mantra Kalyana Mohotsava memiliki 5 bentuk yang terdiri dari bentuk

A, B, C, D, dan E.

2. Frasa pada mantra Kalyana Mohotsava berjumlah 4 buah frasa.

3. Motif yang terdapat di dalam pujian ini:

Motif-motif yang terdapat dalam pujian ini digolongkan sebagai motif repetitive atau motif yang diulang, dan motif reverting atau motif yang diulang tetapi ada penyimpangan.

4.3.7 Pola Kadensa

Kadensa adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu. Pola kadensa dapat dibagi atasa dua bagian, yaitu : semi kadensa (half cadence) dan kadensa penuh (full cadence). Semi kadensa adalah suatu bentuk istirahat yang tidak lengkap atau tidak selesai (complete) dan memberi kesan adanya gerakan ritem yang lebih lanjut. Kadensa penuh adalah suatu bentuk istirahat di akhir frasa yang terasa selesai (complete) sehingga pola kadensa seperti ini tidak memberikan kesan untuk menambah gerakan ritem.

4.3.7.1 Pola Kadensa Mantra 108 Kalasa Thirumanjana

4.3.7.2 Pola Kadensa Mantra Kalyana Mohotsava

4.3.8 Kontur

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm (dalam Irawan 1997: 85) membedakan beberapa jenis kontur, yaitu:

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang lebih

rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada yang

lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.

4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada ke nada yang lain baik naik maupun turun.

5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun minor.

7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai batas- batasan.

Garis kontur yang terdapat pada kedua mantra dalam tulisan ini pada umumnya adalah conjuct dan juga static.

4.3.8.1 Kontur Mantra 108 Kalasa Thirumanjana

Mengacu pada jenis-jenis kontur yang sudah dijelaskan di atas, maka penulis berpendapat bahwa kontur mantra 108 Kalasa Thirumanjana adalah conjuct dan static. Pergerakan melodinya bergerak melangkah baik naik maupun turun, yang diikuti dengan bentuk static. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari gambar di bawah ini :

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi tetap (static) kemudian bergerak turun dan naik (conjuct)

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi turun (conjuct) kemudian bergerak tetap (static)

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi naik (conjuct), bergerak tetap (static) kemudian bergerak naik dan turun (conjuct)

4.3.8.2 Kontur Mantra Kalyana Mohotsava

Mengacu pada jenis-jenis kontur yang sudah dijelaskan di atas, maka penulis berpendapat bahwa kontur mantra Kalyana Mohotsava adalah conjuct dan static. Pergerakan melodinya bergerak melangkah baik naik maupun turun, yang diikuti dengan bentuk static. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari gambar di bawah ini :

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi tetap (static), bergerak turun (conjuct) kemudian bergerak tetap (static)

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi turun (conjuct) kemudian bergerak tetap (static)

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi naik (conjuct), bergerak tetap (static) kemudian bergerak turun (conjuct)